Anda di halaman 1dari 99

PENGARUH KOMPRES REBUSAN JAHE DAN SALAM

TERHADAP NYERI GOUT PADA LANSIA DI WILAYAH


KERJA PUSKESMAS SUNYARAGI KOTA CIREBON TAHUN
2020

SKRIPSI

Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Syarat Ujian Guna Memeperoleh


Gelar Sarjana Pada Program Studi S1 Keperawatan

DISUSUN OLEH :

MASLIKAH
CKR0160203

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN
KUNINGAN
2020
LEMBAR PERSETUJUAN

SKRIPSI

PENGARUH KOMPRES REBUSAN JAHE DAN SALAM


TERHADAP NYERI GOUT PADA LANSIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SUNYARAGI KOTA CIREBON TAHUN
2020

Diajukan oleh:
MASLIKAH
CKR0160203

Kuningan, 2020
Telah disetujui oleh:

Pembimbing 1 Pembimbing II

Ns. Heri Hermansyah S.Kep., M.KM. Ns. Yayan Mulyana S.Kep., M.Kep
NIK. 831102.200904.024 NIK

LEMBAR PENGESAHAN

iv
PENGARUH KOMPRES REBUSAN JAHE DAN SALAM
TERHADAP NYERI GOUT PADA LANSIA DI WILAYAH
KERJA PUSKESMAS SUNYARAGI KOTA CIREBON TAHUN
2020

Skripsi Ini Telah di Ujikan Oleh Tim Penguji


Program Studi S1 Keperawatan
Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan
Pada Tanggal …………………

Mengesahkan,

Penguji I Penguji II Penguji III

H. Abdal Rohim, S.Kp. MH. Ns. Yayan Mulyana S.Kep., M.Kep


Ns. Heri Hermansyah S.Kep., M.KM. NIK.
NIK. 700805.200908.026 NIK. 831102.200904.024

Mengetahui,

Ketua STIKes Kuningan Ketua Program Studi S1 Ilmu


Keperawatan

H. Abdal Rohim, S.Kp., M.H Ns. Nanang Saprudin, S.Kep., M.Kep


NIK. 700805.200908.026 NIK. 851005.200912.033

PROGRAM STUDI S1 KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUNINGAN

v
SKRIPSI, AGUSTUS 2020
MASLIKAH
CKR0160203

ABSTRAK

PENGARUH KOMPRES REBUSAN JAHE DAN SALAM TERHADAP


NYERI GOUT PADA LANSIA DI WILAYAH KERJA PUSKESMAS
SUNYARAGI KOTA CIREBON TAHUN 2020
xii + 6 bab + 55 halaman + 4 tabel + 2 bagan + 8 lampiran

Rasa nyeri merupakan gejala penyakit gout yang paling sering


menyebabkan seseorang mencari pertolongan medis. Nyeri adalah pengalaman
sensori dan emosional yang tidak menyenangkan akibat kerusakan jaringan yang
actual dan potensial. Beberapa terapi non farmaklogi yang digunakan untuk
menurunkan nyeri asam urat salah satunya adalah kompres jahe dan kompres
salam. Tujuan dari penelitian ini untuk menganalisis efektifitas kompres jahe
dan kompres salam terhadap penurunan nyeri asam urat di Wilayah Kerja
Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon.
Jenis penelitian yang digunakan adalah penelitian kuantitatif dengan
metode Quasy Eksperimental dengan rancangan penelitian pre test post design.
Teknik pengambilan sampling dalam penelitian ini menggunakan non-probality
sampling yaitu sebanyak 32 responden. Pengumpulan data menggunakan lembar
observasi dan lembar questioner. Uji statistik yang digunakan adalah uji
Wilcoxon.
Hasil penelitian menunjukan perbedaan antara dua kelompok. Hasil uji
statistik didapatkan hasil p-value 0,000 < 0,05. Sehingga Hi diterima yang
berarti ada efektifitas kompres jahe dan kompres salam terhadap penurunan
nyeri asam urat di Wilayah Kerja Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon.
Ada efektifitas kompres jahe dan kompres salam terhadap penurunan
nyeri asam urat di Wilayah Kerja Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon dan
diharapkan untuk menggunakan terapi sebagai alternative pengobatan nyeri
asam urat.

Kata Kunci : Kompres Jahe Dan Kompres Salam, Penurunan Nyeri Gout,
Kepustakaan :10 Buku (2014-2018), Skripsi 12 (2012-2019), Jurnal 6 (2012-
2016)

STUDY PROGRAM OF S1 NURSING


HIGH SCHOOL OF BRASS HEALTH

vi
THESIS, AUGUST 2020
MASLIKAH
CKR0160203

ABSTRACT

THE EFFECT OF GINGER AND Greeting COMPRESS ON GOUT PAIN IN


LANSIA IN THE WORKING AREA OF SUNYARAGI PUSKESMAS,
CIREBON CITY, 2020
xii + 6 chapters + 55 pages + 4 tables + 2 charts + 8 attachments

Pain is a symptom of gout that most often causes a person to seek


medical help. Pain is an unpleasant sensory and emotional experience due to
actual and potential tissue damage. Some non-pharmacological therapies used to
reduce gout pain include ginger compresses and salam compresses. The purpose
of this study was to analyze the effectiveness of ginger compresses and salam
compresses in reducing gout pain in the Sunyaragi Health Center, Cirebon City.
The type of research used is quantitative research with Quasy
Experimental method with pre test post design research design. The sampling
technique used in this study was non-probability sampling, namely 32
respondents. Data collection used observation sheets and questionnaire sheets.
The statistical test used is the Wilcoxon test.
The results showed the differences between the two groups. The
statistical test results obtained p-value 0.000 <0.05. So that Hi is accepted, which
means that there is an effectiveness of ginger compresses and salam compresses
in reducing gout pain in the Sunyaragi Health Center, Cirebon City.
There is an effectiveness of ginger compresses and salam compresses in
reducing gout pain in the Sunyaragi Health Center Cirebon City and it is
expected to use therapy as an alternative treatment for gout pain.

Keywords: Ginger Compress and Salam Compress, Gout Pain Reduction,


Bibliography: 10 Books (2014-2018), Thesis 12 (2012-2019), Journal 6 (2012-
2016)

KATA PENGANTAR

vii
Puji dan syukur kita panjatkan kepada Allah SWT, karena atas berkat

rahmatNya, penulis dapat menyelesaikan skripsi penelitian ini dengan judul

“Pengaruh Kompres Rebusan Jahe Dan Salam Terhadap Nyeri Gout Pada Lansia

di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Cirebon Tahun 2020”.

Penulisan skripsi penelitian ini dilakukan dalam rangka memenuhi salah

satu syarat untuk mencapai gelar Sarjana Keperawatan (S.Kep) pada Program

Studi Ilmu Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan Tahun 2019-

2020. Penulis menyadari bahwa, tanpa bantuan dan bimbingan dari berbagai

pihak, dari masa perkuliahan sampai pada penyusunan skripsi penelitian ini. Oleh

karena itu, penulis mengucapkan banyak terima kasih kepada :

1. Prof. Dr. Hj. Dewi Laelatul Badriah , M.Kes, AIFO

Selaku Ketua Yayasan Pendidikan Bhakti Husada Kuningan.

2. H. Abdal Rohim, S.Kep., M.H., selaku Ketua Sekolah Tinggi Kuningan

(STIKKU)

3. Ns. Nanang Saprudin, S.Kep., M.Kep, selaku Ketua Program Studi S1 Ilmu

Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan (STIKKU).

4. Ns. Heri Hermansyah S.Kep ., M.KM.., sebagai pembimbing I, yang telah

meluangkan waktu dan pikirannya untuk mengarahkan dan membantu

penulisan dalam menyelesaikan skripsi penelitian ini.

viii
5. Ns. Yayan Mulyana, S.Kep., M.Kep., sebagai Pembimbing II yang telah

meluangkan waktu dan pikirannya dan menyelesaikan skripsi penelitian ini.

6. Seluruh Staf Dosen Program Studi SI Keperawatan dan Karyawan STIKes

Kuningan yang telah memfasilitasi penulis dalam penyusunan Skripsi

7. Seluruh Staf/Pegawai dan Dosen Program Studi IImu Kesehatan Kuningan

Kampus 2 Cirebon.

8. Orang tua dan keluarga tercinta yang telah memberikan dukungan moril dan

materi sehingga skripsi penelitian ini dapat diselesaikan.

9. Sahabat-sahabatku Warni, Gea, Dwi, Puspa, Vindri dan semua teman

seangkatan Program SI Keperawatan Angkatan 2016.

10. Semua pihak yang tidak dapat penulis sebutkan satu persatu atas semua

dukungan dan bantuannya.

Semoga hasil penelitian ini nanti dapat membawa manfaat bagi

pengembangan ilmu pengetahuan khususnya bidan keperawatan. Penelitian ini

mungkin tidak sempurna, karena itu penulis berharap kritik dan saran yang

membangun untuk perbaikan penyusunan skripsi penelitian ini selanjutnya.

Cirebon, Agustus 2020

Penulis

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................. i

LEMBAR PERSETUJUAN................................................................. ii

LEMBAR PENGESAHAN................................................................... iii

ABSTRAK.............................................................................................. iv

ABSTRACT........................................................................................... v

KATA PENGANTAR........................................................................... vi

DAFTAR ISI.......................................................................................... vii

DAFTAR TABEL.................................................................................. viii

DAFTAR BAGAN................................................................................. x

DAFTAR SINGKATAN....................................................................... xi

DAFTAR LAMPIRAN......................................................................... xii

BABI PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang................................................................. 1

1.2 Rumusan Masalah........................................................... 6

1.3 Tujuan Penelitian............................................................. 6

1.4 Manfaat Penelitian........................................................... 7

BAB II TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Gout.................................................................... 9

2.2 Kompres Hangat.............................................................. 15

2.3 Pengobatan Herbal Gout Menggunakan Jahe.................. 18

2.4 Sop Kompres Jahe........................................................... 20

vi
2.5 Pengobatan Herbal Gout Menggunakan Salam............... 22

2.6 Sop Kompres Salam........................................................ 25

2.7 Kerangka Teori................................................................ 27

BAB III KERANGKA KONSEP, DEFINISI OPERASIONAL DAN

HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual ...................................................... 28

3.2 Definisi Operasional ....................................................... 29

3.3 Hipotesis ......................................................................... 31

BAB IV METODELOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian....................................................... 33

4.2 Variabel Penelitian........................................................... 34

4.2.1 Variabel Independen............................................ 34

4.2.2 Variabel Dependen.............................................. 34

4.3 Populasi dan Sampel........................................................ 34

4.3.1 Populasi................................................................ 34

4.3.2 Sampel ................................................................ 35

4.4 Instrumen Penelitian........................................................ 36

4.4.1 Kisi-kisi Instrument Penelitian............................ 37

4.5 Uji Instrument.................................................................. 38

4.6 Pengumpulan Data........................................................... 38

4.7 Pengelolaan Data............................................................. 40

4.8 Analisa Data..................................................................... 42

4.8.1 Analisis Univariat................................................ 43

vii
4.8.2 Analisis Bivariat.................................................. 44

4.9 Waktu Dan Lokasi Penelitian.......................................... 44

BAB V HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian................................................................ 46

5.2 Uji Hasil Bivariat............................................................. 48

5.3 Pembahasan..................................................................... 49

BAB VI KESIMPULAN DAN SARAN

6.1 Kesimpulan...................................................................... 54

6.2 Saran................................................................................ 54

6.3 Keterbatasan Penelitian................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA

viii
DAFTAR TABEL

Tabel 3.1 Definisi Operasional............................................................... 29

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian.................................................... 45

Table 5.1 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Jenis Kelamin. 47

Tabel 5.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Riwayat Gout . 47

ix
DAFTAR BAGAN

Bagan 2.1 Kerangka Teoritis................................................................... 27

Bagan 3.1 Kerangka Konsep.................................................................. 28

x
DAFTAR SINGKATAN

SOP : Standar Operasional Prosedur

STikes : Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan Kuningan

WHO : World Health Organization

Mg/Dl : Kadar Gula Darah Tinggi

Dkk : Dan Kawan - Kawan

xi
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 lembar Persetujuan Responden

Lampiran 2 Lembar Kuesioner

Lampiran 3 Lembar SOP Kompres Jahe dan Salam

Lampiran 4 Lembar Hasil Uji SPSS

Lampiran 5 Lembar Rekap Data Penelitian

Lampiran 6 Lembar Data dinkes cirebon

Lampiran 7 Lembar Surat Pernyataan dengan Penelitian Menggunakan

Protokol Kesehatan

Lampiran 8 Lembar Surat Puskesmas

Lampiran 9 Lembar Bimbingan

Lampiran 10 Dokumentasi

Lampiran 11 Daftar Riwayat Hidup

xii
xiii
BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang

World Health Organization (2017) mengemukakan sejak enam tahun

yang lalu memperkirakan bahwa beberapa ratusan juta orang telah menderita

penyakit sendi (asam urat), dan angka tersebut diperkirakan 230 juta.

Pervalensi asam urat nyeri lutut gout di dunia sangat bervariasi dan penelitian

epidemologi menunjukan peningkatan kejadian asam urat nyeri gout,

terutama di negara – negara maju, karena di negara maju mereka

mengonsumsi makanan yang berlemak dan mengandung kadar purin tinggi

(Achmad,2018). Pervalensi penyakit nyeri gout dilaporkan meningkat di

banyak negara. Di Amerika Serikat angka tersebut mencapai sebanyak 3,9%

(8,3 juta jiwa) selama tahun 2007-2008 (Hendriani & Sukandar, 2016).

Kejadian tahunan gout adalah 2.68% per 1000 orang. Hal ini terjadi pada pria

2-6 lipatan lebih dari perempuan. Di seluruh dunia insiden gout meningkat

secara bertahap karena kebiasaan yang buruk seperti makan cepat, kurangnya

latihan, peningkatan insiden obesitas dan metabolic sindrom (Ragab et al.,

2017).

