OLEH
ROVINA YENI
06.0205
Pembimbing
Karya Tulis Ilmiah
Tim Penguji
Mengetahui:
Direktur STIKPER GUNUNG SARI
I. IDENTITAS
Nama : ROVINA YENI
Tempat/Tanggal : Benteng Selayar, 28 Juli 1986
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Alamat Jl. Malengkeri Luar Lorong I. No 8
II. PENDIDIKAN
1. Tamat TK Kumala Bhayangkari Selayar Tahun 1993
2. Tamat SD Center Inpres II Selayar tahun 1996
3. Tamat SMP Negeri I Selayar Tahun 1999
4. Tamat D III Keperawatan STIKER Gunung Sari Makassar Tahun 2008
5. Tamat MAN 1 Selayar Tahun 2005
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
berkat dan rahmat-Nya sehingga penulis mampu menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah
ini. Karya Tulis Ilmiah ini berjudul ASUHAN KEPERAWATAN PADA KLIEN An “E”
DENGAN GANGGUAN SISTEM PERSARAFAN (KEJANG DEMAM) DIRUANG
PERAWATAN BAJI MINASA BPRSUD LABUANG BAJI MAKASSAR yang penulis susun
sebagai salah satu syarat dalam menyelesaikan pendidikan program D III
Keperawatan STIKPER Gunung Sari Makassar.
Penulis menyadari sepenuhnya bahwa karya tulis ilmiah ini masih jauh dari
kesempurnaan dan masih terdapat kekeliruan dan kekhilafan di dalamnya. Oleh
karena itu dengan segala kerendahan hati penulis mengharapkan kritikan dan saran
yang sifatnya membangun dari semua pihak demi kesempurnaan Karya Tulis Ilmiah
ini.
Dalam proses penyusunan Karya Tulis Ilmiah ini, penulis menemukan banyak
kesulitan dan hambatan, namun bantuan dan bimbingan dari berbagai pihak serta
kemauan, ketekunan, kesabaran serta kerja keras penulis akhirnya, Karya Tulis Ilmiah
ini dapat diselesaikan tepat waktu. Oleh sebab itu penulis mengucapkan banyak terima
kasih kepada:
1. Bapak H. Syamsul Alam BA, selaku Ketua Yayasan Pendidikan Gunung Sari
Makassar, yang telah memberikan sarana dan pra sarana untuk mengikuti
pendidikan D III Keperawatan di STIKPER Labuang Baji Gunung Sari Makassar.
2. Bapak Pius Nalang S.St, M. Kes, selaku direktur STIKPER Labuang Baji
Makassar.
3. Bapak Dr. H. Muh. Talib Sayuti, M.Kes, selaku direktur BPRSUD Labuang Baji
Makassar serta para staf yang telah berkenan memberikan izin, menyediakan
sarana untuk mengikuti praktek Keperawatan dan ujian akhir program.
4. Bapak Kepala Dinas Kesehatan Propinsi Sulawesi Selatan yang telah memberikan
surat ijin dan keputusan untuk melaksanakan ujian di BPRSUD Labuang Baji
Makassar tanggal 1 juli s/d 3 juli 2009
5. Ibu Hj. Rasnin Palari, Skm.,M. Kes, selaku penguji yang yang telah memberikan
masukan dan dorongan serta meluangkan waktu tenaga dan pikiran.
6. Dra. Yustina Suhada S.kep.NS, selaku penguji yang telah memberikan masukan
dan dorongan serta meluangkan waktu, tenaga dan pikiran.
7. Ibu Fitri,S.Kep selaku pembimbing dan penguji lahan yang banyak membantu
penulis dalam penyusunan Asuhan Keperawatan di Rumah Sakit Labuang Baji
Makassar
8. Bapak Ismail.S,COM, selaku pembimbing II yang telah memberikan masukan dan
dorongan yang amat membantu dalam menyelesaikan karya tulis ini
9. Segenap para Dosen dan staf pengajar yang telah memberikan pengetahuan dan
bimbingan selama penulis mengikuti pendidikan di STIKPER Gunung Sari
Makassar.
10. Terkhusus kepada orang tuaku yang tercinta yang telah berkorban. Segalanya
baik moril maupun material tanpa mengenal lelah dan balasan serta senantiasa
mendoakan penulis sehingga dapat menyelesaikan pendidikan di STIKPER
Gunung Sari Makassar Propinsi Sulawesi Selatan.
11. adik-adikku yang tersayang Heni, Doni dan Afri yang selalu memberikan motifasi
dan semangat kepada saya sehingga dapat menyelesaikan pendidikan Diploma-III
di STIKPER Gunung Sari Makassar
12. Kepada sahabat-sahabatku Eisy, Duan, Melan, Merlyn, Liany, Oy Ganar, Diana,
Enjel, Mince, Nana, Kika dan Aken yang selalu senantiasa mendampingi penulis
disaat suka maupun duka. Terima kasih atas persahabatan doa dan bantuan berupa
masukan dalam menyelesaikan Karya Tulis Ilmiah ini.
13. Kepada Teman-teman seperjuanganku di Baji Minasa selama stidi kasus di rumah
sakit Labuang Baji Makassar, Hesty, Felly, Fonna, Anca, Adi, Van, Yuni, Melan,
Ina, Yeni, Acin, Selin,dll yang selalu memberikan motifasi dan inspirasi serta
bantuan berupa masukan dan saran dalam menyelesaikan karya tulis ilmiah ini.
