Anda di halaman 1dari 36

Konsep Terapi Aktifitas Kelompok LANSIA

Terapi aktivitas kelompok atau TAK adalah kegiatan yang


ditujukan pada sekelompok klien yang mana memiliki tujuan
untuk bisa memberikan terapi bagi seluruh anggota di dalam
kelompok tersebut.

Pada masa lanjut usia, akan mulai terjadi proses


menghilangkan kemampuan jaringan yang digunakan untuk
memperbaiki diri serta mempertahankan fungsi normalnya
dengan perlahan sehingga nantinya tidak bisa bertahan lagi
pada infeksi serta memperbaiki kerusakan yang terjadi.
Prinsip Aktifitas Kelompok Pada Lansia

Gejala yang sama


Misalnya saja dalam terapi aktivitas kelompok tersebut dikhususkan
untuk pasien penderita depresi, halusinasi, atau lainnya.

Kategori sama
Pasien yang dapat diikutkan ke dalam terapi aktivitas kelompok
merupakan pasien yang akut dengan skor rendah hingga pasien pada
tahap pro motion.
Jenis kelamin sama
Kelompok umur hampir sama
Jumlah anggota yang efektif
Mengidentifikasi Bentuk Dan Sifat Terapi Aktifitas
Kelompok Pada Lansia

Stimulasi Sensori (Musik)


Orientasi Realitas
Sosialisasi
Terapi Berkebun
Terapi Dengan Binatang
Terapi Okupasi
Terapi Kognitif
Life Review Terapi
Rekreasi
Terapi Keagamaan
Terapi Keluarga
Jenis terapi aktifitas kelompok lansia

1. Terapi aktifitas kelompok stimulasi kognitif atau persepsi


Tujuan :
 Meningkatkan kemampuan orientasi realita
 Meningkatkan kemampuan memusatkan perhatian
 Meningkatkan kemampuan intelektual
 Mengemukakan pendapat dan menerima pendapat orang lain
 Mengemukakan perasaanya

2. Terapi aktifitas kelompok stimulasi sensori


Tujuan :
 Meningkatkan kemampuan sensori
 Meningkatkan upaya memusatkan perhatian
 Meningkatkan kesegaran jasmani
 Mengekspresikan perasaan
 3. Terapi aktifitas kelompok orientasi realitas
 Tujuan :
 Penderita mampu mengidentifikasi stimulus internal (fikiran,
perasaan, sensasi somatik) dan stimulus eksternal (iklim,
bunyi, situasi alam sekitar)
 Penderita dapat membedakan antara lamunan dan kenyataan
 Pembicaraan penderita sesuai realita
 Penderita mampu mengenali diri sendiri
 Penderita mampu mengenal orang lain, waktu dan tempat
4. Terapi aktifitas kelompok sosialisasi
 Memantau dan meningkatkan hubungan interpersonal
 Memberi tanggapan terhadap orang lain
 Mengekspresikan ide dan tukar persepsi
 Menerima stimulus eksternal yang berasal dari lingkungan
Penyaluran Energi
Tujuan :
Menyalurkan energi; destruktif ke konstrukstif.
Mengekspresikan perasaan
Meningkatkan hubungan interpersonal
Untuk Mengidentifikasi Kebutuhan Aktifitas Pada Lansia

Beberapa kebutuhan aktifitas pada lansia,di antaranya:

Klien menarik diri yang cukup kooperatif


Klien yang sulit mengungkapkan perasaan nya melalui komunikasi
verbal
Klien dengan gangguan menarik diri yang telah dapat berinteraksi
dengan orang lain
Klien dengan kondisi fisik yang dalam keadaan sehat(tidak sedang
mengidap penyakit fisik seperti diare,tipoid dan yang lain-lain)
Klien halusinasi yang sudah dapat mengontrol halusinasi nya
Klien dengan riwayat marah atau amuk yang sudah tenang

Untuk Mengevaluasi Dan Rencana Tindak Lanjut Tindakan

1. Evaluasi
Terapi menanyakan perasaan klien setelah mengikuti terapi
aktiftas kelompok
Memberikan re inforcement positif terhadap perilaku klien
yang positif
2. Tindak lanjut
Menganjurkan klien menilai dan mengevaluasi tindakan
selama terapi aktifitas berlansung
Kontrak yang akan datang
a. Menyepakati belajar cara baru
b. Menyepakati waktu dan tempat terapi aktifitas berikut nya
Kognitif adalah suatu konsep yang
komplek yang melibatkan aspek
memori ,perhatian, fungsi eksekutif,
persepsi , bahasa dan fungsi
psikomotor (Nehlic, 2010)

Apa itu Kognitif ?


