Biakan darah biasanya positif pada minggu pertama pada
perjalanan penyakit. Kadang terjadi anemia akibat proses inflamasi. c. Kolonoskopi Mengidentifikasi adanya perubahan lumen dinding (menyempit/ tidakteratur), menunjukkan obstruksi usus. d. Pemeriksaan serologi Merupakan reaksi serologis yang didasarkan antara reaksi aglutinasi antara antigen Salmonella dan antibodi yang terdapat pada serum penderita. Titer O : 1/200. Titer H : 1/400. atau Kenaikan titer 4 kali 1 (satu) minggu berikutnya. 26 I. Pathways keperawatan Salmonella typhi Feces Muntahan lalat Makanan Lambung HCL Hidup Mati Usus Berkembang Di Plaque peyeri Mengeluarkan Endotoksin Ileum distal asimtomatik Bakteriemia primer Menyebar ke organ RES (hati dan limpa) Sumber : (Soegijanto, 2002) Difagosit tidak difagosit Mati Bakteriemia sekunder Darah Usus halus Hipothalamus Hepar Roseola peradangan menekan Hepato dan Dan Lidah thermoregulasi splenomegali Hiperemia demam remiten Endotoksin merusak hepar Hiperperistaltik usus Diare Mudah lelah SGOT/SGPT meningkat Mual dan muntah bedrest Anorexia konstipasi HIPERTERMI Defisit volume cairan Gangguan pola eliminasi Intoleransi aktivitas Resiko/aktual Nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh Nyeri 27 J. Diagnosa keperawatan 1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhosa. 2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan intake dan output yang tidak seimbang. 3. Resiko/aktual nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat akibat mual,muntah dan anorexia. 4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi pada usus halus. 5. Gangguan pola eliminasi : diare berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus. 6. Gangguan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus. 7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik. (Capernito, 2000) K. Fokus Intervensi dan Rasional (Capernito, 2000) . 1. Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhosa. Tujuan : suhu tubuh normal Kriteria hasil : Suhu tubuh normal, nadi dan RR normal, tidak ada pusing. Intervensi : a. Monitor TTV klien sesering mungkin. 28 R : Untuk mengetahui tanda-tanda kenaikan suhu yang mungkin terjadi infeksi. b. Anjurkan klien untuk berpakaian tipis dari bahan yang menyerap keringat.. R : supaya klien merasa nyaman, karena bahan pakaian yang tipis akan mengurangi evaporasi tubuh. c. Monitor Intake dan Output klien. R : Untuk mengamati perbaikan dan perburukan dari klien. d. Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan 2-3 liter/hari. R : Sebagai rehidrasi dari cairan yang hilang dari penguapan tubuh, mual, muntah dan diare. e. Memberikan kompres dengan air biasa ( suhu normal ). R : Agar lebih mudah untuk memindahkan panas dari klien ke handuk kompres. f. Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik dan antipiretik. R : Antibiotik untuk mengurangi proses infeksi dan antipiretik untuk menurunkan panas tubuh. 2. Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan intake dan output yang tidak seimbang. Tujuan : intake dan output seimbang. 29 Kriteria hasil : deficit cairan dapat teratasi dan tidak ada tanda-tanda dehidrasi, turgor baik, membrane mukosa baik. Intervensi : a. Monitor status nutrisi klien. R : mengetahui adanya tanda-tanda perbaikan dan perburukan dari klien. b. Anjurkan klien untuk banyak minum. R : Untuk mengganti cairan yang hilang akibat diare. c. Monitor intake dan output klien. R : sebagai dasar tindakan banyaknya rehidrasi yang dibutuhkan klien. d. Kolaborasi dengan pemberian cairan melalui IV. R : membantu mengganti cairan intravaskuler yang berkurang. e. Kolaborasi dengan dokter apabila terjadi tanda-tanda shock. R : sebagai terapi lanjutan apabila terjadi tanda-tanda shock. 3. Resiko/aktual nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan intake yang tidak adekuat akibat mual,muntah dan anorexia. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, nutrisi klien dapat terpenuhi, BB tetap atau bertambah, tidak ada anorexia dan mual muntah. 