Anda di halaman 1dari 11

ANALISIS FAKTOR PELAKSANAAN TRIAGE DI INSTALASI GAWAT DARURAT

(The Factors Associated with The Triage Implementation in Emergency Department)

Nur Ainiyah*, Ahsan**, Mukhamad Fathoni***


*
Prodi Magister Keperawatan Peminatan Gawat Darurat FK Universitas Brawijaya
**, ***
Staf Pengajar Magister Keperawatan Fakultas Kedokteran Universitas Brawijaya
E-mail: ainiyahannuri@gmail.com

ABSTRAK
Pendahuluan: Triage merupakan proses memilah pasien menurut tingkat keparahannya. Namun fenomena yang terjadi
di IGD di beberapa rumah sakit ternyata triage tidak dilaksanakan sehingga tidak semua kasus pasien yang datang di
IGD merupakan kasus yang mengancam jiwa akan tetapi ada juga yang termasuk pasien dengan false emergency. Untuk
meminimalkan masuknya pasien false emergency tersebut adalah dengan melaksanakan triage sehingga pelayanan IGD
dapat diberikan secara optimal. Tujuan penelitian ini adalah menganalisis faktor yang berhubungan dengan pelaksanaan
triage di Instalasi Gawat Darurat Rumah Sakit A dan B. Metode: Desain penelitian ini adalah analitik korelasional dengan
pendekatan cross sectional. Populasi penelitian ini adalah instalasi gawat darurat dengan sampel penelitian yaitu perawat
IGD dan pasien yang datang ke IGD. Penelitian ini menggunakan total sampling untuk perawat IGD (54 responden) dan
accidental sampling untuk pasien (54 responden). Pengambilan data dilakukan bulan Juli-Agustus 2014. Instrumen yang
digunakan adalah lembar observasi dan kuesioner. Data penelitian dianalisis dengan menggunakan analisis multivariat
regresi logistik dengan metode backward LR. Hasil: Faktor yang paling berhubungan dengan pelaksanaan triage adalah
faktor kinerja (p value = 0,002), faktor pasien (p value = 0,011), faktor ketenagaan (p value = 0,017). Diskusi: Pihak rumah
sakit dapat meningkatkan motivasi kerja, mengoptimalkan ketenagaan perawat dengan cara memberikan job description
secara jelas dan meningkatkan kualitasnya dengan mengikuti pelatihan Triage Officer Course.

Kata kunci: triage, faktor kinerja, faktor pasien, faktor ketenagaan

ABSTRACT
Introduction: Triage is defined as a process to sort patients based on the severity and emergency situation. In fact,
Emergency Department (ED) in several hospitals in Indonesia do not implement it, so not all patients come to Emergency
Department due to a true emergency case but there are also a false emergency. Implementing triage is important in
order to decrease false emergency case and also increase ED service quality. The research goal was to analyze factors
associated with the triage implementation in Emergency Department in Hospitals (type A and B). Methode: The research
design was a cross sectional with corrrelative analysis. The research population was emergency department nurses and
patients. Samples were taken by total sampling for the nurses (54 respondents) and accidental sampling for patients (54
respondents). The research instruments were questionnaire and direct observation. The research datas were analized
using multivariat logistic regression by backward LR. Result: The result showed that the dominant factors correlated with
the implementation of the triage was the performance factor (p value. 0,002), the patient factor (p value = 0.011), and the
staffing factor (p value. 0.017). Discussion: The hospital management can increase the work motivation,then optimize the
nurses by giving a job description clearly and improve nursing service quality through Triage Officer Course.

Keywords: triage, performance factor, patient factor, staffing factor

PENDAHULUAN Andersson, Omberg dan Svedlund


Triage diartikan sebagai proses memilah (2006) menyatakan bahwa perawat merupakan
pasien menurut tingkat keparahannya. petugas kesehatan yang mempunyai peran
Fenomena yang terjadi di beberapa IGD rumah dan tanggung jawab utama dalam melakukan
sakit ternyata tidak semua kasus pasien yang triage di IGD. Kenyataannya, sistem triage di
datang merupakan kasus dengan kondisi gawat Indonesia belum terstandar secara nasional,
darurat yang mengancam jiwa, namun ada sehingga pelaksanaan triage antar rumah sakit
beberapa kasus yang termasuk pasien dengan menjadi berbeda. Berdasarkan observasi yang
kategori false emergency. Salah satu cara dilakukan peneliti, petugas triage di beberapa
untuk pasien false emergency adalah dengan rumah sakit di Jawa Timur dilakukan oleh
melaksanakan triage di IGD tersebut. profesi yang berbeda-beda, antara lain oleh

