0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
6 tayangan9 halaman
Dokumen tersebut membahas tentang isolasi sosial yang merupakan kondisi kesendirian yang dialami individu. Isolasi sosial disebabkan oleh berbagai faktor seperti harga diri rendah, gangguan hubungan sosial, stresor sosial, biologis, dan psikologis. Isolasi sosial dapat menimbulkan berbagai manifestasi klinis seperti perasaan kesepian, tidak aman bersosialisasi, serta kesulitan berkonsentrasi.
Dokumen tersebut membahas tentang isolasi sosial yang merupakan kondisi kesendirian yang dialami individu. Isolasi sosial disebabkan oleh berbagai faktor seperti harga diri rendah, gangguan hubungan sosial, stresor sosial, biologis, dan psikologis. Isolasi sosial dapat menimbulkan berbagai manifestasi klinis seperti perasaan kesepian, tidak aman bersosialisasi, serta kesulitan berkonsentrasi.
Dokumen tersebut membahas tentang isolasi sosial yang merupakan kondisi kesendirian yang dialami individu. Isolasi sosial disebabkan oleh berbagai faktor seperti harga diri rendah, gangguan hubungan sosial, stresor sosial, biologis, dan psikologis. Isolasi sosial dapat menimbulkan berbagai manifestasi klinis seperti perasaan kesepian, tidak aman bersosialisasi, serta kesulitan berkonsentrasi.
Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa
Oleh Putri Intan Pandini 191FK01089 3A
PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN
UNIVERSITAS BHAKTI KENCANA BANDUNG 2021 ISOLASI SOSIAL A. LAPORAN PENDAHULUAN 1. Definisi Isolasi sosial merupakan kondisi kesendirian yang dialami oleh individu dan diterima sebagai ketentuan orang lain sebagai suatu keadaan yang negatif atau mengancam (Towsend, 2008). Isolasi sosial adalah suatu keadaan dimana individu mengalami suatu kebutuhan atau mengharapkan untuk melibatkan orang lain, akan tetapi tidak dapat membuat hubungan tersebut (Carpenito, 2007). Isolasi sosial merupakan kesendirian yang dialami individu dan dirasakan sebagai beban oleh orang lain dan sebagai keadaan yang negative atau mengancam (Kim, 2006). 2. Penyebab Penyebab isolasi sosial adalah harga diri rendah yaitu perasaan negative terhadap diri sendiri, hilang kepercayaan diri merasa gagal mencapai keinginan yang ditandai dengan perasaan malu terhadap diri sendiri, rasa bersalah terhadap diri sendiri, gangguan hubungan sosial, merendahkan martabat, percaya diri kurang dan juga dapat mencederai diri (Carpenito, 2007). 3. Faktor Presipitasi Stresor presipitasi terjadinya isolasi sosial dapat ditimbulkan oleh faktor internal maupun eksternal, meliputi : a. Stressor sosial budaya Stressor sosial budaya dapat memicu kesulitan dalam berhubungan, terjadinya penurunan stabilitas keluarga seperti perceraian, berpisah dengan orang yang dicintai, kehilangan pasangan pada usia tua, kesepian karena ditinggal jauh, dirawat dirumah sakit atau dipenjara b. Stressor biokimia 1) Teori Dopamine Kelebihan dopamine pada mesokortikal dan mesolimbik serta tractus saraf dapat merupakan indikasi terjadinya skizofrenia. 2) Menurunnya MAO ( Mono Amino Oksidasi ) didalam darah akan meningkatkan dopamine dalam otak. 3) Faktor endokrin Jumlah FSH dan LH yang rendah ditemukan pada pasien skizofrenia. Demikian pula prolaktin mengalami penurunan karena dihambat oleh dopamin. 