Anda di halaman 1dari 11

TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negatif terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. (Dr. Keliat, Budi Ana , 2007).
Harga diri rendah adalah perasaan tidak berharga, tidak berarti dan rendah diri
yang berkepanjangan akibat evaluasi yang negative terhadap diri sendiri atau
kemampuan diri. Adanya perasaan hilang kepercayaan diri, merasa gagal karena tidak
mampu mencapai keinginan sesuai ideal diri (Yosep , 2009).

B. ETIOLOGI
Faktor-faktor yang mempengaruhi proses terjadinya harga diri rendah yaitu faktor
predisposisi dan faktor presipitasi.
1. Faktor predisposisi
a) Penolakan orang tua yang tidak realistis
b) Kegagalan berulang kali
c) Kurang mempunyai tanggung jawab personal
d) Ketergantungan pada orang lain
e) Ideal diri yang tidak realistis
f) Pola asuh overprotektif, otoriter, tidak konsisten, terlalu dituruti, terlalu dituntut.
(H Yosep, Iyus. 2007) dan (Yusuf , 2015)
2. Faktor presipitasi
Faktor presipitasi terjadinya harga diri rendah biasanya adalah hilangnya
sebagian tubuh, perubahan penampilan atau bentuk tubuh, mengalami kegagalan
atau produktivitas yang menurun.
Gangguan harga diri rendah dapat terjadi secara situasional dan kronik.
Gangguan harga diri yang terjadi secara situasional bisa disebabkan oleh trauma
yang muncul secara tiba-tiba misalnya harus dioperasi, mengalami kecelakaan,
menjadi korban perkosaan, atau menjadi narapidana sehingga harus masuk penjara.
Selain itu, dirawat di rumah sakit juga menyebabkan rendahnya harga diri
seseorang diakibatkan penyakit fisik atau pemasangan alat bantu yang membuat
klien tidak nyaman. Penyebab lainnya adalah harapan fungsi tubuh yang tidak
tercapai serta perlakuan petugas kesehatan yang kurang menghargai klien dan
1
keluarga. Harga diri rendah kronik biasanya dirasakan klien sebelum sakit atau
sebelum dirawat klien sudah memiliki pikiran negative dan meningkat saat di
rawat.
Baik faktor predisposisi maupun presipitasi di atas bila mempengaruhi
seseorang dalam berpikir, bersikap maupun bertindak, maka dianggap akan
memengaruhi terhadap koping individu tersebut sehingga menjadi tidak efektif
(mekanisme koping individu tidak efektif). Bila kondisi pada klienn tidak
dilakukan intervensi lebih lanjut dapat menyebabkan klien tidak mau bergaul
dengan orang lain (isolasi social : menarik diri) , yang menyebabkan klien asik
dengan dunia dan pikirannya sendiri sehingga dapat muncul resiko perilaku
kekerasan.
Menurut Peplau dan Sulivan harga diri berkaitan dengan pengalaman
interpersonal, dalam tahap perkembangan dari bayi sampai lanjut usia seperti good
me, bad me, not me, anak sering dipersalahkan, ditekan sehingga perasaan
amannya tidak terpenuhi dan merasa ditolak oleh lingkungan dan apabila koping
yang digunakan tidak efektif akan menimbulkan harga diri rendah. Menurut
Caplan, lingkungan sosial akan mempengaruhi individu, pengalaman seseorang
dan adanya perubahan sosial seperti perasaan dikucilkan, ditolak oleh lingkungan
sosial, tidak dihargai akan menyebabkan stress dan menimbulkan penyimpangan
perilaku akibat harga diri rendah. (H Yosep, Iyus. 2007)

C. TANDA DAN GEJALA


1. Mengkritik diri sendiri
2. Perasaan tidak mampu
3. Pandangan hidup yang pesimis
4. Penurunan produktivitas
5. Penolakan terhadap kemampuan diri
6. Merasa bersalah dan khawatir, menghukum atau menolak diri sendiri
7. Menunda keputusan
8. Sulit bergaul
9. Menghindari kesenangan yang dapat memberi rasa puas
10. Menarik diri dari realitas, cemas , panic, cemburu , curiga , halusinasi
11. Merusak diri : harga diri rendah menyokong klien untuk mengakhiri hidup
12. Merusak atau melukai orang lain
2
Selain data di atas, dapat juga di amati melalui penampilan seseorang dengan
harga diri rendah, terlihat dari kurang memperhatikan perawatan diri, berpakaian
tidak rapi, selera makan kurang, tidak berani menatap lawan bicara, lebih banyak
menunduk, bicara lambat dengan nada suara lemah. (Dr. Keliat,Budi Ana , 2007)
dan (H Yosep, Iyus. 2007)

