Anda di halaman 1dari 29

LEARNING OBJECTIVE IDK

PARASIT 1. Definisi
2. Taksonomi dan klasifikasi umum
3. Hubungan parasitisme (timbal balik
antar spesies)
4. Terminologi
5. Segitiga epidemiologi
6. Menjelaskan vektor dan hospes
7. Daur hidup parasit
HELMINTOLOGI 1. Definisi
2. Klasifikasi
3. Hospes dan nama penyakitnya
4. Morfologi, reproduksi, siklus hidup,
dan diagnosis secara mikroskopik:
 Ascaris lumbricoides
 Ancylostoma duodenale

PROTOZOLOGI 1. Definisi
2. Klasifikasi
3. Morfologi, reproduksi, siklus hidup,
dan diagnosis secara mikroskopik:
 Entamoeba hystolitica
 Plasmodium falciparum

ENTOMOLOGI 1. Definisi
2. Klasifikasi
3. Morfologi, reproduksi, siklus hidup
 Aedes aegypti
MIKOLOGI 1. Definisi
2. Klasifikasi
3. Morfologi, reproduksi, siklus hidup
 Candida albicans
IMUNITAS 1. Respon imun terhadap infeksi parasit
2. Pengendalian vektor dalam infeksi
parasit
PARASITOLOGI

Definisi

Berasal dari kata (parasitos = jasad yang mengambil makanan; logos = ilmu), yaitu ilmu yang
mempelajari jasad-jasad yang hidup untuk sementara/tetap di dalam/pada permukaan
jasad lain untuk mengambil sebagian/seluruh makanan dari jasad itu.

Terminologi

 Parasitisme
Hubungan timbal balik suatu spesies dengan spesies lain untuk kelangsungan
hidupnya. Menurut derajat parasitisme dibagi menjadi:
 Komensalisme
Jasad mendapat keuntungan dari jasad lain tanpa merugikan jasad lain tsb
 Mutualisme
Hubungan dua jenis jasad yang saling menguntungkan
 Simbiosis
Hubungan permanen dua jenis jasad dan tidak dapat hidup terpisah
 Pemangsa (Predator)
Parasit yang membunuh mangsanya dahulu lalu memakannya
 Hospes
Makhluk hidup penyedia makanan atau tempat tinggal bagi makhluk hidup lain
(parasit). Menurut macamnya dibagi menjadi:
 Hospes definitif
Tempat parasit hidup, tumbuh dewasa, dan berkembangbiak seksual
 Hospes perantara
Tempat parasit tumbuh menjadi bentuk infektif dan siap ditularkan kepada
manusia (hospes)
 Hospes reservoar
Hewan mengandung parasit; merupakan sumber infeksi bagi manusia
 Hospes parateknik
Hewan mengandung stadium infektif parasit tanpa menjadi dewasa; stadium
infektif ditularkan dan menjadi dewasa pada hospes definitif

Segitiga Epidemiologi

Gambar ini didekat terminologi

‘Studi yang berkaitan dengan kejadiaan suatu penyakit termasuk yang disebabkan oleh
parasite disebut epidemionlogi, dimana dalam konsep epidemiologi, suatu penyakit terjadi
karena 3 faktor yang saling berhubungan. Faktor tersebut antara lain adalah: faktor agen,
hospes, dan environment.’
TRUS JELASIN SINGKAT TENTANG SEGITIGA EPIDEMIOLOGI

Merupakan konsep dasar epidemiologi yang memberi gambaran hubungan tiga faktor yg
berperan dalam terjadinya penyakit dan masalah kesehatan lainnya (Host, Agent,
Environment, diperantai Vector)

Keadaan di masyarakat dikatakan ada masalah kesehatan jika terjadi ketidak seimbangan
antara Host, Agent dan Environment

1. Faktor Host (sebutin beberapa aja)


*Klasifikasi seperti yang di atas* mencakup faktor-faktor dan contohnya:
a. Genetik: resiko Diabetes Melitus lebih besar pada keturunan penderita
b. Umur: osteoporosis pada orang berusia lanjut
c. Jenis kelamin: ca serviks pada wanita
d. Suku/ras/warna kulit: negro lebih tahan sinar UV dari kulit putih
e. Fisiologis: kelelahan, kehamilan, pubertas, stres, kurang gizi
f. Imunologis: ASI, imunisasi, dan , sakit meningkatkan imunitas
g. Perilaku: gaya hidup, personal higienis, HAM, rekreasi, merokok, napza

