Anda di halaman 1dari 34

Asuhan Keperawatan Psikotik Gelandangan

Diajukan Guna Memenuhi Tugas Mata Kuliah Keperawatan Jiwa


Dosen Pengampu : Drs H Nasihin M.Kes

Disusun Oleh :
Awanda Fitria Nugraha
( P27905119005 )
Indah Safitri
( P27905119013 )
Nadia Nur Alfu
( P27905119019 )

PROGTAM STUDI SARJANA TERAPAN


JURUSAN KEPERAWATAN POLTEKKES BANTEN
TAHUN 2021
2
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur marilah kita panjatkan Kepada Allah SWT yang telah melimpahkan
rahmat dan karuniab- nya Sehingga Kelompok dapat menyelesaikan makalah ini .
Makalah ini Disusun untuk menambah pemahaman Pembaca .
Kami menyadari bahwa dalam peroses penyusunan makalah ini masih jauh dari
kata sempurna baik dari segi materi maupun cara penulisannya . Namun demikian , kami
telah berupaya dengan segala kemampuan dan pengetahuan yang kami miliki sehingga
tugas ini dapat di selesaikan .Oleh karena itu , Kami berharap kepada ,pembaca agar
dapat memberikan koresi atau masukan yang bersifat membangun guna
menyempurnakan makalah yang kami buat ini .

Tangerang, 10 Agustus 2021

Penulis

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ......................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN ................................................................................... 1
A. Latar Belakang ......................................................................................... 1
B. Tujuan Penulisan ...................................................................................... 2
BAB II PEMBAHASAN .................................................................................... 3
A. Psikotik .................................................................................................... 3
B. Gelandangan ............................................................................................. 3
C. Psikotik Gelandangan ............................................................................... 4
ASUHAN KEPERAWATAN ............................................................................. 8
STRATEGI PELAKSANAAN TINDAKAN KEPERWATAN ...................... 17
PROSES KOMUNIKASI................................................................................. 19
A. Orientasi ................................................................................................. 19
B. Kerja ...................................................................................................... 19
C. Terminasi ............................................................................................... 19
D. Roleplay ................................................................................................. 20
BAB III PENUTUP .......................................................................................... 27
A. Kesimpulan ............................................................................................ 27
B. Saran ..................................................................................................... 27
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 28

ii
iii
BAB 1
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Kesehatan merupakan salah satu indikator kesejahteraan yang harus dimiliki
oleh seseorang. Sebagai individu, manusia memiliki dua komponen kesehatan
yang harus dipenuhi kebutuhannya, yaitu kesehatan fisik dan psikis. Pengobatan
bagi orang dengan gangguan fisik aka Pengobatan bagi orang dengan gangguan
fisik akan lebih mudah dibanding dengan bih mudah dibanding dengan gangguan
psikis, karena para penderita gangguan fisik sadar bahwa dirinya mengalami sakit
yang pastinya memerlukan pengobatan.
Hal itu tidak terjadi pada penderita gangguan psikis, psikis, mereka merasa
bahwa dirinya dirinya sehat. Mereka tidak memerlukan memerlukan bantuan
bantuan untuk menyembuhkan penyakitny menyembuhkan penyakitnya, karena
merasa sehat, a, karena merasa sehat, tidak memiliki gangguan apa tidak memiliki
gangguan apapun. Semua keputusan terkait pengobatan bagi penderita gangguan
psikis ada di tangan keluarga maupun orang-orang dekat di sekitar penderita.
Menurut, Hartanto (2003). Kualitas lingkungan dan interaksi sosial
penderita, sangat e sangat erat berhubungan dengan risiko rat berhubungan dengan
risiko deteriorasi dan kronisitas dari gangguan tersebut. Penderita gangguan psikis
tidak kompeten untuk bisa memahami tindakan yang dilakukan.
Namun kiranya perlu diperhatikan, bahwa inkompetensi pada penderita
gangguan jiwa memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan berbeda dengan penderita
gangguan penderita gangguan fisik. Selain pada fisik. Selain pada persepsi bahwa
persepsi bahwa penderita gangguan enderita gangguan psikis psikis adalah
manusia manusia inkompetensi, inkompetensi, gambaran-gambaran gambaran-
gambaran yang lebih menyakitkan menyakitkan lagi seperti manusia buas, tidak
berguna, berbahaya, selalu bergantung, dan pengganggu juga sering dilontarkan
oleh orang-orang disekitarnya.
Sebagai pihak terdekat dari si penderita, keluarga memang memegang
penuh hak atas pilihan metode penyembuhan yang akan dikenakan oleh si
penderita. Mereka masih dapat lebih tertangani, namun jika mereka adalah para

1
penyandang gangguan psikis yang telah “memutuskan” untuk meninggalakan
zona aman -keluarga-, pihak yang berhak atas mereka tidaklah akan jelas lagi.
Penyandang gangguan psikis dapat dikategorikan sebagai kelompok lemah
secara khusus. Masalah yang dihadapi para pen khusus. Masalah yang dihadapi
para penyandang gangg yandang gangguan psikis ini tidak dapat dikatakan uan
psikis ini tidak dapat dikatakan sebagai masalah kesehatan saja. Mereka memilik
masalah yang lebih kompleks lagi. Penyandang gangguan psikis, yaitu orang-
orang yang mengalami gangguan jiwa,merupakan jiwa,merupakan permasalahan
permasalahan yang spesifik. spesifik. Pada umumnya umumnya mereka tidak
dapat disembuhkan seratus persen (100%).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa keperawatan mampu memahami asuhan keperawatan psikotik
gelandangan dengan baik.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu menjelaskan pengertian psikotik gelandangan
b. Mahasiswa mampu menjelaskan etiologi psikotik gelandangan
c. Mahasiswa mampu menjelaskan manifestasi klinis psikotik gelandangan
d. Mahasiswa mampu menjelaskan penatalaksanaan psikotik gelandangan
e. Mahasiswa mampu menjelaskan asuhan keperawatan pada pasien psikotik
gelandang

