Anda di halaman 1dari 15

ASKEP KLIEN DENGAN BERDUKA (DUKACITA)

Dosen Pengampu : Ns. Ni Made Sumartyawati, M.Kep

OLEH:

KELOMPOK 7

Jihan Fadila (021.01.3795)

Putri Aina’ul Mardiyah (021.01.3819)

Siti Halimah (021.01.3829)

Risti Ristiana (021.01.3825)

Lusi Yusrianti (021.01.38030)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN (STIKES)

MATARAM

2022/2023
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang yang
tak lupa kita memanjatkan segala bentuk pujian hanya kepada-Nya yang telah melimpahkan
Rahmat,Hidayah dan Inayahya kepada kami,sehingga dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul ASKEP KLIEN DENGAN BERDUKA (DUKACITA)
Sholawat serta salam tak lupa kita haturkan kepada junjungan Alam Nabi Besar
Muhammad SAW,yang telah membawa umatnya dari alam kejahatan ,menuju keislaman
yang penuh kemuliaan seperti yang kita rasakan saat ini.
Oleh karena itu, kritik dan saran yang membangun akan kami nantikan demi
kesempurnaan makalah ini.

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ii
DAFTAR ISI iii
BAB I PENDAHULUAN 1
1.1 Latar belakang 1
1.2 Rumusan masalah 1
1.3 Tujuan 2
BAB II PEMBAHASAN 3
2.1 Pengertian Berduka 3
2.2 Karakteristik Berduka 3
2.3 Jenis-Jenis Berduka 3
2.4 Tahapan Proses Berduka 4
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Berduka 5
2.6 Kondisi Klinis 6
BAB III ASUHAN KERAWATAN KLIEN DENGAN BERDUKA 8
3.1 Pengkajian 8
3.2 Diagnosa 8
3.3 Perencanaan 8
3.4 Implementasi 10
3.5 Evaluasi 10
BAB IV PENUTUP 11
4.1 Kesimpulan 11
4.2 Saran 11
DAFTAR PUSTAKA 12

3
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Lahir, kehilangan, kematian, dan berduka merupakan suatu fase dalam perjalanan
kehidupan manusia yang harus dilalui, integral dengan kehidupan dan bersifat unik bagi
setiap individu yang dapat menjadi stressor yang membutuhkan dukungan dalam
menghadapinya. Hidup merupakan suatu rangkaian kehadiran dan kepergian, ada dan
tiada akan selalu berlangsung bergantian.
Berduka merupakan hal yang pasti dirasakan oleh semua individu. Bahkan
sejak lahir individu sudah mengalami kehilangan dan cenderung akan
mengalaminya kembali walaupun dalam bentuk yang berbeda. Namun respon
kehilangan setiap individu akan berbeda.
Pandangan-pandangan tersebut dapat menjadi dasar bagi seorang perawat apabila
menghadapi kondisi yang demikian. Pemahaman dan persepsi diri tentang pandangan
diperlukan dalam memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif. Kurang
memperhatikan perbedaan persepsi menjurus pada informasi yang salah, sehingga
intervensi perawatan yang tidak tetap (Suseno, 2004).Perawat berkerja sama dengan
klien yang mengalami berbagai tipe kehilangan. Mekanisme koping mempengaruhi
kemampuan seseorang untuk menghadapi dan menerima kehilangan. Perawat membantu
klien untuk memahami dan menerima kehilangan dalam konteks kultur mereka sehingga
kehidupan mereka dapat berlanjut. Dalam kultur Barat, ketika klien tidak berupaya
melewati duka cita setelah mengalami kehilangan yang sangat besar artinya, maka akan
terjadi masalah emosi, mental dan sosial yang serius
Penting bagi perawat memahami kehilangan dan dukacita. Ketika merawat klien dan
keluarga, parawat juga mengalami kehilangan pribadi ketika hubungan klien-kelurga-
perawat berakhir karena perpindahan, pemulangan, penyembuhan atau kematian.
Perasaan pribadi, nilai dan pengalaman pribadi mempengaruhi seberapa jauh perawat
dapat mendukung klien dan keluarganya selama kehilangan dan kematian
1.2 Rumusan Masalah
1) Apa pengertian berduka?
2) Apa saja karakteristik berduka?
3) Apa saja jenis-jenis berduka?

