Anda di halaman 1dari 18

LAPORAN PENDAHULUAN

HARGA DIRI RENDAH

OLEH :

ARIFKAH
(142.2023.0076)

CI INSTITUSI CI LAHAN

(Dr. Brajakson Siokal, S.Kep., Ns., (Badriah Basry, S.Kep., Ns)


M.Kep., Sp.Kep., Kom)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN


FAKULTAS KESEHATAN MASYARAKAT
UNIVERSITAS MUSLIM INDONESIA
MAKASSAR
2023
A. Konsep Harga Diri Rendah
1. Definisi
Harga diri rendah merupakan perasaan tidak berharga, tidak
berarti, dan rendah diri yang berkepanjangan akibat evaluasi negatif
terhadap diri sendiri dan kemampuan diri. Harga diri rendah berasal dari
pengalaman seseorang seiring dengan pertumbuhannya, seperti : tidak ada
kasi sayang, dorogan dan tantangan, tidak terdapat cinta dan penerimaan,
selalu mengalami kritikan, ejekan, sarkame, dan sinisme, adanya
pemukulan fisik dan pelecehan tidak adanya pengakuan dan pujian untuk
prestasi, terdapat kelebihan dan keunikan yang selalu di abaikan.(Syafitri,
2020)
Harga diri rendah merupakan suatu kesedihan atau perasaan duka
berkepanjangan. (Wijayati et al., 2020)
2. Klasifikasi
Klasifikasi harga diri rendah dibagi menjadi 2 jenis, yaitu :
a. Harga Diri Rendah Situsional adalah keadaan dimana individu yang
sebelumnya memilki harga diri positif mengalami perasaan negatif
mengenai diri dalam berespon, terhadap suatu kejadian (kehilangan,
perubahan)
b. Harga Diri Rendah Kronik adalah keadaan dimana individu
mengalami evaluasi diri yang negatif mengenai diri atau kemampuan
dalam waktu lama. (Sihombing et al., 2020)
3. Etiologi
Berbagai faktor menunjang terjadinya perubahan dalam konsep diri
seseorang yaitu :
a. Faktor predisposisi
Ada beberapa faktor predisposisi yang menyebabkan Harga Diri
Rendah yaitu:
1) Perkembangan individu yang meliputi :
a) Adanya penolakan dari orang tua, sehingga anak merasa tidak
dicintai kemudian dampaknya anak gagal mencintai dirinya
dan akan gagal pula untuk mencintaui orang lain.
b) Kurangnya pujian dan kurangnya pengakuan dari orang-orang
tuanya atau orang tua yang penting/dekat individu yang
bersangkutan.
c) Sikap orang tua protekting, anak merasa tidak berguna, orang
tua atau orang terdekat sering mengkritik sering
merevidasikan individu.
d) Anak menjadi frustasi, putus asa merasa tidak berguna dan
merasa rendah diri.
2) Ideal diri
a) Individu selalu dituntut untuk berhasil.
b) Tidak mempunyai hak untuk gagal dan berbuat salah.
c) Anak dapat menghakimi dirinya sendiri dan hilangnya rasa
percaya diri.
b. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi atau stressor pencetus dari munculnya Harga
Diri Rendah menurut (Pardede, Keliat, & Yulia 2020), mungkin
ditimbulkan dari sumber internal dan eksternal seperti:
1) Gangguan fisik dan mental salah satu anggota keluarga sehingga
keluarga merasa malu dan rendah diri.
2) Pengalaman traumatik berulang seperti penganiayaan seksual dan
psikologis atau menyaksikan kejadian yang mengancam
kehidupan, aniaya fisik, kecelakaan, bencana alam dalam
perampokan. Respon terhadap trauma pada umunya akan
mengubah arti trauma tersebut dan kopingnya adalah represi dan
denial.
c. Perilaku
1) Dalam melakukan pengkajian, Perawat dapat memulai dengan
mengobservasi penampilan Klien, misalnya kebersihan, dandanan,
pakaian. Kemudian Perawat mendiskusikannya dengan Klien
untuk mendapatkan pandangan Klien tentang gambaran dirinya.
2) Perilaku berhubungan dengan harga diri rendah. Harga diri yang
Rendah merupakan masalah bagi banyak orang dan
mengekspresikan melalui tingkat kecemasan yang sedang sampai
berat. Umumnya disertai oleh evaluasi diri yang negatif membenci
diri sendiri dan menolak diri sendiri. (Sihombing et al., 2020)

