Anda di halaman 1dari 23

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Tinjauan Teori

1. Motivasi Belajar

a. Pengertian

Menurut Hamzah B. Uno (2011) motivasi belajar adalah

dorongan internal dan eksternal pada siswa yang sedang belajar untuk

mengadakan tingkah laku, pada umumnya dengan beberapa indikator

atau unsur-unsur yang mendukung. Indikator-indikator tersebut, antara

lain: adanya hasrat dan keinginan berhasil, dorongan dan kebutuhan

dalam belajar, harapan dan cita-cita masa depan, penghargaan dalam

belajar, dan lingkungan belajar yang kondusif.

Selain itu Sardiman A. M (2008), menyebutkan motivasi belajar

adalah keseluruhan daya penggerak psikis didalam siswa yang

menimbulkan kegiatan belajar itu demi mencapai suatu tujuan.

Motivasi belajar adalah seluruh daya penggerak didalam diri siswa

yang menimbulkan kegiatan belajar yang menjamin kelangsungan dari

kegiatan belajar yang memberikan arah pada kegiatan belajar sehingga

tujuan yang dikehendaki oleh subjek belajar itu dapat dicapai.

Menurut W.S Winkel (2010) motivasi belajar adalah keseluruhan

daya penggerak di dalam diri siswa yang menimbulkan belajar.

Berdasarkan pengertian motivasi belajar diatas dapat disimpulkan


bahwa pengertian motivasi belajar adalah serangkaian dorongan atau

daya penggerak yang berasal dari dalam diri sendiri maupun dari luar

untuk melakukan aktivitas belajar sehingga menimbulkan perubahan

sehingga apa yang menjadi tujuan yang dikehendaki oleh subyek

belajar dapat tercapai.

b. Fungsi Motivasi Belajar

Menurut Hamzah B. Uno (2011), peran penting motivasi belajar

dan pembelajaran, antara lain:

1) Peran motivasi belajar dalam menentukan penguatan belajar.

Motivasi dapat berperan dalam penguatan belajar apabila seorang

anak yang sedang belajar dihadapkan pada suatu masalah yang

menentukan pemecahan dan hanya dapat dipecahkan berkat

bantuan hal-hal yang pernah dilalui.

2) Peran motivasi dalam memperjelas tujuan belajar. Peran motivasi

dalam memperjelas tujuan belajar erat kaitannya dengan

kemaknaan belajar. Anak akan tertarik untuk belajar sesuatu, jika

yang dipelajari itu sedikitnya sudah dapat diketahui atau dinikmati

manfaatnya oleh anak.

3) Motivasi menentukan ketekunan belajar. Seorang anak yang telah

termotivasi untuk belajar sesuatu berusaha mempelajari dengan

baik dan tekun dengan harapan memperoleh hasil yang lebih baik.

Selain itu, Oemar Hamalik (2011), menyebutkan fungsi motivasi

itu meliputi :
1) Mendorong timbulnya kelakuan/ suatu perbuatan.

2) Motivasi berfungsi sebagai pengarah, artinya mengarah pada

perbuatan ke pencapaian tujuan yang diinginkan.

3) Motivasi berfungsi sebagai penggerak, artinya sebagai motor

penggerak dalam kegiatan belajar. Dari pendapat di atas dapat

disimpulkan bahwa peran dan fungsi motivasi belajar adalah

sebagai pendorong usaha dan pencapaian prestasi sehingga untuk

mencapai prestasi tersebut peserta didik dituntut untuk menentukan

sendiri perbuatan-perbuatan apa yang harus dilakukan untuk

mencapai tujuan belajarnya.

c. Ciri-Ciri Seseorang Yang Memiliki Motivasi

Ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam belajar menurut

Sardiman A. M (2007), yaitu :

1) Tekun menghadapi tugas-tugas dan dapat bekerja terus-menerus

sampai pekerjaannya selesai.

2) Ulet dan tidak mudah putus asa dalam menghadapi kesulitan.