4
4) Bagaimana tahapan proses berduka?
5) Apa faktor-faktor yang mempengaruhi rasa berduka?
6) Bagaimana kondisi klinis klien berduka?
7) Bagaimana asuhan keperawatan pada pasien berduka?
1.3 Tujuan
1) Untuk mengetahui pengertian berduka
2) Untuk mengetahui karakteristik berduka
3) Untuk mengetahui jenis-jenis berduka
4) Untuk mengetahui tahapan proses berduka
5) Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi rasa berduka
6) Untuk mengetahui kondisi klinis klien berduka
7) Untuk mengetahui asuhan keperawatan pada klien berduka

5
BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Pengertian
Berduka merupakan reaksi psikologis sebagai respon kehilangan sesuatu yang
dimiliki yang berpengaruh terhadap perilaku emosi, fisik, spiritual, sosial maupun
intelekstual seseorang. Berduka adalah keadaan subjektif yang mengikuti kehilangan.
Berduka merupakan salah satu keadaan emosional yang paling kuat dan memengaruhi
semua aspek kehidupan seseorang. Hal ini menyebabkan seseorang tidak dapat
melakukan aktivitas dan hanya berfokus pada perasaan dan kebutuhan saat ini.
Respons berduka yang paling sering adalah respons terhadap kehilangan orang yang
dicintai karena kematian dan perpisahan, tetapi dapat juga mengikuti kehilangan sesuatu
yang berwujud atau tidak berwujud yang sangat disayangi. Mungkin benda berharga,
kepunyaan yang disimpan dalam hati, ideal diri, pekerjaan atau status.
Berduka adalah reaksi universal sebagai respons tehadap kehilangan orang yang
dicintai. Berduka akan meningkat pada kondisi kehilangan, perpisahan, kematian, yang
menimbulkan perasaan berduka yang mendalam karena tergantung pada pertumbuhan
orang lain. Kapasitas untuk membentuk kehangatan, hubungan yang memuaskan dengan
orang lain membuat seseorang rentan terhadap kesedihan, putus asa, dan berduka ketika
hubungan tersebut dihentikan. Perpaduan bersifat universal sebagai reaksi alami dari
pengalaman hidup dan merupakan cara penyampaiannya ditentukan oleh budaya.
Berduka melibatkan stress, kepedihan, penderitaan dan gangguan fungsi yang dapat
berlangsung selama berhari-hari, berminggu-minggu, atau berbulan-bulan. Pemahaman
2.2 Karakteristik Berduka
a. Berduka menunjukkan suatu reaksi syok dan ketidakyakinan.
b. Berduka menunjukkan perasaan sedih dan hampa bila mengingat kembali
kejadian kehilangan.
c. Berduka menunjukkan perasaan tidak nyaman, sering disertai dengan menangis,
keluhan sesak pada dada, tercekik, dan nafas pendek.
d. Mengenang orang yang telah pergi secara terus-menerus.
e. Mengalami perasaan berduka.
f. Mudah tersinggung dan marah.
2.3 Jenis-Jenis Berduka

6
a. Berduka normal
Terdiri atas perasaan, perilaku, dan reaksi yang normal terhadap kehilangan
misalnya, kesedihan, kemarahan, menangis, kesepian, dan menarik diri dari
aktivitas untuk sementara.
b. Berduka antisipatif
Proses melepaskan diri yang muncul sebelum kehilangan atau kematian yang
sesungguhnya terjadi.Misalnya, Ketika menerima diagnosis terminal, seseorang
akan memulai proses perpisahan dan menyesuaikan berbagai urusan didunia
sebelum ajalnya tiba
c. Berduka Disfungsional/Berpompilasi
Dialami oleh seseorang yang sulit untuk maju ke tahap berikutnya,yaitu
tahap kedukaan normal. Masa berkabung seolah-olah tidak kunjung berakhir dan
dapat mengancam hubungan orang yang bersangkutan dengan orang lain.
d. Berduka tertutup
Yang juga dikenal sebagai berduka marginal atau tidak didukung, ketika
hubungan mereka dengan orang yang sudah meninggal tidak disetujui secara
sosial, tidak dapat diakui secara terbuka didepan umum, atau terlihat kurang
signifikan Kedudukan akibat kehilangan yang tidak dapat diakui secara terbuka.
Contohnya:Kehilangan pasangan karena AIDS, anak mengalami kematian orang
tua tiri, atau ibu yang kehilangan anaknya di kandungan atau ketika bersalin.
2.4 Tahapan Proses Berduka
Proses berduka dan berkabung adalah proses dimana seseorang mengalami respon secara
psikologis, fisiologis, sosial dan fisik terhadap kehilangan. Respon ini terlihat seperti
putusasaan, kesepian, ketidakberdayaan, kesedihan, dan rasa bersalah.
a) Pengingkaran (Denial)
Seseorang akan mengingkari atau menyangkal dengan keadanya dan menolaknya.
b) Kemarahan (Anger)
Pada fase ini seseorang akan lebih sensitif dan mudah tersinggung dan marah saat
peristiwa berduka.
c) Penawaran (Bergening)
Individu mulai membuât perjanjian dnegan cara halus untuk mencegah kehilangan.
Sehingga orang yang merasa berduka akan mencari pendapat orang lain.
d) Depresi (Depression)

