Anda di halaman 1dari 143

KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERWATAN KLIEN YANG MENGALAMI CEDERA


KEPALA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PENURUNAN
KAPASITAS ADAPTIF INTRAKRANIAL
DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAKASSAR

OLEH:

MUH. YASIN
NIM: 1509065

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
MAKASSAR
2018

7
KARYA TULIS ILMIAH

ASUHAN KEPERWATAN KLIEN YANG MENGALAMI CEDERA


KEPALA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PENURUNAN
KAPASITAS ADAPTIF INTRAKRANIAL
DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAKASSAR

Diajukan sebagai salah satu syarat mendapatkan gelar Ahli Madya Keperawatan
Pada Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar

OLEH:

MUH. YASIN
NIM: 1509065

AKADEMI KEPERAWATAN MAPPA OUDANG


PROGRAM STUDI KEPERAWATAN
MAKASSAR
2018

8
SURAT PERNYATAAN PENELITIAN

Saya yang bertandatangan dibawah ini :

Nama : MUH. YASIN

NIM : 1509065

Judul KTI : ASUHAN KEPERAWATAN KLIEN YANG MENGALAMI

CEDERA KEPALA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN NYERI

PENURUNAN KAPASITAS ADAPTIF INTRAKRANIAL DI RUMAH SAKIT

BHAYANGKARA MAKASSAR

Dengan ini menyatakan bahwa Karya Tulis Ilmiah sebagaimana disebutkan

dengan judul di atas adalah benar merupakan Karya Saya sendiri dan belum

pernah dikumpulkan oleh orang lain untuk memperoleh gelar akademik.

Demikian pernyataan ini saya buat secara sadar dan tanpa paksaan dari pihak

manapun.

Makassar, 14 April 2018

Peneliti

9
10
11
RIWAYAT HIDUP

A. IDENTITAS

Nama : Muh. Yasin

Tempat/Tanggal Lahir : Sumbarrang, 09 April 1998

Suku/Bangsa : Makassar/Indonesia

Jenis Kelamin : Laki-laki

Alamat Lengkap : Sumbarrang, Desa Borong Pa’la’la’, Kecamatan

Pattallassang, Kabupaten Gowa

B. RIWAYAT PENDIDIKAN

1. Pada Tahun 2003-2009 SD MIS Borong Pa’la’la’

2. Pada Tahun 2009-201 SMP Negeri 2 Pattallassang

3. Pada Tahun 2012-2015 SMK Pratidina Makassar

4. Pada Tahun 2015-2018AKPER Mappa Oudang Makassar

12
KATA PENGANTAR

Segala puji bagi Allah SWT semesta alam, yang Maha Menciptakan,

Menghidupkan dan Mematikan, yang Rahmat-Nya meliputi langit dan bumi,

dunia dan Akhirat dan kepada-Nyalah semua akan kembali. Shalawat serta salam

mudah-mudahan terlimpah kepada Nabiullah Muhammad SAW, yang membawa

untuk manusia dari alam gelap gulita ke alam yang terang benderang.

Tak lupa pula penulis mensyukuri segala rahmat dan karunia yang telah

dilimpahkan sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini dengan

“Asuhan Keperawatan CederaKepala Dengan Masalah Penurunan Kapasitas

Adaptif Intrakranial di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar”.

Penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini dimaksudkan untuk menguraikan secara

singkat pelayanan dan perawatan klien mengalami “Cedera Kepala”. Di ruang

Perawatan ICU Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

Dalam penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini penulis menyadari bahwa dengan

kemampuan penulis memiliki rasa sulit untuk menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah

ini, namun berkat bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak maka akhirnya

Karya Tulis Ilmiah ini dapat diselesaikan dalam bentuk yang sangat sederhana.

Oleh karena itu pada kesempatan ini penulis mengucapkan banyak terima kasih

yang sebesar-besarnya kepada:

13
1. Bapak KOMBES. Pol. dr. Aris Budyanto, SP.THT sebagai Ketua Yayasan
Brata Utama Bhayangkara Makassar sekaligus kepala Rumah sakit
Bhayangkara Makassar dan Staff yang telah banyak membantu.
2. Bapak Dardin S.Kep,Ns,M.Kep sebagai Direktur Akper Mappaoudang
Makassar dan selaku penguji 1 yang begitu banyak memberikan saran dan
masukan demi kelengkapan penyusunan karya tulis ilmiah ini.
3. Bapak Syaharuddin, S.KM, S.Kep, Ns, M.Kes sebagai wakil Direktur I Akper
Mappaoudang Makassar dan selaku pembimbing II Sekaligus penguji yang
begitu banyak memberikan masukan dan ilmunya serta bimbingannya,
peneliti mengucapkan banyak terimah kasih atas waktu yang telah diberikan
kepada peneliti.
4. Ibu Rezeki Nur,S.Kep,Ns,M.Mkes sebagai wakil Direktur II Akper
Mappaoudang Makassar, yang telah banyak memberikan saran dan
masukannya sehingga peneliti dapat menyelesaikan karya tulis ilmiahnya,
peneliti mengucapkan banyak terimah kasih.
5. Bapak H. Hataul Madja, S.ST, S.Kep, Ns., M.Kes sebagai wakil Direktur III
Akper Mappaoudang Makassar dan selaku pembimbing I sekaligus penguji
yang begitu banyak memberikan sumbangsih pemikiran, saran, nasehat
selama proses bimbingan di dalam menyusun Karya Tulis, peneliti ucapkan
banyak terima kasih.
6. Kepada Bapak Sudirman, S.Kep, Ns, M.Kes selaku penguji II yang begitu
banyak memberikan masukan dan saran demi kesempurnaan Karya Tulis
Ilmiah ini peneliti mengucapkan banyak terima kasih.
7. Kepada para dosen dan seluruh staf Akper Mappa Oudang Makassar, yang
telah memberikan wawasan dan ilmu pengetahuan kepada peneliti, yang
penuh kesabaran, keikhlasan dan menyalurkan ilmu pengetahuan.
8. Kepada seluruh Mahasiswa di Akper Mappa Oudang Makassar Angkatan IX
Hipertermi 2015 khusus tingkat III A tanpa terkecuali, jasa- jasa kalian akan
tetap aku ingat untuk selamannya.
9. Buat sahabat saya Andika yudistira, Kaharuddin dan M. Rahmat. R yang
selalu menyemangati saya,dan menghibur saya, terima kasih atas

14
dukungannya selama ini sehingga Karya Tulis Ilmia ini dapat terususun, sekali
lagi terima kasih.

Peneliti menyadari bahwa dalam penyusunan karya tulis ilmiah ini


masih jauh dari kesempurnaan, oleh karena itu dibutuhkan saran dan kritik
bagi pembaca.

Akhir kata semoga Karya Tulis Ilmiah ini dapat bermanfaat bagi
pembaca dan mahasiswa Akper Mappa Oudang Makassar. Semoga segala
bantuan dan kebaikan yang telah diberikan kepada peneliti mendapat imbalan
yang setimpal dari Allah SWT.
Penulis menyadari bahwa dalam penyusunan Proposal ini masih banyak

terdapat kekurangan. Jadi setiap kritikan maupun saran-saran dari pihak yang

bersifat membangun penulis akan menerima dengan senang hati.

Makassar,05 Mei 2018

Penulis

15
ABSTRAK

MUH. YASIN. ASUHAN KEPERWATAN KLIEN YANG MENGALAMI


CEDERA KEPALA DENGAN MASALAH KEPERAWATAN PENURUNAN
KAPASITAS ADAPTIF INTRAKRANIAL DI RUMAH SAKIT BHAYANGKARA
MAKASSAR. (Ns. Tri Damayanty S, S.kep.,M.kep. & Ns. Ridwan, S.Kep., M.Kes. )

Latar Belakang : Cedera kepala atau trauma kepala merupakan salah satu kasus
kematian terbanyak sampai saat ini karena kepala merupakan bagian terpenting
pada manusia. Ringan parahnya cedera dapat memengaruhi kesadaran atau fungsi
kognitif dari pasien tersebut. Salah satu risiko akibat cedera kepala ialah
kematian. Diperkirakan 1,7 juta orang di Amerika Serikat mengalami cedera
kepala setiap tahunnya; 50.000 meninggal dunia, 235.000 dirawat di rumah sakit,
dan 1.111.000, atau hampir 80% dirawat dan dirujuk ke Departemen Instalasi
Gawat Darurat.2 Menurut laporan World Health Organization (WHO),
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013, jumlah data
yang dianalisis seluruhnya 1.027.758 orang untuk semua umur. Adapun
responden yang pernah mengalami cedera 84.774 orang dan tidak cedera 942.984
orang. Prevalensi cedera secara nasional adalah 8,2% dan prevalensi angka cedera
kepala di Sulawesi utara sebesar 8,3%. Prevalensi cedera tertinggi berdasarkan
karakteristik responden yaitu pada kelompok umur 15-24 tahun (11,7%), dan pada
laki-laki (10,1%), (Takatelide, 2013).
Berdasarkan hasil rekam medik rumah sakit Bhayangkara Makassar pada tahun
2017 terdapat sebanyak ( 176 ) kasus Trauma Capitis Tujuan : Untuk
mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek Asuhan Keperawatan pada
pasien yang mengalami cedera kepala dengan Masalah Keperawatan penurunan
kapasitas adaptif intrakranial di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar. Metode :
untuk memperoleh data yang diperlukan dalam penelitian ini adalah metode
wawancara, observasi dan alat tulis. Kesimpulan : Setelah dilakukan Evaluasi
Keperawatan yang ditemukan pada kasus Tn.”N” dengan gangguan Sistem Saraf :
Trauma Capitis dapat teratasi dan di identifikasi adanya kesenjangan antara Teori
dengan Kasus.

16
ABSTRAK

MUH. YASIN. NURSING CLIENT TREATMENT EXPERIENCING


HEAD INJURY WITH THE PROBLEM OF NURSING INTRACTIVE
ADAPTIVE CAPACITY IN BHAYANGKARA MAKASSAR HOSPITAL.
(Ns. Tri Damayanty S, S.kep., M.kep. & Ns. Ridwan, S.Kep., M.Kes.)
Background: Head injury or head trauma is one of the most fatal cases to date
because the head is the most important part in humans. The severity of the injury
can affect the patient's awareness or cognitive function. One risk due to head
injury is death. An estimated 1.7 million people in the United States suffer head
injuries each year; 50,000 died, 235,000 were hospitalized, and 1,111,000, or
nearly 80% were treated and referred to the Department of Emergency
Installation.2 According to a World Health Organization (WHO) report, based on
the results of the 2013 Basic Health Research (RISKESDAS), the number the data
analyzed were 1,027,758 people for all ages. The respondents who had been
injured 84,774 people and not injured 942,984 people. The national injury
prevalence is 8.2% and the prevalence of head injury in North Sulawesi is 8.3%.
The highest injury prevalence was based on the characteristics of respondents,
namely in the age group of 15-24 years (11.7%), and in men (10.1%), (Takatelide,
2013).
Based on the results of the Bhayangkara Makassar hospital in 2017 there were
(176) Traumatic Capitis cases. Purpose: To find out the gap between the theory
and practice of Nursing Care in patients with head injuries with Nursing Problems
decreased intracranial adaptive capacity at Makassar Bhayangkara Hospital.
Method: to obtain the data needed in this study is the method of interviews,
observation and stationery. Conclusion: After the Nursing Evaluation found in
the case of Ny. "N" with disorders of the nervous system: Trauma Capitis can be
resolved and identified the gap between theory and cases.

17
DAFTAR ISI

HAL

SAMPUL LUAR......................................................................... i
SAMPUL DALAM ..................................................................... ii
SURAT PERNYATAAN ........................................................... iii
HALAMAN PERSETUJUA ...................................................... iv
HALAMAN PENGESAHAN..................................................... v
DAFTAR RIWAYAT HIDUP ................................................... vi
ABSTRAK .................................................................................. x
KATA PENGANTAR ................................................................ xi
DAFTAR ISI ............................................................................... xii
DAFTAR TABEL ....................................................................... xv
DAFTAR GAMBAR .................................................................. xvii
DAFTAR ARTI LAMBANG ........................................................................ xviii
DAFTAR LAMPIRAN ............................................................. xx
BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ................................................................... 1


B. Rumusan Masalah .............................................................. 4
C. Tujuan Penulisan ................................................................ 4
D. Manfaat penulisan .............................................................. 5

BAB II TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Tentang Subyek Masalah ..................................... 7


1. Defenisi ......................................................................... 7
2. Batasan Karakteristik .................................................... 7
3. Faktor yang berhubungan .............................................. 7
4. Hasil Nursing Outcome Classification ........................... 8
5. Tujuan / Kriteria Hasil ................................................... 8

18
6. Intervensi NIC ............................................................... 9
B. Tinjauan tentang focus penelitian ....................................... 10
1. Konsep Dasar Medis ..................................................... 10
a. Defenisi ................................................................... 10
b. Anatomi Fisiologi ..................................................... 12
c. Etiologi .................................................................... 15
d. Manifestasi Klinis .................................................... 16
e. Klasifikasi Cedera Otak ........................................... 18
f. Karakteristik Penderita Trauma Kepala .................... 18
g. Tipe trauma kepala ................................................... 19
h. Patofisiologi ............................................................ 20
i. Pemeriksaan Penunjang ........................................... 20
j. Penatalaksanaan ...................................................... 21
k. Komplikasi ............................................................... 21
2. Konsep Keperawatan ..................................................... 24
a. Pengkajian ................................................................ 24
b. Penyimpangan KDM ................................................ 25
c. Diagnosa keperawatan ............................................. 26
d. Intervensi keperawatan ............................................. 27
e. Implementasi ........................................................... 61
f. Evaluasi ................................................................... 61

BAB III METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian ......................................................... 62


B. Subyek Penelitian ............................................................... 62
C. Fokus Studi ........................................................................ 62
1. Kriteria Inklusi ............................................................. 62
2. Kriteria eksklusi ............................................................ 62

19
D. Defenisi Oprasional Fokus Studi ....................................... 63
E. Instrument Penelitian ......................................................... 63
F. Metode Pengumpulan Data ................................................ 63
G. Lokasi dan Penelitian ......................................................... 64
H. Analisa Data ....................................................................... 65
I. Etika Penelitian .................................................................. 65

BAB IV HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil ................................................................................... 67
1. Gambaran lokasi pengambilan data .............................. 67
2. Asuhan keperawatan ..................................................... 67
B. Pembahasan ....................................................................... 94
1. Pengkajian ..................................................................... 94
2. Diagnosa Keperawatan .................................................. 95
3. Perencanaan ................................................................. 98
4. Implementasi Keperawatan .......................................... 99
5. Evaluasi Keperawatan ................................................... 101

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ........................................................................ 103


B. Saran ................................................................................. 105

DAFTAR PUSTAKA ................................................................. 106

20
DAFTAR TABEL

Nomor Halaman

Tabel 2.1 Tujuan dan intervensi diagnosa keperawatan penurunan


kapasitas adaptif intrakranial ……… ....................................... …….. 28
Tabel2.2 Tujuan dan Intervensi Diagnosa Keperawatan Nyeri......................... 32
Tabel 2.3 Tujuan dan Intervensi Diagnosa Keperawatan
Hambatan Mobilisasi Fisik................................................................ 35
Tabel 2.4 Tujuan dan Intervensi Diagnosa Keperawatan
Kerusakan Memori............................................................................ 38
Tabel 2.5 Tujuan dan Intervensi Diagnosa Keperawatan ketidak efektifan
Bersihan jalanna……..............………………………………………. 40
Tabel 2.6 Tujuan dan Intervensi Diagnosa Keperawatan resiko
kekurangan volume cairan …………………………........................ 42
Tabel 2.7 Tujuan dan Intervensi Diagnosa Keperawatan

ketidakseimbangan suhu tubuh………………...........….................... 47

Tabel 2.8 Tujuan dan Intervensi Diagnosa Keperawatan

resiko pendarahan.............................................................................. 51

Tabel 2.9 Tujuan dan Intervensi Diagnosa Keperawatan

resiko Ketidak efektifan perfusi jaringan otak.................................. 53

Tabel 2.10 Tujuan dan Intervensi Diagnosa Keperawatan

resiko infeksi.................................................................................... 55

Tabel 2.11Tujuan dan Intervensi Diagnosa Keperawatan

resiko cedera.................................................................................... 57

Tabel 2.12 Tujuan dan Intervensi Diagnosa Keperawatan

21
Ansietas............................................................................................ 60

Tabel 3. 1 Jadwal Penelitian ………………………………………………....... 64

Tabel 4. 1 Aktivitas Sehari hari........................................................................... 77

Tabel 4. 2 Pemeriksaan Darah Rutin................................................................... 78

Tabel 4. 3 klasifikasi data.................................................................................... 79

Tabel 4. 4 Analisa Data ....................................................................................... 79

Tabel 4. 5 Intervensi ............................................................................................ 82

Tabel 4. 6 Implementasi ...................................................................................... 85

Tabel 4. 7 Evaluasi .............................................................................................. 90

22
DAFTAR GAMBAR

Nomor Halaman

Gambar 2.1 Anatomi Otak ................................................................................. 12

Gambar 4.1 Genogram tiga generasi .................................................................. 69

23
DAFTAR ARTI LAMBANG, SINGKATAN & ISTILAH

Trauma Capitis : Cedera Kepala


Serebrum : Otak Besar
Lobus Pariental : Lobus yang berada dibagian tengah serebrum
Lobus frontal : Lobus yang berada dibagian paling depan
Serebrum
Lobus temporal : Lobus yang berada dibagian bawah dan dipisahkan
dari lobus oksipital
lobus oksipital : Lobus yang berada dibagian belakang lobus
pariental dan lobus temporal
Cerebelum : Otak Kecil
Mensefalon : Otak Tengah
Pons : bagian dari batang otak yang beada diantara
midbrain dan medula oblongata
Medula Oblongata : bagian paling bawah belakang dari batang otak
yang akan berlanjut menjadi medula spinalis
Optikus : Saraf penglihatan
Nervus auditory : Sel saraf yang brfungsi menyalurkan gelombang
suara sampai kepusat pendengaran di otak
MRI : Magnetic resonance magnetik Adalah
poemeriksaan yang memanfaatkan medan magnet
dan energi gelombang radio untuk menampilkan
gambar struktur dan organ dalam tubuh
Rongent : Adalah tindakan enggunakan radiasi untuk
mengambil gambar baian dalam dari tubuh
seseorang
CT-Scan : Computerized toography scan Adalah Pemeriksaan
untuk mendiagnosis dan memonitor beragam
kondisi kesehatan

24
GCS : Glasgow coma scale Adalah Skala Yang di pakai
untuk mengetahii tingkatkesadaran seseorang
TIK : Tekanan intra cranial
Ansieas : Cemas
IV : Intra vena
WBC : White blood cell
HGB : Haemoglobin
PLT : Platelet / trombosit
TTV : Tanda Tanda Vital
RR : respiratoin rate / frekuensi pernapasan
HR : Heart Rate / Detak jantung
O2 : Oksigen
ºC : Celcius
Nervus Olvakterius : Saraf Penciuman
Nervus okulomotorius : Saraf Yg mengontrol gerak bola mata
Nervus troklearis : Saraf Yg mengontrol gerak bola mata kebawah
dan kedalam
Nervus abdusen : Saraf yg berada di otot otot mata
Nervus Trigeminus : persarafan digigi, kulit kepala dan wajah
Nervus fasialis : Saraf yang bekeja pada otot wajah
Nervus Vestibulokoklear : Mensarafi Organ Keseimbangan dan pendngaran
kita
Nervus glosovaringeal : Yang Memiliki Fungsi Sensor di Orofring
Nervus Vagus ; Persarafan Sensri membran Mukosa Dari Jalur
Penernaan
Nrvus Aksesorius : Saraf Aksesoris Krnial
B.d : Berhubungan Dengan
NOC : Nursing Outcome Classification
NIC : Nursing Interventions Classification
WHO : World Healt Organization / organisasi kesehatan
dunia

25
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 : Instrumen Penelitian

Lampiran 2 : Informed consent

Lampiran 3 : Leafleat

Lampiran 4 : SAP (Satuan Acara Penyuluhan)

Lampiran 5 : pengkajian GCS

Lampiran 6 : Lembar Observasi Nyeri

Lampiran 7 : Bukti Proses Bimbingan

26
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Menurut Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 tahun 2009

tentang kesehatan, pasal 117: “Seseorang dinyatakan mati apabila fungsi sistem

ilmu yang mempelajari tentang luka dan cedera serta hubungannya dengan

kekerasan. Cedera termasuk dalam ruang lingkup pembelajaran dalam

traumatologi (Awaloei dkk, 2016).

