Anda di halaman 1dari 24

TUGAS KEPERAWATAN KOMPLEMENTER

“Sejarah Perkembangan Keperawatan Komplementer di Indonesia dan

Dunia ”.

Dosen Pengampu : NS.Rini Rahmayanti,

M.Kep

1
Disusun Oleh :

RISKA AULIA RAHMA

Nim : 22122277

PROGRAM STUDI RPL S1

KEPERAWATAN

STIKES MERCUBAKTIJAYA

PADANG

TAHUN 2022/2023

KATA PENGANTAR

Puji syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasa atas segala limpahan Rahmat, dan

Anugerah-Nya sehingga Penulis dapat menyelesaikan penyusunan makalah ini dalam bentuk

maupun isinya yang sangat sederhana.

2
Harapan Penulis semoga makalah ini membantu menambah pengetahuan dan

pengalaman bagi para pembaca, sehingga Penulis dapat memperbaiki bentuk maupun isi

makalah ini sehingga kedepannya dapat lebih baik.

Makalah ini Penulis mengakui bahwa masih banyak kekurangan karena pengalaman

yang Penulis miliki masih kurang. Oleh kerena itu Penulis harapkan kepada para pembaca

untuk memberikan masukan-masukan yang bersifat membangun untuk kesempurnaan

makalah ini.

3
b

4
DAFTAR ISI

5
KATA PENGANTAR..............................

.....................................................................................................................................................

................................................................................ii

DAFTAR ISI

.....................................................................................................................................................

................................................................................iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang........

.........................................................................................................................................

...................................................................................1

B. Rumusan Masalah

.........................................................................................................................................

...................................................................................3

C. Tujuan Penulisan

.........................................................................................................................................

....................................................................................3

BAB II PEMBAHASAN

A. Perkembangan Keperawatan Komplementer di Dunia

.........................................................................................................................................

........................................................................................4

B. Perkembangan Keperawatan Komplementer di

Indonesia..........................................................................................................................

...........7

6
BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan......................................................................................................................

.........................................................................................11

B. Saran.................................................................................................................................

........................................................................................12

DAFTAR

PUSTAKA...................................................................................................................................

.........................................................................13

7
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), terapi adalah usaha untuk

memulihkan kesehatan orang yang sedang sakit, pengobatan penyakit, perawatan penyakit.

Komplementer adalah bersifat melengkapi, bersifat menyempurnakan. Pengobatan

komplementer dilakukan dengan tujuan melengkapi pengobatan medis konvensional dan

bersifat rasional yang tidak bertentangan dengan nilai dan hukum kesehatan di Indonesia.

Standar praktek pengobatan komplementer telah diatur dalam Peraturan Menteri Kesehatan

Republik Indonesia. Terapi komplementer adalah sebuah kelompok dari macam - macam

sistem pengobatan dan perawatan kesehatan, praktik dan produk yang secara umum tidak

menjadi bagian dari pengobatan konvensional.

Menurut WHO (World Health Organization), pengobatan komplementer adalah

pengobatan non konvensional yang bukan berasal dari negara yang bersangkutan. Jadi untuk

Indonesia, jamu misalnya, bukan termasuk pengobatan komplementer tetapi merupakan

pengobatan tradisional. Pengobatan tradisional yang dimaksud adalah pengobatan yang sudah

dari zaman dahulu digunakan dan diturunkan secara turun – temurun pada suatu negara. Tapi

di Philipina misalnya, jamu Indonesia bisa dikategorikan sebagai pengobatan komplementer.