14. Semua rekan-rekan mahasiswa (Angkatan III /2006 ) STIKPER Gunung Sari
Makassar dalam mengikuti pendidikan, sukses untuk semua serta semua pihak
yang selalu membantu penulis.
15. Kepada Klien dan keluarga yang telah banyak membantu penulis memberikan
informasi dalam penyusunan asuhan Keperawatan di BPRSUD Labuang Baji
Makassar.
Tiada yang berharga yang dapat penulis sampaikan sebagai rasa terima kasih
penulis atas segala bantuan yang diberikan selain mendoakan kiranyaTuhan Yang
Maha Esa, melimpahkan Rahmat-Nya untuk kita semua.
Akhir kata dengan kerendahan hati penulis menyampikan Karya Tulis Ilmiah
ini dengan harapan dapat bermanfaat bagi kita semua.Amin
Makassar, 2009
Penulis
ROVINA YENI
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang
Pada dasarnya anak merupakan hal yang penting artinya bagi sebuah keluarga. Selain
sebagai penerus keturunan.Anak juga sebagai generasi penerus cita – cita bangsa
sehingga seorang anak haruslah emiliki kualitas. Hal ini dapat di wujudkan apabila di
tunjang oleh derajat kesehatan yang optimal dengan demikian anak tumbuh menjadi
seorang manusia dewasa yang sehat jasmani maipun rohani serta bertanggung jawab.
Kesehatan anak, termasuk dalam kesehatan terpenting dan tidak dapat diabaikan
dalam tercapainya tujuan pembangunan nasional. Oleh karena itu tidak satipun orang
tua yang menginginkan anaknya jatuh sakit, lbih – lebih bila anaknya mengalami
kejang demam.
Salah satu masalah kesehatan yang terjadi pada anak adalah kejang demam. Kejang
demam merupakan kelainan neorologis akut yang paling sering di jumpai pasda anak -
anak. Bangkitan kejang ini terjadi karena adanya kenaikan suhu tubuh di atas 38 o C
yang disebabkan oleh proses ekstrakranium. Penyebab demam terbanyak adalah
infeksi saluran pernapasan bagian atas disusul olef infeksi pencernaan (Nagastiyah,
1997; 229).
Bangkitan kejang berulang atau kejang yang lama akan mengakibatkan sel-sel otak
terutama cacat baik secara fisik, mental maupun social yang mengganggu
pertumbuhan anak.
Kejang demam merupakan kedaruratan medis yang memerlukan pertolongan segera.
Diagnosa secara dini pengelolaan yang tepa sangat diperlukan untuk memghindari
cacat yang parah, yang diakibatkan bangkitan kejang yang sering. Untuk itu para
media dituntut berperan aktif dalam mengatasi keadaan tersebut.
Prioritas asuhan keperawatan pada kejang demam adalah mencegah aktifitas kejang,
melindungi pasien dari trauma dan mempertehankan jalan nafas.
Berdasarkan hasil pengamatan penulis di BPRSUD Labunag baji Makassar angka
kejadian penyakit kejang demam yang dirawat di rumah sakit selama dua tahun
terakhir adalah :
Umur Tahun 2007 Tahun 2008
0-28 hari 3 9
28 hari-< 1 tahun 29 11
1-4 tahun 77 32
5-14 tahun 19 3
Jumlah laki-laki 228 20
Jumlah perempuan 130 27
Berdasarkan data tersebut, penulis mencoba memilih kasus ini untuk di jadikan studi
kasus dengan judul “Asuhan keperawatan pada klien An “E”dengan penyakit kejang
demam di ruang Baji Minasa BPRSUD Labuang Baji Makassar.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian dalam latar belakang tersebut, maka penuylis berupaya
mengasumsikan ilmu keperawatan pada penderita yang mengalami gangguan
pensyarafan kejang demam. Dengan adanya peningkatan penderita kejang demam dari
tahun 2007 sampai 2008 maka penulis tertarik untuk mengangkat kasus kejang
demam dengan judul Asuhan Keperawatan pada An” E “ dengan gangguan system
pensyarafan kejang demam di ruang perawatan anak Baji Minasa BPRSUD Labuang
BAji Makassar dari tanggal 31 juli sampai 2 agustus 2009
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk memperoleh pengalaman nyata dalam penarapan Asuhan Keperawatn pada
anak dengan Gangguan Sistem Pensyarafan Gejang Demam di Ruang Perawatan Baji
Minasa Rumah Sakit Labuang Baji Makassar.