Terapi kognitif adalah terapi
jangka pendek dan dilakukan
Apa itu terapi
Kognitif?
secara teratur,yang memberikan
dasar berpikir pada pasien untuk
mengekspresikan perasaan
negatifnya ,memahami
masalahnya,mampu mengatasi
perasaan negatifnya, serta
mampu memecahkan masalah
tersebut.
Tujuan terapi kognitif

 Mengubah pikiran dari tidak logis dan negative


menjadi objektif,rasional dan positif
 Meningkatnta aktivitas
 Menurunkan perilaku yang tidak di inginkan
 Meningkatkan keterampilan social
 Membentuk kembali pikiran individu dengan
menyangkal asumsi yang mal adaptif,pikiran yang
mengganggu secara otomatis,serta proses pikiran
yang tidak logis
 Membantu individu memandang dirinya sebagai
Indikasi Terapi Kognitif
 Depresi (ringan sampai sedang)
 Gangguan panic dan gannguan cemas
menyeluruh atau keemasan
 Individu yang mengalami stress atau emosional
 Gangguan obsesif kompulsif
 Gangguan fobia
 Gangguan stress pasca trauma
 Gangguan makan
 Gangguan psikoseksual
Prinsip Dasar Terapi Kognitif

 Prinsip kognitif.

 Prinsip perilaku

 Prinsip kontinum

 Prinsip here-and-now

 Prinsip sistem yang saling berinteraksi

 Prinsip empiris
Penyebab Penurunan Fungsi
Kognitif pada Lansia
Teknik terapi kognitif
– Teknik Restrukturisasi Kognisi (Restructuring Cognitive)
– Teknik Penemuan Fakta-fakta (Questioning the evidence)
– Teknik penemuan alternatif (examing alternatives)
– Dekatastropik (decatastrophizing)
– Reframing
– Thought Stopping
– Learning New Behavior With Modeling
– Membentuk Pola (Shaping)
Menurut Yosep (2009)
– Token Economy
– Role Play
• Social Skill Training
• Anversion Theraphy
• Congtingency Contracting
Pelaksanaan Terapi Kognitif
Sesi I : Ungkap pikiran otomatis
– Identifikasi masalah dengan apa,dimana,kapan saja,siapa
(what,where,when,who)
– Diskusikan sumber masalah
– Diskusikan pikiran dan perasaan
– Catat pikiran otomatis dan diklasifikasikan dalam distorsi
kognitif
Sesi II : Alasan
– Review kembali sesi 1
– Diskusikan pikiran otomatis
– Tanyakan penyebabnya
– Beri respon atau tanggapan
– Tanyakan tindakan pasien
– Anjurkan menulis perasaan
– Beri rencana tindak lanjut, yaitu hasil tulisan pasien dibahas
pada pertemuan berikutnya.
Sesi III : Tanggapan
– Diskusikan hasil tulisan pasien
– Dorong pasien untuk memberikan pendapat
– Berikan umpan balik
– Dorong pasien untuk ungkapan keinginan
– Beri persepsi/ pandangan perawat terhadap keinginan tersebut
– Beri penguatan (reinforcement) positif
– Jelaskan metode tiga kolom
– Diskusikan cara menggunakan metode tiga kolom
– Rencana tindak lanjut , yaitu anjurkan menuliskan pikiran otomatis
dan cara penyelesaiannya
Sesi IV : Menuliskan
– Tanyakan perasaan pasien saat menuliskan rencana tindak lanjut
paada sesi III
– Dorong pasien untuk mengomentari tulisam
– Beri respon / tanggapan dan umpan balik
– Anjurkan untuk menulisakn buku harian
– Rencana tindak lanjut , yaitu hasil tulisan pasien akan dibahas
Sesi V : Penyelesaian masalah
– Diskusikan kembaali prinsip teknik tiga kolom
– Tanyakan stressor / masalah baru dan cara penyelesaiannya
– Tanyakan kemamouan menanggapi pikiran otomatis negative
– Berikan penguatan ( reinformacment) positif
– Anjurkan menulis pikiran otomatis dan tanggapan rasional saat
menghadapi masalah
Sesi VI : Manfaat tanggapan
– Diskusikan perasaan setelah menggunakan tanggapan rasional
– Berikan umpan balik
– Diskusikan manfaat tanggapan rasional
– Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah
– Tanyakan hambatan yang dialami
– Berikan persepsi / tanggapan perawat
– Anjurkan mengatasi sesuai kemampuan
– Berikan penguatan (reinforcement) posistif
Sesi VII : Ungkap hasil
– Diskusikan perasaan setelah menggunakan terapo kognitif
– Beri rreinforcement positif dan pendapat perawat
– Diskusikan manfaat yang dirasakan
– Tanyakan apakah dapat menyelesaikan masalah
– Beri persepsi terhadap hambatan yang dihadapi
– Diskusikan hambatan yang dialami dan cara mengatasinya
– Anjurkan untuk mengatasi sesuai kemampuan
– Berikan penguatan (reinforcement) positif
Sesi VIII : Catatan Harian
– Tanyakan apakah selalu mengisi buku harian
– Berikan penguatan (reinforcement) positf
– Diskusikan manfaat buku harian
– Anjurkan membukan buku harian bila mengahadapi masalaah
yang sama
– Tanyakan kesulitan dan diskusikan
Contoh terapi kognitif pada lansia

