Anda di halaman 1dari 19

LAPORAN PENDAHULUAN

DENGAN MASALAH KEPERAWATAN JIWA

PADA KLIEN HARGA DIRI RENDAH KRONIS

Dosen Pengampu: Ns. Febriana Sartika Sari, S.Kep., M.Kep

Disusun Oleh :

Nilam Wulandari

S17194/S17D

PRODI SARJANA KEPERAWATAN DAN PROFESI NERS


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
UNIVERSITAS KUSUMA HUSADA SURAKARTA
2020/2021
A. Konsep Penyakit
1. Definisi
Gangguan harga diri rendah digambarkan sebagai perasaan yang
negatif terhadap diri sendiri, termasuk hilangnya percaya diri dan
harga diri, merasa gagal mencapai keinginan. (Budi Ana Keliat,
2018). Gangguan harga diri atau harga diri rendah dapat terjadi
secara :
- Situasional, yaitu terjadi trauma yang tiba-tiba, misal harus
operasi, kecelakaan, dicerai suami, putus sekolah, putus
hubungan kerja dll. Pada klien yang dirawat dapat terjadi harga
diri rendah karena privacy yang kurang diperhatikan :
pemeriksaan fisik yang sembarangan, pemasangan alat yang
tidak sopan (pemasangan kateter, pemeriksaan perianal, dll),
harapan akan struktur, bentuk dan ffungsi tubuh yang tidak
tercapai karena dirawat/sakit/penyakit, perlakuan petugas yang
tidak menghargai.

- Kronik, yaitu perasaan negatif terhadap diri telah berlangsung


lama.

2. Etiologi
1) Faktor predisposisi
Faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah kronis menurut
Herman (2016) adalah penolakan orang tua yang tidak realistis,
kegagalan berulang kali,kurang mempunyai tanggung jawab
personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri yang tidak
realistis. Faktor predisposisi citra tubuh adalah :
a. Kehilangan atau kerusakan bagian tubuh
b. Perubahan ukuran, bentuk dan penampilan tubuh akibat
penyakit
c. Proses penyakit dan dampaknya terhadap struktur dan
fungsi tubuh
d. Proses pengobatan seperti radiasi dan kemoterapi.
Faktor predisposisi harga diri rendah adalah :
1 Penolakan
2 Kurang penghargaan, pola asuh overprotektif,
otoriter,tidak konsisten,terlalu
dituruti,terlalu dituntut
3 Persaingan antar saudara
4 Kesalahan dan kegagalan berulang

Tidak mampu mencapai standar. Faktor predisposisi gangguan peran


adalah :

1). Stereotipik peran seks

2). Tuntutan peran kerja

3). Harapan peran kultural.

Faktor predisposisi gangguan identitas adalah :

1). Ketidakpercayaan orang tua

2). Tekanan dari per grup

3). Perubahan struktur sosial ( Herman,2016)

2) Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah adalah hilangnya
sebagian anggota tubuh, berubahnya penampilan atau bentuk
tubuh, mengalami kegagalan, serta menurunnya
produktivitas. Harga diri kronis ini dapat terjadi secara situasional
maupun kronik yaitu:
- Trauma adalah masalah spesifik dengan konsep diri dimana situasi
yang membuat individu sulit menyesuaikan diri, khususnya
trauma emosi seperti penganiayaan seksual dan phisikologis
pada masa anak-anak atau merasa terancam atau menyaksikan
kejadian yang mengancam kehidupannya.
- Ketegangan peran adalah rasa frustasi saat individu merasa tidak
mampu melakukan peran yang bertentangan dengan hatinya atau
tidak merasa sesuai dalam melakukan perannya. Ketegangan peran
ini sering dijumpai saat terjadi konflik peran, keraguan peran
dan terlalu banyak peran. Konflik peran terjadi saat individu
menghadapi dua harapan peran yang bertentangan dan tidak
dapat dipenuhi. Keraguan peran terjadi bila individu tidak
mengetahui harapan peran yang spesifik atau bingung tentang peran
yang sesuai.
a. Trauma peran perkembangan
b. Perubahan normatif yang berkaitan dengan pertumbuhan
c. Transisi peran situasi
d. Perubahan jumlah anggota keluarga baik bertambah atau
berkurang
e. Transisi peran sehat-sakit
Pergeseran konsidi pasien yang menyebabkan kehilangan
bagian tubuh, perubahan bentuk , penampilana dan fungsi tubuh,
prosedur medis dan keperawatan. ( Herman,2016).
3) Perilaku
1. Citra tubuh yaitu menolak menyentuh atau melihat bagian
tubuh tertentu, menolak bercermin,tidak mau
mendiskusikan keterbatasan atau cacat tubuh, menolak
usaha rehabilitasi, usaha pengobatan ,mandiri yang
tidak tepat dan menyangkal cacat tubuh.
2. Harga diri rendah diantaranya mengkritrik diri atau orang
lain, produkstivitas menurun, gangguan berhubungan
ketengangan peran, pesimis menghadapi hidup, keluhan
fisik, penolakan kemampuan diri, pandangan hidup
bertentangan, distruktif kepada diri, menarik diri secara
sosial, khawatir, merasa diri paling penting, distruksi pada
orang lain, merasa tidak mampu, merasa bersalah, mudah
tersinggung/marah, perasaan negatif terhadap tubuh.
3. Keracunan identitasdiantaranya tidak ada kode moral,
kepribadian yang bertentangan, hubungan interpersonal
yang ekploitatif, perasaan hampa, perasaan mengambang
tentang diri, kehancuran gender, tingkat ansietas tinggi,
tidak mampu empati pada orang lain, masalah estimasi
4. Depersonalisasi meliputi afektif, kehidupan identitas,
perasaan terpisah dari diri, perasaan tidak realistis, rasa
terisolasi yang kuat, kurang rasa berkesinambungan, tidak
mampu mencari kesenangan. Perseptual halusinasi
dengar dan lihat, bingung tentang seksualitas diri,sulit
membedakan diri dari orang lain, gangguan citra tubuh,
dunia seperti dalam mimpi, kognitif bingung,
disorientasi waktu, gangguan berfikir, gangguan daya
ingat, gangguan penilaian, kepribadian ganda.
( Herman,2016).
3. Manifestasi Klinis