2. Tujuan Khusus
a. Manfaat gambaran nyata dan pengkajian, analisa data dan merumuskan diagnosa
keperawatan yang terjadi pada klien An” E “ dengan gangguan system pensyarafan
kejang demam di ruang perawatan anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji
Makassar.
b. Memperoleh gambaran nyata dalam merumuskan asuhan keperawatan pada klien
An” E “ dengan gangguan system pensyarafan kejang demam di ruang perawatan
anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji Makassar.
c. Memperoleh gambaran nyata dalam melaksanakan rencana asuhan keperawatan
pada klien An” E “ dengan gangguan system pensyarafan kejang demam di ruang
perawatan anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji Makassar.
d. memperoleh gambaran nyata dalam rencana asuhan keperawatan pada klien An” E
“ dengan gangguan system pensyarafan kejang demam di ruang perawatan anak Baji
Minasa BPRSUD Labuang BAji Makassar.
e. Memperoleh gambaran nyata dalam mendokumentasikan rencana asuhan
keperawatan pada klien An” E “ dengan gangguan system pensyarafan kejang demam
di ruang perawatan anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji Makassar.
f. Menganalisa perbedaan yang yang terjadi antara teori dan kasus nyata pada klien
An” E “ dengan gangguan system pensyarafan kejang demam di ruang perawatan
anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji Makassar.
D. Manfaat Penulisan
1. Akademik
Sebagai sumber informasi dan bahan bacaan bagi institusi dalam meningkatkan mutu
pendidikan masa yang akan dating.
2. Instansi kesehatan
Sebagai masukan perawat pelaksana di rumah sakit dalam rangka mutu peningkatan
pelayanan kesehatan khususnya pada kasus kejang demam.
3. Klien / keluarga
Dapat memperoleh informasi dan pengetahuan tentang cara perawatan dan
pencegahan penyakit kejang demam.
4. Penulis
Sebagai tambahan pengetahuan dan pengalaman bagi penulis menerapkan ilmu yang
telah didapat selama pendidikan.
E. Metode Penulisan
Dalam penyusunan / penulisan karya tulis ini penulis menggunakan beberapa metode
antara lain :
1. Studi kepustakaan
Menggunakan sumber-sumber bacaan seperti buku paket yang berhubungan dengan
penyakit kejang demam.
2. Studi kasus
Untuk melengkapi data dalam pengkajian digunakan teknik :
a. Observasi
Mengadakan pengamatan langsung terhadap klien dengan cara melakukan
pemeriksaan yang berkaitan dengan perkembangan keadaan klien.
b. Wawancara
Mengadakan wawancara dengan klien dengan keluarga klien serta mengajukan
pertanyaan langsung.
c. Pemeriksaan fisik
Melakukan pemeriksaan fisik pada klien: inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi.
d. Dokumentasi
Menggunakan catatan / dokumen dari rumah sakit yang berhubungan dengan klien.
f. Sitematika Penulisan
Penulisan karya tulis ini dibagi dalam 5 bab dimana setiap bab akan diuraikan
kedalam sub-sub dengan susunan sebagai berikut:
Bab I : Pendahuluan
Meliputi latar belakang, tujuan penulisan, metode penulisan, manfaat penulisan dan
sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan pustaka
Meliputi pengertian, etiologi, patafisiologi, gejala klinis, tes diagnoktis,
penatalaksanaan dan pencegahan, proses keperawatan (pengkajian diagnosa
keperawatan, perencanaan, implementasi / tindakan keperawatan dan evaluasi).
Bab III : Tinjauan kasus :
Menguraikan laporan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian data, analisa data,
dignosa keperawatan yang muncul, rencana tindakan, pelaksanaan tindakan
keperawatan, serta evaluasi tindakan (SOAP).
Bab IV Pembahasan : Menguraikan kesenjangan antara teori dan praktek serta
pemecahan masalahnya (pengkajian diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi
dan evaluasi).
Bab V penutup :
Terdiri dari kesimpulan dan saran
Lampiran
SAP
Materi penyuluhan
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian
Kejang demam adalah terbebasnya sekelompok neuron secara tiba-tiba yang
mengakibatkan suatu kerusakan kesadaran, gerak sensasi atau memori yang bersifat
sementara. (Hudak and Gallo, 1996).
Kijang demam adalah kejang yang terkjadi pada kenaikan suhu tubuh (suhu rektal
diatas 38o C) yang disebabkan oleh proses ekstra kranium.
Kejang demam adalah bangkitan kejang yang berulang atau kejang yang lama yang
mengakibatkan kerusakan sel-sel otak kurang menyenangkan di kemudian hari,
terutama adanya cacat baik secara fisik, mental atau social yang mengganggu
pertumbuhan dan perkembangan anak. (Iskandar Wahidiyah, 2002 : 858).
Kejang demam adalah serangan pada anak yang tejadi dari kumpulan gejala dengan
demam (Walley and Wong’s Edisi III, 1996).
A. Etiologi
Kejang dapat disebabkan oleh berbagai kondisi patologis termasuk tumor otak,
trauma, bekuan darah pada otak, meningitis, ensefalitis, gangguan eloktrolit, dan
gangguan pututs alcohol, obat gangguan metabolik, uremia, overhidrasi, toksitk
subcutan dan anoksiaselebral. Sebagaian kejang disebabkan oleh adanya suatu awitan
hipertemiayang timbul mendadak pada infeksi atau firus. Sebagian kejang merupakan
idiopti (tidak diketahui etiologinya).
1. Intra kranial
Asfiksia : Ensevolopati hipoksis – iskemik
Trauma (perdarahan) : perdarahan subaraknoit, subdural, intraventrikular
Infeksi : bakteri, virus, parasit
Kelainan bawaan : disgenesis korteks selebri, sindrong zelluarge, sindrom smith
Lemli- opitz.