D. FAKTOR YANG MENYEBABKAN HARGA DIRI RENDAH


1. FAKTOR PREDISPOSISI
Menurut Yosep (2009) , faktor predisposisi terjadinya harga diri rendah adalah
penolakan orang tua yang tidak realistic, kegagalan berulang kali, kurang
mempunyai tanggung jawab personal, ketergantungan pada orang lain, ideal diri
yang tidak realistis.
2. FAKTOR PRESIPITASI
Menurut Sunaryo (2004) factor presipitasi meliputi:
a) Konflik peran terjadi apabila peran yang diinginkan individu, sedang
diduduki individu lain.
b) Peran yang tidak jelas terjadi apabila individu diberikan peran yang kabur,
sesuai perilaku yang diharapkan
c) Peran yang tidak sesuai terjadi apabila individu dalam proses peralihan
mengubah nilai dan sikap
d) Peran berlebihan terjadi jika seseorang individu memiliki banyak peran
dalam kehidupannya.
Menurut Stuart (2006) stressor pencetus juga dapat berasal dari sumber internal
atau eksternal seperti:
a) Trauma seperti penganiayaan seksual dan psikologis atau menyaksikan
peristiwa yang mengancam kehidupan
b) Ketegangan peran berhubungan dengan peran atau posisi yang diharakan dan
individu mengalami sebagai frustasi. Ada tiga jenis transisi peran:
1) Transisi peran perkembangan
2) Transisi peran situasi
3) Transisi peran sehat–sakit

3
Perilaku
Menurut Stuart (2006) perilaku yang berhubungan dengan harga diri rendah kronik
sebagai berikut:
1. Mengkritik diri sendiri dan orang lain
2. Penurunan produktivitas
3. Destruktif yang diarahkan pada orang lain
4. Gangguan dalam berhubungan
5. Rasa diri penting yang berlebihan
6. Perasaan tidak mampu, rasa bersalah
7. Mudah tersinggung atau marah yang berlebihan
8. Perasaan negatif tentang tubuhnya sendiri
9. Ketegangan peran yang dirasakan
10. Pandangan hidup yang pesimis, keluhan fisik
11. Pandangan hidup yang bertentangan
12. Penolakan terhadap kemampuan personal
13. Destruktif terhadap diri sendiri, pengurangan diri, menarik diri secara sosial
14. Penyalahgunaan zat, khawatir
Sumber koping
Menurut Stuart (2006) semua orang, tanpa memperhatikan gangguan perilakunya,
mempunyai beberapa bidang kelebihan personal yang meliputi:
1. Aktivitas olahraga dan aktivitas di luar rumah, hobi dan kerajianan tangan
2. Seni yang ekspresif, endidikan atau pelatihan
3. Kesehatan dan perawatan diri, pekerjaan, vokasi, atau posisi
4. Bakat tertentu, kecerdasaan, imajinasi dan kreativitas
5. Hubungan intrapersonal
Mekanisme koping
Menurut Stuart (2006) , mekanisme koping termasuk pertahanan koping jangka
pendek atau jangka panjang serta oenggunaan mekanisme pertahanan ego untuk
melindungi diri sendiri dalam menghadapi persepsi diri yang menyakitkan.
Pertahanan tersebut mencakup berikut ini:
Jangka pendek :
1. Aktivitas yang memberikan pelarian sementara dari krisis identitas diri (misalnya,
konser musik, bekerja keras, menonton televise secara obsesif)