3) Memungkinkan memiliki minat terhadap bermacam-macam

masalah.

4) Lebih sering bekerja secara mandiri.

5) Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.

6) Jika sudah yakin dapat mempertahankan pendapatnya.

7) Tidak akan melepaskan sesuatu yang telah diyakini.

8) Sering mencari dan memecahkan masalah soal-soal.


Sejalan dengan pendapat di atas, menurut Hamzah B. Uno (2011)

bahwa ciri-ciri orang yang memiliki motivasi dalam belajar dapat

diklasifikasikan sebagai berikut:

1) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil.

2) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.

3) Adanya harapan dan cita-cita di masa depan.

4) Adanya penghargaan dalam belajar.

5) Adanya kegiatan yang menarik dalam belajar.

6) Adanya lingkungan belajar yang kondusif, sehingga

memungkinkan seorang siswa dapat belajar dengan baik.

Dari uraian di atas dapat ditarik kesimpulan bahwa besarnya

motivasi belajar yang ada pada diri seseorang akan tercermin pada

tingkah lakunya yaitu :

1) Tekun mengerjakan tugas.

2) Ulet menghadapi kesulitan.

3) Lebih sering bekerja mandiri.

4) Memungkinkan minat terhadap macam-macam masalah.

5) Cepat bosan dengan tugas-tugas rutin.

6) Jika sudah yakin dapat mempertahankan pendapatnya.

7) Tidak melepas sesuatu yang diyakini.

8) Sering mencari dan memecahkan atas soal-soal.

9) Adanya hasrat dan keinginan untuk berhasil.

10) Adanya dorongan dan kebutuhan dalam belajar.


11) Adanya harapan dan cita-cita di masa depan.

12) Adanya penghargaan dalam belajar.

13) Adanya kegiatan menarik dalam belajar.

14) Adanya lingkungan belajar yang kondusif sehingga memungkinkan

seseorang siswa dapat belajar dengan baik.

Apabila seseorang memiliki ciri-ciri seperti di atas, berarti orang

tersebut memiliki motivasi yang cukup kuat. Seorang yang memiliki

motivasi belajar yang tinggi akan memiliki beberapa ciri yang

membedakan dengan dirinya bila dibandingkan dengan seseorang yang

memiliki motivasi yang rendah.

d. Macam-Macam Motivasi Belajar

1) Motivasi Intrinsik

Adalah Motif-motif yang menjadi aktif dan berfungsinya

tanpa harus diransang dari luar karena didalam seseorang individu

sudah ada dorongan untuk melaksanakan sesuatu. Bila seseorang

telah memiliki motivasi intrinsik maka secara sadar akan

melakukan kegiatan dalam belajar dan selalu ingin maju sehingga

tidak memerlukan motivasi dari luar dirinya. Hal ini

dilatarbelakangi keinginan positif, bahwa yang akan dipelajari akan

berguna di masa yang akan datang (Sardiman A. M, 2008).

Motivasi intrinsik adalah motivasi internal untuk

melakukan sesuatu demi sesuatu itu sendiri (tujuan itu sendiri).

Seseorang tidak memerlukan tawaran imbalan atau diancam


dengan hukuman-hukuman apapun untuk membuatnya melakukan

sesuatu. Dia akan melakukan sesuatu tersebut karena memang dia

menyukai dan senang melakukan hal tersebut. Misalnya, seorang

murid akan tetap mempelajari suatu mata pelajaran dengan giat,

meskipun saat itu tidak sedang musim ujian dan sama sekali tidak

ada paksaan belajar dari siapapun. Hal di atas sesuai dengan

pernyataan John W. Santrock (2008).

Berdasarkan beberapa pendapat tersebut dapat disimpulkan

bahwa motivasi intrinsik adalah motivasi aktif yang muncul dari

dalam diri seseorang tanpa memerlukan rangsangan dari luar.