2. Ekstra klaniel
Gangguan metabolik : Hipoglikemia, hipokalsemia, hipomognesemia, gangguan
elektrolit (Na dan K)
Toksit : Intoksikasi anestesi lokal, sindrong putus obat
Kelainan yang diturunkan: gangguan metabolik asam amino ketergantungan dan
kekurangan produksi kernikterus.
3. Idiopatik
Gejang neo natus fancilie benigna, kejang hari kelima ke-5 (the fith day fits).
A. Patofisiologi
• Untuk mempertahankan hidup sel / organ otak diperlukan bahan baku / energi
terpenting yang didapat dari hasil metabolisme (glukosa) yang prosesnya
bersifat oksidasi dengan perantaraan fungsi paru-paru dan diteruskan ke otak
melalui sistem kardiovaskuler.
• Energi otak/ glukosa yang melalui proses oksidasi dipecah menjadi CO2 dan
air.
• Sel dikelilingi oleh membran dari permukaan dalam (lipoid) dan permukaan
luar (ionik).
• Normal membran sel neoron dapat dilalui dengan mudah oleh ion kalium (K +
) dan sangat sulit dilalui oleh ion natrium (Na +) dan elektrolik lainnya,
kecuali ion klorida (Cl), akibatnya konsentrasi K + dalam sel neoron tinggi
dan kosentrasi Na + rendah, sedang diluar sel neoron terdapat keadaan
sebaliknya.
• Karena perbedaan jenis dan konsentrasi ion di dalam dan di luar sel, maka
terdapat potensial membaran yang disebut potensial membran dari neoron, dan
untuk keseimbangan potensial membran ini diperlukan energi dan bantuan
enzim Na – K ATP - ase yang terdapat pada permukaan sel, dan keseimbangan
potensial memberan ini dapat diubah oleh :
o Perubahan konsetrasi ion diruang ekstaseluler
o Ransangan yang datangnya mendadak misalnya mekanis, atau aliran
listrik dari sekitarnya.
o Perubahan patofisiologis dari membran sendiri karena penyakit atau
keturunan
• Pada keadaan demam, kenaikan suhu 1o C saja akan mengakibatkan kenaikan
metabolisme basal 10 – 15 % dan kebutuhan oksigen akan meningkat 20%.
• Pada umur 3 tahun sirkulasi otak mencapai 65% dari seluruh tubuh dibanding
orang dewasa yang hanya 15%, oleh karena itu kenaikan suhu tubuh dapat
merubah keseimbangan membran sel neoron, dalam waktu singkat terjadi
difusi ion kalsium / natrium melalui membran akibat terjadinya lepas muatan
listrik yang besar dan dapat meluas leseluruh sel / memberan sekitarnya
dengan bantuan bahan (neurotransmiterr) dan terjadilah kejang.
• Tiap anak memiliki ambang kejang yang berbeda sesuai tinggi rendahnya atau
kejang pada suhu tertentu, misalnya:
o Anak dengan ambang kejang rendah, telah terjadi kejang pada suhu 38o
C.
o Anak dengan ambang kejang tinggi, kejang baru terjadi bila suhu
mencapai 40oC atau lebih
Dengan demikian berulangnya kejang demam sering pada anak dengan
ambang kejang rendah, sehingga penaggulangannya perlu diperhatikan
pada tingkah laku suhu berapa anak yang menderita kejang.
• Kejang demam yang berlangsung singkat umumnya tidak
berbahaya / tidak meninggalkan gejala sisa.
Tetapi kejang yang berlangsung lama (lebih dari 15 menit) biasanya disertai :
Apenia
o Hipoksemia (meningkatnya kebutuhan oksigen dan
energi untuk kontraksi skelet)
o Hiperkapnia
o Asidosis laktat akibat metabolisme anaerobik
o Hipotensi arterial disertai denyut jantung tidak
tertaur/suhu tubuh meningkat oleh meningkatnya aktivitas otot →
metabolisme otak meningkat
Rangkaian kejadian diatas adalah faktor penyebab kerusakan neuron otak selama
berlangsungnya kejang lama
o Gangguan peredaran darah/hipoksia (faktor penting) sehingga
meninggikan permeabilitas kapiler → metabolisme otak meningkat
Rangkaian kejadian di atas adalah faktor penyebab kerusakan neuron otak
selama berlangsungnya kejang lama
o Gangguan peredaran darah / hipoksia (faktor penting) sehingga
meninggikan permiabilitas kapiler → timbul edema otak → kerusakan
neoron otak
o Kerusakan daerah medial lobus temporalis jadi matang di kemudian hari,
sehingga terjadi serangan epilepsi spontan oleh sebab kelainan anatomis
otak akibat kejang demam yang berlangsung lama
D.Prognosis
• Baik / tidak menyebabkan kematian apabila penanggulangan cepat dan tepat
• Angka kejadian epilepsi berbeda – beda tergantung penelitian, misalnya :
Resiko yang dihadapi anak setelah kejang demam tergantung dari beberapa faktor,
sebagai berikut :
Riwayat penyakit kejang tanpa demam
dalam kelurga
Kelainan dalam perkembangan / saraf
sebelum anak menderita kejang demam
Kejang yng berlangsung lama / kejang fokal
Bila terdapat sedikitnya 2 atau 3 faktor diatas, kemudian hari sekitar 13 % akan
mengalami serangan tanpa demam, dibanding 1 atau tidak ada sama sekali faktor
diatas dengan serangan tanpa demam hanya 2 %- 3 % saja.
