Anda di halaman 1dari 21

A.

Konsep dasar Hipertensi


1. Definisi Tekanan Darah
Tekanan darah adalah gaya atau dorongan darah ke arteri saat
darah dipompa keluar dari jantung ke seluruh tubuh. Tekanan puncak
terjadi saat ventrikel berkontraksi dan disebut tekanan sistolik.Tekanan
diastolik adalah tekanan terendah yang terjadi saat jantung
beristirahat.Tekanan darah biasanya digambarkan sebagai rasio
tekanan sistolik terhadap tekanan diastolik, dengan nilai dewasa
normalnya berkisar dari 100/60 sampai 140/90.Rata-rata tekanan darah
normal biasanya 120/80 mmHg (Smeltzer & Bare, 2013).
Tekanan darah adalah kekuatan darah menekan dinding
pembuluh darah. Setiap kali berdetak (sekitar 60-70 kali per menit
dalam keadaan istirahat), jantung akan memompa darah melewati
pembuluh darah. Tekanan darah terbesar terjadi ketika jantung
memompa darah (dalam keadaan kontraksi), dan ini disebut dengan
tekanan sistolik sedangkan ketika jantung beristirahat (dalam keadaan
dilatasi), tekanan darah berkurang disebut tekanan diastolik
(Sustrani,dkk, 2010).
2. Klasifikasi Tekanan Darah
Table 2.1 Klasifikasi Tekanan Darah menurut JNC VII
Klasifikasi tekanan
TDS (mmHg) TDD (mmHg)
darah
Normal < 120 <80
Prahipertensi 120-139 80-90
Hipertensi derajat 1 140-159 90-99
Hipertensi derajat II >160 > 100
Sumber : Ningrum (2017)
Hipertensi Pada Lansia
Seiring bertambahnya usia, lanjut usia akan mengalami
beberapa perubahan stuktural dan fungsional dalam tubuhnya. Salah
satu perubahan yang terjadi yaitu pada sistem kardiovaskuler tepatnya
pada aorta, dimana terjadinya penurunan elastisitas pada dinding
pembuluh aorta. Hal ini menyebabkan semakin parahnya pengerasan
pada pembuluh darah dan semakin tingginya tekanan darah, sehingga
menyebabkan lanjut usia mengalami hipertensi (Kowalski, 2010).
Menurut Smeltzer & Bare (2013) orang tua memiliki tekanan
darah yang lebih tinggi dibanding orang muda. Peningkatan 20 mmHg
tekanan darah sistolik atau 10 mmHg tekanan darah diastolik bagi
yang berusia 40-70 tahun akan melipat gandakan risiko penyakit
kardiovaskular. Pembuluh darah pada lansia lebih tebal dan kaku atau
disebut aterosklerosis sehingga tekanan darah akan meningkat. Adanya
plak disekitar dinding dalam arteri, akan menyebabkan sumbatan pada
pembuluh darah yang dapat membuat terjadinya penyumbatan pada
arteri koroner dan stroke (pecahnya pembuluh darah), bila terjadi pada
otak dapat menyebabkan kelumpuhan dan kematian. Lansia hendaknya
mengurangi konsumsi natrium (garam) karena garam yang berlebihan
dalam tubuh dapat meningkatkan tekanan darah (Meiner, 2015).
Menurut Kowalski (2010) terjadinya hipertensi diakibatkan
oleh meningkatnya hormon kortisol.Salah satu fungsi hormon kortisol
adalah mempertahankan tekanan darah.Tekanan darah yang tetap
tinggi dapat menurunkan sekresi hormon, yaitu sekresi hormon
serotonin menjadi hormon melatonin, dimana hormon melatonin
merupakan hormon yang menyebabkan rileks dan mengantuk
(Smeltzer & Bare, 2013).
4. Etiologi
Hipertensi menurut Smeltzer & Bare (2013) berdasarkan
penyebabnya dapat dibedakan menjadi 2 golongan besar yaitu:
a. Hipertensi essensial (hipertensi primer) yaitu hipertensi yang tidak
diketahui penyebabnya.
b. Hipertensi sekunder yaitu hipertensi yang di sebabkan oleh
penyakitlain.
Hipertensi primer terdapat pada lebih dari 90 % penderita
hipertensi, sedangkan 10 % sisanya disebabkan oleh hipertensi
sekunder. Meskipun hipertensi primer belum diketahui dengan
pasti penyebabnya, data-data penelitian telah menemukan beberapa