2
BAB II
PEMBAHASAN

A. Psikotik
Psikotik (sakit jiwa) adalah bentuk disorder mental atau kegalauan jiwa
yang dicirikan dengan adanya disintegrasi kepribadian dan terputusnya hubungan
jiwa dengan realitas (Kartono, 1981: 115).
Gelandangan Psikotik adalah seseorang yang hidup dalam keadaan tidak
sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat, mempunyai
tingkah laku aneh/menyimpang dari norma-norma yang ada atau seseorang bekas
penderita penyakit jiwa, yang telah m jiwa, yang telah mendapat pelayanan
medis dan endapat pelayanan medis dan telah mendapat Surat Ke telah mendapat
Surat Keterangan Sembuh terangan Sembu dan tidak mempunyai keluarga/kurang
mampu serta dan tidak mempunyai keluarga/kurang mampu serta perlu mendapat
bantuan untuk hidup. lu mendapat bantuan untuk hidup. (Permensos RI No. 8
tahun 2012)
Gelandangan psikotik adalah mereka yang hidup di jalan karena suatu
sebab mengalami gangguan kejiwaan yakni mental dan sosial, sehingga mereka
hidupmengembara, berkeliaran, atau menggelandang di jalanan. Gelandangan
psikotik ini mereka sudah tidak memiliki pola pikir yang jelas dan mereka sudah
tidak lagi mementingkan mengenai norma dan kebiasaan yang ada dalam
masyarakat, selain itu dalam masyarakat, selain itu juga mereka sudah tidak
memiliki rasa malu dan memiliki amarah yang tidak bisa dikontrol jika sedang
marah.
B. Gelandangan
Gelandangan adalah mereka yang hidup di jalanan karena suatu sebab
mengalami gangguan kejiwaan yakni mental dan social, sehingga mereka hidup
berkeliaran atau menggelandang di jalanan. Dalam gelandangan psikotik ini
mereka sudah tidak memiliki pola pikir yang jelas dan mereka sudah tidak lagi
mementingkan mementingkan mengenai mengenai norma dan kebiasaan yang ada
dalam masyarakat, selain itu juga mereka sudah tidak memiliki rasa malu dan
memiliki amarah yang tidak bisa terkontroljika sedang jika sedang marah.
Gelandangan sebagai identitas social merupakan orang-orang yang hidup dalam
3
keadaan yang tidak sesuai dengan norma k keadaan yang tidak sesuai dengan
norma kehidupan ya ehidupan yang layak dalam masyarakat setempat ng layak
dalam masyarakat setempat serta tidak mempunyai tempat tinggal dan pekerjaan
yang tetap di wilayah tertentu dan hidup mengembara ditempat umum.

C. Psikotik Gelandangan
1. Pengertian
Gelandangan Psikotik adalah seseorang yang hidup dalam keadaan
tidak sesuai dengan norma kehidupan yang layak dalam masyarakat,
mempunyai tingkah laku aneh/menyimpang dari norma-norma yang ada atau
seseorang bekas penderita penyakit jiwa, yang telah mendapat pelayanan
medis dan telah mendapat Surat Keterangan Sembuh dan tidak mempunyai
keluarga/kurang mampu serta perlu mendapat bantuan untuk hidup.
(Permensos RI No. 8 tahun 2012)
Gelandangan psikotik adalah mereka yang hidup di jalan karena
suatu sebab mengalami gangguan kejiwaan yakni mental dan sosial, sehingga
mereka hidupmengembara, berkeliaran, atau menggelandang di jalanan.
Gelandangan psikotik ini mereka sudah tidak memiliki pola pikir yang jelas
dan mereka sudah tidak lagi mementingkan mengenai norma dan kebiasaan
yang ada dalam masyarakat, selain itu juga mereka sudah tidak memiliki rasa
malu dan memiliki amarah yang tidak bisa dikontrol jika sedang marah
2. Kriteria
a. Psikotik organic
adalah psikotik yang penyebabnya adalah gangguan pada susunan
syaraf pusat dan psikotik yang disebabkan oleh kondisi fisik , gangguan
metabolisme dan intoksikasi obat.
b. Psikotik Fungsional
Psikotik yang disebabkan oleh gangguan pada kepribadian seseorang
yang bersifat psikogenetik yaitu skizofrenia (perpecahan kepribadian)
seperti psikotik paranoid dan curiga.
c. Tahap-Tahap Kekambuhan
1) Tahap 1 : kewalahan berlebih (mengeluh kewalahan, gejala
anxietas yang intensif)
4
2) Tahap 2 : pembatasan kesadaran (gejala anxietas sebelumnya
bergabung dengan gejala depresi)
3) Tahap 3 : rasa malu (biasanya hipomania dan halusinasi dan
klien tidak bisa mengendalikan)
4) Tahap 4 : disorganisasi Psikotik (tahap ini gejala gangguan
jiwa jelas terjadi, halusinasi, waham)
5) Tahap 5 : resolusi Psikotik (tahap ini di rumah sakit dan
terjadi penyembuhan psikotik)
3. Factor Penyebab
a. Factor organo-biologi terdiri dari genetik (heredity), bentuk tubuh
(konstitusi), tergantungnya otak secara organic, pengaruh cacat
kongenital, pengaruh neurotransmitter.
b. Factor psikologi terdiri dari hubungan intrapersonal dan hubungan
interpersonal
c. Factor sosio-agama terdiri golongan minoritas, masalah nilai-nilai lah
nilai-nilai yang ada yang ada dalam masyarakat, masalah ekonomi,
masalah pekerjaan, bencana alam, perang dan factor agama atau religious
baik masalah intra agama atau inter agama.
4. Penyebab Menurut UU No. 23 Tentang kesehatan Jiwa menyebutkan
penyebab munculnya psikotik gelandang:
a. Keluarga tidak perduli
b. Keluarga malu
c. Keluarga tidak tau
d. Obat tidak diberikan
e. Tersesat ataupun karena urbanisasi
5. Manifestasi klinis
a. Ditandai dengan tubuh yang kotor sekali
b. Rambutnya seperti sapu ijuk
c. Pakaiannya compang-camping
d. Membawa bungkusan besar yang berisi macam-macam barang
e. Bertingkah laku aneh seperti tertawa sendiri serta sukar untuk
diajak berkomunikasi
6. Layanan yang dibutuhkan oleh gelandangan dan psikotik
5
a. Kebutuhan fisik, meliputi kebutuhan makan, pakaian, rumah, dan
kesehatan
b. Kebutuhan layanan psikis, meliputi terapi medis psikiatri, keperawatan
dan psikologi
c. Kebutuhan social, seperti rekreasi, kesenian, dan olahraga
d. Layanan kebutuhan ekonomi, meliputi ketrampilan usaha, ketrampilan
kerja dan penempatan dalam masyarakat
e. Kebutuhan rohani
7. Langkah-langkah Rehabilisasi social pada psikotik dan gelandang
a. Tahap identifikasi : Masalah social merupakan fenomena yang muncul
dalam kehidupan masyarakat, perwujudannya dapat merupakan masalah
lama yang mengalami perkembangan ataupun masalah baru yang muncul
akibat perkembangan dan perubahan kehidupan social, ekonomi dan
kultural.
b. Tahap diagnosis : setelah masalah sosial teridentifikasi, maka akan
mendorong timbulnya respon masyarakat berupa tindakan bersama untuk
memecahkan masalah bersama.
c. Tahap treatment : terdiri dari beberapa tahap, yaitu :
1) Pendekatan awal : razia oleh petugas dan Pendekatan awal : razia oleh
petugas dan kemitraan kemitraan dengan lembaga dengan lembaga
atau pihak lain rumah sakit dan dinas social.
2) Penerimaan dan pengasramaan : pengungkapan masalah
dan pelaksanaan pelaksanaan rehabilitasi rehabilitasi sosial. sosial.
Pelaksanaan Pelaksanaan rehabilitasi rehabilitasi social terdiri dari :
bimbingan fisik, bimbingan mental, dan bimbingan social.
d. Resosialisasi : serangkaian bimbingan yang bertujuan untuk
mempersiapkan klien agar dapat berintegrasi penuh dalam kehidupan
masyarakat secara normative dan juga mempersiapkan masyarakat untuk
dapat menerima klien.
e. Penyaluran : serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk mengembalikan
klien kedalam kehidupan masyarakat secara normative.
f. Bimbingan lanjut : serangkaian kegiatan yang bertujuan untuk lebih
memantapkan klien kembali dalam kehidupan masyarakat.
6
g. Evaluasi : bertujuan untuk memastikan proses pelaksanaan rehabilitasi
social berjalan dengan baik
8. Masalah Keperawatan
a. GSP : halusinasi
b. Isolasi sosial
c. Harga diri rendah
d. Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
e. Gangguan proses pikir :waham
f. Resiko bunuh diri
g. Defisit perawatan diri
9. Diagnosa Keperawatan
a. GSp : halusinasi
b. Isolasi sosial 6
c. Harga diri rendah
d. Resiko perilaku kekerasan/perilaku kekerasan
e. Gangguan proses pikir :waham
f. Resiko bunuh diri
g. Defisit perawatan diri
10. Rencana Tindakan Keperawatan
a. Membina hubungan saling percaya
b. Membantu orientasi realita
c. Mendiskusikan kebutuhan yang tidak terpenuhi
d. Membantu pasien memenuhi kebutuhannya
e. Menganjurkan pasien memasukkan dalam jadwal kegiatan harian