• Hemiparese terjadi pada kejang demam lama ( lebih dari 30 menit ) baik
umum / fokal, dan kelumpuhannya sesuai kejang fokal, mula – mula bersifat
flaksid dan setelah 2 minggu timbul spastis.
• Tidak terdapat kelainan IQ bila kejang sederhana, tetapi kejang demam dengan
kelainan neorologis sebelumnya IQ akan lebih rendah dibanding saudaranya,
dan jika kejang diikuti dengan kejang berulang tanpa demam maka akan
terjadi retardasi mental 5 kali lebih besar.
E.Klasifikasi kejang
Kejang yang merupakan pergerakan yang abnormal atau perubahan tonus badan
dan tungkai dapat di klasifikasikan menjadi 3 bagian yaitu : kejang tonik, kejang
klonik, kejang mioklonik.
a. Kejang Tonik
Kejang ini biasanya terdapat pada bayi baru lahir dengan berat badan rendah
dengan masa kehamilan kurang dari 34 minggu dan bayi dengan komplikasi
prenatal berat. Bentuk klinis kejang ini yaitu beropa pergerakan tonok satu
ekstremitas atau pergerakan tonik umum dengan ekstensi lengan dan tungkai
yang menyerupai deserebrasi atau ekstensi tungkai dan fleksi lengan bawah
dengan bentuk dekortikasi. Bentuk kejang tonik yang menyerupai deserebrasi
harus di bedakan dengan sikap epistotonus yang si sebabkan oleh rangsang
meningkat karena infeksi selaput otak atau kernikterus.
b. Kejang Klonik
Kejang klonik dapat berbentuk fokal, unilateral, bilateral dengan permulaan fokal
dan multifokal yang berpindah – pindah. Bentuk klinis kejang klonik fokal
berlangsung 1 – 3 detik, terlokalisasi dengan baik, tidak disertai gangguan
kesadaran dan biasanya tidak diikuti fase tonik. Bentuj kejang ini dapat di
sebabkan oleh kontusio cerebri akibat trauma fokal pada bayi besar dan cukup
bulan atau oleh ensepalopati metabolik.
c. Kejang Mioklonik
Gambaran klinis yang terlihat adalah gerakan ekstensi dan fleksi lengan atau
keempat anggota gerak yang berulang dan terjadinya cepat. Gerakan tersebut
menyerupai reflek moro. Kejang ini merupakan pertanda kerusakan susunan saraf
pusat yang luasa dan hebat. Gambaran EEG pada kejang mioklonik pada bayi
tidak spesifik.
F. Manifestasi klinik
G. Penatalaksanaan
Medik :
Ada beberapa faktor yang perlu di lakukan, yaitu :
1. Memberantas kejang secepat mungkin :
o Feniton ( Dilantin ) :
Diberikan pada anak yang sudah menunjukan gangguan sifat
hiperaktif
Pengganti fenobarbital
Hasilnya kurang memuaskan
Pemberiannya dilanjutkan sekurang – kurangnya sampai 3 tahun
seperti pengobatan epilepsi
Untuk menghentikannya harus perlahan – lahan / berangsur dengan
mengurangi dosis selama 3 atau 6 bulan
o Biasanya infeksi respiratorius bagian atas dan otitis media akut, perlu
anti biotik adekuat
o Pasien yang pertama kali kejang demam sebaiknya dilakukan punksi
lumbal untuk menghindari kemungkinan faktor infeksi otak misalnya :
meningitis
o Pasien dengan kejang lama dilakukan pemeriksaan intensif
pemeriksaan intensif seperti : punksi lumbal, darah lengkap, gula
darah, kalium, magnesium, kalsium, natrium, dan fungsi hati, bila
perlu rontgen foto tengkorak, EEG, ensefalografi dan lain – lain.
• Segera beri diazepam i.v. dosis rata – rata 0,3 mg/kg. BB atau
diazepam rektal dosis berat kurang 10 kg : 5 mg, lgh dari 10 kg :
10 mg. Tunggu 15 menit kejang tidak berhenti di ulang dengan
dosis dan cara sama. Kejang berhenti di beri dosis awal fenobarital
sebagai berikut :
o Neonatus : 30 mg i. m
o 1 bulan – 1 tahun : 50 mg i.m
o Lebih dari 1 tahun : 75 mg i.m
H. Proses keperawatan
a. Pengkajian
Pengkajian keperawatan merupakan dasar utama dari proses keperawatan
pengumpulan data yang akurat dan sistematis akan membantu menentukan status
kesehatan dan pola pertahanan klien serta merumuskan diagnosa keperawatan.
Pengkajian sebagai berikut :
1. Biodata
- Identitas klien ( nama, tempat tinggal, usia, agama, alamat )
- Identitas orang tua ( ayah dan ibu )
- Identitas saudara kandung ( nama, umur, hubungan dan status
kesehatan )
2. Keluhan Utama
Biasa anak masuk dengan keluhan demam mendadak suhu tubuh ( 39 – 40
0
C ), sanagat gelisah dan kejang.