Contohnya adalah seorang siswa yang sengaja belajar untuk

memperoleh ilmu dan pengetahuan. Tanpa ada dorongan dari

orang lain siswa tersebut sudah mempunyai kesadaran untuk

mendengarkan penjelasan yang disampaikan oleh gurunya. Rasa

ingin tahunya lebih banyak terhadap materi pelajaran yang

diberikan. Berbagai gangguan yang ada disekitarnya, kurang dapat

mempengaruhinya perhatiannya. Siswa yang mempunyai motivasi

intrinsik akan dengan sendirinya mengikuti kegiatan belajar. Rasa

ingin tahu siswa akan mendorongnya untuk melakukan kegiatan

belajar. Siswa tersebut akan merasa membutuhkan ilmu dan

pengetahuan untuk mencapai cita-citanya. Aktivitas tersebut

muncul dari dalam diri siswa tanpa memerlukan bantuan dari orang

lain (Sardiman A. M, 2008).


2) Motivasi Ekstrinsik

Motif-motif yang aktif dan berfungsinya karena ada

perangsang dari luar. Motivasi dikatakan ekstrinsik bila peserta

didik menempatkan tujuan belajarnya diluar faktor-faktor situasi

belajar. Berbagai macam cara bisa dilakukan agar siswa

termotivasi untuk belajar (Sardiman A. M, 2008).

Sobry Sutikno (2008) berpendapat bahwa motivasi

ekstrinsik adalah motivasi yang timbul akibat pengaruh dari luar

individu, apakah karena ajakan, suruhan atau paksaan dari orang

lain sehingga dengan keadaan demikian seseorang mau melakukan

sesuatu. Berdasarkan beberapa pendapat di atas, dapat

disimpulkan, motivasi ekstrinsik adalah motivasi yang timbul dan

berfungsi karena adanya pengaruh dari luar. Contohnya yaitu siswa

yang berangkat sekolah hanya karena takut dimarahi ibunya.

Contoh yang lain yaitu ketika seorang siswa yang mendapatkan

prestasi atau peringkat karena ingin mendapatkan sepeda dari

orang tuanya. Sudah jelas bahwa kegiatan belajar yang dilakukan

bukan karena ingin mendapatkan ilmu dan pengetahuan. Motivasi

ekstrinsik dibutuhkan oleh siswa. Motivasi ekstrinsik akan sangat

membantu ketika siswa merasa tidak semangat belajar, tidak

tertarik dengan pelajaran yang sedang diikuti dan lain sebagainya.

Dengan motivasi ekstrinsik yang diberikan oleh guru, orang tua

atau pihak lain maka akan membantu proses belajar mengajar.


Motivasi ekstrinsik diwujudkan dalam bentuk rangsangan

dari luar yang bertujuan menggerakan individu untuk melakukan

suatu aktivitas yang membawa manfaat kepada individu tersebut.

Motivasi ekstrinsik ini dapat dirangsang dalam bentuk – bentuk

seperti pujian, insentif, hadiah. Selain itu membentuk suasana dan

lingkungan yang kondusif juga dapat dikategorikan kedalam

bentuk motivasi ekstrinsik, karena hal tersebut dapat mendorong

seeorang pelajar untuk lebih giat belajar (Sobry Sutikno, 2008).

e. Komponen Motivasi Belajar

Menurut Sardiman A. M (2008), komponen motivasi adalah

sebagai berikut :

1) Upaya Pencapaian Tujuan dan Berbagai Sasaran Organisasional

Tersirat pada pandangan ini ialah bahwa dalam tujuan dan sasaran

organisasi telah tecakup tujuan dan sasaran pribadi para anggota

organisasi yang diberi organisasi tersebut. Secara populer dapat

dikatakan bahwa pemberian motivasi hanya akan efektif apabila

dalam diri para bawahan yang digerakkan itu terdapat keyakinan

bahwa dengan tercapainya tujuan dan berbagai sasaran organisasi

tujuan pribadipun akan ikut pula tercapai. Hal ini sangat penting

untuk mendapat perhatian karena, seperti dimaklumi, pendorong

utama dan pertama bagi seseorang untuk memasuki organisasi

tertentu ialah adanya persepsi dan harapannya bahwa dengan

memasuki organisasi tertentu itu berbagai kepentingan pribadinya


akan terlindungi dan berbagai kebutuhannya akan terpenuhi.