4
2. Aktivitas yang memberikan identitas pengganti sementara ( misalnya, ikut serta
dalam aktivitas klub social, agama, politik, kelompok, gerakan , atau geng )
3. Aktivitas yang sementara mengutkan atau meningkatkan perasaan diri yang tidak
menentu ( misalnya, olahraga yang kompetitif , prestasi akademik, kontes untuk
mendapatkan popularitas)
Pertahanan jangka panjang mencakup berikut ini:
1. Penutupan identitas : adopsi identitas premature yang diinginkan oleh orang
terdekat tanoa memerhatikan keinginan, aspirasi atau potensi diri individu.
2. Identitas negative : asumsi identitas yang tidak sesuai dengan nilai dan harapan
yang diterima masyarakat
Mekanisme pertahanan ego termasuk penggunaan fantasi, disosiasi, isolasi,
proyeksi, pengalihan (displacement), berbalik marah terhadap diri sendiri, dan amuk.

E. PROSES TERJADINYA HARGA DIRI RENDAH


Berdasarkan hasil riset Malhi (2008, dalam http:www.tqm.com) menyimpulkan
bahwa harga diri rendah diakibatkan oleh rendahnya cita-cita seseorang. Hal ini
mengakibatkan berkurangnya tantangan dalam mencapai tujuan. Tantangan yang
rendah menyebabkan upaya yang rendah. Selanjutnya, hal ini menyebabkan
penampilan seseorang yang tidak optimal. Dalam tinjauan life span history klien,
penyebab terjadinya harga diri rendah adalah pada masa kecil sering disalahkan,
jarang diberi pujian atas keberhasilannya. Saat individu mencapai masa remaja
keberadaannya kurang dihargai, tidak diberi kesempatan dan tidak diterima.
Menjelang dewasa awal sering gagal di sekolah, pekerjaan, atau pergaulan. Harga diri
rendah muncul saat lingkungan cenderung mengucilkan dan menuntut lebih dari
kemampuannya.
Rentang respon

Respon Adaptif Respon Maladaptif


Konsep Diri Harga Diri Keracunan
Aktualisasi Diri Depersonalisasi
Positif Rendah Identitas

5
F. POHON MASALAH

Koping individu tidak efektif

Gangguan konsep diri : Harga diri rendah

Isolasi sosial : Menarik diri

G. BATASAN KARAKTERISTIK HDR KRONIK


Batasan karakteristik menurut Nanda – I (2012), yaitu:
1. Bergantung pada pendapat orang lain
2. Evaluasi diri bahwa individu tidak mampu menghadapi peristiwa
3. Melebih–lebihkan umpan balik negatif tentang diri sendiri
4. Secara berlebihan mencari penguatan
5. Sering kali kurang berhasil dalam peristiwa hidup
6. Enggan mencoba situasi baru
7. Perilaku bimbang, kontak mata kurang
8. Perilaku tidak asertif, pasif
9. Sering kali mencari penegasan
10. Menolak umpan baik positif tentang diri sendiri
11. Ekspresi rasa bersalah, eskpresi rasa malu

H. PENATALAKSANAAN
Terapi yang diberikan antara lain:
1. Psikoterapi
Terapi kerja baik sekali untuk mendorong penderita bergaul lagi dengan orang
lain, penderita lain, perawat dan dokter. Maksudnya supaya ia tidak
mengasingkan diri ia dapat membentuk kebiasaan yang kurang baik. Dianjurkan
untuk mengadakan permainan atau latihan bersama.
2. Terapi aktivitas kelompok
Terapi aktivitas kelompok dibagi empat, yaitu terapi aktivitas kelompok stimulasi
kognitif/persepsi, kelompok stimulasi sensori, terapi aktivitas kelompok stimulasi
realita dan terapi aktivitas kelompok sosialisasi. Dari empat jenis terapi aktivitas
kelompok diatas yang paling relevan dilakukan pada individu dengan gangguan
konsep diri harga diri rendah adalah terapi aktivitas kelompok stimulasi persepsi.
6
Terapi aktivitas kelompok stimulasi adalah terapi yang menggunakan aktivitas
sebagai stimulasi dan terkait dengan pengalaman atau kehidupan untuk
didiskusikan dalam kelompok,hasil diskusi kelompok dapat berupa kesempakatan
persepsi atau alternatif penyelesaiaan masalah.(Amin & hardi. 2015)

