Anda di halaman 1dari 4

BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Analisis SItuasi
Kegiatan Inter Personal Education di kampus Bhakti Kencana Bandung di
kelompok 16 bekerjasama dengan salah satu mitra yang mempunyai Penyakit
Tidak menular Hipertensi dan Diabetes Melitus, yang berlokasi didaerah
arcamanik Kota Bandung.
Hipertensi yang dialami mitra yaitu hipertensi grade 1 dengan data
objektif yang diterima yaitu keluhan karena pola makan dan tidur yang tidak
teratur, sedangkan mitra ini memiliki tipe keluarga single parent.
Apa itu hipertensi? Hipertensi adalah meningkatnya tekanan darah sistolik
lebih besar dari 140 mmHg dan atau diastolik lebih besar dari 90 mmHg pada dua
kali pengukuran dengan selang waktu 5 menit dalam keadaan cukup istirahat
(tenang). Hipertensi didefinisikan oleh Joint National Committee on Detection,
Evaluation and Treatment of High Blood Pressure sebagai tekanan yang lebih
tinggi dari 140 / 90 mmHg (Andrea, 2013).
Hipertensi sebagai salah satu penyakit tidak menular yang paling umum
ditemukan dalam praktik kedokteran primer. Komplikasi hipertensi dapat
mengenai berbagai organ target seperti jantung, otak, ginjal, mata, dan arteri
perifer. Dalam sebuah studi metaanalisis yang mencakup 61 studi obervasional
prospektif pada 1 juta pasien yang setara dengan 12 juta person-years ditemukan
bahwa penurunan rerata tekanan darah sistolik sebesar 2 mmHg dapat
menurunkan risiko mortalitas akibat penyakit jantung iskemik dan menurunkan
risiko mortalitas akibat stroke sebesar 10%. Tercapainya target penurunan tekanan
darah sangat penting untuk menurunkan kejadian kardiovaskuler pada pasien
hipertensi (Muhadi, 2018).
Ditemukan bahwa dari tahun 2013 hingga 2015, kategori penyakit sistem
pembuluh darah menempati peringkat pertama, kategori penyakit sistem
muskuloskeletal dan jaringan ikat menempati peringkat kedua, dan kategori
penyakit kulit dan jaringan subkutan menempati peringkat ketiga. Kategori
penyakit sistem pembuluh darah meliputi penyakit hipertensi, angina pektoris,
infark miokard akut, penyakit jantung iskemik lainnya, emboli paru, penyakit
gagal jantung, infark serebral, stroke, penyakit pembuluh darah lain non infeksi,
hemoroid, hipotensi spesifik, dan penyakit serebrovaskular tidak spesifik
(Adhania, 2018). Adapun prevalensi hipertensi di Indonesia sebesar 34,11% dan
Provinsi Lampung sebesar 29,94% (Riskesdas, 2018).
Penatalaksanaan hipertensi dilakukan sebagai upaya pengurangan resiko
naiknya tekanan darah dan pengobatannya. Dalam penatalaksanaan hipertensi
upaya yang dilakukan berupa upaya nonfarmakologis (memodifikasi gaya hidup
melalui pendidikan kesehatan) dan farmokologis (obat-obatan). Beberapa pola
hidup sehat yang dianjurkan oleh banyak guidelines (pedoman) adalah dengan
penurunan berat badan, mengurangi asupan garam, olah raga yang dilakukan
secara teratur, mengurangi konsumsi alkohol dan berhenti merokok (Damayantie,
dkk, 2018).
Berdasarkan Kemenkes 2015, Prevalensi penyakit DM di Indonesia
berdasarkan diagnosis oleh tenaga kesehatan adalah 0,7% sedangkan prevalensi
DM (D/G) sebesar 1,1%. Data ini menunjukkan cakupan diagnosis DM oleh
tenaga kesehatan mencapai 63,6%, lebih tinggi dibandingkan cakupan penyakit
asma maupun penyakit jantung. Prevalensi nasional Penyakit Diabetes Melitus
adalah 1,1% (berdasarkan diagnosis tenaga kesehatan dan gejala). Menurut
konsensus Pengelolaan Diabetes melitus di Indonesia penyuluhan dan
perencanaan makan merupakan pilar utama penatalaksanaan DM.