faktor yang sering menyebabkan terjadinya hipertensi.Pada
umunya hipertensi tidak mempunyai penyebab yang
spesifik.Hipertensi terjadi sebagai respon peningkatan cardiac
output atau peningkatan tekanan perifer. Namun ada beberapa
faktor yang mempengaruhi terjadinya hipertensi:
1) Genetik: Respon nerologi terhadap stress atau kelainan eksresi
atau transport Na.
2) Obesitas: terkait dengan level insulin yang tinggi yang
mengakibat kantekanan darah meningkat.
3) Stress Lingkungan
4) Hilangnya Elastisitas jaringan dan arterosklerosis pada orang
tua serta pelebaran pembuluh darah.
Penyebab hipertensi pada orang dengan lanjut usia adalah
terjadinya perubahan-perubahan pada:
1) Elastisitas dinding aorta menurun
2) Katub jantung menebal dan menjadi kaku
3) Kemampuan jantung memompa darah menurun. 1% setiap
tahun sesudah berumur 20 tahun kemampuan jantung
memompa darah menurun menyebabkan menurunnya kontraksi
dan volumenya.
4) Kehilangan elastisitas pembuluh darah. Hal ini terjadi karena
kurangnya efektifitas pembuluh darah perifer untuk oksigenasi
5) Meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer. Meskipun
hipertensi primer belum diketahui dengan pasti penyebabnya,
data-data penelitian telah menemukan beberapa faktor yang
sering menyebabkan terjadinya hipertensi.
Faktor tersebut adalah sebagai berikut :
1) Faktor keturunan. Dari data statistik terbukti bahwa seseorang
akan memiliki kemungkinan lebih besar untuk mendapatkan
hipertensi jika orang tuanya adalah penderita hipertensi. Ciri
perseorangan. Ciri perseorangan yang mempengaruhi
timbulnya hipertensi adalah: Umur (jika umur bertambah maka
TD meningkat), Jenis kelamin (laki-laki lebih tinggi dari
perempuan), Ras (ras kulit hitam lebih banyak dari kulit putih)
2) Kebiasaan hidup. Kebiasaan hidup yang sering menyebabkan
timbulnya hipertensi adalah : Konsumsi garam yang tinggi
(melebihi dari 30 gr), Kegemukan atau makan berlebihan,
Stress, Merokok, Minum alkohol, Minum obat-obatan
(ephedrine, prednison, epineprin). Sedangkan penyebab
hipertensi sekunder adalah:
a) Ginjal : Glomerulonefritis, Pielonefritis, Nekrosis tubular
akut, Tumor
b) Vascular : Aterosklerosis, Hiperplasia, Trombosis,
Aneurisma, Emboli kolestrol.
c) Kelainan endokrin : DM, Hipertiroidisme, Hipotiroidisme
d) Saraf : Stroke, Ensepalitis, SGB
e) Obat – obatan : Kontrasepsi oral, Kortikosteroid
5. Patofisiologi
Mekanisme yang mengontrol konstriksi dan relaksasi
pembuluh darah terletak dipusat vasomotor, pada medulla diotak.Dari
pusat vasomotor ini bermula jaras saraf simpatis, yang berlanjut ke
bawah ke korda spinalis dan keluar dari kolumna medulla spinalis
ganglia simpatis di toraks dan abdomen.Rangsangan pusat vasomotor
dihantarkan dalam bentuk impuls yang bergerak ke bawah melalui
system saraf simpatis ke ganglia simpatis. Pada titik ini, neuron
preganglion melepaskan asetilkolin, yang akan merangsang serabut
saraf pasca ganglion ke pembuluh darah, dimana dengan
dilepaskannya norepineprin mengakibatkan konstriksi pembuluh
darah. Berbagai faktor seperti kecemasan dan ketakutan dapat
mempengaruhi respon pembuluh darah terhadap rangsang
vasokonstriksi.Individu dengan hipertensi sangat sensitive terhadap
norepinefrin, meskipun tidak diketahui dengan jelas mengapa hal
tersebut bisa terjadi.
Pada saat bersamaan dimana system saraf simpatis
merangsang pembuluh darah sebagai respons rangsang emosi, kelenjar
adrenal juga terangsang, mengakibatkan tambahan aktivitas
