Anda di halaman 1dari 57

BAB 1

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang


Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan berat

badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan. Kelahiran

BBLR sebagian disebabkan oleh lahir sebelum waktunya (prematur).

Sedangkan Berat Badan Bayi Normal adalah berat bayi yang lahir dengan

berat badan 2.500 gram sampai dengan 4000 gram (Khoiriah,2017)

Berdasarkan data dari WHO pada tahun 2015 di dunia terdapat

kejadian BBLR sebesar 15,5%, dan 96,5% di antaranya terjadi di negara-

negara berkembang. Di Indonesia Menurut pusat data dan informasi

kementrian kesehatan Republik Indonesia tahun 2013, Persentase kasus Berat

Badan Lahir Rendah (BBLR) <2500 gram antar provinsi berada pada rentang

7,2—16,8%, Rata-rata kejadian BBLR secara nasional sebesar 10,2% atau

dapat dikatakan ada sekitar 10% balita Indonesia yang lahir dengan berat

badan lahir rendah pada tahun 2013. Pada tahun yang sama, tercatat Nusa

Tenggara Timur menyumbang 15,5% kasus BBLR tertinggi di Indonesia

setelah sulawesi tengah dan papua. (INFODATIN, 2014)

Pada tahun 2018, indeks rata-rata kejadian BBLR secara nasional

mengalami penurunan menjadi 6.2%, dan Nusa Tenggara Timur menempati

urutan keempat kasus BBLR diIndonesia dengan presentasi 8.3%.

(RISKESDAS,2018). Data kelahiran bayi BBLR di RSUD Prof.W.Z.Johanes

Kupang pada tahun 2018 sebanyak 378 kasus. Pada tahun 2019 sebanyak 256

1
kasus dan periode bulan januari sampai maret 2020 sebanyak 75 kasus

(Rekam Medis RSUD Prof.W.Z.Johanes Kupang).

Penelitian yang dilakukan oleh Bunga Humaira (2018) dengan judul

“Analisis Kecemasan Ibu Dengan Perawatan Bayi BBLR Di Rumah Sakit Dr.

Ahmad Muchtar Bukit Tinggi Tahun 2018” menunjukan bahwa ibu yang

memiliki bayi BBLR mengalami kecemasan dengan keadaan bayi nya

dikarenakan keadaan bayi nya yang tidak normal.

Kecemasan adalah respon emosi manusia normal dan melibatkan

aspek perilaku, afektif, dan kognitif terhadap persepsi bahaya.Respon Hal itu

dipandang sebagai bagian normal dari masa kanak-kanak.Kecemasan

merupakan perasaan khawatir yang berlebihan dan tidak jelas, juga merupakan

suatu respons terhadap stimuli eksternal maupun internal yang menimbulkan

gejala emosional, kognitif, fisik dan tingkahlaku. (Utami, 2019)

Salah satu hal yang dibutuhkan oleh ibu dengan bayi BBLR adalah

dukungan keluarga. Dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan antara

keluarga dan lingkungan sosialnya. Dukungan keluarga adalah proses yang

terjadi seumur hidup, dimana sumber dan jenis dukungan keluarga

berpengaruh terhadap tahap lingkaran kehidupan keluarga. Dukungan dari

keluarga merupakan unsur yang terpenting dalam membantu individu dalam

menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan

bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan

meningkat. (Friedman,1998, dalam Hanum,2017)

Penelitian yang dilakukan oleh Purwanti (2014) dengan judul

“Dukungan Sosial Keluarga Dan Hubungannya Dengan Kecemasan Ibu

2
Primipara Dalam Merawat Bayi Berat Badan Lahir Rendah” menunjukan

hasil analisa dengan menggunakan uji korelasi spearman rank di dapatkan

nilai ρ value sebesar 0,047 berarti <α atau ρ <0,05 sehingga dapat disimpulkan

ada hubungan yang signifikan antara dukungan sosial keluarga dan tingkat

kecemasan ibu primipara dalam merawat bayi berat badan lahir rendah.

Hal ini sejalan dengan studi awal yang dilakukan di ruangan Neonatal

Intensive Care Unit RSUD Prof. W.Z. Yohanes Kupang pada beberapa ibu

dari bayi yang dirawat dengan BBLR menyatakan cemas dengan kelahiran

bayi mereka yang belum cukup umur dan mendapatkan perawatan. Selama

menjalani perawatan di unit perawatan intensif peran keluarga sangat terbatas

karena kondisi ruangan yang tertutup dan perawatan yang lebih ekstra

membuat waktu berkunjung menjadi dibatasi sehingga interaksi antar pasien

dan keluarga serta keluarga dengan perawat menjadi berkurang. Perawatan

bayi BBLR di ruangan intensif mempunyai dampak yang bermakna bagi

orang tua seperti rasa takut, stress dan cemas. Rasa cemas pada orang tua

selama anak di rawat di ruang intensif terutama pada kondisi anak kritis dan

takut kehilangan anak yang dicintainya serta adanya perasaan berduka, stress,

takut dan cemas. Perasaan cemas pada orang tua tidak boleh diabaikan karena

apabila orang tua merasa cemas, hal ini akan membuat orang tua tidak dapat

merawat anaknya dengan baik. Dukungan keluarga sangatlah penting karena

adanya ikatan emosional yang alami, langsung dan sering mendalam dalam

dinamika hubungan solidaritas, yang mana dalam keadaan normal terdapat

rasa saling keregantungan, saling membutuhkan dan saling membela dalam

keluarga. Ibu mengatakan dengan adanya dukungan dari keluarganya

3
membuat ia merasa lebih tenang dan kuat dalam menghadapi masalahnya

dalam hal ini bayinya yang di rawat di ruangan intensit. .

Berdasarkan latar belakang diatas maka peneliti tertarik untuk

mengetahui lebih dalam tentang “PENGARUH DUKUNGAN KELUARGA

TERHADAP TINGKAT KECEMASAN IBU DENGAN BAYI BERAT

BADAN LAHIR RENDAH (BBLR) DI RSUD PROF.Dr. W.Z.

JOHANES KUPANG ”

1.2. Rumusan Masalah

Berdasarkan latar belakang diatas maka rumusan masalah dalam penelitian ini

ialah: “Adakah Pengaruh Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat

Kecemasan Ibu Dengan Bayi Berat Badan Lahir Rendah (BBLR)?”

1.3. Tujuan Penelitian

1.3.1. Tujuan Umum

Untuk mengetahui pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat

kecemasan ibu dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR)

1.3.2. Tujuan Khusus

1. Mengetahui tingkat kecemasan ibu dengan bayi berat badan lahir

rendah (BBLR)

2. Mengetahui kualitas dukungan keluarga (dukungan informasional,

dukungan emosional, dukungan instrumental, dukungan penghargaan)

terhadap ibu dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR)

3. Menganalisis pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan

ibu dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR)

4
1.4. Manfaat Penelitian

1.4.1. Manfaat Teoritis

Diharapkan hasil penelitian dapat memperkuat dan mengembangkan teori

tentang ibu dengan bayi berat badan lahir rendah terutama mengenai

dukungan keluarga untuk mengurangi kecemasan.

1.4.2. Manfaat Praktis

1. Bagi Peneliti Selanjutnya

Hasil penelitian ini dapat dijadikan sebagai sumber informasi tentang

dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan ibu dengan berat bayi

lahir rendah (BBLR) di instalasi Neonatal Intensif Care Unit (NICU)

2. Bagi Tempat Penelitian

Hasil penelitian ini diharapkan dapat meningkatkan pelayanan perawat

dalam memberikan edukasi bagi keluarga dan pasien untuk mengurangi

kecemasan Ibu yang memiliki Berat Bayi Lahir Rendah (BBLR) di

RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

3. Bagi Institusi

Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan sumber referensi yang

bermanfaat dalam pengembangan institusi dan dapat menambah

pengetahuan serta sebagai sumber referensi yang dapat di gunakan oleh

penelitian lain dalam melakukan penelitian tentang Pengaruh Dukungan

Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu Dengan Bayi Berat Badan

Lahir Rendah (BBLR)

5
3.4. Keaslian Penelitian

Tabel 1.1 Keaslian Penelitian

No Judul Penelitian Variabel Jenis Penelitian Perbedaan

1. Dukungan Sosial 1. Dukungan Desain penelitian Pengaruh


Keluarga Dan sosial menggunakan
dukungan
Hubungannya Dengan keluarga deskriptif korelatif
keluarga
Kecemasan Ibu 2. Kecemasan dengan pendekatan
Primipara Dalam Ibu cross sectional. terhadap
Merawat Bayi Berat Primipara Teknik sampling
tingkat
Badan Lahir Rendah menggunakan
kecemasan
quota sampling.
menggunakan uji ibu dengan
spearman rank
Bayi Berat

Badan Lahir

Rendan di

NICU RSUD

Prof. W.Z

Johanes

Kupang

BAB 2

6
TINJAUAN PUSTAKA

2.1. KONSEP KELUARGA

2.1.1. Pengertian Keluarga

Keluarga adalah unit terkecil dari masyarakat yang terdiri atas

kepala keluarga dan beberapa orang yang berkumpul dan tinggal disuatu

tempat dibawah suatu atap dalam keadaan saling ketergantungan

(Harnilawati,2013).

Keluarga juga merupakan bagian dari masyarakat yang perannya

sangat penting untuk membentuk kebudayaan yang sehat. Dari keluarga

inilah akan tercipta tatanan masyarakat yang baik, sehingga untuk

membangun suatu kebudayaan harus dimulai dari keluarga

(Harnilawati,2013)

2.1.2. Tipe Keluarga

Pembagian tipe ini bergantung kepada konteks keilmuan dan orang

yang mengelompokan. (Harnilawati,2013)

A. Tipe keluarga tradisional

Secara tradisional keluarga dibagi atas 2 yaitu:

1. Keluarga inti (Nuclear Family)

Adalah keluarga yang hanya terdiri dari ayah, ibu dan anak yang

diperoleh dari keturunan atau adopsi atau keduanya

2. Keluarga besar (extended family)

7
Adalah keluarga inti ditambah anggota keluarga lain yang masih

mempunyai hubungan darah.

