FISTULA PERIANAL
DISUSUN OLEH:
WIDYASTUTI RENANINGSIH
42170117
ANATOMI
Daerah batas rektum dan kanalis analis ditandai dengan perubahan jenis
epitel. Rektum dilapisi oleh mukosa glanduler usus sedangkan kanalis
analis oleh anoderm yang merupakan lanjutan epitel berlapis gepeng kulit
luar.
Pada daerah ini terdapat kripta anus dan muara kelenjar anus antara
kolumna rektum. Infeksi yang terjadi di sini dapat menimbulkan abses
anorektum yang dapat membentuk fistel.
ARTERI VENA
SIMPATIK PARASIMPATIK
Nonspesifik:
Abses anorektal
Spesifik:
Penyakit Crohn
Tuberkulosis
Devertikulitis
Kanker atau cedera anus maupun rektum
Aktinomikosis
Infeksi klamidia
PATOFISIOLOGI
KLASIFIKASI
2. Fistula transsfingterik
biasanya disebabkan oleh abses isiorektal. Fistula menghubungkan
intersphingtrerika dengan fosa isiorektal oleh adanya perforasi di sphingter
eksternal dan kemudian ke kulit
3. Fistula suprasphincteric
biasanya merupakan hasil dari abses supralevator. Seperti Transphingterika tapi
saluran berada di atas sphingter eksternal dan ada perforasi di muskulus levator ani
4. Fistula extrasphincteric
Saluran melewati rektum ke lapisan kulit perineum, fossa isiorektal melalui m.
levator ani dan akhirnya ke dalam anus
PENEGAKAN DIAGNOSIS
Anamnesis Fistula kompleks adalah
Gejala berulang dengan sebagai berikut:
selang waktu sedikit Radang usus
dengan mengeluarkan Divertikulitis
nanah-nanah Sebelumnya terapi radiasi
Nyeri pada saat bergerak, untuk kanker prostat atau
defekasi dan batuk dubur
Ulkus Tuberkulosis
Keluar cairan purulen Terapi steroid
Benjolan (Massa fluktuasi) Infeksi HIV
Pruritus ani
Demam
Kemerahan dan iritasi kulit
di sekitar anus
General malaise
PEMERIKSAAN FISIK
Pemeriksaan Laboratorium
Tidak ada studi laboratorium khusus yang diperlukan. Studi
pra operasi normal dilakukan berdasarkan usia dan
komorbiditas.
Pemeriksaan Radiologi:
1. Fistulografi: Fistulografi dapat dilakukan dengan
menginjeksi zat kontras melalui bukaan internal yang
kemudian diikuti dengan x-ray anteroposterior, lateral, dan
oblik untuk melihat jalannya traktus fistula
2. Ultrasound endoanal / endorektal: menentukan
hubungan antara traktus primer dengan sfingter anal, untuk
menentukan apakah fistula sederhana atau kompleks
dengan perpanjangan, dan untuk menentukan lokasi
bukaan primer
1. MRI: mengevaluasi fistula kompleks, untuk
memperbaiki rekurensi. Beberapa penelitian
menunjukkan bahwa hasil MRI 80-90% mendekati
penemuan saat operasi.
2. CT- Scan: diperlukan pada pasien dengan
penyakit crohn atau irritable bowel syndrome yang
memerlukan evaluasi perluasan daerah inflamasi
3. Barium Enema: untuk fistula multiple, dan
dapat mendeteksi penyakit inflamasi usus
4. Anal Manometri : evaluasi tekanan pada
mekanisme sfingter.
DIAGNOSIS BANDING