7
ASUHAN KEPERAWATAN
Gangguan Sensori Persepsi ; Halusinasi

I. Kasus (masalah utama)


Halusinasi merupakan salah satu gejala yang sering ditemukan pada klien
dengan gangguan jiwa. Halusinasi identic dengan skizofrenia. Seluruh klien
dengan skizofrenia diantaranya mengalami halusinasi. Gangguan jiwa lain yang
sering juga disertai dengan gejala halusinasi adalah gangguan maniak depresif dan
delirium. Halusinasi merupakan gangguan persepsi dimana klien mempersepsikan
sesuatu yang sebenarnya tidak terjadi. Suatu pencerapan panca indra tanpa ada
rangsangan dari luar (Maramis, 1998).
Istilah halusinasi berasal dari bahasa latin hallucination yang bermakna
secara mental mengembara atau menjadi linglung. Jardri, dkk. (2013) menegaskan
“the term hallucination comes from the latin “hallucination”:to wonder mentally
or to be absent-minded”.
Halusinasi adalah persepsi atau tanggapan dari panca indera tanpa adanya
rangsangan (stimulus) eksternal (Stuart&Laraia, 2005).
Halusinasi adalah suatu gejala gangguan jiwa pada individu yang ditandai
dengan perubahan sensori persepsi; merasakan sensai palsu berupa
suara, penglihatan, penglihatan, pengecapan pengecapan perabaan perabaan atau
penghiduan. penghiduan. Pasien seakan stimulus stimulus yang tidak ada (keliat,
2009).
II. Proses Terjadinya Masalah
A. Factor- Factor-faktor yang faktor yang Mempengaruhi
Mempengaruhi Halusinasi Halusinasi 8 Halusinasi merupakan salah satu gejala
dalam menentukan diagnosis klien ukan diagnosis klien yang mengalami
mengalami psikotik, psikotik, khususnya khususnya schizophrenia.
schizophrenia. Halusinasi Halusinasi dipengaruhi dipengaruhi oleh
factor(stuart dan laraia,2005) ,di bawah ini antara lain:
1. Faktor Predisposisi
Halusinasi juga dipengaruhi oleh faktir perkembangan, jika dalam
masa perkembangan perkembangan seseorang seseorang terganggu terganggu
seperti seperti citaitacita/keinginan citaitacita/keinginan tak tercapai/kegagalan,
8
kehilangan orang yang dicintai, kehilangan pekerjaan, pola asuh otoriter,
otoriter, dan mendapat mendapat tindakan tindakan kekerasan kekerasan dapat
memicu terjadinya stress dan cemas sehingga mengakibatkan halusinasi. Factor
lainnya yaitu factor bilogi, dimana dengan adnaya stress berlebihan seperti
mengalami keputusasaan dapat merasa depresi karena suatu keadaan tertentu,
yang jika lama-kelamaan tanpa pengobatan dan penanganan tertentu dapat
memicu munculnya halusinasi.
2. Faktor Presipitasi
Yaitu stimulasi yang di persiapkan oleh individu sebgai tantangan ,ancaman
/tuntutan yang memerlukan energy extra untuk koping . terjadinya halusinasi
karena hal tersebut dapat mmeningkatkan stress dan kecemasan yang
merangsang tubuh mengeluarkan zat halusinogenik. Disamping itu juga oleh
karena proses penghambatan dalam proses transduksi dari suatu impuls yang
menyebabkan terjadinya penyimpangan dalam pro dalam proses interpretasi
dan ses interpretasi dan interkoneksi interkoneksi .
B. Jenis – Jenis Halusinasi
Table Karakteristik Halusinasi (Stuart dan Laraira, 2005)
Jenis Halusinasi Halusinasi Karakteristik
Pendengaran Mendengar Mendengar suara-suara suara-
suara atau kebisingan, kebisingan, paling
sering suara orang, suara berbentuk
kebisingan yang kurang keras sampai kata-
kata yang jelas berbicara tentang klien,
bahkan sampai percakapan lengkap antara
dua orang atau lebih. Pikiran yang didengar
klien dimana 9 pasien pasien disuruh
disuruh untuk melakukan melakukan
sesuatu sesuatu yang kadang-
kadangkadang membahayakan.
Penglihatan Stimulus Stimulus visual dalam bentuk
kilatan kilatan cahaya, cahaya, gambaran
gambaran geometris gambaran kartun,