Cedera kepala merupakan adanya pukulan atau benturan mendadak pada

kepala dengan atau tanpa kehilangan kesadaran (Takalide, 2013).

Mekanisme Cedera Kepala terjadi bila ada kekuatan Mekanik yang

ditransmisikan kejaringan Otak, Mekanisme yang berkontribusi terehadap Cedera

kepala tersebut adalah Akselerasi (Kepala yang diam atau tidak bergerak ditabrak

oleh benda yang bergerak), Deselarasi (kepala yang membentur benda yang tidak

bergerak), Deformasi (benturan pada kepala namun tidak menyebabkan Fraktur

tulang tengkorak tetapi menyebabkan pecahnya pembuludarah vena terdapat di

permukaan kortikal sampai ke dura sehinga terjadi perdarahan subdural).

Menurut World Health Organization (WHO) Tahun 2008, kecelakaan lalu

lintas menjadi penyebab kematian ke-10 di dunia dengan jumlah kematian 1,21

juta (2,1%) dan Menurut Profil Kesehatan Indonesia tahun 2008 cedera

merupakan penyebab kematian utama keempat (6,5%) untuk semua umur setelah

Stroke, TB, dan Hipertensi. Pada pola 10 penyakit penyebab kematian terbanyak

di rumah sakit pada pasien rawat jalan cedera menempati urutan keenam,

27
sedangkan pada pasien rawat inap menempati urutan keempat (Habibie dkk,

2013).

Cedera kepala atau trauma kepala merupakan salah satu kasus kematian

terbanyak sampai saat ini karena kepala merupakan bagian terpenting pada

manusia. Ringan parahnya cedera dapat memengaruhi kesadaran atau fungsi

kognitif dari pasien tersebut. Salah satu risiko akibat cedera kepala ialah

kematian. Diperkirakan 1,7 juta orang di Amerika Serikat mengalami cedera

kepala setiap tahunnya; 50.000 meninggal dunia, 235.000 dirawat di rumah sakit,

dan 1.111.000, atau hampir 80% dirawat dan dirujuk ke Departemen Instalasi

Gawat Darurat.2 Menurut laporan World Health Organization (WHO), setiap

tahunnya sekitar 1,2 juta orang meninggal dengan diagnosis cedera kepala yaitu

akibat kecelakaan lalu lintas (KLL) dan jutaan lainnya terluka atau cacat.

Sebagian besar kematian dapat dicegah. di negara-negara dengan penghasilan

rendah dan menengah, banyak pengguna kendaraan roda dua, terutama pengguna

sepeda motor, dan lebih dari 50% terluka atau meninggal akibat KLL. 3

Persentase jenis kelamin laki-laki lebih tinggi mengalami cedera kepala dibanding

dengan perempuan (Awaloei dkk, 2016).

Prevalensi cedera secara nasional adalah 8,2 persen, dengan prevalensi

tertinggi ditemukan di Sulawesi Selatan (12,8%) dan terendah di Jambi (4,5%).

Perbandingan hasil Riskesdas 2007 dengan Riskesdas 2013 menunjukkan

kecenderungan peningkatan prevalensi cedera dari 7,5 persen menjadi 8,2 persen.

Penyebab cedera terbanyak, yaitu jatuh (40,9%) dan kecelakaan sepeda motor

(40,6%). Proporsi jatuh tertinggi di Nusa Tenggara Timur (55,5%) dan terendah di

Bengkulu (26,6%). Dibandingkan dengan hasil Riskesdas 2007, Riskesdas 2013

28
menunjukkan kecenderungan penurunan proporsi jatuh dari 58 persen menjadi

40,9 persen. Berdasarkan karakteristik, proporsi jatuh terbanyak pada penduduk

umur (Riset Kesehatan Dasar, 2013).

Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (RISKESDAS) tahun 2013,

jumlah data yang dianalisis seluruhnya 1.027.758 orang untuk semua umur.

Adapun responden yang pernah mengalami cedera 84.774 orang dan tidak cedera

942.984 orang. Prevalensi cedera secara nasional adalah 8,2% dan prevalensi

angka cedera kepala di Sulawesi utara sebesar 8,3%. Prevalensi cedera tertinggi

berdasarkan karakteristik responden yaitu pada kelompok umur 15-24 tahun

(11,7%), dan pada laki-laki (10,1%), (Takatelide, 2013).

Berdasarkan hasil rekam medik rumah sakit Bhayangkara Makassar pada

tahun 2017 terdapat sebanyak ( ) kasus Trauma Capitis

Berdasarkan uraian diatas dan penentuan kasus bersama-sama dengan

pembimbing, penulis membuat karya tulis ilmiah dengan judul Penurunan

Kapasitas Adaptif Intrakranial di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

B. Rumusan Masalah

Bagaimanakah Asuhan Keperawatan pada klien yang mengalami cedera

kepala dengan Masalah Keperawatan penurunan kapasitas adaptif intrakranial di

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar?.

C. Tujuan

1. Tujuan umum

Untuk mengetahui kesenjangan antara teori dan praktek Asuhan

Keperawatan pada pasien yang mengalami cedera kepala dengan Masalah

29
Keperawatan penurunan kapasitas adaptif intrakranial di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar.

2. Tujuan Khusus

a. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam melaksanakan

pengkajian keperawatan pada pasien yang mengalami Cedra Kepala

dengan Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar.

b. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam menegakkan

diagnosa keperawatan pada pasien yang mengalami Cedera Kepala

dengan Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial di Rumah Sakit

Bhayangkara Makassar.

c. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam menetapkan

rencana keperawatan pada pasien yang mengalami Cedera Kepala dengan

Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial di Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar.

d. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam

mengimplementasikan rencana asuhan keperawatan pada pasien yang

mengalami Cedera Kepala dengan Penurunan Kapasitas Adaptif

Intrakranial di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

e. Diketahuinya kesenjangan antara teori dan praktek dalam melaksanakan

evaluasi Keperawatan pada pasien yang mengalami Cedera Kepala dengan

Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial di Rumah Sakit Bhayangkara

Makassar.

30
D. Manfaat

1. Teoritis

Meningkatkan pengembangan Ilmu Keperawatan dan pengetahuan bagi

pembaca agar dapat menambah wawasan dan dapat melakukan pencegahan

untuk diri sendiri dan orang disekitarnya agar tidak terkena Cedera Kepala

2. Praktisi

a. Perawat

Dapat menjadi masukan bagi Perawat dalam meningkatkan kualitas

Asuhan Keperawatan khususnya bagi klien Cedera Kepala untuk

membantu penyembuhan bagi Perawat.

b. Rumah Sakit

Meningkatkan mutu pelayanan di Rumah Sakit sebagai acuan asuhan

keperawatan pada klien khususnya pada penderita Cedera Kepala

c. Institusi Pendidikan

1) Sebagai sumber informasi bagi institusi dalam meningkatkan program

Diploma III Keperawatan pada masa yang akan datang.

2) Sebagai bahan bacaan di perpustakaan.

3) Sebagai salah satu persyaratan dalam menyelesaikan program Diploma

III Keperawatan di Akademi Keperawatan Mappa Oudang Makassar

program khusus Diploma III.

d. Klien dan Peneliti

1) Untuk meningkatkan pengetahuan klien tentang pencegahan, cara

perawatan dan pengobatan pada klien Cedera Kepala

31
2) Sebagai pembelajaran untuk penulis dalam mengembangkan

kemampuan diri penulis dalam menerapkan Asuhan Keperawatan

khususnya pada klien Cedera Kepala

3) Sebagai salah satu persyaratan dalam meneyelesaikan program

Diploma III Keperawatan di Akademi Keperawatan Mappa Oudang

Makassar program khusus Diploma III.

32
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjuan tentang penurunan kapasitas adaptif intrakranial

1. Defenisi

Menurut DPP PPNI (2016), Penurunan kapasitas adaptif intrakranial

adalah gangguan mekanisme dinamika intrakranial dalam melakukan

kompensasi terhadap stimulus yang dapat menurunkan kapasitas

intrakranial.

2. Batasan karakteristik

Menurut wilkinson dan Ahern (2014), Batasan Karakteristik

Penurunan Kapasitas Intrakranial dibagi menjadi :

a. Nilai dasar TIK ≥ 10 mmHg.

b. Peningkatan TIK yang tidak profesional setelah terdapat satu stimulus

lingkungan atau stimulus tindakan keperawatan.

c. Peningkatan bentuk gelombang P2 TIK.

d. Peningkatan TIK > 10 mmHg secara berulang selama lebih dari lima

menit setelah terdapat stimulus eksternal yang bermacam.

e. Variasi hasil uji respons-volume ( rasio volume-tekanan >2,

perhatikan bahwa indeks tekanan-volume < 10 ).

f. Bentuk gelombang TIK amplitudo yang luas.

3. Faktor yang berhubungan

Menurut wilkinson dan Ahern (2014), Faktor yang berhubungan

dengan penurunan kapasitas adaptif intra kranial adalah sebagai berikut :

33
a. Cedera otak.

b. Penurunan tekanan perfusi serebral ≤ 50-60 mmHg.

c. Peningkatan kontinuTIK ≥ 10-15 mmHg.

d. Hipotensi sistemik dengan hipertensi intrakranial.

4. Hasil Nursing Outcome Classification (NOC)

Menurut Wilkinson dan Ahern (2014), Nursing Outcome Classication

penurunanan kapasitas adaptif intrakranial adalah sebagai berikut :

a. Status neurologis :

Kemampuan sistem saraf perifer dan sistem saraf pusat untuk

menerima, memproses, dan merespon stimulus ionternal dan eksternal.

b. Status neurologis kesadaran :

kondisi terjaga, orientasi, dan perhatian terhadap lingkungan.

c. Pengendalian kejang :

Tindakan individu untuk menurunkan atau meminimalkan terjadinya

episode kejang.

d. Perfusi jaringan serebral.

e. Keadekuatan aliran darah yang melewati vaskulatur serebral untuk

mempertahankan fungsi otak.

5. Tujuan / kriteria Evaluasi

Menurut Wilkinson dan Ahern (2014), Tujuan / Kriteria Evaluasi

adalah sebagai berikut :

contoh menggunakan bahasa NOC.

a. Mendemonstrasikan peningkatan kapasitas adaptif intrakranial, yang di

buktikan oleh status neorologis : kesadaran, pengendalian kejang.

34
b. Menunjukkan status neorologis yang di buktikan oleh indikator

sebagai berikut ( sebutkan 1-5 : gangguan eksterm, berat sedang,

ringan atau tidak ada gangguan ) :

1) Ukuran dan reaktifitas pupil.

2) Komunikasi sesuai dengan situasi.

3) Pola napas.

4) Tekanan darah tekanan intrakranial.

5) Fungsi sensory / motorik spinal.

6) Fungsi sensori / motorik pusat.

Contoh lain

1) Tekanan perfusi serebral akan mencapai ≥ mmHg (pada orang

dewasa), dengan kurang dari lima episode abnormal dalam 24 jam.

2) Tekanan intrakranial akan stabil pada empat episode atau kurang

dalam 24 jam.

6. Intervensi NIC

Menurut Wilkinson dan Ahern (2014), Intervensi Pada konsep

keperawatan Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial adalah sebagai

berikut :

a. Menegement edema serebral :

Membatasi cedera serebral sekunder akibat pembengkakan jaringan

otak

35
b. Promosi perfusi serebral :

meningkatkan keadekuatan perfusi dan pembatasan komplikasi bagi

pasien yang mengalami atau beresiko mengalami ketikadekuatan

perfusi serebral

c. Pemantauan tekanan intrakranial (TIK) : mengukur dan

menginterpretasi data pasien untuk mengtur tekanan intrakranial

d. Pemantauan neorologis :

Mengumpulkan data menganalisa data pasien untuk mencegah atau

meminimalkan komplikasi neorologis

e. Management kejang :

Merawat pasien selama status kejang dan setelah kejang

f. Kewaspadaan kejang :

Mencegah atau meminimalkan potensi cedera lebih lanjut pada pasien

yang di ketahui menderita gangguan kejang

g. Surveilans :

Mengumpulkan, menginterprestasi, dan mengintesis secara terarah dan

kontinu untuk membuat keputusamn klinis

B. Tinjauan tentang focus penelitian

1. Konsep Dasar Medis

a. Defenisi

Trauma kepala atau trauma kapitis adalah suatu ruda paksa (trauma

) yang menimpa struktur kepla sehingga dapat menimbulkan kelainan

struktural dan atau gangguan fungsional jaringan otak ( bararah dkk,

2013 )

36
Cedera kepala adalah suatu gangguan traumatik dari fungsi otak

yang disertai atau tanpa perdarahan intertistial dalam subtansi otak

tanpa di ikuti terputusnya kontiunitas otak ( Krisanty dkk, 2013)

Cedera kepala merupakan cedera yang meliputi trauma kulit

kepala, tengkorak dan otak. (Nurarif & Kusuma, 2015).

Cedera kepala secara luas di definisikan sebagai adanya tanda-

tanda sebagai berikut : (Adanya riwayat benturan pada kepala, adanya

cedera pada sclap yang dapat berupa hematom atau abrasi, adanya

gambaran fraktur, pada polos atau pada CT-scan kepala, adanya

gambaran klinis fraktur basis kranial, adanya gambaran klinis cedera

otak seperti : penurunan kesadaran, amnesia, defisit neorologis, kejang

) ( Arifin & Risdianto, 2013)

Cedera kepala merupakan pukulan / benturan mendadak pada

kepala dengan atau tanpa kehilangan kesadaran ( Wijaya & Putri,

2013).

Cedera kepala yaitu adanya deformitas berupa penyimpanagan

bentuk atau penyimpangan garis pada tulang tengkorak, percepatan

dan perlambatan perlambatan (accelerasi-Descalarasi) yang merupakan

perubahan bentuk dipengaruhi oleh perubahan peningkatan pada

percepatan fector dan penurunan percepatan, serta rotasi yaitu

pergerakan pada kepala dirasakan juga oleh otak sebagai akibat

perputaran pada tingkat pencegahan (padilla, 2012)

Trauma kepala adalah suatu trauma yang mengenai daerah kulit

kepala, tulang tengkorak kepala atau otak yang terjadi akibat cedera

37
baik secara langsung maupun langsung pada kepala (iqbal wahit, Dkk

2015)

b. Anatomi fisiolgi

Gambar 2.1:
Gambar Anatomi fisiologi Bagian-bagian Otak.

Menurut Yunivitasari (2014) Seperti terlihat pada gambar di atas,

otak terdiri dari tiga bagian, yaitu :

1) Serebrum (Otak Besar)

Serebrum adalah bagian terbesar dari otak yang terdiri dari dua

hamisfer. Hamisfer kanan berfungsi untuk mengontrol bagian

tubuh sebelah kiri dan hamisfer kiri berfungsi untuk mengontrol

bagian tubuh sebelah kanan. Masing-masing hamisfer terdiri dari

empat lobus. Bagian lobus yang menonjol disebut gyrus dan bagian

lekukan yang menyerupai parit disebut sulkus. Keempat lobus

tersebut masing-masing adalah lobus frontal, lobus parietal, lobus

oksipital dan lobus temporal

a) Lobus parietal merupakan lobus yang berada di bagian tengah

serebrum. Lobus parietal bagian depan dibatasi oleh sulkus

38
sentralis dan bagian belakang oleh garis yang ditarik dari

sulkus parieto-oksipital ke ujung posterior sulkus lateralis

(Sylvian). Daerah ini berfungsi untuk menerima implus dari

sebuah saraf sensorik thalamus yang berkaitan dengan segala

bentuk sensasi dan mengenali segala jenis rangsangan somatik

b) Lobus frontal merupakan bagian lobus yang ada di bagian

paling depan dari serebrum. Lobus ini mencakup semua

korteks anterior sulkus sentral dari Rolando. Pada daerah ini

terdapat area motorik untuk mengontrol gerakan otot-otot,

gerakan bola mata; area borca sebagai pusat bicara; dan area

frontal (area asosiasi) yang mengontrol aktivitas intelektual

c) Lobus temporal berada di bagian bawah dan dipisahkan dari

lobus oksipital oleh garis yang ditarik secara vertikal ke bawah

dari ujung atas sulkus lateral. Lobus temproral berperan

penting dalam kemampuan 10 pendengaran, pemaknaan

informasi dan bahasa dalam bentuk suara

d) Lobus okspital berada di belakang lobus parietal dan lobus

temporal. Lobus ini berhubungan dengan rangsangan visual

yang memungkinkan manusia mampu melakukan interpretasi

terhadap objek yang ditangkap oleh retina mata.

2) Serebrum (Otak Kecil)

Sereblum atau otak kecil adalah komponen terbesar kedua otak.

Sebelum terletak di bagian bawah belakang kepala, berada di

belakang 11 batang otak dan di bawah lobus oksipital, dekat

39
dengan ujung leher bagian atas. Sereblum adalah pusat tubuuh

dalam mengontrol kualitas gerakan. Sereblum adalah pusat tubuh

dalam mengontrol kualitas gerakan. Sereblum juga mengontrol

banyak fungsi otomatis otak, diantaranya : mengatur sikap atau

posisi tubuh, mengontrol keseimbangan, koordinasi otot dan

gerakan tubuh. Selain itu, sereblum berfungsi menyimpan dan

melaksanakan serangkaian gerakan otomatis yang dipelajari seperti

gerakan mengendarai mobil, gerakan tangan saat menulis, gerakan

mengunci pintu dan sebagainya.

3) Batang Otak

Batang otak berada di dalam tulang tengkorak atau rongga

kepala bagian dasar dan memanjang sampai medulla spinalis.

Batang otak bertugas untuk mengontrol tekanan darah, denyut

jantung, pernafasan, kesadaran, serta pola makan dan tidur. Bila

terdapat massa pada batang otak maka gejala yang sering timbul

berupa muntah, kelemahan otak wajah baik satu maupun dua sisi,

kesulitan menelan, diploma, dan sakit kepala ketika bangun.

Batang otak terdiri dari tiga bagian, yaitu :

a) Mesensefalon atau otak tengah (disebut juga mid brain) adalah

bagian teratas dari batang otak yang menghubungkan serebrum

dan serebelum. Saraf kranial III dan IV diasosiasikan dengan

otak tengah. Otak tengah berfungsi dalam hal mengontrol

respon penglihatan, gerakan mata, 12 pembesaran pupil mata,

mengatur gerakan tubuh dan pendengaran.

40
b) Pons merupakan bagian dari batang otak yang berada diantara

midbrain dan medulla oblongata. Pons terletak di fossa kranial

posterior. Saraf Kranial (CN) V diasosiasikan dengan pons.

c) Medulla oblongata adalah bagian paling bawah belakang dari

batang otak yang akan berlanjut menjadi medulla spinalis.

Medulla oblongata terletak juga di fossa kranial posterior. CN

IX, X, dan XII disosiasikan dengan medulla, sedangkan CN VI

dan VIII berada pada perhubungan dari pons dan medulla.

c. Etiologi

Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), Etiologi Cedera Kepala

terbagi menjadi :

1) Cedera Akselerasi

Terjadi jika objek bergerak menghantam kepala yang tidak

bergerak (Mis. Alat pemukul menghantam kepala atau peluru yang

di tembakkan kekepala).

2) Cedera Deselerasi

Terjadi jika kepala yang bergerak membentur obyek diam,

seperti pada kasus jatuh atau tabrakan mobil ketika kepala

membentur kaca depan mobil.

3) Cedera Akselerasi-deselerasi

Sering terjadi dalam kasus kecelakaan kendaraan bermotor dan

episode kekerasan fisik.

41
4) Cedera Coup-countre coup

Terjadi jika kepala terbentur yang menyebabkan otak bergerak

dalam ruang kranial dan dengan kuat mengenai area tulang

tengkorak yang berlawanan serta area kepala yang pertama kali

terbentuk. Sebagai contoh pasien di pukul di bagian belakang

kepala.