Oleh karena itu perencanaan makan dan penyuluhannya kepada pasien
DM haruslah mendapat perhatian yang besar (Perkeni, 2011). Federasi Diabetes
Internasional (IDF) mengeluarkan pernyataan konsensus baru mengenai
pencegahan Diabetes Mellitus, menjelang resolusi Majelis Umum PBB pada
bulan Desember 2006 yang menghimbau aksi internasional bersama. Konsensus
IDF baru ini merekomendasikan bahwa semua individu yang berisiko tinggi
terjangkiti diabetes tipe-2 dapat diidentifikasi melalui pemeriksaan oportunistik
oleh dokter, perawat, apoteker dan 2 dengan pemeriksaan sendiri. Profesor
George Alberti, mantan presiden IDF sekaligus penulis bersama konsensus baru
IDF mengatakan: “Terdapat banyak bukti dari sejumlah kajian di Amerika
Serikat, Finlandia, Cina, India dan Jepang bahwa perubahan gaya hidup
(mencapai berat badan yang sehat dan kegiatan olahraga yang moderat) dapat ikut
mencegah berkembangnya diabetes tipe-2 pada mereka yang beresiko tinggi.
Konsensus baru IDF ini menganjurkan bahwa hal ini haruslah merupakan
intervensi awal bagi semua orang yang beresiko terjangkiti diabetes tipe-2, dan
juga fokus dari pendekatan kesehatan penduduk.” (Rachmadany,2010).
Dari hasil data tersebut, kami mencoba mencari salah satu keluarga di
Bandung untuk mengetahui secara spesisifik dan real bagaimana keadaan
sebenarnya. Setelah dilakukan pengkajian didapatkan bahwa keluarga tersebut
masih belum paham mengenai hipertensi dan DM. Dan masih banyak mahasiswa
yang merasa bahwa hipertensi dan DM itu tidak terlalu penting.
Dikutip dari penjelasan anggota keluarga bahwa belum pernah
diadakannya sosialisasi hipertensi dan sosialisasi Kesehatan lainnya. Oleh karena
itu, dari data tersebut kami memutuskan untuk melakukan sosialisasi mengenai
hipertensi dan DM kepada keluarga tersebut sebagai salah satu bentuk partisipasi
Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Tidak Menular Hipertensi dan DM.
Selain daripada itu, diharapkan dengan adanya kegiatan yang dilakukan ini, dapat
meningkatkan pengetahuan keluarga dan kepekaan terhadap lingkungan sekitar.
Diharapkan pula adanya sosialisasi ini mampu meningkatkan kesadaran keluarga
tentang bahaya Hipertensi Dan DM. Untuk meningkatkan pengetahuan tentang
penyakit Diabetes Militus dan ketrampilan mengatur pola makan (Diet) untuk
mencaga kadar gula darah. Bentuk kegiatan pengabdian masyarakat ini berupa
penyuluhan tentang Diabetes Militus.
1.2 Permasalah Mitra
Berdasarkan observasi dan diskusi yang dilakukan oleh kelompok 16 serta
pembimbing didapatkan beberapa masalah pada mitra yaitu.
Permasalahan pokok yang dapat disampaikan pada sasaran kegiatan ini
adalah:
a. Apakah itu hipertensi dan DM, jenis-jenisnya dan bahayanya?
b. Pencegahan, dan penatalaksanannya secara nonfarmakologis atau
perubahan gaya hidup, serta penggunaan obat Hipertensi dan DM yang
rasional masih rendah.
c. Rendahnya pengetahuan tentang pola makan atau pola aktivitas untuk
mengendalikan kadar gula darah dan tekanan darah.

Anda mungkin juga menyukai