9
bayangan yang rumit dan kompleks.
Bayangan bisa menyenangkan atau
menakutkan seperti melihat monster.
Penghidu Membaui Membaui bau-bauan bau-bauan
tertentu tertentu seperti seperti bau darah,
urin atau feces, umumnya bau-bauan yang
tidak menyenangkan. Halusinasi penghidu
sering akibat stroke, tumor, kejang atau
dimensia.
Pengecap Merasa mengecap mengecap rasa seperti
seperti darah, urin atau feces.
Perabaan Mengalami Mengalami nyeri atau
ketidaknyamanan ketidaknyamanan tanpa
stimulus stimulus yang jelas. Rasa
tersetrum listrik yang datang dari
tanah, benda mati atau orang lain.
Censthetic Merasakan Merasakan fungsi tubuh seperti
seperti aliran darah di vena atau arteri,
pencernaan makanan atau pembentukan
urine.
Kinesthetic Merasakan Merasakan pergerakan
pergerakan saat berdiri berdiri tanpa
bergerak.

C. Mekanisme Kopping
Mekanisme koping yang sering digunakan klien dengan halusinasi (Stuart,
Laraia, 2005) meliputi:
1. Regresi: menjadi malas beraktivitas sehari-hari.
2. Proyeksi: mencoba menjelaskan gangguan persepsi dengan
mengalihkan tanggung jawab kepada orang lain atau sesuatu benda.
3. Menarik diri: sulit mempercayai orang lain dan asyik dengan
stimulus internal.

10
D. Fase-Fas Fase-Fase Halusinasi
Halusinasi Table Fase-Fase Halusinasi (Stuart dan Laraia, 2005)
Fase Halusinasi Karakteristik Perilaku Klien
Fase.I Comforting Klien mengalami perasaan 1. Tersenyum atau
Ansietas sedang yang mendalam seperti tertawa yang tidak
Halusinasi ansietas, kesepian, sesuai.
menyenangkan rasa bersalah, bersalah, takut 2. Menggerakan bibir
sehingga sehingga mencoba tanpa suara.
untuk berfokus pada pikiran 3. Pergerakan mata yang
menyenangkan untuk cepat.
meredakan ansietas. Individu 4. Respon verbal yang
mengenali bahwa pikiran- lambat jika sedang
pikiran pikiran-pikiran asyik.
dan pengalaman pengalaman 5. Diam dan asyik
sensori sensori berada dalam sendiri.
kendali kesaadaran jika
ansietas dapat ditangani
NONPSIKOTIK
Fase. II Condeming 1. Pengalaman sensori yang 1. Meningkatnya tanda-
Ansietas berat Halusinasi menjijikan dan tanda sistem syaraf
menjadi menjijikan menakutkan. otonom akibat ansietas
2. Klien mulai lepas kendali seperti peningkatan
dan mungkin mencoba denyut
untuk mengambil jarak jantung, pernapasan,
dirinya dengan sumber dan tekanan darah.
yang dipresepsikan. 2. Rentang perhatian
3. Klien mungkin mengalami menyempit.
dipermalukan 3. Asyik dengan
oleh pengalaman pengala pengalaman sensori dan
man sensori sensori dan kehilangan kemampuan
menarik diri dari orang membedakan halusinasi
lain. dan realita.

11
4. Mulai merasa kehilangan 4. Menyalahkan.
control. 5. Menarik diri dari orang
5. Tingkat lain.
kecemasan berat, berat, 6. Konsentrasi terhadap
secara umumhalusinasi pengalaman sensori
menyebabkan perasaan kerja.
antipasti
Fase.III Controling 1. Klien berhenti 1. Kemauan yang
Ansietas berat melakukan perlawanan dikendalikan halusinasi
Pengalaman sensori terhadap halusinasi dan akan lebih diikuti.
jadi berkuasa menyerah pada halusinasi 2. Kesukaran berhubungan
tersebut. dengan orang lain.
2. Isi halusinasi menjadi 3. Rentang perhatian
menarik hanya beberapa detik
3. Klien mungkin mengalami atau menit.
kesepian jika sensori 4. Adanya tanda-tanda
sensori halusinasi berhenti. fidik
ansietas berat: berat:
berkeringat,
berkeringat, tremor,
tremor, dan tidak
mampu mematuhi
perintah.
5. Isi halusinasi menjadi
atraktif.
6. Perintah halusinasi
ditaati.
7. Tidak mampu
mengikuti perintah dari
perawat, tremor
dan berkeringat.
Fase.IV Conquering 1. Pengalaman sensori 1. Perilaku error akibat

12
Panic Umumnya menjadi menjadi mengancam jika panic.
melebur dalam klien mengikuti 2. Potensi kuat suicide
halusinasinya. mengikuti perintah atau homicide.
halusinasinya. 3. Aktifitas fisik
2. Halusinasi berakhir dari merefleksikan isi
beberapa jam atau hari jika halusinasi seperti
tidak ada intervensi perilaku kekerasan,
therapeutic. agitasi, menarik diri
atau katatonik.
4. Tidak mampu merespon
perintah yang
kompleks.
5. Tidak mampu merespon
lebih dari satu orang.
6. Agitasi atau kataton.