7
ASUHAN KEPERAWATAN TEORI

A. PENGKAJIAN
Format atau data focus pada pengkajian harga diri rendah kronik (keliat dan akemat,
2009)
1. Keluhan utama :
2. Pengalaman masa lalu yang tidak menyenangkan :
3. Konsep diri :
a) Gambaran diri
b) Indentitas diri
c) Harga diri
d) Identitas
e) Peran
Jelaskan :
Masalah keperawatan :
4. Alam perasaan
( ) sedih ( ) putus asa
( ) ketakutan ( ) gembira berlebihan
Jelaskan :
Masalah keperawatan:
5. Interaski selama wawancara:
( ) bermusuhan ( ) tidak kooperatif
( ) mudah tersinggung ( ) kontak mata kurang
( ) defensive ( ) curiga
Jelaskan :
Masalah keperawatan:
6. Penampilan :
Jelaskan :
Masalah keperawatan :

8
B. DIAGNOSA
1. Harga diri rendah kronis
2. Koping individu tidak efektif
3. Isolasi sosial
4. Perubahan persepsi sensori : Halusinasi
5. Risiko tinggi perilaku kekerasan. (H Yosep, Iyus. 2007)

C. INTERVENSI
1. Mengidentifikasi kemampuan dan aspek positif yang masih dimiliki klien, dengan
cara mendiskusikan bahwa klien masih memiliki sejumlah kemampuan dan aspek
positif seperti kegiatan pasien dirumah, adanya keluarga dan lingkungan terdekat
klien.
2. Beri pujian yang realistic atau nyata dan hindarkan penilaian negative setiap kali
bertemu dengan klien
3. Membantu klien menilai kemampuan yang dapat digunakan saat ini
4. Menyebutkannya dan member penguatan terhadap kemampuan diri yang
diungkapkan klien
5. Perlihatkan respon yang positif dan menjasi pendengar yang aktif
6. Membantu klien memilih atau menetapkan kegiatan sesuai dengan kemampuan
dengan cara mendiskusikan beberapa aktivitas yang dapat dilakukan dan dipilh
sebagai kegiatan yang akan dilakukan sehari–hari
7. Bantu klien menetapkan aktivitas mana yang dapat dilakukan secara mandiri, di
mana aktivitas yang memerlukan bantuan minima dari keluarga dan aktivitas apa
saja yang perlu bantuan penuh dari keluarga atau lingkungan terdekat dengan
klien
8. Berikan contoh cara pelaksanaan aktivitas yang dapat dilakukan klien. Susun
bersama klien dan buat daftar aktivitas atau kegiatan sehari – hari
9. Melatih kegiatan klien yang sudah dipilih sesuai kemampuan dengan cara
memperagakan beberapa kegiatan yang akan dilakukan pasien
10. Berikan dukungan dan pujian yang nyata setiap kemajuan yang diperlihatkan
klien
11. Membantu klien dapat merencanakan kegiatan sesuai kemampuannya yaitu
member kesempatan pada klien untuk mencoba kegiatan yang telah dilatihkan
12. Beri pujian atas aktifitas atau kegiatan yang dapat dilakukan klien setiap hari
9
13. Tingkatkan kegiatan sesuai dengan tingkat toleransi dan perubahan setiap
aktifitas
14. Susun daftar aktifitas yang sudah dilatihkan bersama klien dan keluarga
15. Berikan kesempatan mengungkapkan persaannya setelah pelaksaan kegiatan
16. Yakinkan bahwa keluarga mendukung setiao aktifitas yang dilakukan klien. (H
Yosep, Iyus. 2007)

10
DAFTAR PUSTAKA

Keliat, Budi Ana.2007. ”Keperawatan Kesehatan Jiwa Komunitas:CMHN (BASIC


COURSE)”. Jakarta : EGC

Yosep, Iyus. 2007. “Buku Ajar Keperawatan Jiwa dan Advance Mental Health
Nursing”. Bandung : Refika Aditama

Yusuf, Rizky Fitryasari PK, Hanik Endang Nihayati. 2015. “Buku Ajar Keperawatan
Kesehatan Jiwa”. Jakarta : Salemba Medika

Nurarif, Amin Huda Dan Hardhi Kusuma. 2015. Aplikasi Asuhan Keperawatan
Berdasarkan Diagnosa Medis dan Nanda NIC-NOC

11

Anda mungkin juga menyukai