Hasil Riskesdas (2013) prevalensi kejadian penyakit persendian nyeri

gout di Indonesia berdasarkan diagnosis yaitu 11,9% dan berdasarkan adanya

gejala 24,7%. Sedangkan prevalensi berdasarkan diagnosis nakes di Jawa

Barat 17,5% Prevalensi penderita gout artritis nyeri gout

1
2

berdasarkan usia yaitu, usia 15-24 tahun berdasarkan diagnosis nakes 1,5 %

berdasarkan gejala 7,0 %, usia 25-34 tahun 6,0% berdasarkan 3 diagnosis

nakes 16,1% usia 35- 44 tahun berdasarkan diagnosis nakes 12,4%

berdasarkan gejala 26,9%, usia 45-54 tahun berdasarkan diagnosis nakes

19,3%, berdasarkan adanya gejala 37,2% dan usia 55-64 tahun berdasarkan

diagnosis nakes 25,2 % serta berdasarkan adanya gejala 45,0%. Prevalensi

penderita penyakit persendian nyeri gout lebih banyak diderita oleh

perempuan yaitu 13,4% berdasarkan diagnosis dan 27,5% berdasarkan

adanya gejala sedangkan laki-laki yaitu 10,3% berdasarkan diagnosis dan

21,8% berdasarkan adanya gejala, dan masyarakat yang bertempat tinggal di

pedesaan lebih banyak terkena penyakit persendian yaitu 13,8% berdasarkan

diagnosis dan 27,4% berdasarkan adanya gejala (Kementerian Kesehatan RI,

2019).

Penelitian Anna (2016). Menyebutkan bahwa dari 40 responden yang

dibagi dalam dua kelompok intervensi, kelompok yang pertama dilakukan

pemberian intervensi kompres hangat, sedangkan kelompok kedua dilakukan

intervensi kelompok kompres dingin menghasilkan kesimpulan bahwa rata-

rata penurunan skala nyeri pada kompres hangat adalah 1,60 dan rata-rata

penurunan skala nyeri pada kompres dingin adalah 1,50. Hal ini berarti

kompres hangat lebih efektif untuk menurunkan nyeri pada penderita gout.

Penelitian Wenda (2019). Menyatakan di wilayah kerja puskesmas

peninggian kabupaten solok untuk mengetahui aktivitas daun salam dalam

menurunkan kadar asam urat dengan hasil sebelum pemberian daun salam
3

rata-rata kadar asam urat 7,16 dan setelah diberikan daun salam kadar asam

urat menurun menjadi 5,76. Dengan pemberian air rebusan daun salam dapat

menurunkan kadar asam urat. Hal ini dikarenakan daun salam mengandung

flavonoida yang berkhasiat untuk menurunkan kadar asam urat.

Dampak nyeri gout pada lansia adalah nyeri sendi yang

mengakibatkan gangguan pola tidur, bengkak di sekitar lutut mengakibatkan

gangguan aktivitas pagi hari hari, disekitar lutut, mudah merasa lelah ketika

beraktifitas yang berlebihan, terasa hangat disekitar lutut, mengakibatkan

gangguan sistemik yang berupa demam dan aktifitas terganggu, kaku di

sekitar lutut sehingga menghambat aktifitas (Noor, Devi, Senna. 2017).

Keluhan yang biasa dirasakan pada gout adalah nyeri, gangguan gerak

pada kaki, kesulitan berjalan dan kesulitan dalam melakukan aktivitas sehari

– hari yang disebabkan oleh reaksi inflamasi karena adanya endapan kristal

asam urat pada rongga. Apabila dibiarkan akan menimbulkan kecacatan,

deformatis, stress dan penurunan kualitas hidup dan menimbulkan komplikasi

lebih lanjut serta gangguan ginjal dan jantung bahkan sampai kematian.

(Stewart et al., 2016)

Berdasarkan hasil data dari 3 bulan terakhir di puskesmas sunyaragi

kota cirebon tahun 2020 yang menderita penyakit gout 236 orang ( Profil

Kesehatan Cirebon, 2020).

Jahe dapat memperlancar sirkulasi darah dan menjaga tekanan darah

tetap rendah (Bhuiyan, 2015). Kandungan mineral yang tinggi pada jahe

magnesium, kalsium, fosfor, dan potassium sangat bermanfaat untuk penyakit


4

gastrointestinal. Potasium berperan dalam regulasi tekanan darah dan

mengantur detak jantung, (Ojulari, Okesina, 2014). Selain itu, senyawa yang

terkandung dalam jahe seperti flavonoid, fenol dan saponin juga berperan

dalam penurunan tekanan darah, (Anthony, 2008) dalam (Velicia, 2018).

Daun salam dapat dimanfaatkan dalam penanggulangan peningkatan

kadar gout. Pemakaian ekstra daun salam peroral menghambat pembentukan

gout dengan cara mengurangi jumlah hipoxantin dan xantin dalam tubuh.

Dimana daun salam mengandung minyak atsiri (0.05%) mengandung sitral

dan euganol, tannin dan flavonoid. Penurunan kadar gout dengan

pemanfaatan daun salam ini dipengaruhi oleh kandungan flafonoid yang

terkandung dalam daun salam, dengan pemakaian daun salam dapat

menghambat kerja enzim hipoxhantine, sehingga pembentukan gout dapat

dihambat, selain itu daun salam juga berkhasiat sebagai diuretik yang

membantu pengeluaran gout melalui urin. Daun salam mengandung vitamin

yang sangat baik untuk tubuh yaitu vitamin C, vitamin A, thiamin, riboflavin,

niasin, vitamin B6, pengeluaran gout dan vitamin B12, selain itu daun salam

juga berkhasiat sebagai diuretik yang dapat dimanfaatkan dalam membantu

pengeluaran gout melalui urin (Aida, 2016).

Obat tradisional yang berasal dari bahan baku alami tentunya

tanaman tersebut memiliki efek samping jauh lebih rendah tingkat bahayanya

dibandingkan obat – obatan kimia. Hal ini disebabkan karena efek dari

tanaman dibandingkan dengan obat kimia (Muhlisah, 2007). Dalam dunia

pengobatan tradisional indonesia satu tanaman yang dapat diduga mampu


5

untuk menurunkan kadar asam urat adalah daun salam (Eugenia Polyantha

Wight) daun salam dipakai untuk kompres. Pada tanaman daun salam

(Eugenia Polyantha Wight). Yang biasa dimanfaatkan oleh masyarakat

indonesia yang bisa menyembuhkan penyakit nyeri lutut gout dan juga

mempunyai khasiat sebagai obat asam urat (Hembing, 2006). Senyawa yang

dapat menghambat pembentukan asam urat dalam darah diantaranya adalah

flavonoida, senyawa ini bersifat diuretic untuk menambah jumlah air kencing

sehingga purin dapat keluar melalui urine. ( Hazielawati Vera, 2014).

Kompres hangat rebusan jahe merupakan tindakan alternatif untuk

menurunkan nyeri gout. Penggunaan air rebusan jahe di percaya dapat

memberikan durasi terhadap suhu panas kompres agar lebih tahan lama.

Banyak jenis jahe yang digunakan namun pada umumnya digunakan hanya

jahe emprit saja. Terdapat jenis jahe yang berbeda dengan kandungan yang

berdeba pula seperti jahe merah dan jahe gajah. Proses dalam pembuatan air

rebusan jahe menjadi perhatian agar mendapatkan hasil panas pada kompres

yang maksimal.

Jahe sering kali digunakan untuk menurunkan nyeri lutut gout karena

kandungan gingerol dan shoago yang menambahkan rasa panas pada kompres

hangat, selain itu kandungan siklooginase pada jahe mampu menghambat

prostaglandin untuk menghantarkan nyeri. Pada tahap fisiologi nyeri,

kompres hangat rebusan jahe menurunkan nyeri sendi dengan tahap

transduksi, dimana pada tahapan ini jahe memiliki kandungan gingerol yang

bias menghambat terbentuknya prostaglandin sebagai mediator nyeri,


6

sehingga dapat menurunkan nyeri gout (Izza, 2014) dalam (Prio Pambu,

2018).

Berdasarkan studi pendahuluan yang peneliti lakukan pada tanggal 16

maret 2020, berdasarkan data yang diperoleh dari daftar Puskesmas

Sunyaragi desa lebu rw 04 sunyaragi kota cirebon didapatkan jumlah

masyarakat yang terkena nyeri gout sekitar 32 orang hasil dari analisa survai.

Gejala yang pada umumnya yaitu nyeri pada sendi bengkak dan sehingga

mengganggu aktifitas lansia. Sejauh ini belum ada tindakan secara

khususuntuk menangani penyakit gout, pasien gout mendapatkan pendidikan

kesehatan dan obat untuk menurunkan kadar asam urat, hanya pada saat

memeriksa dirinya ke puskesmas lansia. Sehingga peneliti tertarik untuk

melakukan penelitian ini di wilayah kerja puskesmas yang tujuannyauntuk

mengetahui pengaruh rebusan jahe dan salam terhadap kadar gout pada lansia

“ Pengaruh kompres rebusan jahe dan salam terhadap nyeri gout pada lansia

di gang lebu sunyaragi kota cirebon tahun 2020”.

1.2 Rumusan Masalah

Berdsarakan latar belakang tersebut, maka rumusan masalah dalam

penelitian ini adalah “ Pengaruh Kompres Rebusan Jahe Dan Salam Terhadap

Nyeri Gout Pada Lansia Di Wilayah Kerja Puskesmas Sunyaragi Kota

Cirebon Tahun 2020”.


7

1.3 Tujuan Penelitian

1.3.1 Tujuan Umum

Melakukan penelitian, pemahaman dan penjelasan terhadap

pengaruh kompres rebusan jahe dan salam terhadap nyeri gout pada

lansia di wilayah kerja puskesmas sunyaragi kota cirebon tahun

2020.

1.3.2 Tujuan Khusus

1.3.2.1 Mengidentifikasi sebelum kompres rebusan jahe terhadap

penurunan nyeri gout pada lansia di wilayah kerja

puskesmas sunyaragi kota cirebon tahun 2020.

1.3.2.2 Mengidentifikasi sesudah dan sebelum kompres rebusan

daun salam terhadap penurunan nyeri gout pada lansia di

wilayah kerja puskesmas sunyaragi kota cirebon tahun

2020.

1.3.2.3 Menganalisis efektiftas pengaruh kompres rebusan jahe

terhadap penurunan nyeri gout pada lansia di wilayah kerja

puskesmas sunyaragi kota cirebon tahun 2020.

1.3.2.4 Menganalisis efektifitas pengaruh kompres rebusan daun

salam terhadap penurunan nyeri gout pada lansia di

wilayah kerja puskesmas sunyaragi kota cirebon tahun

2020.

1.4 Manfaat Penelitian

1.4.1 Manfaat Teoritis


8

Menambah wawasan keilmuan dalam ruang lingkup

keperawatan gerontik khususnya mengenai pengaruh kompres

rebusan jahe dan salam terhadap nyeri gout pada lansia di wilayah

kerja puskesmas sunyaragi kota cirebon tahun 2020.

1.4.2 Manfaat Praktis

1.4.2.1 Manfaat Bagi Responden

Hasil penelitian ini bermanfaat untuk menambah wawasan

bagi masyarakat untuk menerapkan pentingnya pengetahuan

obat tradisional

1.4.2.2 Manfaat Bagi Masyarakat Lebu Sunyaragi Kota Cirebon

Dapat digunakan sebagai informasi dan pengetahuan pada

masyarakat tentang cara menurunkan nyeri gout pada lansia

secara non – famakologi dengan cara menggunakan obat

tradisional

1.4.2.3 Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan Stikes Kuningan.

Dapat digunakan sebagai tambahan kepustakaan dan

referensi bagi jurusan SI Keperawatan khususnya ilmu

keperawatan gerontik.

1.4.2.4 Manfaat Bagi Peneliti

Peneliti ini akan menjadi pengalaman penghargaan bagi

peneliti dan menambah ilmu pengetahuan terkait pengaruh

kompres rebusan jahe dan salam terhadap nyeri gout pada


9

lansia di wilayah kerja puskesmas sunyaragi kota cirebon

tahun 2020.

1.4.2.5 Manfaat Bagi Peneliti Selanjutnya

Dapat menjadi referensi untuk penelitian selanjutnya

tentang pengaruh kopmres rebusan jahe dan salam terhadap

nyeri gout pada lansia di wilayah kerja puskesmas

sunyaragi kota cirebon tahun 2020.


BAB II
TINJAUAN TEORITIS

2.1 Konsep Gout

2.1.1 Definisi Gout

Gout adalah penyakit yang menyerang persendian-persendian

tubuh. Gout umumnya menyerang sendi jari tangan, tumit, jari kaki,

siku, lutut, dan pergelangan tangan. Rasa sakit atau nyeri yang

ditimbulkan akibat gout ini sangat menyakitkan. Penyakit ini dapat

membuat bagian-bagian tubuh yang terserang mengalami

pembengkakan dan peradangan, sehingga menambah rasa sakit yang

di alami oleh pasien (dr.Yekti ,umpuni & Ari wulandari 2016).

Gout penyakit nyeri yang disebabkan oleh tingginya kadar gout

dalam darah. Kadar gout yang tinggi di dalam darah melebihi batas

normal menyebabkan penumpukan gout di dalam persendian dan

organ tubuh lainnya dengan nilai kadar gout pada perempuan adalah

2,4 – 5,7 mg/dl sedangkan pada laki-laki adalah 3,4 – 7,0 mg/dl dan

anak-anak 2,8 – 4,0 mg/dl (Novianti,2015) dalam (Efendi, S,2017).