E. Rentang Respon
Respon Adaptif Respon Maldaptif
1. Pikiran logis 1. Distorsi pikiran 1. Gangguan pikir/
2. Persepsi ilusi delusi
akurat 2. Reaksi 2. Halusinasi
3. Emosi emosi berlebiha 3. Sulit merespon
konsisten n emosi
dengan penga 3. Perilaku aneh 4. Perilaku
laman atau tidak biasa disorganisasi
4. Perilaku 4. Menarik diri 5. Isolasi social
sesuai
5. Berhubungan
sosial

13
III. Diagnosis Diagnosis Keperawat Keperawatan
A. Pohon Masalah
Risiko mencederai diri sendiri ,orang lain,dan lingkungan

Gangguan Sensori Persepsi:Halusinasi

Isolasi sosial
B. Masalah Keperawata Masalah Keperawatan dan Data yang perlu dikaji
Data yang perlu dikaji
1. Halusinasi
DS: Klien mengatakan mendengar suara aneh
Klien mengatakan takut
Klien mengatakan cemas
DO: Klien tampak menyendiri
Klien tampak ketakutan
Klien tampak selalu menunduk

IV. Diagnosa Diagnosa Keperawat Keperawatan


Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

14
V. Rencana Tindakan Rencana Tindakan Keperawatan
Diagnosa SP Pasien SP Keluarga
Keperawatan
Gangguan Sensori SP I p SP I k
Persepsi : Halusinasi 1. Membina hubungan 1. Mendiskusikan masalah yang
saling percaya dirasakan keluarga dalam
2. Mengidentifikasi isi marawat pasien
halusinasi 3. 2. Menjelaskan pengertian, tanda
Mengidentifikasi waktu dan gejala defisit perawatan diri
terjadinya halusinasi dan jenis defisit defisit perawatan
4. Mengidentifikasi diri perawatan diri yang dialami
frekuensi halusinasi yang dialami pasien beserta
5. Mengidentifikasi situasi proses terjadinya
yg menimbulkan halusinasi 3. Menjelaskan cara-cara merawat
6. Mengidentifikasi respons merawat pasien defisit
pasien thd halusinasi defisit perawatan diri
7. Mengajarkan pasien
menghardik halusinasi
8. Menganjurkan pasien
memasukkan cara
menghardik halusinasi
dalam jadwal kegiatan
harian SP II k
1. Melatih keluarga
SP II p mempraktekkan cara
1. Mengevaluasi jadwal merawat pasien dengan pasien
kegiatan harian pasien dengan defisit defisit perawatan
2. Melatih pasien diri
mengendalikan halusinasi 2. Melatih keluarga melakukan
dengan cara bercakap-cakap cara merawat langsung pasien
dengan orang lain defisit perawatan diri
3. Menganjurkan pasien

15
memasukkan dalam jadwal
kegiatan harian SP III k
SP III p 1. Membantu keluarga
1. Mengevaluasi jadwal membuat jadwal aktifitas di
kegiatan harian pasien rumah
2. Melatih pasien termasuk minum obat (discharge
mengendalikan halusinasi planning)
dengan melakukan kegiatan 2. Menjelaskan follow up pasien
dan diawali dengan setelah pulang
menyusun jadwal
3. Menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian

SP IV p
1. Mengevaluasi jadwal
kegiatan harian pasien
2. Memberikan pendidikan
kesehatan tentang
penggunaan obat secara
teratur
3. Menganjurkan pasien
memasukkan ke dalam
jadwal kegiatan harian

16
Strategi Pelaksanaan Tindakan Keperawatan Setiap Hari
1. Proses Keperawatan
1. Bina hubungan saling percaya dengan menggunakan prinsip komunikasi
a. terapeutik
b. Adakan kontak sering dan singkat secara bertahap
c. Observasi tingkah laku klien terkait dengan halusinasinya
d. (dengar/lihat/penghidu/raba/kecap), jika menemukan klien yang sedang
e. halusinasi
f. Diskusikan dengan klien apa yang dirasakan jika terjadi halusinasi dan beri adi
halusinasi dan beri
g. kesempatan untuk mengungkapkan perasaannya.
h. Diskusikan dengan klien apa yang dilakukan untuk mengatasi perasaan
i. tersebut.
j. Diskusikan tentang dampak yang akan dialamunya bila klien menikmati
k. halusinasinya.
l. Identifikasi bersama klien cara atau tindakan yang dilakukan jika terjadi
m. halusinasi (tidur,marah,menyibukkan diri dll)
n. Diskusikan v Diskusikan vara yang ara yang digunakan digunakan klien,
2. Melatih pasien mengendalikan halusinasi
dengan melakukan kegiatan dan diawali
dengan menyusun jadwal
3. Menganjurkan pasien memasukkan ke
dalam jadwal kegiatan harian
SP IV p
a. Mengevaluasi jadwal kegiatan harian pasien
b. Memberikan pendidikan kesehatan
c. tentang penggunaan obat secara teratur
d. Menganjurkan pasien memasukkan ke dalam jadwal kegiatan harian termasuk
minum obat (discharge planning)
e. Menjelaskan follow up pasien setelah pulang
f. Diskusikan cara baru untuk memutus/mengontrol timbulnya halusinasi
g. Bantu klien memilih cara yang sudah diajurkan dan latih untuk
mencobanya.
17
h. Beri kesempatan untuk melakukan cara yang dipilih dan dilatih.
i. Pantau pelaksanaan yang telah dipilih dan dilatih, jika berhasil beri pujian.
j. Anjurkan klien mengikuti terapi aktifitas kelompok, orientasi realita,
stimulasi persepsi.
k. Buat kontrak dengan keluarga untuk pertemuan (waktu, tempat dan topic)
l. Diskusikan dengan keluarga (pada saat pertemuan keluarga kunjungan rumah)
m. Diskusikan dengan klien tentang manfaat dan kerugian tidak minum obat, warna,
dosis, cara, efek terapi dan efek samping penggunaan obat.
n. Pantau klien saat penggunaan obat.
o. Beri pujian jika klien menggunakan obat dengan benar.
p. Diskusikan akibat berhenti minum obat tanpa konsultasi dengan dokter.
q. Ajurkan klien untuk konsultasi kepada dokter/perawat jika terjadi hal-hal
yang tidak diinginkan

