Anda di halaman 1dari 5

Nama : Annisa Noviana Ramdhani

NIM : 20040564060

Kelas : 2020B

1. Kecacatan : Tidak berfungsinya organ atau tubuh seseorang yang disebabkan


karena kecelakaan atau kelainan yang dapat diukur ataupun dilihat secara
objektif. Difabel dan disabilitas merupakan suatu bentuk kecacatan.
Difabel : Different Abbled. Dalam bahasa inggris berarti seseorang yang
memiliki perbedaan kemampuan. Difabel lebih menekankan pada makna orang
yang masih mampu melakukan kegiatan dengan cara yang berbeda, contoh
orang normal berjalan menggunakan kaki, sedangkan mereka yang tidak
mempunyai kaki dapat melakukan mobilitas dengan cara yang lain seperti
menaiki kursi roda, menggunakan tongkat, ataupun menggunakan tangan
mereka.
Disabilitas : Disabilitas menekankan pada makna seseorang yang tidak mampu
melakukan sesuatu secara normal. Contoh penderita skizofrenia yang berbicara
dan memiliki perilaku yang tidak terorganisasi membuat mereka kesulitan
dalam melakukan aktivitas. Namun ada juga disabilitas yang termasuk difabel,
contoh penderita tuna netra yang memiliki kesulitan dalam melihat, namun
mereka masih bisa melakukan kegiatan lainnya seperti berjalan, mendengar,
dan komunikasi.

2. A. Disabilitas Grahita
Kemampuan intelektual dan kognitif yang rendah dari orang pada umumnya.
Penderita disabilitas grahita memiliki keterbatasan dalam fungsi IQ dan
kemampuan beradaptasi. Contoh, sindrom down, hilang ingatan, terlambat
dalam perkembangan.
B. Disabilitas Daksa
Terjadi kelainan pada tubuh, sehingga menyebabkan gangguan gerak karena
kelainan dan struktur tulang baik dari lahir, kecelakaan, atapun lumpuh.
Contoh kelainan pada tulang pada kaki yang bengkok dan diperoleh dari lahir,
sehingga terjadi kelumpuhan pada syaraf kaki dan tidak bisa berjalan.
C. Disabilitas Autis
Terjadi kelainan pada pertumbuhan saraf. Disabilitas yang mempengaruhi
kemampuan dalam berkomunikasi dan bersosialisasi. Gejala dan tingkat
keparahan autis berbeda-beda. penderita autism lebih suka menyendiri, dan
melakukan hal yang sama berulang kali, adapun penderita autis memiliki
gangguan pada reaksi emosionalnya.

3. Peran Keluarga Dalam Penanganan Penyandang Disabilitas


A. Pendahuluan
Dalam sosiologi keluarga merupakan agen sosialisasi yang pertama bagi tiap
individu. Seperti yang kita ketahui, keluarga sebagai tempat perlindungan dari
segala bahaya dan ancaman yang ada di kehidupan kita. Terdapat beberapa
fungsi keluarga yaitu afeksi, setiap keluarga selalu memberikan kasih sayang
dan kenyamanan di dalam keluarga khususnya orang tua pada anak-anaknya.
Kontrol, keluarga mengawasi perilaku anaknya saat melakukan hal yang tidak
benar, dan memberi arahan yang benar pada anaknya. Melindungi, fungsi
keluarga sebagai tempat perlindungan dan mencari ketenangan.
Pada penyandang disabilitas, tentu para orang tua harus lebih ekstra dalam
melaksanakan fungsinya yang berperan sebagai keluarga. Realitas saat ini
penyandang disabilitas banyak disisihkan dari kalangan masyarakat, karena
mereka memiliki perbedaan dari orang-orang pada umumnya. Disabilitas
sendiri termasuk dalam kalangan minoritas. Jadi, tidak heran bila mereka
tersisihkan dari masyarakat umum, namun mereka tetap memiliki hak untuk
diperlakukan secara khusus, bukan berarti mereka harus diperlakukan secara
semena-mena. Disinilah fungsi melindungi (protection) peran keluarga
diperlukan agar anak terjauhkan dari marabahaya yang tidak diinginkan.
Dari latar belakang masalah tersebut, maka peneliti ingin membahas peran
keluarga dalam penanganan penyandang disabilitas, yang melihat dari aspek
sosial, ekonomi, dan psikologi. Tujuan penelitian ini yaitu untuk mengetahui
bagaimana peran keluarga dalam menangani penyandang disabilitas. Penelitian
ini memiliki manfaat praktis sebagai wawasan pengetahuan keluarga
penyandang disabilitas dalam menangani ABK (Anak Berkebutuhan Khusus).