2. Faktor Agent (sebutin beberapa aja)


Faktor penyebab penyakit atau masalah kesehatan
a. Biologis:cacing, amoeba, jamur, riketsia, virus, bakteri.
b. Kimia: pengawet, pewarna, asbes, cobalt, racun, antigen
c. Fisik: radiasi, trauma, suara, getaran
d. Gizi: kurang gizi, vitamin, mineral, kelebihan gizi
3. Vektor
Jasad (umumnya serangga) yang tidak menyebabkan penyakit namun menyebarkan
patogen dari satu inang ke inang lain. Dibagi menjadi vektor mekanik dan vektor
biologik.

KLASIFIKASI

Secara umum:
I. Zooparasit = parasit berupa hewan
a. Protozoa = hewan bersel satu seperti amoeba
b. Metazoa = hewan bersel banyak, dibagi menjadi helminthes (cacing) dan
artropoda
II. Fitoparasit = parasit berupa tumbuh-tumbuhan
a. Bakteri
b. Fungus (jamur)
III. Spirochaeta dan Virus

Secara khusus/kedokteran :

1. Helmintologi (ilmu tentang cacing yang dapat menyebabkan penyakit pada


manusia )
2. Protozologi (ilmu tentang protozoa yang dapat menyebabkan penyakit pada
manusia)
3. Entomologi (ilmu tentang serangga yang dapat menjadi penyebab ataupun
media terjadinya penyakit pada manusia)
4. Mikologi (ilmu tentang jamur yang dapat menyebabkan penyakit pada manusia)

HELMINTOLOGI

Definisi dan Morfologi

Ilmu yang mempelajari parasit berupa cacing. Dibagi berdasarkan taksonomi:


1. Platyhelminthes (cacing pipih). Cacing dewasa berbadan pipih, tidak mempunyai rongga
badan dan biasanya hermaprodit.

a. Trematoda (cacing daun); berbentuk daun, badan tidak bersegmen, mempunyai


alat pencernaan yang tidak lengkap karena gak punya anus (anusnya itu sama
dengan mulut makanya disebutnya dengan pencernaan yang tidak lengkap).
Contoh : Faschiola hepatica (cacing Hati), Schistosoma japonicum (cacing darah)
b. Cestoda (cacing pita); badan berbentuk pita dan terdiri atas skoleks, leher dan
badan (strobila) bersegmen (proglotid). Makanan diserap melalui kulit (kutikulum)
badan, disetiap segmen terdapat alat reproduksi yang lengkap. Contoh : Taenia
saginata, Taenia solium

NICE TO KNOW
Perbedaan dasar antara Saginata dan Solium terletak di inang perantaranya,
saginata=sapi, solium=babi. Solium lebih sulit dimusnahkan karena adanya kait di
kepala bernama rostellum.

2. Nemathelminthes (cacing gilik). Besar dan panjang beragam. Stadium dewasa


berebentuk bulat memanjang dan pada potongan transversal tampak rongga badan dan
alat-alat (kepala, ekor, dinding, rongga badan dan alat-alat lain agak lengkap). Sistem
pencernaan, ekskresi, dan reproduksi terpisah.
a. Nematoda Usus (ex: Ascaris lumbricoides, Ancylostoma duodenale)
b. Nematoda Jaringan (ex: Wuchereria brancrofti)