7
Terjadi ketika kehilangan disadari dan timbul dampak nyata dari makna kehilangan
tersebut. Tahap depresi ini memberi kesempatan untuk berupaya melewati
kehilangan dan mulai memecahkan masalah.
e) Penerimaan (Acceptance)
Pada tahapan ini lebih melihat sikap penerimaan ada bila seseorang mampu
menghadapi kenyataaanya.
2.5 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Rasa Berduka
a. Perkembangan Manusia
Usia klien dan tahap perkembangan mempengaruhi respon terhadap berduka
.sebagai contoh : anak –anak tidak dapat memahami rasa kehilangan atau
kematian, tapi sering merasakan kecemasan akibat kehilangan objek dan terpisah
dari orang tua.
b. Hubungan Personal
Ketika hubungan antara dua orang sangat bermanfaat dan terhubung dengan
baik, orang yang selamat sering merasa sulit untuk bergerak maju setelah
kematian. Proses berduka terhambat oleh penyesalan dan rasa kepentingan yang
belum selesai, terutama ketika orang-orang terkait erat tetapi tidak memiliki
hubungan yang baik pada saat kematian. Dukungan sosial dan kemampuan untuk
menerima bantuan dari orang lain merupakan variabel penting dalam pemulihan
dari kehilangan dan berduka. Orang yang berduka akan mengalami lebih sedikit
depresi keika mereka memiliki hubungan pribadi dan teman yang sangaat
memuaskan untuk mendukung mereka dalam kesedihan
c. Sifat dari Rasa Kehilangan
Menggali arti suatu rasa kehilangan yang dimiliki klien dapat membantu
perawat memahami secara lebih baik dampak dari rasa kehilangan pada perilaku,
kesehatan, dan kesejahteraan klien. Rasa kehilangan yang paling jelas biasanya
menstimulasi respons pertolongan dari individu lain
d. Strategi Koping
Klien pertama-tama bergantung pada strategi koping yang mereka kenal
ketika mengalami tekanan akibat rasa kehilangan. Ketika strategi koping yang
biasanya tidak berhasil, individu memerlukan strategi koping yang baru.
Pengungkapan emosi (pelepasan, atau membicarakan tentang perasaan seseorang)
telah dipandang sebagai cara yang penting untuk beradaptasi dengan rasa
kehilangan.

8
e. Status Sosial Ekonomi
Status sosial ekonomi memengaruhi proses berduka seseorang dengan cara
langsung dan tidak langsung. Karena perubahan peran, seorang ibu yang baru
menjanda menemukan dirinya bekerja beberapa pekerjaan untuk memenuhi
kebutuhan dan tidak menemukan waktu untuk memulai perawatan diri atau
membiarkan dirinya berduka atas kehilangan suaminya. Dengan sumber daya
terbatas, kegiatan yang mendukung berduka yang sehat seperti membeli pohon
untuk ditanam untuk menghormati almarhum atau melakukan perjalanan ke
kelompok pendukung mungkin tidak realistis. Implikasi praktis juga ada ketika
sumber daya terbatas. Seorang klien dengan keuangan terbatas tidak dapat
mengganti mobil yang hancur dalam kecelakaan dan membayar biaya medis
terkait.
f. Budaya dan Etnik
Selama masa kehilangan dan berduka, klien dan keluarga memanfaatkan praktik
sosial dan spiritual dari budaya mereka untuk menemukan kenyamanan, ekspresi
dan makna dalam pengalaman. Untuk memberikan perawatan sebaik mungkin,
penting bagi kita untuk bertanya tentang keyakinan dan praktik budaya. Budaya
melampaui lokasi geografis seseorang. Pertimbangkan pengaruh orientasi seksual,
status sosial ekonomi dan make-up keluarga ketika menilai pengaruh budaya pada
praktik berkabung dan ritual kematian.
g. Kepercayaan Spiritual dan Keagamaan
Seperti pengaruh budaya, spiritualitas dan atau praktik dan keyakinan agama
memberikan kerangka untuk menavigasi, memahami dan menyembuhkan dan
kehilangan, kematian dan berduka. Keyakinan klien dapat memengaruhi cara
mereka menanggapi penyakit, pengobatan, opsi dukungan kehidupan lanjutan,
otopsi, donasi organ dan apa yang terjadi pada tubuh dan jiwa setelah kematian.
Klien memanfaatkan keyakinan dan spiritual mereka untuk memberikan
kenyamanan dan mencari pemahaman pada saat kehilangan. Spiritualitas
memengaruhi kemampuan klien dan anggota keluarga untuk mengatasi
kehilangan. Merawat klien dalam pendekatan holistik yang mencakup semangat,
memastikan bahwa perawat menyediakan klien dengan perawatan individual
terbaik.
2.6 Kondisi Klinis