147
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 147157

dokter umum (dibantu oleh perawat) dan oleh faktor internal dan faktor eksternal. Faktor
perawat saja. Penelitian Fathoni, Sangchan, internal mencerminkan keterampilan perawat
Songwatha (2013) di beberapa Instalasi Gawat dan kapasitas pribadi. Faktor eksternal
Darurat (IGD) di Jawa Timur menunjukkan mencerminkan lingkungan kerja, termasuk
bahwa kemampuan kognitif perawat mengenai beban kerja tinggi, pengaturan shift, kondisi
triage masih kurang, khususnya dalam hal klinis pasien, dan riwayat klinis pasien.
menentukan prosedur dan manajemen penyakit Jika faktor-faktor tersebut diabaikan, maka
pasien. Selain itu, kemampuan psikomotor pelaksanaan triage berjalan tidak optimal
perawat mengenai triage juga masih berada sehingga dapat menyebabkan kesalahan dalam
dalam kategori sedang. pengambilan keputusan, serta mengakibatkan
Berdasarkan observasi di IGD Rumah ketidakmampuan dan bahkan cacat permanen
Sakit A didapatkan gambaran bahwa jumlah bagi pasien (Gerdtz & Bucknall, 2000).
perawat yang stand by di depan pintu IGD Pelaksanaan triage sangat penting
sangat terbatas (hanya satu orang) dibantu dilaksanakan dalam kondisi kegawatdaruratan,
dengan seorang mahasiswa keperawatan yang sehingga faktor yang berhubungan dengan
sedang menjalani praktek klinis. Perawat pelaksanaan triage perlu diidentifikasi
tersebut bertugas untuk menanyakan keluhan serta diperlukan rekomendasi tindak lanjut
pasien, memilah apakah termasuk trauma untuk memperbaikinya, khususnya masalah
atau non trauma, mengantar pasien masuk peningkatan mutu dan jumlah tenaga perawat,
ruang tindakan, dan memberikan kode serta melengkapi dan mengoptimalkan
triage. Namun berdasarkan observasi peneliti penggunaan perlengkapan triage. Melalui
kode triage ini tidak diberikan oleh perawat pelaksanaan triage, kepuasan pasien di rumah
meskipun telah ada sosialisasi penerapan kode sakit akan dapat tercapai serta kematian dan
triage di dinding. kecacatan pada kasus kegawatdaruratan dapat
Data observasi lainnya menunjukkan diminimalkan. Tujuan penelitian ini adalah
bahwa perawat IGD Rumah Sakit A juga untuk menganalisis faktor yang berhubungan
tidak melakukan pemeriksaan fisik pasien dengan pelaksanaan triage oleh tenaga
di ruang triage (meskipun ada ruang khusus kesehatan di IGD Rumah Sakit A dan B.
triage). Selain itu, peralatan di ruang triage
tampak terbatas dan kurangnya jumlah
BAHAN DAN METODE
perawat yang bertugas setiap shift, di mana
shift pagi hanya terdapat 9 orang perawat, Penelitian ini menggunakan desain
padahal jumlah pasien pada shift tersebut analitik korelasional dengan pendekatan cross
sering melebihi kapasitas brankart yang ada sectional. Populasi dalam penelitian ini adalah
(40 buah), sehingga ruangan IGD menjadi perawat dan pasien di IGD Rumah Sakit A dan
sangat penuh (overcrowded). Hasil observasi B dengan menggunakan total sampling untuk
di atas menunjukkan bahwa permasalahan perawat (54 perawat) dan accidental sampling
lingkungan kerja di instalasi tersebut sangat untuk pasien yang didampingi oleh keluarga
kompleks. (54 pasien). Analisa data penelitian dilakukan
Pelaksanaan triage dipengar uhi dengan teknik univariat (ditampilkan dalam
oleh beberapa faktor antara lain faktor bentuk distribusi frekuensi), bivariat (uji chi-
kinerja (performance), faktor pasien, faktor square) serta multivariat (uji regresi logistik
perlengkapan triage, faktor ketenagaan dan dengan metode backward).
faktor model of caring yang digunakan di
instalasi tersebut (Australian Triage Process
HASIL
Review, 2011). Penelitian lain yang dilakukan
oleh Andersson, A.K., M. Omberg, dan Data penelitian berupa karakteristik
M. Svedlund (2007) menyatakan bahwa responden disajikan dalam bentuk distribusi
faktor yang mempengaruhi triage decision frekuensi, sedangkan data lainnya disajikan
making dibagi menjadi dua faktor yaitu dalam bentuk tabulasi silang.

148
Analisis Faktor Pelaksanaan Triage (Nur Ainiyah, dkk.)

Tabel 1 menunjukkan bahwa sebagian baik melaksanakan triage secara optimal.


besar perawat IGD adalah laki-laki, sedangkan Di sisi lain, ada perawat yang memiliki
usia dominan sekitar 1834 tahun yang faktor kinerja kurang baik (2%) namun
menunjukkan usia dewasa dan usia produktif. dapat melaksanakan triage secara optimal.
Latar belakang pendidikan perawat IGD Berdasarkan hasil uji Fisher didapatkan
sebagian besar merupakan pendidikan tinggi bahwa value = 0,000 ( < 0,05), sehingga H1
(D3 Keperawatan). diterima berarti ada hubungan yang bermakna
Tabel 2 menunjukkan bahwa sebanyak antara faktor kinerja dengan pelaksanaan
35% perawat IGD yang memiliki faktor kinerja triage oleh tenaga kesehatan.
Tabel 3 menunjukkan sebanyak 33%
Tabel 1. Karakteristik Perawat IGD responden memiliki faktor pasien yang baik
dan mendapatkan pelayanan triage yang
Variabel Frekuensi Prosentase
optimal, sedangkan 4 % responden memiliki
Faktor Kinerja (f) (%)
Jenis Kelamin faktor pasien yang kurang baik namun tetap
- Laki-laki 34 63 mendapatkan pelayanan triage yang optimal.
- Perempuan 20 37 Berdasarkan hasil uji Fisher didapatkan bahwa
Usia p value = 0,01 ( < 0,05), sehingga H1 diterima
- 1834 15 18 berarti ada hubungan yang bermakna antara
- 3549 38 72 faktor pasien dengan pelaksanaan triage oleh
Pendidikan tenaga kesehatan.
terakhir Tabel 4 menunjukkan 2% responden
- SPK 1 2 memiliki faktor ketenagaan yang kurang
- D3 Kep 44 81 baik dengan pelaksanaan triage optimal.
- S1 Kep 9 17 Di sisi lain, 35% responden dengan faktor
- S2 Kep 0 0 ketenagaan baik menunjukkan pelaksanaan
Total 54 100 triage optimal. Uji Fisher didapatkan
p value = 0,011 ( < 0,05) sehingga H1 diterima
berarti ada hubungan yang bermakna antara
Tabel 2. Tabulasi silang faktor kinerja dan
faktor ketenagaan dengan pelaksanaan triage
pelaksanaan triage di IGD
oleh tenaga kesehatan.
Pelaksanaan Triage Tabel 5 menunjukkan bahwa 8%
Faktor
kurang Total responden berpendapat faktor perlengkapan
Kinerja optimal
optimal kurang baik namun pelaksanaan triage tetap
f(%) f(%) optimal, 30% responden berpendapat faktor
Kurang baik 20(37) 1(2) 21(39) perlengkapan sudah baik dan pelaksanaan
Baik 14(26) 19(35) 33(61) triagenya optimal. Uji Fisher menunjukkan
p value 0.000 p value = 0,010 ( < 0,05) sehingga H1 diterima