5) Cedera Ratisional

Terjadi jika pukulan atau benturan menyebabkan otak berputar

dalam rongga tengkorak, yang mengakibatkan peregangan atau

robeknya neuron dalam subtansia alba serta robeknya pembuluh

darah yang memfiksasi otak dengan bagian dalam rongga

tengkorak.

d. Manifestasi Klinik

Menurut Krisanty dkk (2013), Manifestasi Klinis Cedrea Kepala

terdiri dari :

1) Peningkatan TIK, dengan Manifestasi klinia sebagai berikut :

a) Trias TIK : penurunan tingkat kesadaran, gelisah / Iritable

b) Penurunan fungsi Neurologis, seperti : perubahan berbicara

c) Sakit Kepala, Mual, Pandangan kabur

2) Fraktur Tengkorak, dengan Manifestasi Klinis sebagai berikut :

a. CSF atau darah mengalir dari telinga dan hidung.

b. Pendarahan di belakang membran timpani.

c. Periorbital Ekhimosis.

d. Battle’s Sign (Memar di daerah Mastoid).

42
3) Kerusakan saraf Cranial dan telinga tengah dapat terjadi saat

kecelakaan terjadi atau kemudian dengan Manifestasi sebagai

berikut:

a) Perubahan penglihatan akibat kerusakan Nervus Optikus.

b) Pendengaran berkurang akibat kerusakan Nervus Auditory.

c) Hilangnya daya penciuman akibat kerusakan Nervus

Olfaktorius.

d) Pupil dilatasi, ketidakmapuan mata bergerak akibat kerusakan

Nervus Okulomotor.

e) Vertigo akibat kerusakan Otolith di telinga tengah.

f) Nistagmus karna kerusakan sistem Vestibular.

4) Komosio Cerebri, dengan Manifestasi sebagai berikut :

a) Sakit kepala-pusing

b) Retrograde Amnesia

c) Tidak sadar atau sama dengan 5 menit

5) Kontusio Cerebri, dengan Manifestasi sebagai berikut : terjadi pada

injuri berat, termasuk fraktur servikalis

Menurut Wijaya dan putri (2013), Manifestasi Klinis Cedera

Kepala adalah sebagai berikut :

1) Gangguan otak

2) Pendarahan Epidural / Hematoma Epidural

3) Hematoma Subdural

4) Hematoma Intrakranial

5) Fraktur Tengkorak

43
e. Klasifikasi Cedera Kepala

Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), Klasifikasi Cedera Kepala

berdasarkan patologi dibagi menjadi dua yaitu :

1) Cedera kepala primer

Merupakan akibat cedera awal. Cedera awal menyebabkan

gangguan integritas fisik, kimia dan listrik dari sel di area tersebut,

yang menyebabkan kematian sel.

2) Cedera kepala sekunder

Cedera ini merupakan cedera yang menyebabkan kerusakan

otak lebih lanjut yang terjadi setelah trauma sehingga

meningkatkan tekanan intrakranial yang tidak terkendali, meliputi

respon fisiologis cedera otak, termasuk edema cerebral, iskemia

cerebral, hipotensi sistemik dan infeksi lokal atau sistem.

f. Karakteristik trauma kepala

Menurut Barara dan Jauhar (2013), karakteristik trauma kepala

terbagi menjadi :

1) Jenis kelamin

Pada populasi secara keseluruhan laki-laki dua kali ganda lebih

banyak mengalami trauma kepala dari perempuan. Namun, pada

usia lebih tua perbandingan hampir sama. Hal ini dapat terjadi pada

usia yang lebih tua di sebabkan karna terjatuh

2) Umur

Resiko trauam kepala adalah dari umur 15-30 tahun, hal ini di

sebabkan karena pada kelompok umur ini banyak terpengaruh

44
dengan alkohol narkoba dan kehidupan sosial yang tidak

bertanggung jawab.

g. Tipe trauma kepala

Menurut Rendi & Margareth (2012), Tipe Trauma Kepala dibagi

menjadi :

1) Trauma kepala terbuka

Kerusakan otak dapat terjadi bila tulang tengkorak masuk

kedalam jaringan otak dan melukai :

a) Merobek durameter LCS merembes.

b) Saraf otak

c) Jaringan otak

Gejala fraktur basis :

a) Battle sign.

b) Hemotympanum

c) Periorbital echymosis.

d) Rhinorrhoe.

e) Orthorrhoe.

f) Brill hematom

2) Trauama kepala tertutup

a) Komosio / geger otak

b) Kontosio / memar otak

c) Hematom epidural

d) Hematom subdural

e) Hematom intrakranial

45
h. Patofisiologi

Menurut Krisanty dkk (2013), Patofisiologi Cedera Kepala adalah

sebagai berikut:

Suatu sentakan traumatik pada kepala menyebabkan cedera kepala.

Sentakan biasanya tiba-tiba dan dengan kekuatan penuh, seperti jatuh,

kekelakaan kendaraan bermotor, atau kepala terbentur. Jika sentakan

menyebabkan suatu trauma akselerasi-deselerasi atau caup-

countercoup, maka kontusio serebri dapat terjadi. Trauma akselerasi-

deselerasi dapat terjadi langsung dibawah sisih yang terkena ketika

otak terpantul ke arah tengkorak dari kekuatan suatu sentakan (suatu

pukulan benta tumpul, sebagai contoh), ketika kekuatan sentakan

mendorong otak terpantul ke arah sisi berlawanan tengkorak, atau

ketika kepala terdorong kedepan dan terhenti seketika. Otak terus

bergerak dan terbentur kembali ketengkorak (akselerasi) dan terpantul

(deselerasi).

i. Pemeriksan penunjang

Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), pemeriksaan penunjang

terdiri dari :

1) Foto polos tengkorak (skull X-ray)

2) Angiografi Serebral

3) Pemeriksaan MRI

4) CT-Scan : indikasi ct-scan nyeri kepala atau muntah-muntah,

penurunan GCS lebih 1 point, adanya lateralisasi, bradikardi

(nadi<60x/mnt), Fraktur impresi dengan laterisasi yang tidak

46
sesuai, tidak ada perubahan selama 3 hari perawatan dan luka

tembus akibat benda tajam atau peluru

j. Penatalaksanaan

Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), Penatalaksanaan cedera

kepala adalah sebagai berikut :

1) Stabilisasi kardiopulmoner mencakup prinsip-prinsip ABC (

Airway-Breaiting-Circulation ).

2) Semua cedera kepala berat memerlukan tindakan intubasi pada

kesempatan pertama.

3) Pemeriksaan umum untuk mendeteksi berbagai macam cedera atau

gangguan-gangguan di bagian tubuh lainnya.

4) Pemeriksaan neorologis mencakup respon mata, motorik, verbal,

pemeriksaan pupil, reflex okulosefalik dan reflex okulover tubuler.

Penilaian neurologis kurang bermanfaat bila tekanan darah rendah

(syok).

5) Penanganan cedera di bagian-bagian lainnya.

6) Pemberian pengobatan seperti : antiedemaserebri, anti kejang dan

natrium bikarbonat.

7) Tindakan pemeriksaan diaknostik seperti : sken tomografi

komputer otak, angiografi serebral, dan lainnya.

k. Komplikasi

Menurut Wijaya & Putri (2013), komplikasi Cedera Kepala dibagi

menjadi :

47
1) Epilepsi pasca trauma

Adalah suatu kelaianan dimana kejang terjadi beberapa waktu

setelah otak mengalami cedera setelah mengalami benturan di

kepala. Kejang bisa saja baru terjadi setelah beberapa kemudian

setelah terjadinya cedera.

2) Afasia

adalah hilangnya kemampuan untuk menggunakan bahasa

karena terjadinya cedera pada area bahasa di otak. Penderita tidak

mampu memahami atau mengekspresikan kata-kata. Bagian otak

yang mengendalikan fungsi bahasa adalah lobus temporalis sebelah

kiri dan bagian lobus frontalis di sebelahnya. Kerusakan pada

bagian manapun dari area tersebut karena stroke , tumor, cedera

kepala atau infeksi,akan mempengaruhi beberapa aspek dari fungsi

bahasa.

3) Apraksia

Adalah ketidakmampuan untuk melakukan tugas yang

memerlukaan ingatan atau serangkaian gerakan.

4) Agnosis

Merupakan suatau kelaianan dimana penderita dapat melihat

dan merasakan sebuah benda tetapi tidak dapat menghubungkan

nya dengan peran atau fungsi normal dari benda tersebut.

48
5) Amnesia

Hilangnya sebagian atau seluruh kemampuan untuk mengingat

peristiwa yang baru saja terjadi atau peristiwa yang lama berlalu.

Penyebab masih belum bisa di mengerti.

6) Fistel karotis-kavernosus

Ditandai oleh trias gejala : eksoftalmus, kemosis, dan buit orbite,

dapat timbul segera atau beberapa hari setelah cedera.

7) Diabetes insipidus

Disebabkan oleh kerusakan traumatik pada tingkai hipofisis,

menyebabkan penghentian sekresi hormone antidiuretik.

8) Kejang pasca trauma

Kejang dini menunjukkan resiko yang meningkat untuk kejang

lanjut, dan pasien harus dipertahankan dengan antikonvulsan

9) Kebocoran cairan sesrebrospinal

dapat di sebabkan oleh rusaknya leptomeningen dan terjadi pada 2-

6 % pasien dengan cedera kepala tertutup

10) Edema sesrebral & herniasi

Penyebab paling umum dari peningkatan TIK, puncak edema

terjadi 72 jam setelah cedera. Perubahan TD, frekuensi Nadi,

pernafasan tidak teratur merupakan gejala klinis adanya

peningkatan TIK.

11) Defisit Neurologis & fisiologis Tanda awal penurunan fungsi

neurologis : perubahan TK kesadaran, Nyeri kepala hebat, mual /

muntah proyektil ( tanda dari peningkatan TIK )

49
2. Konsep Keperawatan

a. Pengkajian

Menurut Wilkinson dan Ahern (2014), Pengkajian Asuhan

Keperawatan adalah sebagai berikut :

1) Pantau tekanan intrakranial (TIK) dan tekanan perfusi serebral

(TPS) secara kontinu dengan persi alarm aktif.

2) Pantau status neorologis pada interval yang teratur (misalnya,

tanda vital, ukuran, bentuk dan reaksi pupil cahaya, kesimetrisan

pupil ; status kesadaran/ mental ; respon terhadap stimulus nyeri ;

kemampuan untuk mengikuti perintash ; kesimetrisan respon

motorik ; refleks, seperti babinski, berkedip, batuk, muntah atau

gag ).

3) Perhatikan kejadian yang merangsang terjadinya perubahan bentuk

gelombang TIK (mis, perubahan posisi dan tindakan penghisapan)

4) Tentukan data dasar tanda vital dan irama jantung, dan pantau

adanya perubahan selamadan setelah aktivitas.

5) Pemantauan tekanan intrakranial (TIK) (NIC) :

a) Pantau selang tekanan terhadap ada nya gelembung.

b) Pantau jumlah dan kecepatan drainase cairan serebrospinal.

c) Pantau asupan dan haluaran.

d) Pantau area insersi terhdap infeksi.

e) Pantau suhu dan hitung jumlah sel darah putih.

f) Periksa kaku kuduk pada pasien.

50
b. PenyimpanganKDM

Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), Penyimpngan KDM Cedera

Kepala sebagai berikut.

Trauma kepala

ekstra kranial tulang kranial intrakranial

jaringan kontiunitas resiko pendarahan terputusnya kontiunitas jaringan otak


jaringan kulit, otot jaringan tulang rusak
vaskuler
-perubahan autoregulasi
-odema cerebral
-perubahan gangguan suplai resiko infeksi nyeri akut
-hemastoma darah kejang
Kerusakan memori

Perubahan iskemia gangguan -bersihan jalan


sirkulasi CSS neourologi vokal napas
resiko ketidak efektifan vokal -obtruksi jalan
peningkatan TIK perfusi jaringan otak napas
-dipsnea
- henti napas
-perubahan pola
napas
defisit neurologis
gillus medialis lobus -mual muntah penurunan kapasitas
temporalis bergeser -papilodema adaptif intrakranial ganguan persepsi
-pandangan kabur sensori
herniasi ulkus -penurunan fungsi resiko kekurangan
-pendengaran volume cairan
-nyeri kepala
Kompresi medula
Oblongata
Mensefalon tertekan
Resiko cedera tongsil cerebrum
bergeser

Gangguan kesadaran Mobilisasi kerusakan mobilisasi


Fisik

Ansietas

Ketidakefektifan
bersihan jalan napas

67
c. Diagnosa (Wilkinson & Ahern, 2014; Nurarif & Kusuma, 2016)

1) Penurunan kapasitas adaptif intrakranial.

2) Nyeri b.d agen cidera biologis kontraktur, terputusnya jaringan

tulang.

3) Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan persepsi / kognitif, terapi

pembatasan / kewaspadaan keamanan, misal tirah baring,

immobilisasi.

4) kerusakan memori b.d hipoksia, gangguan neurologis

ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d oobtruksi jalan nafas,

ditandai, dengan depsnea.

5) ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas,

ditandai dengan depsnea.

6) Resiko kekurangan volume cairan b.d perubahan kadar elektrolit

serum, muntah.

7) Resiko ketidak seimbangan suhu tubuh Resiko pendarahan b.d

trauma, riwayat jatuh.

8) Resiko pendarahan b.d trauma, riwayat jatuh.

9) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan

ruangan untuk perfusi serebral, sumbatan aliran darah serebral.

10) Resiko infeksi.

11) Resiko cidera b.d penurunman tingkat kesadaran, gelisah, agitasi,

gerakan involunter dan kejang.

12) Ansietas.

68
d. Intervensi

Menurut Nurarif dan Kusuma (2016), Intervensi Asuhan

Keperawatan Cedera Kepala sebagai berikut

1) Penurunan kapasitas adaptif intrakranial

No Diagnosa Tujuan dan kriteria INTERVENSI


Keperawatan hasil (NOC) (NIC)

1 Penurunan NOC Intrakranial


kapasitas 1. Circulation pressure (ICP)
adaptif status monitoring
intrakranial 2. Tissue (monitor tekanan
Batasan prefusion : intrakranial)
karakteristik : cerebral a. berikan
1. Nilai dasar Kriteria hasil : informasi
TIK ≥ 10 1. Mendemonstr kepada
mmHg asikan status keluarga
2. Peningkatan sirkulasi yang b. monitor
TIK yang di tandai tekanan perfusi
tidak dengan serebral
profesional c. catan respon
setelah a. Tekanan pasien
terdapat systol dan terhadap
satu stimulus dyastol stimulasi
lingkungan dalam d. monitor
atau rentang tekanan
stimulus yang di intrakranial
tindakan harapkan dan respon
keperawatan 120 / 80 neurologi
3. Peningkatan mmHg terhadap
bentuk b. tidak ada aktivitas
gelombang ortostatik e. monitor
P2 TIK hipertensi jumlah
4. Peningkatan c. tidak ada drainage
TIK > 10 tanda- cairan
mmHg tanda cerbrospinal
secara peningkata f. monitor intake
berulang n tekanan dan output
selama lebih intrakrani cairan
dari lima al (lebih g. monitor
menit setelah dari 15 suhu dan
terdapat mmHg) angka
stimulus WBC
2. mendemonstr
eksternal h. kolaborasi
asikan
yang pemberian anti
kemampuan

69
bermacam kognitif yang biotik
ditandai i. posisikan
5. Variasi hasil dengan : pasien pada
uji respons- posisi semi
volume ( a. berkomuni fowler
rasio kasi j. minimalkan
volume- dengan stimulus dari
tekanan >2, jelas dan lingkungan
perhatikan sesuai 4. peripheral sensation
bahwa dengan management
indeks kemampua (management
tekanan- n sensasi perifer)
volume < 10
b. menunjuk a. monitor adanya
)
kan daerah tertentu
6. Bentuk
perhatian yang hanya
gelombang
konsentras peka terhadap
TIK
i dan panas atau
amplitudo
orientasi dingin, tajam
yang luas
c. memproses atau tumpul
Faktor yang
informasi
berhubungan :
d. membuka b. monitor adanya
1. Cedera otak
keputusan paretese
2. Penurunan
dengan c. intruksikan
tekanan
benar keluarga untuk
perfusi
3. menunjuk mengobservasi
serebral ≤
sensory kulit jika ada isi
50-60 mmHg
motorik atau leserasi
3. Peningkatan
kranial yang d. gunakan sarung
kontinuTIK
utuh : tangan untuk
≥ 10-15
proteksi
mmHg a. tingkat e. batasi gerakan
4. Hipotensi kesadaran pada kepala,
sistemik b. tidak ada leher dan
dengan gerakan punggung
hipertensi involunter f. monitor
intrakranial
kemampuan
BAB
g. kolaborasi
pemberian
analgesik
h. monitor adanya
tromboplebits
Tabel 2.1:Intervensi Keperawatan NIC dan Kriteria Hasil NOC Diagnosa
Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial

70
2) Nyeri b.d agen cidera biologis kontraktur terputusnya jaringan

tulang

No Diagnosa Tujuan dan kriteria INTERVENSI


keperawatan hasil (NOC) (NIC)
2 Nyeri Nursing Outcome Nursing
Batasan Classification Intervention
karakteristik : (NOC) Classification
1. Perubahan (NIC)
selera makan 1. Pain Level
2. Perubahan 2. Pain control Pain Management
tekanan 3. Comfort level
Kriteria Hasil: 1. Lakukan
darah
pengkajian
3. Perubahan
1. Mampu nyeri secara
frekwensi
mengontrol komprenhensif
pernapa-san
nyeri (tahu termasuk
4. Laporan
penyebaab lokasi,
isyarat
nyeri, mampu karakteristik,
5. Diaphoresis
menggunakan durasi,
6. Perilaku
tehnik frekuensi,
Distraksi
nonfarmakolo kualiaas dan
7. Mengeks-
-gi untuk faktor
presikan
menguragi presipitasi
perilaku
nyeri, 2. Observasi
8. Sikap
mencari reaksi non
melindungi
bantuan) verbal dari
area nyeri
2. Melaporkan ketidaknyaman
9. Sikap tubuh
bahwa an
melindungi
nyerinya 3. Gunakan
10. D
bekurag teknik
ilatasi pupil
dengan komunikasi
11. M
menggunakan terapeutik
elaporkan
manajemen untuk
nyeri secara
nyeri mengetahui
verbal
3. Mampu pengalaman
12. M
mengenali nyeri pasien
asker wajah
nyeri (skala, 4. Kaji kultur
(misalnya,
intesitas, yang
tampak
frekuensi dan mempengaruhi
kacau,gera-
tanda nyeri) resep nyeri
kan mata
Menyatakan 5. Evaluasi
kurang
rasa nyaman pengalaman

71
bercahaya setelah nyeri nyeri masa
dan tetap berkurang. lampau
satu fokus 6. Evaluasi
meringis) bersama pasien
dan tim
kesehatan lain
Faktor yang tentang
berhubungan: ketidakefektifa
n kontrol nyeri
Agen cidera
masa lampau
(misalnya
biologis, zat
7. Bantu pasien
kimia, fisik,
dan keluarga
psikologis).
untuk mencari
dan
menemukan
dukungan
8. Control
lingkungan
yang dapat
mempengaruhi
nyeri seperti
suhu ruangan ,
pencahayaan
dan kebisingan
9. Kurangi faktor
presipitasi
nyeri
10. Pilih dan
lakukan
penanganan
nyeri
(farmakologi,
non
farmakologi
dan
interpersonal)
11. Kaji tipe dan
sumber nyeri
untuk
menentukan
intervensi
12. Ajarkan
tentang teknik
non
farmakologi
13. Berikan
analgetik untuk

72
mengurangi
nyeri
14. Evaluasi
ketidakefektifa
n control nyeri
15. Tingkatkan
istirahat
16. Kolaborasi
dengan dokter
jika ada
keluhan dan
tindakan nyeri
yang tidak
berhasil
17. Monitor
penerimaan
pasien tenang
manajemen
nyeri
Analgesic
Adminiistration