8
Terapi komplementer adalah cara Penanggulangan Penyakit yang dilakukan sebagai

pendukung kepada Pengobatan Medis Konvensional atau sebagai Pengobatan Pilihan lain

diluar Pengobatan Medis yang Konvensional. Berdasarkan data yang bersumber dari Badan

Kesehatan Dunia pada tahun 2005, terdapat 75 – 80% dari seluruh penduduk dunia pernah

menjalani pengobatan non-konvensional. Di Indonesia sendiri, kepopuleran pengobatan non-

konvensional, termasuk pengobatan komplementer ini, bisa diperkirakan dari mulai

menjamurnya iklan – iklan terapi non – konvensional di berbagai media,

Terapi komplementer dikenal dengan terapi tradisional yang digabungkan dalam

pengobatan modern. Komplementer adalah penggunaan terapi tradisional ke dalam

pengobatan modern (Andrews et al., 1999). Terminologi ini dikenal sebagai terapi modalitas

atau aktivitas yang menambahkan pendekatan ortodoks dalam pelayanan kesehatan (Crips &

Taylor, 2001). Terapi komplementer juga ada yang menyebutnya dengan pengobatan holistik.

Pendapat ini didasari oleh bentuk terapi yang mempengaruhi individu secara menyeluruh

yaitu sebuah keharmonisan individu untuk mengintegrasikan pikiran, badan, dan jiwa dalam

kesatuan fungsi (Smith et al., 2004).

Pendapat lain menyebutkan terapi komplementer dan alternatif sebagai sebuah domain

luas dalam sumber daya pengobatan yang meliputi sistem kesehatan, modalitas, praktik dan

ditandai dengan teori dan keyakinan, dengan cara berbeda dari sistem pelayanan kesehatan

yang umum di masyarakat atau budaya yang ada (Complementary and alternative

medicine/CAM Research Methodology Conference, 1997 dalam Snyder & Lindquis, 2002).

Terapi komplementer dan alternatif termasuk didalamnya seluruh praktik dan ide yang

didefinisikan oleh pengguna sebagai pencegahan atau pengobatan penyakit atau promosi

kesehatan dan kesejahteraan.

Definisi tersebut menunjukkan terapi komplemeter sebagai pengembangan terapi

tradisional dan ada yang diintegrasikan dengan terapi modern yang mempengaruhi

9
keharmonisan individu dari aspek biologis, psikologis, dan spiritual. Hasil terapi yang telah

terintegrasi tersebut ada yang telah lulus uji klinis sehingga sudah disamakan dengan obat

modern. Kondisi ini sesuai dengan prinsip keperawatan yang memandang manusia sebagai

makhluk yang holistik (bio, psiko, sosial, dan spiritual).

Prinsip holistik pada keperawatan ini perlu didukung kemampuan perawat dalam

menguasai berbagai bentuk terapi keperawatan termasuk terapi komplementer. Penerapan

terapi komplementer pada keperawatan perlu mengacu kembali pada teori-teori yang

mendasari praktik keperawatan. Misalnya teori Rogers yang memandang manusia sebagai

sistem terbuka, kompleks, mempunyai berbagai dimensi dan energi. Teori ini dapat

mengembangkan pengobatan tradisional yang menggunakan energi misalnya tai chi, chikung,

dan reiki.

Teori keperawatan yang ada dapat dijadikan dasar bagi perawat dalam mengembangkan

terapi komplementer misalnya teori transkultural yang dalam praktiknya mengaitkan ilmu

fisiologi, anatomi, patofisiologi, dan lain-lain. Hal ini didukung dalam catatan keperawatan

Florence Nightingale yang telah menekankan pentingnya mengembangkan lingkungan untuk

penyembuhan dan pentingnya terapi seperti musik dalam proses penyembuhan. Selain itu,

terapi komplementer meningkatkan kesempatan perawat dalam menunjukkan caring pada

klien (Snyder & Lindquis, 2002).