B. Tipe Keluarga Modern

Berkembangnya peran individu dan rasa individualisme maka

pengelompokan tipe keluarga berkembang menjadi:

1. Tradisional Nuclear

Keluarga inti (ayah, ibu dan anak) tinggal dalam satu rumah

ditetapkan oleh sanksi-sanksi legal dalam suatu ikatan

perkawinan, satu atau keduanya dapat bekerja diluar rumah

2. Reconstituted Nuclear

Pembentukan baru dari keluarga inti melalui perkawinan kembali

suami/istri,tinggal dalam satu rumah dengan anak-anaknya baik

itu bawaan dari perkawinan lama maupun hasil dari perkawinan

baru.

3. Middle Age/ Aging Couple

Suami sebagai pencari uang, istri bekerja dirumah, anak-anak

meninggalkan rumah karena sekolah, perkawinanan, atau meniti

karier.

4. Dyadic Nuclear

suami istri yang sudah berumur dan tidak mempunyai anak

5. Single Parent

Orang tua tunggal yang merawat anaknya sebagai akibat

perceraian atau kematian pasangannya

6. Dual Carrier

8
Yaitu suami istri pekerja karir dan atnpa anak

7. Commuter Married

Pasangan karir dan tinggal terpisah pada jarak tertentu.Keduanya

saling mencari pada waktu-waktu tertentu.

8. Single Adult

Anita atau pria dewasa yang tinggal sendiri dengan tidak adanya

keinginan untuk menikah

9. Three Generation

Yaitu tiga generasi atau lebih tinggal dalam satu rumah

10. Institusional

Yaitu anak-anak atau orang dewasa tinggal dalam suatu panti.

11. Communal

Yaitu satu rumah terdiri dari sua atau lebih pasangan yang

monogami dengan anak-anaknya dan bersama-sama dalam

penyediaan fasilitas

12. Unmarried Parent and Child

Yaitu ibu dan anak dimana perkawinan tidak dikehendaki,

anaknya diadopsi

13. Cohibing Couple

Yaitu dua orang atau satu pasangan yang tinggal bersama tanpa

menikah

14. Gay and Lesbian Family

9
Yaitu keluarga yang dibentuk oleh pasangan yang berjenis

kelamin sama

2.1.3 . Dukungan Keluarga

2.1.3.1.Pengertian Dukungan Keluarga

Dukungan keluarga adalah suatu proses hubungan antara keluarga dan

lingkungan sosialnya. Dukungan keluarga adalah proses yang terjadi seumur

hidup, dimana sumber dan jenis dukungan keluarga berpengaruh terhadap

tahap lingkaran kehidupan keluarga. Dukungan dari keluarga merupakan

unsur yang terpenting dalam membantu individu khususnya lansia dalam

menyelesaikan masalah. Apabila ada dukungan, rasa percaya diri akan

bertambah dan motivasi untuk menghadapi masalah yang terjadi akan

meningkat. (Friedman,1998, dalam Hanum,2017)

2.1.3.2. Jenis-Jenis Dukungan Keluarga

Friedman memaparkan 4 jenis dukungan sosial keluarga, yakni

sebagai berikut:

1. Dukungan Informasional

Keluarga berfungsi sebagai kolektor dan diseminator informasi

munculnya suatu stressor karena informasi yang diberikan dapat

menyumbangkan aksi sugesti yang khusus pada individu.Aspek-aspek

dalam dukungan ini adalah nasehat, saran, petunjuk dan pemberian

informasi.

2. Dukungan Emosional

10
Keluarga sebagai tempat yang aman dan damai untuk istirahat dan

belajar serta membantu penguasaan terhadap emosi, diantaranya

menjaga hubungan emosional meliputi dukungan yang diwujudkan

dalam bentuk afeksi, adanya kepercayaan, perhatian dan

mendengarkan atau didengarkan saat mengeluarkan perasaanya.

3. Dukungan Instrumental

Keluarga merupakan sebuah sumber pertolongan praktis dan konkrit,

diantaranya keteraturan menjalani terapi, kesehatan penderita dalam

hal kebutuhan makan dan minum, istirahat, dan terhindarnya penderita

dari kelelahan.Dukungan ini juga mencakup bantuan langsung, seperti

dalam bentuk uang, peralatan, waktu, modifikasi lingkungan maupun

menolong pekerjaan pada saat penderita mengalami stres.

4. Dukungan Penghargaan

Keluarga bertindak sebagai sebuah bimbingan umpan balik,

membimbing dan menengahi pemecahan masalah.Terjadi lewat

ungkapan rasa hormat (penghargaan) serta sebagai sumber dan

validator identitas anggota keluarga, diantaranya adalah memberikan

penghargaan dan perhatian saat pasien menjalani rehabilitasi.

(Hanum,2017)

2.1.3.3. Dukungan Keluarga Dalam Bidang Kesehatan

Sesuai dengan fungsi pemeliharaan kesehatan, kelurga

mempunyai tugas dibidang kesehatan yang perlu dipahami dan

dilakukan. Friedman (1981) membagi 5 tugas keluarga dalam bidang

kesehatan yang harus dilakukan, yaitu: (Harnilawati,2013)

11
1. Mengenal masalah kesehatan setiap anggotanya

Perubahan sekecil apapun yang dialami anggota keluarga secara

tidak langsung menjadi perhatian dan tanggung jawab keluarga,

maka apabila menyadari adanya perubahan perlu segera dicatat

kapan terjadinya, perubahan apa yang terjadi, dan seberapa besar

perubahannya.

2. Mengambil keputusan untuk melakukan tindakan yang tepat bagi

keluarga.

Tugas ini merupakan upaya keluarga yang utama untuk mencari

pertolongan yang tepat sesuai dengan keadaan keluarga, dengan

pertimbangan siapa diantara keluarga yang mempunyai

kemampuan memutuskan untuk menentukan tindakan keluarga

maka segera melakukan tindakan yang tepat agar masalah

kesehatan dapat dikurangi dan bahkan teratasi. Jika keluarga

mempunyai keterbatasan, seyogyanya meminta bantuan orang lain

disekitar keluarga.

3. Memberikan perawatan kepada anggotanya yang sakit atau yang

tidak dapat membantu dirinya sendiri karena cacat atau usianya

yang terlalu muda.

Perawatan ini dapat dilakukan dirumah apabila keluarga memiliki

kemampuan melakukan tindakan untukpertolongan pertama atau

kepelayanan kesehatan untuk memperoleh tindakan lanjutan agar

masalah yang lebih parah tidak terjadi.

4. Mempertahankan suasana rumah yang menguntungkan kesehatan

12
5. Menggunakan fasilitas kesehatan yang ada.

2.2. KONSEP KECEMASAN

2.2.1 Pengertian Kecemasan

Kecemasan adalah satu kondisi kegelisahan mental, keprihatinan,

ketakutan, firasat atau perasaan putus asa karena ancaman yang akan

terjadi atau ancaman antisipasi yang tidak dapat diidentifikasi terhadap diri

sendiri atau terhadap hubungan yang bermakna. Pengertian lain cemas

adalah suatu keadaan yang membuat seseorang yang tidak nyaman dan

terbagi dalam tingkatan. Jadi, cemas berkaitan dengan perasaan yang tidak

pasti dan tidak berdaya. (Rahmayati,2018)

Kecemasan adalah respon emosi manusia normal dan melibatkan

aspek perilaku, afektif, dan kognitif terhadap persepsi bahaya.Respon Hal

itu dipandang sebagai bagian normal dari masa kanak-kanak.Kecemasan

merupakan perasaan khawatir yang berlebihan dan tidak jelas, juga

merupakan suatu respons terhadap stimuli eksternal maupun internal yang

menimbulkan gejala emosional, kognitif, fisik dan tingkahlaku. (Utami,

2019)

Kecemasan merupakan istilah yang sangat akrab dengan kehidupan

sehari-hari yang menggambarkan keadaan khwatir, gelisah, takut tidak

tentram disertai berbagai keluhan fisik (Rahmayati,2018).

2.2.2 Aspek-Aspek Kecemasan

Gail W. Stuart (2006) mengelompokkan kecemasan (anxiety) dalam

respon perilaku, kognitif, dan afektif, diantaranya:

13
1. Perilaku.

Diantaranya: 1) gelisah, 2) ketegangan fisik, 3) tremor, 4) reaksi

terkejut, 5) bicara cepat, 6) kurang koordinasi, 7) cenderung

mengalami cedera, 8) menarik diri dari hubungan interpersonal, 9)

inhibisi, 10) melarikan diri dari masalah, 11) menghindar, 12)

hiperventilasi, dan 13) sangat waspada.

2. Kognitif.

memberikan penilaian, 5) preokupasi, 6) hambatan berpikir, 7) lapang

persepsi menurun, 8) kreativitas menurun, 9) produktivitas menurun,

10) bingung, 11) sangat waspada, 12) keasadaran diri, 13) kehilangan

objektivitas, 14) takut kehilangan kendali, 15) takut pada gambaran

visual, 16) takut cedera atau kematian, 17) kilas balik, dan 18) mimpi

buruk.

3. Afektif

diantaranya: 1) mudah terganggu, 2) tidak sabar, 3) gelisah, 4) tegang,

5) gugup, 6) ketakutan, 7) waspada, 8) kengerian, 9) kekhawatiran, 10)

kecemasan, 11) mati rasa, 12) rasa bersalah, dan 13) malu. (Annisa,

2016)

2.2.3 Jenis-Jenis Kecemasan

Menurut Freud (dalam Feist & Feist, 2012) membedakan kecemasan

dalam tiga jenis, yaitu:

1. Kecemasan neurosis

Kecemasan neurosis adalah rasa cemas akibat bahaya yang tidak

diketahui.Perasaan itu berada pada ego, tetapi muncul dari dorongan

14
id.Kecemasan neurosis bukanlah ketakutan terhadap insting-insting itu

sendiri, namun ketakutan terhadap hukuman yang mungkin terjadi jika

suatu insting dipuaskan.

2. Kecemasan moral

Kecemasan ini berakar dari konflik antara ego dan superego.

Kecemasan ini dapat muncul karena kegagalan bersikap konsisten

dengan apa yang mereka yakini benar secara moral. Kecemasan moral

merupakan rasa takut terhadap suara hati. Kecemasan moral juga

memiliki dasar dalam realitas, di masa lampau sang pribadi pernah

mendapat hukuman karena melanggar norma moral dan dapat dihukum

kembali.

3. Kecemasan realistik

Kecemasan realistik merupakan perasaan yang tidak menyenangkan

dan tidak spesifik yang mencakup kemungkinan bahaya itu sendiri.