2.1.2 Klasifikasi Gout

Penyakit gout digolongkan menjadi penyakit gout primer dan penyakit

gout sekunder :

a. Penyakit gout primer

Penyakit gout primer 99% penyebab belum diketahui (

idiopatik ). Diduga berkaitan dengan kombinasi faktor genetik

10
11

dan faktor hormonal yang menyebabkan gangguan metabolisme

yang dapat mengakibatkan meningkatkan produksi gout atau

bisa juga diakibatkan karena berkurangnya pengeluaran gout

dari tubuh.

b. Penyakit gout sekunder

Penyakit ini disebabkan antara lain karena meningkatnya

produksi gout karena nutrisi, yaitu mengkonsumsi makanan

dengan kadar purin tinggi, purin adalah salah satu senyawa basa

organik yang menyusun asam nukleat ( asam inti sel ) asupan

purin yang terlalu banyak menyebabkan ginjal kesulitan untuk

mengluarkan kelebihan zat gout tersebut sehingga terjadi

penumpukan di persendian maupun di ginjal. Penumpukan sisa

hasil metabolisme inilah yang menyebabkan pembengkakan dan

rasa nyeri di persendian (Herliana, Ersi, 2013)

2.1.3 Etiologi Gout

Orang memiliki gout dalam tubuh karena pada setiap metabolisme

normal dihasilkan gout. Gout yang terdapat didalam tubuh kita tentu

saja kadarnya tidak boleh berlebihan. Gout dapat berlebih disebabkan

adanya pemicu, yaitu makan dan senyawa lain yang banyak

mengandung purin. Gout juga merupakan salah satu penyebab jantung

koroner. Kristal gout akan merusak endotel (lapisan dalam pembulu

darah) koroner, siapapun kadar gout urutnya tinggi harus berupaya


12

untuk menurunkannya agar kerusakan tidak merembet ke organ-organ

tubuh yang lain.

Etiologi gout berkaitan dengan fungsi ginjal kaitan ini juga

terdapat fungsi ginjal yang berkerja mengantur kestabilan kadar gout

dalam tubuh dimana sebagian sisa gout dibuang melalui air seni.

Apabila gout berlebih dan ginjal tidak mampu mengatur kestabilannya

maka gout ini akan menumpuk pada jaringan dan sendi, dan pada saat

kadar gout tinggi maka akan timbul rasa nyeri yang hebat terutama

pada daerah persendian.

Penyakit gout diakibatkan oleh adanya gangguanmetabolisme pada

purin. Gangguan yang terjadi pada metabolisme purin menyebabkan

penimbunan sodium orat di dalam dan diantarnya persendian.

Penyakit gout ditandai dengan tingginya kadar gout dalam darah

(hiperurisemia). Untuk memastikanbahwa nyeri yang dalam sebagai

serangan gout, perlu dilakukan pemeriksaan laboratorium dengan

mengukur kadar gout dalam darah. Kadar gout pada laki-laki 3,4 – 7,0

mg/dl sedangkan pada perempuan 2,4 – 5,7 mg/dl (Rudi dkk, 2013)

dalam (Arpiana Ika, 2017).

2.1.4 Patofisiologi Gout

Penyakit gout adalah gangguan metabolisme gout yang memuncak

dengan terjadinya endapan garam monosodium urat dan akhirnya

berada dalam jaringan subkutan. Biasanya ciri-ciri gout ditandai dengan

inflamasi sendi yang sangat nyeri dan endapan urat disekitar nyeri.
13

Selain itu, sering disertai dengan kadar gout yang tinggi di dalam darah.

Senyawa urat berasal dari purin yang terdapat pada makanan dan hasil

daur ulang penguraian atau perbaikan jaringan. Jenis makanan yang

banyak mengandung purin diantaranya ikan sardin, daging sapi, kerang,

daging itik, dan sayuran seperti asparagus dan kacang polong. Selain

berasal dari makanan, purin juga dapat berasal dari penguraian dan

resintesis nukleotida(Chang dkk,2010) dalam (Fauzia ana,2014).

Gout merupakan gangguan metabolisme gout, yang ditandai

dengan hiperurisemia baik primer maupun sekunder. Hiperurisemia

primer dapat disebabkan oleh asupan makanan yang kaya purin

(kerang-kerangan,jerohan) yang berlebihan atau kelainan herediter.

Pada hiperurisemia sekunder, penyakit gout merupakan gambaran

klinik ringan yang terjadi sekunder akibat sejumlah proses genetik atau

didapat, termasuk keadaan terjadinya peningkatan pergantian sel

(leukemia, multiplemyelom, beberapa tipe anemia, psoriasis) dan

peningkatan pemecahan sel. Hiperurisemia dapat menyebabkan

penumpukan kristal monosodium urat. Jika kristal urat mengedap dalam

sebuah sendi, respon inflamsi akan terjadi dan serangan gout dimulai.

Serangan gout yang berulang, penumpukan kristal natrium urat yang

dinamakan tofus akan mengedap dibagian perifer tubuh seperti ibu jari,

kaki, tangan dan telinga (Smeltz & Bare, 2010). Pada tempat-tempat

tertentu, kristal gout mengendap, seperti pada ginjal, jantung, daun

telinga, jari-jari tangan, dan kaki. Massa kristal gout dikelilingi radang
14

(limfosit, sel sperma, makrofag) dan disebut tofus. Tofus dapat menyatu

dan membesar (Tambayong, 2012). Peradangan kronis yang persisten

dapat menyebabkan fibrosis sinovium, erosi tulang rawan, dan dapat

diikuti oleh fusi sendi(Ankilosis). Tofus dapat berbentuk di tempat lain

(misalnya: tendon, bursa, jaringan lunak). Pengedapan kristal gout

dalam tubulus ginjal dapat mengakibatkan penyumbatan dan nefropati

gout (Helmi,2013) dalam (Fauzia ana,2014).

2.1.5 Gejala-gejala Gout

a. Selalu merasa cape dan badan terasa pegel-pegel

b. Nyeri dibagian otot, persendian, lutut, persendian punggung,

bahu

c. Sering buang air kecil di pagi hari saat bangun tidur,maupun

malam hari

d. Muncul rasa linu dan kesemutan yang sangat parah

2.1.6 Faktor Penyebab Gout

a. Faktor genetik (keturunan)

faktor resiko gout adalah faktor genetik atau keturunan. Gen adalah

faktor yang menentukan pewaris sifat-sifat tertentu dari seseorang

pada keturunannya. Penyakit gout dikategorikan sebagai penyakit

multifaktorial, sekitar 18% penderita gout memiliki riwayat

penyakit yang sama pada salah satu anggota keluarganya, faktor

keturunan merupakan faktor resiko yang dapat memperbesar jika

dipicu oleh lingkungan (Noviyanti,2015).


15

b. Asupan makanan

Makanan jenis memiliki pengaruh yang cukup signifikan terhadap

timbulnya suatu penyakit. Asupan makanan dan gout berhubugan

dengan kandungan purin yang ada dalam makanan kita konsumsi.

Hasil akhir dari metabolisme zat purin. Zat purin itu sendiri

dibutuhkan oleh tubuh dan hamper semua jenis makanan

mengandung zat purin. Beberapa makanan mengandung zat purin

yang rendah dan beberapa jenis yang lain memiliki zat purin

tinggi. Pola makan yang tidak sehat secara signifikan dapat

mempengaruhi resiko terserang gout. Makanan yang mengandung

purin yang tinggi menyebabkan penyakit gout karena akan terjadi

over produksi gout yang di pecah dari purin (Noviyanti,2015).

c. Obat-obatan tertentu

Pengendalian kadar gout ada dua yaitu penurunan kadar gout

dengan mempercepat atau meningkat pengeluaran gout lewat

kemih dan penurunan kadar gout dengan menekan produksinya.

Ada tiga jenis obat yang digunakan untuk pengedalian gout.

Pertama, kelompok obat anti-inflamasi nonsteroid (OAINS). Obat

ini berfungsi sebagai antinyeri (menghilangkan atau meredamkan

rasa nyeri), mengurangi demam, dan mengurangi peradangan

(inflamasi). Misalnya asipirin, ibu profen, dan naproxen. Kedua,

untuk menghambat produksi gout digunakan kelompok obat

inhibitor, xanthine, oxidiase (IXO), obat ini berfungsi sebagai


16

penghambat terjadinya metabolisme purin menjadi gout sehingga

obat ini akan mengurangi pembentukan gout. Misalnya

allopurinol. Ketiga, untuk meningkatkan pengeluaran gout

melalui urine digunakan kelompok obat urikosurik. Obat ini akan

membuat urine yang dibuang akan memiliki kandungan gout

tinggi sehingga semakin banyak urine yang dikeluarkan tubuh

maka semakin banyak gout yang keluar (Wulandari Ari, dr.

Mumpuni Yeti, 2016).

d. Usia

Orang yang sudah lanjut usia rentan terkena penyakit. Semakin

menurunya kekuatan fisik dan daya tahan tubuh membuat

mekanisme kerja organ tubuh menjadi terganggu sehingga rentan

terhadap serangan penyakit. Perubahan terbesar yang terjadi pada

usia lanjut adalah kehilangan masa tubuhnya termasuk, tulang,

otot, dan massa organ tubuh, sedangkan masa lemak meningkat.

Peningkatan masa lemak dapat memicu resiko penyakit

kardiovaskuler, diabetes miletus, hipertensi, dan penyakit

degenerative lainnya termasuk gout (Wulandari Ari, dr. Mumpuni

Yeti, 2016).

2.2 Kompres Hangat

2.2.1 Pengertian

Kompres hangat adalah suatu metode dalam penggunaan suhu

hangat yang dapat menimbulkan efek fisiologi


17

(Wahuningsi,2013). Mengatakan kompres hangat adalah

memberikan rasa hangat kepada pasien untuk mengurangi rasa

nyeri dengan menggunakan cairan yang berfungsi untuk

melebarkan pembulu darah dan meningkatkan aliran darah local

(Fauziah, 2013). Menjelaskan bahwa kompres hangat adalah

tindakan yang dilakukan untuk melancarkan sirkulasi dara juga

untuk menghilangkan rasa sakit yang dialaminya (Riyadi, 2014).

Mengatakan kompres hangat adalah memberikan rasa hangat

pada daerah tertentu dengan menggunakan cairan atau alat yang

menimbulkan hangat pada bagian tubuh yang memerlukan (Price

& Wilson, 2014) dalam (Ghifari Zhaka Wali, 2019)

2.2.2 Manfaat Kompres Hangat

Manfaat pemberian kompres hangat adalah sebagai berikut

( Kusyati,2013).

a. Memperlancar sirkulasi darah.

b. Mengurangi rasa sakit.

c. Memberi rasa hangat, nyaman dan tenang pada pasien

Kompres hangat digunakan secara luas dalam pengobatan

karena memiliki efek bermanfaat yang besar. Adapun manfaat

efek kompres hangat adalah efek fisi, efek kimia, dan efek

biologis (Kozier,2014)
18

a. Efek fisik

Panas dapat menyebabkan zat cair, padat dan gas mengalami

pemuaian ke segala arah.

b. Efek kimia

Bahwa rata-rata kecepatan reaksi di dalam tubuh tergantung pada

temperature. Menurunya reaksi kima tubuh sering tergantung

pada temperature tubuh. Permeabilitas membrane sel akan

meningkat sesuai dengan peningatan suhu, pada jaringan akan

terjadi peningkatan metabolism seiring dengan peningkatan antara

zat kimia tubuh dengan cairan tubuh.

c. Efek biologis

Panas dapat menyebabkan dilatasi pembulu darah yang

mengakibatkan peningkatan sirkulasi darah. Secara fisiologis

respon tubuh terhadap panas yaitu menyebabkan pembulu darah

menurunkan kekentalan darah, menurunkan ketegangan otot,

meningkatkan metabolism jaringan dan meningkatkan

permebalitas kapiler. Respon dari panas inilah yang digunakan

untuk keperluan terapi pada berbagai kondisi dan keadaan yang

terjadi dalam tubuh. Panas menyebabkan vasodilatasi maksimum

dalam waktu 15-20 menit, melakukan kompres selama 20 menit

akan mengakibatkan kongesti jaringan dank lien akan beresiko

mengalami luka bakar karena pembulu darah yang berkontraksi


19

tidak mampu membuang panas secara adekuat melalui sirkulasi

darah ( Kozier, 2014)

2.3 Pengobatan herbal gout menggunakan Jahe

2.3.1 Definisi jahe

Tanaman jahe (Zingiber officinale roscoe) termasuk

keluarga Zingiberaceae yaitu suatu tanaman rumput-rumputan

tegak dengan ketinggian 30-100cm, namun kadang-kadang

tingginya dapat mencapai 120cm. Daunya sempit, berwarna hijau

bungnya kuning kehijauan denga bibir bunga ungu gelap berbintik-

bintik putih kekuningan dan kepala sarinya berwarna ungu.

Akarnya yang bercabang dan berbau harum dan berserat (Pambudi

prio,2018).

2.3.2 Jenis jahe

a) Jahe gajah

bentuknya besar, gemuk, dan tidak terlalu pedas. Daging

rimpang berwarna kuning hingga putih.

b) Jahe kuning

banyak dipakai sebagai bumbu masak, rasa dan aromanya cukup

tajam. Ukuranya rimpang sedang dengan warna kuning.

c) Jahe merah

Memiliki kandungan atsiritinggi dan memiliki rasa paling pedas,

dipakai untuk bahan dasar farmasi dan jamu. Ukuranya palinh


20

kecil dengan warna merah dengan serat lebih besar disbanding

jahe biasa.

2.3.3 Kegunaan jahe

Jahe memiliki banyak kegunaan. Penelitian untuk menguji

aktivitas farmakologi maupun untuk mengisolasi komponen aktif

sudah banyak dilakukan dan semakin berkembang. Pada

pengobatan tradisional China dan India, jahe digunakan untuk

mengatasi penyakit batuk, diare, mual, asma, gangguan

pernapasan, sakit gigi, dan arthritis rheumatoid. Beberapa efek

farmakologi yang sudah diuji baik pada hewan coba maupun

kronik, antipireti, dan analgesic (Lase 2015) dalam (Anindita

vinnyssa, 2018).

2.3.4 Manfaat jahe

Jahe memiliki manfaat dalam kardiovaskuler yaitu

meningkatkan aliran cairan tubuh dengan merangsang sirkulasi

keseluruh tubuh. Peningkatan sirkulasi darah dapat merangsang

peningkatan metabolisme sel sehingga dapat mengurangi keram.