30 Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda mal nutrisi, adanya peningkatan BB sesuai dengan tujuan, mual dan muntah berkurang, tidak ada anorexia. Intervensi : a. Monitor status nutrisi klien. R : Sebagai dasar awal tindakan keperawatan. b. Jelaskan pada klien tentang pentingnya makanan untuk membantu proses penyembuhan. R : meningkatkan pengetahuan klien tentang manfaat nutrisi sehingga memotivasi klien agar mau makan. c. Tawarkan klien snack yang disukai. R : Untuk menambah nafsu makan klien. d. Jaga kebersihan oral pasien. R : Dapat memberi rasa nyaman pada mulut sehingga dapat menambah nafsu makan. e. Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering. R : Menghindari rasa mual dan keinginan untuk muntah. f. Berikan asupan nutrisi sesuai dengan diet (diet lembek, rendah serat, dan bumbu yang tidak merangsang). R : Supaya memudahkan klien untuk menelan makanan dan tidak menyebabkan mual. 31 4. Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi pada usus halus. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, rasa nyaman klien terpenuhi. Kriteria hasil : Nyeri berkurang atau hilang, ekspresi wajah rileks tanda-tanda vital normal, skala nyeri 1-0. Intervensi : a. Kaji intensitas nyeri (faktor presipitasi, kualitas, lokasi, skala, durasi). R : untuk mengetahui intensitas nyeri klien. b. Kaji respon klien terhadap nyeri yang dialami. R : mengetahui sejauhmana nyeri mempengaruhi aktivitas klien. c. Ajarkan klien untuk relaksasi dan distraksi. R : untuk membantu mengurangi nyeri secara non farmakologi d. Berikan klien posisi yang nyaman. R : untuk menambah kenyamanan klien. e. Kolaborasi dengan pemberian analgesik. R : untuk mengurangi rasa nyeri secara farmakologis 5. Gangguan pola eliminasi : diare berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pola eliminasi klien kembali normal. 32 Kriteria hasil : BAB normal, Feses (konsistensi dan frekuensi) normal, mencegah daerah rectal agar tidak iritasi, turgor kulit normal. a. Identifikasi faktor penyebab diare. R : Sebagai awal tindakan pengobatan. b. Monitor BAB (warna, jumlah, frekuensi, dan konsistensi dari feces). R : Mengetahui pola BAB klien. c. Monitor TTV dan KU klien. R : Mengetahui adanya tanda dan gejala shock pada klien. d. Anjurkan klien untuk minum 2-3 liter setiap hari. R : Untuk merehidrasi cairan yang keluar akibat diare. e. Kolaborasi pemberian cairan IV R : Mengganti cairan pada intravakuler dan intrerstitial. f. Kolaborasi dengan Dokter untuk terapy anti diare. R : Anti diare membantu mengurangi diare. 6. Gangguan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan proses peradangan pada usus halus. Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pola eliminasi kembali normal. Kriteria hasil : BAB normal, rasa tidak nyaman berkurang, tidak ada massa. Intervensi : 33 a. Identifikasi penyebab timbulnya konstipasi. R : Menentukan dasar awal tindakan keperawatan. b. Ganti posisi klien tiap 2 jam sekali. R : Mengurangi resiko konstipasi lanjutan karena aktivitas yang kurang. c. Pertahankan intake cairan 2-3 liter setiap hari. R : memenuhi cairan dan memperbaiki konsistensi feces. d. Kolaborasi dengan ahli gizi dengan pemberian diet tinggi serat dan rendah lemak. R : Tinggi serat memudahkan pengeluaran feces. e. Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian laksatif R : membantu mengeluarkan feces. 7. Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat peningkatan metabolisme sekunder. Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan,klien dapat mandiri dan aktivitas klien kembali normal. Kriteria hasil : aktivitas klien tetap normal, kelemahan fisik berkurang Intervensi : a. Kaji respon pasien terhadap aktivitas. R : untuk mengetahui perubahan-perubahan aktivitas yang dialami oleh klien. b. Anjurkan klien untuk tetap istirahat 34 R : Untuk mempercepat proses penyembuhan c. Batasi pengunjung yang datang R : agar klien tidak terganggu dalam beristirahat d. Bantu klien untuk beraktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan klien. R : memberikan rasa nyaman, karena kebutuhan klien dapat terpenuhi dengan dibantu oleh perawat ataupun keluarga. e. Ajarkan aktivitas yang dapat dilakukan klien secara bertahap R : Agar tidak mengganggu bedrest pada proses penyembuhan klien.