- Perasaan malu terhadap diri sendiri akibat penyakit dan akibat tindakan
terhadap penyakit
- Rasa bersalah terhadap diri sendiri
- Merendahkan martabat sendiri, merasa tidak mampu
- Gangguan hubungan sosial seperti menarik diri
- Percaya diri kurang
- Mencederai diri
- Konsentrasi menurun
- Menyangkalfek labil
- Regresi perkembangan
4. Patofisiologi

Semua permasalahan berawal dari isolasi soasial yang dapat diakabatkan oleh
banyak faktor dari lingkungan, keluarga dan sebagainya. Isolasi sosial inilah
yang dapat menjadikan seseorang memiliki masalah pada harga dirinya dan
mengakibatkan koping individu yang tidak efektif.

Pohon Masalah

Isolasi Sosial

Harga Diri Rendah

Kronim
Koping Tidak Efektif

Sumber : Mukhripah D& Iskandar (2017)

5. Pemeriksaan Penunjang

Mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka panjang


pendek atau jangka panjang serta penggunaan mekanisme pertahanann ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Pertaahanantersebut mencakup berikut ini :

Jangka pendek :

1). Aktivitas yang memberikan pelarian semestara dari krisis identitas


diri (misalnya, konser musik, bekerja keras, menonton tv secara obsesif)

2). Aktivitas yang memberikan identitas pengganti semestara


( misalnya, ikut serta dalam klub sosial, agama, politik, kelompok,
gerakan, atau geng)

3). Aktivitas yang sementara menguatkan atau meningkatkan perasaan


diri yang tidak menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif, prestasi
akademik, kontes untuk mendapatkan popularitas)

Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini :

1) Penutupan identitas : adopsi identitas prematur yang


diinginkan oleh orang terdekat tanpa memerhatikan
keinginan,aspirasi,atau potensi diri individu
2) Identitas negatif : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan
nilai dan harapan yang diterima masyarakat.

Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi,isolasi,


proyeksi, pengalihan (displacement, berbalik marah terhadap diri sendiri,
danamuk), (Stuart,2016).

6. Pengobatan

Terapi pada gangguan jiwa skizofrenia dewasa ini sudah


dikembnagkan sehingga penderita tidak mengalami diskriminasi bahkan
metodenya lebih manusiawi dari pada masa sebelumnya. Terapi yang
dimaksud meliputi :

a. Psikofarmaka

Berbagai jenis obat psikofarmaka yang beredar dipasaran yang hanya


diperoleh dengan resep dokter, dapat dibagi dalam 2 golongan yaitu golongan
generasi pertama (typical) dan golongan kedua (atypical). Obat yang termasuk
golongan generasi pertama misalnya chlorpromazine HCL (psikotropik untuk
menstabilkan senyawa otak), dan Haloperidol (mengobati kondisi gugup). Obat
yang termasuk generasi kedua misalnya, Risperidone (untuk ansietas),
Aripiprazole (untuk antipsikotik), (Hawari,2017) .