Nematoda usus

A. Nama vektor: Ascaris lumbricoides

Taksonomi

Kingdom: Animalia

Phylum: Nematoda

Class: Rhabditea

Oorder: Ascaridida

Family: Ascarididae

Genus: Ascaris

Spesies: Ascaris lumbricoides

Hospes & Nama Penyakit

Hospes: Manusia

Penyakit: askariasis

Lokasi: usus halus

Morfologi

Ukuran cacing dewasa

Jantan Panjang: 15-30cm

Lebar: 0,2-0,4cm

Betina Panjang: 20-35cm


Lebar: 0,3-0,6cm

Ukuran telur: Panjang: 60-70 µm

Lebar : 40-50µm

Jumlah telur/hari: 200.000 telur

Cara infeksi : Oral

Distribusi : Kosmopolit

Patologi & gejala klinis

Gangguan larva di paru

 Pendarahan kecil dinding alveolus


 Bartuk, demam, eosinofilia

Gangguan cacing dewasa

 Ringan: mual, nafsu makan turun, diare, konstipasi


 Berat; malabsorbsi nutrien di usus malnutris, obstruksi (penyumbatan) usus

Diagnosis: Pemeriksaan feses, keberadaan telur menandakan ada infeksi.atau cacing keluar
sendiri lewat mulut, hidung, atau tinja.

Daur Hidup
B. Nama vektor: Ancylostoma duodenale
Taksonomi
Kingdom : Animalia
Filum : Nematoda
Kelas : Secernentea
Ordo : Strongylida
Famili : Ancylostomatidae
Genus : Ancylostoma
Spesies : Ancylostoma duodenale
Hospes dan Nama Penyakit
Hospes : manusia
Penyakit : ankilostomiasis
Lokasi : usus halus
Cara infeksi : larva filariform menembus kulit /perkutan atau tertelan/oral
Distribusi : seluruh daerah khatulistiwa
Daur Hidup
Telur → larva rabditiform → larva filariform menembus kulit → kalpiler darah → jantung
kanan → paru → bronkus → trakea → laring →usus halus
Patologi dan Gejala Klinis
1. Stadium larva
Terjadi perubahan kulit (ground itch) bila banyak larva filariform menembus kulit sekaligus.
Perubahan pada paru ringan. Infeksi larva filariform secara oral menyebabkan penyakit
wakana dengan gejala mual, muntah, irtiasi faring, batuk, sakit leher, dan serak.
2. Stadium dewasa
Tiap cacing A. Duodenale menyebabkan kehilangan 0,08-0,34 cc darah sehari. Terjadi
anemia hipokrom mikrositer pada infeksi kronik atau berat. Juga terdapat eosinofilia. Tidak
menyebabkan kematian, menurunkan daya tahan dan prestasi kerja.

Diagnosis
Menemukan telur dalam tinja segar. Dalam tinja yang lama mungkin ditemukan larva. Untuk
membedakan spesies A. duodenale dan N. Americanus dilakukan biakan misalnya dengan
cara Harada-Mori.

NICE TO KNOW!
Kali di tanya apa bedanya Necator sp. Dan Ancylostoma duodenale.
Bedanya cuman mulutnhya, kalo yang Ancylostoma duodenale giginya itu ada dua pasang
dan tidak sama panjang, tapi kalo Necator sp. Gak punya gigi tapi punya benda kitin.

ENTOMOLOGI

Pengertian

ilmu yang mempelajari tentang vektor, kelainan, dan penyakit yang disebabkan oleh
artropoda

Morfologi Umum Artropoda

 Badan beruas-ruas
 Badan yang beruas-ruas. Pada kepala tubuh menjadi antena dan mandibula, pada
toraks menjadi kaki dan sayap, dan pada abdomen menjadi kaki pengayuh.
 Eksoskelet, dibentuk oleh kitin yang melapisi bagian luar tubuh artropoda. Berfungsi
sebagai penguat tubuh , pelindung alat dalam, tempat melekat otot, pengatur
penguapan air dan penerus rangsang yang bearsal dari luar.
 Badan simetris bilateral
 Mempunyai sistem pencernaan, pernapasan (trakea), saraf (otak dan ganglion),
peredaran darah (terbuka), dan reproduksi