Jahe memiliki efek antioksida. Selain itu, jahe juga mengurangi

pembentukan prostaglandin-E2 (PGE2) & tromboksan sehingga

mampu mengurangi resiko pembekuan darah (Zade & Kor, 2015)

dalam (Tjen.M.V.G Velicia, 2018)

2.3.5 Kandungan Jahe

Kandungan rimpang jahe bersifat khas, jahe disebabkan


21

adanya minyak atsiri dan oleoresin jahe. Khasiat jahe sejak dulu

jahe dipergunakan sebagai obat atau bumbu dapur dalam aneka

keperluan lainnya jahe dapat merangsang, kalenjer pencernaan,

baik untuk membangkitkan nafsu makan, dan pencernaan dan

arthritis.

Sifat khas jahe selain digunakan untuk mengobatai arthritis,

jahe juga dapat digunkana untuk kandungan minyak atsiri dan

oleorisin pada rimpang jahe tersebut, aroma harum jahe disebabkan

oleh minyak atsrisi, sedangkan oleoresinya menimbulkan rasa

pedas, minyak atsiri dapat diperoleh atau disolasikan dengan

destilasikan uap atau dari rhizoma jahe kering. Ekstrak berbau

harum tetapi tidak memiliki komponen membentuk rasa pedas.

Kandungan minyak atsiri dalam jahe kering sekitar 1-3%.

Komponen utama minyak atsiri jahe yang menyebabkan bau

harum.

2.4 Sop Kompres Jahe

2.4.1 Pengertian

Kompres jahe merupakan tindakan yang sering kali digunakan

sebagai obat nyeri persendian karena kandungan gingerol yang

membuat rasa hangat (Utami & Pusaningtyas, 2013) dalam

(Rusnoto, 2015)
22

2.4.2 Tujuan

a. Memperlancar sirkulasi darah

b. Mengurangi rasa sakit /nyeri

c. Mengurangi kejang otot

d. Memberikan rasa hangat, nyaman dan tenang pada klien

e. Menurunkan kaku sendi

2.4.3 Prosedur

A. Alat dan Bahan

1. Alat

a. Parutan

b. Piring

2. Bahan : jahe 20 gram

B. Tahap Pelaksanaan

1. Pre intraksi

a. Melakukan persiapan alat, bahan, dan klien

b. Membersihkan jahe

c. Mencuci tangan

2. Orentasi

a. Memberikan salam kepada klien

b. Melakukan kontrak (waktu dan tempat)

c. Menjelaskan tujuan dan langkah-langkah pelaksanaan

kompres jahe

d. Memberikan kesempatan kepada klien untuk bertanya


23

e. Jaga privasi klien

f. Bantu klien pada posisi yang nyaman

3. Tahap kerja

a. Dekatkan alat dan bahan

b. Timbang jahe segar seberat 20 gram, bersihkan jahe,

lalu parut jahe

c. Letakan parutan jahe di area sendi yang nyeri

d. Kompres selama 10 menit

e. Setelah 10 menit bersihkan jahe yang masih menempel

f. Tanyakan gimana rasa nyeri nya berkurang atau tidak

g. Bersihkan alat-alat

4. Tahap terminasi

a. Dokumentasi respon klien setelah pemberian kompres

hangat jahe

b. Membersihkan peralatan dan berpamitan dengan klien

c. Mencuci tangan (Rusnoto, 2015)

2.5 Pengobatan Herbal Gout Menggunakan Salam

2.5.1 Definisi Salam

Tanaman salam memiliki nama latin Eugenia polyantha

Wight dan nama ilmiah Syzygium polyantha Wight. Menurut

falsafah jawa tanaman salam mempunyai makna yang bersifat,

filosofi yang dapat diambil dari pohon salam keselamatan.


24

Pohon salam memiliki banyak manfaat bagi masyarakat

mulai dari batang, kulit batang, daun salam dan buah salam. Daun

salam merupakan bagian yang paling banyak dimanfaatkan

masyarakat. Daun salam dikenal masyarakat untuk penyedap

masakan. Masyarakat menggunakan daun salam untuk memasak

dengan memasukan beberapa lembar daun salam segar maupun

kering kedalam masakan untuk membuat masakan lebih beraroma

harum. Selain sebagai penyedap masakan daun salam juga dapat

digunakan sebgai terapi non farmakologi untuk berbagai penyakit

berbahya contohnya stroke, kolestrol, gout, juga termasuk diare.

(Agoes,2014) dalam (Aprillia,P 2018)

2.5.2 Kandungan dan Manfaat Daun Salam

Kandungan dan manfaat senyawa yang terkandung di dalam

daun salam yang terdapat menjadi antibakteri adalah sebagai

berikut:

a) Flavonoid

Merupakan senyawa pola yang umumnya mudah larut dalam

pelarut polar seperti etanol, methanol, butanol, dan aseton.

Flavonoid adalah golongan terbesar dari senyawa fenol, zat

flavonoid yang terkandung dalam daun salam mampu

menurunkan kolestrol dan gula darah. Senyawa fenol

mempunyai kemampuan sebagai antibakteri yaitu dengan cara

mendenaturasi protein yang menyebabkan terjadinya kerusakan


25

permeabilitas dinding sel bakteri.(Nazzaro,2015) dalam

(Febriani icha, 2018)

b) Tanin

Mengganggu permeblitas membrane sel bakteri dan juga

memiliki kemampuan mencegah pembekuan plasma pada

Staphylococcus Aureus. Dalam daun salam kandungan zat tanin

juga mampu menurunkan kadar kolestrol dan gula darah.

( Nazzaro,2015) dalam (Febriani icha, 2018)

c) Minyak atsiri

Berperan sebagai antibakteri dengan cara menggangu enzim

yang membantu pembentukan energi sehingga memperlambat

pertumbuhan sel. Minyak atsiri dalam jumlah banyak dapat juga

mendenaturasi protein. (Nazzaro,2015) dalam (Febriani icha,

2018)

2.5.3 Manfaat Daun Salam

Manfaat daun salam menurut Astrid savitri (2016) Adalah sebagai

berikut:

a) Menurunkan tekanan darah tinggi

Pada daun salam, kandungan mineral dapat membuat

peredaran darah menjadi lancar dan mengurangi tekanan darah.

b) Meringankan nyeri akibat gout

Salah satu kandungan yang berada pada daun salam ada yang
26

berkhasiat untuk menurunkan kadar gout dan juga

meringankan rasa sakit pada daerah sendi-sendi

c) Menurunkan kadar kolestrol

Daun salam juga bisa digunakan untuk mengatasi kolestrol

jahat pada tubuh manusia. Meminum air rebusan daun salam

secara rutin dua kali sehari dapat mengurangi kadar kolestrol

jahat dalam tubuh.

2.6 Sop Kompres Salam

2.6.1 Pengertian

Kompres salam tindakan pembuatan kompres salam bagi

penderita gout untuk menurunkan nyeri gout. (Rusnoto,2015)

2.6.2 Tujuan

a. Menurunkan nyeri gout

b. Menjadi alternatife pengobatan dan pencegahan

2.6.3 Prosedur

A. Alat dan Bahan

a. Air hangat dan salam 10 lembar

b. Handuk kecil/waslap

c. Waskom

B. Tahap pelaksanaan

1. Tahap praintrekasi

a. Mencuci tangan

b. Mencuci salam
27

c. Mempersiapkan alat

C. Tahap orientasi

a. Memberi salam

b. Menjelaskan tujuan dan prosedur kompres salam

c. Menanyakan persetujuan klien (informed consent)

D. Langkah kerja

a. Persiapkan handuk keci / waslap

b. Persiapkan air salam yang udah di rebusan

c. Tempelkan handuk kecil / waslap pada daerah yang nyeri

d. Tunggu selama 15 menit

E. Tahap terminasi

a. Berpamitan dengan responden

b. Membersihkan alat

c. Mencuci peralatan

d. Mencuci tangan (Rusnoto,2015)


28

2.7 Kerangka teori

Purin
Xanthine
oksidase

̏
Gout

Terapi
Gangguan
Ginjal
eliminasi

Exstrak
Etanol daun salam
dan allopurinol
Peningkatan gout
pada darah Diekskresik
an melalui
urin

Menghambat
Hiperurisemia Xanthine oksidase

Sumber : Buku Cara Jitu Mengatasi Asam Urat. Hak Cipta (2016).

Keterangan

Yang Diteliti

Yang tidak diteliti

Bagan 2.1 Kerangka Teoritis


BAB III

KERANGKA KONSEPTUAL, DEFINISI OPERASIONAL,

DAN HIPOTESIS

3.1 Kerangka Konseptual

Kerangka konsep penelitian adalah kerangka hubungan antara konsep-

konsep yang diamati atau diukur melalui penelitian yang akan dilakukan.

Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan dengan

bagaimana seorang peneliti menghubungkan secara logis beberapa faktor

yang dianggap penting untuk masalah (Notoatmodjo,2018).

Independen Dependen

Jahe dan
Nyeri gout
Salam

Bagan 3.1 Kerangka Konsep

29
29

3.2 Definisi Operasional

Tabel 3.1 Definisi Operasional

Variabel Defines Alat Cara Hasil Skala


operasional ukur ukur ukur ukur
Independen Merupakan Sop 1. Diberikan 1. Dilaku Nominal
Pelaksanaa suatu kompres 2. tidak kan
n kompres tindakan rebusan diberikan 2. Tidak
rebusan dimana jahe dilakuk
hangat jahe peneliti an
melakukan
kompres
rebusan
hangat jahe
pada lansia
dalam waktu
10 menit
yang
sebelumnya
dilakukan
pengukuran
skala nyeri
pre-test dan
setelah
tindakan
dilakukan
pengukuran
skala nyeri.
Independen Merupakan Sop 1. Diberikan 1. Dilak Nominal
Pelaksanaa suatu kompres 2. Tidak ukan
n kompres tindakan rebusan diberikan 2. Tidak
rebusan dimana daun dilaku
hangat peneliti salam kan
daun salam melakukan
kompres
rebusan
hangat daun
salam pada
lansia dalam
waktu 20
menit yang
sebelumnya
dilakukan
pengukuran
skala nyeri
30

pre-test dan
setelah
tindakan
dilakukan
pengukuran
skala nyeri.
Dependen Gambaran Skala Wawancara Nyeri Interval
Terikat tentang nyeri dan tindakan ringan
nyeri seberapa para numeric diberi nilai
sensani nyeri 1-3
artritis lansia Nyeri
yang diderita. sedang
Nyeri ukur diberi nilai
sebelum dan 4-6
sesudah Nyeri
dilakukan berat
kompres diberi nilai
rebusan 1-9
hangat jahe Nyeri
dan salam sangant
berat 10

3.3 Hipotesis

Hipotesis adalah suatu jawaban yang bersifat semnetara

terhadap permasalahan penelitian, sampai terbukti melalui data yang

terkumpul. Adapun hipotesis terbagi dalam null (Ha) dan hipotesis

alternatife (Hi) (Notoatmodjo, 2016).

Adapun hipotesis pada penelitian ini adalah

H1 : Terdapat Pengaruh kompres rebusan jahe terhadap penurunan

nyeri gout pada lansia di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon

Tahun 2020.

H2 : Terdapat pengaruh kompres rebusan salam terhadap penurunan

nyeri gout pada lansia di Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon


31

Tahun 2020.
BAB IV

METODELOGI PENELITIAN

4.1 Rancangan Penelitian

Rancangan penelitian yang digunakan dalam penelitian ini adalah

rancangan Pre – Eksperiment dengan menggunakan rancangan One Group

Pra – Post Tes Design yaitu penelitian yang mencoba untuk membuktikan

pengaruh tindakan pada satu kelompok subjek rancangan penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah rancangan Pre – Eksperiment dengan

menggunakan rancangan One Group Pra – Post Tes Design yaitu penelitian

yang mencoba untuk membuktikan pengaruh tindakan pada satu kelompok

subjek.

Penelitian ini, sebelum dilakukan kompres hangat jahe dan salam (pre

- tes), skala nyeri lutut gout lansia di ukur. Kemudian dilakukan kompres

hangat jahe dan salam oleh peneliti selama 20 menit. Setelah itu diukur

kembali (post – test) skala nyeri lutut gout lansia tersebut. Kemudian

dibandingkan antara nyeri pre – test dengan post – test.

Subjek Pre tes Perlakuan Post tes


K 01 X 02

Keterangan :

K : Subjek

01: Sebelum kompres (pre - test)

02: Sesudah kompres (pos-test)

32
33

4.2 Variabel Penelitian

Notoadmojo dalam Badriah (2019), menegaskan bahwa variabel

adalah sesuatu yang di gunakan sebagai ciri, sifat, atau ukuran yang di

miliki atau di dapatkan oleh satuan penelitian tentang sesuatu konsep,

dalil, atau pengertian tertentu (Notoadmojo dalam Badriah, 2019).

4.2.1 Variabel Independen

Variabel independen adalah variabel yang nilainnya menentukan

variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel independen dalam penelitian

ini adalah pemberian kompres rebusan jahe dan daun salam

4.2.2 Variabel Dependen

Variabel dependen adalah variabel yang dipengaruhi nilainya

ditentukan oleh variabel lain (Nursalam, 2013). Variabel dependen

dalam penelitian ini adalah penurunan nyeri gout dalam darah pada

penderita gout.

4.3 Populasi & Sampel

4.3.1 Populasi

Badriah (2019). Populasi didefinisikan sebagai kelompok

subyek yang hendak di kenai generalisasi hasil penelitian. Sebagai

suatu populasi, kelompok subyek tersebut harus memiliki ciri-ciri

atau karakterisitik bersama yang membedakannya dari kelompok

subyek yang lain. Populasi yang digunakan pada penelitian ini

adalah Masyarakat dimulai dari umur 36-68 tahun yang menderita


34

nyeri gout sebanyak 236 orang di Wilayah Kerja Puskesam Kota

Cirebon, hingga menjadi 32 orang.

4.3.2 Sampel

Badriah (2019). Sample adalah sebgaian dari populasi, karena

ia merupakan bagian dari populasi tentulah ia memiliki ciri-ciri

yang dimiliki populasinya.

