Anda di halaman 1dari 10

25

Biakan darah biasanya positif pada minggu pertama pada


perjalanan penyakit. Kadang terjadi anemia akibat proses inflamasi.
c.
Kolonoskopi
Mengidentifikasi adanya perubahan lumen dinding (menyempit/
tidakteratur), menunjukkan obstruksi usus.
d.
Pemeriksaan serologi
Merupakan reaksi serologis yang didasarkan antara reaksi
aglutinasi antara antigen Salmonella dan antibodi yang terdapat
pada serum penderita. Titer O : 1/200. Titer H : 1/400. atau
Kenaikan titer 4 kali 1 (satu) minggu berikutnya.
26
I.
Pathways keperawatan
Salmonella typhi
Feces Muntahan lalat
Makanan
Lambung
HCL
Hidup Mati
Usus
Berkembang
Di Plaque peyeri Mengeluarkan Endotoksin
Ileum distal
asimtomatik Bakteriemia primer
Menyebar ke organ RES (hati dan limpa)
Sumber :
(Soegijanto, 2002)
Difagosit tidak difagosit
Mati Bakteriemia sekunder
Darah Usus halus Hipothalamus Hepar
Roseola peradangan menekan Hepato dan
Dan Lidah thermoregulasi splenomegali
Hiperemia
demam remiten Endotoksin
merusak hepar
Hiperperistaltik usus
Diare
Mudah lelah SGOT/SGPT
meningkat
Mual dan muntah bedrest
Anorexia konstipasi
HIPERTERMI
Defisit volume cairan
Gangguan pola
eliminasi
Intoleransi aktivitas
Resiko/aktual
Nutrisi
kurang dari kebutuhan
tubuh
Nyeri
27
J.
Diagnosa keperawatan
1.
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella typhosa.
2.
Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan intake dan output
yang tidak seimbang.
3.
Resiko/aktual nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat akibat mual,muntah dan anorexia.
4.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi pada
usus halus.
5.
Gangguan pola eliminasi : diare berhubungan dengan proses
peradangan pada usus halus.
6.
Gangguan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan proses
peradangan pada usus halus.
7.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik.
(Capernito, 2000)
K.
Fokus Intervensi dan Rasional
(Capernito, 2000)
.
1.
Hipertermi berhubungan dengan proses infeksi salmonella
typhosa.
Tujuan : suhu tubuh normal
Kriteria hasil : Suhu tubuh normal, nadi dan RR normal, tidak ada
pusing.
Intervensi :
a.
Monitor TTV klien sesering mungkin.
28
R : Untuk mengetahui tanda-tanda kenaikan suhu yang mungkin
terjadi infeksi.
b.
Anjurkan klien untuk berpakaian tipis dari bahan yang menyerap
keringat..
R : supaya klien merasa nyaman, karena bahan pakaian yang tipis
akan mengurangi evaporasi tubuh.
c.
Monitor Intake dan Output klien.
R : Untuk mengamati perbaikan dan perburukan dari klien.
d.
Anjurkan klien untuk meningkatkan intake cairan 2-3 liter/hari.
R : Sebagai rehidrasi dari cairan yang hilang dari penguapan tubuh,
mual, muntah dan diare.
e.
Memberikan kompres dengan air biasa ( suhu normal ).
R : Agar lebih mudah untuk memindahkan panas dari klien ke
handuk kompres.
f.
Kolaborasi dengan dokter untuk pemberian terapi antibiotik dan
antipiretik.
R : Antibiotik untuk mengurangi proses infeksi dan antipiretik
untuk menurunkan panas tubuh.
2.
Resiko defisit volume cairan berhubungan dengan intake dan
output yang tidak seimbang.
Tujuan : intake dan output seimbang.
29
Kriteria hasil : deficit cairan dapat teratasi dan tidak ada tanda-tanda
dehidrasi, turgor baik, membrane mukosa baik.
Intervensi :
a.
Monitor status nutrisi klien.
R : mengetahui adanya tanda-tanda perbaikan dan perburukan dari
klien.
b.
Anjurkan klien untuk banyak minum.
R : Untuk mengganti cairan yang hilang akibat diare.
c.
Monitor intake dan output klien.
R : sebagai dasar tindakan banyaknya rehidrasi yang dibutuhkan
klien.
d.
Kolaborasi dengan pemberian cairan melalui IV.
R : membantu mengganti cairan intravaskuler yang berkurang.
e.
Kolaborasi dengan dokter apabila terjadi tanda-tanda shock.
R : sebagai terapi lanjutan apabila terjadi tanda-tanda shock.
3.
Resiko/aktual nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan intake yang tidak adekuat akibat mual,muntah dan
anorexia.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, nutrisi klien dapat
terpenuhi, BB tetap atau bertambah, tidak ada anorexia dan mual
muntah.
30
Kriteria hasil : tidak ada tanda-tanda mal nutrisi, adanya peningkatan
BB sesuai dengan tujuan, mual dan muntah berkurang, tidak ada
anorexia.
Intervensi :
a.
Monitor status nutrisi klien.
R : Sebagai dasar awal tindakan keperawatan.
b.
Jelaskan pada klien tentang pentingnya makanan untuk membantu
proses penyembuhan.
R : meningkatkan pengetahuan klien tentang manfaat nutrisi