Klasifikasi
Menurut perannya dalam ilmu kedokteran, dibagi menjadi
a. Artropoda penular penyakit (vektor dan hospes perantara)
1) Penularan mekanik dengan perantara bagian luar tubuh serangga. Misal telur
cacing, kista protozoa, dan bakteri usus dapat dipindahkan dari tinja ke makanan
dengan perantra kaki atau badan lalat rumah
2) Penularan biologik dilakukan setelah parasit/agen yang diisap mengalami proses
biologik dalam tubuh vektor
a) Penularan propagatif; parasit hanya membelah diri menjadi banyak dalam
tubuh vektor
b) Penularan sikliko-propagatif; parasit berubah bentuk dan membelah diri
menjadi banyak dalam tubuh vektor
c) Penularan sikliko-developmental; parasit hanya berubah bentuk menjadi
bentuk infektif
3) Penularan transovarian; vektor yang terinfeksi akan menularkan penyebab
penyakit pada keturunannya → larva infektif keturunan menularkan penyakit
pada manusia
b. Artropoda penyebab penyakit (parasit)
1) Berdasarkan habitat pada manusia
a) Endoparasit; hidup dalam jaringan tubuh, misal larva lalat penyebab miasis
dan pinjal (Tunga penetrans) penyebab tungiasis
b) Ektoparasit; hidup di permukaan tubuh hospes, misal tungau, nyamuk
2) Berdasarkan lamanya hidup pada hospes
a) Parasit permanen; seluruh atau sebagian besar hidupnya ada pada satu
hospes
b) Berpindah-pindah dari satu hospes ke hospes lain dalam daur hidupnya
c. Artropoda penimbul kelainan karena toksin yang dikeluarkan
Serangga menularkan toksin dengan cara kontak langsung, gigitan, tusukan, atau
sengatan.
Toksin serangga menyebabkan gejala setempat atau gejala umum seperti gatal,
urtikaria, lepuh, hemolisis, perdarahan, dan gangguan saraf
Contoh:
d. Artropoda penyebab alergi
Serangga dapat menyebabkan alergi pada orang ynag rentan, misal tungau debu
(Dermatophagoides dan mayfly) dapat menimbulkan asma.
e. Artropoda penimbul entomofobia
Serangga dapat menimbulkan rasa ngeri, rasa takut karena bentuk serangga yang
dilihatnya, dan gangguan pikiran akibat mengkhayalkan penyakit yang mungkin timbul.
Disebut entomofobia bila berlangsung lama.

Taksonomi (yang ini gak usah ditulis semuanya tulis yang dimerahin aja)
Pembagian filum artropoda didasarkan pada pentingnya dalam ilmu kedokteran dan dibagi
menjadi kelas insekta, arachnida, crustacea, chilopoda, dan diplopoda.

Aedes aegypti
Untuk taksonomi lengkapnya coba
Kingdom : Animalia
apalin NYAMUK sama LALAT aja.
Filum : Artropoda Jaga-jaga kalo yang keluar penyakit
yang disebabkan oleh parasite yang
divektori oleh serangga.
Kelas : Insecta
Ordo : Diptera
Famili : Culicidae
Genus : Aedes
Spesies : Aedes aegypti

Morfologi nyamuk (ini dibaca-baca, bakalan menjadi nilai plus kalo dikasus penyakit yang
ditularkan oleh bantuan nyamuk dan digambar. Tapi kalo cukup waktunya aja untuk
menggambar ya)

Nyamuk berukuran kecil (4-13mm) dan rapuh.


Kepala memiliki probosis halus dan panjang yang melebihi penjang kepala. Pada
nyamuk betina, probosis menjadi alat penghisap darah; pada nyamuk jantan untuk
mengisap bahan cair seperti cairan tumbuh-tumbuhan, buah-buahan, dan keringat.
Di kiri dan kanan probosis terdapa palpus yang terdiri atas 5 ruas dan sepasang
antena yang terdiri atas 15 ruas. Antena pada nyamuk jantan lebat (plumose) dan pada
nyamuk betina jarang (pilose).
Sebagian besar toraks yang tampat (mesonotum) diliputi bulu halus yang berwarna
putih/kuning dan membentuk gambaran khusus masing-masing spesies.
Sayap nyamuk panjang dan langsing, mempunyai vena yang permukaannya
ditumbuhi sisik sayap (wing scales), dan pada pinggirnya terdapat sederetan rambut umbai
(fringe).
Abdomen berbentuk silinder, terdiri atas 10 ruas, dua ruas terakhir berubah menjadi
alat kelamin.
Nyamuk mempunyai tiga pasang kaki (heksapoda) yang melekat pada toraks dan tiap
kaki terdiri atas 1 ruas femur, 1 ruas tibia, dan 5 ruah tarsus

Morfologi Ae. aegypti

Aedes aegypti dewasa berukuran lebih kecil dibanding dengan ukuran nyamuk rumah (Culex
quinquefasciatus), mempunyai warna dasar hitam dengan bintik-bintik putih terutama pad
kakinya. Morfologinya khas dengan gambaran lira (lyra-form) yang putih pada punggung
(mesonotum).