Sugiyono (2016). Teknik pengambilan sampel pada penelitian

ini adalah dengan total sampling adalah teknik penentuan sampel

bila semua anggota populasi digunakan sebagai sampel. Hal ini

sering dilakukan bila jumlah populasi relative kecil, kurang dari 30

orang, atau penelitian yang ingin membuat generalisasi dengan

kesalahan yang sangat kecil. Istilah lain sampel total adalah sensus,

dimana semua anggota populasi dijadikan sampel dan sampel

terdapa 32 orang

Sampel dibagi menjadi 2 kelompok:

1. Untuk rebusan jahe terdapat 16 responden

2. Untuk rebusan daun salam terdapat 16 responden

4.4 Instrument Penelitian

Penelitian ini menggunakan instrument berupa lembar observasi untuk

mengumpulkan data observasi kadar gout dalam tubuh. Peneliti juga

menggunakan kuisioner data demografi seperti kode sampel, jenis kelamin,

umur, riwayat gout, jenis pekerjaan. Pada lembar observasi untuk gout terdiri
35

dari kode sampel, hasil pra-test pengukuran gout, serta hasil post-test

pengukuran gout.

Instrument yang digunakan peneliti dalam peneliti untuk mengukur

variable independen menggunakan SOP pembuatan rebusan daun salam yang

di dapat dari penelitian sebelumnya oleh (Darussalam, et, al, 2016). Alat yang

digunakan untuk menghitung dosis dari daun salam dan jahe ini

menggunakan timbangan analitik yang baru untuk menjaga keakuratan dosis

yang akan diberikan kepada responden

Instrument yang digunakan peneliti dalam si peneliti juga sama oleh daun

salam untuk mengukur variable independen menggunakan SOP pembuatan

rebusan jahe yang di dapat dari penelitian sebelumnya oleh (Darussalam, et,

al, 2016). Alat yang digunakan untuk menghitung dosis yang jahe dan daun

salam ini menggunakan timbangan analitik yang baru untuk menjaga

keakuratan dosis yang akan diberikan kepada responden.

Instrument penelitian digunakan untuk mengukur nilai variable yang

diteliti (Sugiyono, 2010). Instrument adalah alat pada waktu penelitian

menggunakan suatu metode (Arikunto, 2012).

4.4.1 Kisi-kisi Instrumen Penelitian

a. Umur lansia

Lembar ceklis berisi tentang umur responden yang tercatat

pada register penderita nyeri gout rentang skala nyeri di gang lebu

sunyaragi kota cirebon


36

Lembar ceklis umur lansia ini terdiri dari umur lansia <35

tahun atau >68 tahun dan umur lansia 36-68 tahun.

b. Latar Belakang Pendidikan

Lembar ceklis berisi tentang pendidikan terakhir responden

yang tercatat pada register nyeri gout rentang skala nyeri di gang

lebu sunyaragi kota cirebon pada saat responden. Lembar ceklis latar

belakang pendidikan lansia ini terdiri dari pendidikan lansia Tidak

tamat SD, SD, SLTP, SLTA dan Perguruan Tinggi

c. Status Pekerjaan

Lembar ceklis responden berisi tentang status pekerjaan

responden (bekerja dan tidak bekerja) yang tercatat pada register

nyeri lutut rentang skala nyeri di gang lebu sunyaragi kota cirebon

d. Pengkajian Skala Nyeri Pada Penderita Gout

Lembar ceklis responden yang berisi tentang kondisi terakhir

responden dalam memberikan register nyeri gout tentang skala nyeri

digang lebu sunyaragi kota cirebon.

4.5 Uji instrument

Peneliti tidak dilakukan uji instrument untuk variable independen maupun

variable dependen, dikarenakan variable dalam peneliti ini tidak bersifat

abstrak dan menggunakan data sekunder dengan melakukan obesrvasi melalu


37

studi dokumentasi yang telah ada dalam bentuk register Nyeri gout skala

rentang nyeri di gang lebu sunyaragi kota cirebon.

4.6 Pengumpulan Data

4.6.1 Sifat dan Sumber Data

a. Data primer

Data primer atau data sering disebut sumber data tangan

pertama adalah sumber informasi yang dilangsung berasal dari

yang mempunyai wewenang dan tanggung jawab terhadap data

tersebut (Notoatmodjo, 2016).

b. Data sekunder

Data sekunder adalah sumber informasi yang bukan dari

tangan pertama, dan bukan mempunyai wewenang dan tanggung

jawab terhadap informasi atau tersebut. (Notoatmodjo, 2012). Pada

penelitian ini menggunakan data sekuder untuk variable

independen dan variable dependen peneliti yang tercatat pada

Register Pengaruh Rebusan Kompres Jahe dan Salam Terhadap

Nyeri Lutut Gout Pada Lansia Di Gang Lebu Sunyaragi Kota

Cirebon. Data pendukung ini dipakai sebagai hasil melengkapi

pada bagian hasil dan pembahasan BAB V .

4.6.2 Proses Pengumpulan Data

Bagian ini menjelaskan tentang cara dan prosedur pengumpulan

data secara terperinci. Uraian langka-langka yang ditempuh dan


38

teknik yang digunakan untuk mengumpulkan data (Prosedur

Penelitian), kualifikasi, dan jumlah pemeriksaan yang terlibat

dalam proses pengumpulan data (Tantur Syahdrajat, 2015).

penelitian ini menggunakan proses pngumpulan data terdiri dari

langkah-langkah sebagai berikut:

a. Pada tahap awal peneliti mengajukan permohonan ijin studi

pendahuluan kepada STIKes Kuningan.

b. Setelah ijin studi pendahuluan keluar selanjutnya syrat ijin studi

pendahuluan tersebut dkirimkan ketempat yang akan dilakukan

penelitian yaitu Di Gang Lebu Sunyaragi Kota Cirebon.

c. Kemudian peneliti melakukan pengembilan data awal sebagai

penelitian melalui studi pendahuluan.

d. Peneliti menyusul proposal dan melakukan bimbingan kepada

dosen pembimbing 1 dan dosen pembimbing 2.

e. Setelah proposal yang disusun telah di acc dosen pembimbing 1

maupun dosen pembimbing 2 peneliti melakukan sidang

proposal/seminar proposal

f. Tahap selanjutnya peneliti mengajukan permohonan ijin

pelaksanaan peneliti kepada STIKes Kuningan.

g. Setelah ijin penelitian tersebut keluar kemudian surat ijin penelitian

dikirimkan ketempat yang akan dilakukan penelitian yaitu Di Gang

Lebu Sunyaragi Kota Cirebon.


39

h. Setelah mendapatkan izin dri tempat penelitian, peneliti

mengumpulkan data.

i. Kemudian peneliti mengisi lembar ceklis dengan melakukan

observasi dan sekunder pada register nyeri gout rentang skala nyeri

di gang lebu sunyaragi kota cirebon.

j. Selanjutnya peneliti melakukan proses pengelolaan data terhadap

data yang sudah terkumpul.

4.7 Pengelolaan Data

Data yang telah terkumpul akan diolah melalui tahapan editing,

koding, entry dan cleaning

4.7.1 Editing

Merupakan kegiatan untuk melakukan proses pengecekan isian

formulir kuisioner apakah jawaban yang ada dikuisioner sudah

lengkap (semua data sudah lengkap), jelas (jawaban pertanyaan

apakah ditulisnya cukup jelas terbaca), relevan ( jawaban yang ditulis

apakah relevan dengan pertanyaan), konsisten (apakah jawaban antara

beberapa pertanyaan yang terkait isi jawabannya konsisten).

4.7.2 Coding

Coding merupakan kegiatan merubah data berbentuk huruf

menjadi data berbentuk angka atau bilangan. Kegunaan dari koding

adalah untuk mempermudah pada saat analisis data dan juga

memeprcepat pada saat entry data.


40

Pemberian kode pada penelitian ini dilakukan untuk seluruh

variabel penelitian yaitu sebagai berikut:

a. Umur

Kode 1. Berisiko, jika umur <36 tahun atau >68 tahun.

Kode 2. Tidak Berisiko, jika umur ibu 36-68 tahun

b. Latar Belakang

Kode 1. Pendidikan rendah, jika pendidikan <SLTP

Kode 2. Pendidikan tinggi, jika pendidikan >SLTP

c. Status Pekerjaan

Kode 1. Bekerja, jika lansia melakukan pekerjaan diluar rumah.

Kode 2. Tidak bekerja, jika lansia melakukan kegiatan didalam

rumah

d. Pengkajian Skala Nyeri Pada Penderita Gout

Kode 1. Nyeri ringan, sedang

Kode 2. Nyeri berat, sangat berat

4.7.3 Entry Data

Entry data adalah memasukan data yang telah dikumpulkan

kedalam tabel atau data base komputer, kemudian membuat distribusi

frekuensi sederhana. Data atau jawaban dari masing-masing

responden dalam bentuk kode numerik dimasukkan kedalam program

atau software komputer (Yuni, S 2019)

4.7.4 Cleaning
41

Cleaning atau pembersihan data merupakan kegiatan

pengecekan kembali data yang sudah dientry apakah ada kesalahan

atau tidak. Kesalahan tersebut di mungkinkan terjadi pada saat kita

memasukan data kekomputer. Setalah itu dilakukan pengoreksian

atau pembenaran (Yuni, S, 2019)

4.8 Analisa Data

Analisa data adalah proses penyederhanaan data ke dalam bentuk yang

lebih mudah di baca dan diinterpretasikan. Tehnik analisa data berfungsi

untuk meringkas, mengklasifikasi, dan menyajikan data yang merupakan

langkah awal dari analisis lebih lanjut dalam penggunaan uji statistik dalah

menyederhanakan data penelitian yang amat besar jumlahnya menjadi

informasi yang lebih sederhana dan lebih mudah dipahami. Disamping itu,

statistik membandingkan hasil yang diperoleh dengan hasil yang terjadi

secara kebetulan. Analisis data yang digunakan menggunakan program

Statistical Package and Service Solution (SPSS) versi 20.0.

Analisis data yang dilakukan pada penelitian ini ada dua macam, yaitu

analisis univariat dan analisis bivariat.

4.8.1 Analisis Univariat

Analisis univariat dilakukan dengan cara menyajikan setiap

variable penelitian data dalam bentuk tabel distribusi frekuensi.

Teknik analisa data yang digunakan pada penelitian ini adalah anlisa

univariat. Analisa univariat bertujuan untuk memperoleh gambaran


42

pada masing-masing sub variabel yang diteliti. Data selanjutnya

dikategorikan dengan menggunakan rumus sebagai berikut:

f
P= X 100%
Keterangan: N

P = Persentase

F = Frekuensi jawaban

N = Jumlah pertanyaan/pernyataa

Interpretasi dari rumus diatas adalah proporsi kategori berbanding

lurus dengan jumlah kategori sampel dan berbanding terbalik dengan

jumlah sampel. Hasilprosentase akhir diatas di interprestansikan dengan

pernyataan sperti tersebut dibawah ini (Arikunto, 2016)

0% : Tidak satupun responden

1%-25 : Sebagian kecil responden

26%-49% : Kurang dari setengah responden

50% : Setengah responden

51%-75% : Lebih dari setengah responden

76%-99% : Sebagian besar responden

100% : Seluruh responden


43

4.8.2 Analisis Bivariat

Analisis bivariate dilakukan untuk menguji hubungan antara

variabel independen terhadap variabel dependen dengan

menggunakan uji T. berdasrkan kenyataan tersebut maka data dalam

penelitian ini akan di analisis dengan teknik statistik yang uji T .

digunakan untuk menganalisis perbedaan sebelum dan sesudah

intervensi. Penolakan terhadap hipotesis apabila P value ≤ 0.05

berarti ada pengaruh atau ada perbedaan bermakna sedangkan gagal

penolakan terhadap hiotesis apabila P value ≥ 0.05 berarti tidak ada

pengaruh atau tida ada perubahan yang bermakna antara keduannya

rumusan uji dependen t-test yaitu:

d−µd
t=
Sd / √ n

4.9 Waktu dan Lokasi Penelitian

4.9.1 Waktu Penelitian

Penelitian rencananya akan dilakukan pada tanggal 18 – 21 bulan

Mei sampai dengan Bulan Juni tahun 2020

4.9.2 Tempat Penelitian

Penelitian rencana akan dilakukan di gang lebu sunyaragi kota

cirebon

4.9.3 Jadwal Penelitian

Adapun jadwal penelitian ini adalah sebagai berikut:

Tabel 4.1 Jadwal Kegiatan Penelitian


44

No Kegiatan Maret April Mei Juni


3 4 1 2 3 4 1 2 3 4 1 2 3 4
1 Konsultasi Awal
2 Studi Pendahuluan
3 Penyusunan Proposal
4 Seminar Proposal
5 Revisi Seminar Proposal
6 Persiapan Penelitian
7 Pelaksanaan Penelitian
8 Analisis
9 Penyusunan Skripsi
10 Sidang Skripsi
11 Revisis Skripsi
12 Naskah Publikasi
13 Penggadaan Skripsi
BAB V

HASIL DAN PEMBAHASAN

5.1 Hasil Penelitian

Dalam bab ini diuraikan hasil penelitian yang penulis lakukan pada

tanggal 18 sampai 25 Juli Tahun 2020 di Wilayah Puskesmas Sunyaragi

Kota Cirebon yang berjudul “Pengaruh Kompres Rebusan Jahe dan Salam

Terhadap Nyeri Gout Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Sunyaragi

Kota Cirebon Tahun 2020 ”, beserta pembahasannya.