9
Beberapa kondisi klinis terkait yang dapat menyebabkan munculnya diagnosis
keperawatan berduka antara lain:
a. Kematian anggota keluarga atau orang terdekat
b. Amputasi
c. Cedera medulla spinalis
d. Melahirkan meninggal
e. Penyakit kronis dan terminal (diabetes mellitus, stroke, tbc, paru paru dan
kanker)
f. Putus Hubungan Kerja

10
BAB III

ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN DENGAN BERDUKA (DUKACITA)

3.1 Pengkajian
 Faktor Genetik : Seorang individu yang memiliki anggota keluarga atau
dibesarkan dalam keluarga yang mempunyai riwayat depresi akan mengalami
kesulitan dalam bersikap optimis dan menghadapi kehilangan.
 Kesehatan fisik : Individu dengan kesehatan fisik prima dan hidup dengan
teratur mempunyai kemampuan dalam menghadapi stres dengan lebih baik
dibandingkan dengan individu yang mengalami gangguan fisik.
 Kesehatan mental : Individu dengan riwayat gangguan kesehatan mental
memiliki tingkat kepekaan yang tinggi terhadap suatu kehilangan dan berisiko
untuk kambuh kembali.
 Pengalaman kehilangan sebelumnya : Kehilangan dan perpisahan dengan
orang berarti di masa kanak-kanak akan memengaruhi kemampuan individu
dalam menghadapi kehilangan di masa dewasa
 Struktur Kepribadian : Individu dengan konsep yang negatif, perasaan rendah
diri akan menyebabkan rasa percaya diri yang rendah yang tidak objektif
terhadap stress yang dihadapi.
3.2 Diagnosa Keperawatan
 Dukacita
3.3 Intervensi Keperawatan

Diagnosa Tahap Intervensi


Dukacita a) Mengingkari 1) Jelaskan proses berduka.
2) Beri kesempatan kepada pasien untuk
mengungkapkan perasaannya
3) Secara verbal dukung pasien, tetapi jangan
dukung pengingkaran yang dilakukan.
4) Jangan bantah pengingkaran pasien, tetapi
sampaikan fakta.
5) Duduk di samping pasien.
6) Teknik komunikasi diam dan sentuhan.

11
7) Perhatikan kebutuhan dasar pasien.
b) Marah 1) Dorong dan beri waktu kepada pasien untuk
mengungkapkan kemarahan secara verbal
tanpa melawan dengan kemarahan.
2) Bantu pasien atau keluarga untuk mengerti
bahwa marah adalah respons yang normal
karena merasakan kehilangan dan
ketidakberdayaan.
3) Fasilitasi ungkapan kemarahan pasien dan
keluarga.
4) Hindari menarik diri dan dendam karena
pasien/keluarga bukan marah pada perawat.
5) Tangani kebutuhan pasien pada segala
reaksi kemarahannya
c) Tawar- 1) Bantu pasien untuk mengidentifikasi rasa
Menawar bersalah dan rasa takutnya.
2) Dengarkan dengan penuh perhatian.
3) Ajak pasien bicara untuk mengurangi rasa
bersalah dan ke takutan yang tidak rasional.
4) Berikan dukungan spiritual.
d) Depresi 1) Identifikasi tingkat depresi dan bantu
mengurangi rasa bersalah. .
2) Berikan kesempatan kepada pasien untuk
mengekspresikan kesedihannya.
3) Beri dukungan nonverbal dengan cara
duduk di samping pasien dan memegang
tangan pasien.
4) Hargai perasaan pasien.
5) Bersama pasien bahas pikiran negatif yang
sering timbul.
6) Latih pasien dalam mengidentifikasi hal
positif yang masih dimiliki.
1) Bantu pasien dalam mengidentifikasi

12
rencana kegiatan yang akan dilakukan.
Penerimaa
2) Bantu keluarga dan teman pasien untuk
n
dapat mengerti penyebab kematian.
3) Jika keluarga mengikuti proses pemakaman,
hal yang dapat dilakukan adalah ziarah
(menerima kenyataan), melihat foto-foto
proses pemakaman
4) Urus surat-surat yang diperlukan, seperti
pensiun, menutup buku tabungan.