vasokonstriksi.Medulla adrenal mensekresi epinefrin, yang
menyebabkan vasokonstriksi.Korteks adrenal mensekresi kortisol dan
steroid lainnya, yang dapat memperkuat respons vasokonstriktor
pembuluh darah.Vasokonstriksi yang mengakibatkan penurunan aliran
ke ginjal, menyebabkan pelepasan rennin.Rennin merangsang
pembentukan angiotensin I yang kemudian diubah menjadi angiotensin
II, suatu vasokonstriktor kuat, yang pada gilirannya merangsang
sekresi aldosteron oleh korteks adrenal.Hormon ini menyebabkan
retensi natrium dan air oleh tubulus ginjal, menyebabkan peningkatan
volume intra vaskuler.Semua faktor ini cenderung mencetuskan
keadaan hipertensi untuk pertimbangan gerontology.
Perubahan structural dan fungsional pada system pembuluh
perifer bertanggung jawab pada perubahan tekanan darah yang terjadi
pada usia lanjut. Perubahan tersebut meliputi aterosklerosis, hilangnya
elastisitas jaringan ikat dan penurunan dalam relaksasi otot polos
pembuluh darah, yang pada gilirannya menurunkan kemampuan
distensi dan daya regang pembuluh darah. Konsekuensinya, aorta dan
arteri besar berkurang kemampuannya dalam mengakomodasi volume
darah yang dipompa oleh jantung (volume sekuncup), mengakibatkan
penurunan curang jantung dan peningkatan tahanan perifer (Smeltzer
& Bare, 2013).
6. Manifestasi Klinis
Tanda dan gejala pada hipertensi menurut Smeltzer & bare (2013)
dibedakan menjadi:
a. Tidak ada gejala yang spesifik yang dapat dihubungkan dengan
peningkatan tekanan darah, selain penentuan tekanan arteri oleh
dokter yang memeriksa. Hal ini berarti hipertensi arterial tidak
akan pernah terdiagnosa jika tekanan arteri tidak terukur.
b. Gejala yang lazim sering dikatakan bahwa gejala terlazim yang
menyertai hipertensi meliputi nyeri kepala dan kelelahan. Dalam
kenyataannya ini merupakan gejala terlazim yang mengenai
kebanyakan pasien yang mencari pertolongan medis. Manifestasi
klinis beberapa pasien yang menderita hipertensi yaitu:
1) Mengeluh sakit kepala, pusing
2) Lemas, kelelahan
3) Sesak nafas
4) Gelisah
5) Mual muntah
6) Epistaksis
7) Kesadaran menurun
7. Penatalaksanaan Non farmakologis Lansia Dengan Hipertensi
Berikut ini adalah modifikasi gaya hidup yang dapat dilakukan
untuk menurunkan tekanan darah pada penderita usia lanjut menurut
Suhardjono (2014), antara lain :
a. Diet rendah garam
Asupan Na dalam makanan untuk usia dewasa < 50 tahun: 1500
mg, usia 51-70 tahun: 1300 mg dan usia > 70 tahun: 1200 mg.
Rekomendasi ini lebih kecil dibandingkan anjuran JNC-7, tahun 2004
yaitu sebesar 2400 mg natrium (Na) atau 6 gram garam dapur. Menurut
USDA merekomendasikan konsumsi Natrium pada kelompok usia ≤ 50
tahun adalah sebesar 2.300 mg atau 6 gram garam dapur, dan pada
kelompok usia > 51 tahun dan kelompok yang berisiko tinggi terhadap
penyakit kardiovaskular konsumsi natrium yang dianjurkan adalah <
1.500 gram per harinya. Pembatasan diet rendah garam pada kelompok
usia tua yang rapuh (frailty) bisa menyebabkan atau bahkan
memperburuk anoreksia, malnutrisi, sarkopenia dan hipotensi
ortostatik.
b. Perencanan Menu makanan yang baik
Menu diet menurut The Dietary Approaches to Stop Hypertension
(DASH) menganjurkan diet yang mengandung biji-bijian, ikan, daging
unggas, dan kacang-kacangan karena kaya akan kalium, magnesium,
kalsium, protein dan serat, serta menghindari konsumsi daging merah,
makanan yang manis dan yang mengandung gula tambahan, dan
minuman yang mengandung gula. Diet menurut The DASH telah
terbukti mampu menurunkan tekanan darah pada penelitian jangka