Subyek Penelitian ini adalah responden yang terdiagnosa gout di

masyarakat Wilayah Kerja Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon yang telah

memenuhui kriteria inskusi dan ekslusi Sampel yang di dapatkan sebanyak

32 responden, selanjutnya di berikan perlakuan kompres rebusan jahe dan

terapi salam selama 7 hari. Alat ukur yang di gunakan adalah lembar

observasi sebagai cara mengukukur gout yang kemudian hasilnya akan

dianalisis dengan menggunakan distribusi frekuensi untuk univariat,

sedangkan analisis bivariate menggunakan Wilcoxon Signed-Rank Test data

hasil penelitian dilampirkan sebagai berikut:

5.1.1. Hasil Analisis Univariat

Hasil Analisi univariat menggambarkan distribusi frekuensi

penderita gout di masyarakat di Wilayah Kerja Puskesmas Sunyaragi


47

Kota Cirebon dan distribusi frekuensi tekanan darah responden

sebelum dan sesudah diberikan kompres jahe dan terapi kompres

salam pada tabel 5.1,5.2, 5.3, 5.4, 5.5, 5.6

1. Gambaran Distribusi Kompres Rebusan Jahe Terhadap Nyeri


Gout Pada Lansia di Wilyah Kerja Puskesmas Sunyaragi Kota
Cirebon Tahun 2020

Tabel 5.1 Gambaran Distribusi Sebelum dan Sesudah Kompres


Rebusan Jahe Terhadap Nyeri Gout Pada Lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Cirebon Tahun
2020
5.1 Nyeri Otot dengan Kompres Jahe

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Ringan 16 50.0 50.0 50.0

Sedang 12 37.5 37.5 87.5

Valid Berat 3 9.4 9.4 96.9

Sangat Berat 1 3.1 3.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

5.2 Nyeri Otot dengan Kompres Salam

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Ringan 27 84.4 84.4 84.4

Sedang 2 6.3 6.3 90.6

Valid Berat 2 6.3 6.3 96.9

Sangat Berat 1 3.1 3.1 100.0

Total 32 100.0 100.0


48

Uji normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Pre Jahe .166 32 .025 .883 32 .002


Post Jahe .163 32 .031 .904 32 .008
Pre Salam .188 32 .006 .878 32 .002
Post Salam .171 32 .018 .910 32 .011

a. Lilliefors Significance Correction

Ket. Hasil uji Normalitas menunjukkan data yang tidak normal kerena
nilai signifikan lebih kecil dari 0,05

Berdasarkan tabel 5.1 dapat diketahui dari 16 responden menunjukan

bahwa Kompres Jahe di Wilayah Kerja Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon

dengan kategori ringan sebanyak 16 responden (50.0%), sedang sebanyak 12

responden (37.5%) berat sebanyak 3 (9.4%). Dan sangat berat 1 (3.1%)

2. Gambaran Distribusi Kompres Rebusan Daun Salam


Terhadap Nyeri Gout Pada Lansia di Wilaya Kerja
Puskesmas Kota Cirebon Tahun 2020
Tabel 5.2 Gambaran Distribusi Sebelum dan Sesudah
Kompres Rebusan Salam Terhadap Nyeri Gout
Pada Lansia di Wilayah Kerja Puskesmas Kota
Cirebon

No Jenis Gout Frekuensi Presentase


1 Ringan 27 84.4
2 Sedang 2 6.3
3 Berat 2 6.3
4 Sangat Berat 1 3.1
Jumlah 32 100.0
Sumber: Hasil Peneilitian 2020

Berdasarkan tabel 5.2 dapat diketahui dari 16 responden


menunjukan bahwa kompres rebusan salam di Wilayah Kerja Puskesmas
Kota Cirebon dengan kategori ringan sebanyak 27 (84.4) 32 responden
(100%), sedang 2 (6.3%) dan berat 2 (6.3%) dan sangat berat 1 (3.1%).
49

3. Gambaran Distribusi Pengaruh Kompres Rebusan Jahe


Terhadap Nyeri Gout Pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Cirebon

Tabel 5.3 Gambaran Distribusi Pengaruh Kompres Rebusan


Jahe Terhadap Nyeri Gout Pada Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Kota Cirebon

No Jenis Gout Frekuensi Presentase


1 Ringan 16 50.0
2 Sedang 12 37.5
3 Berat 3 9.4
4 Sangat Berat 1 3.1
Jumlah 32 100.0
Sumber: Hasil Penelitian 2020

Berdasarkan tabel 5.3 dapata diketahui dari 16 responden Kompres

Jahe di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Cirebon dengan kategori ringan

sebanyak 16 (50.0%), sedang 12 (37.5%) berat 3 (9.4%). Dan sangat berat

1 (3.1).

Tabel 5.4 Gambaran Distribusi Pengaruh Kompres Rebusan Salam


Terhadap Nyeri Gout Pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Kota Cirebon

No Jenis Gout Frekuensi Presentase


1 Ringan 27 84.4
2 Sedang 2 6.3
3 Berat 2 6.3
4 Sangat Berat 1 3.1
Jumlah 32 100.0

Berdasarkan tabel 5.4 dapat diketahui dari 32 responden

menunjukan Kompres Rebusan Salam dengan kategori ringan 27

( 84.4%), sedang 2 (6.3%) berat 2 (6.3%). Dan sangat berat 1 (3.1).

5.1.2. Hasil Analisis Bivariat

Analisis Bivariat bertujuan untuk mengetahui kemaknaan


50

hubungan (membuktikan hipotesis) antara variabel independen.

Analisa bivariate dalam penelitoan ini yaitu Pengaruh Kompres

Rebusan Jahe dan Salam Terhadap Nyeri Gout Pada Lansia di

Wilayah Kerja Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon Uji statistik yang

di gunakan adalah Wilcoxon Signed-Rink Test dengan tingkat

Kepercayaan 95%.

Tabel 5.6 Analisa Data Pengaruh Kompres Rebusan Jahe Sesudah


dan Sebelum Terhadap Nyeri Gout Pada Lansia di
Wilayah Kerja Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon

Sebelum dan sesudah kompres rebusan jahe terhadap penurunan nyeri


gout pada lansia di wilayah kerja puskesmas sunyaragi kota cirebon
tahun 2020.
Nyeri Gout Frekuensi Prosentase
Ringan 16 50.0
Sedang 12 37.5
Berat 3 9.4
Sangat Berat 1 3.1
Total 32 100.0

a. Sesudah dan sebelum kompres rebusan daun salam terhadap


penurunan nyeri gout pada lansia di wilayah kerja puskesmas
sunyaragi kota cirebon tahun 2020.

Nyeri Gout Frekuensi Prosentase


Ringan 27 84.4
Sedang 2 6.3
Berat 2 6.3
Sangat Berat 1 3.1
Total 32 100.0

b. Efektifitas pengaruh kompres rebusan jahe terhadap penurunan nyeri


gout pada lansia di wilayah kerja puskesmas sunyaragi kota cirebon
tahun 2020.
51

Variabel Rank N Mean rank Sum of Rank Sig.2-tailed


Nyeri Gout sebelum Negative Ranks 25a 17.76 444.00
dan sesudah kompres Positive Ranks 6b 8.67 52.00 0,000
rebusan jahe Ties 1c
Total 32

Berdasarkan hasil analisis Wilcoxon Signed-Rank Test yang telah

dilakukan sebagaimana tertera dalam tabel di atas dapat dijelaskan hasil

negative rank atau selisih antara variabel sebelum dan sesudah yang negative

rank sebanyak 25 responden dengan kata lain 25 responden pada variabel

sesudah mendapatkan perlakuan kompres rebusan Jahe nilainya mengalami

penurunan nyeri Gout dari variabel sebelum di berikan kompres rata-rata

rangkingnya = 17,76. Hasil positif rank atau penambahan antara variabel

sebelum dan sesudah yang positive rank sebanyak 6 responden dengan kata

lain 6 responden pada variabel sesudah mendapatkan perlakuan kompres

rebusan Jahe nilainya mengalami kenaikan nyeri Gout dari variabel sebelum

di berikan kompres rebusan Jahe rata-rata rangkingnya = 8,67. Sedangkan

ties rank sebanyak 1 responden dengan kata lain 1 responden pada variabel

sesudah mendapatkan perlakuan kompres rebusan Jahe tidak mengalami

perubahan.

Hasil uji statistic Wilcoxon tentang pengaruh kompres rebusan Jahe terhadap

nyeri gout sebelum dan sesudah di berikan kompres rebusan Jahe diperoleh

ρ value (0,000) ≤ ɑ (0,05) maka Ha ditrima, sehingga dapat disimpulan

bahwa adanya Pengaruh kompres Jahe Terhadap nyeri gout.


52

c. Efektifitas pengaruh kompres rebusan daun salam terhadap penurunan


nyeri gout pada lansia di wilayah kerja puskesmas sunyaragi kota
cirebon tahun 2020.

Variabel Rank N Mean rank Sum of Rank Sig.2-tailed


Nyeri Gout sebelum Negative Ranks 24a 17.33 416.00
dan sesudah kompres Positive Ranks 6b 8.17 49.00 0,000
rebusan salam Ties 2c
Total 32

Berdasarkan hasil analisis Wilcoxon Signed-Rank Test yang telah

dilakukan sebagaimana tertera dalam tabel di atas dapat dijelaskan hasil

negative rank atau selisih antara variabel sebelum dan sesudah yang negative

rank sebanyak 24 responden dengan kata lain 24 responden pada variabel

sesudah mendapatkan perlakuan kompres rebusan salam nilainya mengalami

penurunan nyeri Gout dari variabel sebelum di berikan kompres rata-rata

rangkingnya = 17,33. Hasil positif rank atau penambahan antara variabel

sebelum dan sesudah yang positive rank sebanyak 6 responden dengan kata

lain 6 responden pada variabel sesudah mendapatkan perlakuan kompres

rebusan salam nilainya mengalami kenaikan nyeri Gout dari variabel sebelum

di berikan kompres rebusan salam rata-rata rangkingnya = 8,17. Sedangkan

ties rank sebanyak 2 responden dengan kata lain 2 responden pada variabel

sesudah mendapatkan perlakuan kompres rebusan salam tidak mengalami

perubahan.

Hasil uji statistic Wilcoxon tentang pengaruh kompres rebusan salam

terhadap nyeri gout sebelum dan sesudah di berikan kompres rebusan salam

diperoleh ρ value (0,000) ≤ ɑ (0,05) maka Ha ditrima, sehingga dapat

disimpulan bahwa adanya Pengaruh kompres salam Terhadap nyeri gout.


53

d. Sebelum dan sesudah kompres rebusan jahe terhadap penurunan nyeri


gout pada lansia di wilayah kerja puskesmas sunyaragi kota cirebon
tahun 2020.

Nyeri Gout Frekuensi Prosentase


Ringan 16 50.0
Sedang 12 37.5
Berat 3 9.4
Sangat Berat 1 3.1
Total 32 100.0

e. Sesudah dan sebelum kompres rebusan daun salam terhadap


penurunan nyeri gout pada lansia di wilayah kerja puskesmas
sunyaragi kota cirebon tahun 2020.

Nyeri Gout Frekuensi Prosentase


Ringan 27 84.4
Sedang 2 6.3
Berat 2 6.3
Sangat Berat 1 3.1
Total 32 100.0

f. Efektifitas pengaruh kompres rebusan jahe terhadap penurunan nyeri


gout pada lansia di wilayah kerja puskesmas sunyaragi kota cirebon
tahun 2020.

Variabel Rank N Mean rank Sum of Rank Sig.2-tailed


Nyeri Gout sebelum Negative Ranks 25a 17.76 444.00
dan sesudah kompres Positive Ranks 6b 8.67 52.00 0,000
rebusan jahe Ties 1c
Total 32

Berdasarkan hasil analisis Wilcoxon Signed-Rank Test yang telah

dilakukan sebagaimana tertera dalam tabel di atas dapat dijelaskan hasil


54

negative rank atau selisih antara variabel sebelum dan sesudah yang negative

rank sebanyak 25 responden dengan kata lain 25 responden pada variabel

sesudah mendapatkan perlakuan kompres rebusan Jahe nilainya mengalami

penurunan nyeri Gout dari variabel sebelum di berikan kompres rata-rata

rangkingnya = 17,76. Hasil positif rank atau penambahan antara variabel

sebelum dan sesudah yang positive rank sebanyak 6 responden dengan kata

lain 6 responden pada variabel sesudah mendapatkan perlakuan kompres

rebusan Jahe nilainya mengalami kenaikan nyeri Gout dari variabel sebelum

di berikan kompres rebusan Jahe rata-rata rangkingnya = 8,67. Sedangkan

ties rank sebanyak 1 responden dengan kata lain 1 responden pada variabel

sesudah mendapatkan perlakuan kompres rebusan Jahe tidak mengalami

perubahan.

Hasil uji statistic Wilcoxon tentang pengaruh kompres rebusan Jahe terhadap

nyeri gout sebelum dan sesudah di berikan kompres rebusan Jahe diperoleh

ρ value (0,000) ≤ ɑ (0,05) maka Ha ditrima, sehingga dapat disimpulan

bahwa adanya Pengaruh kompres Jahe Terhadap nyeri gout.

g. Efektifitas pengaruh kompres rebusan daun salam terhadap penurunan


nyeri gout pada lansia di wilayah kerja puskesmas sunyaragi kota
cirebon tahun 2020.

Variabel Rank N Mean rank Sum of Rank Sig.2-tailed


55

Nyeri Gout sebelum Negative Ranks 24a 17.33 416.00


dan sesudah kompres Positive Ranks 6b 8.17 49.00 0,000
rebusan salam Ties 2c
Total 32

Berdasarkan hasil analisis Wilcoxon Signed-Rank Test yang telah

dilakukan sebagaimana tertera dalam tabel di atas dapat dijelaskan hasil

negative rank atau selisih antara variabel sebelum dan sesudah yang negative

rank sebanyak 24 responden dengan kata lain 24 responden pada variabel

sesudah mendapatkan perlakuan kompres rebusan salam nilainya mengalami

penurunan nyeri Gout dari variabel sebelum di berikan kompres rata-rata

rangkingnya = 17,33. Hasil positif rank atau penambahan antara variabel

sebelum dan sesudah yang positive rank sebanyak 6 responden dengan kata

lain 6 responden pada variabel sesudah mendapatkan perlakuan kompres

rebusan salam nilainya mengalami kenaikan nyeri Gout dari variabel sebelum

di berikan kompres rebusan salam rata-rata rangkingnya = 8,17. Sedangkan

ties rank sebanyak 2 responden dengan kata lain 2 responden pada variabel

sesudah mendapatkan perlakuan kompres rebusan salam tidak mengalami

perubahan.