Hasil penelitian terapi komplementer yang dilakukan belum banyak dan tidak dijelaskan

dilakukan oleh perawat atau bukan. Beberapa yang berhasil dibuktikan secara ilmiah

misalnya terapi sentuhan untuk meningkatkan relaksasi, menurunkan nyeri, mengurangi

kecemasan, mempercepat penyembuhan luka, dan memberi kontribusi positif pada perubahan

psikoimunologik (Hitchcock et al., 1999). Terapi pijat (massage) pada bayi yang lahir kurang

bulan dapat meningkatkan berat badan, memperpendek hari rawat, dan meningkatkan

respons. Sedangkan terapi pijat pada anak autis meningkatkan perhatian dan belajar. Terapi

10
pijat juga dapat meningkatkan pola makan, meningkatkan citra tubuh, dan menurunkan

kecemasan pada anak susah makan (Stanhope, 2004). Terapi kiropraksi terbukti dapat

menurunkan nyeri haid dan level plasma prostaglandin selama haid (Fontaine, 2005).

Hasil lainnya yang dilaporkan misalnya penggunaan aromaterapi. Salah satu aromaterapi

berupa penggunaan minyak esensial berkhasiat untuk mengatasi infeksi bakteri dan jamur

(Buckle, 2003). Minyak lemon thyme mampu membunuh bakteri streptokokus, stafilokokus

dan tuberkulosis (Smith et al., 2004). Tanaman lavender dapat mengontrol minyak kulit,

sedangkan teh dapat membersihkan jerawat dan membatasi kekambuhan (Key, 2008). Dr.

Carl menemukan bahwa penderita kanker lebih cepat sembuh dan berkurang rasa nyerinya

dengan meditasi dan imagery (Smith et al., 2004). Hasil riset juga menunjukkan hipnoterapi

meningkatkan suplai oksigen, perubahan vaskular dan termal, mempengaruhi aktivitas

gastrointestinal, dan mengurangi kecemasan (Fontaine, 2005).

Hasil-hasil tersebut menyatakan terapi komplementer sebagai suatu paradigma baru

(Smith et al., 2004). Bentuk terapi yang digunakan dalam terapi komplementer ini beragam

sehingga disebut juga dengan terapi holistik. Terminologi kesehatan holistik mengacu pada

integrasi secara menyeluruh dan mempengaruhi kesehatan, perilaku positif, memiliki tujuan

hidup, dan pengembangan spiritual (Hitchcock et al., 1999).

Terapi komplementer dengan demikian dapat diterapkan dalam berbagai level pencegahan

penyakit.Terapi komplementer dapat berupa promosi kesehatan, pencegahan penyakit

ataupun rehabilitasi. Bentuk promosi kesehatan misalnya memperbaiki gaya hidup dengan

menggunakan terapi nutrisi. Seseorang yang menerapkan nutrisi sehat, seimbang,

mengandung berbagai unsur akan meningkatkan kesehatan tubuh. Intervensi komplementer

ini berkembang di tingkat pencegahan primer, sekunder, tersier dan dapat dilakukan di

tingkat individu maupun kelompok misalnya untuk strategi stimulasi imajinatif dan kreatif

(Hitchcock et al., 1999).

11
Pengobatan dengan menggunakan terapi komplementer mempunyai manfaat selain dapat

meningkatkan kesehatan secara lebih menyeluruh juga lebih murah. Terapi komplementer

terutama akan dirasakan lebih murah bila klien dengan penyakit kronis yang harus rutin

mengeluarkan dana. Pengalaman klien yang awalnya menggunakan terapi modern

menunjukkan bahwa biaya membeli obat berkurang 200-300 dolar dalam beberapa bulan

setelah menggunakan terapi komplementer (Nezabudkin, 2007).

Minat masyarakat Indonesia terhadap terapi komplementer ataupun yang masih

tradisional mulai meningkat. Hal ini dapat dilihat dari banyaknya pengunjung praktik terapi

komplementer dan tradisional di berbagai tempat. Selain itu, sekolah-sekolah khusus ataupun

kursus kursus terapi semakin banyak dibuka. Ini dapat dibandingkan dengan Cina yang telah

memasukkan terapi tradisional Cina atau traditional Chinese Medicine (TCM) ke dalam

perguruan tinggi di negara tersebut (Snyder & Lindquis, 2002).