Telur Aedes aegypti mempunyai pelana yang terbuka dan gigi sisir yang berduri lateral

Hospes dan Nama Penyakit

Hospes : Manusia

Nama Penyakit : Demam Berdarah Dengue/ Dengue Hemorragic Fever

Cara Penularan : gigitan nyamuk Aedes aegypti betina

Distribusi : hampir semua daerah tropis di seluruh dunia

Daur Hidup

Nyamuk (Ae. aegypti) mengalami metamorfosis sempurna: telur-larva-pupa-dewasa.


Stadium telur, larva, dan pupa hidup di air, stadium dewasa hidup di darat/udara. Nyamuk
betina mengisap darah manusia pada siang hari. Telur diletakkan di dinding tempat
perindukan 1-2cm di atas permukaan air → telur menetas menjadi larva setelah 2 hari →
pengelupasan kulit 4 kali → tumbuh menjadi pupa → nyamuk dewasa
Gejala Klinis (Demam Berdarah Dengue/ Dengue Hemorragic Fever)

Demam tinggi terus menerus 2-7 hari, manifestasi perdarahan yang didahului terlihatnya
bintik-bintik merah (petechia) pada badan penderita. Penderita dapat mengalami syok dan
meninggal.

Diagnosis

pemeriksaan darah meliputi kadar Hb, ditemukan trombositopenia ≤100.000/mL dan


peningkatan hematokrit ≥20% pada hari ke-3 sejak timbul demam.

Kemampuan terbang ( 40-100 meter)

Nyamuk Anophelini

 Nyamuk Anophelini dari genus anopheles Merupakan vector penyakit malaria


 Kira-kira 60 dari kurang lebih 2000 spesies di genus anopheles merupakan vector
malaria
 Di Indonesia 16 dari sekitar 80 spesies nyamuk anopheles merupakan vector malaria
Taksonomi Anophelini
Kingdom : Animalia

Filum : Arthropoda

Kelas : Insecta

Ordo : Diptera

Famili : Culicidae

Sub famili : Anophelini

Genus : Anopheles

Spesies : Anopheles sp.

Morfologi nyamuk Anophelini (nice to know, cari perbedaan dengan aedes biar gampang
ngapalinnya)

 Saat stadium bertelur, nyamuk Anophelini meletakkan telurnya satu per satu di
permukaan air berbentuk seperti perahu dengan bagian bawahnya berbentuk
cembung dan bagian atasnya berbentuk cekung dan memiliki sepasang pelampung
di kedua sisi telur
 Stadium larva Anophelini mempunyai spirakel pada bagian posterior abdomen,
tergal plate pada bagian tengah sebelah dorsal abdomen, dan bulu palma pada
bagian lateral abdomen
 Pada stadium pupa, terdapat tabung pernapasan yang berbentuk lebar dan pendek
yang digunakan untuk mengambil O2
 Pada stadium dewasa, palpus nyamuk jantan dan betina mempunyai panjang yang
hamper sama dengan panjang probosisnya
 Pada nyamuk jantan ruas palpus berbentuk gada, sedangka pada wanita ruas palpus
mengecil
 Sayap Anophelini memiliki sisik-sisik sayap yang membentuk gambaran hitam putih
dan bagian ujung sisik sayap membentuk lengkungan
Daur Hidup (nice to know= gak usah digambar)

 Nyamuk Anophelini mengalami metamorphosis sempurna


 Telur diletakkan oleh nyamuk betina, menetas menjadi larva yang nantinya
melakukan pengelupasan kulit sebanyak 4 kali

 Larva tersebut lalu tumbuh menjadi pupa dan akhirnya menjadi nyamuk dewasa
jantan atau betina
 Dari telur sampai dewasa, kurang lebih butuh waktu 2-5 minggu tergantung pada
spesies, nutrisi dan keadaan lingkungan