2. Kondisi Klien
DS: Klien mengatakan mengatakan mendengar mendengar suara aneh
Klien mengatakan takut
Klien mengatakan cemas
DO: Klien tampak menyendiri menyendiri
Klien tampak ketakutan
Klien tampak selalu menunduk

3. Diagnosa Diagnosa Keperawat Keperawatan


Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

18
Proses Komunikasi Dalam Pelaksanaan Tindakan
A. ORIENTASI
1. Salam Terapeutik
“assalamualaikum ibu, selamat pagiii, saya perawat yang akan merawat ibu.
Nama saya SS, senang dipangg Nama saya SS, senang dipanggil S. nama ibu
siapa? il S. nama ibu siapa? Senang dipanggil apa?” Senang dipanggil apa?”
2. Evaluasi/validasi
“bagaimana perasaan ibu hari ini? Apa semalam tidurnya nyenyak? Keluhan ibu
hari ini apaa?”
3. Kontrak : Topik “ ibu kita ngobrol ngobrol-ngobrol yuk, biar saling mengenal”
4. Waktu “kita mau “kita mau ngobrol ngobrol berapa lama?”
5. Tempat “ kita mau ngobrol di obrol di mana?”
6. Tujuan Interaksi “ kita ngoobrol tentang suara-suara yang ibu dengar,
dan kita latihan latihan untuk menghardik menghardik suara-suara itu”

B. KERJA (langkah-langkah tindakan KERJA)


(langkah-langkah tindakan keperawat keperawatan)
Apa yang ibu rasakan? Ada apa kejadian apa saat ibu dibawa kesini? Suara seperti
apa yang ibu dengar? Ibu dengar suaranya kapan saja dan saat apa saja? Apa yang
ibu rasakan saat mendengar suara itu? Apa yang ibu lakukan saat dengar suara
itu?
Kalau seperti itu ibu namanya mengalami kecemasan, ada 4 cara untuk mencegah
suara itu muncul lagi. Pertama ibu bisa menghardik suara itu, kedua ibu bisa
bercakap-cakap, ketiga ibu bisa melakukan kegiatan, keempat ibu bisa minum o ,
keempat ibu bisa minum obat.
Saya akan ajarkan cara pertama ya bu? Dengan menghardik suara itu bu. Caranya,
ibu tutup telinga ibu dan katakan “Pergi! Pergi! Saya tidak mau dengar, kamu
palsu!”.
C. TERMINASI
1. Evaluasi respons klien berharap tindakkan keperawatan
a. Evaluasi klien (Subjektif)
Bu gimana perasaannya setelah latihan menghardik? Coba sebutkan lagi
apa saja cara untuk mencegah suara itu datang lagi?
19
b. Evaluasi perawat (objektif dan reinforcement)
Coba peraktikan lagi cara menghardik seperti yang sudah saya ajarkan?
2. Rencana tindak Rencana tindak lanjut (apa yang p (apa yang perlu dilatih oleh
k erlu dilatih oleh klien sesuai hasil tindakan lien sesuai hasil tindakan
yang telah dilakukan)
Ibu mau latihan menghardik berapa kali? Waktunya mau kapan saja bu? Yuk
kita bikin jadwal bu.
3. Kontrak Topik yang akan datang :
Topik : ibu besok kita akan melakukan cara kedua untuk mencegah suara itu
datang lagi
Waktu : besok kita mau ngobrol jam berapa bu? Bagaimana setelah makan
siang?
Tempat : kita mau ngobrol dimana bu? Bagaimana kalau diruang tamu?