B. Kajian Pustaka
1. Penelitian Terdahulu
 Fitria Dayanti dan Farid Pribadi dalam Jurnal SOSIOHUMANIORA
yang berjudul Dukungan Sosial Keluarga Penyandang Disabilitas
dalam Keterbukaan Akses Pendidikan. Penelitian ini berlokasi di
kecamatan Labang dan berfokus pada keluarga penyandang
disabilitas tuna daksa. Dalam jurnal tersebut ditemukan lima bentuk
dukungan sosial keluarga dalam menempuh akses pendidikan yaitu,
aspek emosional, instrumental, informasional, dukungan pada harga
diri, dan aspek lingkungan atau jaringan. Jadi, dukungan tersebut
menghubungkan erat keluarga dalam bidang pendidikan secara aktif
ketika orang tua mendukung secara langsung lewat partisipasi di
sekolah sebagai pendamping anaknya. Keterlibatan orang tua dalam
aspek pendidikan anak disabilitas menggambarkan bahwa keluarag
telah mendukung penuh pada hak-hak penyandang disabilitas untuk
menjalani pendidikan.
 Dalam jurnal yang berjudul Pembagian Kerja dalam Keluarga
Difabel Muslim: Tinjauan Sosiologi Keluarga Terhadap Difabel di
Kelurahan Comongan, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Tulisan
ini menganalisis dari dua ranah, yang pertama pembagian ranah
kerja domestik seperti kebutuhan sandang pangan, papan, keputusan
pendidikan anak, materi, dan kesehatan, yang keduapembagian
ranah kerja publik yang meliputi sosial, ekonomi, dan keyakinan.
Peneliti menemukan pembagian kerja dan pola hubungan dalam
keluarga difabel lumayan beragam. 4 dari 8 informan menunjukkan
pola yang kurang seimbang. Dalam tulisan ini peneliti beranggapan
umumnya kehidupan keluarga difabel berada di bawa garis
kemiskinan. 5 dari 8 informan keluarga difabel menjalani pola
institusional yaitu, pola relasi suami dan istri yang dikembangkan
berdasar nilai, norma, dan hukum yang berlaku di masyarakat. 2
informan lainnya cenderung merujuk pada pola companionship,
yaitu hubungan yang berjalan sesuai pada kasih sayang, pengertian,
dan keputusan antara dua belah pihak. Beragamnya pola relasi
memberi gambaran keunikannya sendiri, namun tidak secara literal
seperti pandangan Scanzoni dan Scanzoni
 Riza Restia dalam skripsinya yang berjudul Peran Keluarga Dalam
Mempertahankan Rumah Tangga Pasangan Tunagrahita (Studi
Kasus di Desa Raman Aji Kecamatan Raman Utara) menunjukkan
hasil penelitiannya yaitu peran keluarga dalam mempertahankan
rumah tangga pasangan tunagrahita. Penulis membagi menjadi tujuh
macam peran keluarga, yaitu mulai dari peran biologis, edukatif,
produktif, religius, rekreatif, sosialisasi dan peran ekonomis. Orang
tua merupakan sosok terdekat dalam sebuah keluarga yang dapat
melindungi setiap individu yang berada dalam keluarga itu sendiri.
Jadi, seorang dengan tunagragita tidak memungkinkan untuk
melakukan inisiatif ataupun secara sadar mengetahui makna dari
keluarga skainah, mawaddah, warahmah sendiri.

C. Metode Penelitian
Penelitian ini menggunakan penelitian yang bersifat kualitatif. Dengan
subjek penelitian penyandang disabilitas fisik kelumpuhan saraf dan
keluarganya, peneliti memanggil kakak perempuan dari subjek sebagai key
informan. Teknik pengumpulan data yaitu melalui observasi dan
wawancara terhadap informan. Analisis data menggunakan teori sistem,
dalam teori ini keberadaan dan peran keluarga penyandang disabilitas
mempengaruhi perkembangan anak. Target luaran untuk penelitian ini
berencana akan dipublikasikan di jurnal sinta 5 yaitu Jurnal Sosialisasi:
Jurnal Hasil Pemikiran, Penelitian dan Pengembangan Keilmuan Sosiologi
Pendidikan, berikut link menuju web jurnal tersebut
https://ojs.unm.ac.id/index.php/sosialisasi
DAFTAR PUSTAKA

Dayanti, F., Pribadi, F. (2022). Dukungan Sosial Keluarga Penyandang


Disabilitas dalam Keterbukaan Akses Pendidikan. Jurnal Imiah Ilmu
Sosial dan Humaniora, 8(1).

Nugraha, W. K., Sofia, A., (2021). Pembagian Kerja dalam Keluarga


Difabel Muslim: Tinjauan Sosiologi Keluarga Terhadap Difabel di
Kelurahan Comongan, Kabupaten Sukoharjo, Jawa Tengah. Jurnal
Pemikiran Islam dan Ilmu Sosial. 14(2). 1-20.
Restia, Riza (2020) Peran Keluarga Dalam Mempertahankan Rumah
Tangga Pasangan Tunagrahita (Studi Kasus di Desa Raman Aji
Kecamatan Raman Utara). Undergraduate thesis, IAIN Metro.

Anda mungkin juga menyukai