4) Viral hipotesis Beberapa jenis virus dapat menyebabkan gejala-gejala psikotik diantaranya adalah virus HIV yang dapat merubah struktur sel-sel otak. c. Stressor Biologik dan Lingkungan Sosial Beberapa penelitian membuktikan bahwa kasus skizofrenia sering terjadi akibat interaksi antara individu, lingkungan maupun biologis. d. Stressor Psikologis Kesemasan yang tinggi akan menyebabkan menurunnya kemampuan individu untuk berhubungan dengan orang lain. Intensitas kecemasan yang ekstrim dan memanjang disertai terbatasnya kemampuan individu untuk mengatasi masalah akan menimbulkan berbagai masalah gangguan berhubungan pada tipe psikotik. 4. Faktor Predisposisi Beberapa faktor yang dapat menyebabkan isolasi sosial adalah : a. Faktor Perkembangan Setiap tahap tumbuh kembang memiliki tugas yang harus dilalui individu dengan sukses, karena apabila tugas perkembangan ini tidak dapat dipenuhi, akan menghambat masa perkembangan selanjutnya. Keluarga adalah tempat pertama yang memberikan pengalaman bagi individu dalam menjalani hubungan dengan orang lain. Kurangnya stimulasi, kasih sayang, perhatian dan kehangatan dari ibu/pengasuh pada bayi-bayi akan memberikan rasa tidak aman yang akan menghambat terbentuknya rasa percaya diri. Rasa ketidakpercayaan tersebut dapat mengembangkan tingkah laku curiga pada orang lain maupun lingkungan lingkungan di kemudian hari. Komunikasi yang hangat sangat penting pada masa ini, agar anak tidak merasa diperlakukan sebagai objek. Menurut Purba, dkk (2008) tahap-tahap perkembangan individu dalam berhubungan terdiri dari : 1) Masa bayi Bayi sepenuhnya tergantung pada orang lain untuk memenuhi kebutuhna biologis maupun psikologisnya. Konsistensi hubungan antara ibu dan anak, akan menghasilkan rasa aman dan percaya yang mendasar hal ini sangat penting karena akan mempengaruhi hubungannya dengan lingkungan dikemudian hari. Bayi yang mengalami hambatan dalam mengembangkan rasa percaya pada masa ini akan mengalami kesulitan untuk berhubungan dengan orang lain pada masa berikutnya. 2) Masa kanak-kanak Anak mulai mengembangkan dirinya sebagai individu yang mandiri, mulai mengenal lingkungannya lebih luas, anak mulai membina hubungan dengan teman-temannya. Konflik terjadi apabila tingkah lakunya dibatasi atau terlalu dikontrol, hal ini dapat membuat anak frustasi. Kasih sayang yang tulus, aturan yang konsisten dan adanya komunikasi terbuka dalam keluarga dapat menstimulus anak tumbuh menjadi individu yang interdependen, orang tua harus dapat memberikan pengarahan terhadap tingkah laku yang diadopsi dari dirinya, maupun sistem nilai yang harus diterapkan pada anak, karena pada saat ini anak mulai masuk sekolah dimana ia harus belajar cara berhubungan, berkompetensi dan berkompromi dengan orang lain. 3) Masa Praremaja dan Remaja Pada praremaja individu mengembangkan hubungan yang intim dengan teman sejenis, yang mana hubungan ini akan mempengaruhi individu untuk mengenal dan mempelajari perbedaan nilai-nilai yang ada di masyarakat. Selanjutnya hubungan intim dengan teman sejenis akan berkembang menjadi hubungan intim dengan lawan jenis. Pada masa ini hubungan individu dengan kelompok maupun teman lebih berarti daripada hubungannya dengan orang tua. Konflik akan terjadi apabila remaja tidak dapat mempertahankan keseimbangan hubungan tersebut, yang seringkali menimbulkan perasaan tertekan maupun tergantung pada remaja. 