Tabel 3. Tabulasi silang faktor pasien dan


pelaksanaan triage di IGD Tabel 4. Hubungan faktor ketenagaan dengan
pelaksanaan triage di IGD
Pelaksanaan Triage
Faktor kurang Pelaksanaan Triage
optimal Total Faktor kurang
Pasien optimal optimal Total
f(%) f(%) Ketenagaan optimal
Kurang baik 19(35) 2(4) 21(39) f(%) f(%)
Baik 15(28) 18(33) 33(61) Kurang baik 12(22) 1(2) 13(24)
p value 0.01 Baik 22(41) 19(35) 33(76)
p value 0.011

149
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 147157

berarti ada hubungan faktor perlengkapan Penelitian ini menggunakan analisis


dengan pelaksanaan triage oleh tenaga multivariat regresi logistik karena variabel
kesehatan. dependent pelaksanaan triage oleh tenaga
Tabel 6 didapatkan data bahwa faktor kesehatan menggunakan skala data berupa
model keperawatan yang tidak lengkap 18 kategori dikotomi yaitu optimal dan kurang
responden (37%) menunjukkan pelaksanaan optimal. Syarat analisis multivariat adalah nilai
triage yang dilakukan oleh tenaga kesehatan p < 0,25 sehingga variabel yang memenuhi
telah optimal dan 36 responden (67%) syarat untuk dilakukan analisis multivariat
menunjukkan pelaksanaan triage yang regresi logistik adalah faktor kinerja ( p
dilakukan oleh tenaga kesehatan kurang value = 0.000), faktor pasien (p value = 0,01),
optimal. Uji chi square tidak menunjukkan faktor ketenagaan (p value = 0.011) dan faktor
value karena data faktor model keperawatan perlengkapan (p value = 0.010).
sama (data yang didapatkan konstan), sehingga Tabel 7 menunjukkan bahwa faktor yang
tidak dapat dihitung nilai statistiknya. paling berhubungan dengan pelaksanaan triage
oleh tenaga kesehatan secara berurutan dimulai
dari OR yang paling kecil yaitu faktor kinerja
(B = -3,803, p sig. 0,002), faktor ketenagaan
Tabel 5. Tabulasi silang faktor perlengkapan
(B= -2,986, p sig. 0,017), faktor pasien (B=
dengan pelaksanaan triage di IGD
-2,568, p sig. 0,011), dengan konstanta 1,747,
Pelaksanaan sehingga didapatkan persamaan regresi,
Triage yaitu:
Faktor
Kurang Total
Perlengkapan
optimal
Optimal P = 1,747 + -3,803 kinerja pasien + -2,986 tenaga+ -2,568
f(%) f(%)
Kurang baik 19(35) 4(8) 23(42) PEMBAHASAN
Baik 15(28) 16(30) 31(58)
p value 0,010 Berdasarkan tabel 2 didapatkan data
bahwa faktor kinerja yang kurang baik

Tabel 6. Tabulasi silang faktor model keperawatan dengan pelaksanaan triage di IGD
Pelaksanaan Triage
No Faktor Model Keperawatan kurang optimal Optimal Total
f(%) f(%)
1 Lengkap 0 0 0
2 Tidak Lengkap 36(67) 18(37) 0
value

Tabel 7. Hasil Analisis Multivariat Regresi Logistik


B Df p OR
a
Langkah 1 F kinerja -3.71 1 .003 0.24
F perlengkapan -.28 1 .776 0.75
F pasien -2.47 1 .019 0.84
F ketenagaan -2.96 .018 0.05
Constant 1.794 1 .006 6.01
F kinerja -3.80 1 .002 0.02
Langkah 2a F pasien -2.56 1 .011 0.07
F ketenagaan -2.98 1 .017 0.05
Constant 1.747 .005 5.73