1. Tentukan
lokasi,
karakteristik,
kualitas, dan
derajat nyeri
2. sebelum
pemberian obat
3. Cek intruksi
dokter tentang
jenis obat, dosis
dan frekuensi
4. Cek riwayat
alergi Pilih
analgesik yang
diperlukan atau
kombinasi
analgesik
ketika
pemberian
lebih dari satu
5. Tentukan
pilihan
analgesik
tergantung tipe
dan beratnya
nyeri

73
6. Tentukan
analgesik
pilihan,rute
pemberian ,
dan dosis
optimal
7. Pilih rute
pemberian
secara IV,IM
untuk
pengobatan
nyeri secara
teratur
8. Monitor vital
sign sebelum
dan sesudah
pemberian
analgesik
pertama kali
9. Berikan
analgesik tepat
waktu terutama
saat nyeri hebat
10. Evaluasi
afektivitas
analgesik,tanda
dan gejala

Tabel 2.2: Intervensi Keperawatan NIC dan Kriteria Hasil NOC Diagnosa Nyeri

3) Hambatan mobilitas fisik b.d kerusakan persepsi / kognitif, terapi

pembatasan / kewaspadaan keamanan, misal tirah baring,

immobilisasi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria INTERVENSI


Keperawatan hasil (NOC) (NIC)

1 Hambatan Noc 1.Monitoring vital


mobilitas fisik sign
Batasan 1.Joint sebelum/sesudah
karakteristik : Movement : latihan dan lihat
1. penurunan Active respon pasien
waktu reaksi saat latihan
2.Mobility level
2. kesulitan
membolak 2.Konsultasikan
3.Self care :
balik posisi dengan terapi

74
3. melakukan ADLs fisik tentang
aktifitas lain rencana
sebagai 4.Transfer ambulasi sesuai
pengganti performance dengan
penggerakan kebutuhan
Kriteria hasil
(mis:
meningkatka 3.Bantu klien
1.Klien
n perhatian untuk
meningkat
pada menggunakan
dalam
aktivitas tongkat saat
aktivitas fisik
orang lain, berjalan dan
menegendali 2.Mengerti cegah terhadap
kan perilaku, tujuan dan cedera
fokus pada peningkatan
4.Ajarkan pasien
ketidakdaya mobilitas
atau tenaga
an /aktivitas
3.Memverbalis kesehatan lain
sebelum
asikan tentang teknik
sakit )
perasaan ambulasi
4. dipsnea
setelah dalam
5.Kaji
beraktivitas meningkatka
kemampuan
5. perubahan n kekuatan
pasien dalam
cara dan
mobilisasi
berjalan kemampuan
keter berpindah 6.Latih pasien
batasan dalam
4.Memperagak
6. kemampuan pemenuhan
an
melakukan kebutuhan ADLs
penggunaan
keterampilan secara mandiri
alat
motorik sesuai
kasar 5.Bantu untuk kemampuan
7. Tremor mobilisasi
akibat 7.Dampingi dan
(walker)
pergerakan Bantu pasien
8. Ketidakstabi saat mobilisasi
lan postur dan bantu
9. Pergerakan penuhi
lambat kebutuhan ADLs
10. Pergerakan pasien.
tidak 8.Berikan alat
terkoordinas bantu jika klien
i memerlukan.
Faktor Yang 9.Ajarkan pasien
Berhubungan : bagaimana
merubah posisi
1. Intoleransi dan berikan
aktivitas bantuan jika

75
2. Perubahan diperlukan.
metabolism
e selular 10.
3. Ansietas
4. Indeks
masa tubuh
diatas
perentil ke
75 sesuai
usia
5. Gangguan
kognitif
6. Konstraktu
r
7. Kepercayaa
n budaya
tentang
aktivitas
sesuai usia
8. Fisik tidak
bugar
9. Penurunan
ketahanan
tubuh
10. Penurunan
kendali otot
11. Penurunan
massa otot
12. Malnutrisi
13. Gangguan
muskuloske
letal
14. Gangguan
neuromusk
ular, Nyeri
15. Agens obat
16. Penurunan
kekuatan
otot
17. Kurang
pengetahua
n tentang
aktvitas
fisik
18. Keadaan
mood
depresif
19. Keterlamba

76
tan
perkemban
gan
20. Ketidaknya
mananDisus
e, Kaku
sendi
21. Kurang
dukungan
Iingkungan
(mis, fisik
atau sosiaI)
22. Keterbatasa
n
ketahanan
kardiovask
ular
23. Kerusakan
integritas
struktur
tulang
24. Program
pembatasan
gerak
25. Keenggana
n memulai
pergerakan
Gaya hidup
monoton
26. Gangguan
sensori
perseptual

Tabel 2.3: Intervensi Keperawatan NIC dan Kriteria Hasil NOC Diagnosa
Hambatan Mobilitas Fisik

4) kerusakan memori b.d hipoksia, gangguan neurologis

No Diagnosa Tujuan / kriteria


Intervensi (Nic)
keperawatan hasil (Noc)
1 Kerusakan Noc Nic
memori 1. Tissue Nurologi motoring
Karakteristik : perfussion 1. memantau
6) Lupa cerebral ukuran pupil,
melakukan 2. Acute bentuk,
perilaku confucion level simetri dan
pada 3. Environment aktifitas

77
waktu interprestation 2. memantau
yang telah syndrome tingkat
di impaired kesadaran
jadwalkan Kriteria hasil : 3. memantau
7) Ketidakma 1. Mampu untuk tingkat
mpuan melakukan orientasi
mempelaja proses mental 4. memantau
ri yang kompleks tren glascow
informasi 2. Orientasi coma scale
baru kognitif : 5. monitor
8) Ketidampu mampu untuk memori baru
an mengidentifika rentang
melakukan si orang, perhatian,
keterampil tempat dan memori masa
an yang waktu secara lalu, suasana
telah di akurat hati,
pelajari 3. Konsentrasi : mempengaruh
sebelumny mampu fokus i, dan perilaku
a pada stimulus 6. monitor
9) Ketidak tertentu tanda-tanda
mampuan 4. Ingatan vital : suhu,
mengingat (memori) : tekanan
peristiwa mampu untuk darah, denyut
10) Ketid mendapatkan nadi,
akmampua kembali secara pernapasan
n kognitif dan 7. monitor status
mengingat menyampaikan pernapasan :
informasi kembali ABG tingkat,
factual informasi yang oksimetri,
11) Ketid di simpan pulsa,
akmampua sebelum nya kedalaman,
n 5. Kondisi pola, tingkat,
mengingat neurologis : dan usaha
perilaku kemampuan 8. memantau
tertentu sistem saraf refleks kornea
yang perifer dan 9. memantau
pernah sistem saraf ICP dan CPP
dilakukan pusat untuk 10. memantau
12) Ketid menerima, refleks batuk
akmampua memproses, dan muntah
n dan memberi memantau
menyimpa respon otot, gerakan
n informasi terhadap motorik,
baru stimuli internal kiprah, dan
13) Ketid dan eksternal proprioception
akmampua 6. Kondisi 11. memantau
n neurologis : untuk drift
menetrasi kesadaran pronator

78
keterampil 7. Menyatakan 12. memantau
an baru mampu kekuatan
14) Meng mengingat cengkreman
eluh lebih baik 13. mamantau
mengalami untuk gemetar
lupa 14. memantau
Faktor yang simetri wajah
berhubungan : 15. memantau
tonjolan lidah
1. Anemia 16. memantau
2. Penuruna tanggapan
n pengamatan
3. curah 17. memantauEO
jantung Ms dan
4. Ketidakse karakteristik
imbangan tatapan
elektrolit 18. memantau
5. Ganggua untuk
nlingkung gangguan
an visial diplopia,
berlebiha nystagmus,
n pemotongan
6. Ketidakse bidang visual,
imbangan penglihatan
cairan kabur dan
dan ketajaman
elektrolit visual
7. Hipoksia 19. catatan
8. Ganggua keluhan sakit
n kepala
neurologi 20. memeanatau
s karakteristik
berbicara,
kelancaran
keberadaan
aphasias, atau
kata-temuan
kesulitan
21. pantau respon
terhadap
rangsangan,
verbal taktil,
dan berbahaya
22. memantai
diskriminasi
tajam / tumpul
dan
panas/dingin

79
23. memantau
untuk
paresthesia :
mati rasa dan
kesemutan
24. memantau
indra
penciuman
25. memantau
pola
berkeringat
26. memantau
respon
babinski
27. memantauresp
on cushing
28. memantau
kreniatomi /
laminektomi
pembalut
untuk
drainase
29. pantau respon
terhadap obat
30. konsultasikan
dengan rekan
kerja untuk
mengkonfirma
si data sesuai
31. mengidentifika
si pola pola
yang muncul
dalam data
32. meningkatkan
frekuensi
33. pemantauan
neurologis,
sesuai
34. hindari
kegiatan yang
mampu
meningkatkan
tekanan
intrakranial
35. ruang
kegiatan
keperawatan
yang

80
diperlukan
yang
meningkatkan
tekanan
intrakramnial
36. beritahu
dokter dari
perubahan
dalam kondisi
pasien
37. melakukan
protokol
darurat

Tabel 2.4: Intervensi Keperawatan NIC dan Kriteria Hasil NOC Diagnosa
Kerusakan Memori

5) ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d oobtruksi jalan nafas,

ditandai, dengan depsnea

No Diagnosa Tujuan / kriteria Intervensi (Nic)


keperawatan hasil (Noc)
1 Ketidakefektif NOC NIC
an bersihan
jalan nafas 1. respiratory Airway
status; management
Definisi: ventilation
ketidakmampu 2. respiratory 1. buka jalan
an untuk status: airway nafas
membersihkan patency 2. auskultasi
sekresi atau suara nafas,
obstruksi dari Kriteria hasil: catat adanya
saluran suara
pernafasan 1. mendemonst tambahan
untuk rasikan 3. atur posisi
mempertahank batuk efektif senyaman
an kebersihan dan suara mungkin
jalan nafas nafas yang 4. identifikasi
bersih pasien
2. menunjukka perlunya
n jalan nafas pemasangan
Batasan yang paten alat jalan
karakteristik: 3. mampu nafas buatan
mengidentifi 5. lakukan
1.Tidak ada
kasi dan fisioterapi
batuk
mencegah dada
2.Suara nafas faktor yang 6. keluarkan

81
tambahan dapat sekret dengan
menghambat batuk atau
3.Perubahan jalan nafas suction
frekuensi 7. anjurkan
nafas untuk minum
air putih
4.Perubahan
hangat
irama nafas
8. berikan
5.Sianosis bronkodilator
bila perlu
6.Kesulitan
berbicara
atau
mengeluarka
n suara
7.Penurunan
bunyi nafas
8.Dispneu
9.Sputum
dalam
jumlah yang
berlebihan
10. Batuk yang
tidak efektif
11. Gelisah
12. Mata
terbuka
lebar
Faktor yang
berhubungan:

Lingkungan
1. Perokok
pasif
2. Mengisap
asap
3. Merokok
obstruksi
jalan nafas
1. spasme

82
jalan nafas
2. mukos
dalam
jumlah
berlebihan
3. eksudat
dalam jalan
alveoli
4. materi asing
dalam jalan
nafas
5. adanya
jalan nafas
buatan
6. sekresi
bertahan/sis
a sekresi
7. sekresi
dalam
bronki
fisiologis
8. jalan nafas
alergik
9. asma
10. penyakit
paru
obstruktif
kronik
11. hiperplasi
dinding
bronkial
12. infeksi
disfungsi
neuromusk
ular

Tabel 2.5: Intervensi Keperawatan NIC dan Kriteria Hasil NOC Diagnosa
Ketidak Efektifan Jalan Napas

83
6) Resiko kekurangan volume cairan b.d perubahan kadar elektrolit

serum, muntah

No Diagnosa Tujuan / kriteria Intervensi (Nic)


keperawatan hasil (Noc)
1 Resiko NOC Fluid management
kekurangan
volume cairan 1. Fluid balance 1. Timbang
popok/pembal
Definisi : 2. Hydration ut jika
Berisiko diperlukan
3. Nutritional
mengalami
Status: Food 2. Pertahankan
dehidrasi
and Fluid catatan intake
vaskular,
Intake dan output
selular, atau
intraselular. yang akurat

Faktor Risiko : 3. Monitor status


Kriteria Hasil :
hidrasi
1. Kehilangan 1. Mempertahan (kelembaban
volume kan urine membran
cairan aktif output sesuai mukosa, nadi
dengan usia adekuat,
2. Kurang tekanan darah
dan BB, BJ
pengetahua ortostatik ),
urine normal,
n jika
HT normal
diperlukan
4. Monitor vital
3. Penyimpan
2. Tekanan sign
gan yang
darah, nadi,
mempenga 5. Monitor
suhu tubuh
ruhi masukan
dalam batas
absorbs makanan /
normal
cairan cairan dan
3. Tidak ada hitung intake
4. Penyimpan
tanda-tanda kalori harian
gan yang
dehidrasi,
mempenga 6. Kolaborasikan
Elastisitas
ruhi akses pemberian
turgor kulit
cairan cairan IV
baik,
5. Penyimpan membran
7. Monitor status
gan yang mukosa
nutrisi
mempenga lembab, tidak
ruhi ada rasa haus 8. Berikan cairan
asupan yang IV pada suhu
cairan berlebihan ruangan
6. Kehilangan 9. Dorong

84
bertebihan masukan oral
melalui
rute 10. Berikan
normal penggantian
(mis, diare) nesogatrik
sesuai output
7. Usia lanjut
11. Dorong
8. Berat keluarga untuk
badan membantu
ekstrem pasien makan
9. Faktor 12. Tawarkan
yang snack (jus
mempenga buah, buah
ruhi segar)
kebutuhan
cairan (mis, 13. Kolaborasi
status dengan dokter
hipermetab
14. Atur
olik)
kemungkinan
10. Kegagalan tranfusi
fungsi
15. Persiapan
regulator
untuk tranfusi
11. Kehilangan
Hypovolemia
cairan
Management
melalul
rute 1. Monitor status
abnormal cairan
(mis, slang termasuk
menetap) intake dan
ourput cairan
12. Agens
farmasutik 2. Pelihara IV
al (mis., line
diuretik)
3. Monitor
tingkat Hb dan
hematokrit
4. Monitor tanda
vital
5. Monitor
respon pasien
terhadap
penambahan
cairan

85
6. Monitor berat
badan
7. Dorong pasien
untuk
menambah
intake oral
8. Pemberian
cairnan IV
monitor
adanya tanda
dan gejala
kelebihan
volume cairan
9. Monitor
adanya tanda
gagal ginjal

Tabel 2.6:Intervensi Keperawatan NIC dan Kriteria Hasil NOC Diagnosa


Resiko Kekurangan Volume Cairan

7) Resiko ketidak seimbangan suhu tubuh

No Diagnosa Tujuan / kriteria


Intervensi (Nic)
keperawatan hasil (Noc)
Risiko NOC NIC
ketidakseimban
gan suhu tubuh 1. Termoregulasi Newborn Care

Definisi 2. Termoregulasi 1. Pengaturan


: Berisiko : Newborn suhu :
mengalami mencapai dan
kegagalanmem atau
pertahankan mempertahan
Kriteria Hasil :
suhu tubuh kan suhu
dalam kisaran 1. Suhu kulit tubuh dalam
normal normal range normal

Faktor Risiko : 2. Suhu badan 2. Pantau suhu


36-37 C bayi baru
Perubahan lahir sampai
laju 3. TTV dalam stabil
metabolisme batas normal
3. Pantau
1. Dehidrasi 4. Hidrasi tekanan
2. Pemajanan adekuat darah, nadi,
suhu dan
lingkungan 5. Tidak hanya pernafasan

86
yang menggigil dengan tepat
ekstrem
1. Usia 6. Gula darah 4. Pantau warna
ekstrem DBN dan suhu kuilt
2. Berat badan
7. Keseimbanga 5. Pantau dan
ekstrem
n asam basa laporkan
3. Penyakit
DBN tanda dan
yang
Bilirubin gejala
mempengar
DBN hipotermi dan
uhi regulasi
hipertemi.
suhu
1. Tidak 6. Tingkatkan
beraktivitas keadekuatan
2. Pakaian masukan
yang tidak cairan dan
sesuai untuk nurtisi
suhu
lingkungan 7. Tempatkan
3. Obat yang bayi baru
menyebabka lahir pada
n ruangan
fasokontriks isolasi atau
i bawah
4. Obat yang pemanas
menyebabka
n 8. Pertahankan
vasodilatasi panas tubuh
1. Sedasi bayi
2. Trauma 9. Gunakan
yang matras panas
mempengar dan
uhi selimuthangat
pengaturan yang
suhum disesuaikan
3. Aktvitas dengan kebut
yang uhan.
berlebihan
10. Berikan
pengobatan
dengan tepat
untuk
mencegah
atau control
menggigil
11. Gunakan
matras sejuk
dan mandi

87
dengan air
hangat untuk
menyesuaikan
dengan suhu
tubuh dengan
tepat
Temperature
regulation
(pengaturan suhu)

1. Monitor suhu
minimal tiap 2
jam
2. Rencanakan
monitoring
suhu secara
kontinyu
3. Monitor TD,
nadi, dan RR
4. Monitor warna
dan suhu kulit
5. Monitor tanda-
tanda
hipertermi dan
hipotermi
6. Tingkatkan
intake cairan
dan nutrisi
7. Selimuti pasien
untuk
mencegah
hilangnya
kehangatan
tubuh
8. Ajarkan pada
pasien cara
mencegah
keletihan
akibat panas
9. Diskusikan
tentang
pentingnya

88
pengaturan
suhu dan
kemungkinan
efek negative
dan kedinginan
10. Beritahu
tentang
indikasi
terjadinya
keletihan dan
penanganan
emergency
yang
diperlukan
11. Ajarkan
indikasi dan
hipotermi dan
penanganan
yang
diperlukan
12. Berikan anti
piretik jika
perlu
Temperature
regulation :
Intraoperative

1. Mempertahan
kan suhu
tubuh
interaoperatif
yang
diharapkan
2. Atur
kemungkinan
tranfusi
3. Persiapan
untuk tranfusi
Fluid Monitoring

1. Tentukan
riwayat
jumlah dan
tipe intake

89
cairan dan
eliminasi
2. Tentukan
kemungkinan
faktor resiko
dan ketidak
seimbangan
cairan
(Hipertermia,
terapi
diuretik,
kelainan
renal, gagal
jantung,
diaporesis,
disfungsi hati,
dll)
3. Monitor berat
badan
4. Monitor
serum dan
elektrolit
urine
5. Monitor
serum dan
osmilalitas
urine
6. Monitor BP <
HR, dan RR
7. Monitor
tekanan
darah
orthostatik
dan
perubahan
irama
jantung
8. Monitor
parameter
hemodinamik
infasif
9. Catat secara

90
akutar intake
dan output
10. Monitor
membrari
mukosa dan
turgor kulit,
serta rasa
haus
11. Catat monitor
warna,
jumlah dan
12. Monitor
adanya
distensi leher,
rinchi, eodem
perifer dan
penambahan
BB
13. Monitor
tanda dan
gejala dan
odema
14. Beri cairan
sesuai
keperluan
15. Kolaborasi
pemberian
obat yang
dapat
meningkatka
n output urin
16. Lakukan
hemodialisis
bila perlu dan
catat respons
pasien
Vital Sign
Monitoring

1. Monitor TD,
nadi, suhu, dan
RR

91
2. Catat adanya
fluktuasi
tekanan darah
3. Monitor VS
saat pasien
berbaring,
duduk
4. atau berdiri
5. Auskultasi TD
pada kedua
lengan dan
bandingkan
6. Monitor TD,
nadi, RR,
sebelum,
selama, dan
setelah
aktivitas
7. Monitor
kualitas dari
nadi
8. Monitor
adanya pulsus
paradoksus
9. Monitor
adanya pulsus
alterans
10. Monitor
jumlah dan
irama jantung
11. Monitor bunyi
jantung
12. Monitor
frekuensi dan
irama
pernapasan
13. Monitor suara
paru
14. Monitor pola