3. Riwayat kesehatan
Riwayat Kesehatan sekarang
Pada saat di kaji ( 31-07-2009) pasien sedang baring di tempat tidur dan
kaki bagian kanannya di pasang infus dengan cairan Glukosa 5 % serta
kondisi tubuh klien sangat lemah untuk melakukan aktifitas.
a. Riwayat kesehatan masa lalu :
Untuk usia 0 – 5 tahun :
- Pre natal
- Natal
- Post natal
4. Riwayat imunisasi
Riwayat imunisasi klien lengkap yaitu : BCG, DPT I, II, III, IV, hepatitis
I, II, III, IV, dan campak
c. Antropometri :
BB sekarang : 8 kg
TB sekarang : 82 cm
Lingkar kepala : 46 cm
Lingkar lengan atas : 13 cm
Lingkar dada : 49 cm
Lingkar perut : 48 cm
b.Sistem Pernafasan
Gejala yang baisanya timbul yaitu takipnea, infeksi saluran pernafasan dan
apabila terjadi kenaikan suhu tubuh akan terjadi bangkitan kejang yang
disebabkan oleh ekstra kranium
-
c.Sistem cardiovaskuler
Konjungtiva anemis, bibir kering, cardial output menurun
d.Sistem pencernaan
Bibir kering nafsu makan menurun
e.Sistem perkemihan
Produksi urine kurang, fitrasi menurun
f. Muskulokletal
Kelemahan, kelelahan, massa otot menurun
g.Integumen
Kulit kotor,torgor kulit jelek,kuku panjang dan kotor
b. Diagnosa keperawatan
1. Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
2. Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi
otot
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
4. Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
5. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya metabolisme
tubuh akibat hipertermi
d. Perencanaan
No Intervensi Rasional
1 Longgarkan pakaian, berikan Proses konveksi akan
pakaian tipis yang mudah terhalang oleh pakaian
menyerap keringat yang ketat dan tidak
menyerap keringat
2 Berikan kompres dingin Perpindahan panas
secara konduksi
No Intervensi Rasional
No Intervensi Rasional
TINJAUAN KASUS
Tempat Praktek Ruangan : perawatan anak Baji Minasa BPRSUD Labuang BAji
Makassar.
I. BIODATA
2. Identitas Klien
Nama : An “ E”
Umur : 1 tahun 2 bulan
Agama : Katolik
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat : Baji pamai 2. No. 12
Tanggal masuk : 26 – 07 – 2009
Tanggal pengkajian : 31 – 07 – 2009
2. Natal
• Tempat persalinan : rumah sakit
• Persalinannya : tidak ada sobekan pada
perineum
• Penolong persalinan : Dokter
3. Post natal
• Kondisi bayi sehat dengan BB 3,2 kg,
PB 54 cm
• Masalah pada saat anak lahir : tidak ada
masalah
: Garis perwkilan
: Garis keturunan
: Klien
: Sudah meninggal
? : Tidak di ketahui umurnya
- - - - - - - - - : Tinggal serumah
Keterangan :
G1 : - Kakek dan nenek dari klien sudah meninggal karena faktor usia
- Kakek dari klien sudah meninggal karena faktor usia sedangkan
nenek dari klien masih hidup
G. II : - Ayah klien anak ke dua dari 1 bersaudara
- Ibu klien anak ke tiga dari lima bersaudara
G. III : - klien anak bungsu dari dua bersaudara
V. Riwayat Imunisasi
X. Reaksi hositalisasi
Pemahaman keluarga tentang penyakit dan rawat inap orang tua klien membawa
anaknya ke umah sakit karen demam tinggi di sertai kejang – kejang dan keluarga
klien percaya dengan pengobatan di rumah sakit
Klien belum memahami tentang penyakitnya
XI. Aktifitas sehari – hari
2 Cairan
Jenis minuman Air putih, susu Air putih
Frekewnsi minum dan the
Kebutuhan cairan 1500/ 2500 cc/ 4-5 x / hari
Cara pemenuhan hari Terpasang
infus D5%
16 tts /i
3 Eliminasi
1. BAB
Tempat pembuangan WC WC
frekwensi 1X / hari Belum
kesulitan pernah
Tempat pembuangan
WC WC
Frekwensi
3-4X / hari
Omoniak 2-3X / hari
Bau
kuning Amoniak
kuning
Warna
4 Istirahat tidur
1. jam tidur
siang 14.00 – 16.00 Tidur sering
malam 21.00-06.00 terjaga
frekwensi Rambut
kotor
alat
1 x seminggu
cara
Menggunakan
2. Gosok gigi
gunting kuku Tidak
frekwensi
Di potong pernah
cara
sendiri Tidak
alat
2X sehari pernah
Mengosok
sendiri Tidak
Sikat gigi dan pernah
odol
Tidak
pernah
Tidak ada
6 Aktifitas / mobilitas fisik Pergi ke sekolah
kegiatan sehari – hari Tidak pergi