4) Masa Dewasa Muda Individu meningkatkan kemandiriannya serta mempertahankan hubungan interdependen antara teman sebaya maupun orang tua. Kematangan ditandai dengan kemampuan mengekspresikan perasaan pada orang lain dan menerima perasaan orang lain serta peka terhadap kebutuhan orang lain. Individu siap untuk membentuk suatu kehidupan baru dengan menikah dan mempunyai pekerjaan. Karakteristik hubungan interpersonal pada dewasa muda adalah saling memberi dan menerima (mutuality). 5) Masa Dewasa Tengah Individu mulai terpisah dengan anak-anaknya, ketergantungan anak-anak terhadap dirinya menurun. Kesempatan ini dapat digunakan individu untuk mengembangkan aktivitas baru yang dapat meningkatkan pertumbuhan diri. Kebahagiaan akan dapat diperoleh dengan tetap mempertahankan hubungan yang interdependen antara orang tua dengan anak. 6) Masa Dewasa Akhir Individu akan mengalami berbagai kehilangan baik kehilangan keadaan fisik, kehilangan orang tua, pasangan hidup, teman maupun pekerjaan atau peran. Dengan adanya kehilangan tersebut ketergantungan pada orang lain akan meningkat, namun kemandirian yang masih dimiliki harus dapat dipertahankan. b. Faktor Komunikasi dalam Keluarga Masalah komunikasi dalam keluarga dapat menjadi kontribusi untuk mengembangkan gangguan tingkah laku antara lain : 1) Sikap bermusuhan/hostilitas 2) Sikap mengancam, merendahkan dan menjelek-jelekkan anak. 3) Selalu mengkritik, menyalahkan, anak tidak diberi kesempatan untuk mengungkapkan pendapatnya. 4) Kurang kehangatan, kurang memperhatikan ketertarikan pada pembicaraan anak, hubungan yang kaku antara anggota keluarga, kurang tegur sapa, komunikasi kurang terbuka, terutama dalam pemecahan masalah tidak diselesaikan secara terbuka engan musyawarah. 5) Ekspresi emosi yang tinggi. 6) Double bind (dua pesan yang bertentangan disampaikan saat bersamaan yang membuat bingung dan kecemasannya meningkat) c. Faktor Sosial Budaya Isolasi sosial atau mengasingkan diri dari lingkungan merupakan faktor pendukung terjadinya gangguan berhubungan. Dapat juga disebabkan oleh karena norma-norma yang salah yang dianut oleh satu keluarga seperti anggota tidak produktif diasingkan dari lingkungan sosial. d. Faktor Biologis Genetik merupakan salah satu faktor pendukung gangguan jiwa. Insiden tertinggi skizofrenia ditemukan pada keluarga yang anggota keluarganya menderita skizofrenia. Berdasarkan hasil penelitian pada kembar monozigot apabila salah diantaranya menderita skizofrenia adalah 58 %, sedangkan bagi kembar dizigot presentasenya 8%. Kelainan pada struktur otak seperti atropi, pembesaran ventrikel, penurunan berat dan volume otak serta perubahan struktur limbik, diduga dapat menyebabkan skizofrenia. 5. Manifestasi Klinis Menurut Purba, dkk (2008) tanda dan gejala isolasi sosial yang dapat ditemukan dengan wawancara, adalah : a. Pasien menceritakan perasaan kesepian atau ditolak oleh orang lain. b. Pasien merasa tidak aman berada dengan orang lain. c. Pasien mengatakan tidak ada hubungan yang berarti dengan orang lain. d. Pasien merasa bosam dan lambat menghabiskan waktu. e. Pasien tidak mampu berkonsentrasi dan membuat keputusan. f. Pasien merasa tidak berguna. g. Pasien tidak yakin dapat melangsungkan hidup. 