4. Tanda Dan Gejala


Tanda dan gejala harga diri rendah menurut (Keliat, 2018), yaitu :
a. Mengkritik diri sendiri
b. Perasaan tidak mampu
c. Apatis, ekspresi sedih, afek tumpul
d. Menghindar dari orang lain (menyendiri)
e. Komunikasi kurang/tidak ada. Klien tidak tampak bercakap- cakap
dengan klien lain/perawat
f. Tidak ada kontak mata, klien sering menunduk, pandangan hidup
yang pesimis
g. Berdiam diri di kamar/ klien kurang mobilitas atau penurunan
produktivitas

5. Rentang Respon

Keterangang :
a. Respon adaptif
Aktualisasi diri dan konsep diri yang positif serta bersifat membangun
(konstruksi) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.

b. Respon maladaptif
Aktualisasi diri dan konsep diri yang negatif serta bersifat merusak
(destruktif) dalam usaha mengatasi stressor yang menyebabkan
ketidakseimbangan dalam diri sendiri.
c. Aktualisasi diri
Respon adaptif yang tertinggi karena individu dapat mengekspresikan
kemampuan yang dimilikinya.
d. Konsep diri positif
Individu dapat mengidentifikasi kemampuan dan kelemahannya secara
jujur dan dalam menilai suatu masalah individu berpikir secara positif
dan realistis.
e. Kekacauan identitas
Suatu kegagalan individu untuk mengintegritasikan berbagai
identifikasi masa kanak-kanak kedalam kepribadian psikososial
dewasa yang harmonis.
f. Depersonalisasi
Suatu perasaan yang tidak realistis dan keasingan dirinya dari
lingkungan. Hal ini berhubungan dengan tingkat ansietas panik dan
kegagalan dalam uji realitas. Individu mengalami kesulitan dalam
membedakan diri sendiri dan orang lain dan tubuhnya sendiri terasa
tidak nyata dan asing baginya. (Sihombing et al., 2020)
Koping
B. Konsep Asuhan Keperawatan Harga Diri Rendah
1. Pengkajian
a. Identitas
Penyakit Skizofrenia biasanya terjadi pada dewasa muda antara 18-
21 tahun.
b. Alasan Masuk dan faktor presipitasi
Keluhan utama pasien dengan Harga Diri Rendah l biasanya
merenung atau menyendiri serta mengkritik atau menyalahkan diri
sendiri.
c. Faktor Presipitasi
Masalah khusus tentang Harga Diri Rendah disebabkan oleh
setiap situasi yang dihadapi individu dan ia tak mampu
menyelesaikan. Situasi atas stressor dapat mempengaruhi komponen.
d. Faktor Predisposis
1) Riwayat Kesehatan Dahulu
a) Adanya riwayat gangguan pada klien atau keluarga.
b) Adanya gangguan fisik atau penyakit termasuk gangguan
pertumbuhan dan perkembangan.
2) Riwayat Psikososial
a) Pada pasien Harga Diri Rendah riwayat psikososial yang
perlu diketahui adalah pernah atau tidak melakukan atau
mengalami dan atau menyaksikan penganiayaan fisik,
seksual, penolakan dari lingkungan, kekerasan dalam rumah
tangga, dan tindakan kriminal.
b) Merasakan pengalaman masa lalu lain yang tidak
menyenangkan baik bio, psiko, sosio, kultural, maupun
spiritual.
3) Riwayat Penyakit Keluarga
Harga Diri Rendah Situasional dapat disebabkan oleh keturunan.
Oleh karena itu, pada riwayat penyakit keluarga harus dikaji
apakah ada keluarga yang pernah mengalami gangguan jiwa.
e. Pemeriksaan Fisik
Pada pemeriksaan fisik dilakukan pemeriksaan tanda-tanda vital
(TTV), meliputi tekanan darah, nadi, suhu, pernafasan.
Pemeriksaan keseluruhan tubuh yaitu pemeriksaan head to toe yang
biasanya penampilan klien yang kotor dan acak-acakan serta
penampilannya tidak terawat.
f. Psikososial
1) Konsep diri
a) Citra tubuh : Tanyakan kepada klien terhadap
persepsi tubuhnya, baidan tubuh yang disukai dan tidak
disukai.
b) Identitas diri : posisi klien sebelum dirawat, kepuasan
klien terhadap status dan posisinya (sekolah, tempat kerja,
kelompok), kepuasan klien sebagai laki-laki/perempuan.
c) Ideal diri : Harapan klien terhadap lingkungan
(keluarga, sekolah, tempat kerja, masyarakat), harapan klien
terhadap penyakitnya.
d) Harga diri : Menurut Ade Herman (2011) data
yang perlu dikaji pada penderita Harga Diri Rendah yaitu :
(1) Subyektif
(a) Mengatakan tidak berguna.
(b) Mengatakan tidak mampu.
(c) Mengatakan tidak semangat beraktivitas atau
bekerja.
(d) Mengatakan malas melakukan perawatan diri.
(1) Obyektif
(a) Mengintrospeksi diri yang negatif.
(b) Perasaan tidak mampu.
(c) Memandang kehidupan kearah yang pesimis.
(d) Tidak mau diberi pujian.
(e) Terjadi penurunan produktivitas.
(f) Penolakan kemampuan diri.
(g) Tidak memperhatikan perawatan diri.
(h) Pakaian tidak rapi.
(i) Selera makan berkurang.
(j) (10)Tidak berani kontak mata dengan orang lain.
(k) (11)Bicara lambat dengan nada yang lirih.