penggunaan alat bantu aktifitas Pada kaki Tidak ada
Mulut
- kemampuan menelan baik
- lidah tampak bersih
- tidak ada stomatitis ( sariawan )
Abdomen
- bentuk perut datar dan ikut gerakan nafas
- tidak ada benjolan
- tidak ada nyeri tekan
Anuas
- tidak ada lecet
- tidak ada hemoroid / wasir
F. sistem indra
Mata
- bentuk mata simetris kiri dan kanan
- bulu mata tidak mudah rontok
- alis mata simetris kiri dan kanan
Hidung
- simetris kiri dan kanan
- tidak ada polip
- tidak ada cuping hidung
Telinga
- Bentuknya simetris kiri dan kanan
- Tidak ada serumen
G. Sistem pensyarafan
Fungsi kranial
- N I .(olfaktorius ) : klien dapat membedakan bau pada kedua
hidungnya
- N II. (optikus ) : klien mampu melihat
- N II. (okulomotorius ) : bola mata dapat bergerak ke segala arah
- N IV (troklearis ) : klien mampu melirik kekanan dan kekiri
- N VI. (abdusen ) : klien mampu melirik ke atas dan ke bawah
- N V. ( trigeminus) : klien mampuh merasakan sentuhan kain
basah di pipinya,dan pada saat mengunyah terlihat gerakan
temporalis
- N VII. (fasialis) : otot wajah, kulit dan kulit dan pengecap
motorik : wajah klien simetris kiri
dan kanan pada saat tersenyum dan dapat
menggerakan kening
- Sensorik : klien mampu membedakan rasa manis, asam, asin dan
pahit
- N VIII (akusilkus ) : klien mampu mendengar dengan baik
dengan menggelingkan kepala kearah suara
- N IX . (glassofaringeus) : kliem mampu menelan dengan baik
- N X ( vagus) : adanya rangsangan muntah bila ujung lidah di
masukkan tangan
- N XI (aksesoris) : klien mampu memutar kepala atau
menundukan keatas dab ke bawa dan menahan
- N XII (hipoglessus) : klien dapat menjulurkan lidahnya ke kiri
dan kekanan
Fungsi kranial
Bereaksi dengan otot misalnya : dapat mengkerutkan kening
Fungsi sensorik : bereaksi dengan sentuhan dan suhu,
misalnya : bila di sentuh oleh air dingin pada pipinya dia
kaget
Refleks biceps : berupa reaksi dari siku dan adanya kontraksi
otot biceps
Refleks miceps : responnya ekstensi dari siku dan adanya
kontraksi oto biceps
Refleks patella : gerakan ekstensi dan tungkai bawah
Refleks babinski : penekanan dari jari – jari
G. Sistem muskuloskletal
Kepala : bentik kepala bulat
Lutut :
- simetris kiri dan kanan
- tidak ada benjolan
Kaki :
- simetris kiri dan kanan
- tidak ada udem
Tangan :
- tidak ada udem
- jari tangan lengkap
H. Sistem imun
- klien tidak ada riwayat alergi dengan bulu binatang, dengan obat,
dan cuaca
I. Sistem integumen :
Rambut : tidak mudah rontok
Kulit : kulitb sawo matang, dan tampak bersih
Kuku : kuku tampak bersih
J.Sistem endokrin :
Tidak ada pembesaran pada kelenjar tiroid
Suhu tubuh panas
K. Sistem perkemihan
Tidak ada riwayat kencing batu
L. Sistem reproduksi
Srotus kiri dan kanan simetris
Tidak ada udema
ANALISA DATA
DO : Hipertermi
- klien lemah
- badan klien teraba panas Resiko kejang
berulang
Gangguan personal
hygiene
3 DS : Proses penyakit anceitas
-Ibu klien mengatakan sangat
cemas dengan keadaan anaknya
- Ibu klien selalu bertanya kapan Kurangnya informasi
anaknya bisa pulang tentang kesehatan
DO :
- ibu
klien Kurangnya pengetahuan
selalu keluarga
bertanya mengenai
tentang penyakit klien
penyakit
anaknya
- TTV Koping keluarga tidak
TD : 100/60 mmHg efektif
S : 38,4 0C
N : 100 x/i
P : anceitas
32 x/i
DIAGNOSA KEPERAWTAN
RENCANA KEPERAWATAN
BAB IV
PEMBAHASAN
Setelah melaksanakan asuhan keperawatan selama 3 (tiga) hari pada klien
dengan Kejang demam diruang perawatan Baji minasa Badan Pengelola Rumah sakit
daerah labuang Baji Propinsi sulawesi Selatan, penulis mendapat beberapa adanya
kesenjangan antara tinjauan teori dan studi kasus yang dilaksanakan.
Untuk lebih jelasnya mengenai kesenjangan yang terjadi antara teori yang ada
dengan kenyataan pada studi kasus pembahasan ini penulis menguraikan dengan
menggunakan pendekatan proses keperawatan pengkajian, perencanaan, dan evaluasi.