sehingga memotivasi klien agar mau makan.
c.
Tawarkan klien snack yang disukai.
R : Untuk menambah nafsu makan klien.
d.
Jaga kebersihan oral pasien.
R : Dapat memberi rasa nyaman pada mulut sehingga dapat
menambah nafsu makan.
e.
Berikan makanan dalam porsi kecil tapi sering.
R : Menghindari rasa mual dan keinginan untuk muntah.
f.
Berikan asupan nutrisi sesuai dengan diet (diet lembek, rendah
serat, dan bumbu yang tidak merangsang).
R : Supaya memudahkan klien untuk menelan makanan dan tidak
menyebabkan mual.
31
4.
Gangguan rasa nyaman : nyeri berhubungan dengan inflamasi
pada usus halus.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan, rasa nyaman klien
terpenuhi.
Kriteria hasil : Nyeri berkurang atau hilang, ekspresi wajah rileks
tanda-tanda vital normal, skala nyeri 1-0.
Intervensi :
a.
Kaji intensitas nyeri (faktor presipitasi, kualitas, lokasi, skala,
durasi).
R : untuk mengetahui intensitas nyeri klien.
b.
Kaji respon klien terhadap nyeri yang dialami.
R : mengetahui sejauhmana nyeri mempengaruhi aktivitas klien.
c.
Ajarkan klien untuk relaksasi dan distraksi.
R : untuk membantu mengurangi nyeri secara non farmakologi
d.
Berikan klien posisi yang nyaman.
R : untuk menambah kenyamanan klien.
e.
Kolaborasi dengan pemberian analgesik.
R : untuk mengurangi rasa nyeri secara farmakologis
5.
Gangguan pola eliminasi : diare berhubungan dengan proses
peradangan pada usus halus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan, pola eliminasi klien
kembali normal.
32
Kriteria hasil : BAB normal, Feses (konsistensi dan frekuensi) normal,
mencegah daerah rectal agar tidak iritasi, turgor kulit normal.
a.
Identifikasi faktor penyebab diare.
R : Sebagai awal tindakan pengobatan.
b.
Monitor BAB (warna, jumlah, frekuensi, dan konsistensi dari
feces).
R : Mengetahui pola BAB klien.
c.
Monitor TTV dan KU klien.
R : Mengetahui adanya tanda dan gejala shock pada klien.
d.
Anjurkan klien untuk minum 2-3 liter setiap hari.
R : Untuk merehidrasi cairan yang keluar akibat diare.
e.
Kolaborasi pemberian cairan IV
R : Mengganti cairan pada intravakuler dan intrerstitial.
f.
Kolaborasi dengan Dokter untuk terapy anti diare.
R : Anti diare membantu mengurangi diare.
6.
Gangguan pola eliminasi : konstipasi berhubungan dengan proses
peradangan pada usus halus.
Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pola eliminasi
kembali normal.
Kriteria hasil : BAB normal, rasa tidak nyaman berkurang, tidak ada
massa.
Intervensi :
33
a.
Identifikasi penyebab timbulnya konstipasi.
R : Menentukan dasar awal tindakan keperawatan.
b.
Ganti posisi klien tiap 2 jam sekali.
R : Mengurangi resiko konstipasi lanjutan karena aktivitas yang
kurang.
c.
Pertahankan intake cairan 2-3 liter setiap hari.
R : memenuhi cairan dan memperbaiki konsistensi feces.
d.
Kolaborasi dengan ahli gizi dengan pemberian diet tinggi serat dan
rendah lemak.
R : Tinggi serat memudahkan pengeluaran feces.
e.
Kolaborasi dengan dokter dalam pemberian laksatif
R : membantu mengeluarkan feces.
7.
Intoleransi aktivitas berhubungan dengan kelemahan fisik akibat
peningkatan metabolisme sekunder.
Tujuan : setelah dilakukan tindakan keperawatan,klien dapat mandiri
dan aktivitas klien kembali normal.
Kriteria hasil : aktivitas klien tetap normal, kelemahan fisik berkurang
Intervensi :
a.
Kaji respon pasien terhadap aktivitas.
R : untuk mengetahui perubahan-perubahan aktivitas yang dialami
oleh klien.
b.
Anjurkan klien untuk tetap istirahat
34
R : Untuk mempercepat proses penyembuhan
c.
Batasi pengunjung yang datang
R : agar klien tidak terganggu dalam beristirahat
d.
Bantu klien untuk beraktivitas sehari-hari sesuai dengan kebutuhan
klien.
R : memberikan rasa nyaman, karena kebutuhan klien dapat
terpenuhi dengan dibantu oleh perawat ataupun keluarga.
e.
Ajarkan aktivitas yang dapat dilakukan klien secara bertahap
R : Agar tidak mengganggu bedrest pada proses penyembuhan
klien.

Anda mungkin juga menyukai

  • Revisi
    Revisi
    Dokumen53 halaman
    Revisi
    marga anisah
    Belum ada peringkat
  • Hemoroid 3
    Hemoroid 3
    Dokumen9 halaman
    Hemoroid 3
    marga anisah
    Belum ada peringkat
  • Ca Hepar
    Ca Hepar
    Dokumen27 halaman
    Ca Hepar
    marga anisah
    Belum ada peringkat
  • Ca Hepar
    Ca Hepar
    Dokumen27 halaman
    Ca Hepar
    marga anisah
    Belum ada peringkat
  • Etika Keperawatan
    Etika Keperawatan
    Dokumen11 halaman
    Etika Keperawatan
    marga anisah
    Belum ada peringkat