92
pernapasan
abnormal
15. Monitor suhu,
warna, dan
kelembaban
kulit
16. Monitor
sianosis perifer
17. Monitor
adanya
cushing triad
(tekanan nadi
yang melebar,
bradikardi,
18. peningkatan
sistolik)
19. Identifikasi
penyebab dan
perubahan
vital sign
Tabel 2.7: Intervensi Keperawatan NIC dan Kriteria Hasil NOC Diagnosa
Resiko Ketidak Seimbangan Suhu Tubuh

8) Resiko pendarahan b.d trauma, riwayat jatuh

No Diagnosa Tujuan / kriteria Intervensi (Nic)


keperawatan hasil (Noc)
1 Resiko NOC NIC
pendarahan
1. Blood lose Bleeding
Definisi : severity precautions
Beresiko 2. Blood
mengalami koagulation 1. Monitor ketat
penurunan Kriteria Hasil : tanda-tanda
volume darah perdarahan
yang dapat 1. Tidak ada
hematuria 2. Catat nilai Hb
mengganggu
dan dan HT
kesehatan
hematemesis sebelum dan
Faktor Resiko sesudah
2. Kehilangan terjadìnya

93
: darah yang perdarahan
terlihat
1. Aneurisme 3. Monitor nilai
3. Tekanan lab (koagulasi)
2. Sirkumsisi darah dalam yang meliputi
batas normal PT, PTT,
3. Defisiensi
sistol dan trombosit
pengetahua
diastole
n 4. Monitor TTV
4. Tidak ada ortostatik
4. Koagulopat
perdarahan
i 5. Pertahankan
pervagina
intravaskul bed rest
er 5. Tidak ada selama
diseminata distensi perdarahan
abdominal aktif
5. Riwayat
jatuh 6. Hemoglobin 6. Kolaborasi
dan dalam
6. Gangguan
hematrokrit pemberian
gastrointest
dalam batas produk darah
inal
normal (platelet atau
7. (mis.,penya fresh frozen
7. Plasma, PT, plasma)
kit ulkus
PTT dalam
lambung,
batas normal 7. Lindungi
polip,
pasien dari
varises)
trauma yang
8. Gangguan dapat
fungsi hati menyebabkan
(mis, perdarahan
sirosis,
8. Hindari
hepatitis)
mengukur
9. Koagulopat suhu lewat
i inheren rectal
(mis,
9. Hindari
trombosito
pemberian
penia)
aspirin dan
10. Komplikasi anticoagulant
pascapartu
10. Anjurkan
m (mis,
pasien untuk
atoni uteri,
meningkatkan
retensi
intake
plasenta)
makanan yang
11. Komplikasi banyak
terkait mengandung
kehamilan vitamin K

94
(mis, 11. Hindari
plasenta terjadinya
previa, konstipasi
kehamilan dengan
mola, menganjurkan
solusio untuk
plasenta) mempertahank
an intake
12. Trauma cairan yang
adekuat dan
13. Efek
pelembut feses
samping
terkait
terapi (mis,
pembedaha Bleeding reduction
n,
pemberian 1. Identifikasi
obat, penyebab
pemberian perdarahan
produk
2. Monitor trend
darah
tekanan darah
defisiensi
dan parameter
trombosit,
hemodinamik
kemoterapi
(CVP,pulmona
)
ry capillary /
artery wedge
pressure
3. Monitor status
cairan yang
meliputi intake
dan output
4. Monitor
penentu
pengiriman
oksigen ke
jaringan
(PaO2, SaO2
dan level Hb
dan cardiac
output)
5. Pertahankan
patensi IV line
Bleeding
reduction:
wound/luka

95
1. Lakukan
manual
pressure
(tekanan) pada
area
perdarahan
2. Gunakan ice
pack pada area
perdarahan
3. Lakukan
pressure
dressing
(perban yang
menekan) pada
area luka
4. Tinggikan
ekstremitas
yarg
perdarahan
5. Monitor
ukuran dan
karakteristik
hematoma
6. Monitor nadi
distal dari area
yang luka atau
perdarahan
7. Instruksikan
pasien untuk
menekan area
luka pada saat
bersin atau
batuk
8. Instruksikan
pasien untuk
membatasi
aktivitas
Bleeding reduction
: gastrointestinal
1. Observasi
adanya darah
dalam sekresi

96
cairan tubuh:
emesis, feces,
urine, residu
lambung, dan
drainase luka
2. Monitor
complete blood
count dan
leukosit
3. Kolaborasi
dalam
pemberian
terapi :
lactulose atau
vasopressin
4. Lakukan
pemasangan
NGT untuk
memonitor
sekresi dan
perdarahan
lambung
5. Lakukan bilas
lambung
dengan NaCI
dingin
6. Dokumentasik
an warna,
jumlah dan
karakteristik
feses
7. Hindari pH
lambung yang
ekstrem
dengan
kolaborasi
pemberian
antacids atau
histamine
blocking agent
8. Kurangi faktor
stress

97
9. Pertahankan
jalan nafas
10. Hindari
penggunaan
anticoagulant
11. Monitor status
nutrisi pasien
12. Berikan cairan
Intravena
13. Hindari
penggunaan
aspirin dan
ibuprofen

Tabel 2.8: Intervensi Keperawatan NIC dan Kriteria Hasil NOC Diagnosa
Resiko Pendarahan

9) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurungan

ruangan untuk perfusi cerebral, sumbatan aliran darah cerebral

No Diagnosa Tujuan / kriteria Intervensi (Nic)


keperawatan hasil (Noc)
1 Resiko NOC NIC
ketidakefektifan
perfusi jaringan 1. Circulation Peripheral
otak status Sensation
Management
Definisi 2. Tissue
: Berisiko Prefusion : (Manajemen
mengalami cerebral sensasi perifer)
penurunan Kriteria Hasil : 1. Monitor
sirkulasi
adanya daerah
janngan otak 1. Mendemonst tertentu yang
yang dapat rasikan hanya peka
mengganggu status terhadap
kesehatan. sirkulasi panas/dirigin/t
yang ajam/tumpul
batasan
ditandai
Karakteristik :
dengan : 2. Monitor
1. Massa adanya
2. Tekanan paretese
tromboplas
systole dan

98
tin parsial diastole 3. Instruksikan
abnormal dalam keluarga untuk
rentang yang mengobservasi
2. Massa diharapkan kulit jika ada
protrombin Isi atau
abnormal 3. Tidak ada laserasi
ortostatik
3. Sekmen hipertensi 4. Gunakan
ventrikel sarun tangan
kiri 4. Tidak ada untuk proteksi
akinetik tanda-tanda
peningkatan 5. Batasi gerakan
4. Aterokleros tekanan pada kepala,
is aerotik intrakranial leher dan
(tidak lebih punggung
5. Diseksi
dari 15
arteri 6. Monitor
mmHg)
kemampuan
6. Fibrilasi
5. Mendemonst BAB
atrium
rasikan
kemampuan 7. Kolaborasi
7. Miksoma
kognitif yang pemberian
atrium
ditandai analgetik
8. Tumor dengan:
8. Monitor
otak
6. Berkomunik adanya
9. Stenosis asi dengan tromboplebitis
karotid jelas dan
9. Diskusikan
sesuai
10. Aneurisme menganai
dengan
serebri penyebab
kemampuan
perubahan
11. Koagulopat 7. Menunjukka sensasi
i (mis, n perhatian,
anemia sel konsentrasi
sabit) dan orientasi
12. Kardiomio 8. Memproses
pati dilatasi informasi
13. Koagulasi 9. Membuat
intravaskul keputusan
ar dengan
diseminata benar
14. Embolisme 10. Menunjukka
15. Trauma n fungsi
kepala sensori
motori
16. Hierkoleste cranial yang

99
rolemia utuh :
tingkat
17. Hipertensi kesadaran
membaik,
18. Endokardit
tidak ada
is infeksi
gerakan
19. Katup gerakan
prostetik involunter
mekanis
20. Stenosis
mitral
21. Neoplasma
otak
22. Baru
terjadi
infak
miokardiu
m
23. Sindrom
sick sinus
24. Penyalahgu
naan zat
25. Terapi
trombolitik
26. Efek
samping
terkait
terapi
(bypass
kardiopulm
unal, obat)

Tabel 2.9: Intervensi Keperawatan NIC dan Kriteria Hasil NOC Diagnosa
Resiko ketidak efektifan perfusi jaringan otak

10) Resiko infeksi

No Diagnosa Tujuan / kriteria


Intervensi (Nic)
keperawatan hasil (Noc)
1 Risiko infeksi NOC NIC

100
Definisi: 1. immune status Kontrol infeksi
mengalami 2. knowladge:
peningkatan infection 1. monitor tanda
risiko control dan gejala
terserang 3. risk control infeksi
organisme Kriteria hasil: 2. bersihkan
patogenik lingkungan
1. klien bebas setelah dipakai
Faktor yang dari tanda pasien
berhubungan: dan gejala 3. pertahankan
infeksi teknik isolasi
penyakit 2. mendiskripsi 4. batasi
kronis kan pengunjung bla
penularan perlu
1. DM
penyakit, 5. instruksikan
2. obesitas
faktor yang pengunjung
pengetahuan
mempengaru untuk mencuci
yang tidak
hi penularan tangan
cukup untuk
serta 6. cuci tangan
menghindari
penatalaksan setiap seblemu
pemajanan
aannya dan sesuda
patogen
3. menunjukka melakukan
pertahanan
n tindakan
tubuh primer
kemampuan keperawatan
yang tidak
untuk 7. gunakan APD
adekuat
mencegah 8. tingkatkan
3. gangguan timbulnya
peristalsis infeksi
4. kerusakan 4. jumlah
integritas leukosit
kulit dalam batas
(pemasan normalmenu
gan IV, njukkan
prosedur perilaku
invasif) hidup sehat
5. perubaha
n sekresi
PH
6. penuruna
n kerja
siliaris
7. pecah
ketuban
dini dan
lama
8. merokok
9. stasis
cairan

101
tubuh
10. trauma
jaringan
(mis,
trauma
11. destruksi
jaringan)
12. ketidakad
ekuatan
pertahana
n
sekunder
13. penuruna
n Hb
14. imunosup
resi
15. supresi
respon
inflamas
16. vaksinasi
yang tdk
ade kuat
17. pemajana
n
terhadap
patogen
lingkunga
n
meningka
t (wabah
18. prosedur
invasif
malnutrisi

Tabel 2.10: Intervensi Keperawatan NIC dan Kriteria Hasil NOC Diagnosa
resiko infekasi

11) Resiko Cidera

No Diagnosa Tujuan / kriteria Intervensi (Nic)


keperawatan hasil (Noc)
1 Risiko cidera NOC NIC
Definisi: 1. Risk kontrol Manajemen
berisiko Kriteria hasil : lingkungan
mengalami
cidera 1. klien terbebas 1. sediakan
sebagai dari cidera lingkungan
akibat 2. mampu yang aman

102
kondisi memodifikasi 2. identifikasi
lingkungan gaya hidup kebutuhan
yang untuk keamanan,
berinteraksi mencegah sesuai kondisi
dengan cidera fisik
sumber 3. menggunakan
adaptif dan fasilitas 3. menghindarkan
sumber kesehatan yang lingkungan
defensif ada yang berbahaya
individu 4. mampu
4. memasang side
mengenali
Faktor risiko: rail tempat
perubahan
tidur
status kesehatan
eksternal
5. menyediakan
1. biologis tempat tidur
(mis, yang nyaman
tingkat dan bersih
imunisasi,
komunitas, 6. membatasi
mikroorga pengunjung
nisme)
7. menganjurkan
2. zat kimia
keluarga untuk
(mis,
menemani
racun,
pasien
polutan,
obat, 8. memindahkan
alkohol, barang-barang
kosmetik, yang dapat
pengawet, membahayakan
pewarnaa
3. manusia
(agen,
nosokomia
l)
4. cara
pemindaha
n
5. nurisi
6. interna
7. profil
darah
yang
abnormal
8. disfungsi
biokimia
9. usia
perkemba
ngan

103
10. disfungsi
efektordisf
ungsi
imun-
autoimun
11. disfungsi
integratif
12. malnutrisi
13. fisikpsikol
ogis
14. disfungsi
sensori
15. hipoksia
jaringan

Tabel 2.11: Intervensi Keperawatan NIC dan Kriteria Hasil NOC Diagnosa
Resiko Cedera

12) Ansietas

No Tujuan / Intervensi
Diagnosa
kriteria hasil NIC
keperawatan
NOC
1 Ansietas NOC NIC

Definsi 1. Anxiety Anxiety Reduction


: Perasaan tidak self-control (penurunan
nyaman atau kecemasan)
2. Anxiety
kekawatiran yang
Samar disertai level 1. Gunakan
respon autonom pendekatan
3. Coping yang
(sumber sering
kali tidak spesifik menenangkan
atau tidak Kriteria Hasil : 2. Nyatakan
diketahui oleh dengan jelas
1. Klien
individu); harapan
mampu
perasaan takut terhadap pelaku
mengidentif
yang disebabkan pasien
ikasi dan
oleh antisipasi
mengungka
terhadap bahaya. 3. Jelaskan semua
pkan gejala prosedur dan
Hal ini
cemas. apa yang
merupakan
isyarat 2. Mengidentif dirasakan
kewaspadaan ikasi, selama prosedur

104
yang mengungka 4. Pahami
memperingatkan pkan dan prespektif
individu akan menunjukka pasien terhadap
adanya bahaya n tehnik situasi stres
dan kemampuan untuk
individu untuk mengontol 5. Temani pasien
bertindak cemas. untuk
memberikan
menghadapi
ancaman. 3. Vital sign keamanan dan
dalam batas mengurangi
Batasan normal. takut
Karakteristik
4. Postur 6. Dorong
Perilaku : tubuh, keluarga untuk
ekspresi menemani anak
1. Penurunan wajah,
produktivitas bahasa 7. Lakukan back /
2. Gerakan yang tubuh dan neck rub
ireleven tingkat 8. Dengarkan
3. Gelisah aktivfitas
4. Melihat dengan penuh
menunjukka perhatian
sepintas n
5. Insomnia berkurangny 9. Identifikasi
6. Kontak mata a tingkat
yang buruk kecemasan
kecemasan.
7. Mengekspresi
kan 10. Bantu pasien
kekawatiran mengenal
karena situasi yang
perubahan menimbulkan
dalam kecemasan
peristiwa
11. Dorong pasien
hidup
untuk
8. Agitasi
mengungkapka
9. Mengintai
n perasaan,
10. Tampak
ketakutan,
waspada
persepsi
Affektif :
12. Instruksikan
1. Gelisah,
pasien
Distres
menggunakan
2. Kesedihan teknik relaksasi
yang

105
mendalam 13. Berikan obat
untuk
3. Ketakutan mengurangi
4. Perasaan tidak kecemasan
adekuat

5. Berfokus pada
diri sendiri

6. Peningkatan
kewaspadaan

7. Iritabihtas

8. Gugup senang
beniebihan

9. Rasa nyeri
yang
meningkatkan
ketidakberday
aan

10. Peningkatan
rasa ketidak
berdayaan
yang persisten

11. Bingung,
Menyesal

12. Ragu/tidak
percaya diri

13. Khawatir

Fisiologis :

1. Wajah tegang,
Tremor
tangan

2. Peningkatan
keringat

3. Peningkatan

106
ketegangan

4. Gemetar,
Tremor

5. Suara bergetar

Simpatik :

1. Anoreksia

2. Eksitasi
kardiovaskula
r

3. Diare, Mulut
kering

4. Wajah merah

5. Jantung
berdebar-
debar

6. Peningkatan
tekanan darah

7. Peningkatan
denyut nadi

8. Peningkatan
reflek

9. Peningkatan
frekwensi
pernapasan

10. Pupil melebar

11. Kesulitan
bernapas

12. Vasokontriksi
superfisial

13. Lemah,
Kedutan pada

107
otot

14. Menyadari
gejala
fisiologis

15. Bloking
fikiran,
Konfusi

16. Penurunan
lapang
persepsi

17. KesuIitan
berkonsentrasi

18. Penurunan
kemampuan
belajar

19. Penurunan
kemampuan
untuk
memecahkan
masalah

20. Ketakutan
terhadap
konsekwensi
yang tidak
spesifik

21. Lupa,
Gangguan
perhatian

22. Khawatir,
Melamun

23. Cenderun

24. menyalahkan
orang lain.

Faktor Yang

108
Berhubungan :

1. Perubahan
dalam (status
ekonomi,
lingkungan,st
atus
kesehatan,
pola interaksi,
fungsi peran,
status peran)

2. Pemajanan
toksin

3. Terkait
keluarga

4. Herediter

5. Infeksi/konta
minan
interpersonal

Tabel 2.12: Intervensi Keperawatan NIC dan Kriteria Hasil NOC Diagnosa
Aansietas

e. Implementasi

Menurut Bararah & Jauhar (2012), Implementasi dilakukan

berdasarkan pengkajian diagnosa keperawatan dan intervensi.

f. Evaluasi

Menurut Bararah & Jauhar (2012), evaluasi dilakukan berdasarkan

pengkajian, diagnosa keperawatan intervensi dan implementasi.

109
BAB III

METODE PENELITIAN

A. Pendekatan Penelitian

Penelitian ini menggunakan desain Studi Kasus untuk mengeksploriasi

masalah Asuhan Keperawatan pada pasien yang Mengalami Cedera Kepala

110
dengan Masalah Keperawatan Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial di

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

B. Subyek Penelitian

Subjek dalam penelitian ini adalah pasien Cedera Kepala dengan masalah

keperawatan Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial

C. Fokus Studi

Diarahkan pada pasien yang mengalami Cedera Kepala dengan masalah

keperawatan Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial. Adapun kriteria

inklusi dan eksklusi yaitu diantaranya sebagai berikut :

1. Kriteria inklusi ;

a. Bersedia menjadi responden

b. Pasien yang didiagnosa Trauma Capitis dengan masalah Keperawatan

Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial

c. Klien yang mengalami Peningkatan TIK yang ditandai dengan

1) Tekakanan darah sistolis meningkat

2) Bradicardi

3) Papil edema

4) Muntah proyektil

5) Nyeri kepala

2. Kriteria eksklusi ;

a. Pasien tidak bersedia menjadi responden

b. Pasien yang dipulangkan sebelum 3 hari perawatan

c. Mengalami perubahan diagnosa medis

D. Defenisi Operasional Fokus Studi

111
1. Cedera Kepala

Cedera kepala atau trauma kapitis adalah suatu trauma yang terjadi

pada bagian kepala, kulit kepala, tulang tengkorak kepala dan otak akibat

cedera pada bagian kepala.

2. Penurunan Kapasitas Adaptif Intrakranial

Penurunan kapasitas adaptif intrakranial adalah gangguan mekanisme

dinamika intrakranial dalam melakukan kompensasi terhadap stimulus

yang dapat menurunkan kapasitas intracranial

E. Instrumen Penelitian

Lembar observasi GCS.

F. Metode Pengumpulan Data

Untuk melengkapi data atau informasi dalam pelaksanaan studi kasus

digunakan tekhnik:

1. Wawancara

Melakukan pengumpulan data dengan melakukan Tanya jawab secara

langsung pada penderita, keluarga dan tim kesehatan lainnya.

2. Pemeriksaan Fisik

Tekhnik yang dgunakan pada pemeriksaan fisik yaitu inspeksi,

palpasi, perkusi dan auskultasi.

3. Observasi

Mengadakan pengamatan langsung pada klien dengan melakukan

tindakan pemeriksaan yang berkaitan dengan keadaan perkembangan klien.

4. Studi Dokumentasi

112
Mengumpulkan data melalui dokumen atau catatan tentang hasil

pemeriksaan Klien yang ada pada medical record.

G. Lokasi & Waktu Penelitian

1. Lokasi

Adapun alasan pemilihan lokasi adalah penelitian ini dilakukan di

Rumah Sakit Bhayangkara Makassar karena letaknya strategis dan dekat

dengan kampus Akademi Keperawatan Mappaoudang Makassar, dan lebih

mudah mendapatkan data di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar

2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada tanggal 18 januari yang telah

ditentukan di Rumah Sakit Bhayangkara Makassar.