A. Pengkajian
Pengkajian merupakan dasar utama dalam proses keperawatan, pengumpulan
data akut yang sistematis dan membantu dalam menentukan status kesehatan klien dan
merumuskan diagnosa keperawatan, berdasarkan hal tersebut, penulis mengadakan
pengkajian pada anak “M” yang di rawat di ruang baji minasa BPRSUD Labuang baji
makassar, pada tanggal 31 juli 2009
Pola pengkajian tidak terlalu banyak ditemukan adanya kesenjangan antara
teori dengan kasus. Adapun menurut teori Potensial terjadi trauma fisik berhubungan
dengan kurangnya koordinasi otot
Sedangkan pada kasus ditemukan kejang demam dengan gejala Potensial
terjadi kejang ulang dan demam
Berdasarkan kasus di atas jika di bandingkan antara teori dan kasus yang ada
masih terdapat beberapa kesenjangan sebagai berikut : pada teori di temukan Potensial
terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi otot sedangkan pada
kasus di temukan kejang demam dengan gejala Potensial terjadi kejang ulang dan
demam
B. Diagnosa keperawatan
Untuk diagnosa keperawatan pada klien berdasarkan teori terdapat 5
diagnosa :
1.Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
2.Potensial terjadi trauma fisik berhubungan dengan kurangnya koordinasi
otot
3. Gangguan rasa nyaman berhubungan dengan hipertermi
4.Kurangnya pengetahuan berhubungan dengan keterbatasan informasi
4. Gangguan pola tidur berhubungan dengan maningkatnya metabolisme tubuh
akibat hipertermi
Sedangkan diagnosa keperawatan yang di temukan pada pasien An “ M” yaitu :
1. Resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi
2. Gangguan pemenuhan kebutuhan berhubungan dengan nafsu makan
menurun
3. Gangguan personal hygiene berhubungan dengan kurangnya
perawatandiri
4. Ansietas berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga
mengenai penyakit klien
Hal ini menunjukan adanya kesenjangan antara teori dengan kasus pada
anak “M”. Kasus ini dapat terjadi di sebabkan karena respon manusia yang
berbeda dalam beradaptasi dengan adanya gangguan dalam tubuh
C. Perencanaan
Pada tahap perencanaan penulis membuat suatu rencana keperawatan
yang bertujuan untuk mengatasi masalah yang muncul.
D. Implementasi
Pada tahap implementasi, penulis melakukan tindakan keperawatan ini
berdasarkan hal baik yang di rencanakan.
1. Potensial terjadi kejang ulang berhubungan dengan hipertermi
Tindakan keperawatan :
- Longgarkan pakaian, berikan pakaian tipis yang mudah menyerap keringat
- Berikan kompres dingin
- Berikan ekstra cairan ( susu, sari buah dll)
- obserpasi kejang dan TTV tiap 4 jam
- Batasi aktifitas selama anak panas
- Berikan anti piretik dan pengobatan sesuai medis
E. Evaluasi
Merupakan tahap akhir dalam proses keperawatan, evaluasi untuk menilai apakah
keperawatan tercapai atau tidak yang di lakukan selama 3 hari
Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan klien An “M”, adapun alasan
yang teratasi adalah resiko kejang berulang berhubungan dengan hipertermi,
Gangguan pemenuhan nutrisi tidak adekuat berhubungan dengan nafsu makan
menurun, gangguan personal higiene berhubungan dengan perawatan diri, ansietas
berhubungan dengan kurangnya pengetahuan keluarga mengenai penyakit klien.
Semua teratasi karena pasien sudah pulang.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan pembahasan yang di lakukan maka penulis menarik kesimpulan
sebagai berikut :
Lumbantobin SM, 1989, Penata laksanaan mutakhir Kejang pada anak, Gaya Baru,
Jakarta
Lynda JuallC, 1999, Rencana Asuhan Keperawatan, Penerjemah Kariasa 1 Made,
EGC, Jakarta.
Matondang, Corry S, 2000, Diagnosis Fisis pada anak, Edisis ke 2, PT. sagung Seto :
Jakarta
Ngastiyah, 1997, perawatan Anak Sakit. EGC< Jakarta.
Rendlen John, 1994, Ikhitisar Penyakit Anak, Edisi ke 6, Binapura Aksara, Jakarta
Santosa, NI, 1989, Perawatan 1 ( Dasar-dasar Keperawatan), Depkes RI, Jakarta.
Santosa NI, 1993, Asuhan Keperawatan Dalam Konsep Keluarga, Depkes RI,
Jakarta…
Soetjiningsih, 1995, Tumbuh kembang anak, EGC jakarta
Suharso Darto, 2994,Pedoman diagnosis dan terapi, F.K. Unifersitas erlanga, surabaya
Sumijati M.E, dkk 2000, Asuhan keperawatan pada kasus penyakit yang lazim Terjadi
pada anak, PERKANI: surabaya.
Wahidiyat iskandar, 1985, Ilmu kesehatan anak, Edisi 2, Info medika, Jakarta
2. Penyebab
Demam biasanya terjadiakibat tubuh terpapar infeksi makro organisme ( firus,
bakteri, parasit ). Demam juga bisa juga disebabkan oleh faktor non infeksi
seperti kompleks imun, atau inflamasi ( peradangan ) lainya. Ketika firus atau
bakteri masuk kedalam tubuh, berbagai jenis darah putih atau leukosit
melepaskan zat penyebab demam ( pirogen endogen )
Identitas Klien
Nama : An “ E”
Umur : 1 tahun 2 bulan
Agama : Katolik
Jenis Kelamin : Laki – laki
Alamat : Baji pamai 2. No. 12
Tanggal masuk : 26 – 07 – 2009
Tanggal pengkajian : 31 – 07 – 2009