Kecemasan realistik merupakan rasa takut akan adanya bahaya-bahaya

nyata yang berasal dari dunia luar. (Annisa, 2016)

2.2.4 Faktor-Faktor Yang Mempengaruhi Kecemasan

Blacburn & Davidson (2012) menjelaskan faktor-faktoryang

menimbulakan kecemasan, seperti pengetahuan yang dimiliki seseorang

mengenai situasi yang sedangdirasakannya, apakah situasi tersebut

mengancam atau tidak memberikan ancaman, serta adanya

pengetahuanmengenai kemampuan diri untuk mengendalikan dirinya

(seperti keadaan emosi serta fokuskepermasalahannya).Selain itu terdapat

dua faktor yang dapat menimbulkan kecemasan yaitu:

15
1. Pengalaman negatif pada masa lalu

Sebab utama dari timbulnya rasa cemas kembali pada masa kanak-

kanak, yaitu timbulnya rasa tidak menyenangkan mengenai peristiwa

yang dapat terulang lagi pada masa mendatang, apabila individu

menghadapi situasi yang sama dan juga menimbulkan

ketidaknyamanan, seperti pengalaman pernah gagal dalam mengikuti

tes.

2. Pikiran yang tidak rasional

Pikiran yang tidak rasional terbagi dalam empat bentuk, yaitu:

a. Kegagalan ketastropik, yaitu adanya asumsi dari individu bahwa

sesuatu yang buruk akan terjadi pada dirinya. Individu mengalami

kecemasan serta perasaan ketidakmampuan dan ketidaksanggupan

dalam mengatasi permaslaahannya.

b. Kesempurnaan, individu mengharapkan kepada dirinya untuk

berperilaku sempurna dan tidak memiliki cacat. Individu

menjadikan ukuran kesempurnaan sebagai sebuah target dan

sumber yang dapat memberikan inspirasi.

c. Persetujuan

d. Generalisasi yang tidak tepat, yaitu generalisasi yang berlebihan,

ini terjadi pada orang yang memiliki sedikit pengalaman. (Annisa,

2016)

2.2.5 Tingkat Kecemasan

Kecemasan (Anxiety) memiliki tingkatan Gail W. Stuart (2006)

mengemukakan tingkat ansietas, diantaranya:

16
1. Ansietas ringan

Berhubungan dengan ketegangan dalam kehidupan sehari-hari,

ansietas ini menyebabkan individu menjadi waspada dan

meningkatkan lapang persepsinya.Ansietas ini dapat memotivasi

belajar dan menghasilkan pertumbuhan serta kreativitas.

2. Ansietas sedang

Memungkinkan individu untuk berfokus pada hal yang penting dan

mengesampingkan yang lain. Ansietas ini mempersempit lapang

persepsi individu.Dengan demikian, individu mengalami tidak

perhatian yang selektif namun dapat berfokus pada lebih banyak area

jika diarahkan untuk melakukannya.

3. Ansietas berat

Sangat mengurangi lapang persepsi individu. Individu cenderung

berfokus pada sesuatu yang rinci dan spesifik serta tidak berpikir

tentang hal lain. Semua perilaku ditujukan untuk mengurangi

ketegangan. Individu tersebut memerlukan banyak arahan untuk

berfokus pada area lain.

4. Tingkat panik

Berhubungan dengan terperangah, ketakutan, dan teror.Hal yang rinci

terpecah dari proporsinya karena mengalami kehilangan kendali,

individu yang mengalami panik tidak mampu melakukan sesuatu

walaupun dengan arahan. Panik mencakup disorganisasi kepribadian

dan menimbulkan peningkatan aktivitas motorik, menurunnya

17
kemampuan untuk berhubungan dengan orang lain, persepsi yang

menyimpang, dan kehilangan pemikiran yang rasional.(Annisa, 2016)

2.2.6 Alat Ukur Kecemasan Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS)

Hamilton Anxiety Rating Scale (HARS), pertama kali

dikembangkan oleh Max Hamilton pada tahun 1956, untuk mengukur

semua tanda kecemasan baik psikis maupun somatik. HARS terdiri dari 14

item pertanyaan untuk mengukur tanda adanya kecemasan pada anak dan

orang dewasa. Skala HARS penilaian kecemasan terdiri dari 14 item,

meliputi: (Chrisnawati, 2019)

a. Perasaan Cemas, firasat buruk, takut akan pikiran sendiri, mudah

tersinggung.

b. Ketegangan: merasa tegang, gelisah, gemetar, mudah menangis, dan

lesu, tidak bisa istirahat tenang, dan mudah terkejut.

c. Ketakutan: takut terhadap gelap, terhadap orang asing, bila ditinggal

sendiri, pada binatang besar, pada keramain lalu lintas, dan pada

kerumunan orang banyak.

d. Gangguan tidur: sukar memulai tidur, terbangun pada malam hari,

tidur tidak pulas, bangun dengan lesu, banyak mimpi-mimpi, mimpi

buruk, dan mimpi menakutkan.

e. Gangguan kecerdasan: daya ingat buruk, susah berkonsentrasi.

f. Perasaan depresi: hilangnya minat, berkurangnya kesenangan pada

hobi, sedih, bangun dini hari, perasaan berubah-ubah sepanjang hari.

g. Gejala somatik: sakit dan nyeri otot, kaku, kedutan otot, gigi

gemerutuk, suara tidak stabil.

18
h. Gejala sensorik: tinitus, penglihatan kabur, muka merah atau pucat,

merasa lemas, dan perasaan ditusuk-tusuk.

i. Gejala kardiovaskuler: berdebar, nyeri di dada, denyut nadi mengeras,

perasaan lesu lemas seperti mau pingsan, dan detak jantung hilang

sekejap.

j. Gejala pernapasan: rasa tertekan di dada, perasaan tercekik, sering

menarik napas, napas pendek/ sesak.

k. Gejala gastrointestinal: sulit menelan, perut melilit, gangguan

pencernaan, nyeri sebelum dan sesudah makan, perasaan terbakar di

perut, kembung, mual, muntah, buang air besar lembek, berat badan

turun, susah buang air besar.

l. Gejala urogenital : sering kencing, tidak dapat menahan air seni,

amenorrhoe, menorrhagia, frigid, ejakulasi praecocks, ereksi lemah,

dan impotensi.

m. Gejala otonom: mulut kering, muka merah, mudah berkeringat, pusing,

dan bulu roma berdiri.

n. Perilaku sewaktu wawancara: gelisah, tidak tenang, jari gemetar, kerut

kening, muka tegang, tonus otot meningkat, napas pendek cepat, dan

muka merah.

Cara penilaian kecemasan adalah dengan memberikan nilai dengan

kategori:

0= tidak ada gejala sama sekali

1= satu gejala yang ada

2= sedang/separuh gejala yang ada

19
3= berat/ lebih dari separuh gejala yang ada

4= sangat berat semua gejala ada

Penentuan derajat kecemasan dengan cara menjumlahkan skor 1-14

dengan hasil:

Skor kurang dari 14 = tidak ada kecemasan

Skor 14-20 = kecemasan ringan

Skor 21-27 = kecemasan sedang

Skor 28-41 = kecemasan berat

Skor 42-52 = kecemasaan berat sekali

2.3. KONSEP BAYI BERAT LAHIR RENDAH

2.3.1 Pengertian BBLR

Menurut Depkes RI tahun 2003, Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

adalah bayi yang baru lahir dengan berat badan saat lahir kurang dari

2500gr. BBLR dibedakan dalam dua kategori, yaitu bayi berat lahir rendah

karena premature (umur kandungan kurang dari 37 minggu) atau BBLR

karena Intrauterine Growth Retardation (IUGR) yaitu bayi cukup bulan

tetapi berat badan kurang untuk umurnya. (Sulistiani,2014)

Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR) adalah bayi yang lahir dengan

berat badan kurang dari 2.500 gram tanpa memandang masa kehamilan.

Dahulu bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2.500 gram atau

sama dengan 2,500 gram disebut prematur. Sedangkan Berat Badan Bayi

Normal adalah berat bayi yang lahir dengan berat badan 2.500 gram

sampai dengan 4000 gram (Khoiriah,2017)

2.3.2 Klasifikasi BBLR

20
Kondisi bayi berat lahir rendah dapat dikategorikan dalam beberapa

kelompok diantaranya (Sulistiani,2014):

1. Menurut berat badan lahir

a. Bayi yang berat lahirnya kurang dari 2500gr, disebut bayi berat

lahir rendah (BBLR)

b. Bayi dengan berat lahir sangat rendah (BBLSR) atau very low birth

weight (VLBW) adalah bayi yang lahir dengan berat badan lahir

antara 1500gr.

c. Bayi berat lahir amat sangat rendah (BBLASR) adalah bayi dengan

berat lahir kurang dari 1000gr.

2. Menurut persentil

a. BBLR (berat badan lahir rendah) yaitu bayi dengan berat badan

lahir absolut <2500gr tanpa memandang umur kehamilan.

b. KMK (kecil masa kehamilan) yaitu berat badan <10 persentil dari

berat badan berdasarkan umur gestasi.

c. BMK (besar masa kehamilan) yaitu berat badan lahir >90 persentil

dari berat badan berdasarkan umur gestasi.

2.3.3 Etiologi BBLR

Menurut WHO (2004), dan DepKes (2009), faktor penyebab

kejadian BBLR antara lain: (Sulistiani,2014)

1. Faktor ibu

a. KEK (Kekurangan Energi Kronik)

21
KEK disebabkan oleh kekurangan energi dalam jangka waktuyang

cukup lama.KEK pada wanita di negara berkembang merupakan

hasil kumulatif dari keadaan kurang gizi sejak masa janin, bayi dan

anak-anak serta berlanjut hingga dewasa.Secara spesifik, penyebab

KEK pada ibu hamil adalah akibat dari ketidakseimbangan antara

asupan untuk pemenuhan kebutuhan dan pengeluaran energi.

b. Umur ibu <20 tahun dan >35 tahun

pada ibuhamil dengan umur >20 tahun, rahim dan panggul sering

kali belum tumbuh mencapai ukuran dewasa. Akibatnya, ibu hamil

pada umur itu mungkin mengalami persalinan lama/macet, atau

gangguan lainya karena ketidaksiapan ibu untuk menerima tugas

dan tanggung jawabnya sebagai orang tua.Sedangkan pada umur

>35 tahun, kesehatan ibu sudah menurun, akibatnya ibu hamil pada

umur itu mempunyai kemungkinan lebih besar untuk mempunyai

anak cacat, persalinan lama dan pendarahan.

c. Penyakit

Kesehatan dan pertumbuhan janin dipengaruhi oleh kesehatan ibu.