150
Analisis Faktor Pelaksanaan Triage (Nur Ainiyah, dkk.)

sebanyak 1 responden (2%) melaksanakan bahwa semakin lama bekerja maka kinerja
triage optimal dan faktor kinerja yang baik 19 perawat menjadi semakin baik.
responden (35%) melaksanakan triage optimal. Kinerja responden yang baik juga
Berdasarkan hasil uji Fisher didapatkan dit unjuk kan dengan responden dapat
bahwa value = 0,000 ( < 0,05), sehingga melakukan perawatan baik kritis ataupun
H1 diterima berarti ada hubungan faktor non kritis dengan baik yaitu sebagian besar
kinerja dengan pelaksanaan triage oleh tenaga mampu menggunakan perangkat mekanik atau
kesehatan. penunjang, sebagian besar sering melakukan
Faktor kinerja dalam penelitian perawatan yang dibutuhkan oleh pasien kritis,
ini meliputi subvariabel kepemimpinan, hampir separuh perawat sangat sering bekerja
perawatan kritis, hubungan interpersonal atau dengan kompeten dalam situasi darurat. Hal
kolaborasi, pendidikan kesehatan atau teaching ini sesuai dengan penelitian Wahyudi (2010)
dan pengembangan profesi. Responden yang bahwa terdapat hubungan bermakna antara
mempunyai faktor kinerja baik ditunjukkan kemampuan praktik profesional dengan kinerja
dari sebagian besar responden sering perawat p value = 0,03 (p < 0,05).
menerima kritikan yang diberikan kepada Kinerja reponden yang kurang baik
dirinya dan sering bersifat terbuka atas saran ditunjukkan dari sebagian kecil responden
yang diberikan kepada orang lain. masih sedikit yang mendapatkan bimbingan
Hal tersebut di atas menunjukkan bahwa dari anggota tim lainnya dalam perencanaan
responden memiliki sifat kepemimpinan hampir asuhan keperawatan jika mengalami kesulitan,
sama dengan gaya kepemimpinan partisipatif, sebagian kecil responden memberikan
seperti yang disampaikan oleh House dalam dukungan emosional pada keluarga pasien
Agustina (2009) yang menyatakan bahwa ada yang akan meninggal, dari hal tersebut
beberapa gaya kepemimpinan yang dimiliki diketahui bahwa komunikasi interpersonal
seseorang antara lain gaya kepemimpinan dengan pasien atau kolaborasi responden
partisipatif, suportif dan beberapa yang lain, dengan dokter atau teman sejawat kurang baik
sedangkan gaya kepemimpinan partisipatif sehingga kinerja yang dilaksanakan kurang
adalah seorang pemimpin terbuka dalam baik pula.
menerima kritikan orang lain, memberikan Hal tersebut di atas sesuai dengan
kewenangan dan tanggung jawab kepada penelitian Tanabe, Motoko & Yoshimi
individu atau kelompok untuk mengambil Suzukamo & Ichiro Tsuji & Sin-Ichi Izumi
sebuah keputusan. Hal yang sama juga pada 112 perawat puskesmas yang dibagi
didapatkan dalam penelitian Doran, Amy menjadi 2 kelompok yaitu salah satunya sebagai
Sanchez, Martin Gevans, Kathleen MacMillan kontrol. Penelitian ini memberikan perlakuan
(2004) bahwa gaya kepemimpinan yang baik berupa pelatihan keterampilan komunikasi dan
akan menciptakan lingkungan yang baik dan hasilnya menunjukkan bahwa kinerja perawat
kinerja yang baik pula. meningkat secara signifikan pada reponden
Kinerja responden yang baik ini yang lebih dahulu mendapatkan pelatihan
kemungkinan disebabkan karena separuh daripada yang tidak diberikan pelatihan.
perawat mempunyai pengalaman yang Kinerja responden yang kurang baik
cukup lama bekerja di IGD (510 tahun), juga ditunjukkan dari sebagian kecil responden
dengan pengalaman yang cukup lama, maka merasa kurang atau belum mampu menggunakan
kemampuan menghadapi pasien dan kasus kesempatan belajar yang diberikan kepadanya
juga akan semakin banyak sehingga ketika untuk pengembangan diri dan profesional
melaksanakan tindakan perawatan dapat berkelanjutan. Hal ini bertolak belakang dengan
optimal. Hal ini sesuai dengan penelitian Wilson (2012) bahwa standar pengembangan
Fujino, Tanaka M, Yonemitsu Y, Kawamoto profesional kinerja perawat antara lain
R. (2014) pada 1395 perawat yang bekerja di pelaksanaan tindakan sesuai etika, kepemimpinan
Rumah Sakit Umum di Jepang menunjukkan dan standar pengembangan staf.
bahwa 1045 perawat (76%) menunjukkan

151
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 147157

Penelitian lain yang hal ini telah cepat dan tepat berhubungan dengan kepuasan
dilakukan oleh Dadashzadeh, Abbas, Farahnaz pasien.
Abdolahzadeh, Azad Rahman, Morteza Menurut Tarlier (2004) bahwa hubungan
Ghojazadeh (2013) bahwa dalam penelitian responsiveness ini dibentuk berdasarkan 3
kualitatifnya menyatakan bahwa faktor yang elemen yaitu respecst (hormat), trust (percaya),
mempengaruhi pelaksanaan triage dibagi dan mutuality (pertolongan). Responsiveness
menjadi 3 kategori yaitu pertama faktor ini ditunjukkan dalam penelitian ini bahwa
personil (keterampilan dan pengetahuan lebih dari separuh perawat segera datang dan
perawat), kedua faktor pasien dan ketiga adalah berespons ketika pasien membutuhkan sesuatu
faktor non personil salah satunya adalah beban atau memanggil perawat, sebagian besar
kerja. responden menyatakan bahwa perawat mampu
Hal tersebut di atas dikuatkan pula mengkaji dengan baik, hal ini sesuai dengan
oleh Australian Triage Process Review (2005) penelitian Toma, G, Wayne Triner, Louise-
menyatakan bahwa kinerja mempengaruhi Ann McNutt (2009) yang menyatakan bahwa
pelaksanaan triage. Oleh karena itu dapat kepuasan pasien berkorelasi kuat dengan
disimpulkan bahwa faktor kinerja berhubungan keterampilan interpersonal tenaga kesehatan
dengan pelaksanaan triage. dalam melakukan pengkajian.
Ha si l p e nel it ia n me nu nju k k a n Faktor pasien baik juga ditunjukkan
bahwa ada hubungan faktor pasien dengan dengan separuh pasien puas karena perawat
pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan. atau petugas menerima pasien dengan baik
Australian Triage Process Review (2011) yang mulai dari pintu IGD, sebagian besar pasien
menyatakan bahwa faktor yang mempengaruhi puas karena perawat atau dokter menjelaskan
pelaksanaan triage adalah faktor pasien tentang kondisi dan pengobatan yang akan
yang meliputi kepuasan atau pengalaman diterima, sebagian besar pasien juga sangat
pasien, karakteristik pasien, keamanan dan puas karena perawat juga mengikutsertakan
keselamatan pasien, lama waktu tunggu, serta pasien dalam pengambilan keputusan.
antrian (queuing). Hal ini menunjukkan bahwa informasi
Faktor pasien baik dengan mendapatkan dan komunikasi interpersonal antara perawat
pelayanan atau pelaksanaan triage optimal, atau petugas kesehatan dengan pasien berjalan
hal ini ditunjukkan dengan sebagian besar dengan baik, dengan berjalannya komunikasi
pasien sangat puas karena perawat segera yang baik tersebut maka kepuasan akan
berdiri dan mendekati pasien dan membantu tercapai, hal ini sesuai dengan penelitian
berpindah atau menempati bed atau kursi Salehi, Lesley Strawderman, Laura Ruff (2012)
roda, sebagian besar pasien merasa sangat pada 722 pasien di Rumah Sakit Australia
puas karena perawat menanyakan keluhan menunjukkan bahwa ada hubungan yang kuat
yang dirasakan pasien dalam waktu kurang antara komunikasi dengan kepuasan pasien,
dari 5 menit, hampir seluruh pasien sangat hal yang sama juga dilakukan dalam penelitian
puas karena perawat melakukan pemeriksaan Nielsen (2004) bahwa dengan komunikasi akan
tekanan darah, nadi dan suhu tidak lebih dari dapat meningkatkan kepuasan. Hal yang sama
5 menit, sebagian besar pasien sangat puas juga ditemukan dalam penelitian Radtke (2013)
karena dokter melakukan pemeriksaan tidak yang melakukan observasi kepuasan pasien
lebih dari 10 menit. selama 3 bulan dan hasilnya menunjukkan
Lama waktu tunggu dalam penelitian terjadi peningkatan dari 75% menjadi 87%
ini merupakan ketepatan waktu yang diberikan setelah perawat melakukan komunikasi
kepada pasien untuk mendapatkan pengobatan interpersonal kepada pasien selama operan.
sesuai dengan kondisi pasien (status kegawatan Berdasarkan hasil penelitian Chan
pasien). Hal tersebut di atas sesuai dengan JN and Chau J. (2005) dan Elder (2004)
Parasuraman dalam Yohana (2011) bahwa menunjuk kan bahwa kepuasan pasien
kemauan untuk memberikan pelayanan dengan berhubungan dengan pelaksanaan triage,