Bulan (2018)
No Jenis kegiatan
Januari Februari Maret April Mei Juni Juli

1. Konsul dan acc 


judul proposal

2. Penyusunan 
proposal

3. Ujian proposal 

4. Pengumpulan 
data dan
supervisi

5. Analisis dan 
penyusunan
KTI

7. Ujian akhir KTI 

Tabel 3.1: (Jadwal Penelitian)

113
H. Analisis Data & Penyajian Data

1. Analisa Data

Analisa data dilakukan dengan cara mengemukakan fakta, selanjutnya

membandingkan dengan teori yang ada dan selanjutnya dituangkan dalam

opini pembahasan. Teknik analisis yang digunakan dengan cara

menarasikan jawaban-jawaban yang diperoleh dari hasil interpretasi

wawancara mendalam yang dilakukan untuk menjawab rumusan masalah.

Teknik analisis digunakan dengan cara observasi oleh peneliti dan studi

dokumentasi yang menghasilkan data untuk selanjutnya diinterpretasikan

dan dibandingkan teori yang ada sebagai bahan untuk memberikan

rekomendasi dalam intervensi tersebut.

2. Penyajian Data

Penyajian data dilakukan dengan table dan teks naratif.

I. Etika Penelitian

1. Informed consent (informasi untuk responden)

Imform consent diberikan kepada responden. Setelah calon responden

memahami atas penjelasan peneliti terkait penelitian ini, selanjutnya

peneliti memberikan lembar Informed Consent untuk ditandatangani oleh

responden.

2. Anonimity (tanpa nama)

Untuk menjaga kerahasian tentang hal-hal yang berkaitan dengan data

responden, Peneliti tidak mencantumkan nama responden pada kuesioner

atau lembar observasi dan hanya diberikan kode atau nomor responden.

114
3. Confidentiality (kerahasiaan informasi)

Semua informasi yang telah dikumpulkan dari responden dijamin

kerahasiannya oleh peneliti.

115
BAB IV

HASIL DAN PEMBAHASAN

A. Hasil

1. Gambaran lokasi pengambilan data

Rumah Sakit Bhyangkara Makasassar yaitu salah satu Rumah Sakit

polri yang ada di indonesia tepatnya di kota makassar Provinsi Sulawesi-

Selatan di jl. Letjen. Pol. Mappaoudang No. 63. Makassar 90223. Telepon:

0411-830841, Rumah Sakit Bhyangkara Makassar merupakan tempat

penulis melakukan penelitian kepada pasien yang mengalami Trauma

Capitis dengan Masalah Keperawatan Penurunan Kapaisitas Adaptif

Intrakranial tepat nya di Ruang perawatan Maleo kamar 3. Rumah Sakit

ini sudah menjadi badan pelayanan umum (BLU), dan tetap memberikan

layanan badan penyelenggara jaminan sosial (BPJS) kesehatan, juga

menjadi rumah sakit rujukan khususnya anggota polisi dan keluarganya

dari kawasan indonesia timur dan dilayani oleh para Dokter-dokter

spesialis. Letak rumah sakit ini disebelah barat berbatasan dengan jalan

letjen pol mappaoudang makassar sebelah utara kampus akper

mappaoudang makassar, sebelah timur jalan kumala dan sebelah selatan

jalan mallombassang.

2. Asuhan Keperawatan

a. Pengkajian

1) Pengumpulan Data

a) Identitas

(1) Identitas klien

116
Nama : Ny. R

Usia : 61 Tahun

Jenis Kelamin : perempuan

Agama : Islam

Suku : Makassar

Status Pernikahan : Menikah

Pekerjaan : Dosen

No. RM :

Tanggal Masuk :

Tanggal Pengkajian :

(2) Penanggung jawab

Nama : Ny. F

Usia :49 Tahun

Jenis Kelamin : Perempuan

Pekerjaan : IRT

Hubungan dengan Klien : Saudara

Alamat : Minasaupa

b) Keluhan Utama

(1) Keluham utama : Muntah dan Sakit Kepala

(2) Faktor Pencetus : Trauma pasca kecelakaan

(3) Lamanya Keluhan : ± 6 Jam

(4) Faktor memperberat : Berdiri, duduk, bergerak

(5) Upaya yang dilakukan : baring dan berdoa

(6) Diagnosa medic : Trauma Capitis Ringan

68
c) Riwayat Kesehatan

(1) Riwayat Kesehatan Sekarang

Pasien mengatakan nyeri kepala dan tampak ada Hematome

di bagia kepala dan hematom pada lingkaran matanya.

(2) Riwayat Kesehatan Lalu

Klien mengatakan tidak pernah dirawat Rumah Sakit

sebelum nya

(3) Riwayat kesehatan keluarga

Genogram 3 generasi

GI

GII

GIII

Gambar 4.1 Genogram Tiga Generasi

Keterangan :

: Laki-laki

: Perempuan

: Garis pernikahan

? : Umur tidak di ketahui

: Pasien

69
------- : Garis Serumah

X : Meninggal

GI : Kakek dan nenek dari bapak dan ibu klien sudah

meninggal

GII : bapak dan ibu klien sudah meninggal

GIII : klien anak ke 2 dari 8 bersaudara

(4) Riwayat Psikososial

(a) Pola Konsep Diri

Klien mengatakan ingin cepat sembuh dan pulang

kerumahnya.

(b) Pola Kognitif

Klien tidak mengetahui penyakit apa yang di derita nya

saat ini.

(c) Pola Koping

Klien sangat berharab agar dapat

(d) Pola interaksi

klien kurang dapat berinteraksi dengan keluarga,

Perawat, Dokter dan tenaga kesehatan lainnya

(5) Riwayat Spiritual :

(a) Keadaan pasien beribadah

Pasien mengatakan sebelum dia sakit dia selalu rajin

beribadah, namun ketika di rawat di rumah sakit klien

jarang melakukan ibadah

(b) Dukungan keluarga pasien

70
(c) Ritual yang biasa dijalankan pasien

Pasien seing berdoa dan berzikir untuk kesembuhannya

d) Pemeriksaan fisik

(1) Keadaan umum klien

(a) Tanda–tanda distrus

Pasien mengatakan dengan perawatan yang cukup dan

minum obat teratur pasien percaya bisa sembuh.

(b) Penampilan di hubunngkan dengan usia

Pasien berpenampilan rapi dan penanmpilan paien

sesuai dengan umur nya.

(c) Ekspresi wajah

Wajah pasien tampak sediki meringis, pasien berbicara

dengan pelan

(d) Tinggi badan : 158 dan berat badan : 60

(2) Tanda-tanda Vital

Tekanan Darah : 120 / 90 mmHg

Nadi : 80

Suhu : 36

Pernapasan : 22 x/menit

(3) Sistem pernapasan

(a) Hidung

Hidung simetris kiri dan kanan, tidak ada polip, tidak

ada pernapasan cuping hidung, tidak terjadi apistaksis,

penciumnan baik

71
(b) Leher

Tidak ada pembesaran kelerjar tyroid, tidak ada tumor.

(c) Dada

Bentuk dada simetris kiri dan kanan, gerakan dada baik

dan tidak ada kelaianan, dan tidak menggunakan otot

bantu pernapasan.

(4) Sistem csrdiovaskuler

(a) Konjungtiva tidak terjadi anemis

(b) Ukuran jantung simetris pada bagian kiri dan pada

bagian kanan, tidak ada nyeri tekan.

(5) Sistem indra

(a) Mata : kelopak mata baik, alis mata tidak simetris

(b) Hidung : penciuman normal, dapat membedakan bau

(balsem dan minyak gosok) tidak ada nyeri tekan dan

tidak ada cuping hidung.

(c) Telinga : daun telinga simetris kiri dan kanan, tidak ada

serumen, fungsi pendengaran baik.

(6) Sistem saraf

(a) Fungsi serebral

Status mental baik, daya ingat baik, dimana pasien

dapat mengingat masa lalu nya dengan baik.

(b) Fungsi cranial

1. Nerfus I (olfaktorius)

72
Pasien mampu membedakan bau denga baik (antara

balsem dan minyak gosok).

2. Nervus II (optikus)

Pasien dapat melihat dan membaca dengam baik

pada jarak kurang lebih 4 meter.

3. Nervus III,IV,VI (okumulatoris, troklearis, abducen)

Kontaksi pupil baik dan gerakan bola mata baik.

4. Nervus V (trigeminus)

Pasien dapat mengunyah dengan baik, dan refleks

mata baik.

5. Nervus VII (vacialis)

Pasien dapat membedakan rasa dengan baik dan

mampu membuka mulut dengan baik.

6. Nervus IX (glosofaringeus), Nervux X (Vagus)

Refleks menelan baik dan muntah

7. Nervus XI (Axesesorius)

Pasien tidak mampu memalingkan kepala kekanan

dan pasien dapat mengangkat bahu nya dengan baik

8. Nervus XII (hypolagus)

Pasien mampu menggerakan lidah ke bawah, atas,

samping kiri dan kanan dengan baik.

(c) Fungsi motorik

Kekuatan bahu baik klien mampu mengangkat bahu ke

atas dan ke bawah

73
(d) Fungsi sesnsorik

Pasien dapat merasakan nyeri saat di berikan refleks

(e) Fungsi cerebellum

Keseimbangan dari pasien tidak bagus

(f) Refleks

Refleks atau Gerakan ekstimitas atas dan bawah baik.

(7) Sistem musculoskeletal

(a) Kepala : bentuk kepala menchepalon, gerakan kepala

tidak baik, ada hematom pada kepala pasca kecelakaan

(b) Vetebra : fungsi gerak tidak baik

(c) Lutut : tidak ada pembengkakan, ada lesi

(d) Kaki : tidak ada edema pada kaki, dan gerakan kaki

normal

(e) Tangan : tidak ada edema dan dapat di gerakkan kaki

dengan baik.

(f) Bahu : bahu kanan dan kiri tampak simetris.

(8) Sistem integumen

(a) Rambut : warna rambut hitam

(b) Kulit : warna kulit sawoo matang dan kulit tampak

bersih

(9) Sistem endokrin

Tidak ada pembesaran thypoid suhu tubuh normal, air

kemih berwarna kuning.

74
(10) Sistem reproduksi

Tidak ada kelainan pada sistem reproduksi

(11) Sistem imun

Tidak ada alergi, namun pada saat terjadi musim hujan

kadang-kadang terkena flu dan batuk.

(12) Sistem pencernaan

(a) Sklera :

Pada sklera tidak nampak tanda terjadinya ikterus, bibir

tampak sedikit kering, tidak terjadi labio skiziz,

(b) Gaster :

Perut tampak tidak kembung, nyeri pada bagian perut

kanan atas gerakan peristaltik usus normal

(c) Abdomen :

Tidak ada nyeri pada abdomen

(d) Anus :

Tidak ada kelainan pada anus atau terjadi haemoroid

e) Aktivitas sehari-hari

Aktivitas Saat sakit


Sebelum sakit
No
Sehari-hari
1 Nutrisi
1. Selera makan baik Kurang baik
2. Frekuensi 3 x sehari 3 x sehari
makan
3. Menu makan Nasi + sayur + Bubur
lauk pauk
2 Cairan

75
1. Jenis cairan Air putih + teh Air putih+cairan
RL
2. Jumlah ± 2500 cc / hari ± 2500 cc / hari
3. Cara Oral Oral + Infus
pemenuhan
3 Personal
hygiene
1. Mandi Mandiri Badan di lap
Cara mandi menggunakan
tissu basah
2. Sikat gigi Mandiri Dibanatu
keluarga
3. Kuku Tidak menentu Tidak pernah
Frekuensi jika sudah
memotong panjang baru di
kuku potong
4 Eliminasi
BAB
1. Frekuensi 1x/ hari 1 x/ hari
2. konsistensi Lembek Lembek
3. Tempat WC Pispo
pembuangan
BAK
1. Frekuensi ± 3-4 x/ hari ± 3-4 x/ hari
2. Warna, bau Kuning Kuning
3. Tempat WC Pispot
pembuangan

5 Istirahat dan
tidur
1. Jam tidur 13.00 – 15.00 Tidak menentu
siang

76
2. Jam tidur 21.00 - 05.00 22.00-05.30
malam
3. Kebiasaan Nonton bersama Tidak ada
sebelum tidur keluarga
6 Pola Aktivitas
1. Olahraga Jalan pagi Tidak pernah
2. Kegiatan Nonton TV Istirahat
luang
Tabel 4.1 aktivitas sehari-hari

f) Therapy / obat-obatan

(1) Tanggal :

Ambacim : 1 Gram / 12 Jam via (IV)

Santagesik : 1000 mg / 8 jam via (IV)

Ranitidin : 50 mg / 8 jam via (IV)

Citicoline : 250 mg / 12 jam via (IV)

Dimenhydinate : 50 mg / 12 jam via (oral)

Betahistine : 6 mg / 8 jam via (oral)

Ringer Laktat : 20 Tetes / menit via (IV)

(2) Tanggal :

Ambacim : 1 Gram / 12 Jam via (IV)

Santagesik : 1000 mg / 8 jam via (IV)

Ranitidin : 50 mg / 8 jam via (IV)

Citicoline : 250 mg / 12 jam via (IV)

Dimenhydinate : 50 mg / 12 jam via (oral)

Betahistine : 6 mg / 8 jam via (oral)

Ringer Laktat : 20 Tetes / menit via (IV)

77
(3) Tanggal :

Dimenhydinate : 50 mg / 12 jam via (oral)

Betahistine : 6 mg / 8 jam via (oral)

g) Pemeriksaan Laboratorium

(1) Pemeriksaan darah rutin

No Pemeriksaan Result Unit Ref-range

1 4,00- 10,00
WBC 18,83 10 ^3/µL

2
HBG 12,1 -

3 37,0 – 48,0
HCT 37,1 %

4 150 – 400
PLT 175 10 ^3/µL

Tabel 4.2 Pemeriksaan Darah Rutin

2) Klasifikasi Data

Data Subjektif Data Objektif

1. Klien mengatakan muntah 1. Pasien tampak GCS dengan


proyektil Compos mentis
2. Pasien mengatakan sakit E : Spontan (4)
kepala M : Mengikuti perintah (6)
3. Klien mengatakan pasien V : Orientasi Baik (5)
mengatakan kepala 2. CT-Scan
bengkak 3. Pasien tampak benjol pada
4. Klien mengatakan tidak pada bagian atas kepala /
mampu bangun, BAB dan hematom di bagian fronto
BAK di bantu keluarga occipital
4. Pasien tampak meringis
P : Cedera kepala / trauma

78
capitis
Q : Nyut-nyut
R : kepala
S : sedang
T : Terus-menerus
5. Tanda tanda vital
Tekanan Darh : 120 / 80
Nadi : 70
Suhu : 36 °C
P : 20 / menit
6. Periobrital hematom

Tabel 4.3 klasifikasi data

3) Analisa Data

No Data Etiologi Masalah

1 DS : Trauma kepala Penurunan


1. Pasien kapasitas
Ekstra kranial adaptif
mengatakan
intrakranial
Jaringan kontinutas
muntah jika
jaringan kulit, otot
bangun / vaskuler
banyak gerak
dan pusing Perubahan

DO : Hematom
1. Tampak
benjol di Perubahan sirculasi
CCS
bagian atas
kepala / P.TIK
hematom di
Mual muntah, nyeri
bagian fronto
kepala
occipital

79
2. CT-Scan Penurunan kapasitas
3. GCS 15 adaptif intrakranial

2 DS : Trauma kepala
1. Pasien
mengatakan
Ekstra kranial
nyeri
DO :
1. Pasien Jaringan kontiunitas
tampak jaringan kulit otot
vaskuler
meringis
P : Trauma
kepala / Nyeri akut

trauma
capitis
Q : Nyut-nyut
R : kepala
S : sedang (4)
T : terus menerus
2. TTV
TD : 120 /
80
S : 36 °C
N : 70 /
menit
P : 20 x /
menit
3 DS : Trauma Capitis Defisit
perawatan diri :
Pasien Ekstrakranial Eliminasi
mengatakan
BAK dan BAB Jaringan kontiunitas
di bantu oleh jaringan kulit, otot
keluarga dan vaskuler

80
menggunakan
pispot Perubahan sirkulasi
CSS

DO :
Pasien tampak Peningkatan TIK
di bantu oleh
keluarga pada
saat ingin BAK Mual muntah, papil
dan BAB odema, pandangan
kabur, penurunan
fungsi pendengaran,
nyeri kepala

Defisit perawatan diri


: eliminasi

b. Diagnosa keperawatan

1) Penurunan kapasitas adaptif intra kranial b.d hematoma

2) Nyeri akut b.d cedera fisik

3) Defisit perawatan diri : Eliminasi

81
82
c. Intervensi

No Diagnosa Tujuan dan kriteria hasil Intervensi

1 Penurunan kapasitas adaptif NOC a) Pantau peningkatan tekanan


intrakranial b.d Hematoma a. Circulation status inttrakrania
DS : b. Tissue prefusion : cerebral b) Observasi TTV
1. Pasien mengatakan Kriteria hasil : Tekanan darah meningkat dan Nadi
muntah proyektil a. Mendemonstrasikan status sirkulasi yang di menurun
2. Pasien mengatakan tandai dengan c) Observasi GCS ( tingkat kesadaran
bengkak di bagian )
kepala dan lingkaran 1) Tekanan systol dan dyastol dalam d) Observasi muntah proyektil
rentang yang di harapkan 120 / 80
mata e) Observasi adanya lateralisasi
DO : mmHg f) Penatalaksanaa pemberian obat
1. Muntah sebanyak 400 2) tidak ada ortostatik hipertensi
3) tidak ada tanda-tanda peningkatan
cc
2. Tampak Hematom di tekanan intrakranial (lebih dari 15
bagian kepala dan di mmHg)
b. mendemonstrasikan kemampuan kognitif
bagian lingkaran mata
3. CT-Scan yang ditandai dengan :
4. TTV 1) berkomunikasi dengan jelas dan sesuai
dengan kemampuan
TD : 120 /80mmHG
S : 36 °C 2) menunjukkan perhatian konsentrasi dan
N : 70 X/Menit orientasi

83
P : 20 x/menit 3) memproses informasi
5. GCS 15 4) membuka keputusan dengan benar

c. menunjuk sensory motorik kranial yang


utuh :
1) tingkat kesadaran
2) tidak ada gerakan involunter

2 DS : NOC 1) Lakukan pengkajian nyeri secara


1. Pasien mengatakan komprehensif
sakit kepala a. Pain Level 2) Gunakan tekhnik komunikasi
2. Pasien mengatakan b. Pain control teraoupetik untuk mengkaji
c. Comfort level
sulit begerak atau pengalaman nyeri
bangun Kriteria Hasil: 3) Ajarkan teknik nonfarmakologi
DS : a. Mampu mengontrol nyeri (tahu penyebaab 4) Tingkatkan istirahat
1. Pasien nampak nyeri, mampu menggunakan tehnik 5) Pemberian obat / terapi farmakologi
meringis nonfarmakolo-gi untuk menguragi nyeri,
2. Pengkajian nyeri : mencari bantuan)
P : Trauma capitis b. Melaporkan bahwa nyerinya bekurag
Q : Nyut-nyut dengan menggunakan manajemen nyeri
R : Kepala c. Mampu mengenali nyeri (skala, intesitas,
S : Sedang (6) frekuensi dan tanda nyeri)
T : Hilang timbul d. Menyatakan rasa nyaman setelah nyeri
berkurang.