Bahkan dapat dikatakan bahwa motif utama dan pertama tersebut

dapat bersifat individualistik, malahan mungkin egosentris. Para

pekerja akan selalu mengkaitkan pemberian motivasi oleh

pimpinan dengan kepentingan dan tujuan pribadi itu meskipun

tetap dalm rangka pencapaian tujuan organisasi.

2) Usaha Tertentu Sebagai Akibat Motivasi

Artinya motivasi merupakan proses keterkaitan antara usaha dan

pemuasan kebutuhan tertentu. Dengan perkataan lain, motivasi

merupakan kesediaan untuk mengerahkan usah tingkat tinggi untuk

mencapai tujuan organisasi. Akan tetapi kesediaan mengerahkan

usaha itu sangat tergantung pada kemampuan seseorang untuk

memuaskan berbagai kebutuhannya. Usaha merupakan ukuran

intensitas kemauan seseorang. Apabila seseorang termotivasikan,

yang bersangkutan akan berusaha keras untuk melakukan sesuatu.

3) Kebutuhan

Suatu pemahaman teori motivasi dan aplikasinya, yang dimaksud

dengan kebutuhan ialah keadaan internal seseorang yang

menyebabkan hasil usaha tertentu menjadi menarik. Artinya suatu

kebutuhan yang belum terpuaskan menciptakan “ketegangan” yang

pada gilirannya menimbulkan dorongan tertentu dalam diri

seseorang. Dapat dikatakan bahwa seseorang pekerja yang

termotivasikan sesungguhnya berada pada suasana ketegangan.


Cara untuk menghilangkan ketegangan itu mereka melakukan

usaha tertentu. Merupakan hal yang logis apabila usaha seseorang

akan semakin besar apabila tingkat ketegangan dirasakan semakin

tinggi.

f. Prinsip-Prinsip Motivasi Belajar

Enco Mulyasa (2015), menyebutkan bahwa prinsip yang dapat

diterapkan untuk meningkatkan motivasi belajar adalah sebagai

berikut:

1) Peserta didik akan lebih giat apabila topik yang akan dipelajari

menarik dan berguna bagi dirinya.

2) Tujuan pembelajaran disusun secara jelas dan diinformasikan

kepada peserta didik agar mereka mengetahui tujuan belajar

tersebut.

3) Peserta didik selalu diberi tahu tentang hasil belajarnya.

4) Pemberian pujian dan reward lebih baik daripada hukuman, tapi

sewaktu-waktu hukuman juga diperlukan.

5) Memanfaatkan sikap, cita-cita dan rasa ingin tahu peserta didik.

6) Usahakan untuk memperhatikan perbedaan setiap peserta didik,

misalnya perbedaan kemauan, latarbelakang dan sikap terhadap

sekolah atau subjek tertentu.

7) Usahakan untuk memenuhi kebutuhan peserta didik dengan selalu

memperhatikan mereka dan mengatur pengalaman belajar yang

baik agar siswa memiliki kepuasan dan penghargaan serta


mengarahkan pengalaman belajarnya ke arah keberasilan, sehingga

memiliki kepercayaan diri dan tercapainya prestasi belajar.

g. Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Motivasi belajar

Syamsu Yusuf (2009), menyebutkan faktor-faktor yang

mempengaruhi motivasi belajar yaitu:

1) Faktor Internal

a) Faktor Fisik

Faktor fisik meliputi nutrisi (gizi), kesehatan, dan fungsi-fungsi

fisik (terutama panca indera).

b) Faktor Psikologis

Faktor psikologis berhubungan dengan aspek-aspek yang

mendorong atau menghambat aktivitas belajar pada siswa.