pendek (selama lebih dari 8 minggu pengamatan) pada kelompok usia
dewasa pertengahan, namun masih kekurangan data pada pemantauan
jangka panjang pada kelompok usia yang lebih tua.
c. Berhenti mengkonsumsi alkohol
Peminum alkohol berat (>300 mL/minggu atau 34 gr alkohol/hari)
terbukti secara independen, signifikan, dan kuat berhubungan dengan
peningkatan tekanan darah, dan dapat juga dihubungkan dengan
peningkatan risiko kejadian kardiovaskular, stroke dan semua penyebab
kematian lainnya bila dibandingkan dengan kelompok yang bukan
pecandu alkohol.
d. Latihan fisik teratur
Melakukan aktivitas fisik yang bersifat aerobik selama 30-45 menit
selama 4 hari atau lebih dalam seminggu dianggap bermanfaat untuk
usia lanjut dengan hipertensi.
e. Menurunkan berat badan
Kelompok dengan usia lanjut disebut obesitas bila indeks massa
tubuh >30 kg/m2. Penelian Tone membuktikan bahwa terjadi
penurunan tekanan darah dengan penurunan berat badan baik dengan
latihan fisik maupun dengan pembatasan diet. Berdasarkan pengamatan
selama 12 tahun terhadap angka kematian, data dari penelitian Tone
gagal membuktikan keuntungan dari segi angka mortalitas antara
kelompok usia lanjut yang menjalani proses penurunan berat badan bila
dibandingkan dengan kelompok usia lanjut yang tidak mengalami
intervensi untuk penurunan berat badan. Data populasi pada kelompok
usia lanjut menyebutkan bahwa pada orang yang mengalami malnutrisi
(under weight) memiliki resiko yang sama untuk mengalami disabilitas
fisik dibandingkan dengan kelompok usia lanjut yang mengalami
kelebihan berat badan (overweight).
f. Berhenti merokok
Kelompok usia lanjut harus didorong untuk berhenti merokok, hal
ini bisa dilakukan dengan bantuan nikotin patch, nikotin gum, maupun
dengan obat-obatan seperti bupropion dan varenicline namun dengan
pengawasan yang ketat terhadap efek samping yang mungkin terjadi
seperti kejang, skizofrenia, psikosis, gangguan mood, ansietas,
gangguan kardiovaskular dan gangguan pencernaan seperti mual dan
muntah.
g. Menghindari polifarmasi
Menghindari penggunaan obat-obatan secara bersamaan yang
berpotensi untuk menaikkan tekanan darah seperti golongan NSAIDs,
sebaiknya dihentikan atau dipertimbangkan pemakaiannya dengan
membandingkan antara manfaat yang didapat dengan kerugian yang
diperoleh pasien.
h. Mengkonsumsi “dark chocolate”
Dark Chocolate yang kaya akan kandungan “polyphenol” telah
terbukti mampu menurunkan tekanan darah pada berbagai penelitian
akan tetapi belum tersedia data klinis yang menunjukkan manfaat
penurunan terhadap risiko stroke dan serangan jantung.
i. Rendam kaki air hangat
Rendam kaki air hangat adalah bentuk terapi fisik dengan
menggunakan media air hangat dalam membantu melenyapkan
berbagai keluhan seperti nyeri rematik dan hipertensi (Cavendish,
2009).
j. Konsumsi buah dan sayur secara seimbang
Makanan yang mengandung kalium yang tinggi adalah buah-
buahan dan sayur-sayuran.Buah- buahan yang mengandung kalium
yang tinggi adalah pisang, sehingga mengonsumsi pisang baik untuk
menjaga kestabilan tekanan darah (Gunawan, 2010).
k. Relaksasi otot progresif
Teknik relaksasi otot progresif adalah memusatkan perhatian pada
suatu aktivitas otot, dengan mengidentifikasikan otot yang tegang
kemudian menurunkan ketegangan dengan melakukan teknik relaksasi
untuk mendapatkan perasaan relaks (Purwanto, 2013).Respon relaksasi
merupakan bagian dari penurunan umum kognitif, fisiologis, dan
stimulasi perilaku.Relaksasi dapat merangsang munculnya zat kimia