Bila ibu mempuyai penyakit yang berlangsung lama atau

merugikan kehamilanya, maka kesehatan dan kehidupan janin pun

terancam.

d. Jarak kehamilan

22
Jarak kehamilan ibu hamil sangat mempengaruhi berat bayi yang

dilahirkan.Seorang ibu yang jarak kehamilannya dikatakan berisiko

apabila hamil dalam jangka kurang dari dua tahun, dan hal ini jelas

menimbulkan gangguan pertumbuhan hasil konsepsi, sering terjadi

immaturitas, prematuritas, cacat bawaan, atau janin lahir dengan

berat badan yang rendah. Keadaan ini disebabkan karena kurangnya

suplai darah nutrisi akan oksigen pada placenta yang akan

berpengaruh pada fungsi plesenta terhadap janin.

e. Pekerjaan

wanita bekerja yang sedang hamil membutuhkan perlindungan

khusus. Perlindungan khusus ini diperlukan karena beberapa alasan.

Pertama, pada fase perkembangan embrio lebih rentan terhadap

agen toksik dibandingkan dengan ibu yang terpapar. Kedua, pada

beberapa jenis pekerjaan dirasa kurang sesuai dikerjakan oleh

seorang wanita. Ketiga, kehamilan mungkin menurunkan kapasitas

kemampuan menangani permasalahan kerja. Keempat, wanita

cenderung kurang memperhatikan dirinya dibandingkan dengan

pria.

f. Pendidikan rendah

Semakin tinggi tingkat pendidikan ibu, semakin tinggi pula

pengetahuan kesehatan. Pendidikan yang tinggi memudahkan

seseorang menerima informasi lebih banyak dibandingkan dengan

pendidikan rendah. Pengetahuan kesehatan yang tinggi menunjang

perilaku hidup sehat dalam pemenuhan gizi ibu selama kehamilan.

23
g. Merokok, konsumsi alkohol dan obat-obatan terlarang

Perilaku merokok berhubungan dengan berkurangnya berat badan

bayi yang dilahirkan dan dengan insiden perasalinan preterm.

Konsumsi alkohol telah dihubungkan dengan deficit neurologist

pada bayi baru lahir dan dengan berat bayi lahir rendah.

Penggunaan obat-obat sebelum hamil atau selama hamil terutama

golongan obat teratogenik merupakan risiko untuk terjadi gangguan

pertumbuhan janin ataupun kelainan kongenital, dengan demikian

kejadian BBLR lebih besar dari pada ibu hamil yang tidak

mempergunakan obat-obatan

2. Faktor kehamilan

a. Kehamilan ganda

Berat badan janin pada kehamilan kembar lebih ringan dari

padajanin pada kehamilan tunggal pada umur kehamilan yang

sama. Sampai kehamilan 30 minggu kenaikan berat badan janin

kembar sama dengan janin kehamilan tunggal. Setelah itu, kenaikan

berat badan lebih kecil, karena regangan yang berlebihan

menyebabkan peredaran darah plasenta mengurang. Berat badan

satu janin pada kehamilan kembar rata-rata 1000gr lebih ringan dari

pada janin kehamilan tunggal

b. Komplikasi kehamilan

Komplikasi kehamilan seperti pendarahan, preeklampsia/eklampsia,

ketuban pecah dini. Perdarahan dibedakan dalam dua kelompok

24
utama yaitu perdarahan antepartum dan perdarahan postpartum,

Perdarahan.

c. Umur kehamilan

Ibuyang melahirkan pada umur kehamilan kurang dari 37 minggu

memiliki risiko 10 kali lebih besar untuk mengalami BBLR

dibandingkan dengan ibu yang melahirkan pada umur kehamilan

≥37 minggu.

3. Faktor janin

a. Cacat bawaan

Cacat bawaan yaitu keadaan janin yang cacat sebagai akibat

pertumbuhan janin didalam kandungan tidak sempurna

2.3.4 Gambaran Klinis BBLR

Bayi baru lahir dengan berat lahir rendah mempunyai lemak

dibawah kulit yang sangat sedikit, karena beratnya kurang dari 2500gr.

(Sulistiani,2014)

1. Tanda-tanda bayi kurang bulan yaitu :

a. Kulit tipis dan mengkilap

b. Tulang rawan telinga sangat lunak, karena belum terbentuk dengan

sempurna.

c. Lanugo (rambut halus/lembut) masih banyak ditemukan terutama

pada punggung.

d. Jaringan payudara belum terlihat, puting masih berupa titik.

e. Pada bayi perempuan labia mayora belum menutupi labia minora

25
f. Pada bayi laki-laki skrotum belum banyak lipatan, testis kadang

belum turun

g. Garis telapak kaki kurang dari 1/3 bagian atau belum terbentuk.

Kadang disertai dengan pernapasan tidak teratur. Aktifitas dan

tangisanya lemah

h. Refleks menghisap dan menelan tidak efektif/lemah

2. Tanda-tanda bayi Kecil Masa Kehamilan (KMK) yaitu :

a. Umur bayi dapat cukup, kurang atau lebih bulan tetapi beratnya

kurang dari 2500 gr.

b. Gerakanya cukup aktif dan tangisanya cukup kuat

c. Kulit keriput, lemak bawah kulit tipis

d. Bila kurang bulan jaringan payudara kecil dan puting kecil. Bila

cukup bulan payudara dan puting sesuai masa kehamilan.

e. Bayi perempuan bila cukup bulan, labia mayora menutupi labia

minora.

f. Bayi laki-laki, testis mungkin telah turun

g. Rajah telapak kaki lebih dari 1/3 bagian

h. Menghisap cukup kuat

2.4 Kerangka Teori

26
Konsep Keluarga Konsep Konsep BBLR
Kecemasan
1. Pengertian 1. Pengertian
2. Tipe Keluarga 1. Pengertian 2. Klasifikasi
3. Dukungan Keluarga 2. Aspek 3. Etiologi
a. Pengertian Kecemasan 4. Gambaran
b. Jenis Dukungan 3. Jenis-Jenis Klinis
c. Dukungan Kecemasan
Keluarga dalam 4. Faktor yang
bidang kesehatan mempengaruh
i kecemasan
5. Tingkat
Kecemasan

Pengaruh Dukungan Keluarga terhadap tingkat kecemasan ibu


dengan Bayi BBLR

Gambar 2.1. Kerangka Teori

Sumber: (Annisa, 2016); (Chrisnawaty, 2019); (Hanum,2017); (Harnilawaty,2013); (Humaira,


2018); (Khoiriah,2017); (Purwanti, 2014); (Rahmayati,2018); (Sulistiani,2014); (Utami,2019)

BAB 3

27
METODE PENELITIAN

3.1. Kerangka Konsep


Kerangka konsep merupakan model konseptual yang berkaitan

dengan bagaimana seorang peneliti menyusun teori atau menghubungkan

secara logis beberapa faktor yang dianggap penting untuk masalah.

Kerangka konsep membahas saling kebergantungan antar variabel yang

dianggap perlu untuk melengkapi dinamika situasi atau hal yang sedang

atau akan diteliti. (Hidayat, 2014)

Independen Dependen Tidak Ada


Perubahan
pengetahuan dan Ringan
Pemberian Tingkat
pemahaman ibu
dukungan Kecemasan Sedang
tentang kondisi
keluarga
bayi dengan
Berat
BBLR
Berat Sekali

Keterangan : = diteliti

= hubungan/pengaruh

Gambar 3.1 Kerangka Konsep


Sumber : Jurnal Teknik komputer, Aplikasi pengukuran tingkat kecemasasan berdasarkan
skala hars berbasis android.2019

Kerangka konsep ini menunjukan atau menggambarkan hubungan

antara dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan ibu dengan bayi

BBLR.

28
3.2. Hipotesis

Secara etimologis hypothesis berasal dari kata hypo yang berarti

kurang dari, dan thesis yang berarti pernyataan atau teori. Dari arti kata

tersebut hipotesis dapat diartikan sebagai pendapat atau pernyataan atau

kesimpulan yang masih kurang atau belum selesai atau masih bersifat

sementara. Ia merupakan jawaban yang bersifat sementara terhadap

masalah penelitian dimana kebenarannya memerlukan pengujian secara

empiris (Soewadji, 2012)

Hipotesis dalam penelitian ini adalah:

H0 : Tidak ada pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat

kecemasan Ibu dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

H1 : Ada pengaruh dukungan keluarga terhadap tingkat kecemasan Ibu

dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR)

3.3. Desain Penelitian

Pada penelitian ini jenis penelitian yang digunakan adalah dengan

menggunakan jenis penelitian kuantitatif. Desain penelitian yang

digunakan dalam penelitian ini adalah study korelasi. Study korelasi yaitu

untuk mencari hubungan antara dukungan keluarga dengan tingkat

kecemasan Ibu dengan Bayi Berat Lahir Rendah (BBLR), dengan

menggunakan pendekatan cross sectional. Cross sectional adalah suatu

penelitian untuk mempelajari dinamika korelasi antara faktor-faktor

dengan efek dengan cara pendekatan observasi atau pengumpulan data

sekaligus pada suatu saat (Notoatmodjo, 2018).

29
3.4. Definisi Operasional

Definisi operasional adalah pembatasan ruang lingkup variabel

yang akan diteliti. Variabel tersebut diberi batasan sehingga dapat

mengarah kepada pengukuran dan pengamatan terhadap variabel yang

bersangkutan serta pengembangan instrument (Notoatmodjo, 2012)

Variabel dalam penelitian “pengaruh dukungan keluarga terhadap

tingkat kecemasan ibu dengan bayi berat badan lahir rendah (BBLR)”

dibagi menjadi dua bagian yaitu dukungan keluarga sebagai variabel

independen dan tingkat kecemasan ibu sebagai variabel dependen.