2) Faktor Eksternal (yang berasal dari lingkungan)

a) Faktor Non-Sosial

Faktor non-sosial meliputi keadaan udara (cuaca panas atau

dingin), waktu (pagi, siang, malam), tempat (sepi, bising, atau

kualitas sekolah tempat belajar), sarana dan prasarana atau

fasilitas belajar.

b) Faktor Sosial

Faktor sosial adalah faktor manusia (guru, konselor, dan orang

tua), baik yang hadir secara langsung maupun tidak langsung

(foto atau suara). Proses belajar akan berlangsung dengan baik,

apabila guru mengajar dengan cara menyenangkan, seprti


bersikap ramah, memberi perhatian pada semua siswa, serta

selalu membantu siswa yang mengalami kesulitan belajar. Pada

saat di rumah siswa tetap mendapat perhatian orang tua, baik

material dengan menyediakan sarana dan prasarana belajar

guna membantu dan mempermudah siswa belajar di rumah.

2. Konsep Remaja

a. Pengertian

Remaja adalah suatu masa dimana individu berkembang dari saat

pertama kali ia menunjukkan tanda-tanda seksual sekundernya sampai

saat ia mencapai kematangan seksual (Sarwono, 2011).

Masa remaja disebut juga sebagai masa perubahan, meliputi

perubahan dalam sikap, dan perubahan fisik (Pratiwi, 2012). Remaja

pada tahap tersebut mengalami perubahan banyak perubahan baik

secara emosi, tubuh, minat, pola perilaku dan juga penuh dengan

masalah-masalah pada masa remaja (Hurlock, 2011).

Batasan usia remaja berbeda-beda sesuai dengan sosial budaya

daerah setempat. WHO membagi kurun usia dalam 2 bagian, yaitu

remaja awal 10-14 tahun dan remaja akhir 15-20 tahun. Batasan usia

remaja Indonesia usia 11-24 tahun dan belum menikah (Sarwono,

2011).

Menurut Hurlock (2011), masa remaja dimulai dengan masa

remaja awal (12-24 tahun), kemudian dilanjutkan dengan masa remaja

tengah (15-17 tahun), dan masa remaja akhir (18-21 tahun).


b. Tahapan Remaja

Menurut Sarwono (2011) dan Hurlock (2011) ada tiga tahap

perkembangan remaja, yaitu :

1) Remaja awal (early adolescence) usia 11-13 tahun

Seorang remaja pada tahap ini masih heran akan perubahan

perubahan yang terjadi pada tubuhnya. Remaja mengembangkan

pikiran-pikiran baru, cepat tertarik pada lawan jenis, dan mudah

terangsang secara erotis. Pada tahap ini remaja awal sulit untuk

mengerti dan dimengerti oleh orang dewasa. Remaja ingin bebas

dan mulai berfikir abstrak.

2) Remaja Madya (middle adolescence) 14-16 tahun

Pada tahap ini remaja sangat membutuhkan teman-teman. Remaja

merasa senang jika banyak teman yang menyukainya. Ada

kecendrungan “narcistic”, yaitu mencintai diri sendiri, dengan

menyukai teman-teman yang mempunyai sifat yang sama pada

dirinya. Remaja cendrung berada dalam kondisi kebingungan

karena ia tidak tahu harus memilih yang mana. Pada fase remaja

madya ini mulai timbul keinginan untuk berkencan dengan lawan

jenis dan berkhayal tentang aktivitas seksual sehingga remaja

mulai mencoba aktivitas-aktivitas seksual yang mereka inginkan.

3) Remaja akhir (late adolesence) 17-20 tahun

Tahap ini adalah masa konsolidasi menuju periode dewasa yang

ditandai dengan pencapaian 5 hal, yaitu :


a) Minat yang makin mantap terhadap fungsi-fungsi intelek.

b) Egonya mencari kesempatan untuk bersatu dengan orang-orang

dan dalam pengalaman-pengalaman yang baru.

c) Terbentuk identitas seksual yang tidak akan berubah lagi.

d) Egosentrisme (terlalu memusatkan perhatian pada diri sendiri.

e) Tumbuh “dinding” yang memisahkan diri pribadinya (private

self) dan publik.

c. Perkembangan Remaja

1) Perkembangan fisik

Perubahan fisik terjadi dengan cepat pada remaja.