D. ROLEPLAY
Di suatu pagi, di daerah Kemang para Satpol PP sedang bertugas untuk
mengamankan
para gelandangan yang berada para gelandangan yang berada di lokasi tersebut.
D di lokasi tersebut. Ditemukan 2 gelandangan yang itemukan 2 gelandangan
yang
memiliki gangguan jiwa. Satpol PP ters memiliki gangguan jiwa. Satpol PP
tersebut kemudian ebut kemudian mengirimkan 2 gelandangan mengirimkan 2
gelandangan
tesebut ke Panti Sosial
Satpol PP Satpol PP : berikut 2 o : berikut 2 orang gelandangan y rang
gelandangan yang saya temukan di ang saya temukan di daerah Kemang Jl.
daerah Kemang Jl.
Darmawangsa. Menurut laporan orang sekitar, mer Darmawangsa. Menurut
laporan orang sekitar, mereka memiliki gangguan jiwa. Mohon memiliki
gangguan jiwa. Mohon
untuk di tampung di Panti ini. Agar tidak meresahkan warga sekitar.
Petugas Petugas Panti : Baik, terimakasih terimakasih untuk laporan laporan dan
bantuan bantuan nya karna telah
20
membawa mereka kesini.
Petugas Petugas Panti : Saya baru saja menerima menerima dua orang
gelandangan gelandangan yang dibawa oleh
Satpol PP. Berdasarkan laporan, 2 orang ini memiliki gangguan mental. Apa
boleh saya
langsung melaporkan ke Rumah Sakit Jiwa Grogol untuk segera ditanangi?
Kepala Panti : Boleh, silakan silakan langsung langsung hubungi hubungi pihak
Rumah Sakit terkait terkait ruangan ruangan
dan administrasi
Petugas Petugas Panti : Baik, Bu. Segera saya konfirmasikan. konfirmasikan.
Petugas Panti kemudian menghubungi pihak Rumah Sakit Jiwa Grogol untuk
Grogol untuk
memberitahukan bahwa akan ada pasien baru dari Panti Sosial ABCD. Setelah
dikonfirmasi dari pihak Rumah Sakit, bahwa mereka dapat di tanangi di sana,
pihak Panti
Sosial segera mengantarkan kedua gelandangan tersebut. Setelah diantarkan dan
membuat
laporan terkait dua pasien baru tersebut, pasien kemudian ditanangi oleh perawat
ruangan.
(Di Rumah Sakit Jiwa Grogol)
Perawat Perawat 1 : Pak, saya mau melapor, melapor, ada dua pasien baru. Atas
nama Ny. X, dan
Ny. Y. Kedua pasien tersebut berasal dari Panti Sosial ABCD. sial ABCD.
Setelah dilakukan Setelah dilakukan
pengkajian, kedua nya pengkajian, kedua nya terdiagnosa Halusinasi Pende
terdiagnosa Halusinasi Pendengaran. ngaran.
Kepala R Kepala Ruangan : Terimakasih : Terimakasih laporan nya, laporan nya,
saya memberikan saya memberikan tanggung tanggung jawab kepada jawab
kepada
kamu dan Perawat 2 untuk menangani kedua pasien tersebut.
==
Kemudian Perawat 1 dan Perawat 2 menghampiri kedua pasien tersebut untuk
dilakukan terapi dan Strategi Pelaksanaan 1.
21
Perawat Perawat 2 : Selamat Selamat Siang Ibu, saya perawat perawat yang akan
merawat merawat ibu. Nama saya
SS, senang dipanggil S. nama ibu siapa? SS, senang dipanggil S. nama ibu siapa?
Senang dipa Senang dipanggil apa? nggil apa?
Pasien 2 : nama saya XX.
Perawat Perawat 2 : bagaimana bagaimana perasaan perasaan ibu hari ini? Apa
yang Ibu rasakan rasakan saat ini?
Pasien 2 : Baik.
Perawat Perawat 2 : ibu kita ngobrol-ngobrol ngobrol-ngobrol yuk, biar saling
mengenal mengenal kita mau ngobrol ngobrol
berapa lama?
Pasien : Jangan lama lama sus
Perawat Perawat 2 : 15 menit ya?
Pasien 2 : Iyaa
Perawat Perawat 2 : kita mau ngobrol ngobrol di mana?
Pasien 2 : Yaudah disini aja sus
Perawat Perawat 2 : Okee, kita ngoobrol ngoobrol tentang tentang suara-suara
suara-suara yang ibu dengar, dengar, dan kita
latihan untuk menghardik suara-suara itu Apa yang ibu rasakan? Ada apa kejadian
apa saat
ibu dibawa kesini?
Pasien : Saya dibawa pol PP tuh tadi ke Panti gitu. Terus dari Panti saya dibawa
kesini. Gak tau kenapa saya dibawa. Orang saya gak kenapa-kenapa
Perawat Perawat : Apa Ibu dengar suara-suara suara-suara yang tidak ada
wujudnya? wujudnya?
Pasien : Iya saya suka denger ada yang bisikin bisikin saya gitu
Perawat Perawat : Suara seperti seperti apa yang ibu dengar? dengar? Ibu dengar
suaranya suaranya kapan saja dan
saat apa saja?
Pasien : Suara perempuan perempuan gitu sus, nyuruh saya ngambil ngambil anak
saya
Perawat Perawat : Ohh, ibu udah punya anak? Apa yang ibu rasakan rasakan saat
mendengar mendengar suara
22
itu? Apa yang ibu lakukan saat dengar suara itu?
Pasien : Punya, tapi pas 5 bulan kandungan kandungan anak saya gak ada. Ya
saya suka
tiba tiba mau ngambil anak kecil yang lewat
Perawat Perawat : Kalau seperti seperti itu ibu namanya namanya mengalami
mengalami halusinasi, halusinasi, yang sebenarnya sebenarnya
suara itu tidak ada.
Pasien : Tapi saya ngerasa ngerasa denger banget sus
Perawat Perawat : Bu, saya punya 4 cara untuk mencegah mencegah suara itu
muncul lagi. Pertama Pertama
ibu bisa menghardik suara itu. Cara kedua, ibu bisa bercakap-cakap. Ketiga,
melakukan
kegiatan. Dan keempat, patuh minum obat. Saya akan ajarkan cara pertama ya bu?
ajarkan cara pertama ya bu? Dengan
menghardik suara itu bu. Caranya, ibu tutup telinga ibu dan katakan “Pergi! Pergi!
Saya
tidak mau dengar, kamu palsu!”.
Pasien : Oooh iyaiya. iyaiya.
Perawat Perawat : Coba ibu sambil ikuti saya ya, kita bersama-sama bersama-
sama latihan latihan menghardik menghardik
Pasien : (menirukan (menirukan perawat) perawat)
Perawat Perawat : nah bagus iya, seperti seperti itu, Bu. Bu gimana perasaannya
perasaannya setelah setelah latihan latihan
menghardik? Coba sebutkan lagi apa saja cara untuk mencegah halusinasi?
Pasien : Pertama, Pertama, menghardik, menghardik, terus ngobrol, ngobrol, terus
ngelakuin ngelakuin kegiatan, kegiatan, terus
minum obat.
Perawat Perawat : Bagus Ibu pandai. pandai. Nah sekarang sekarang coba tolong
contohkan contohkan cara yang
pertama yaitu menghardik sesuai yang tadi kita peragakan
Pasien : (memperagakan (memperagakan cara menghardik) menghardik)
Perawat Perawat : Bagus. Nah, Ibu mau latihan latihan menghardik menghardik
berapa kali? Waktunya Waktunya mau
23
kapan saja bu? Yuk kita bikin jadwal bu.
Perawat Perawat 2 : Nah, kita sudah selesai selesai ya, Ibu mau mengobrol
mengobrol dimana dan jam berapa
untuk besok kita melakukan cara yang kedua untuk mencegah halusinasi?
Pasien : Disini aja. Jam nya kayak sekarang sekarang aja sus
Perawat Perawat 2 : Baik, besok ya kita bertemu bertemu lagi. Nah, sekarang
sekarang Ibu terapi hipnotis hipnotis 5
jari dengan teman saya ya?
Pasien : Iya sus
Perawat Perawat 1 : Halo Ibu, kenalin kenalin nama saya RR senang dipanggil
dipanggil R, kalau ibu
namanya siapa? senang di panggil apa?
Pasien : nama saya X
Perawat Perawat 1 : Baiklah, Baiklah, kita langsung langsung mulai aja ya
terapinya. terapinya. Pertama Pertama Ibu mau duduk
atau berdiri?
Pasien : Duduk aja ya sus
Perawat Perawat 1 : Boleh. Yuk, mulai ya. Pejamkan Pejamkan mata, tarik nafas,
buang perlahan. perlahan.
Lakukan 3 kali yaa… Gabungkan jempol dengan telunjuk, bayangkan tubuh anda
begitu
sehat. Setelah itu, gabungkan jempol dengan jari tengah, bayangkan ketika anda
mendapatkan hadiah atau barang yang anda sukai. Kemudian, gabungkan jempol
dan jari
manis, bayangkan anda berada di tempat manis, bayangkan anda berada di tempat
yang paling yang paling nyaman, tempat yang membuat anda nyaman, tempat
yang membuat anda
merasa sangat bahagia. Gabungkan jempol dengan jari kelingking, bayangkan
ketika anda kelingking, bayangkan ketika anda
mendapat suatu penghargaan.
Tarik nafas, buang perlahan, lakukan lagi selama 3 kali. Boleh sekarang buka
mata.