30
Tabel 3.1 Definisi Operasional

Definisi operasional Alat ukur: Hasil ukur (kriteria) Skala


N Variabel cara ukur variabel
o (instrument)
A. Independen
1 dukungan Dukungan yang Lembar Kriteria: Ordinal
keluarga diberikan keluarga Kuesioner
Baik = 22-45
baik secara emotional
Cukup = 14-21
maupun instrumental
Kurang =0-13
B. Dependen
2 Tingkat Respon emosional Lembar Kategori Ordinal
kecemasa yang tidak menentut Kuesioner pengukuran
n ibu terhadap sesuatu objek Index HARS kecemasan :
yang tidak jelas yang Kecemasan berat
dialami oleh sesorang sekali = 42-52
Kecemasan berat =
28-41
Kecemasan sedang
= 21-27
Kecemasan ringan
= 14-20
Tidak ada
kecemasan = <14
.

31
3.5. Populasi Dan Sampel

3.5.1. Populasi

Populasi adalah keseluruhan jumlah yang terdiri atas obyek atau

subyek yang mempunyai karakteristik dan kualitas tertentu yang

ditetapkan oleh peneliti untuk diteliti dan kemudian ditarik

kesimpulannya (Sujarweni, 2014). Populasi dari penelitian ini adalah

60 0rang

3.5.1. Sampel

1. Sampel

Sampel adalah bagian dari sejumlah karakteristik yang dimiliki

oleh populasi yang digunakan untuk penelitian (Sujarweni, 2014).

2. Teknik Sampling

Teknik sampling merupakan suatu proses seleksi sampel yang

digunakan dalam penelitian dari populasi yang ada (Hidayat,

2014). Cara pengambilan sampel dalam penelitian ini dilakukan

dengan teknik asidental sampling adalah teknik penentuan sampel

berdasarkan kebetulan/insidental bertemu dengan peneliti dan

dapat digunakan sebagai sampel bila dipandang orang yang

ditemui itu cocok sebagai sumber data.

3.6. Tempat Dan Waktu Penelitian

1.6.1. Tempat Penelitian

Penelitian ini dilakukan di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

1.6.2. Waktu Penelitian

Penelitian ini dilakukan pada September 2020

32
3.7. Instrument Penelitian

Instrument penelitian atau instrumen pengumpulan data adalah alat

bantu yang dipilih dan digunakan oleh peneliti dalam kegiatannya

mengumpulkan data agar kegiatan tersebut menjadi sistematis dan

dipermudah olehnya (Sujarweni, 2014). Alat pengumpulan data atau

instrument yang digunakan dalam penelitian ini adalah lembar kuesioner

dukungan keluarga dan kuesioner index HARS.

3.8. Etika Penelitian

Masalah etika keperawatan sangat penting karena penelitian ini

berhubungan langsung dengan manusia, sehingga perlu memperhatikan

hal sebagai berikut :

1. Informed Consent (Lembar Persetujuan)

Informed consent merupakan bentuk persetujuan antara peneliti

dengan responden penelitian dengan memberikan lembar persetujuan.

Informed consent tersebut diberikan sebelum penelitian dilakukan

dengan memberikan lembar persetujuan untuk menjadi responden.

Tujuan informed consent adalah agar subyek mengetahui maksud dan

tujuan penelitian, mengetahui dampaknya. Jika subyek bersedia maka

harus menandatangani lembar persetujuan. Jika responden tidak

bersedia maka peneliti harus menghormati hak pasien.(Hidayat, 2014)

2. Anonymity (Tanpa Nama)

Masalah dalam etika penelitian merupakan masalah yang memberikan

jaminan dalam penggunaan subyek penelitian dengan cara tidak

memberikan atau mencantumkan nama responden pada lembar alat

33
ukur atau hanya menuliskan kode pada lembar pengumpulan data atau

hasil penelitian yang akan disajikan (Hidayat, 2014)

3. Confidentiality (Kerahasiaan)

Merupakan etika penelitian dimana memberikan jaminan kerahasiaan

hasil penelitian, baik informasi maupun masalah-masalah lainnya.

Semua data yang telah dikumpulkan dijamin kerahasiaan oleh peneliti,

hanya hasil data tertentu yang akan dilaporkan pada hasil riset

(Hidayat, 2014) .

4. Justife (Keadilan)

Peneliti harus memastikan distribusi yang adil dari resiko dan manfaat

(ensure a fair distribution of risks and benefits), melakukan perekrutan

peserta penelitian secara adil (conduct equitable recruitment of

research participants), dan memberikan perlindungan khusus bagi

kelompok rentan (provide special prtection for vulnerable groups)

(Timotius, 2017). Prinsip ini dilakukan untuk menjunjung tinggi

keadilan manusia dengan menghargai hak atau memberikan

pengobatan secara adil, hak menjaga privasi manusia, dan tidak

berpihak dalam perlakuan terhadap manusia (Hidayat, 2014)

5. Beneficence And Nonmaleficence (Kebermanfaatan Dan Tidak

Merugikan)

Dalam melakukan penelitian, peneliti harus memproteksi keadaan baik

secara fisik, mental dan sosial, mereduksi resiko seminim mungkin,

dan mengacu atau berpedoman pada perspektif komunitas (Timotius,

2017) . Dengan berprinsip pada aspek manfaat, maka segala bentuk

34
penelitian yang dilakukan memiliki harapan dapat dimanfaatkan untuk

kepentingan manusia. Prinsip ini dapat ditegakan dengan

membebaskan, tidak memberikan atau menimbulkan kekerasan pada

manusia, tidak menjadikan manusia sebagai bahan untuk

eksploitasi.Penelitian yang dihasilkan dapat memberikan manfaat dan

mempertimbangkan antara aspek resiko dengan aspek manfaat.

(Hidayat, 2014)

3.9. Prosedur Penelitian

Dalam melakukan penelitian yang bertujuan untuk mendapatkan

hasil dari objek yang diteliti, terdapat prosedur yang perlu dilakukan,

sebagai berikut:

1. Penelitian ini dilakukan setelah mendapat surat ijin penelitian dari

Ketua STIKes Maranatha Kupang. Peneliti mengurus surat izin ke

badan pengurus RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang

2. Peneliti menyiapkan berkas sehubungan dengan penyebaran

kuisioner yaitu surat ijin melakukan penelitian, lembaran Observasi

kuisioner, surat permintaan menjadi responden dan surat pernyataan

setuju (informed consent) menjadi responden.

3. Mencari responden yang memenuhi kriteria inklusi Melakukan

kontrak dan memberi penjelasan terkait penelitian pada subjek

penelitian terpilih.

4. Menjelaskan tentang tata cara penelitian dan pengisian kuisioner,

tujuan penelitian dan manfaat penelitian pada responden.

35
5. Meminta responden menandatangani surat persetujuan (informed

consent) menjadi responden jika responden setuju menjadi subjek

penelitian.

6. Kuisioner dibagikan pada responden yang telah menandatangani

informed consent penelitian.

7. Peneliti mendampingi responden dalam mengisi kuisioner serta

memberikan penjelasan jika ada hal tertentu yang belum dimengerti

responden, Lembar jawaban kuisioner langsung dikumpulkan saat

itu juga dengan memperhatikan aspek etik confidentiality penelitian.

3.10 . Metode Pengolahan Data Dan Analisa Data

3.10.1. Metode Pengolahan Data

Langkah dalam pengolahan data terdiri dari:

a. Pengeditan (Editing)

Editing adalah upaya untuk memeriksa kembali kebenaran data yang

diperoleh atau dikumpulkan. Editing dapat dilakukan pada tahap

pengumpulan data atau setelah data terkumpul.(Hidayat, 2014)

b. Pengkodean (Coding)

Untuk memudahkan pengolahan data, maka semua jawaban atau data

hasil penelitian dianggap sangat perlu disederhanakan agar pada saat

pengolahan dapat dilakukan dengan mudah. Salah satu cara

menyederhanakan data hasil penelitian tersebut adalah dengan

memberikan simbol-simbol tertentu untuk masing-masing data yang

sudah diklasifikasikan. (Imron, 2010)

36
c. Proses (Prossecing/ Data Entry)

Data entry adalah kegiatan memasukan data yang telah dikumpulkan

kedalam master table atau database computer, kemudian membuat

distribusi frekuensi sederhana atau dengan membuat tabel kontigensi

(Hidayat, 2014)

d. Pengecekan Dan Pembersihan Data (Cleaning)

Setelah data dientri kedalam komputer maka data tersebut dicek

kembali untuk mengetahui kemungkinan adanya kesalahan ketika

mengentri data. Ketidaklengkapan dan kesalahan yang ditemukan

dikoreksi dan dibetulkan kembali.

3.10.1. Analisa Data

a. Analisa Univariat

Teknik analisa data univariat dilakukan terhadap setiap variabel hasil

dari dari penelitian. Hasil dari analisis ini berupa distribusi frekuensi,

tendensi sentral, ukuran penyebaran, maupun presentase dari setiap

variabel, ataupun dengan melihat gambaran histogram dari variabel

tersebut.Dengan menggunakan analisis univariat ini dapat diketahui

apakah konsep yang kita ukur tersebut sudah siap untuk analisis serta

dapat dilihat gambaran secara rinci. Untuk kemudian disiapkan

kembali ukuran dan bentuk konsep yang akan digunakan dalam

analisis berikutnya. (Imron, 2010)

Uji univariat dalam penelitian ini menggunakan SPSS untuk

menentukan frekuensi data umum responden.

37
b. Analisa Bivariat

Analisa bivariat adalah model analisis yang digunakan untuk melihat

apakah ada hubungan antar variabel. Dimana hubungan tersebut

mempunyai 3 kemungkinan. Yaitu ada hubungan tetapi sifatnya

simetris, tidak saling mempengaruhi; saling mempengaruhi antar dua

variabel; sebuah variabel mempengaruhi variabel yang lain. (Imron,

2010)

Uji yang digunakan dalam penelitian ini merupakan spearman rho

dikarenakan skala data ordinal - nominal. Rumus yang digunakan

adalah:

Rumus uji korelasi spearman adalah

6∑2
d
r s=1−
n( n2−1)

Keterangan :

rs = nilai korelasi Spearman Rank

d2 = Selisih setiap pasangan rank

n = jumlah pasangan rank untuk Sperman (5<n<30)

Rumus tersebut digunakan untuk mengetahui mengukur tingkat

atau eratnya antara variable bebas dengan variable terikat. Untuk

melihat hasil kemaknaan perhitungan statistik digunakan batas

kemaknaan 0,05 sehingga apabila hasil perhitungan statistik

menunjukkan nilai ρ< 0,05 maka di katakan antara kedua variabel

secara statistik terdapat hubungan yang tidak bermakna. Sedangkan

38
apabila nilai ρ> 0,05 maka secara statistik kedua variabel tersebut

terdapat hubungan yang bermakna.