 Terdapat 3 tempat perindukan nyamuk Anophelini yaitu kawasan pantai (An.


sundaicus), pedalaman (An. aconitus, An. barbirostris, An. Subpictus, An. Nigerrimus,
An. Sinensis), dan gunung (An. maculatus)

Perilaku Anophelini

 Aktivitas dari nyamuk Anophelini dipengaruhi kelembaban udara dan suhu


lingkungan
 Pada umumnya nyamuk Anophelini aktif menghisap darah pada malam atau senja
hari
 Jarak terbang Anophelini mencakup 0,5 – 3 km dipengaruhi angina dan keadaan
lingkungan
 Umur nyamuk Anophelini di alam bebas belum bisa diketahui pasti, namun di
laboratorium nyamuk Anophelini bisa hidup 3 – 5 minggu
Epidemiologi

 Nyamuk Anophelini dikatakan sebagai vector malaria bila ditemukan sporozoit


malaria di dalam kelenjar liurnya
 Faktor dalam menentkan vector di suatu daerah endemi malaria antara lain :
o kebiasaan nyamuk Anophelini menghisap darah manusia
o lama hidup nyamuk betina dewasa yang lebih dari 10 hari
o kepadatan spesies Anophelini yang lebih banyak daripada spesies nyamuk
lain
o hasil percobaan lab dalam menunjukkan kemampuan Plasmodium menjadi
stadium sporozoit
 Prevalensi kasus malaria tergantung pada spesies nyamuk yang menjadi vector serta
kondisi lingkungan dan cuaca
 Pemberantasan malaria dapat dilakukan dengan beberapa cara antara lain :
o Mengobati penderita malaria
o Menghindari kontak antara manusia dan nyamuk, salah satunya dengan
penggunaan kelambu
o Mengadakan penyuluhan tentang sanitasi lingkungan dan pendidikan
kesehatan
Gejala dari Malaria

Gejala-gejala awal dari malaria adalah:

• Demam tinggi

• Sakit kepala

• Berkeringat dingin

• Mual dan muntah-muntah

• Nyeri otot

MIKOLOGI

 Mikologi adalah ilmu yang mempelajari tentang jamur


 Mikologi kedokteran adalah ilmu yang mempelajari tentang jamur serta
penyakitnya pada tubuh manusia
 Penyakit yang disebabkan jamur disebut dengan Mikosis
 Berdasarkan letaknya, mikosis terbagi menjadi mikosis superfisialis & mikosis
sistemik/profunda
 Mikosis superfisialis adalah mikosis yang mengenai permukaan tubuh
 Mikosis sistemik adalah mikosis yang mengenai bagian dalam dan organ tubuh
 Jamur adalah tumbuhan berbentuk sel atau benang bercabang, mempunyai dinding
sel serta protoplasma, dan tidak memiliki klorofil
 Jamur pada umumnya memiliki sifat sebagai berikut :
o Menggunakan enzim tertentu untuk mengubah dan mencerna zat organic
o Enzim jamur dapat mengubah selulosa, karbohidrat dan zat organic lainnya
o Bersifat saprofit atau parasit
o Tumbuh optimal di lingkungan lembab
o Bersifat heterotroph
 Jamur dapat menghasilkan Spora yang dapat dibentuk secara seksual dan aseksual
(thallospora)
 Jamur terdiri atas beberapa kelas Jamur berdasarkan sifat koloni, hifa dan spora yang
dibentuk

Morfologi umum jamur

• Khamir terdiri dari sel-sel berkembangbiak dengan tunas atau koloni basah dan
berlendir (terdapat khamir yang bertunas dan dapat membentuk tunas yang terus
bertunas hingga menyusun hifa semu)

• Kapang terdiri dari sel-sel bercabang yang disebut hifa, dan umumnya membentuk
koloni yang menyerupai kapas

o Hifa ada yang bersekat (multiselluler) dan tidak bersekat (coenocytic)


o Hifa akan teranyam menjadi miselium

Macam Thallospora

 Blastospora : berbentuk tunas pada permukaan sel, ujung hifa atau sekat hifa
 Artrospora : spora dibentuk lansung dari hifa dengan banyak septum dan
berfragmentasi sehingga menjadi banyak dan berdinding tebal
 Klamidospora : dibentuk pada hifa di ujung (terminal), di tengah (interkaler),
dan yang menonjol ke lateral
 Aleuriospora : dibentuk di konidiofora. Terbagi menjadi mikro dan makro
aleuriospora
 Sporangiospora : spora dibentuk di ujung hifa yang menggelembung, disebut
sporangium