152
Analisis Faktor Pelaksanaan Triage (Nur Ainiyah, dkk.)

dan salah satu cara meningkatkan kepuasan (8%) menunjukkan pelaksanaan triagenya
pasien adalah dengan menurunkan lama waktu optimal sedangkan pendapat tentang faktor
tunggu. (Walrath, Jo M. Ramona Tomallo- perlengkapan yang baik 16 responden (30%)
Bowman, Jeanne M. Maguire. 2004), dengan menunjukkan pelaksanaan triagenya optimal.
demikian dapat disimpulkan bahwa faktor Berdasarkan hasil uji Fisher didapatkan
pasien berhubungan dengan pelaksanaan bahwa p value = 0,010 ( < 0,05) sehingga
triage oleh tenaga kesehatan. H1 diterima berarti ada hubungan faktor
Berdasarkan tabel 4 didapatkan data perlengkapan dengan pelaksanaan triage oleh
bahwa faktor ketenagaan yang kurang baik tenaga kesehatan.
1 responden (2%) menunjukkan pelaksanaan Pendapat tentang faktor perlengkapan
triage optimal sedangkan faktor ketenagaan baik dan pelaksanaan triagenya optimal, hal
yang baik 19 responden (35%) menunjukkan ini ditunjukkan dengan responden menyatakan
pelaksanaan triage optimal. Berdasarkan bahwa sebagian besar setuju pimpinan
hasil uji Fisher didapatkan bahwa p value = memonitor semua kegiatan yang dilakukan
0,011 ( < 0,05) sehingga H1 diterima berarti oleh staf, sebagian besar setuju pimpinan
ada hubungan faktor ketenagaan dengan mudah diajak berkonsultasi, bersifat terbuka
pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan dan baik dalam mendiskusikan pelaksanaan
Faktor ketenagaan baik dengan tugas dengan stafnya, separuh responden
pelaksanaan triage optimal ditunjukkan setuju pimpinan mempunyai kemampuan
dengan hasil perhitungan kebutuhan tenaga penyelesaian masalah yang baik.
perawat berdasarkan rumus formula Instalasi Faktor perlengkapan dalam hal ini
Gawat Darurat (Raymond, 2011) didapatkan subvariabel lingkungan kerja (kepemimpinan)
bahwa di IGD tersebut membutuhkan 8 me nu nju k k a n ba hwa ke pem i mpi n a n
perawat sedangkan pada kenyataannya tenaga merupakan bagian yang sangat penting yang
yang dimiliki adalah sejumlah 18 perawat dapat mempengaruhi pelayanan keperawatan
hal ini menunjukkan bahwa ketenagaan yang serta dapat memberikan kualitas praktik
dimiliki IGD tersebut lebih dari kebutuhan. keperawatan yang baik kepada pasien (Huber,
Hal ini sesuai dengan penelitian Jansen 2006).
(2011) yang menunjukkan bahwa faktor yang Pendapat tentang faktor perlengkapan
mempengaruhi pelaksanaan triage yaitu salah baik dan pelaksanaan triagenya optimal, juga
satunya adalah jumlah tenaga dan pengaturan ditunjukkan dengan sebagian besar responden
shift. menyatakan setuju bahwa ketersediaan sarana
Faktor ketenagaan baik menunjukkan dan prasarana dalam jumlah yang cukup dan
pelaksanaan triagenya optimal, selain dilihat nyaman ketika memberikan pelayanan kepada
dari segi kuantitas juga dilihat dari segi kualitas pasien sebagian besar responden menyatakan
di mana kualitas perawatnya seluruhnya sudah sarana dan prasarana yang digunakan telah
pernah mengikuti BLS, BTLS dan PPGD sesuai dengan perkembangan teknologi
selain itu separuh dari tenaga perawat sudah kesehatan, sebagian besar setuju bahwa
bekerja selama 510 tahun di IGD. Hasil tersedia kesempatan untuk berkomunikasi
yang demikian ini sejalan dengan dilakukan antara pasien, perawat dan dokter, hampir
oleh Russo (2010) yang menunjukkan separuh perlengkapan fisik sarana dan
bahwa pendidikan dan pengalaman perawat prasarana sudah menunjukkan lengkap.
mempengaruhi pengambilan keputusan triage. Berdasarkan hasil penelitian di atas
Oleh karena itu dapat disimpulkan bahwa ada menunjukkan bahwa lingkungan kerja terbagi
hubungan antara faktor ketenagaan dengan menjadi dua yaitu pertama adalah lingkungan
pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan. kerja fisik (ketersediaan sumber daya atau
Berdasarkan tabel 5 didapatkan data sarana dan prasarana) dan lingkungan kerja
bahwa pendapat tentang faktor perlengkapan non fisik yaitu yang berhubungan dengan
yang kurang baik didapat dari 4 responden lingkungan kerja, baik hubungan dengan