BAB 4

HASIL PENELITIAN DAN PEMBAHASAN

4.1. Hasil Penelitian

Hasil penelitian merupakan hasil yang di dapat dari penelitian di

lapangan yang kemudian dianalisis dengan teknik dan metode

tertentu yang telah ditentukan. Pada bab ini akan diuraikan beberapa

hal yang berkaitan dengan proses penelitian, perolehan hasil

penelitian, dan pembahasan hasil penelitian sampai menghasilkan

kesimpulan penelitian.

4.1.1. Gambaran Umum Lokasi Penelitian

Rumah sakit umum daerah Prof. DR.W.Z. Johannes Kupang

merupakan rumah sakit pemerintah daerah yang berada di Wilayah

Propinsi Nusa Tenggara Timur dengan Kota Kupang sebagai ibu

kota provinsi. RSUD Prof. DR.W.Z. Johannes merupakan rumah

sakit milik Pemerintah propinsi Nusa Tenggara Timur yang

berbentuk RSU dengan kode 5371011, rumah sakit tipe B dan

termasuk rumah sakit pendidikan yang ditetapkan dalam Keputusan

Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor: HK.02.03/I/

0765/2015. Rumah sakit ini beralamat di Jl. Moch Hatta No. 19

Kupang, NTT-85111. Telp/Fax: (0380) 832892. Rumah sakit umum

ini mempunyai luas tanah 51.670 m2 dengan luas bangunan 42.418

39
m2 yang terdiri Ruang rawat jalan, IGD, Ruang Rawat Inap, Ruang

VIP, Ruang bersalin, ICU/ICCU, Ruang NICU, Ruang Operasi,

Ruang Perina dan ruang penunjang kesehatan lainnya.

4.1.2. Karakteristik Responden

Tabel 4.1 Tabel Distribusi Frekuensi Berdasarkan Usia, Pendidikan


dan Pekerjaan responden
Variabel Frekuensi Persentase (%)
Usia
17-22 11 27,5
23-28 16 40,0
29-34 8 20,0
35-40 5 12,5
Total 40 100
Tingkat Pendidikan
SD 6 15,0
SMP 11 27,5
SMA 21 52,5
Diploma 1 2,5
S1 1 2,5
Total 40 100
Pekerjaan
Ibu Rumah Tangga 19 47,5
Wiraswasta 5 12,5
Karyawan Swasta 12 30,0
Petani 3 7,5
Pegawai BUMN 1 2,5
Total 40 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.1, diperoleh hasil bahwa rata – rata Usia

responden berusia 23-28 Tahun sebanyak 16 responden (40,0%), rata

rata Tingkat Pendidikan responden yaitu SMA sebanyak 21

responden (52,5%) dan Jenis Pekerjaan Responden yaitu Ibu Rumah

Tangga sebanyak 19 responden (47,5%).

4.1.3. Analisa Data

40
Adapun hasil yang diperoleh dari kedua variabel penelitian antara

lain sebagai berikut :

1. Analisa Univariat

a. Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan


Keluarga
Tabel 4.2 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Dukungan
Keluarga

Dukungan Keluarga Frekuensi Persentase (%)


Baik 35 87,5
Cukup 5 12,5
Total 40 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.2, diperoleh hasil bahwa responden dengan

Dukungan Keluarga Kategori Baik sebanyak 35 responden (87,5%)

dan Kategori Cukup sebanyak 5 responden (12,5%).

b. Distribusi Frekuensi Responden berdasarkan Tingkat


Kecemasan
Tabel 4.3 Distribusi Frekuensi Responden Berdasarkan Tingkat
Kecemasan
Tingkat Kecemasan Frekuensi Persentase (%)
Tidak ada Kecemasan 4 10,0
Kecemesan Ringan 29 72,5
Kecemesan Sedang 7 17,5
Total 40 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.3, diperoleh hasil bahwa responden dengan

Kriteria Tidak ada Kecemasan sebanyak 4 responden (10,0%)

Kriteria Kecemasan Ringan sebanyak 29 responden (72,5%) dan

Kriteria Kecemasan Sedang sebanyak 7 responden (17,5%)

41
2. Analisa Bivariat
a. Tabulasi Silang Usia, Pendidikan dan Pekerjaan Responden
terhadap Dukungan Keluarga
Tabel 4.4 Distribusi Silang Usia, Pendidikan dan Pekerjaan
Responden terhadap Dukungan Keluarga
Dukungan Keluarga
Karakteristik Total
Baik Cukup
Responden
f % f % f %
Usia
17-22 10 28,6 1 20,0 11 27,5
23-28 15 42,9 1 20,0 16 40,0
29-34 6 17,1 2 40,0 8 20,0
35-40 4 11,4 1 20,0 5 12,5
Total 35 100 5 100 40 100
Pendidikan
SD 5 14,3 1 20,0 6 15,0
SMP 10 28,6 1 20,0 11 27,5
SMA 18 51,4 3 60,0 21 52,5
Diploma 1 2,9 0 0,0 1 2,5
S1 1 2,9 0 0,0 1 2,5
Total 35 100 5 100 40 100
Pekerjaan
IRT 18 51,4 1 20,0 19 47,5
Wiraswasta 4 11,4 1 20,0 5 12,5
Karyawan Swasta 10 28,6 2 40,0 12 30,0
Petani 2 5,7 1 20,0 3 7,5
Pegawai BUMN 1 2,9 0 0,0 1 2,5
Total 35 100 5 100 40 100
Sumber : Data Primer

Dari hasil Tabulasi Silang Pada Tabel 4.4 diperoleh Dukungan

Keluarga banyak terjadi Pada rentang usia 23-28 tahun sebanyak 15

responden (42,9%) dengan Kategori Dukungan Keluarga Baik,

Tingkat Pendidikan SMA sebanyak 18 Responden (51,4%) dengan

Dukungan Keluarga Baik, Jenis Pekerjaan Ibu Rumah Tangga

sebanyak 18 Responden (51,4%) juga dengan Dukungan Keluarga

Baik.

42
b. Distribusi Silang Usia, Pendidikan dan Pekerjaan Responden
terhadap Tingkat Kecemasan
Tabel 4.5 Distribusi Silang Usia, Pendidikan dan Pekerjaan
Responden terhadap Tingkat Kecemasan
Tingkat Kecemasan
Karakteristik Tidak Cemas Cemas Total
Responden Cemas Ringan Sedang
f % f % f % f %
Usia
17-22 1 25,0 9 31,0 1 14,3 11 27,5
23-28 2 50,0 10 34,5 4 57,1 16 40,5
29-34 1 25,0 7 24,1 0 0,0 8 20,0
35-40 0 0,0 3 10,3 2 28,6 5 12,5
Total 4 100 29 100 7 100 40 100
Pendidikan
SD 0 0,0 3 10,3 3 42,9 6 15,0
SMP 2 50,0 7 24,1 2 28,6 11 27,5
SMA 2 50,0 17 58,6 2 28,6 21 52,5
Diploma 0 0,0 1 3,4 0 0,0 1 2,5
S1 0 0,0 1 3,4 0 0,0 1 2,5
Total 4 100 29 100 7 100 40 100
Pekerjaan
IRT 4 100,0 11 37,9 4 57,1 19 47,5
Wiraswasta 0 0,0 4 13,8 1 14,3 5 12,5
Karyawan
0 0,0 11 37,9 1 14,3 12 30,0
Swasta
Petani 0 0,0 2 6,9 1 14,3 3 7,5
Karyawan
0 0,0 1 3,4 0 0,0 1 2,5
BUMN
Total 4 100 29 100 7 100 40 100
Sumber : Data Primer

Dari hasil Tabulasi Silang Pada Tabel 4.5 diperoleh Tingkat

Kecemasan banyak terjadi Pada rentang usia 23-28 tahun sebanyak

10 responden (34,5%) dengan Kategori Kecemasan Ringan, Tingkat

Pendidikan SMA sebanyak 17 Responden (58,6%) dengan Tingkat

Kecemasan Ringan, Jenis Pekerjaan Ibu Rumah Tangga dan

Karyawan Swasta masing - masing sebanyak 11 Responden (37,9%)

juga dengan Tingkat Kecemasan Ringan.

43
c. Distribusi Silang Dukungan Keluarga terhadap Tingkat
Kecemasan
Tabel 4.6 Distribusi Silang Dukungan Keluarga Terhadap Tingkat
Kecemasan

Tingkat Kecemasan
Dukungan Tidak Cemas Cemas Total
Keluarga Cemas Ringan Sedang
f % f % f % f %
Baik 3 75,0 27 93,1 5 71,4 35 87,5
Cukup 1 25,0 2 6,9 2 28,6 5 12,5
Total 4 100 29 100 7 100 40 100
Sumber : Data Primer

Berdasarkan Tabel 4.6, Distribusi Silang Dukungan Keluarga

terhadap Tingkat Kecemasan menunjukan Kriteria Dukungan

Keluarga Baik pada 35 responden dengan persentasi tertinggi pada

Kriteria Kecemasan Ringan 93,1% dengan 27 Responden, dan

dukungan Keluarga Dengan Kriteria Cukup pada 5 responden

dengan presentasi tertinggi pada Kriteria Cemas Sedang 28,6%

dengan 2 Responden.

d. Hasil Uji Korelasi Spearman Rank (Rho) Dukungan Keluarga


Terhadap Tingkat Kecemasan
Tabel 4.7 Hasil Uji Korelasi Spearman Rank (Rho) Dukungan
Keluarga Terhadap Tingkat Kecemasan
Dukungan Tingkat
Spearman’s rho
Keluarga Kecemasan
Correlation Coefficient 1000 -349*
Dukungan
Sig. (2-tailed) . .028
Keluarga
N 40 40
Correlation Coefficient -349* 1000
Tingkat
Sig. (2-tailed) .028 .
Kecemasan
N 40 40

44
Hasil Uji Spearman’s rho pada Tabel 4.7 menunjukan angka

signifikan atau nilai p value sebesar 0,028 lebih kecil dari nilai alpha

(α) 0,05 atau nilai p value 0,028 < α 0,05 sehingga H0 ditolak dan

H1 diterima, yang berarti Ada Hubungan Dukungan Keluarga

Terhadap Tingkat Kecemasan Ibu dengan BBLR di RSUD Prof. Dr.