Hasil uji statistic Wilcoxon tentang pengaruh kompres rebusan salam

terhadap nyeri gout sebelum dan sesudah di berikan kompres rebusan salam

diperoleh ρ value (0,000) ≤ ɑ (0,05) maka Ha ditrima, sehingga dapat

disimpulan bahwa adanya Pengaruh kompres salam Terhadap nyeri gout.

5.2 Pembahasan

5.2.1. Anilsa Univariat


56

Pengaruh kompres rebusan jahe dan salam terhadap nyeri gout

pada lansia di wilayah kerja puskesmas sunyaragi kota cirebon

Berdasarkan tabel 5.1 dapat di ketahui bahwa dari 32 orang

menunjukan bahwa nyeri gout sebelum dilakukan kompres jahe

dengan kategori 16 responden (50.0%), sedang 12 responden (37.5%)

dan berat 3 (9.4%) dan sangat berat 1 (3.1)

Hasil ini didukung dengan penelitian sebelumnya oleh Suwardianto

dalam skripsi yang berjudul Pengaruh Kompres Rebusan Jahe (Deep

Breathing) Terhadap Nyeri Gout Pada Lansia Menggunakan Serai

yang menyatakan sebelum dilakukan kompres jahe dan serai dalam

(deep breathing) , (Suwardianto, 2011).

5.2.1.1 Pengaruh Kompres Sebelum dan sesudah Rebusan Jahe


Terhadap Nyeri Gout Pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon

Beradasarkan tabel 5.2 dapat di ketahui bahwa dari 32

orang menunjukan nyeri gout sesudah dilakukan rebusan jahe

dengan kategori ringan sebanyak 32 responden ringan (50.0%),

sedang 12 (37.5%) berat 3 (9.4%) dan sangat berat 1 (3.1)

Hasil ini didukung penelitian sebelumnya oleh Febriyanto

dalam jurnal yang Efektifitas Pengaruh Kompres Rebusan Jahe dan

Belimbing Terhadap Hipertensi Wilayah Semarang Rw 9

(Febrianto, 2019).

Jahe digunakan menurunkan nyeri gout karena kandungan

gingeron dan shoagol. Tahapan fisiologi nyeri, kompres hangat


57

rebusan jahe menurunkan nyeri dengan tahap transduksi, dimana

pada tahapan ini jahe memiliki kandungan gingerol yang bisa

menghambat terbentuknya prostaglandin sebagai mediator nyeri,

sehingga dapat menurunkan nyeri. Kandungan zat aktif jahe dari

oleoresin yang terdiri dari gingeral, shoagol, dan zingeberence

merupakan homolog dari fenol melalui proses pemanasan (Izza,

2014).

Kompres jahe merupakan campuran air hangat dan juga

parutan jahe yang sudah diparut sehingga akan efektif panas dan

pedes. Efek panas dan pedas dari jahe tersebut dapat menyebabkan

terjadinya vasodilatasi pembuluh darah sehingga terjadi

peningkatan produk-produk inflamasi seperti brandikin dan

histamine menimbulkan nyeri. Panas akan merangasang sel saraf

menutup sehingga transmisi impuls nyeri ke medulla spinalis dan

otak dihambat. Kompres jahe dilakukan dengan cara menempelkan

jahe yang telah disangrai dan ditumbuk terlebih dahulu di area

gulung, kompres ini dilakukan selama 20 menit (Radharni, 2020).

Salah satu penanganan nyeri secara nonfarmakologi yang

dapt dilakukan yaitu kompres hangat. Penggunaan panas

mempunyai keuntungan meningkatkan aliran darah ke seluruh are

dan kemungkinan dapat menurunkan nyeri dengan mempercepat

penyembuhan. Akan terapi, dalam melakukan kompres hangat

digunakan dengan hati-hati dan dipantau secara cermat untuk


58

menghindari cedera kulit. Kompres hangat menimbulakn efek

vasodilatasi pembuluh darah sehingga meningkatkan aliran darah.

Peningkatan aliran darah dapat menghilang produk inflamasi

seperti bradikinin, histamine dan prostaglandin yang

menimbulkan nyeri loka ( Wali, 2019)

Berdasrkan asumsi peneliti setelah diberikan kompres jahe

selama 1 x selama 1 hari sehingga responden mengalami

penurunan tingkat nyeri yang mengganggu aktivitas.

5.2.1.2 Pengaruh Kompres Sebelum dan sesudah Rebusan Salam


Terhadap Nyeri Gout Pada Lansia di Wilayah Kerja
Puskesmas Sunyaragi Kota Cirebon

Berdasarkan tabel 5.3 dapata di ketahui dari 32 orang

menunjukan nyeri gout sesudah di lakukan rebusan salam dengan

kategori ringan sebanyak 27 (84.4%), sedang 2 (6.3%) berat 2

(6.3%) dan sangat besar 1 (3.1%). Hasil ini didukung penelitian

sebelumnya oleh Sekarningrum dalam jurnal yang berjudul

Pengaruh Kompres Rebusan Jahe Terhadap Nyeri Gout Pada

Lansia di Wilayah Podorejo Rw 8 (Sekarningrum, 2016).

Kadar nyeri gout pada Lansia penderita nyeri gout

dikarenakan beberapa faktor diantaranya usia, jenis kelamin, pola

makan. Selain itu masyarakat memiliki riwayat nyeri gout tidak

normal akan mengalami kekambuhan apabila tidak dapat

mengontrol pola makan dengan baik. Penyebab nyeri gout meliputi

keturunan, pola makan, hambatan pembuangan nyeri gout.


59

Menurut Anjarwati (2010) meningkatkan kadar gout

disebabkan dari beberapa faktor yaitu faktor makanan tinggi purin,

usia, jenis kelamin, obat tertentu dan mengkonsumsi alcohol.

Produksi gout di dalam tubuh meningkat ini merupakan penyebab

karena mengkonsumi makanan yang berkadar puri seperti daging,

jeroan, bayam, kacang, kangkung, kerang, kembang kol, buncis dan

kepiting. Keadaan ini akan membuat metabolisme makanan

tersebut membentuk gout yang akhirnya membuat tinggi kadar gout

dalam darah.

Penyakit nyeri gout atau dalam dunia medis disebut

penyakit pirai adalah penyakit sendi yang disebabkan oleh

tingginya asam urat dalam darah. Kadar gout yang melebihi batas

normal menyebabkan penumpukan nyeri gout di dalam

persendihan dan organ tubuh lainnya. Kadar asam urat normal pada

pria berkisar 3,5-7,0 mg/dl dan pada perempuan 2,6-6,0 mg/dl jika

kadar gout diatas normal disebut hiperurismia. Setiap orang

memiliki gout dalam tubuh karena pada setiap metabolisme normal

dihasilkan gout. Tubuh menyediakan 85% senyawa purin untuk

kebutuhan setiap sehar, hal ini berate bahwa kebutuhan purin yang

berasal dari luar tubuh dari makanan hanya sekita 15%. Rutin

minum air mineral 10 gelas dalm sehari 2 liter dalm sehari sangat

baik bagi penderita gout karena air dapat membantu pengeluaran

kristal-kristal yang menumpuk pada ginjal dan kantung kemih


60

melalui urin yang keluar (Yudowaluyo, 2016).

Pengobatan tradisional untuk gout dapat berupa akar-akran

atau berupa tanaman, adapun tanaman tradisional yang dapat

digunakan untuk pengobatan gout salah satu yaitu daun salam

sebagai peluruh kencing (diuretic) dan penghilang rasa nyeri

(analgetik), sebagai diuretic daun salm dapat memperbanyak

produksi urin sehingga dapat menurunkan nyeri gout dalam darah,

sehingga analgetik daun salam daun salam mampu menghilangkan

rasa sakit saat berjalan.


BAB VI

SIMPULAN DAN SARAN

6.1 Simpulan

Hasil penelitian yang berjudul Pengaruh Kompres Rebusan Jahe Dan

Salam Terhadap Nyeri Gout Pada Lansia Di Kota Cirebon Tahun 2020

didapatkan kesimpulan sebagai berikut :

1. Terdapat pengaruh pemberian terapi kompres jahe terhadap penurunan

nyeri pada penderita gout di Wilayah Kerja Puskesmas Sunyaragi Kota

Cirebon.

2. Terdapat pengaruh pemberian terapi kompres salam terhadap penurunan

nyeri pada penderita gout Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Cirebon.

3. Terdapat efektifitas antara kompres jahe dan kompres salam terhadap

perubahan nyeri pada penderita gout Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota

Cirebon.

6.2 Saran

Berdasarkan hasil penelitian, berikut adalah saran yang dapat diberikan

terkait terapi kompres jahe dan kompres salam terhadap penurunan nyeri pada

penderita gout Di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Cirebon Tahun 2020.

1. Bagi Pihak Puskesmas

Pihak puskesmas sunyaragi dapat memberikan saran kepada

penederita gout untuk menggunakan terapi kompres jahe dan kompres

salam sebagai alternatife untuk menurunkan nyeri pada penderita gout.

54
55

2. Bagi Penderita Gout

Responden yang menderita nyeri gout dapat menggunakan terapi

kompres salam sebagai pengobatan untuk menurunkan gout.

3. Bagi Peneliti Selanjutnya

Diharapkan untuk melakukan penelitian lebih dalam lagi tentang

kandungan-kandungan yang terdapat di dalam kompres jahe dan kompres

salam

4. Bagi Program Studi Ilmu Keperawatan STIKes Kuningan

Penelitian ini dapat digunakan sebagai tambahan kepustakan dan

referensi bagi jurusan program SI Keperawatan khususnya ilmu

keperawatan komunitas.

6.3 Keterbatasan Penelitian

Dalam melaksanan penelitian ini, peneliti mengakui adanya banyak

kelemahan dan kekurangan sehingga memungkinkan hasil yang ada belum

optimal atau bias dikatan belum sempurna. Banyak sekali kekurangan tersebut

antara lain :

1. Peneliti tidak bisa mengamati secara langsung kebiasaan responden seperti

mengonsumsi makanan yang mengandung purin tinggi dan faktor lain

yang telah disepakati responden dan peneliti untuk tidak dilakukan selama

penelitian karena dapat mempengaruhi naik atau turunya skala nyeri

responden saat pengukuran.


DAFTAR PUSTAKA

Anna F. (2015). Hubu ngan Pola Makan Dengan Frekuensi Kekambuhan Nyeri
Pada Lansia Puskesmas Lebak. Skripsi. Program Studi S1 Keperawatan
Universitas Indonesia.
Anna F. (2014). Hubungan Pola Makan Dengan Frekuensi Kekambuhan Nyeri
Pasien Gout Di Wilayah Kerja Puskesmas Kalisat Kabupaten Jember.
Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Jember.
Aninditha. V (2018). Pengaruh Pemberian Jahe Merah Terhadap Gambar
Histopatologi Ginjal Tikus Galur Yang Diindukasi Parasitemol. Skripsi.
Fakultas Kedokteran Universitas Lampung.
Ari W & dr Yekti M. (2016). Buku Cara Jitu Mengatasi Gout.Yogyakarta: Maya
Arum sari V (2018). Efektivitas Pemberian Terapi Air Rebusan Daun Salam dan
Rebusan Air Daun Belutas Terhadap Perubahan Kadar Asam Urat Pada
Penderita Asma Urat Di Desa Temenggung Kecamatan Karas Kabupaten
Magetan. Skripsi. Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi Ilmu
Kesehatan Bakhti Husada Mulia Medium.
Arikunto S. (2016). Prosedur Penelitian Suatu Pendekatan Praktik:Jakarta
Rineka Cipta.
Aprilliah P (2018). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Salam Terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat Pada Lansia. Skripsi. Program Studi S1
Keperawatan Sekolah Tinggi Kesehatan Insan Cendekia Medika
Jombang.
Aida (2019). Pemberian Air Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Kadar
Atritis Remotoid Pada Lansia Di PTSTW Kasih Sayang Ibu Sangkar.
Skripsi. Program Studi Ilmu Keperawatan Fakultas Dan Mipa Universitas
Muhamdiya.
Effendi S (2017). Pengaruh Kombinasi Rebusan Daun Salam dan Jahe Terhadap
Penurunan Kadar Asam Urat Pada Penderita Gout Athritis. Skripsi.
Program Studi Pendidikan Ners Fakultas Keperawatan Universitas
Airlangga Surabaya