Kebutuhan perawat dalam meningkatnya kemampuan perawat untuk praktik keperawatan

juga semakin meningkat. Hal ini didasari dari berkembangnya kesempatan praktik mandiri.

Apabila perawat mempunyai kemampuan yang dapat dipertanggung jawabkan akan

meningkatkan hasil yang lebih baik dalam pelayanan keperawatan.

B. Rumusan Masalah

“Bagaimana sejarah perkembangan Keperawatan komplementer baik di Dunia maupun di

Indonesia ? “

C. Tujuan Penulisan

1. Penulis memahami sejarah perkembangan Keperawatan Komplementer di Dunia.

2. Penulis memahami sejarah perkembangan Keperawatan Komplementer di

Indonesia.

12
BAB II

PEMBAHASAN

A. Perkembangan Keperawatan Komplementer di Dunia

Sejarah pengobatan alternatif mengacu pada sejarah sekelompok praktik medis yang

beragam yang secara kolektif dipromosikan sebagai " pengobatan alternatif " yang dimulai

pada tahun 1970-an, untuk mengumpulkan sejarah individu anggota kelompok itu, atau

sejarah praktik medis barat. yang diberi label "praktik tidak teratur" oleh lembaga medis

barat.  Ini mencakup sejarah pengobatan komplementer dan

pengobatan integratif . "Pengobatan alternatif" adalah serangkaian produk, praktik,, tetapi

tidak berasal dari bukti yang dikumpulkan dengan metode ilmiah , bukan bagian

dari biomedis ,   atau bertentangan dengan bukti ilmiah atau ilmu yang mapan. "Biomedis"

adalah bagian dari ilmu kedokteran yang menerapkan prinsip-

13
prinsip anatomi , fisika , kimia , biologi , fisiologi , dan ilmu alam lainnya untuk praktik

klinis, menggunakan metode ilmiah untuk menetapkan keefektifan praktik itu.

Sebagian besar dari apa yang sekarang dikategorikan sebagai pengobatan alternatif

dikembangkan sebagai sistem medis yang lengkap dan independen, dikembangkan jauh

sebelum biomedis dan penggunaan metode ilmiah, dan dikembangkan di daerah yang relatif

terisolasi di dunia di mana terdapat sedikit atau tidak ada kontak medis dengan obat

sebelumnya. pengobatan barat ilmiah, atau dengan sistem masing-masing. Contohnya

adalah Pengobatan Tradisional Cina , teori

humoral Eropa dan pengobatan Ayurveda India . Praktik pengobatan alternatif lainnya,

seperti homeopati, dikembangkan di Eropa Barat dan bertentangan dengan pengobatan barat,

pada saat pengobatan barat didasarkan pada teori tidak ilmiah yang dipaksakan secara

dogmatis oleh otoritas agama barat.

 Homeopati dikembangkan sebelum ditemukannya prinsip dasar kimia , yang

membuktikan pengobatan homeopati hanya mengandung air. Tetapi homeopati, dengan

pengobatannya yang terbuat dari air, tidak berbahaya dibandingkan dengan pengobatan barat

ortodoks yang tidak ilmiah dan berbahaya yang dipraktikkan pada saat itu, yang meliputi

penggunaan racun dan pengurasan darah , yang seringkali mengakibatkan cacat permanen

atau kematian. Praktik alternatif lain seperti pengobatan

manipulatif chiropractic dan osteopathic, dikembangkan di Amerika Serikat pada saat

pengobatan barat mulai memasukkan metode dan teori ilmiah, tetapi model biomedis belum

sepenuhnya dominan. Praktek-praktek seperti chiropractic dan osteopathic, masing-masing

dianggap tidak teratur oleh lembaga medis, juga saling bertentangan, baik secara retoris

maupun politis dengan undang-undang perizinan. Praktisi osteopatik menambahkan kursus

dan pelatihan biomedis ke lisensi mereka, dan pemegang lisensi Doctor of Osteopathic

14
Medicine mulai mengurangi penggunaan asal-usul bidang yang tidak ilmiah, dan tanpa

praktik dan teori asli, sekarang dianggap sama dengan biomedis.