yang mirip dengan beta blocker di saraf tepi yang dapat menutup
simpul-simpul saraf simpatis yang berguna untuk mengurangi
ketegangan dan menurunkan tekanan darah (Cavendish, 2009).
Indikasi terapi relaksasi otot progresif menurut Setyoadi dan
Kushariyadi (2011), meliputi :
a) Lansia yang mengalami gangguan tidur (insomnia).
b) Lansia yang sering mengalami stress.
c) Lansia yang mengalami kecemasan.
d) Lansia yang mengalami depresi.
e) Lansia yang mengalami hipertensi.
Kontraindikasi terapi relaksasi otot progresif menurut Setyoadi dan
Kushariyadi (2011), meliputi :
a) Lansia yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidakdapat
menggerakkan badannya karena stroke.
b) Lansia yang menjalani perawatan tirah baring (bed rest).
BAB III
PENGKAJIAN
A. Hasil Pengkajian
1. Analisa Situasi
Data diperoleh dari hasil observasi dan wawancara dengan pihak
kelurahan, ketua RW 7, ketua RT dan keluarga lansia dengan hipertensi
yang dilakukan pada tanggal 15-21 Juli 2019. Berdasarkan hasil tabulasi
data yang didapatkan dari setiap kelompok permasing-masing RT didapat
data bahwa penyakit yang paling banyak di derita lansia di RW 7 adalah
penyakit tidak menular yaitu DM, Asam Urat, Stroke, Konstipasi,
Rematik, Osteoatritis, penyakit jantung dan hipertensi.
Berdasarkan hasil wawancara yang didapatkan dari ketua RW 7
bergas lor beliau mengatakan “bahwa di RW 7 banyak lansia yang
menderita hipertensi, bahkan bapak RW 7 mengatakan ketika penyakitnya
parah baru di periksakan ke pelayanan kesehatan selain itu bapak RW 7
mengatakan sampai ada yang mengalami Stoke di karena tekanan
darahnya yang terlalu tinggi dikarenakan ketidakpatuhan lansia untuk
melakukan pemeriksaan ke pelayanan kesehatan”.
Jumlah lansia yang menderita Hipertensi yaitu 18 orang, hasil
pengkajian didapatkan bahwa rata-rata lansia mengalami hipertensi
dikarenakan faktor pola makan,pola tidur yang tidak teratur, kelelahan,
stress dan faktor yang kedua masih banyak lansia yang belum melakukan
pemeriksaan kesehatan di pelayanan kesehatan biasanya lansia akan
memeriksakan kesehatannya jika sudah mengalami gejala penyakit seperti
pusing, pening, dan menggunggu tidurnya, pengelihatannya kabur dll.
Faktor pencetus lansia tidak rutin melakukan pemeriksaan kesehatan
di pelayanan kesehatan dikarenakan tempat pelayanan yang kurang
terjangkau dimana lansia tidak didukung dengan akses transportasi
(pengantar) yang kebanyakan anggota keluarga yang sibuk bekerja, masih
banyak lansia yang merokok.Selain itu program posyandu / posbindu yang
beberapa tahun terakhir sudah tidak berjalan dengan lancar baik di
RW/RT-nya sendiri, sehingga banyak lansia yang tidak melakukan
pemeriksaan kesehatan dan merasa tidak berminat untuk melakukan
pemeriksaan kesehatan, sehingga lansia gagal dalam mencapai
pengendalian yang optimal dan juga gagal dalam melakukan pencegahan
masalah kesehatan
Berdasarkan hasil pengkajian juga didapatkan data bahwa rata-rata
lansia belum mengetahui bagaimana cara untuk mengontrol tekanan darah
mereka menggunakan terapi komplementer seperti ROP (Relaksasi Otot
Progresif), rata-rata lansia hanya mengetahui bagaimana cara mengobati
hipertensi dengan obat-obatan.
2. Jumlah lansia
Berdasarkan data yang didapat dari kelurahan Bergas Lor
didapatkan jumlah lansia dari umur >60 sebanyak 90 orang. Dengan
jumlah laki-laki sebanyak 46 orang dan perempuan sebanyak 44 orang.
Tabel 3.1
Jumlah lansia setiap RT
RT Jumlah KK
01 12
02 18
03 9
04 15
05 14
06 7
07 15
Jumlah 90