Kematangan seksual sering terjadi seiring dengan perkembangan

seksual secara primer dan sekunder. Perubahan secara primer

berupa perubahan fisik dan hormon penting untuk reproduksi,

perubahan sekunder antara lakilaki dan perempuan berbeda (Potter

& Perry, 2009).

Pada anak laki-laki tumbuhnya kumis dan jenggot, jakun dan

suara membesar. Puncak kematangan seksual anak laki-laki adalah

dalam kemampuan ejakulasi, pada masa ini remaja sudah dapat

menghasilkan sperma. Ejakulasi ini biasanya terjadi pada saat tidur

dan diawali dengan mimpi basah (Sarwono, 2011).

Pada anak perempuan tampak perubahan pada bentuk tubuh

seperti tumbuhnya payudara dan panggul yang membesar. Puncak

kematangan pada remaja wanita adalah ketika mendapatkan


menstruasi pertama (menarche). Menstruasi pertama menunjukkan

bahwa remaja perempuan telah memproduksi sel telur yang tidak

dibuahi, sehingga akan keluar bersama darah menstruasi melalui

vagina atau alat kelamin wanita (Sarwono, 2011).

2) Perkembangan Emosi

Perkembangan emosi sangat berhubungan dengan

perkembangan hormon, dapat ditandai dengan emosi yang sangat

labil. Remaja belum bisa mengendalikan emosi yang dirasakannya

dengan sepenuhnya (Sarwono, 2011).

3) Perkembangan Kognitif

Remaja mengembangkan kemampuannya dalam

menyelesaikan masalah dengan tindakan yang logis. Remaja dapat

berfikir abstrak dan menghadapi masalah yang sulit secara efektif.

Jika terlibat dalam masalah, remaja dapat mempertimbangkan

beragam penyebab dan solusi yang sangat banyak (Potter & Perry,

2009).

4) Perkembangan Psikososial

Perkembangan psikososial ditandai dengan terikatnya remaja pada

kelompok sebaya. Pada masa ini, remaja mulai tertarik dengan

lawan jenis. Minat sosialnya bertambah dan penampilannya

menjadi lebih penting dibandingkan sebelumnya. Perubahan fisik

yang terjadi seperti berat badan dan proporsi tubuh dapat


menimbulkan perasaan yang tidak menyenangkan seperti, malu

dan tidak percaya diri (Potter& Perry, 2009).

3. Kemandirian Belajar

a. Pengertian

Menurut Nurhayati (2011) Belajar mandiri adalah suatu bentuk

belajar yang memberikan otonomi dan tanggungjawab kepada

pembelajar untuk berinisiatif dan berperan aktif dalam mengatur

sendiri berbagai aspek kegiatan belajar sesuai dengan kebutuhan dan

kemampuannya, tanpa selalu tergantung kepada orang lain.

b. Faktor-Faktor yang Mempengaruhi Kemandirian Belajar

Kemandirian belajar memiliki banyak faktor yang

mempengaruhinya, menurut Nurhayati (2011) faktor yang

mempengaruhi kemandirian belajar ada 2 yaitu faktor internal dan

faktor eksternal.

1) Faktor internal dengan indikator tumbuhnya kemandirian belajar

yang terpancar antara lain :

a) Sikap bertanggung jawab untuk melaksanakan apa yang

dipercayakan dan ditugaskan.

b) Kesadaran hak dan kewajiban siswa disiplin moral yaitu budi

pekerti yang menjadi tingkah laku.

c) Kedewasaan diri mulai konsep diri, motivasi sampai

berkembangnya pikiran, karsa, cipta dan karya (secara

berangsur).
d) Kesadaran mengembangkan kesehatan dan kekuatan jasmani,

rohani dengan makanan yang sehat, kebersihan dan olahraga.

e) Disiplin diri dengan mematuhi tata tertib yang berlaku, sadar

hak dan kewajiban, menghormati orang lain, dan melaksanakan

kewajiban.

f) Motivasi belajar yang merupakan seluruh daya penggerak

didalam diri siswa yang menimbulkan kegiatan belajar yang

menjamin kelangsungan dari kegiatan belajar yang

memberikan arah pada kegiatan belajar.