Sampai tahun 1970-an, praktisi barat yang bukan bagian dari lembaga medis dirujuk

sebagai "praktisi tidak teratur", dan diberhentikan oleh lembaga medis sebagai tidak ilmiah

atau perdukunan .  Praktik yang tidak teratur menjadi semakin terpinggirkan

sebagai perdukunan dan penipuan, karena pengobatan barat semakin memasukkan metode

dan penemuan ilmiah, dan memiliki peningkatan yang sesuai dalam keberhasilan

perawatannya. Pada tahun 1970-an, praktik yang tidak teratur dikelompokkan dengan praktik

tradisional budaya non-barat dan dengan praktik lain yang belum terbukti atau tidak terbukti

yang bukan merupakan bagian dari biomedis, dengan kelompok yang dipromosikan sebagai

"pengobatan alternatif". 

Mengikuti gerakan budaya tandingan tahun 1960-an, kampanye pemasaran yang

menyesatkan mempromosikan "pengobatan alternatif" sebagai "alternatif" yang efektif untuk

biomedis, dan dengan mengubah sikap sosial tentang tidak menggunakan bahan kimia,

menantang pendirian dan otoritas apapun, kepekaan untuk memberikan ukuran yang sama

terhadap nilai dan keyakinan budaya lain dan praktik mereka melalui relativisme

budaya ,menambahkan postmodernisme dan dekonstruktivisme ke cara berpikir tentang sains

dan kekurangannya, dan dengan meningkatnya frustrasi dan keputusasaan pasien tentang

keterbatasan dan efek samping pengobatan berbasis sains, penggunaan pengobatan alternatif

di barat mulai meningkat, kemudian mengalami ledakan pertumbuhan mulai tahun 1990-an,

ketika tokoh politik tingkat senior mulai mempromosikan pengobatan alternatif, dan mulai

mengalihkan dana penelitian medis pemerintah ke penelitian pengobatan alternatif,

komplementer, dan integratif. 

Pengobatan komplementer atau alternatif menjadi bagian penting dalam pelayanan

kesehatan di Amerika Serikat dan negara lainnya (Snyder & Lindquis, 2002). Estimasi di

15
Amerika Serikat 627 juta orang adalah pengguna terapi alternatif dan 386 juta orang yang

mengunjungi praktik konvensional (Smith et al., 2004). Data lain menyebutkan terjadi

peningkatan jumlah pengguna terapi komplementer di Amerika dari 33% pada tahun 1991

menjadi 42% di tahun 1997 (Eisenberg, 1998 dalam Snyder & Lindquis, 2002).

Klien yang menggunakan terapi komplemeter memiliki beberapa alasan. Salah satu

alasannya adalah filosofi holistik pada terapi komplementer, yaitu adanya harmoni dalam diri

dan promosi kesehatan dalam terapi komplementer. Alasan lainnya karena klien ingin terlibat

untuk pengambilan keputusan dalam pengobatan dan peningkatan kualitas hidup

dibandingkan sebelumnya. Sejumlah 82% klien melaporkan adanya reaksi efek samping dari

pengobatan konvensional yang diterima menyebabkan memilih terapi komplementer (Snyder

& Lindquis, 2002).

Terapi komplementer yang ada menjadi salah satu pilihan pengobatan masyarakat. Di

berbagai tempat pelayanan kesehatan tidak sedikit klien bertanya tentang terapi

komplementer atau alternatif pada petugas kesehatan seperti dokter ataupun perawat.

Masyarakat mengajak dialog perawat untuk penggunaan terapi alternatif (Smith et al., 2004).