Table 3.2
Distribusi penduduk berdasarkan jenis kelamin
No Jenis Kelamin Frekuensi Prosentase
1 Laki-laki 46 51%
2 Perempuan 44 49%
Jumlah 90 100%
3. Jumlah sampel setiap RT
Berdasarkan hasil perhitungan menggunakan rumus slovin
didapatkan jumlah sampel sebanyak 48 lansia dimana disetiap RT dibagi
menjadi beberapa sampel menggunakan rumus proporsional random
sampling :
Tabel 3.3
Hasil proporsional random sampling
RT Jumlah
01 6
02 10
03 5
04 8
05 7
06 4
07 8
Jumlah 48

4. Jumlah lansia yang megalami Hipertensi


Berdasarkan hasil wawancara dan pengukuran tekanan darah
didapatkan hasil bahwa sebanyak 19 lanisia yang mengalami hipertensi di
RW 7 Sikunir bergas lor
Tabel 3.4
Jumlah lansia yang mengalami hipertensi
RT Jumlah
01 2
02 5
03 3
04 2
05 3
06 2
07 2
Jumlah 19
5. Jumlah lansia yang yang akan melakukan ROP (Relaksasi Otot Progresif)
Berdasarkan hasil pengkajian secara wawancara dan observasi
didapatkan hasil terdapat 9 lansia yang sesuai dengan kriteria (mengalami
hipertensi) untuk mengikuti kegiatan ROP untuk menurunkan hipertensi,
adapun kriteria yang tidak bisa mengikuti kegiatan ROP adalah :
a. Lansia yang mengalami keterbatasan gerak, misalnya tidakdapat
menggerakkan badannya karena stroke.
b. Lansia yang menjalani perawatan tirah baring (bed rest).
c. Lansia yang tidak bersedia mengikuti kegiatan
Tabel 3.5
Jumlah lansia yang sesuai kriteria
RT Jumlah
01 0
02 4
03 2
04 2
05 2
06 1
07 0
Jumlah 9
B. Analisa Data