Terapi Bermain Puzzle


Satu hal yang dapat dilakukan pada lansia secara kognitif
adalah dengan mengajak mereka bermain puzzle. Ha ini
bertujuan untuk melatih organ otak untuk mengingat hal
dan tidak mudah pikun. Dengan permainan ini maka lansia
akan terangsang daya ingat dan kreatifnya untuk berpikir
dan melakukannya dengan perasaan yang riang gembira
serta antusia tinggi.
Pengertian

ADL (Activity Daily Living ) adalah kegiatan


melakukan pekerjaan rutin sehari hari. ADL
merupakan aktivitas pokok bagi perawatan
diri.

ADL meliputi antara lain : ke toilet, makan,


berpakaian (berdandan), mandi, dan
berpindah tempat.
ADL adalah aktivitas perawatan diri
yang harus pasien lakukan setiap
hari untuk memenuhi kebutuhan
dan tuntutan hidup sehari-hari.
Istilah ADL mencakup perawatan diri
(seperti berpakaian, makan dan minum,
toileting, mandi, berhias, juga menyiapkan
makanan, memakai telephone, menulis,
mengelola uang dan sebagainya) dan
mobilitas (seperti berguling di tempat tidur,
bangun dan duduk, transfer atau bergeser dari
tempat tidur ke kursi atau dari satu tempat ke
tempat lain)
Bentuk dan Sifat ADL

• ADL dasar, sering disebut ADL saja, yaitu


keterampilan dasar yang harus dimiliki
seseorang untuk merawat dirinya meliputi
berpakaian, makan & minum, toileting, mandi,
berhias dan mobilitas. Ada juga yang
memasukkan kontinensi buang air besar dan
buang air kecil dalam kategori ADL dasar ini.
• ADL instrumental, yaitu ADL yang
berhubungan dengan penggunaan alat atau
benda penunjang kehidupan sehari-hari
seperti menyiapkan makanan, menggunakan
telefon, menulis, mengetik, mengelola uang
kertas
Indikasi Kelompok Lanjut Usia yang
membutuhkan ADL

Pemberian pelayanan kesehatan kepada


lanjut usia dilakukan mengacu kepada hasil
penapisan dan pengelompokan berdasarkan
status fungsional, dikelompokkan menjadi 3
yakni :
• lanjut usia mandiri/ketergantungan ringan
• lanjut usia dengan ketergantungan sedang
• lanjut usia dengan ketergantungan berat dan
total
• Untuk kelompok lanjut usia mandiri dan lanjut
usia dengan ketergantungan ringan, mengikuti
kegiatan di Kelompok Lanjut Usia secara aktif.
• Untuk lanjut usia sehat dengan
ketergantungan sedang, lanjut usia dengan
ketergantungan berat dan total mendapatkan
intervensi program layanan home care atau
dirujuk ke rumah sakit.
Factor-Faktor yang
Mempengaruhi Aktivitas Sehari-
Hari

• Umur dan status perkembangan


• Kesehatan fisiologis
• Fungsi Kognitif
• Fungsi Psikososial
• Tingkat stress
• Ritme biologi
• Status mental
Evaluasi dan Rencana Tindak
Lanjut Tindakan Keperawatan

MenurutMaryam(2008) dengan menggunakan


indeks kemandirian Katz untuk ADL yang
berdasarkan pada evaluasi fungsi mandiri atau
bergantung dari klien dalam hal makan,
mandi, toileting, kontinen (BAB/BAK),
berpindah ke kamar mandi dan berpakaian.
Penilaian dalam melakukan
activity of daily living
• Mandi
Mandiri : bantuan hanya pada satu bagian mandi (seperti punggung atau
ektremitas yang tidak mampu) atau mandi sendiri sepenuhnya.
Bergantung : bantuan mandi lebih dari satu bagian tubuh, bantuan masuk
dan keluar dari bak mandi, serta tidak mandi sendiri.