Macam –macam Spora

• Zigospora : dibentuk oleh dua hifa sejenis

• Oospora : dibentuk oleh dua hifa tak sejenis

• Askospora : terdapat di dalam askus yang dibentuk dua sel atau hifa

• Basidiospora : dibentuk pada basidium sebagai hasil penggabungan dua jenis hifa

Pembagian Kelas Jamur


• Myxomycetes : Bentuk vegetatif dari sel-sel yang motil. Pada stadium lanjut, akan
bergabung dan membentuk bagian-bagian yang mirip sporulasi jamur

• Chytridiomycetes : kapang yang mempunyai hifa senositik. Contohnya


(Rhinosporidium seeberi)

• Zygomycetes : kapang berhifa senositik. Genus-genus ordo Mucorales dan classs


zygomycetes antara lain Mucor, Rhizopus, Absidia, Mortierella, dan Cunninghamella

• Ascomycetes : Kapang yang membentuk askospora dalam askus contohnya


Saccharomyces cerrviceae

• Basidiomycetes : Kapang yang membentuk basidiospora contohnya Volvariela


volvacea

• Deuteromycetes : Kelas bagi semua kapang yang belum dikenal stadium seksualnya

Candidosis/Candidiasis

Tentang Candidosis

 Penyakit ini pertama kali dilaporkan oleh Gruby pada tahun 1842
 Candidosis adalah penyakit jamur yang mengenai kulit, kuku, selaput lender dan alat
dalam yang disebabkan jamur dari spesies Candida
 Candida termasuk mikosis profundal
 Candida Merupakan jamur dimorfik (bentuknya bisa kapang bisa khamir)
 Candida Membentuk hifa semu saat bereproduksi
 Candida Berbentuk khamir saat di lingkungan asam
 Candida Berbentuk kapang saat lingkungan ph netral
 Spesies yang biasa ditemukan pada manusia antara lain C. Albicans, C. tropicalis, C.
Krusei, dan C. parapsilosis

Taksonomi Candida

• Kerajaan : Fungi

• Filum : Ascomycota

• Upafilum : Saccharomycotina

• Kelas : Saccharomycetes

• Ordo : Saccharomycetales

• Family : Saccharomycetaceae
• Genus : Candida

• Spesies : Candida sp.

Patologi dan gejala Klinis

 Candida bisa ditemukan pada mulut orang sehat, tinja, kulit dan di bawah kuku
 Candida menimbulkan penyakit saat pertumbuhannya tidak normal yang
dipengaruhi faktor predisposisi yang menguntungkan bagi pertumbuhan jamur atau
saat kondisi lingkungannya sesuai bagi tumbuhnya jamur seperti pada keadaan
lembab
 Terdapat 3 faktor predisposisi :
o Faktor fisiologis  umur dan siklus menstruasi dan kehamilan
o Faktor Non-fisiologis  Malnutrisi, defisiensi imun, trauma, kanker
 Candidosis sering ditemukan di daerah kulit, kuku, dan selaput lendir

Candidosis di selaput lendir

 Sering ditemukan pada bayi dengan bercak putih di bibir, lidah atau selaput lendir
mulut
 Bisa juga ditemukan pada orang dewasa yang memiliki factor predisposisi
 Sering disertai Candidosis intestinal dengan gejala perut kembung dan terkadang
diare serta diaper rash pada bayi
 Pada wanita Candida dapat menimbulkan vaginitis yang dapat menimbulkan rasa
gatal atau bertambahnya keputihan saat sebelum haid
 Pada selaput lendir saluran napas, Candida dapat menimbukan batuk dan bila jamur
sudah masuk ke parenkim paru bisa menimbulkan gejala seperti tumor paru
 Pada kandung kencing,Candida juga dapat menimbulkan kelainan yang ditandai
dengan rasa sakit di darah kandung kencing, rasa nyeri atau panas saat kencing serta
urin yang keruh dan terkadang disertai peningkatan suhu badan
 Candidosis pada selaput lendir sering disebabkan kurangnya perhatian terhadap
kebersihan diri, tercemar dari kuku atau air yang digunakan saat defekasi, serta
adanya factor predisposisi pada penderita
 Pada vaginitis candida penyebaran juga dapat terjadi melalui hubungan seksual