153
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 147157

atasan maupun hubungan dengan sesama rekan Penelitian ini juga menunjukkan bahwa
kerja, ataupun hubungan dengan bawahan sebagian kecil responden menyatakan bahwa
(Sedarmayanti dalam Ghoffur, 2011). perawat masih belum mempunyai kesempatan
Ketersediaan sumber daya merupakan yang sama untuk mengikuti pelatihan. Hal
salah satu dukungan yang digunakan perawat ini didukung oleh penelitian Chen YM and
dalam memberikan pelayanan terhadap pasien Johantgen ME (2010), bahwa ada hubungan
secara optimal, seperti halnya dalam penelitian antara pengembangan profesional dengan
kualitatif Jansen (2011) bahwa faktor salah satu kepuasan kerja, di mana kepuasan kerja
faktor yang berpengaruh dalam pelaksanaan merupakan sikap positif terhadap pekerjaan
pedoman triage adalah sumber daya. Hal ini yang dilakukan, jika sikap positif ini muncul
didukung oleh penelitian Yoon, Philip, Ivan maka kinerja yang dilakukan juga menjadi
Steiner, Gilles Reinhardt (2003) bahwa salah optimal, kinerja yang dimaksud disini adalah
satu faktor yang mempengaruhi lama waktu pelaksanaan triage.
tunggu di IGD adalah perlengkapan. Berdasarkan Australian System Process
Pendapat tentang faktor perlengkapan Review (2011) bahwa faktor perlengkapan
baik dengan pelaksanaan triagenya optimal mempengaruhi pelaksanaan triage. Faktor
juga ditunjukkan dari sebagian besar setuju perlengkapan meliputi perlengkapan atau
komunikasi antar perawat atau perawat peralatan triage, dukungan antar staf baik
dengan dokter berjalan dengan baik meskipun perawat dengan perawat ataupun perawat
ketika terjadi kesulitan saat memberikan dengan dokter. Oleh karena itu dapat
pelayanan pada pasien, separuh responden disimpulkan bahwa faktor perlengkapan
setuju pelayanan keperawatan dilakukan berhubungan dengan pelaksanaan triage oleh
secara bersamaan dan saling membantu antar tenaga kesehatan.
sesama tim, sebagian besar responden setuju Berdasarkan tabel 6 didapatkan data
adanya kesempatan untuk menyampaikan ide bahwa faktor model asuhan keperawatan
antar sesama rekan. Hasil penelitian tersebut yang tidak lengkap 18 responden (37%)
menunjukkan bahwa lingkungan kerja non menunjukkan pelaksanaan optimal dan 36
fisik dapat berupa hubungan komunikasi atau responden (67%) menunjukkan pelaksanaan
kerja sama antara staf atau antara perawat triage kurang opimal. Berdasarkan hasil uji
dan dokter, dengan kerja sama yang baik chi square tidak didapatkan besarnya karena
maka lingkungan menjadi kondusif sehingga faktor model asuhan keperawatan di kedua
pelayanan keperawatan dapat diberikan secara IGD yang sama sehingga data yang didapatkan
optimal, hal ini didukung oleh Marlene & tidak bervariasi atau konstan, sehingga tidak
Claudia (2003) menyatakan bahwa yang dapat dihitung nilai statistiknya.
menjadi elemen penting dalam hubungan Faktor model asuhan keperawatan yang
perawat dan dokter adalah kerja sama dan tidak lengkap dalam penelitian ini ditunjukkan
komunikasi dengan kerja sama yang baik dengan IGD mempunyai model asuhan yang
Berdasarkan observasi dalam penelitian dimiliki IGD ini adalah resuscitation, GP
ini didapatkan bahwa ketersediaan peralatan Clinic yaitu ketenagaan yang berada di IGD
triage di ruang triage masih ada yang belum adalah dokter umum, sedangkan dokter
lengkap, hal ini disebabkan karena sebenarnya spesialis on call saja, meskipun sebenarnya
peralatan atau instrumen triage telah tersedia IGD ini sudah memilki dokter spesialis
akan tetapi tidak ditempatkan di ruang triage emergency yang hanya datang ketika shift pagi
tetapi ditempatkan di gudang peralatan dan ada saja. Model lain yang dimiliki oleh IGD ini
juga yang ditempatkan di ruang tindakan. adalah Maternal Neonatal Emergency Care
Hal ini bertolak belakang dengan (early pregnancy units) serta melayani gawat
penelitian Geraci dalam Gerdtz (2000) yang medik dan gawat bedah (Medical Surgical
menunjukkan bahwa faktor-faktor yang Assesment Units).
mempengaruhi pelaksanaan triage antara lain Hal tersebut di atas kemungkinan
adalah fasilitas fisik yang disediakan di ruang disebabkan karena adanya keterbatasan
triage. sumber daya yang ada di masing-masing