84
3 DS : NOC 1) Instruksikan keluarga untuk
1. Pasien mengatakan a. Activiti tolerance menjaga privasi saat membantu
BAK dan BAB di b. Mobility : physical impaired pasien BAB dan BAK
bantu oleh keluarga c. Fatique level 2) Instruksikan keluarga untuk
menggunakan pispot d. Anxiety Self Control memfasilitasi kebersihan toiet
DO : e. Ambulation setelah membuang kotoran atau
1. Pasien tampak di bantu f. Self Care Deficit toileting urine
oleh keluarga pada saat g. Self Care Deficit Hygiene 3) Instruksikan keluarga
BAK dan BAB h. Urinari Incontinence Fungcitional membersihkan alat bantu BAK dan
Kriteria Hasil BAB (pispot) setelah di gunakan
a. Pengetahuan perawatan ostomy : tingkat 4) Instruksikan keluarga untuk
pemeliharaan yang ditunjukkan tentang mengganti pakaian pasien jika
pemeliharaan ostomy untuk eliminasi sudah kotor atau terkontamina si
b. Perawatan diri ostomy : tindakan pribadi setelah BAK atau BAB
untuk mempertahankan ostomy untuk
eliminasi
c. Perawatan diri aktivitas kegiatan sehari-
hari (ADL) mampu untuk melakukan
aktivitas perawatan fisik dan pribadi secara
mandiri
d. Perawatan diri hygienene : mampu untuk
melakukan BAK / BAB dengan mandiri

85
d. Implementasi keperawatan

Hari III (Kamis 05 mei2018)


Hari I (selasa 03 mei 2018) Hari II (Rabu 04 mei 2018)
No DX Jam Jam Jam
Implementasi Implementasi Implementasi

1 1 1. Memantau peningkatan 1. Memantau peningkatan 1. Memantau peningkatan


tekanan inttrakrania tekanan inttrakrania tekanan inttrakrania
Hasil :
Tidak ada peningkatan TIK Hasil : Hasil :
2. Mengobservasi TTV Tidak ada peningkatan TIK Tidak ada peningkatan
TIK
Tekanan darah meningkat 2. Mengobservasi TTV
dan Nadi menurun Tekanan darah 2. Mengobservasi TTV
Hasil : meningkat dan Nadi Tekanan darah
TD : 110 / 70 menurun meningkat dan Nadi
S : 36,5 °C menurun
N : 70 x/ Menit Hasil :
P : 23 x/ Menit TD : 120 / 80 Hasil :
3. Mengobservasi GCS ( S : 36 °C TD : 110 / 80

86
tingkat kesadaran ) N : 75 x/ Menit S : 36,3 °C
Hasil : P : 21 x/ Menit N : 80 x/ Menit
Compos mentis (15) P : 20 x/ Menit
4. Mengobservasi muntah 3. Mengobservasi GCS ( 3. Mengobservasi GCS (
proyektil tingkat kesadaran ) tingkat kesadaran )
Hasil : Hasil : Hasil :
Tidak ada muntah proyektil Compos mentis (15) Compos mentis (15)
5. Mengobservasi adanya 4. Mengobservasi muntah
lateralisasi 4. Mengobservasi muntah proyektil
Hasil : proyektil Hasil :
Tidak ada tanda laterelisasi Tidak ada muntah
Hasil :
6. Melakukan proyektil
Tidak ada muntah
Penatalaksanaan pemberian 5. Mengobservasi adanya
proyektil
obat lateralisasi
5. Mengobservasi adanya
Hasil : Hasil :
lateralisasi
a. Citocoline via (IV) / 12 Tidak ada tanda
Hasil :
jam laterelisasi
Tidak ada tanda laterelisasi
b. Trombophop GEL 6. Melakukan
6. Melakukan
Penatalaksanaan
Penatalaksanaan pemberian
pemberian obat
obat
Hasil :
Hasil :
a. Citocoline via (IV) /
a. Citocoline via (IV) / 12
12 jam
jam

87
b. Trombophop GEL b. Trombophop GEL

2 II 1. Melakukan pengkajian 1. Melakukan pengkajian 1. Melakukan pengkajian


nyeri secara komprehensif nyeri secara komprehensif nyeri secara komprehensif
Hasil : Hasil : Hasil :
P :Pasca Trauma Capitis P :Pasca Trauma Capitis P :Pasca Trauma Capitis
Q : Nyut-nyut Q : Nyut-nyut Q : Nyut-nyut
R : Kepala R : Kepala R : Kepala
S : sedang (6) S : sedang (6) S : sedang (6)
T : Hilang Timbul T : Hilang Timbul T : Hilang Timbul
2. Menggunakan tekhnik 2. Menggunakan tekhnik 2. Menggunakan tekhnik
komunikasi teraoupetik komunikasi teraoupetik komunikasi teraoupetik
untuk mengkaji pengalaman untuk mengkaji pengalaman untuk mengkaji
nyeri nyeri pengalaman nyeri
Hasil : Hasil : Hasil :
Pasien mengatakan nyeri Pasien mengatakan nyeri Pasien mengatakan nyeri
semenjak setelah terjadi semenjak setelah terjadi semenjak setelah terjadi
kecelakaan mobil bersama kecelakaan mobil bersama kecelakaan mobil
anak keluarga nya anak keluarga nya bersama anak keluarga
3. Mengajarkan teknik 3. Mengajarkan teknik nya
nonfarmakologi nonfarmakologi 3. Mengajarkan teknik
Hasil : Hasil : nonfarmakologi
Pasien diberikaan teknik Pasien diberikaan teknik Hasil :
relaksasi napas dalam untuk relaksasi napas dalam untuk Pasien diberikaan teknik
penanganan nyeri Non penanganan nyeri Non relaksasi napas dalam

88
Farmakologi Farmakologi untuk penanganan nyeri
4. Meningkatkan istirahat 4. Meningkatkan istirahat Non Farmakologi
Hasil : Hasil : 4. Meningkatkan istirahat
pasien diberi waktu istirahat pasien diberi waktu istirahat Hasil :
yang optimal dengan baring yang optimal dengan baring pasien diberi waktu
dan memberi ruang waktu dan memberi ruang waktu istirahat yang optimal
kepada pasien untuk tidak kepada pasien untuk tidak dengan baring dan
terlalu di ganggu dengan terlalu di ganggu dengan memberi ruang waktu
interaksi / komunikasi interaksi / komunikasi kepada pasien untuk tidak
5. Pemberian obat / terapi 5. Pemberian obat / terapi terlalu di ganggu dengan
farmakologi farmakologi interaksi / komunikasi
Hasil : Hasil : 5. Pemberian obat / terapi
a. BETAHISTINE a. BETAHISTINE farmakologi
MESYLATE 6 mg / 8 MESYLATE 6 mg / 8 Hasil :
jam jam a. BETAHISTINE
b. DIMENHYDRINATE b. DIMENHYDRINATE MESYLATE 6 mg / 8
50 mg / 12 jam 50 mg / 12 jam jam\
b. DIMENHYDRINATE
50 mg / 12 jam

3 III 1. menginstruksikan keluarga 1. menginstruksikan keluarga 1. menginstruksikan


untuk menjaga privasi saat untuk menjaga privasi saat keluarga untuk menjaga
membantu pasien BAB dan membantu pasien BAB dan privasi saat membantu
BAK BAK pasien BAB dan BAK
Hasil :

89
keluarga mengerti dan Hasil : Hasil :
menjaga privasi pasien keluarga mengerti dan keluarga mengerti dan
dengan menginstruksikan menjaga privasi pasien menjaga privasi pasien
kepada keluarga supaya dengan menginstruksikan dengan menginstruksikan
bisa keluar kamar dan kepada keluarga supaya kepada keluarga supaya
menutup pintu bisa keluar kamar dan bisa keluar kamar dan
2. menginstruksikan keluarga menutup pintu menutup pintu
untuk memfasilitasi 2. menginstruksikan keluarga 2. menginstruksikan
kebersihan toiet setelah untuk memfasilitasi keluarga untuk
membuang kotoran atau kebersihan toiet setelah memfasilitasi kebersihan
urine \ membuang kotoran atau toiet setelah membuang
Hasil : urine \ kotoran atau urine \
Keluarga selalu menjaga Hasil : Hasil :
kebersihan toilet Keluarga selalu menjaga Keluarga selalu menjaga
3. Instruksikan keluarga kebersihan toilet kebersihan toilet
membersihkan alat bantu 3. Instruksikan keluarga 3. Instruksikan keluarga
BAK dan BAB (pispot) membersihkan alat bantu membersihkan alat bantu
setelah di gunakan BAK dan BAB (pispot) BAK dan BAB (pispot)
Hasil : setelah di gunakan setelah di gunakan
Keluarga pasien selalu Hasil : Hasil :
membersihkan pispot Keluarga pasien selalu Keluarga pasien selalu
setelah di gunakan pasien membersihkan pispot membersihkan pispot
4. Instruksikan keluarga untuk setelah di gunakan pasien setelah di gunakan pasien
mengganti pakaian pasien 4. Instruksikan keluarga untuk 4. Instruksikan keluarga
jika sudah kotor atau mengganti pakaian pasien untuk mengganti pakaian

90
terkontamina si setelah jika sudah kotor atau pasien jika sudah kotor
BAK atau BAB terkontamina si setelah atau terkontamina si
Hasil : BAK atau BAB setelah BAK atau BAB
Keluarga mengerti dan Hasil : Hasil :
selalu memperhatikan Keluarga mengerti dan Keluarga mengerti dan
kebersihan pasien selalu memperhatikan selalu memperhatikan
kebersihan pasien kebersihan pasien

e. Evaluasi keperawatan

Hari I (selasa 03 mei 2018) Hari I (rabu 04 mei 2018) Hari I (kamis 03 mei 2018)
No DX Jam
Evaluasi Evaluasi Evaluasi

1 1 S : Pasien mengatakan bagian S : Pasien mengatakan kepala S : Pasien mengatakan kepala


kepala masih bengkak dan masih bengkak dan sudah tidak terlalu bengkak
mengatakan belum bisa mengatakan belum bisa atau sudah mengecil klien
bangun bangun mengatakan sudah bisa
bangun duduk
O: tampak hematom di bagian O: tampak hematom di bagian
kepala dan pinggiran mata kepala dan pinggiran mata O: tampak hematom di bagian
dan badan pasien masih dan badan pasien masih kepala nya sudah kecil dan

91
lemah lemah hampir tidak bengkak lagi
dan pasien sudah bisa duduk
A:Masalah belum teratasi A:Masalah belum teratasi
A:Masalah teratasi
P :Lanjutkan intervensi: P :Lanjutkan intervensi:
P : hentikan intervensi:
1. Pantau peningkatan 1. Pantau peningkatan
tekanan intrakranial tekanan intrakranial
2. Observasi TTV Tekanan 2. Observasi TTV Tekanan
darah meningkat dan darah meningkat dan Nadi
Nadi menurun menurun
3. Observasi GCS ( tingkat 3. Observasi GCS ( tingkat
kesadaran ) kesadaran )
4. Observasi muntah 4. Observasi muntah
proyektil proyektil

5. Observasi 5. Observasi adanya


adanyalateralisasi lateralisasi
6. Penatalaksanaa 6. Penatalaksanaa pemberian
pemberian obat obat

2 II S : Pasien mengatakan masih S : Pasien mengatakan masih S : Pasien mengatakan sakit


merasa sakit kepala merasa sakit kepala kepala tinggal sedikit

O: pasien nampak meringis O: pasien nampak meringis O: pasien nampak tidak meringis
dengan skala nyeri sedang dengan skala nyeri ringan (3) lagi dengan skala nyeri ringan

92
(4) A:Masalah belum teratasi (1)

A:Masalah belum teratasi P :Lanjutkan intervensi: A:Masalah teratasi

P :Lanjutkan intervensi: 1. Lakukan pengkajian nyeri P :hentikan intervensi:


secara komprehensif
1. Lakukan pengkajian 2. Gunakan tekhnik
nyeri secara komunikasi teraoupetik
komprehensif untuk mengkaji
2. Gunakan tekhnik pengalaman nyeri
komunikasi teraoupetik 3. Ajarkan teknik
untuk mengkaji nonfarmakologi
pengalaman nyeri 4. Tingkatkan istirahat
3. Ajarkan teknik 5. Pemberian obat / terapi
nonfarmakologi farmakologi
4. Tingkatkan istirahat
5. Pemberian obat / terapi
farmakologi

3 III S : Pasien mengatakan tidak S : Pasien mengatakan masih S : Pasien mengatakan sudah
bisa bangun dari tempat belum bisa bangun dari bisa bangun namun masih di
tidur dan BAB dan BAK di tempat tidur dan BAB dan bantu keluarga BAB dan
bantu keluarga BAK di bantu keluarga BAK

O: pasien nampak di bantu O: pasien nampak BAK dan O: pasien nampak sudah bisa
keluarga BAK dan BAB BAB di bantu keluarga bngun tapi BAK dan BAB

93
menggunakan pispot menggunakan pispot masih di bantu menggunakan
pispot
A:Masalah belum teratasi A:Masalah belum teratasi
A:Masalah teratasi
P :Lanjutkan intervensi: P :Lanjutkan intervensi:
P :hentikan intervensi:
1. Instruksikan keluarga 1. Instruksikan keluarga
untuk menjaga privasi untuk menjaga privasi
saat membantu pasien saat membantu pasien
BAB dan BAK BAB dan BAK
2. Instruksikan keluarga 2. Instruksikan keluarga
untuk memfasilitasi untuk memfasilitasi
kebersihan toiet setelah kebersihan toiet setelah
membuang kotoran atau membuang kotoran atau
urine urine
3. Instruksikan keluarga 3. Instruksikan keluarga
membersihkan alat membersihkan alat bantu
bantu BAK dan BAB BAK dan BAB (pispot)
(pispot) setelah di setelah di gunakan
gunakan 4. Instruksikan keluarga
4. Instruksikan keluarga untuk mengganti pakaian
untuk mengganti pasien jika sudah kotor
pakaian pasien jika atau terkontamina si
sudah kotor atau setelah BAK atau BAB
terkontamina si setelah

94
BAK atau BAB

95
B. Pembahasan

1. Pengkajian

Menurut Wilkinson dan Ahern (2014) penggkajian pada pasien

Trauma Capitis adalah tentang peningkatan tekanan intrakrania (TIK),

status neurologis seperti tanda vital, ukuran, bentuk dan reaksi pupil

cahaya, kesimetrisan pupil ; status kesadaran/ mental ; respon terhadap

stimulus nyeri ; kemampuan untuk mengikuti perintash ; kesimetrisan

respon motorik ; refleks, seperti babinski, berkedip, batuk, muntah atau

gag

Seadngkan yang di temukan selama tiga hari supervisi pengkajian

pada pasien Trauma Capitis di temukan data subjektif pasien mengatakan

muntah proyektil, pasien mengatakan nyeri kepala, pasien mengatakan

kepalanya bengkak, pasien mengtakan BAK dan BAB di bantu oleh

keluarga menggunakan pispot dan data objektif pasien tampak bagian

kepala terdapat hematom atau benjolan di bagian Fronto Occipital pasien

tampak dengan GCS Compos Mentis, pasien tampak meringis, P : Trauma

Capitis, Q : Nyut-nyut, R : kepala, S : sedang (5), T : hilang timbul, TTV :

TD : 120 / 80 mmHg, S: 36 °C, N : 70 x/menit, P : 20 x/menit, pasin

tampak BAB dan BAK di bantu oleh keluarga menggunakan pispot

Dengan demikian terdapat kesenjangan antara teori dan praktek

penelitian yaitu :

a. Data yang ditemukan dalam studi kasus tetapi tidak terdapat dalam

konsep teori adalah :BAK dan BAB di bantu keluarga menggunakan

pispot, penulis menilai data ini muncul karna pasien tidak bisa bangun

i
b. Data yang tidak di temukan dalam studi kasus tapi di temukan dalam

konsep teori adalah : Bradicardi, penulis menilai data ini tidak di

temukan karna Ny.R tida menunjujjkan tanda dari Bradicardi

2. Diagnosa keperawatan

Menurut (Wilkinson & Ahern, 2014; Nurarif & Kusuma, 2016)

diagnosa keperawatan yang dapat di temukan pada pasien Trauma Capitis

adalah Penurunan Kapasitas Adaptif Intrkranial, Nyeri akut berhubungan

cedera fisik, Hambatan mobilitas fisik berhubungan dengan kerusakan

persepsi / kognitif, terapi pembatasan / kewaspadaan keamanan, misal

tirah baring, immobilisasi, kerusakan memori berhubungan dengan

hipoksia, gangguan neurologis ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d

oobtruksi jalan nafas, ditandai, dengan depsnea, ketidak efektifan bersihan

jalan napas berhubungan dengan obstruksi jalan napas, ditandai dengan

depsnea, Resiko kekurangan volume cairan berhubungan dengan

perubahan kadar elektrolit serum, muntah, Resiko ketidak seimbangan

suhu tubuh Resiko pendarahan berhubungan dengan trauma, riwayat jatuh,

Resiko pendarahan berhubungan dengan trauma, riwayat jatuh, Resiko

ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan

ruangan untuk perfusi serebral, sumbatan aliran darah serebral, resiko

infeksi, Resiko cidera berhubungan dengan penurunman tingkat kesadaran,

gelisah, agitasi, gerakan involunter dan kejang, ansietas.

Sedangkan diagnosa keperawatan yang di temukan pada pasien Ny.

R selama tiga hari supervisi adalah penurunan kapasitas adaptif

ii
intrakranial berhubungan dengan Hematom, Nyeri akut berhubungan

dengan cedera akut, Defisit perawatan diri : eliminasi.

Dengan demikian terdapat kesenjangan antara diagnosa yang ada

pada teori dengan diagnosa yang di temukan pada kasus

a. Diagnosa yang ditemukan dalam studi kasus tapi tidak terdapat dalam

konsep teori adalah : Defisit perwatan diri : elimnasi, penulis menilai

diagnosa ini di tegakkan karna terdapat data-data yang mendukung

mengenai diagnosa ini, dimana pasien tidak mampu bangun dan

eliminasinya di bantu oleh keluarga.

b. Diagnosa yang tidak di temukan dalam studi kasus tetapi terapat dalam

konsep teori adalah :

1) kerusakan memori b.d hipoksia, gangguan neurologis

ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d oobtruksi jalan nafas,

ditandai, dengan depsnea, penulis menilai diagnosa ini di tegakkan

di kasus karna pasien karna pasien tidak menunjukkan adanya

tanda tanda lupa ingatan, daya ingat pasien bagus

2) ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d obstruksi jalan napas,

ditandai dengan depsnea, penulis menilai diagnosa ini di tegakkan

di kasus karna pasien karna pasien tidak menunjukkan adanya

tanda tanda sesak napas, bunyi ronghi dan tidak batuk

3) Hambatan mobilisasi fisik, penulis menilai diagnosa ini di

tegakkan di kasus karna pasien karna pasien tidak menunjukkan

adanya tanda tanda kerusakan atau cacat pada tubuh pasien

iii
4) Resiko kekurangan volume cairan b.d perubahan kadar elektrolit

serum, muntah. penulis menilai diagnosa ini di tegakkan di kasus

karna pasien karna pasien tidak menunjukkan adanya tanda tanda

dehidrasi turgor kulit baik

5) Resiko ketidak seimbangan suhu tubuh Resiko pendarahan b.d

trauma, riwayat jatuh, penulis menilai diagnosa ini di tegakkan di

kasus karna pasien karna pasien tidak menunjukkan adanya tanda

tanda Hipertermi atau Hipotermi

6) Resiko pendarahan b.d trauma, riwayat jatuh, penulis menilai

diagnosa ini di tegakkan di kasus karna pasien karna pasien tidak

menunjukkan adanya luka robek atau luka tusuk di tubuh pasien

7) Resiko ketidakefektifan perfusi jaringan otak b.d penurunan

ruangan untuk perfusi serebral, sumbatan aliran darah serebral,

penulis menilai diagnosa ini di tegakkan di kasus karna pasien

karna pasien tidak menunjukkan adanya tanda tanda penurunan

tingkat kesadaran ≤ 13.

8) Resiko infeksi, penulis menilai diagnosa ini di tegakkan di kasus

karna pasien karna pasien tidak menunjukkan adanya tanda tanda

infeksi seperti lika terbuka atau lesi pada pasien.

9) Resiko cidera b.d penurunman tingkat kesadaran, gelisah, agitasi,

gerakan involunter dan kejang, penulis menilai diagnosa ini di

tegakkan di kasus karna pasien karna pasien tidak menunjukkan

adanya tanda tanda gelisah atau banyak bergerak.

iv
10) Ansietas, penulis menilai diagnosa ini di tegakkan di kasus karna

pasien karna pasien tidak menunjukkan adanya tanda tanda

kecemasan pada diri pasien.