b.Psikoterapi

Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter, maksudnya supaya ia tidak mengasingkan
diri lagi karena bila ia menarik diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang
baik. Dianjurkan untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
(Maramis,2015).

c. Terapi Modalitas
Terapi modalitas/ perilaku merupakan rencana pengobatan untuk skizofrenia
yang ditunjukan pada kemampuan dan kekurangan pasien. Teknik perilaku
menggunakan latihan keterampilan sosial untuk meningkatkan kemampuan sosial.
Kemampuan memenuhi diri sendiri dan latihan praktis dalam komunikasi
interpersonal. Terapi kelompok bagi skizofrenia biasnya memusatkan pada rencana
dan masalah dalam hubungan kehidupan yang nyata.( Eko P,2016).

d.Terapi Kejang Listrik (Electro Confulsive Terapi)

ECT adalah pengobatan untuk menimbulkan kejang granmal secara artifisial


dengan melewatkan aliran listrik melalui elektrode yang dipasang satu atau
dua temples. Terapi kejang listrik diberikan pada skizofrenia yang tidak mempan
dengan terapi neuroleptika oral atau injeksi, dosis terapi kejang listrik 4 – 5
joule/detik. (Maramis, 2015).

B. ASUHANKEPERAWATAN

1. Masalah keperawatan yang mungkin muncul

a). Isolasi Sosial

1). Data Subjektif

Pasien mengatakan tidak ingin bertemu dengan orang


banyakbahkan dengan orang terdekatnya sekalipun, pasien
mengatakan merasa berbeda dengan yang lainnya, pasien
mengatakan merasa tidak aman jika ditempat umum.

2). Data Objektif

Pasien tampak menarik diri, pasien menolak untuk


berinteraksi dengan orang lain dan lingkungan sekitar, pasien
terlihat tidak bergairah/lesu, pasien tampak tidak
memberikan kontak mata saat diajak untuk berinteraksi.

b). Harga Diri Rendah

1). Data Subjektif

Pasien menilai negatif tentang dirinya sendiri,


mengatakan malu untuk bertemu dengan siapapun, pasien
mengatakan tidak memiliki kelebihan atau kemampuan
yang bersifat positif, pasien melakukan penolakan
terhadap penilaian positif yang kita berikan.

2). Data Objektif

Pasien terlihat enggan untuk mencoba hal-hal yang


baru, terlihat selalu menunduk, lesu dan tidak bergairah,
dalam berbicara sangatlah pelan dan lirih, serta lesu dan tidak
bergairah.

c). Koping Tidak Efektif

1). Data Objektif

Pasien mengungkapkan jika tidak mampu mengatasi


maslahnya, tidak mampu memenuhi kebutuhan dasarnya,
dan khawatir yang secara berlebihan.

2). Data Subjektif

Pasien terlihat kurang berpatisipasi dalam


bersosialisasi, tidak mampu memenuhi peran yang
diharapkan, menggunakan mekanisme koping yang tidak
sesuai.

2. Diagnosa keperawatan
a). Harga Diri Rendah Kronis (D.0086)

1). Definisi

Evaluasi atau perasaan negatif terhadap sendiri atau


kemampuan klien seperti tidak berarti, tidak berharga, tidak
berdaya yang berlangsung dalam waktu lama dan terus- menerus.

2). Tanda mayor:

a) Merasa malu/bersalah

b) Merasa tidak mampu melakukanapapun

c) Meremehkan kemampuan mengatasimasalah

d) Merasa tidak memiliki kelebihan atau kemampuanpositif

e) Melebih-lebihkan penilaian negative tentang dirisendiri

f) Menolak penilaian positif tentang dirisendiri

g) Enggan mencoba halbaru

h) Berjalanmenunduk

i) Postur tubuh menunduk

3). Tanda minor:


- Merasa sulitkonsntrasi

- Sulit tidur

- Mengungkapkankeputusasaan

- Kontak matakurang

- Berbicara pelan dan lirih

-Pasif

- Perilaku tidak asertif

- Mencari penguatan secara berlebihan

- Bergantung pada pendapat orang lain

- Sulit membuat keputusan

- Sering kali mencari penegasa

b). Koping Tidak Efektif (D.0096)

1). Definisi

Ketidakmampuan menilai dan merespon stressor /


ketidakmampuan menggunakan sumber-sumber yang ada untuk
mengatasi masalah.