• Berpakaian
Mandiri : mengambil baju dari lemari, memakai pakaian, melepaskan
pakaian, mengancing / mengikat pakaian.
Bergantung : tidak dapat memakai baju sendiri atau hanya sebagian.

• Toileting
Mandiri : masuk dan keluar dari kamar kecil kemudian membersihkan
genitalia sendiri.
Bergantung : menerima bantuan untuk masuk ke kamar kecil dan
menggunakan pispot.
• Berpindah
Mandiri : berpindah dari tempat tidur, bangkit dari kursi
sendiri.
Bergantung : bantuan dalam naik atau turun dari tempat tidur
atau kursi, tidak melakukan sesuatu atau perpindahan.

• Kontinen
Mandiri : BAB dan BAK seluruhnya dikontrol sendiri.
Bergantung : inkontinesia persial atau total yaitu menggunakan
kateter dan pispot, enema dan pembalut/pampers.

• Makanan
Mandiri : mengambil makanan dari piring dan menyuapinya
sendiri.
Bergantung : bantuan dalam hal mengambil makanan dari
piring dan menyuapinya, tidak makan sama sekali, dan makan
parenteral atau melalui Naso Gastrointestinal Tube (NGT)
Berikut adalah intervensi keperawatan secara umum yang
dilakukan untuk memenuhi ADL pasien :

Mandi (Self-Care Assistance : Bathing / Hygiene)


Aktivitas perawat :
• Mempertimbangkan budaya pasien ketika mempromosikan
aktivitas perawatan diri.
• Mempertimbangkan usia pasien ketika mempromosikan
aktivitas perawatan diri.-Menentukan jumlah dan jenis
bantuan yang diperlukan.
• Menempatkan handuk, sabun, deodoran, peralatan cukur,
dan aksesoris lainnya yang dibutuhkan di samping tempat
tidur atau di kamar mandi.
• Menyediakan peralatan pribadi yang di inginkan (misalnya,
deodoran, sikat gigi, mandi, sabun, shampoo, lotion dan
produk aromaterapi)
Berpakaian (Self-Care Assistance : Dressing/Grooming)
Aktivitas perawat :
• Mempertimbangkan budaya pasien ketika
mempromosikan aktivitas perawatan diri.
• Pertimbangkan pasien usia ketika mempromosikan
aktivitas perawatan diri
• Menginformasikan kepada pasien untuk menyeleksi
pakaian yang bisa dipakai.
• Menyiapkan pakaian pasien di tempat yang bisa
diakses (misalnya, di samping tempat tidur).
Makan (Self-Care Assistance : Feeding)
Aktivitas perawat :
• Monitor kemampuan pasien untuk menelan.
• Mengidentifikasi diet yang ditentukan.
• Menyiapkan nampan makanan dan meja secara
menarik.
• Menciptakan lingkungan yang menyenangkan
selama waktu makan (misalnya, menempatkan
pispot, kantong urin, dan pengisapan jauh dari
pandangan).
Berpindah (Self-Care Assistance : Transfer)
Aktivitas perawat :
• Mereview kembali aktivitas yang dibolehkan.
• Menentukan kemampuan pasien untuk
berpindah diri.
• Memilih teknik pemindahan yang sesuai untuk
pasien.
• Anjurkan pasien di semua teknik yang sesuai
dengan tujuan mencapai tingkat kemandirian
tertinggi.
Menggunakan toilet (Self-Care Assistance : Toileting)
Aktivitas perawat :
 Mempertimbangkan budaya pasien ketika
mempromosikan aktivitas perawatan diri.
 Mempertimbangkan usia pasien ketika
mempromosikan aktivitas perawatan diri.
 Lepaskan pakaian penting untuk melakukan eleminasi.
 Membantu pasien ke toilet/menggunakan
pispot/fraktur pan/urinoir pada selang waktu tertentu.

Anda mungkin juga menyukai