Gejala klinis
Gejala klinis pasien dengan perdarahan gastrointestinal berkisar dari hematemesis masif sampai
asimtomatik dengan sampel tinja acak positif
Patofisiologi
Diagnosis
Diagnosis dapat dibuat berdasarkan inspeksi muntahan pasien atau pemasangan selang nasogatrik
(NGT) dan deteksi darah yang jelas terlihat cairan bercampur darah, atau “ampas kopi”. Namun,
aspirat yang kembali jernih dapat menunjukkan bahwa perdarahan telah berhenti, intermiten , atau
tidak dapat dideteksi akibat spasme pilorik
Komplikasi klinis
Tata laksana
Mempertahankan saluran nafas paten dan restorasi volume intravaskular adalah tujuan tata laksana
pendahuluan. Infus kristaloid awal,sampai 30 mL/kg, dapat diikuti transfusi darah O-negatif atau
yang crossmatchedjika diperlukan. Pasien dengan perdarahan aktif memerlukan konsultasi
emergensi untuk esofagogastroduodenoskopi (EGD). Pasien tanpa perdarahan aktif dapat dipantau,
diobservasi, dan mungkin dijadwalkan untuk EGD. Intervensi selama EGD meliputi injeksi epinefrin
submukosa,skleroterapi dan ligasi pita. Jika tindakan ini gagal menghentikan perdarahan, angiografi
dengan embolisasi atau pembedahan mungkin diperlukan. Untuk pasien yang diduga mengalami
perdarahan varises, tata laksana medis dapat diberikan sambil menunggu tindakan definitif.
Oktreotid dapat digunakan untuk menurunkan tekanan vena porta, dan pipa Sengstaken –
Blakemore dapat dipasang sebagai tindakan sementara untuk bertahan.
PERDARAHAN GASTROINTESTINAL BAWAH
Gejala klinis
Perdarahan gastrointestinal bawah dapat bermanifestasi sebagai hematokezia (darah merah per
rektum), melena (tinja hitam seperti ter), atau temuan samar pada pemeriksaan fisik rutin.
Patofisiologi
LGIB didefinisikan sebagai perdarahan yang terjadi didalam saluran gastrointestinal di sebelah distal
ligamentum Treitz. Penyebab umum LGIB adalah divertikulosis , angiodisplasia, kolitis, penyebab
anorektal, perdarahan gastrointestinal atas, neoplasma, dan penyakit radang usus
Diagnosis
Pasien dengan LGIB harus dipasangi selang nasogatrik untuk menyingkirkan lesi disebelah proksimal
pilorus, gambaran berdasarkan anamnesis dan pemeriksaan fisik dapat membantu menentukan
lokasi perdarahan. Bercak darah merah atau darah yang hanya ditemukan pada tissu toilet dapat
menunjukkan secara tidak langsung suatu sumber anal. Tinja marun atau merah terang
(hematokezia) dapat menunjukkan secara tidak langsung sumber distal perdarahan (pada sekitar
90% kasus). Melena disebabkan oleh oksidasi hematin dan biasanya dihubungkan dengan lesi pada
saluran gastrointestinal bawah. Anaskopi dapat memperlihatkan perdarahan hemoroid interna,
tetapi 25% kasus melena dihubungkan dengan sumber perdarahan kedua yang lebih proksimal.
Komplikasi klinis
Komplikasinya meliputi iskemia jantung dan hipoperfusi serebral yang disebabkan oleh kehilangan
darah.
Tata laksana
Resusitasi awal pasien yang tidak stabil meliputi tata laksana saluran napas dan resusitasi dengan
kristaloid dan produk darah. Evaluasi hemoglobin/hematokrit, hitung trombosit, dan profil
pembekuan harus dilakukan. Pasien dengan LGIB masif harus menjalani konsultasi bedah dan
mungkin memerlukan angiografi untuk lokalisasi dan embolisasi terapeutik. Kolonoskopi dapat
dilakukan untuk pasien dengan perdarahan intermiten atau kurang berat. Selain itu, scan sel darah
merah dapat digunakan untuk mengidentifikasi perdarahan yang terus – menerus dan lokalisasi
umum perdarahan. Dokter unit gawat darurat dapat bertemu dengan seorang pasien yang keluhan
utamanya adalah tinja hitam, atau tinja hitam dapat ditemukan ketika merawat seorang pasien
dengan keluhan – keluhan lain. Melena adalah tinja marun atau hitam yang disebabkan oleh
perdarahan dalam saluran gastrointestinal atas. Melena biasanya tebal dan seperti ter dan
menyebabkan uji darah samar positif. Ingesti suplemen besi, antasida, dan produk yang
mengandung bismuth (misalnya pepto – bismol)dapat menyebabkan gelapnya tinja, tetapi hasil uji
darah samar pada semua kasus tersebut adalah negatif.