W. Z. Johannes Kupang.

4.2. Pembahasan

Penelitian ini dilakukan dengan tujuan untuk mengetahui pengaruh

Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan Ibu dengan BBLR

di RSUD Prof. Dr. W. Z. Johannes Kupang.

4.2.1. Karakteristik responden pada Ibu dengan BBLR

Berdasarkan Tabel 4.1 Distribusi frekuensi responden, didapatkan

usia responden terbanyak pada rentang usia 23-28 Tahun, sebanyak

16 Responden (40,0%), Pendidikan pada tingkatan SMA sebanyak

21 responden (52,5%), dan Pekerjaan pada jenis pekerjaan Ibu

rumah tangga sebanyak 19 responden (47,5%). Hal ini

memungkinkan umur, pendidikan serta pekerjaan jika dihubungkan

sangat mempengaruhi Ibu Melahirkan Bayi dengan Berat Lahir

rendah dimana dari Usia, Pendidikan dan Pekerjaan merupakan

penentu dalam pencapaian stabilitas sosial, ekonomi dan

memperoleh derajat hidup yang lebih baik, sehingga memerlukan

energi lebih maksimal yang sering menimbulkan stress fisik dan

psikis.

45
4.2.2. Dukungan Keluarga pada Ibu dengan BBLR

Dukungan Keluarga sangat penting Bagi Ibu dengan BBLR. Dari

hasil penelitian yang diperoleh pada tabel 4.2 menunjukan bahwa

Dukungan Keluarga dengan kriteria Baik mendominasi dengan 35

responden (87,5%). Hasil ini menggambarkan dukungan keluarga

yang diberikan kepada Ibu dengan BBLR sangat baik, terlihat

dengan tidak adanya dukungan keluarga dengan kategori kurang

pada penelitian yang dilakukan.

Berdasarkan tabel 4.4 bahwa Ibu yang mendapatkan dukungan

keluarga baik rata-rata pada rentang usia 17-22 Tahun dan 23-28

Tahun, yang telah menempuh pendidikan sesuai tingkat pendidikan

dengan rata-rata pendidikan terakhir adalah SMA. Masa pada

rentang usia terssebut diatas adalah masa dimana hidupnya sudah

matang sehingga dapat menerima dukungan keluarga yang diberikan

oleh keluarganya dengan baik.

Berdasarkan hasil penelitian yang terlihat dari tabel 4.4 bahwa Ibu

yang mendapatkan dukungan keluarga kategori Cukup

berpendidikan terakhir SD sebanyak 1 orang (20,0%), hal ini sama

halnya dengan tingkat pendidikan pasien mempunyai kaitan erat

dengan dukungan informasi dari keluarga, kurangnya pengetahuan

dapat mengakibatkan pasien kurang menjaga kesehatannya.

dukungan informasi dari keluarga juga sangat berguna dalam

membantu pasien untuk mengatasi rasa cemas yang dialami.

Sedangkan pendidikan terakhir terbanyak adalah SMA, sehingga

46
semakin tinggi pendidikan maka keluarga akan menjaga

kesehatannya serta dapat menerima informasi dengan baik dari

keluarganya. Namun Tidak hanya dari tingkat pendidikan, ada faktor

lain yang mempengarui dukungan keluarga diantaranya adalah

kedekatan antar anggota keluarga dapat dilihat dari hasil penelitian

menggunakan kuesioner dukungan emosional ditandai dengan

keluarga yang tidak pernah menunggu pasien ketika di rumah sakit,

keluarga yang kurang memperhatikan keadaan pasien selama sakit,

keluarga yang kurang dalam berusaha mendengarkan setiap kali

pasien mengeluh mengenai penyakitnya atau keadaannya dan

keluarga yang kurang ramah dalam membantu pasien dalam

memenuhi kebutuhan pasien.

Hasil penelitian didapatkan yang mendapatkan dukungan keluarga

kategori Baik dari hasil penelitian sebanyak 35 responden (87,5%)

dan kategori dukungan keluarga Cukup sebanyak 5 responden

(12,5%) dari hasil kuesioner yang telah diberikan kepada pasien

sebagian besar responden yang mendapatkan dukungan keluarga

kategori Baik mendapatkan dukungan emosional yang tinggi pula

dari keluarga, ditandai dengan keluarga yang selalu menunggu

pasien ketika di rumah sakit, keluarga yang selalu memperhatikan

keadaan pasien selama sakit, keluarga yang selalu berusaha

mendengarkan setiap kali pasien mengeluh mengenai penyakitnya

atau keadaannya dan keluarga selalu ramah dalam membantu pasien

dalam memenuhi kebutuhan pasien.

47
4.2.3. Tingkat Kecemasan Ibu dengan BBLR

Dari hasil penelitian diketahui dari tabel 4.3 bahwa Responden yang

tidak mengalami kecemasan sebanyak 4 responden (10,0%),

mengalami kecemasan ringan sebanyak 29 responden (72,5%) dan

sebanyak 7 responden (17,5) mengalami kecemasan sedang. Individu

berperan penting menjadi faktor atau kontribusi terjadinya

kecemasan. Kecemasan secara umum terjadi pada responden yang

merasa takut jika setiap kali ada tenaga kesehatan yang datang dan

membicarakan kondisi anak responden, merasa cemas karena tidak

mengatahui kondisi anak responden dan juga merasa gelisah karena

terlalu lama dirawat di rumah sakit.

Kecemasan dapat mempengaruhi beberapa aspek. Kecemasan yang

berlebihan akan menyebabkan responden tidak tenang dalam

menghadapi tindakan yang dilakukan pada bayinya, hal ini bisa

menimbulkan kurangnya konsentrasi, kurang nafsu makan, susah

beraktifitas, merasa jantung berdetak lebih kencang dan sulit tidur

karena perhatian responden hanya tertuju pada bayinya.

Berdasarkan tabel 4.5 terdapat 10 responden (34,5%) yang berusia

23-28 tahun, hasil data tersebut bahwa responden usia 23-28 tahun

paling banyak mengalami kecemasan. masa tersebut merupakan

penentuan dalam pencapaian stabilitas sosial ekonomi dan

memperoleh derajat hidup yang lebih baik, sehingga memerlukan

energi yang lebih maksimal yang sering menimbulkan stres fisik dan

psikis.

48
Hasil penelitian dari tabel 4.5 terdapat 2 dari 4 responden (50,0%)

dengan tingkat tidak ada kecemasan berpendidikan SMA sedangkan

tidak ada responden berpendidikan SD yang masuk dalam kategori

tidak cemas berdasarkan hasil penelitian tersebut tingkat pendidikan

mempengaruhi responden berpendidikan lebih tinggi dari SD

sehingga semakin tinggi pendidikan seseorang maka semakin mudah

pula orang tersebut dalam menghadapi suatu masalah.

Pengalaman awal ini sebagai bagian penting dan sangat menentukan

kondisi mental individu dikemudian hari, apabila pengalaman

individu tentang tingkat kecemasan kurang, maka cenderung

memperberat peningkatan kecemasan saat merasa gelisah terhadap

kondisi, tindakan dan perawatan yang dilakukan pada bayi

responden.

4.2.4. Hubungan Dukungan Keluarga terhadap Tingkat Kecemasan Ibu

dengan BBLR

Hasil uji statistik didapatkan antara dukungan keluarga dengan

tingkat kecemasan Ibu dengan BBLR tabel 4.7. Dengan

menggunakan uji Spearman Rank , didapatkan hasil koefisien

korelasi -0,349 dan hasil Signifikansi (2-tailed) adalah 0,028.

Hasil dalam penelitian ini bahwa dukungan keluarga mempunyai

korelasi yang cukup dengan Signifikansi 0,028. Dari data juga dapat

dilihat bahwa signifikasi yang diperoleh yaitu 0,028 adalah kurang

dari taraf signifikasi yang diambil sebesar 0,05. Sehingga terdapat

hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga dengan tingkat

49
kecemasan. Dari data juga dapat dilihat bahwa hasil korelasi sebesar

-0,349 yang berarti simbol negatif (jenis hubungan tidak searah)

sehingga semakin baik dukungan keluarga maka semakin rendah

tingkat kecemasan Ibu dengan BBLR dan nilai 0,349 termasuk

dalam korelasi cukup.

Berdasarkan hasil penelitian Tabel 4.6 dukungan keluarga terhadap

tingkat kecemasan dari 40 responden dengan dukungan keluarga

cukup terdapat 2 responden (28,6%) mengalami kecemasan sedang,

hal ini dikarenakan keluarga yang jarang menjenguk atau menunggu

ketika responden di rumah sakit, sehingga akan berdampak pada

kecemasan yang kategori sedang dikarenakan responden merasa

tidak diperhatikan. Selain itu dapat disebabkan juga karena keluarga

kurang menyediakan waktu dan fasilitas baik keperluan yang

diperlukan responden ketika dirawat maupun fasilitas uang untuk

keperluan biaya. Keluarga yang tidak pernah memberikan informasi

terkait dengan kondisi dan hal-hal yang bisa memperburuk psikologi

dan keluarga juga kurang memberikan support kepada responden.

Berbeda dengan keluarga yang selalu mendampinngi responden,

keluarga yang selalu memperhatikan keadaan ressponden, keluarga

yang selalu mensupport untuk mengurangi kecemasan responden dan

keluarga yang selalu menyediakan waktu, fasilitas maupun uang

untuk mendukung responden akan mengurangi tingkat kecemasan

responden, dengan hasil penelitian dukungan keluarga cukup dan

tingkat kecemasan sedang sebanyak 2 responden (28,6%) dan 2

50
responden (6,9%) mengalami kecemasan ringan. Dukungan keluarga

yang mengakibatkan kecemasan sedang mungkin dipengaruhi dari

faktor lain seperti yang disebutkan oleh Mantgomery (2010) bahwa

individu juga berperan menjadi faktor terjadinya kecemasan

diantaranya adalah tingkat kedekatan responden dengan keluarga

yang berbeda dengan tingkat kedekatan responden yang

mendapatkan dukungan keluarga kategori cukup mengalami

kecemasan sedang.