2). Tanda Mayor :

a). Mengungkapkan tidak mampu mengatasi masalah

b). Tidak mampu memenuhi peran yang diharapkan

c). Menggunakan mekanisme koping yang tidak sesuai

3). Tanda Minor :


a). Tidak mampu memenuhi kebutuhan dasar

b). kekhawatiran kronis

c). Penyalahgunaan zat

d). Memanipulasi orang lain untuk memenuhi keinginannya


sendiri

e). Perilaku tidak arsetif

f).Partisipasi social kurang


3. Rencana Asuhan Keperawatan

Hari No. Dx Diagnosa Tujuan & Kriteria Hasil Intervensi


Tanggal /
Jam

Senin, 29 1 Harga Diri Setelah dilakukan SIKI (I.12463) :


Juni 2020 / tindakan keperawatan Manajemen
Rendah Kronis
14.30 selama 3x24jam Perilaku
(D.0086)
diharapkan harga diri
- Identifikasi harapan
meningkat dengan
untuk mengendalikan
kriteria hasil :
perilaku
SLKI (L.09069) :
- Jadwalkan kegiatan
Harga Diri
terstruktur
-Penilaian diri positif
- Ciptakan
meningkat dari skala (1-
danpertahankan
5)
lingkungandan
-Penerimaan penilaian kegiatan perawatan
positif terhadap konsistensetiap dinas
diri sendiri
- Bicara dengan nada
meningkat dari skala (1-
rendah dan tenang
5)
- Lakukan kegiatan
-Perasaan tidak mampu
pengalihan terhadap
melakukan apapun
sumber agitasi
meningkat dari skala (1-
5) - Beripenguatan
positifterhadap
-
keberhasilan
Meremehkankemampuan
mengendalikan
mengatasi masalah perilaku
meningkat dari skala (1-
- Hindari bersikap
5)
menyudutkan dan
menghentikan
pembicaraan

- Informasikan
keluarga bahwa
keluarga sebagai
dasar pembentukan
kognitif

2 Koping Tidak Setelahdilakukan SIKI (I.13478) :


Efektif tindakankeperawatan Dukungan
(D.0096) selama24jamdiharapkan Penampilan Peran
harga diri
- Identifikasi berbagai
meningkatdengankriteria
peran dan periode
hasil :
transisi sesuai tingkat
SLKI(L.09086) : Status perkembangan
Koping
- Identifikasi peran
- Perilaku koping adaptif yang ada dalam
membaik dari skala (1-5) keluarga

- Perilaku arsetif - Identifikasi adanya


membaik dari skala (1-5) peran yang tidak
terpenuhi
- Partisipasi sosial
membaik dari skala (1-5) - Fasilitasi adaptasi
peran keluarga
- Kemampuan membina
terhadap perubahan
hubungan membaik dari
peran yang tidak
skala (1-5)
diinginkan

- Fasilitasi bermain
peran dalam
mengantisipasi reaksi
orang lain terhadap
perilaku

- Fasilitasi diskusi
harapan dengan
keluarga dalam peran
timbal balik

- Diskusikan perilaku
yang dibuttuhkan
untuk pengembangan
peran

-Diskusikan
perubahan peran yang
diperlukan akibat
ketidakmampuan

- Diskusikan strategi
positif untuk
mengelola perubahan
peran

- Ajarkan perilakum
baru yang dibutuhkan
oleh pasien

- Rujuk dalam
kelompok untuk
mempelajari peran
baru
DAFTAR PUSTAKA

Herdman. (2016). Asuhan Keperawatan Jiwa. Yogyakarta: Nuha Medika.

Iskandar, M. D. (2015). Asuhan Keperawatan Jiwa. Bandung: PT Refika Aditama.

Keliat. (2016). Proses Keperawatan Kesehatan Jiwa : edisi 2. Jakarta: EGC.

Keliat, C. (2018). Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas. Yogyakarta: EGC.

Prabowo, E. (2014). Konsep&Aplikasi ASUHAN KEPERAWATAN JIWA.Yogyakarta :


Nuhamedika.

Sundeen, S. &. (2016). Buku Saku Keperawatan Jiwa.Jakarta : EGC.

Townsend. (2018). Nursing Diagnosis in Psuchiatric Nursing a Pocket Guide for Care Plan
Construction. jakarta: EGC.

Sari, Kartika. (2015).Panduan Lengkap Praktik Klinik Keperawatan Jiwa. Jakarta: CV.Trans
Info Media

PPNI. (2016). Standart Diagnosa Keperawatan Indonesia : Definisi dan Indikator Diagnosis,
Edisi 1. Jakarta: DP PPNI

PPNI. 2018. Standart Luaran Keperawatan Indonesia: Definisi dan Kriteria Hasil Keperawatan
Edisi 1. Jakarta : DPP PPNI

PPNI. 2018. Standart Intervensi Keperawatan Indonesia. Definisi Dan Tindakan Keperawatan,
Edisi 1. Jakarta: DPP PPNI

Anda mungkin juga menyukai