3. Perencanaan

Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan

Hematom adapun intervensi keperwatan yang di terapkan oleh penulis

antara lain : Pantau peningkatan tekanan inttrakrania, observasi TTV,

tekanan darah meningkat dan nadi menurun, observasi GCS ( tingkat

kesadaran ), observasi muntah proyektil, observasi adanya lateralisasi,

penatalaksanaa pemberian obat

Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik adapun intervensi

keperwatan yang di terapkan oleh penulis antara lain : lakukan pengkajian

nyeri secara komprehensif , gunakan tekhnik komunikasi teraoupetik

untuk mengkaji pengalaman nyeri, ajarkan teknik nonfarmakologi,

tingkatkan istirahat, pemberian obat / terapi farmakologi

Defisit perawatan diri : Eliminasi adapun intervensi keperwatan

yang di terapkan oleh penulis antara lain : Instruksikan keluarga untuk

menjaga privasi saat membantu pasien BAB dan BAK, instruksikan

keluarga untuk memfasilitasi kebersihan toiet setelah membuang kotoran

atau urine, instruksikan keluarga membersihkan alat bantu BAK dan BAB

(pispot) setelah di gunakan, instruksikan keluarga untuk mengganti

pakaian pasien jika sudah kotor atau terkontamina si setelah BAK atau

BAB

v
Penulis dalam menetapkan suatu intervensi keperwatan harus

mempertimbangkan beberapa faktor baik faktor pendukung dan faktor

penghambat. Adapun faktor pendukung diantaranya kelengkapan alat

pemeriksaan fisik yang di siapkan oleh penulis sebelum turun ke lahaan

praktek, pasien koperatif, adanya dukungan dari keluarga, pasien dan

tenaga medis yang ada di ruangan. Sedangkan faktor penghambat

diantaranya kurang nya waktu dalam berinteraksi dengan pasien.

4. Implementasi keperawatan

Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan

Hematom adapun intervensi keperwatan yang di implementasikan pada

hari pertama antara lain : Memantau peningkatan tekanan inttrakrania,

mengobservasi TTV tekanan darah meningkat dan Nadi menurun,

mengobservasi GCS ( tingkat kesadaran ), mengobservasi muntah

proyektil, mengobservasi adanya lateralisasi Melakukan pemberian obat.

Pada hari ke dua rencana keperawatan yang di implementasikan antara lain

: Memantau peningkatan tekanan inttrakrania, mengobservasi TTV

tekanan darah meningkat dan Nadi menurun, mengobservasi GCS ( tingkat

kesadaran ), mengobservasi muntah proyektil, mengobservasi adanya

lateralisasi Melakukan pemberian obat. Pada hari ketiga rencana

keperawatan yang di implementasikan antara lain : Memantau peningkatan

tekanan inttrakrania, mengobservasi TTV tekanan darah meningkat dan

Nadi menurun, mengobservasi GCS ( tingkat kesadaran ), mengobservasi

muntah proyektil, mengobservasi adanya lateralisasi Melakukan

pemberian obat.

vi
Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik adapun intervensi

keperwatan yang di implementasikan pada hari pertama antara lain :

Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, menggunakan tekhnik

komunikasi teraoupetik untuk mengkaji pengalaman nyeri,mengajarkan

teknik nonfarmakologi, meningkatkan istirahat, melakukan pemberian

obat / terapi farmakologi. Pada hari kedua rencana keperawatan yang di

implementasikan antara lain : Melakukan pengkajian nyeri secara

komprehensif, menggunakan tekhnik komunikasi teraoupetik untuk

mengkaji pengalaman nyeri, mengajarkan teknik nonfarmakologi,

meningkatkan istirahat, melakukan pemberian obat / terapi farmakologi.

Pada hari ketiga rencana keperwatan yang di implementasikan antara lain :

Melakukan pengkajian nyeri secara komprehensif, menggunakan tekhnik

komunikasi teraoupetik untuk mengkaji pengalaman nyeri,mengajarkan

teknik nonfarmakologi, meningkatkan istirahat, melakukan pemberian

obat / terapi farmakologi

Defisit perawatan diri : Eliminasi adapun intervensi keperwatan

yang di implementasikan pada hari pertama antara lain : Menginstruksikan

keluarga untuk menjaga privasi saat membantu pasien BAB dan BAK,

menginstruksikan keluarga untuk memfasilitasi kebersihan toiet setelah

membuang kotoran atau urine, menginstruksikan keluarga membersihkan

alat bantu BAK dan BAB (pispot) setelah di gunakan, menginstruksikan

keluarga untuk mengganti pakaian pasien jika sudah kotor atau

terkontamina si setelah BAK atau BAB. Pada hari kedua rencana

keperawatan yang di implementasikan antara lain : Menginstruksikan

vii
keluarga untuk menjaga privasi saat membantu pasien BAB dan BAK,

menginstruksikan keluarga untuk memfasilitasi kebersihan toiet setelah

membuang kotoran atau urine, menginstruksikan keluarga membersihkan

alat bantu BAK dan BAB (pispot) setelah di gunakan, menginstruksikan

keluarga untuk mengganti pakaian pasien jika sudah kotor atau

terkontamina si setelah BAK atau BAB. Pada hari ketiga rencana

keperwatan yang di implementasikan antara lain : Menginstruksikan

keluarga untuk menjaga privasi saat membantu pasien BAB dan BAK,

menginstruksikan keluarga untuk memfasilitasi kebersihan toiet setelah

membuang kotoran atau urine, menginstruksikan keluarga membersihkan

alat bantu BAK dan BAB (pispot) setelah di gunakan, menginstruksikan

keluarga untuk mengganti pakaian pasien jika sudah kotor atau

terkontamina si setelah BAK atau BAB

5. Evaluasi keperawatan

Diagnosa keperawata yang teratasi yaitu :

a. Penurunan kapasitas adaptif intrakranial berhubungan dengan

Hematom. Diagnosa ini sudah teratasi karna pada bagian kepala yang

bengkak sudah hampir kembali normal

b. Nyeri akut berhubungan dengan cedera fisik. Diagnosa ini sudah

teratasi karna pasien sudah tidak meringis dan skala nyeri sudah

menjadi ringan yakni dengan skala nyeri 1

c. Defisit perawatan diri : Eliminasi. Diagnosa ini sudah teratasi karna

pasien sudah bisa bangun dan besok sudah bisa pulang kerumah

viii
Dengan demikian dalam evaluasi keperawatan diagnosa yang

ditegakkan pada pasien Ny S tidak ada diagnosa keperawatan yang

tidak teratasi semuanya teratasi.

ix
BAB V

KESIMPULAN DAN SARAN.

A. Kesimpulan

1. Dalam melakukan pengkajian pada Ny R dengan masalah Trauma Capits ,

Data yang tidak dapat ditemukan dalam praktek tetapi terdapat dalam konsep

teori adalah Bradicardi dan penurunan tingkat kesadaran Sedangkan data

yang ditemukan pada praktek dan tidak ada pada konsep teori adalah

gangguan Eliminasi dimana pasien BAK dan BAB di bantu keluarga

menggunakan pispot.

2. Dalam menetapkan Diagnosa Keperawatan pada Ny R dengan maslah Trauma

Capitis. Menurut konsep teori terdapat 12 diagnosa keperawatan yang

ditetapkan adalah Penurunan kapasitas adaptif intrakranial, Nyeri b.d agen

cidera biologis kontraktur, terputusnya jaringan tulang, Hambatan mobilitas

fisik b.d kerusakan persepsi / kognitif, terapi pembatasan / kewaspadaan

keamanan, misal tirah baring, immobilisasi, kerusakan memori b.d hipoksia,

gangguan neurologis ketidakefektifan bersihan jalan nafas b.d oobtruksi jalan

nafas, ditandai, dengan depsnea, ketidak efektifan bersihan jalan napas b.d

obstruksi jalan napas, ditandai dengan depsnea, resiko kekurangan volume

cairan b.d perubahan kadar elektrolit serum, muntah, resiko ketidak

seimbangan suhu tubuh Resiko pendarahan b.d trauma, riwayat jatuh, resiko

pendarahan berhubungan dengan trauma, riwayat jatuh, resiko

ketidakefektifan perfusi jaringan otak berhubungan dengan penurunan ruangan

untuk perfusi serebral, sumbatan aliran darah serebral, resiko infeksi, resiko

x
cidera berhubunngan dengan penurunman tingkat kesadaran, gelisah, agitasi,

gerakan involunter dan kejang, ansietas.

Sedangkan pada Ny R ditemukan tiga Diagnosa Keperawatan yaitu:

Penurunan kapasitas adaptif intrakranial, Nyeri akut berhubungan dengan

cedera fisik, Defisit keperawatan diri : Eliminasi

3. Dalam menentukan rencana keperawatan pada Ny R dengan masalah Trauma

Capitis Pada dasarnya rencana intervensi keperawatan yang ditetapkan penulis

berpedoman pada rencana intervensi keperawatan yang ada dalam konsep teori.

4. Pada tahap implementasi pada Ny R dengan masalah Trauma Capitis. Penulis

dalam melakukan implementasi keperawatan berpedoman pada implementasi

keperawatan yang ada pada konsep teori. Adapun faktor pendukung dalam

melaksanakan implementasi antara lain: pasien kooperatif, kerja sama yang

baik dari keluarga pasien, dan dukungan perawat dan pembimbing dalam

melakukan implementasi keperawatan, Sedangkan faktor penghambat dalam

melakukan implementasi adalah kurangnya waktu interaksi dengan pasien.

5. Dari hasil eveluasi keperawatan pada Ny R dengan masalah Trauma Capitis

terdapat tiga diagnosa yang teratasi yaitu Penurunan Kapasitas Adaptif

Intrakranial, Nyeri akut berhubungan denngan cedera fisik, Defisit perwatan diri

:Eliminasi

B. Saran

1. Diharapkan kepada bagian Rumah Sakit / staff agar dapat meningkatkan

pelayanan keperawatan di Rumah Sakit, khususnya pada pasien yang

mengalami Trauma Capitis. dan apabila mendiagnosa hasil pengkajian agar bisa

betul betul berpodaman pada data yang didapatkan dan memberikan lebih cepat

xi
pelayanan karena diketahui penyakit Trauma Capitis ini sangatlah berbahaya

bagi tubuh pasien

2. Diharapkan kepada semua perawat agar tetap menggunakan proses keperawatan

sebagai metode acuan pemecahan masalah, terutama dalam penangganan

masalah pada pasien yang mengalami hepatitis, mengingat begitu banyak

diagnosa keperawatan yang dapat muncul dalam proses keperawatannya.

3. Diharapkan kepada keluarga atau masyarakat agar mengetahui penyebab dan

dampak penyakit Trauma Capitis, serta dapat mencegah terjadinya Trauma

Capitis khususnya pada keluarga.

4. Dalam hal ini penulis ketika menyelesaikan pendidikan diharapkan dapat

mengaplikasikan pengetahuan yang diperoleh selama di Akper Mappa Ouddang

Makassar

xii
DAFTAR PUSTAKA

Arifin & risdianto. 2013. Cedera Kepala. Jakarta: Sagung Seto


Awloei dkk. 2016. Gambaran Cedera Kepala yang menyebabkan kematian
dibagian Forensik dan Medikolegal RSUP Prof Dr. R. D. Kandou.Manado:
e-jurnal Keperawatan Vol. 5 No. 1

Barara & jauhar. 2013. Asuhan Keperawatan Panduan Lengkap Menjadi Perawat
Profesiona. Jakarta: Pustaka Raya

Krisanty Dkk. 2013. Asuhan Keperawatan Gawat Darurat: Jakarta CV Trans Info
Media.

Mubarak. 2015. Standar Asuhan Keperawatan Dan Posedur Tetap dalam Praktik
Keperawatan. Jakarta: Salemba medika

Nurarif Amin & Kusuma Hardi.2016. Asuhan Keperawatan Berdasarkan


Diagnosa Medis & NANDA NIC-NOC.Jogjakarta:Medi Action

PPNI. 2016. Standar Diagnosa Keperawatan Indonesia. Jakarta Selatan:


Dewan Pengurus Pusat PPNI

Padilla. 2012. Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta: Nuha Medika

RISKESDAS. 2013. Badan penelirian dan pengembangan kesehatan kementrian


kesehatan RI. Jakarta : RISKESDAS

Rendi & Margereth. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah. Jogjakarta:


Nuha Medika

Takalide dkk. 2017 Pengaruh terhadap Oksigenasi Prong terhadap perubahan


Saturasi Oksigen pasien Cedera Kepala Di Instalasi Gawat Darurat RSUP
Prof DR R D Kandou, Manado : e-jurnal Keperawatan Vol. 5 No. 1

Zamzami dkk. 2013. Angka Kejadian dan Outcome Cedera Otak di RS. Hasan
Sadikin, Bandung : Jurnal Neuroanestesia Indonesia. Vol. 2. No. 2
Winkinson & Ahern. 2014. Buku Saku Diagnosa Keperawatan Edisi 9. Jakarta:
EGC

xiii
Lampiran 1

INSTRUMEN PENELITIAN

A. Pengkajian

1. Pengkajian identitas klien

Nama :

MR :

Masuk ke RS :

Tanggal Lahir :

Umur :

Jenis kelamin :

Agama :

Alamat :

2. Penaggung jawab

Nama :

Usia :

Jenis kelamin :

Pekerjaan :

Hub dengan klien :

B. Keluhan Utama

1. Alasan kunjungan/ keluhan utama

2. Faktor pencetus

3. Lamanya keluhan

4. Timbulnya keluhan

5. Faktor yang memeperberat

xiv
6. Upaya yang dilakukan untuk mengatasinya

7. Diagnosa medik

a. .................................................................................... Tanggal

b. .................................................................................... Tanggal

c. .................................................................................... Tanggal

C. Riwayat Kesehatan

1. Riwayat kesehatan sekarang :

2. Riwayat kesehatan lalu :

3. Riwayat kesehatan keluarga :

Genogram 3 generasi

D. Riwayat Psikososial

1. Pola konsep diri :

2. Pola kognitif :

3. Pola koping :

4. Pola interaksi :

E. Riwayat Spritual

1. Keadaan klien beribadah :

2. Dukungan keluarga klien :

3. Ritual yang biasa dijalankan klien :

F. Pemeriksaan fisik

1. Keadaan umum klien

a. Tanda-tanda distrus:

b. Penampilan dihubungkan dengan usia:

xv
c. Ekspresi wajah..................................... Bicara..........................................

Mood..........................................

d. Tinggi badan.......................................... Berat badan................................

Gaya berjalan

2. Tanda-tanda vital

Suhu.................................... Nadi................................... Pernafasan...............

Tekanan Darah........................................

3. Sistem pernafasan

a. Hidung (simetris).......................... Pernafasan cuping hidung..................

Secret........................... Polip..................... Epistaksis..............................

b. Leher : Pembesaran Kelenjar.............................. Tumor...........................

c. Dada : Bentuk dada...................................... Perbandingan ukuran

anterior dengan tranversal.............................. gerakan dada (kiri-kanan

apakah terdapat retraksi)........................ otot bantu pernafasan................

Suara nafas:........................... vocal premitus............. ronchi....................

wheezing................. stridor, rales. Clubbing finger..................................

4. Sistem Cardio Vaskular

a. Conjungtiva (anemia/tidak)................................... Bibir (pucat/cyanosis)

Arteri caritia (kuat/lemah)................................ Tekanan vena jugularis

(meninggi/tidak)

b. Ukuran jantung (normal-membesar).................. Ictus cordis/ Apes.........

c. Suara jantung : S1........................ S2....................... Bising......................

aorta....................... mur-mur.................... gallop......................................

5. Sistem pencernaan

xvi
a. Sklera (ikterus/tidak)........................ bibir (lembab, kering, pecah-

pecah)............................. labio skisis..................................

b. Mulut : stomatitis......................... palato skizis......................... jumlah

gigi...................... kemampuan menelan (baik/sulit).................................

c. Gaster : kembung.................................. nyeri......................... gerakan

peristaltik................................

d. Abdomen : hati (teraba/tidak)................................ line................... ginjal

................ faces.......................

e. Anus (lecet/tidak).............................. Haemorroid....................................

6. Sistem indra

a. Mata

- Kelopak mata....................... bulu mata...................... alis..................

- Visus (gunakan Sneller Chard)..................................

- Lapang-Pandang........................................................

b. Hidung

- Penciuman........................... perih di hidung..............................

trauma mimisan

- Sekret yang menghalangi penciuman..........................

c. Telinga

- Keadaan daun telinga..................................... kanal uaditorius bersih

............... serumen.................... fungsi pendengaran...........................

membran tympani.......................

7. Sistem syaraf

a. Fungsi celebral

xvii
- Status mental orientasi............................ daya ingat.........................

perhatian dan perhitungan................... bahasa....................................

- Kesadaran (eyes............................ motorik............................. verbal)

- Bicara (ekspresi dan resiptive)

b. Fungsi cranial

Nervus I : ..................................

Nervus II : Visus ............................ lapang pandang.................

Nervus III, IV, VI : Gerak bola mata............... pupil isokhor/ anisokhor

Nervus V : Sensorik............................. Motorik.........................

Nervus VII : Sensorik................. otonom................ motorik........

Nervus VIII : Pendengaran............ otonom........... motorik...........

Nervus IX : ..............................

Nervus X : Gerakan uvula........... rangsangan muntah/menelan

Nervus XI : Stemocledomatoideus................ tonus otot.............

kekuatan otot

Nervus XII : Gerakan lidah..............................

c. Fungsi motorik : massa otot............................ tonus otot....................

kekuatan otot...................

d. Fungsi sensorik suhu....................... nyeri...................... getaran..............

posisi................................ diskriminasi................................

e. Fungsi cerebellans : kordinasi.................... keseimbangan.......................

f. Refleks :

g. Iritasi meningan :

8. Sistem Muskulo Skeletal

xviii
a. Kepala : bentuk kepala................................... gerakan..............................

b. Vertebrae : scoleosia....................... lerdosis............... kiposia..................

gerakan........................ POM..................... fungsi gerak...........................

c. Pelvis : gaya jalan...................... gerakan....................... POM..................

trandelberg test........................ ortolani/barlow.........................................

d. Lutut : bengkak................ kaku........................ gerakan...........................

MC murray test...................... ballotement test

e. Kaki bengkak, gerakan..................... kemampuan berjalan

f. Kaki : bengkak........... gerakan............. ROM........... bahu.......................

9. Sistem integumen

a. Rambut : Warna.............................. mudah dicabut

b. Kulit : warna........... temperatur............. kelembaban.............. bulu kulit

...... erupsi........... tahi lalat............ ruam................

c. Kuku : warna.......................... permukaan kuku.................... mudah

patah.......................... kebersihan

10. Sistem endokrin

a. Kelenjar thypoid............................

b. Ekskresi urine berlebihan.................. polydipsi...................... poly phagi

c. Suhu tubuh yang tidak seimbang................... keringat berlebihan............

d. Riwayat bekas air seni dikelilingi semut.............................

11. Sistem perkemihan

a. Odema palpebra................ moon face................. odema anasarka...........

b. Keadaan kandung kemih...................................

c. Nocturia.................... Dysuria......................... kencing batu.....................

xix
d. Penyakit hubungan seksual

12. Sistem reproduksi

a. Wanita

 Payudara : puting.............. areola mammae.............. simetris..............

 Labia mayora dan minora bersih............... secret............... bau...........

b. Laki-laki

 Keadaan gland penis : Urethra....................... kebersihan.....................

 Testis : sudah turun/ belum)..........................

 Pertumbuhan rambut : kumis................ janggut............. ketiak...........

 Pertumbuhan jakun....................... perubahan suara.............................

13. Sistem immun

a. Allergi : (cuaca debu, bulu binatang, zat kimia).......................................

b. Penyakit yang berhubungan dengan perubahan cuaca : flu.......................

ulticaria................... lain-lain.............................

G. Aktivitas sehari-hari

1. Nutrisi

a. Selera makan : ..........................

b. Menu makan dalam 24 jam : ........................

c. Frekwensi makan dalam 24 jam : .......................

d. Makanan yang disukai dan makanan pantangan : ....................

e. Pembatasan pola makan : ...................................

f. Cara makan (bersama keluarga/ alat makan yang digunakan...................

2. Cairan

a. Jenis minuman yang dikonsumsi dalam 24 jam........................................

xx
b. Frekuensi minuman............................

c. Kebutuhan cairan dalam 24 jam..........................

3. Eliminasi BAB dan BAK

a. Tempat pembuangan : .............................

b. Frekwensi : .................../ hari............ teratur/tidak

c. Konsistensi : keras................ lembek.................. cair

4. Olahraga

a. Program olah raga : .......................................

xxi

Anda mungkin juga menyukai