2) Genogram
Buatlah genogram minimal tiga generasi yang dapat
menggambarkan hubungan klien dan keluarga.
3) Hubungan social
Pada hubungan sosial, kaji pada siapa klien kepada siapa
klien curhat, kelompok apa saja yang diikuti dalam masyarakat,
serta sejauh mana klien terlibat dalam kelompok masyarakat.
4) Spiritual
a) Nilai dan keyakinan : keyakinan terhadap gangguan jiwa
sesuai dengan norma budaya dan agama yang dianut.
b) Kegiatan ibadah : Kegiatan ibadah kien di
rumah. Pendapat klien/keluarga tentang kegiatan ibadah
klien
g. Status Mental
1) Penampilan
Lihat penampilan klien, rapi atau tidaknya. Misalnya
rambut acak-acakan, kancing baju tidak tepat, resleting tidak
ditutup.
2) Pembicaraan
Amati cara berbicara atau berkomunikasi klien apakah
cepat, keras, inkoherensi, apatis, lambat, membisu, atau tidak
mampu memulai pembicaraan.
3) Aktivitas Motorik
Data ini didapatkan melalui hasil observasi
perawat/keluarga:
a) Kelambatan :
(1) Hipokinesa, hipoaktivitas: gerakan atau aktivitas
yang berkurang.
(2) Katalepsi : mempertahankan secara
kaku posisi badan tertentu, juga bila hendak diubah
orang lain.
(3) Flexibelitas serea : mempertahankan posisi
yang dibuat orang lain
b) Peningkatan:
(1) Hiperkinesa, hiperaktivitas : aktivitas yang
berlebihan.
(2) Gaduh gelisah katonik : aktivitas motorik yang tidak
bertujuan yang dilakukan berkali-kali seakan tidak
dipengaruhi rangsangan luar.
(3) Tremor : jari-jari yang tampak gemetar
ketika klien menjulurkan tangan.
(4) Kompulsif : kegiatan yang dilakukan
berulangulang, seperti mencuci tangan, mencuci
muka, mandi, mengeringkan tangan.
4) Alam
Perasaan Tanyakan kepada klien apakah klien merasa
sedih, ketakutan, putus asa, khawatir, gembira berlebihan,
serta berikan penjelasan mengapa klien merasakan perasaan
itu.
5) Afek
Terkadang afek pasien tampak datar, tumpul, emosi
pasien berubah-ubah, kesepian, apatis, depresi atau sedih, dan
cemas.
6) Interaksi selama wawancara
a) Bermusuhan, tidak kooperatif, atau mudah tersinggung.
b) Kontak mata kurang : tidak mau menatap lawan bicara.
7) Defensif : selalumempertahankan pendapat dan kebenaran
dirinya.
8) Curiga : menunjukkan tidak percaya pada orang lain.
9) Persepsi
a) Apakah ada halusinasi? Kalau ada termasuk jenis apa?
b) Apakah ada ilusi? Kalau ada jelaskan
c) Apakah ada depersonalisasi : perasaan aneh tentang
dirinya bahkan perasaannya bahwa pribadinya tidak
seperti biasanya.
d) Derealisasi : perasaan aneh tentang lingkungannya.
10) Proses pikir
Data yang diperoleh dari observasi pada saat wawancara:
a) Arus Pikir :
(1) Koheren : pembicaraan dapat dipahami
dengan baik.
(2) Inkoheren :kalimat tidak berbentuk, kata-kata
sulit dipahami.
(3) Tangensial : pembicaraan yang berbelit-belit tapi
tidak sampai pada tujuan.
(4) Flight of ideas : pembicaraan yang melompat dari