Hal ini terjadi karena klien ingin mendapatkan pelayanan yang sesuai dengan pilihannya,

sehingga apabila keinginan terpenuhi akan berdampak ada kepuasan klien. Hal ini dapat

menjadi peluang bagi perawat untuk berperan memberikan terapi komplementer.

Peran yang dapat diberikan perawat dalam terapi komplementer atau alternatif dapat

disesuaikan dengan peran perawat yang ada, sesuai dengan batas kemampuannya. Pada

dasarnya, perkembangan perawat yang memerhatikan hal ini sudah ada. Sebagai contoh yaitu

American Holistic Nursing Association (AHNA), Nurse Healer Profesional Associates

(NHPA) (Hitchcock et al.,1999). Ada pula National Center for Complementary/Alternative

Medicine (NCCAM) yang berdiri tahun 1998 (Snyder & Lindquis, 2002).

16
B. Perkembangan Keperawatan komplementer di Indonesia

Pengembanngan dan penggunaan CAM di Indonesia seiring waktu mengalami

peningkatan. Apabila dikaitkan dengan keadaan sosial budaya masyarakat Indonesia,

maka CAM telah dikenal sejak jama dahulu yang dikenal dengan pengobatan tradisional,

meskipun dalam beberapa istilah yang berkembang saat ini agak sedikit berbeda

keduanya. Berbagai pengobatan komplementer dan alternatif telah dikembangkan dengan

bersumber daya alam Indonesia, baik pengobatan yang berupa fisik, psikologis, dan

penguatan perilaku yang sesuai dengan karakteristik wilayah di Indonesia (Rasny,

Susanto, & Dewi, 2014).

Undang-undang No. 36 tahun 2009 tentang kesehatan, pasal 59 menyebutkan tentang

pengobatan tradisional (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2009).

Berdasarkan cara pengobatannya, pelayanan kesehatan tradisional terbagi menjadi: (1)

pelayanan kesehatan tradisional yang menggunakan keterampilan; dan (2) pelayanan

kesehatan tradisional yang menggunakan ramuan yang dibina dan diawasi oleh

Pemerintah agar dapat dipertanggungjawabkan manfaat dan keamanannya serta tidak

bertentangan dengan norma agama.

Sementara itu Peraturan Pemerintah No. 103 tahun 2014 mengatur tentang pelayanan

kesehatan tradisional (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2014a) . Dalam

PP ini, jenis pelayanan kesehatan tradisional meliputi: (1) Pelayanan Kesehatan

Tradisional Empiris; (2) Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer; dan (3)

Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi yang dilaksanakan dalam satu sistem kesehatan

tradisional dan harus dapat dipertanggungjawabkan keamanan dan manfaatnya serta tidak

bertentangan dengan norma agama dan kebudayaan masyarakat.

Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris merupakan penerapan pelayanan kesehatan

tradisional yang manfaat dan keamanannya terbukti secara empiris. Pelayanan Kesehatan

Tradisional Empiris dapat menggunakan satu cara perawatan atau kombinasi cara

17
perawatan dalam satu sistem Pelayanan Kesehatan Tradisional Empiris yang dilakukan

dengan menggunakan keterampilan; dan/atau ramuan.

Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer merupakan pelayanan kesehatan

tradisional dengan menggunakan ilmu biokultural dan ilmu biomedis yang manfaat dan

keamanannya terbukti secara ilmiah, dengan menggunakan satu cara

pengobatan/perawatan atau kombinasi cara pengobatan/perawatan dalam satu kesatuan

Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer yang dilaksanakan di Fasilitas Pelayanan

Kesehatan Tradisional dan dapat diintegrasikan pada Fasilitas Pelayanan Kesehatan

apabila memenuhi beberapa kriteria: (1) mengikuti kaidah-kaidah ilmiah; (2) tidak

membahayakan kesehatan pasien/klien; (3) tetap memperhatikan kepentingan terbaik

pasien/klien; (4)memiliki potensi promotif, preventif, kuratif, rehabilitatif, dan

meningkatkan kualitas hidup pasien/klien secara fisik, mental, dan sosial; dan (5)

dilakukan oleh tenaga kesehatan tradisional (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia

RI, 2014a).

Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer dilakukan dengan cara

pengobatan/perawatan dengan menggunakan: keterampilan; dan/atau ramuan. Pelayanan

Kesehatan Tradisional Komplementer yang menggunakan keterampilan dilakukan dengan

menggunakan: teknik manual; terapi energi; dan/atau terapi olah pikir. Pelayanan

Kesehatan Tradisional Komplementer yang menggunakan ramuan dilakukan dengan

menggunakan ramuan yang berasal dari: tanaman; hewan; mineral; dan/atau sediaan sarian

(galenik) atau campuran dari bahan-bahan. Dalam penggunaan sediaan sarian (galenik)

atau campuran dari bahan-bahan mengutamakan ramuan Indonesia.

Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi merupakan pelayanan kesehatan yang

mengombinasikan pelayanan kesehatan konvensional dengan Pelayanan Kesehatan

Tradisional Komplementer. Pelayanan Kesehatan Tradisional dilakukan secara bersama

oleh tenaga kesehatan dan tenaga kesehatan tradisional untuk pengobatan/perawatan

pasien/klien. Pelayanan Kesehatan Tradisional Integrasi harus diselenggarakan di Fasilitas

18
Pelayanan Kesehatan. Jenis Pelayanan Kesehatan Tradisional Komplementer ditetapkan

oleh Menteri setelah mendapat rekomendasi dari tim. Tim terdiri atas unsur Kementerian

Kesehatan, organisasi profesi, praktisi, dan pakar kesehatan tradisional.

Dalam UU No., 38 tahun 2014 tentang Keperawatan, menyebutkan dalam

menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya kesehatan

perorangan (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2014b), Perawat

berwenang: (1) melakukan pengkajian Keperawatan secara holistik; (2) menetapkan

diagnosis Keperawatan; (3) merencanakan tindakan Keperawatan; (4)melaksanakan

tindakan Keperawatan; (5) mengevaluasi hasil tindakan Keperawatan; (6) melakukan

rujukan; (7) memberikan tindakan pada keadaan gawat darurat sesuai dengan kompetensi;

(8) memberikan konsultasi Keperawatan dan berkolaborasi dengan dokter; i. melakukan

penyuluhan kesehatan dan konseling; dan (8) melakukan penatalaksanaan pemberian obat

kepada Klien sesuai dengan resep tenaga medis atau obat bebas dan obat bebas terbatas.

Dalam menjalankan tugas sebagai pemberi Asuhan Keperawatan di bidang upaya

kesehatan masyarakat (Kementerian Hukum dan Hak Asasi Manusia RI, 2014b), Perawat

berwenang: (1) melakukan pengkajian Keperawatan kesehatan masyarakat di tingkat

keluarga dan kelompok masyarakat; (2) menetapkan permasalahan Keperawatan

kesehatan masyarakat; (3) membantu penemuan kasus penyakit; (4). merencanakan

tindakan Keperawatan kesehatan masyarakat; (5) melaksanakan tindakan Keperawatan

kesehatan masyarakat; (6) melakukan rujukan kasus; (7) mengevaluasi hasil tindakan

Keperawatan kesehatan masyarakat; (8). melakukan pemberdayaan masyarakat; (9)

melaksanakan advokasi dalam perawatan kesehatan masyarakat; (10) menjalin kemitraan

dalam perawatan kesehatan masyarakat; (11) melakukan penyuluhan kesehatan dan

konseling; (12) mengelola kasus; dan (13) melakukan penatalaksanaan Keperawatan

komplementer dan alternatif.