2) Faktor Eksternal

a. Dukungan di lingkungan rumah dapat berupa sikap memberi

kesempatan anak untuk belajar ketika di rumah.

b. Dukungan di sekolah, dukungan tersebut berupa segala yang

dilakukan sekolah guna dapat meningkatkan motivasi anak

untuk belajar sehingga anak memiliki kemandirian belajar.

c. Dukungan di masyarakat, dukungan tersebut dapat berupa

kebijakan penyediaan perpustakaan, acara-acara yang terdapat

unsur mendidik bagi warga yang dilakukan oleh pemerintah.

d. Sosial ekonomi, keamanan dan ketertiban yang mandiri,

kondisi dan suasana keharmonisan dalam dinamika positif atau

negatif sebagai peluang dan tantangan meliputi tatanan budaya

dan sebagainya secara komulatif.


c. Indikator-idikator Kemandirian Belajar

Menurut Desmita (2011), indikator-indikator kemandirian belajar

sebagai berikut:

1) Adanya hasrat atau keinginan yang kuat untuk mandiri.

2) Mampu mengambil keputusan dan inisiatif untuk menghadapi

masalah.

3) Tanggung jawab atas apa yang dilakukannya.

4) Percaya diri dan melaksanakan tugas-tugas secara mandiri.

d. Ciri-Ciri Siswa yang Memiliki Kemandirian Belajar

Ciri-ciri kemandirian belajar merupakan faktor pembentuk dari

kemandirian belajar dapat dilihat melalui beberapa aspek, seperti pendapat

Robert Havighurst (Desmita, 2011) yang menyebutkan bahwa

kemandirian terdiri dari beberapa aspek, diantaranya adalah aspek

intelektual, sosial, emosi, dan ekonomi.

1) Aspek intelektual, aspek ini mencakup pada kemampuan berfikir,

menalar memahami beragam kondisi, situasi dan gejala-gejala masalah

sebagai dasar usaha mengatasi masalah.

2) Aspek sosial, berkenaan dengan kemampuan untuk berani secara aktif

membina relasi sosial, namun tidak tergantung pada kehadiran orang

lain di sekitarnya.

3) Aspek emosi, mencakup kemampuan individu untuk mengelola serta

mengendalikan emosi dan reaksinya dengan tidak bergantung secara

emosi pada orang tua.


4) Aspek ekonomi, mencakup kemandirian dalam hal mengatur

kebutuhan-kebutuhan.

Aspek-aspek tersebut saling terkait satu sama lainnya, karena aspek

tersebut mempunyai pengaruh yang sama kuat dan saling melengkapi

dalam membentuk kemandirian dalam diri seseorang.

Sedangkan menurut Haris (2007) siswa yang memiliki kemandirian

belajar mempunyai ciri-ciri dan tujuan belajar, sumber dan media belajar,

tempat belajar yang nyaman, waktu belajar, kecepatan dan intensitas

belajar, menemukan cara belajar, mengevaluasi dan merefleksi hasil

belajarnya.

1) Memiliki tujuan belajar, dengan semakin banyak tujuan belajar yang ia

memiliki maka akan semakin banyak kompetensi yang siswa peroleh.

2) Memiliki berbagai sumber dan media belajar. Guru, tutor, teman,

pakar, praktisi dan siapapun yang memiliki informasi dan keterampilan

di perlakukan oleh siswa sebagai sumber belajar baginya. Paket-paket

yang berisi self intuctional materials, buku teks, sampai teknologi

informasi dapat digunakan guna mendukung kemandirian belajar.