satu topik ke topik lainnya masih ada hubungan yan
tidak logis dan tidak sampai pada tujuan.
(5) Bloking : pembicaraan terhenti tiba-tiba
kemudian dilanjutkan kembali.
(6) Neologisme : membentuk kata-kata baru yang
tidak di pahami oleh umum.
(7) Sosiasi bunyi : mengucapkan kata-kata yang
mempunyai persamaan bunyi.
b) Isi Pikir :
(1) Obsesi : pikiran yang selalu muncul
meskipun klien berusaha menghilangkannya.
(2) Phobia : ketakutan yang tidak logis terhadap
situasi tertentu.
(3) Ekstasi : rasa gembira yang luar biasa
(4) Fantasi : isi pikiran tentang sesuatu keadaan
atau kejadian yang diinginkan.
(5) Bunuh diri : rasa ingin bunuh diri.
(6) Pikiran magis : pikiran klien yang menuju hal-hal
yang tidak logis.
(7) Rendah diri : merendahkan atau menghina diri
sendiri,serta menyalahkan diri sendiri.
(8) Pesimisme : mempunyai pandangan yang negatif
mengenai kehidupannya.
(9) Waham:
(a) Agama : keyakinan terhadap suatu agama
secara berlebihan dan diucapkan secara
berulang tetapi tidak sesuai dengan kenyataan.
(b) Somatik/hipokondrik : klienmempunyai
keyakinan tentang tubuhnya dan dikatakan
secara berulang dan tidak sesuai dengan
kenyataan.
(c) Curiga : klien mempunyai keyakinan bahwa
ada yang berusaha melukainya.
(d) Kebesaran : klien mempunyai kenyakinan yang
berlebihan terhadap kemampuanya yang
disampaikan secara berulang
(e) Arus Pikir : Realistik : cara berfikir sesuai
kenyataanyang ada. kemudian nonrealistik :
cara berfikir yang tidak sesuai dengan
kenyataan. Ada juga autistik : cara berfikir
berdasarkan halusinasi, dan dereistik : cara
berfikir dimana proses metalnya tidak ada
sangkut pautnya dengan kenyataan, logika atau
pengalamanan.
11) Tingkat kesadaran
a) Compos mentis : sadarkan diri
b) Apatis : individu mulai mengantuk dan acuh
tak acuh terhadap rangsangan yang masuk, diperlukan
rangsangan yang kuat untuk menarik perhatian.
c) Somnolensia : jelas sudah mengantuk, diperlukan
rangsangan yang kuat lagi umtuk menarik perhatian.
d) Sopor : ingatan, orentasi dan pertimbangan
sudah hilang
e) Subkoma dan koma: tidak ada respon terhadap
rangsangan yang keras
12) Memori
Tanyakan pada pasien tanggal dan jam saat ini, pasien
harus bisa menjawab dengan tepat. Pasien juga harus
menyebutkan nama-nama orang disekitarnya dan apakah
pasien mengetahui hubungan dengan orang-orang tersebut.
13) Tingkat konsentrasi berhitung
a) Perhatikan klien mudah berganti dari satu obyek ke
obyek lain atau tidak.
b) Tidak mampu berkonsentrasi.
c) Tidak mampu berhitung.
14) Kemampuan penilaian
a) Ringan : dapat mengambil suatu keputusan yang
sederhana dengan dibantu.
b) Bermakna : tidak mampu mengambil suatu keputusan
walaupun sudah dibantu.
15) Daya titik diri
a) Mengingkari penyakit yang diderita.
b) Menyalahkan orang lain atau lingkungan yang
menyebabkan kondisi saat ini (Faradilla, 2023).