154
Analisis Faktor Pelaksanaan Triage (Nur Ainiyah, dkk.)

rumah sakit meliputi sumber daya manusia, lama bekerja di IGD (5-10 tahun), seluruh
fasilitas, kebijakan serta infrastruktur. responden pernah mengikuti BLS, BTLS
Australian Triage Process Review (2011) dan PPGD sedangkan sebagian besar juga
menyatakan bahwa model asuhan keperawatan sudah mengikuti GELS. Hal ini sesuai dengan
mempengaruhi pelaksanaan triage, seperti penelitian Rahmati, Hashem. Mahboobeh
fast track, emergency short stay, pediatrics, Azmoon, Mohammad Kalantari Meibodi,
psyciatrics emergency care centers, aged Najaf Zare (2013) pada perawat IGD di Iran
coordination and evaluation team, GP clinics, menunjukkan terjadi peningkatan kinerja
resusciation, medical surgical assesment units, setelah diberikan pelatihan tentang triage
and early pregnancy. setelah 6 minggu.
Jika memilki model asuhan keperawatan Responden yang mempunyai kinerja
yang lengkap maka diharapkan setelah baik akan tetapi pelaksanaan triagenya kurang
perawat atau dokter melakukan triage kepada optimal, hal ini kemungkinan disebabkan
pasien maka pasien akan segera dimasukkan karena jumlah pasien yang sangat banyak
sesuai dengan kasus atau kategori yang dalam setiap shiftnya, hal ini menunjukkan
terjadi pada pasien tersebut. Hal ini sesuai beban kerja perawat yang tinggi, pembagian
dengan McHugh, Megan, Kevin Van Dyke, job description tenaga keperawatan masih
Mark McClelland, Mass (2011) menyatakan belum terkoordionasi secara maksimal
bahwa untuk meningkatkan jumlah pasien seperti tenaga perawat merangkap sebagai
dan mengurangi penuhnya pasien di IGD petugas administrasi, tidak ada perawat yang
maka dilakukan dengan menggunakan model bertanggung jawab secara khusus pada satu
keperawatan salah satunya adalah dengan Fast tingkat atau satu level tertentu.
Track. Oleh karena model asuhan keperawatan Berdasarkan penelitian kualitatif yang
yang dimiliki IGD yang tidak bervariasi maka dilakukan oleh Cone, K.J. and R. Murray,
disimpulkan tidak diketahuinya hubungan (2002) di temukan 4 tema utama yang
antara model asuhan keperawatan dengan mempengaruhi pelaksanaan triage yaitu
pelaksanaan triage. sifat-sifat pribadi, karakteristik kognitif,
Hasil penelitian pada Tabel 7 dapat karakteristik perilaku, dan pengalaman. Salah
disimpulkan faktor yang paling berhubungan satu bagian dari karakteristik perilaku kinerja
dengan pelaksanaan triage oleh tenaga perawat. Penelitian yang juga dilakukan
kesehatan secara berurutan dimulai dari OR oleh Andersson, A. K., Omberg, M., &
yang paling kecil yaitu faktor kinerja, faktor Svedlund, M. (2006) yang diikuti oleh 81 IRD
ketenagaan dan faktor pasien. yang ada di Belanda yang terdiri dari manajer,
Va r iabel per t a ma ya ng pali ng perawat, dan dokter menunjukkan bahwa
berhubungan dengan pelaksanaan triage ada beberapa faktor yang mempengaruhi
oleh tenaga kesehatan adalah faktor kinerja. pelaksanaan pedoman triage yaitu kinerja
Kinerja dipengaruhi oleh tiga faktor yaitu perawat, tingkat pengetahuan, wawasan dan
faktor individu, faktor organisasi, dan keterampilan, motivasi, dukungan, informasi
faktor psikologi. faktor individu terdiri dari dokter, pengaturan shift untuk implementasi,
kemampuan keterampilan, pengalaman deskripsi tugas dan tanggung jawab, beban
dan latar belakang demografi, sedangkan kerja dan sumber daya.
faktor psikologi terdiri dari persepsi, sikap, Variabel kedua yang berhubungan
kepribadian dan motivasi, sedangkan dengan pelaksanaan triage yang dilakukan
faktor organisasi, terdiri dari sumber daya, oleh tenaga kesehatan adalah faktor
kepemimpinan/kebijakan, imbalan, struktur, ketenagaan. Faktor ketenagaan yang dimaksud
pembagian pekerjaan ( job description). dalam penelitian ini adalah jumlah perawat di
(Gibson dalam Firmansyah, 2009). IGD, jumlah satu shift, pendidikan terakhir
Beberapa faktor yang mempengaruhi yang perawat yang bekerja di IGD, pelatihan
kinerja tersebut telah ditemukan dalam lanjutan yang pernah diikuti. Hal ini didukung
penelitian ini yaitu bahwa sebagian besar oleh penelitian Dadashzadeh, Abbas, Farahnaz
mempu nyai pengalaman yang cu k up Abdolahzadeh, Rahmani, Morteza Ghojazadeh

155
Jurnal Ners Vol. 10 No. 1 April 2015: 147157

(2013) yang menunjukkan bahwa salah satu Media. Fakultas Ekonomi Universitas
faktor yang mempengaruhi pelaksanaan Indonesia.
triage adalah faktor personil yang meliputi Chan JN dan Chau J., 2005. Patient Satisfaction
keterampilan perawat (pengkajian, pendidikan with Triage Nursing Care in Hong Kong.
dan pengalaman). J Adv Nurs; 50(5): 498507.
Chen YM and Johantgen ME., 2010. Magnet
Hospital Attributes in European
SIMPULAN DAN SARAN Hospitals: A Multilevel Model of Job
Simpulan Satisfaction. Int J Nurs Stud. 2010 Aug;
47(8): 100112.
Berdasarkan hasil penelitian, dapat Cone, K . J. a nd R . Mu r r ay. 20 02.
disimpulkan bahwa ada hubungan antara Characteristics, Insights, Decision
faktor kinerja ( performance) dengan Making, and Preparation of ED Triage
pelaksanaan triage oleh tenaga kesehatan, ada Nurses. Journal of emergency nursing.
hubungan faktor pasien dengan pelaksanaan 28(5): p. 401406.
triage oleh tenaga kesehatan, ada hubungan Dadashzadeh, A., Farahnaz A., Azad R.,
faktor ketenagaan dengan pelaksanaan triage Morteza G., 2013. Factors Affecting
oleh tenaga kesehatan, ada hubungan faktor Triage Decision-Making From The
perlengkapan dengan pelaksanaan triage oleh Viewpoints of Emergency Department
tenaga kesehatan di Instalasi Gawat Darurat Staff in Tabriz Hospitals, Iran J Crit
serta tidak ada hubungan antara faktor model Care Nurs; 6(4): 269276.
asuhan keperawatan dengan pelaksanaan Doran, D., Amy S.M., Martin G. E., Kathleen
triage di Instalasi Gawat Darurat dikarenakan M., Linda M.H., Dorothy P., Susan
S., Antonio V., 2004. Impact of
tidak bisa dilakukan uji statistik. Faktor yang
the Managers Span of Control on
paling dominan yang berhubungan dengan
Leadership and Performance. Canadian
pelaksanaan triage adalah faktor kinerja,
Health Services Research Foundation.
faktor ketenagaan dan faktor pasien. Ontario Ministry of Health and Long-
Term Care Nursing Effectiveness,
Saran
Utilization and Outcomes Research
Diharapkan kepada pihak rumah sakit Unit, Faculty of Nursing, University of
meningkatkan motivasi kerja, mengoptimalkan Toronto.
ketenagaan perawat dengan cara memberikan Fathoni, M., Hathairat S., Praneed S.,
job description secara jelas, memperbaiki 2010. Relationships between Triage
sistem management yang terkait dengan beban K nowledge, Trai n i ng, Work i ng
kerja perawat, serta meningkatkan kualitasnya Experiences and Triage Skills among
Emergency Nurses in East Java,
dengan mengikuti pelatihan Triage Office
Indonesia. Nurse Media Journal of
Course secara bergantian.
Nursing, 3, 1, 2013, 511525.
Firmansyah, M. 2009. Pengaruh Karakteristik
KEPUSTAKAAN Organisasi terhadap Kinerja Perawat
d a l a m m el a k s a n a k a n A s u h a n
Andersson, A.K., Omberg, M., & Svedlund, Keperawatan untuk Membantu Promosi
M. 2006. Triage in the emergency Kesehatan di Rumah Sakit Umum Sigli.
department a qualitative study of the Tesis. Universitas Sumatera Utara.
factors which nurses consider when Fujino Y, Tanaka M, Yonemitsu Y, Kawamoto
making decisions. British Association R. 2014. The relationship between
of Critical Care Nurse, 11, 136145. characteristics of nursing performance
Agustina, R. 2009. Hubungan antara Gaya and years of experience in nurses with
Kepemimpinan dengan Kreativitas high emotional intelligence. Int J Nurs
Karyawan: Analisis Pengarh Mediasi Pract. 2014 Apr 8. doi: 10.1111/ijn.
Pemikiran Kreatif dan Motivasi 12311.
Intrinsik pada Karyawan di Industri