Hasil penelitian responden yang mendapatkan dukungan keluarga

baik tidak mengalami kecemasan sebanyak 3 responden (75,0%),

mengalami kecemasan ringan sebanyak 27 responden (93,1%) dan

mengalami kecemasan sedang sebanyak 5 responden (71,4%). Dari

hasil tersebut tingkat kecemasan responden bervariasi berdasarkan

faktor usia, tingkat kedekatan respoden dengan keluarga dan tingkat

pendidikan yang turut menentukan tingkat pemahaman mengenai

penerimaan dukungan keluarga. Sehingga peneliti menyimpulkan

penelitian ini mendapatkan hasil Coefficient correlation -0,349 dan

Signifikasi 0,028 dengan hasil interpretasi dukungan keluarga

mempunyai korelasi yang cukup dan nilai signifikasinya lebih kecil

dari 0,05 sehingga dapat ditarik kesimpulan ada hubungan dukungan

keluarga terhadap tingkat kecemasan.

4.3. Keterbatasan Peneliti

Peneliti menyadari bahwa pada penelitian ini tidak terlepas dari

keterbatasan di antaranya adalah metode penelitian yang

51
menggunakan metode Spearman rho dengan pendekatan

observasional, sehingga subyek yang diambil dilakukan hanya satu

kali tanpa pengukuran kembali dan ditetapkan dalam waktu yang

telah ditentukan.

52
BAB 5

KESIMPULAN DAN SARAN

5.1. Kesimpulan

Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui Pengaruh dukungan

Keluarga terhadap tingkat kecemasan ibu dengan BBLR, dapat

diambil kesimpulan sebagai berikut :

5.1.1. Karakteristik responden sebagian besar berusia 23-28 tahun, tingkat

pendidikan SMA dan Pekerjaan Ibu rumah Tangga.

5.1.2. Dukungan Keluarga terhadap Ibu dengan BBLR sebagian besar pada

Kategori Dukungan Baik

5.1.3. Tingkat Kecemasan Ibu dengan BBLR sebagian Besar mengalami

Kecemasan Ringan

5.1.4. Terdapat hubungan yang signifikan antara dukungan keluarga

dengan tingkat kecemasan Ibu dengan BBLR ditandai dengan nilai

Koeffisien Korelasi adalah -0,349 dengan tingkat keeratan hubungan

cukup dan tanda negarif menandakan bahwa semakin tinggi

dukungan keluarga maka semakin rendah tingkat kecemasan.

5.2. Saran

5.2.1. Bagi Rumah Sakit

Dukungan Keluarga sangat penting bagi tingkat kecemasan Ibu

dengan BBLR. Rumah sakit sebaiknya membuat kebijakan berkaitan

dengan pentingnya keluarga sebagai fokus dasar dalam intervensi

kesehatan dan memberdayakan serta mendorong keluarga agar turut

aktif mengurangi tingkat kecemasan responden.

53
5.2.2. Bagi Institusi Pendidikan

Hasil penelitian ini diharapkan dapat menambah studi kepustakaan

dan menjadi masukan yang berarti serta bermanfaat bagi mahasiswa

ilmu keperawatan dalam memahami psikologi Ibu denngan BBLR.

5.2.3. Bagi Peneliti

Penelitian ini masih jauh dari kesempurnaan, masih banak factor

yang tidak diteliti dalam penelitian ini. Diharapkan untuk penelitian

selanjutnya untuk meneliti faktor-faktor lain yang dalam penelitian

ini tidak diteliti.

54
DAFTAR PUSTAKA

Annisa. (2016). Konsep kecemasan (anxiety) pada lanjut usia (lansia). Jurnal

Konselor, 5(2), 93-99. Diakses dari: http://ejournal.unp.ac.id/index.php/

konselor/article/download/6480/5041 pada 11 agustus 2020

Chrisnawaty.2019. Aplikasi pengukuran tingkat kecemasan berdasarkan skala

hars berbasis android. Jurnal Teknik Komputer, 5(2), 277-282. Diakses dari:

https://ejournal.bsi.ac.id/ejurnal/index.php/jtk/article/download/6312/pdf

pada 11 agustus 2020

Hanum. (2017). Hubungan karakteristik dan dukungan keluarga lansia dengan

kejadian stroke pada lansia hipertensi di rumah sakit umum pusat haji adam

malik medan. Jurnal Jumantik, 3(1), 72-88. Diakses dari

http://jurnal.uinsu.ac.id/index.php/kesmas/article/download/1377/1192 pada

11 agustus 2020

Harnilawaty. (2013). Konsep dan proses keperawatan keluarga (1st ed). Sulawesi

selatan: As Salam

Hidayat. (2014). metode penelitian kebidanan dan teknik analisis data (2nd ed.).

Jakarta: salemba medika.

Humaira.(2018). Analisis kecemasan ibu dengan perawatan bayi BBLR dirumah

sakit Dr Ahmad Muchtar bukit tinggi tahun 2018. Jurnal maternal Child

Health Care, 1(2), 76-84. Diakses dari: https://ojs.fdk.ac.id/index.php/

MCHC/article/download/591/pdf pada 11 agustus 2020

55
Imron. (2010). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan (1st ed.). Jakarta: CV

sagung seto.

Infodatin. (2014). Kondisi pencapaian program kesehatan anak. KEMENKES RI.

Diakses dari: https://www.kemkes.go.id/download.php?file=download

/pusdatin/infodatin/infodatin_disabilitas.pdf Pada: 11 agustus 2020

Kemenkes RI. (2018). Hasil Utama Riskesdas. Diakses dari:

https://drive.google.com/open?id=1MRXC4lMDera5949ezbbHj7UCUj5_EQ

mY Pada: 11 agustus 2019

Khoiriah. (2017). Hubungan antara usia dan paritas ibu bersalin dengan bayi berat

lahir rendah (BBLR) di rumah sakit islam siti khadijah palembang. Diakses

dari: https://ejurnal.poltekkes-tjk.ac.id/index.php/JK/article/download/508

/460 pada 11 agustus 2020

Notoatmodjo. (2012). Metode Penelitian Kesehatan (cet. 2). Jakarta: Rineka

Cipta.

Notoatmodjo. (2018). Metodologi Penelitian Kesehatan. Jakarta: Rineka Cipta

Sujarweni. (2014). metode penelitian keperawatan (1st ed.). Yogyakarta:

gava media.

Purwanti.(2014). Dukungan sosial keluarga dan hubungannya dengan kecemasan

ibu primipara dalam merawat bayu berat badan lahir rendah. Diakses dari:

https://jurnal.unimus.ac.id/index.php/psn12012010/article/download/1458/1

511 pada 11 agustus 2020

56
Rahmayati.(2018). Pengaruh dukungan spiritual terhadap tingkat kecemasan pada

pasien pre-operasi.Jurnal Kesehatan, (9)1, 138-142. Diakses dari:

http://www.ejurnal.poltekkes-

tjk.ac.id/index.php/JK/article/download/778/668 pada 11 agsutus 2020

Soewadji. (2012). pengantar metodologi penelitian (1st ed.). Jakarta: Mitra

wacana media.

Sulistiani. (2014). Faktor resiko kejadian bayi berat lahir rendah (BBLR) di

wilayah kerja puskesmas kota tanggerang selatan tahun 2012-2014. Diakses

dari: http://repository.uinjkt.ac.id/dspace/bitstream/123456789/25575/1/

KARLINA%20SULISTIANI%20-%20FKIK.pdf pada 11 agustus 2020

Timotius. (2017). Pengantar Metodologi Penelitian (1st ed.). Yogyakarta: CV

Andi offsetImron. (2010). Metodologi Penelitian Bidang Kesehatan (1st

ed.). Jakarta: CV sagung seto

Utami.(2019). Hubungan kecemasan dan perilaku bullying anak sekolah

dasar.Jurnal Ilmu Keperawatan Jiwa, 2(1), 1-6. Diakses dari:

http://www.journal.ppnijateng.org/index.php/jikj/article/download/264/172

pada 11 agustus 2020

57

Anda mungkin juga menyukai

  • Seminar Gadar
    Seminar Gadar
    Dokumen41 halaman
    Seminar Gadar
    Zeasly Tiofenly Neolaka
    Belum ada peringkat
  • Laporan Akhir Manajemen
    Laporan Akhir Manajemen
    Dokumen82 halaman
    Laporan Akhir Manajemen
    Zeasly Tiofenly Neolaka
    Belum ada peringkat
  • Dusun4 Fiks
    Dusun4 Fiks
    Dokumen60 halaman
    Dusun4 Fiks
    Zeasly Tiofenly Neolaka
    Belum ada peringkat
  • Laporan Penyuluhan
    Laporan Penyuluhan
    Dokumen7 halaman
    Laporan Penyuluhan
    Zeasly Tiofenly Neolaka
    Belum ada peringkat
  • Jiwa Tuapukan Revisi1
    Jiwa Tuapukan Revisi1
    Dokumen31 halaman
    Jiwa Tuapukan Revisi1
    Zeasly Tiofenly Neolaka
    Belum ada peringkat
  • Jiwa Lawang Real
    Jiwa Lawang Real
    Dokumen66 halaman
    Jiwa Lawang Real
    Zeasly Tiofenly Neolaka
    Belum ada peringkat
  • Askep Stroke Hemoragik
    Askep Stroke Hemoragik
    Dokumen5 halaman
    Askep Stroke Hemoragik
    Zeasly Tiofenly Neolaka
    Belum ada peringkat
  • Gann Chart
    Gann Chart
    Dokumen2 halaman
    Gann Chart
    Zeasly Tiofenly Neolaka
    Belum ada peringkat
  • LP Iufd Zea
    LP Iufd Zea
    Dokumen10 halaman
    LP Iufd Zea
    Zeasly Tiofenly Neolaka
    Belum ada peringkat
  • Askep DM Paskal
    Askep DM Paskal
    Dokumen16 halaman
    Askep DM Paskal
    Zeasly Tiofenly Neolaka
    Belum ada peringkat
  • STIKES Maranatha Kupang PDF
    STIKES Maranatha Kupang PDF
    Dokumen7 halaman
    STIKES Maranatha Kupang PDF
    Zeasly Tiofenly Neolaka
    Belum ada peringkat
  • Oekonomia
    Oekonomia
    Dokumen3 halaman
    Oekonomia
    Zeasly Tiofenly Neolaka
    Belum ada peringkat
  • LP & LK Merly Fabila
    LP & LK Merly Fabila
    Dokumen34 halaman
    LP & LK Merly Fabila
    Zeasly Tiofenly Neolaka
    100% (1)
  • Memperkuat Toleransi
    Memperkuat Toleransi
    Dokumen2 halaman
    Memperkuat Toleransi
    Zeasly Tiofenly Neolaka
    Belum ada peringkat