3.4 Implementasi
Sebelum tindakan keperawatan diimplementasikan perawat perlu memvalidasi
apakah rencana tindakan yang ditetapkan masih sesuai dengan kondisi pasien saat ini
(here and now). Perawat juga perlu mengevaluasi diri sendiri apakah mempunyai
kemampuan interpersonal, intelektual, dan teknikal sesuai dengan tindakan yang akan
dilaksanakan. Setelah tidak ada hambatan lagi, maka tindakan keperawatan bisa
diimplementasikan.
Saat memulai untuk implementasi tindakan keperawatan, perawat harus membuat
kontrak dengan pasien dengan menjelaskan apa yang akan dikerjakan dan peran serta
pasien yang diharapkan. Kemudian penting untuk diperhatikan terkait dengan standar
tindakan yang telah ditentukan dan aspek legal yaitu mendokumentasikan apa yang
telah dilaksanakan.
3.5 Evaluasi
1) Pasien mampu mengenali peristiwa kehilangan yang dialami.
2) Memahami hubungan antara kehilangan yang dialami dengan keadaan dirinya.
3) Mengidentifikasi cara-cara mengatasi berduka yang dialaminya.
4) Memanfaatkan faktor pendukung.
5) Keluarga mengenal masalah kehilangan dan berduka.
6) Keluarga memahami cara merawat pasien berduka berkepanjangan.
7) Keluarga memanfaatkan sumber yang tersedia di masyarakat.

13
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Berduka merupakan reaksi psikologis sebagai respon kehilangan sesuatu yang
dimiliki yang berpengaruh terhadap perilaku emosi, fisik, spiritual, sosial maupun
intelekstual seseorang. Gambaran tahapan proses berduka menurut Kublier-rose (1969)
dibagi mejadi 4 yaitu : Fase Pengingkaran (denial), Fase Marah (anger), Fase Tawar
Menawar (bargaining), dan Fase Depresi (depression) Fase Penerimaan.
Pengkajian yang dapat dilakukan yaitu dengan mengidentifikasi Factor Genetic,
Kesehatan Jasmani, Kesehatan Mental, Pengalaman Kehilangan di Masa Lalu dan
Struktur Kepribadian.
4.2 Saran
Setelah kami membuat kesimpulan tentang asuhan keperawatan pada klien dengan
respon kehilangan dan berduka, maka kami menganggap perlu adanya sumbang saran
untuk memperbaiki dan meningkatkan mutu asuhan keperawatan. Adapun saran-saran
yang dapat kami sampaikan sebagai berikut:
1) Dalam perencanaan tindakan, harus disesuaikan dengan kebutuhan klien pada saat
itu.
2) Dalam perumusan diagnose keperawatan, harus diprioritaskan sesuai dengan
kebutuhan maslow ataupun kegawatan dari masalah.
3) Selalu mendokumentasikan semua tindakan keperawatan baik yang kritis maupun
yang tidak.

14
DAFTAR PUSTAKA
Ah. Yusuf, Rizky Fitryasari PK, dan Hanik Endang Nihayati. (2015). Buku Ajar
Keperawatan Kesehatan Jiwa. Jakarta: Salemba Medika.
Keliat, Budi Anna, Dkk. 2007. Manajemen Keperawatan Psikososial dan Kader
Kesehatan Jiwa. Jakarta:EGC.
Susanto., dkk. 2022. Keperawatan Medikal Bedah. Padang: Pt Global Eksekutif
Teknologi
Rias, Yohanes Andy,. Rinancy, Hariet,. Ratnasari, Febi,. Agusthia, Mira,. Ariantini,
Nyoman Sri,. Alfianto, Ahmad Guntur,. Nasution, Nurhafizah,. Sirait, Healthy
Seventina,. Sanon,. Raharjo, Untoro Dwi,. Hadi, Irwan. 2021. Psikologis dan Budaya
Dalam Keperawatan. Bandung: Media Sains Indonesia

15

Anda mungkin juga menyukai