56
Ghifar. Z (2019). Efektifitas Pemberian Kompres Jahe Merah Dan Kompres
Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita Asam Urat Di Desa
Madigondo Kecamatan Takeran Kabupaten Magret. Skripsi. Program
Studi Keperawatan Stikes Bhkati Husada Mulia Madiun
Izza, S. (2014). Perbedaan Efektifitas Pemberian Kompres Air Hangat Dan
Pemeberian Kompres Jahe Terhadap Penurunan Nyeri Sendi Pada Lansia
Di Unit Rehabilitasi Sosial Wening Wardoyo Ungara. Jurnal Publikasi.
Program Studi Keperawan STIKES Ngudi Waluyo Ungara. Diakes 10
September.
Notoadmodjo (2018). Metodelogi Penelitian Kesehatan Jakarta. PT. Rineka Cipt
Nototmodjo S (2012). Metodelogi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta
Noor D & Devi dll (2017). Pengaruh Pemberian Kompres Jahe Terhadap
Intensitas Nyeri Gout Athritis Pada Lansia Di PSTW Sejahtera
Kalimatan Selatan. ejournal Dunia Keperawatan (e-Kp) Vol. 5 No. 2
Nursalam (2017). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 4. Jakarta:Salemba Medika.
Nursalam (2013). Manajemen Keperawatan Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 4 Jakarta:Salemba Medika.
Oroh Wenda (2019), Pengaruh Pemberian Daun Salam Terhadap Penurunan
Kadar Asam Urat Pada Penderita Gout Di Wilayah Kerja Puskesmas
Ranotana Weru. Ejournal Keperawatan (e-Kp) Vol 7 No 1
Runoto ( 2015 ). Hubungan Pemberian Kompres Jahe Merah Dan Kompres
Hangat Terhadap Penurunan Nyeri Pada Penderita Asam Urat Di Desa
Madigondo Kecamatan Takeran Kabupaten Magret. Skripsi. Program
Studi Keperawatan Stikes Mahardika Madiun
Samsudin Anna (2016), Pengaruh Pemberian Kompres Hangat Memakai Parutan
Jahe Merah Terhadap Penurunan Skala Nyeri Pada Penderita Gout Di
Desa Tateli Dua Kecamatan Mandolang Kabupaten Minahase. Ejournal
Keperawatan (e-Kp) Vol 4 No 4
Sekarningrum (2016), Pemberian Air Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan
Kadar Asam Urat Penderita Asam Urat Di Dusun Kadisoro Desa
Gilangharjo Kecamatan Pandan Kabupaten Bantuly. Ejournal Kesehatan
ISSN 1979-7621 (Print). ISSN 2620-7761 (Online). Edisi Khusus, No. 1.
Februari 2019
Smeltzer, S. C., Bare, B.G., (2015) Textbook Of Medical-Surgical Nursing. Ed
ke-12. America: Wolters Kluwer Health
Sudoyo S. (2015). Buku Ajaran Ilmu Penyakit Dalam Jakarta: Pusat Penerbit
Departemen Ilmu Penyakit Dalam Fakultas Ilmu Kedokteran Universitas
Indonesia.
Sugiono (2016). Metodelogi Penelitian Kuantitatif Kualitatif dan R&D.
Bandung:Alfabeta.
Suriana N (2014). Buku Herbal Sakti Atasi Gout. Depok 1641: Sukmajaya
Tim Bumi Merdika (2017). Buku Dengan Gout: Jakarta Bumi Medika
Velicia.T (2018). Pengaruh Pemberian Jahe Terhadap Perubahan Tekanan Darah
Pada Pasien Gout Di Wilayah Kerja Puskesam Batua. Skripsi. Fakultas
Keperawatan Universitas Hasan Budin.
Vera H (2014). Pengaruh Pemberian Air Rebusan Daun Salam Terhadap Kadar
Gout Pada Lansia Penderita Arthiritis Gout Di Dusun Modinan Gamping
Sleman Yogyakrta. Skripsi. Program Studi Keperawatan Sekolah Tinggi
Ilmu Kesehatan Asriyah Yogyakarta.
Yudowaluyo (2016). Pengaruh Rebusan Daun Salam Terhadap Penurunan Kadar
Asam Urat Pada Lansia Di Panti Sosial Penyantunan Lanjut Usia Budi
Agung. Ejuornal Keperawatan Program Studi Ners STikes Citra Husada
Mandiri Kupang, NTT 85221, No. 2. April 2016.
Yuni S (2019). Pengaruh Rebusan Daun Sidagurih Terhadap Kadar Asam Urat
Dan Nyeri Pada Penderita Arthritis Gout Di Desa Wuwuharjo Kecamatan
Kajoran Kabupaten Magelang. Skripsi Program Studi Keperawatan
Fakultas Ilmu Kesehatan Magelang.
Zuriati (2017). Efektifitas Kompres Air Hangat Dan Kompres Jahe Terhadap
Penurunan Nyeri Pada Pasien Gout Di Puskesmas Lubuk. Jurnal Dunia
Keperawatan Vol. 7 N
LAMPIRAN
Lampiran 1

LEMBAR PERSETUJUAN MENJADI RESPONDEN


(INFORMED CONSENT)

Saya yang bertanda tangan di bawah ini:


No Responden :
Nama/Inisial :
Umur :
Jenis Kelamin :

Menyatakan telah mendapatkan informasi lengkap serta telah memahami


tujuan, manfaat, dan prosedur penelitian yang akan dilakukan dengan judul
“Pengaruh Kompres Rebusan Jahe dan Salam Terhadap Nyeri Gout Pada Lansia
di Wilayah Kerja Puskesmas Kota Cirebon Tahun 2020”. Saya mengerti bahwa
penelitian ini menjunjung tinggi hak saya sebagai responden. Saya memahami
bahwa keikutsertaan saya menjadi responden dalam penelitian ini akan
memberikan manfaat secara tidak langsung guna pengembangan ilmu
pengetahuan khususnya keperawatan komunitas, klien Nyeri Gout di Kota
Cirebon ke depannya. Oleh karena itu, saya memutuskan secara sadar dan
sukarela tanpa adanya paksaan dari pihak manapun untuk menyertakan saya
menjadi responden dalam penelitian ini. Saya juga diperbolehkan mengundurkan
diri saat proses penelitian apabila terdapat perasaan kurang nyaman, tanpa
pemberian sanksi apapun dari peneliti. Demikian penyataan ini saya buat untuk
dapat digunakan sesuai kegunaannya.
Cirebon, Agustus 2020
Peneliti, Responden

Maslikah ( )
Lampiran 2

LEMBAR KUESIONER

A. IDENTITAS

1. Nama : ………………….

2. Usia : ………………….

3. Jenis kelamin: L / P (Lingkaran salah satu)

4. Pekerjaan : ………………...

B. RIWAYAT PENYAKIT GOUT

(lingkari yang perlu)

1. Aktifitas yang dilakukan sehari – hari

a) Melakukan pekerjaan rumah

b) Olahraga / senam / bersepeda

c) Mencangkul / mencari pakan temak

2. Apakah makanan yang dikonsumsi mengandung tinggi purin (kacang –

kacangan, jeroan, bebek, makanan laut, dll) ?

a) Ya

b) Tidak

3. Apakah anda mengonsumsi alkohol ?

a) Ya

b) Tidak

C. MEMPUNYAI RIWAYAT PENYAKIT LAIN (lingkari yang perlu)

1. Ya (sebutkan : …)

2. Tidak
Lampiran 3

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)

PEMBERIAN KOMPRES REBUSAN JAHE


Pengertian Tindakan pembuatan kompres

rebusan jahe bagi pemderita gout

untuk menurunkan nyeri gout


Tujuan 1. Menurunkan nyeri gout

2. Menjadi alternatife

pengobatan dan pencegahan


Kebijakan Responden yang menderita nyeri

gout
Alat- alat 1. Jahe

2. Waskom
Prosedur A. Tahap praintraksi

1. Mencuci Tangan

2. Menyiapkan Alat

B. Tahap Orientasi

1. Memberi salam

2. Menjelaskan tujuan dan

prosedur kompres jahe

3. Menanyakan persetujuan

klien ( Informed Consent )

C. Tahap Kerja

1. Persiapkan jahe

2. Cuci jahe ditempat bagian

yang nyeri
3. Tunggu sampai 15 menit

D. Tahap Terminasi

1. Berpamitan dengan

responden

2. Membersihkan alat

3. Merapihkan alat

4. Mencuci peralatan

5. Mencuci tangan

Lampiran 4

SOP (STANDAR OPERASIONAL PROSEDUR)

PEMBERIAN KOMPRES DAUN SALAM


Pengertian Tindakan pembuatan kompres
daun salam bagi penderita gout

untuk menurunkan nyeri lutut


Tujuan 1. Menurunkan nyeri lutut

2. Menjadi alternatife

pengobatan dan pencegahan


Kebijakan Responden yang menderita nyeri

lutut
Alat – alat 1. Air hangat

2. Daun salam 5 lembar

3. Handuk kecil / washlap

4. Waskom
Prosedur A. Tahap prainteraksi

1. Mencuci tangan

2. Menyiapkan alat

B. Tahap Orientasi

1. Memberi salam

2. Menjelaskan tujuan dan

prosedur kompres daun

salam

3. Menanyakan persetujuan

klien ( Informed Consent)

C. Langkah kerja

1. Persiapkan handuk kecil /

waslap

2. Persiapkan air daun


salam yang udah direbus

3. Masukan handuk kecil /

waslap lalu diperas

airnya

4. Tempelkan handuk

kecil / waslap pada

daerah yang nyeri

5. Tunggu sampai 15 menit

D. Tahap Terminasi

1. Berpamitan dengan

responden

2. Membersihkan alat

3. Merapihkan alat

4. Mencuci peralatan

5. Mencuci tangan

Lampiran 5

HASIL UJI SPSS


Univariat

Statistics

Nyeri Otot Nyeri Otot


dengan dengan
Kompres Jahe Kompres Salam

N Valid 32 32
Missing 0 0

Frequency Table

Nyeri Otot dengan Kompres Jahe

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Ringan 16 50.0 50.0 50.0

Sedang 12 37.5 37.5 87.5

Valid Berat 3 9.4 9.4 96.9

Sangat Berat 1 3.1 3.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

Nyeri Otot dengan Kompres Salam

Frequency Percent Valid Percent Cumulative


Percent

Ringan 27 84.4 84.4 84.4

Sedang 2 6.3 6.3 90.6

Valid Berat 2 6.3 6.3 96.9

Sangat Berat 1 3.1 3.1 100.0

Total 32 100.0 100.0

Uji normalitas

Tests of Normality

Kolmogorov-Smirnova Shapiro-Wilk

Statistic Df Sig. Statistic df Sig.

Pre Jahe .166 32 .025 .883 32 .002


Post Jahe .163 32 .031 .904 32 .008
Pre Salam .188 32 .006 .878 32 .002
Post Salam .171 32 .018 .910 32 .011

a. Lilliefors Significance Correction


Ket. Hasil uji Normalitas menunjukkan data yang tidak normal kerena nilai
signifikan lebih kecil dari 0,05

Uji wilcoxon
Jahe

Wilcoxon Signed Ranks Test

Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks


a
Negative Ranks 25 17.76 444.00

Positive Ranks 6b 8.67 52.00


Post Jahe - Pre Jahe
c
Ties 1

Total 32

a. Post Jahe < Pre Jahe


b. Post Jahe > Pre Jahe
c. Post Jahe = Pre Jahe

Test Statisticsa

Post Jahe - Pre


Jahe

Z -3.866b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.

Salam

Wilcoxon Signed Ranks Test


Ranks

N Mean Rank Sum of Ranks

Negative Ranks 24a 17.33 416.00

Positive Ranks 6b 8.17 49.00


Post Salam - Pre Salam
Ties 2c

Total 32

a. Post Salam < Pre Salam


b. Post Salam > Pre Salam
c. Post Salam = Pre Salam

Test Statisticsa

Post Salam -
Pre Salam

Z -3.795b
Asymp. Sig. (2-tailed) .000

a. Wilcoxon Signed Ranks Test


b. Based on positive ranks.

Lampiran 6

Rekap Ulas Hasil Pre Jahe dan Salam Terhadap Nyeri Gout

1 64 61 Nyeri berat 3
2 31 32 Nyeri ringan 1
3 41 39 Nyeri ringan 1
4 32 31 Nyeri ringan 1
5 36 33 Nyeri ringan 1
6 40 34 Nyeri ringan 1
7 59 61 Nyeri sedang 2
8 46 47 Nyeri ringan 1
9 41 40 Nyeri ringan 1
10 57 58 Nyeri sedang 2
11 52 50 Nyeri sedang 2
12 32 0 Nyeri ringan 1
13 32 0 Nyeri ringan 1
14 41 40 Nyeri ringan 1
15 41 39 Nyeri ringan 1
16 36 32 Nyeri ringan 1
17 64 61 Nyeri berat 3
18 53 50 Nyeri sedang 2
19 59 56 Nyeri sedang 2
20 59 56 Nyeri sedang 2
21 32 0 Nyeri ringan 1
22 32 0 Nyeri ringan 1
23 40 34 Nyeri ringan 1
24 53 51 Nyeri sedang 2
25 53 51 Nyeri sedang 2
26 97 98 Nyeri sangat berat 4
27 66 69 Nyeri berat 3
28 59 58 nyeri sedang 2
29 52 50 Nyeri sedang 2
30 52 50 Nyeri sedang 2
31 41 41 Nyeri ringan 1
32 52 50 Nyir sedang 2
1545 1372

64 61 Nyeri sedang 2
31 32 Nyeri ringan 1
41 39 Nyeri ringan 1
32 31 Nyeri ringan 1
36 33 Nyeri ringan 1
40 34 Nyeri ringan 1
59 61 Nyeri ringan 1
46 47 Nyeri ringan 1
41 40 Nyeri ringan 1
57 58 Nyeri Berat 3
52 41 Nyeri ringan 1
32 0 Nyeri ringan 1
32 0 Nyeri ringan 1
41 40 Nyeri ringan 1
41 39 Nyeri ringan 1
36 32 Nyeri ringan 1
64 61 Nyeri sedang 2
53 50 Nyeri ringan 1
59 56 Nyeri ringan 1
59 56 Nyeri ringan 1
32 0 Nyeri ringan 1
32 0 Nyeri ringan 1
40 34 Nyeri ringan 1
53 51 Nyeri ringan 1
53 51 Nyeri ringan 1
Nyeri sangat
97 98 berat 4
66 69 Nyeri berat 3
59 58 Nyeri ringan 1
52 50 Nyeri ringan 1
41 41 Nyeri ringan 1
52 50 Nyeri ringan 1
41 41 Nyeri ringan 1
1534 1354

Lampiran 7
Lampiran 8
Lampiran 9
Lampiran 10
Lampiran 11
Lampiran 12
DOKUMENTASI

Lampiran 13
RIWAYAT HIDUP

DATA PRIBADI
Nama Lengkap : Maslikah
Tempat, Tanggal Lahir : Losari, 27, Juli, 1998
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat : Blok madrasah Rt/Rw 07/02 Kec. Losari Kab.
Cirebon
No. Telp : 081214032995

PENDIDIKAN FORMAL
1. Tk Anna Dhiyah – Losari (2008/2009)
2. Mi Miftahul Huda II - Losari (2009/2010)
3. SMP Negri 2 – Losari (2012/2013)
4. SMA Negri 1 - Losari ( 2015/2016)
5. Sekolah Ti nggi Ilmu Kesehatan Kuningan (2016/2020)

Anda mungkin juga menyukai