156
Analisis Faktor Pelaksanaan Triage (Nur Ainiyah, dkk.)

Gerdtz M. F. 2003. Triage nurses clinical Salehi, A., Lesley S., dan Laura R., 2012.
decision making: A multi-method study The Importance of Communication
of practice, processes and influences. for Patient Satisfaction. Department
School of nursing, Faculty of Medicine, of Industrial and Systems Engineering
Dentist r y and Health Ser vices, Human Systems Engineering Lab
University of Melbourne, Melbourne. Mississippi State University. http://www.
Ghofar, A., Misbahuddin A., 2013. Pengaruh iienet2.org/SHS/Details.aspx?id=18430
Lingkungan Kerja terhadap Kinerja Raymond HS. 2012. Manajemen Keperawatan.
Perawat Melalui Kepuasan Kerja EGC: Jakarta.
Sebagai Variabel Intervening (Studi Tanabe, M., Yoshimi S., Ichiro T., dan Sin-
Pada Perawat Ruangan Instalasi Ichi I., 2012. Communication Training
Rawat Inap Kelas I, II, III-A, dan III-B Improves Sense of Perfor mance
Rumah Sakit Islam Unisma Malang). Expectancy of Public Health Nurses
Tesis. Fakultas Ekonomi dan Bisnis Engaged in Long-Ter m Elderly
Universitas Brawijaya. Prevention Care Program. ISRN Nursing.
Janssen, MA., VanAchterberg, T., Adriaansen, 2012 (12), Article ID 430560, 8 pages.
MJ., Kampshoff, CS., & Mintjes- http://dx.doi.org/10.5402/2012/430560.
deGroot, J., 2011. Adherence to The Tarlier DS. 2004. Beyond caring: the moral
Guideline Triage in Emergency and ethical bases of responsive nurse-
Departments: A Survey of Dutch patient relationships. Nurs Philos; 5(3):
Emergency Departments. J Clin Nurs, 23041.
20(1718), 24582468. Wahyudi. 2010. Hubungan Persepsi Perawat
Marlene dan Claudia S., 2003. Securing Good tentang Profesi Keperawatan dan
Nurse Physician. JONM. 34(7): 3438. Motivasi Kerja trehadap Kinerja
Radtke K. 2013. Improving patient satisfaction Perawat Pelaksana di RSUD dr.
with nursing communication using Slamet Garut. Tesis. Fakultas Ilmu
bedside shift report. Clin Nurse Spec; Keperawatan. Program Pasca Sarjana
27(1): 1925. Magister Ilmu Keperawatan Kekhususan
Rahmati, H., Mahboobeh A., Mohammad Kepemimpinan dan Manajemen
KM., Najaf Z. 2013. Effects of Triage Keperawatan. Universitas Indonesia.
Education on Knowledge, Practice and Walrath, JM., Ramona TB., Jeanne MM., 2004.
Qualitative Index of Emergency Room Emergency Department: Improving
Staff: A Quasi-Interventional Study. Patient Satisfaction. Nurs Econ. 2004;
Bull Emerg Trauma 2013; 1(2): 6975. 22(2).
Russo, TA., 2010. Factors Affecting the Wilson C. 2012. Standards of professional
Process of Clinical Decision-Making performance for nursing professional
in Pediatric Pain Management by development. J Nurses Staff Dev. 28(1):
Emergency Department Nurses. 434.
Dissertation. Doctor of Philosophy Yoon, P., Ivan S., Gilles R., 2003. Analysis of
College of Nursing. Factors Influencing Length of Stay in
Safari, SR., 2012. Perceptions And Challenges The Emergency Department. CJEM.;
Of Using Emergency Triage Assessment 5(3): 155 161.
Treatment Guideline In Emergency , Australian Triage Process Review.
Department At Muhimbili National 2011. Health Policy Priorities Principal
Hospital, Tanzania. Masters in Commitee Australian Process Review.
Critical Care and Trauma Dissertation.
Muhimbili University.

157

Anda mungkin juga menyukai