3) Tempat belajar yang nyaman. Seseorang yang memiliki kemandirian

belajar memiliki tempat belajar yang baginya dapat mendukung

berlangsungnya kegiatan belajar, baik di sekolah, rumah, perpustakaan

dan tempat yang memungkinkan untuk berlangsungnya kegiatan

belajar.
4) Memiliki waktu belajar yang dilaksanakan setiap waktu yang

dikehendaki oleh siswa di sela-sela waktu untuk kegiatan yang lain.

5) Kecepatan dan intensitas belajar yang ditentukan oleh siswa sendiri

sesuai dengan kebutuhan, kemampuan, dan kesempatan yang tersedia.

6) Bisa menemukan cara belajar yang tepat untuk dirinya sendiri

sehingga dapat mendukung kemandirian belajarnya.

7) Dapat mengevaluasi dari tujuan belajarnya atau bisa disebut dengan

self evaluation. Dapat membandingkan antara tujuan belajar dengan

hasil belajarnya.

8) Dapat merefleksi atas kegiatan belajar yang dilakukan apakah kegiatan

tersebut berhasil atau gagal. Serta dapat menentukan langkah yang

harus dilakukan untuk mencapai keberhasilan belajar.

9) Memiliki motif belajar. Motif belajar inilah yang menjadi ciri penting

dari seseorang yang memiliki kemandirian belajar.

e. Karakteristik Kemandirian Belajar

Karakteristik kemandirian belajar menurut Hiemstra dalam

Nurhayati (2011) yaitu :

1) Setiap anak berusaha meningkatkan tanggung jawab untuk mengambil

berbagai keputusan dalam usaha belajarnya.

2) Kemandirian belajar dipandang sebagai suatu sifat yang sudah ada

pada setiap orang dan situasi pembelajaran.

3) Kemandirian belajar bukan berarti memisahkan diri dengan orang lain

dalam pembelajaran.
4) Dengan kemandirian belajar, anak dapat mentransfer hasil belajarnya

yang berupa pengetahuan dan ketrampilan ke dalam situasi yang lain

5) Anak dapat melibatkan berbagai sumber daya dan aktivitas seperti

membaca sendiri, belajar kelompok, latihan-latihan.

6) Peran efektif guru masih dimungkinkan, seperti dialog denga

pembelajar, mengevaluasi hasil, dan memberi gagasan-gagasan kreatif.


B. Kerangka Teori

Faktor-faktor yang
mempengaruhi kemandirian
belajar :
a. Internal
1. Sikap tanggung jawab Kemandirian Belajar
2. Disiplin moral
3. Kedewasaan diri
4. Sehat jasmani & rohani
5. Disiplin diri
6. Motivasi Belajar
Indikator Kemandirian
b. Eksternal Belajar :
1. Dukungan di lingkungan 1. Adanya hasrat atau
rumah keinginan yang kuat
2. Dukungan di Sekolah untuk mandiri.
3. Dukungan di masyarakat 2. Mampu mengambil
4. Sosial ekonomi keputusan dan inisiatif
untuk menghadapi
masalah.
3. Tanggung jawab atas
apa yang
dilakukannya.
4. Percaya diri dan
melaksanakan tugas-
tugas secara mandiri.

Keterangan :

: Yang diteliti

: Yang tidak diteliti

Gambar 2.1 Kerangka teori


Sumber : Hamzah (2008); Sardiman (2008); Hurlock (2011); Haris (2007);
Desmita (2011)
C. Kerangka Konsep

Variabel Independen Variabel Dependen

Motivasi Belajar Kemandirian Belajar

Gambar 2.2
Kerangka Konsep

D. Hipotesis

Hipotesis adalah jawaban mengarahkan kepada hasil penelitian, maka

didalam perencanaan penelitian perlu dirumuskan jawaban sementara dari

penelitian (Notoatmodjo, 2012).

Hipotesis dalam penelitian ini adalah “Ada hubungan motivasi belajar

dengan kemandirian belajar pada siswa kelas XIII di SMP Negeri 02

Ungaran”.

Anda mungkin juga menyukai