Penggunaan terapi keperawatan komplementer dan alternatif oleh pasien umumnya

dipengaruhi oleh keluarga. Hal ini dikarenakan peran pencarian pelayanan kesehatan

19
selama sakit di Indonesia digantikan oleh keluarga. Dalam intervensi terapi keperawatan

keluarga dapat dikembangkan dan digunakan terapi komplementer dan alternatif sesuai

dengan perawatan yang berlaku dalam meningkatkan kemandirian pasien (Susanto, 2010).

20
BAB III

PENUTUP

A. Kesimpulan

Perkembangan terapi komplementer atau alternatif sudah luas, termasuk didalamnya

orang yang terlibat dalam memberi pengobatan karena banyaknya profesional kesehatan dan

terapis selain dokter umum yang terlibat dalam terapi komplementer. Hal ini dapat

meningkatkan perkembangan ilmu pengetahuan melalui penelitian-penelitian yang dapat

memfasilitasi terapi komplementer agar menjadi lebih dapat dipertanggungjawabkan.

Perawat sebagai salah satu profesional kesehatan, dapat turut serta berpartisipasi

dalam terapi komplementer. Peran yang dijalankan sesuai dengan peran-peran yang ada. Arah

perkembangan kebutuhan masyarakat dan keilmuan mendukung untuk meningkatkan peran

perawat dalam terapi komplementer karena pada kenyataannya, beberapa terapi keperawatan

yang berkembang diawali dari alternatif atau tradisional terapi.

B. Saran

21
Dengan tersusunya makalah ini semoga bisa bermanfaat bagi pembaca maupun

penulis. Kritikdan saran dari pembaca sangat penulis butuhkan, karena penulis sadar bahwa

penyusunan makalah ini jauh dari kata sempurna.

22
DAFTAR PUSTAKA

Andrews, M., Angone, K.M., Cray, J.V., Lewis, J.A., & Johnson, P.H. (1999). Nurse’s

handbook of alternative and complementary therapies. Pennsylvania: Springhouse.

Buckle, S. (2003). Aromatherapy. http// .www.naturalhealthweb.com/articles, diperoleh 25

Januari 2008.

Fontaine, K.L. (2005). Complementary & alternative therapies for nursing practice. 2th ed.

New Jersey: Pearson Prentice Hall.

Hitchcock, J.E, Schubert, P.E., Thomas, S.A. (1999). Community health nursing: Caring in

action. USA: Delmar Publisher.

Key, G. (2008). Aromatherapy beauty tips. http// .www.naturalhealthweb. com/articles/

georgekey3.html, diperoleh 25 Januari 2008.

Nezabudkin, V. (2007). How to research alternatif treatment before using

them.http// .www.naturalhealthweb.com/articles/ Nezabudkin1.html, diperoleh 25 Januari

2008.

Smith, S.F., Duell, D.J., Martin, B.C. (2004). Clinical nursing skills: Basic to advanced skills.

New Jersey: Pearson Prentice Hall.

23
Snyder, M. & Lindquist, R. (2002). Complementary/alternative therapies in nursing. 4th ed.

New York: Springer.

Stanhope, M. & Lancaster, J. (2004). Community & public health nursing. 6th ed. St.

Louis:Mosby Inc.

Kushartanti, Wara. 2008. Pengaruh Meditasi Terapi bagi Penderita Hipertensi. Jurnal.

Fakultas Ilmu Keolahragaan Universitas Negeri Yogyakarta.

Dewi, Mahargayanti P. 2009. Studi Metaanalisis: Musik untuk Menurunkan Stres. Jurnal.

Fakultas Psikologi Universitas Gunadarma.

Blais, Kathleen Koernig, et al. (2007). Praktik Keperawatan Profesional: Konsep dan

Perspektif. Alih bahasa, Yuyun Yuningsih. Editor edisi bahasa Indonesia, Fruriolina

Ariani. Ed. 4. Jakarta: EGC Craven

24

Anda mungkin juga menyukai