2. Pohon Masalah

Isolasi Sosial EFFECT

Harga Dairi Rendah Kronik CORE PROBLEM

Koping Individu Tidak Efektif CAUSA

3. Diagnosa Keperawatan
a. Harga Diri Rendah Kronik berhubungan dengan gangguan
perilaku kegagalan berulang
b. Koping Individu Tidak Efektif berhubungan dengan
ketidakpercayaan terhadap kemampuan diri mengatasi masalah
c. Isolasi Sosial berhungan dengan perubahan status mental
4. Rencana Keperawatan

No DIAGNOSA TUJUAN & INTERVENSI


. KEPERAWATAN KRITERIA HASIL KEPERAWATAN
1. Harga Diri Rendah Setelah dilakukaan Manajemen
Kronik tindakan Perilaku (I.12463)
berhubungan keperawatan selama Obervasi
dengan gangguan 6x24 jam maka 1) Identifikasi
perilaku kegagalan harga diri meningkat harapan untuk
berulang dengan kriteria mengendalikan
hasil : perilaku
a. Penilaian diri Terapeutik
positif meningkat 2) Diskusikan
b. Perasaan tanggung jawab
memiliki terhadap
kelebihan atau perilaku
kemampuan 3) Jadwalkan
positif meingkat kegiatan
c. Penerimaan terstruktur
penilaian positif 4) Ciptakan dan
terhadap diri pertahankan
sendiri meingkat lingkungan dan
d. Kontak mata kegiatan
meningkat perawatan
e. Percaya diri konsisten setiap
berbicara dinas
meningkat 5) Tingkatkan
f. Perasaan malu aktivitas fisik
menurun sesuai
g. Perasaan kemampuan
bersalah 6) Bicara dengan
menurun nada rendah dan
tenang
7) Lakukan
kegiatan
pengalihan
terhadap sumber
agitasi
8) Cegah perilaku
pasif dan agresif
9) Beri penguatan
positif terhadap
kebersihan
mengendalikan
perilaku
10) Hindari sikap
menyudutkan
dan
menghentikan
pembicaraan
11) Hindari sikap
mengancam dan
berdebat
12) Hindari berdebat
atau menawar
batas perilaku
yang telah
ditetapkan
Edukasi
1) Informasikan
keluarga bahwa
keluarga sebagai
dasar
pembentukan
kognitif
5. Implementasi Keperawatan
Implementasi keperawatan atau perencenaan keperwatan
adalah tindakan yang dilakukan oleh perawat yang tujuannya untuk
membantu pasien dengan masalah kesehatan yang dihadapinya agar
dalam keadaan sehat. Pelaksanaan keperawatan merupakan
pelaksanaan perencanaan pekerjaan keperawatan. Tujuan dari fase ini
adalah melakukan perencanaan keperawatan untuk mencapai tujuan
yang berorientasi pada klien (Induniasih & Sri, 2021).
6. Evaluasi Keperawatan
Menurut Ginting (2021) evaluasi adalah proses berkelanjutan
untuk menilai efekdari tindakan keperawatan kepada pasien. Evaluasi
dapat dibagi dua yaitu: Evaluasi proses atau formatif yang dilakukan
setiap selesai melaksanakan tindakan, evaluasi hasil tau sumatif yang
dilakukan dengan membandingkan antara respons pasiendantujuan
khusus serta umum yang telah ditentukan
a. S ( subjektif ) : Informasi yang didassarkan pada keluhan yang
diungkapkanatau dilaporkan oleh pasien yang masih ada setelah
pengobatan diberikan
b. ( Objektif ) : Informasi didassarkan dari hasil pengukuran atau
pengamatanoleh perawat diberikan langsung pada klien serta
menunjukan bagaimanaperasaan klien setelah dilakukan
operawatan
c. A ( Analisis/ Assesment ) : Merupakan penafsiran dari data
subjektif dandatapbjektif. Masalah keperawatan berkelanjutan
disebut analisis, dan juga dapat merujuk pada masalah atau
diagnosis baru yang muncul
d. P ( Planning ) : Adalah rencana perawatan yang dilanjutkan,
dihentikan, diubah atau ditabahkan oleh perawat padda rencana
sebelumnya.
DAFTAR PUSTAKA