24
C. EVALUASI
Implementasi Evaluasi
DS: Klien mengatakan mendengar suara
aneh
Klien mengatakan takut
Klien mengatakan cemas
DO : Klien tampak menyendiri
Klien tampak ketakutan
Klien tampak selalu menunduk
Dx : Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi
Pendengaran
Tindakan Keperawatan :
1. Membina hubungan saling percaya
2. Mengidentifikasi isi halusinasi
3. Mengidentifikasi waktu terjadinya halusinasi
4. mengidentifikasi frekuensi halusinasi
5. Mengidentifikasi situasi yang
6. menimbulkan halusinasi
7. Mengidentifikasi respon pasien terhadap
8. halusinasi
9. Mengajarkan pasien menghardik
D. EVALUASI
Impelentasi Evaluasi
DS: Klien mengatakan mendengar suara S : Klien mengatakan mampu menghardik
aneh Klien mengatakan takut Klien Klien mengatakan masih mendengar suara
mengatakan cemas Klien mengatakan suara muncul 2
DO : Klien tampak menyendiri Klien kali Klien mengatakan suara muncul saat
tampak ketakutan Klien tampak selalu malam hari
menunduk O : Klien tampak mampu menghardik
Dx : Gangguan Sensori Persepsi: Klien masih tampak menyendiri Klien
Halusinasi Pendengaran Tindakan masih tampak berbicara sendiri
Keperawatan : A : Gangguan Sensori Persepsi: Halusinasi

25
1. Membina hubungan saling percaya Pendengaran
2. Mengidentifikasi isi halusinasi P : Lanjutkan untuk memasukkan ke
3. Mengidentifikasi waktu terjadinya dalam jadwal harian
halusinasi 4. mengidentifikasi frekuensi
halusinasi
5. Mengidentifikasi situasi yang
menimbulkan halusinasi
6. Mengidentifikasi respon pasien terhadap
halusinasi
7. Mengajarkan pasien menghardik
halusinasi 8. Menganjurkan pasien
memasukkan cara menghardik halusinasi
dalam jadwal harian RTL:
1. Mengevaluasi jadwal kegiatan
harian pasien 2. Melatih pasien
mengendalikan halusinasi dengan cara
bercakap-cakap dengan orang lain 3.
Menganjurkan pasien memasukkan dalam
jadwal kegiatan harian

26
BAB III
PENUTUP

A. KESIMPULAN
Psikotik gelandangan adalah penderita gangguan jiwa kronis yang
keluyuran di jalan-jalan jalan-jalan umum, dapat mengganggu mengganggu
ketertiban ketertiban umum dan merusak merusak keindahan keindahan
lingkungan. Ciri yang menonjol yaitu tingkah laku yang menyolok, berlebih-
lebihan pada seseorang sehinga menimbulkan seseorang sehinga menimbulkan
kesan aneh, janggal dan kesan aneh, janggal dan berbahaya bagi orang lain. an
berbahaya bagi orang lain. Dan pada pasien psikotik pada pasien psikotik
gelandangan dap gelandangan dapat dipengaruhi at dipengaruhi karena perilaku
kekerasan karena perilaku kekerasan dan dapat dan dapat menimbulkan masalah
keperawatan dengan gangguan komunikasi verbal.

B. SARAN
Dengan adanya makalah ini diharapkan pembaca dapat mampu memahami
asuhan keperawatan psikotik gelandangan. Dalam pembuatan makalah ini masih
terdapat banyak kesalahan sehingga kritik dan saran kami harapkan.

27
DAFTAR PUSTAKA

PPNI . 2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia. Edisi 1 cetakan III


Jakarta : DPP . Edisi 1 cetakan III Jakarta : DPP PPNI
PPNI.2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia. Edisi 1 cetakan II, Jakarta;
DPP PPNI isi 1 cetakan II, Jakarta; DPP PPNI
Dochteman, J. M., &Bulecheck, G. M. (2004). Nursing Interventions Nursing
Interventions Classification (NIC) Classification (NIC) (5thed.). America:
Mosby Elsevier
Moorhead, S., Jhonson, dkk. (2008 ). Nursing Outcomes Classification ( ).
Nursing Outcomes Classification (NOC) (5 NOC) (5th ed). United states of
America: Mosby Elsevier

28
29

Anda mungkin juga menyukai