6. Penatalaksanaan a. Terapi Psikofarmaka 1) Chlorpromazine Mengatasi sindrom psikis yaitu berdaya berat dalam kemampuan menilai realitas, kesadaran diri terganggu, daya ingat normal sosial dan tilik diri terganggu, berdaya berat dalam fungsi- fungsi mental : faham halusinasi. Gangguan perasaan dan perilaku yang aneh atau tidak terkendali, berdaya berat dalam fungsi kehidupan sehari-hari, tidak mampu bekerja, berhubungan sosial dan melakukan kegiatan rutin. Mempunyai efek samping gangguan otonomi (hypotensi) antikolinergik/parasimpatik, mulut kering, kesulitan dalam miksi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan intra okuler meninggi, gangguan irama jantung. Gangguan ekstra pyramidal (distonia akut, akathsia sindrom pasrkinson). Gangguan endokrin (amenotrhe). Metabolik (soundiee). Hematologik, agranulosis, biasanya untuk pemakaian jangka panjang. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakut darah, epilepsi, kelainan jantung (Andrey, 2010). 2) Haloperidol (HLP) Berdaya berat dalam kemampuan menilai realita dalam fungsi mental serta dalam fungsi kehidupan sehari-hari. Memiliki efek samping seperti gangguan miksi dan parasimpatik, defekasi, hidung tersumbat, mata kabur, tekanan infra meninggi, gangguan irama jantung. Kontraindikasi terhadap penyakit hati, penyakit darah, epilepsi, kelainan jantung (Andrey, 2010). 3) Trihexyphenidil (THP) 4) Segala jenis penyakit parkinson, termasuk pasca ensepalitis dan idiopatik, sindrom parkinson akibat obat misalnya reserpina dan fenotiazine. Memiliki efek samping diantaranya mulut kering, penglihatan kabur, pusing, mual, muntah, bingung, agitasi, konstipasi, takikardi, dilatasi ginjal, retensi urine. Kontrainsikasi terhadap hypersensitive Trihexyphenidil (THP), glaukoma sudut sempit, psikosis berat psikoneurosis (Andrey, 2010). b. Terapi Individu Terapi individu pada pasien dengan masalah isolasi sosial dapat diberikan strategi pertemuan (SP) yang terdiri dari 3 SP dengan masing-masing pertemuan yang berbeda-beda. Pada SP satu, perawat mengidentifikasi penyebab isolasi sosial, berdiskusi dengan pasien mengenai keuntungan dan kerugian apabila berinteraksi dan tidak berinteraksi dengan orang lain, mengajarkan cara berkenalan, dan memasukan kegiatan latihan berbincang-bincang dengan orang lain ke dalam kegiatan harian. Pada SP dua, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan pada pasien mempraktekkan cara berkenalan dengan satu orang, dan membantu pasien memasukkan kegiatan berbincang-bincang dengan orang lain sebagai salah satu kegiatan harian. Pada SP tiga, perawat mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien, memberi kesempatan untuk berkenalan dengan dua orang atau lebih dan menganjurkan pasien memasukan ke dalam jadwal kegiatan hariannya (Purba, dkk, 2008). c. Terapi Kelompok Menurut (Purba, 2009), aktivitas pasien yang mengalami ketidakmampuan bersosialisasi secara garis besar dapat dibedaka menjadi : 1) Activity Daily Living (ADL) Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan pemenuhan kebutuhan sehari-hari yang meliputi : Bangun tidur, buang air besar (BAB) dan buang air kecil (BAK). Waktu mandi yaitu tingkah laku sewaktu akan mandi, dalam kegiatan mandi dan sesudah mandi, ganti pakaian, makan dan minum, menjaga kebersihan diri, menjaga keselamatan diri, pergi tidur. 2) Tingkah laku sosial Adalah tingkah laku yang berhubungan dengan kebutuhan sosial pasien dalam kehidupan bermasyarakat yang meliputi : kontak sosial terhadap teman, kontak sosial terhadap petugas, kontak mata waktu berbicara, bergaul, mematuhi tata tertib, sopan santun, menjaga kebersihan lingkungan.