Faradilla Wanda Dementieva Putri, D. (2023). Faradilla Wanda Dementieva


Putri, Dilla (2023) ASUHAN KEPERAWATAN JIWA PADA PASIEN
SKIZOFRENIA: HARGA DIRI RENDAH DENGAN INTERVENSI
MEMBACA AL-QUR'AN. Diploma thesis, STIKes Kusuma Husada
Surakarta (Doctoral dissertation, Universitas Kusuma Husada Surakarta).
https://eprints.ukh.ac.id/id/eprint/5766/1/NASKAH
%20PUBLIKASI_Faradilla%20Wanda.pdf

Induniasih, & Hendrasih Sri. (2021). Metodologi Keperawatan (Pertama).


PUSTAKA BARU PRESS.

Keliat, B. A., Akemat, S., Daulima, N. H. C., & Nurhaeni, H. (2018).


Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas: CMHN (Basic Course). Jakarta:
EGC, 1-10.

Sihombing, R. I., Harefa, A. R., Samosir, E. F., Monica, S., Hutagalung, S. N. S.,
& Romayanti, Y. (2020). Penerapan Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Ny . L
Dengan Gangguan Konsep Diri : Harga Diri Rendah. Jurnal Keperawatan
Jiwa, 1(2), 1–31.

Syafitri, F. (2020). Studi Kasus : Asuhan Keperawatan Jiwa Pada Tn . A Dengan


Masalah Harga Diri Rendah. Journal of Chemical Information and
Modeling, 1–52.

Wijayati, F., Nasir, T., Hadi, I., & Akhmad, A. (2020). Faktor-Faktor yang
Berhubungan dengan Kejadian Harga Diri Rendah Pasien Gangguan Jiwa.
Health Information : Jurnal Penelitian, 12(2), 224–235.
https://doi.org/10.36990/hijp.v12i2.234

PPNI Tim Pokja Pedoman SPO DPP. (2021). Pedoman Standar Prosedur
Operasional Keperawatan (1st ed.). Dewan Pengurus Pusat.
PPNI Tim Pokja SDKI DPP. (2017). Standar Diagnosa Keperwatan Indonesia
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat.

PPNI Tim Pokja SIKI DPP. (2018). Standar Intervensi Keperawatan Indonesai
(1st ed.). Dewan Pengurus Pusat.

PPNI Tim Pokja SLKI DPP. (2019). Stabdar Luaran Keperawatan Indonesia (1st
ed.). Dewan Pengurus Pusat.

Anda mungkin juga menyukai