No Data Fokus Masalah Keperawatan Intervensi

1 Data Angket : Ketidakefektifan Mengajarkan lansia cara


 Penyakit yang paling banyak diderita lansia RW pemeliharaan kesehatan mengontrol tekanan darah dengan
7 adalah Hipertensi sebanyak 19 orang. berhubungan dengan sumber menggunakan terapi
 Hasil pengkajian dan observasi didapatkan daya tidak cukup (misalnya., komplementer ROP (Relaksasi
sebanyak 9 lansia (sesuai dengan kriteria) yang pengetahuan) Otot Progresif)
bisa mengikuti terapi ROP (Realkasi Otot Dengan indikasi
Progresif) 1. Lansia dengan hipertensi
Data Wawancara : Kontra indikasi
 Rata-rata lansia mengalami hipertensi 1. Lansia mengalai keterbatasan
dikarenakan faktor pola makan, pola tidur yang gerak, misalnya tidak dapat
tidak teratur, kelelahan, stress dan faktor yang menggerakkan badan karena
kedua masih banyak lansia yang belum sakit
melakukan pemeriksaan kesehatan 2. Lansia yang menjalani tirah
 Lansia masih belum mengetahui bagaiman cara baring (bed rest)
mengontrol terapi komplementer dengan 3. Lansi yang tidak bersedia
menggunakan terapi komplementer diajarkan ROP
C. Diagnosa Keperawatan
1. Ketidakefektifan pemeliharaan kesehatan berhubungan dengan sumber
daya tidak cukup (misalnya., finansial, sosial, pengetahuan) (Domain 1
promosi kesehatan, kelas 2 managemen kesehatan (00099)).
D. Perencanaan Keperawatan
Diagnosa
Tujuan dan Kriteria
Keperawatan Rencana Intervensi Implementasi Evaluasi
Hasil
komunitas
1. Ketidakefektifan NOC : NIC :
pemeliharaan  Pengetahuan: perilaku Pendidikan kesehatan (5510)
kesehatan kesehatan (1805) Pendidikan Kesehatan
berhubungan (melakukan penkes mengenai
KH :
dengan sumber ROP (Relaksasi Otot
 180502 : Manfaat
daya tidak cukup Progresif) untuk mengontrol
olahraga teratur pada
(misalnya., tekanan darah
skala 3 (pengetahuan
finansial, sosial, 1. Rumuskan tujuan dalam
sedang) ditingkatkan
pengetahuan) program pendidikan
ke skala 4
(Domain 1 kesehatan tersebut
(pengetahuan
promosi
banyak). 2. Lakukan demontrasi,
kesehata, kelas 2
partisipasi pembelajar,
managemen  180518 : Layanan
manipulasi bahan
kesehtan perlindungan
pembelajaran ketika
kesehatan skala 3
(00099)). (pengetahuan sedang) mengajarkan ketrampilan
ditingkatkan ke skala psikomotorik
4 (pengetahuan
PROSES KELOMPOK
banyak).
1. Identifikasi faktor internal
atau eksternal yang dapat
meningkatkan atau
mengurangi motivasi untuk
berperilaku sehat

2. Bantu anggota komunitas


untuk meningkatkan
kesadaran dan memberikan
perhatian mengenai
masalah-masalah kesehatan
EMPOWERMENT
Bangun komitmen kepada
komunitas dengan
menunjukkan bagaimana
partisipasi akan
mempengaruhi kehidupan
individu dan meningkatkan
outcome.
KEMITRAAN
Perkuat antar kontak
individu dan kelompok
untuk mendiskusikan
kepentingan bersama (yang
umum) dan yang berlawanan

PARTNERSHIP

Kolaborasi dengan pelayan


kesehatan seperti
PUSKESMAS dan pihak
terkait
E. POA (Plan of Action)”
Masalah Kesehatan Kegiatan Sasaran Waktu Tempat Dana Penanggung
Jawab
Ketidakefektifan 1. Konsultasi Bidan Desa dan Kamis, Puskesmas -
pemeliharaan program kepada Pembimbing 25/07/2019 Bergas
kesehatan pihak Puskesmas Akademik 09.00
berhubungan dan Akademik
dengan sumber 2. Konsultasi & ijin Ketua RW 7 Kamis, Kelurahan Bergas -
daya tidak cukup untuk 25/07/2019 Lor
(misalnya., pelaksanaan 09.00
finansial, sosial, program pada Siti Waddah
pengetahuan) ketua RW 7 Mukarromah
(Domain 1
promosi kesehata, 3. Mengajarkan Lansia Di RW 7 Kamis, Halaman Rumah -
kelas 2 lansia ROP Sikunir 25/07/2019 Warga
managemen (Relaksasi Otot 09.00
kesehtan (00099)). Progresif) untuk
mengontrol
tekanan darah

Anda mungkin juga menyukai