Diagnosis Candidosis

Diagnosis adanya Candidosis bila ditemukan Candida dalam jaringan atau dalam
darah, urin, cairan abses, dan bahan klinis lainnya. Diagnosis juga bisa ditegakkan melalui
pemeriksaan kerokan kulit yang terinfeksi dan juga tinja.
Cara diagnosis Candidosis dengan mengamati sampel bahan klinis yang diambil dari
penderita dengan menggunakan mikroskop. Dalam pengamatan sampel selain urin dan
tinja, diperlukan satu tetes KOH 10% dan pemanasan di atas api untuk dapat melihat sel
ragi atau hifa jamur Candida

Pengobatan Candidosis

 Untuk kelainan di kulit dan selaput lendir, bisa menggunakan derivat azol,
klotrimazol, mikonazol, ekonazol, bifonazol, isokonazol, dan tiokonazol
 Untuk kelainan sistemik bisa dengan menggunakan Nistatin untuk saluran cerna,
Amfoterisin-B untuk mulut, dan Flukonazol bila Candidosis sudah dalam stadium
lanjut

PROTOZOOLOGI

 Definisi Protozoologi KEDOKTERAN= Ilmu yang mempelajari tentang hewan bersel


satu yang hidup sendiri atau dalam bentuk koloni yang dapat menyebabkan penyakit
di manusia.
 Memiliki dua stadium :
o Tropozoit  bentuk aktif & ploriferatif yang mampu bergerak dan makan
o Kista  bentuk tidak aktif dan kehilangan daya motilitasnya
 Memiliki berbagai macam bentuk : bulat, lonjong, simetris, bilateral
 Protozoologi terdiri atas inti & sitoplasma
 Inti dibedakan menjadi 4: Inti entameba, endolimaks, iodameba, dan dientameba
 Sitoplasma terbagi menjadi 2 :
o Endoplasma = Bagian dalam yang besar, mengurus gizi sel,
reproduksi,makanan cadangan yang berisi vakuol kontraktil, benda asing, dan
benda kromatoid
o Ektoplasma = Bagian luar yang tipis dan tampak jernih & homogen yang
berfungsi sebagai alat pergerakan, mengambil makanan, ekskresi, bertahan
diri, dan respirasi
 Memiliki alat gerak yang terdiri atas :
o Pseudopodium
o Flagel
o Cillia
o Membrane bergelombang
 Protozoa menghasilkan sekret berupa enzim digestif, hemolisin, sitosilin, pigmen,
enzim proteolitik, dinding kista serta zat antigen dan toksik
 Protozoa bereproduksi secara seksual & aseksual
 Pembiakan aseksual :
o Belah pasang (Ameba, ciliata, mastigphora)
o Skizogoni (terbentuknya meiozit)
o Kista (mengeluarkan trofozit baru)
 Pembiakan seksual :
o Terjadi syngami  bersatunya 2 sel secara permanen atau tidak permanen
o Dibentuknya sel kelamin  makrogametosit & mikrogametosit menjadi
makrogamet dan mikro gamet
o Setelah terjadi pembuahan terbentuk zigot yang mampu membelah menjadi
banyak dan menjadi sporozoit  Sporogeni

Entamoeba histolytica
 Hospesnya adalah manusia
 Nama penyakit yang ditimbulkan aalah amebiasis
Taksonomi

Kingdom: Amoebozoa

Filum: Archamoebae
Subfilum: Conosa

Kelas: Tubulinea

Ordo: Amoebida

Famili: Entamoebidae

Genus: Entamoeba

Spesies: E. histolytica

Morfologi

 Mempunyai 3 stadium :
o Bentuk histolitika
o Bentuk minuta
o Bentuk kista
 Bentuk histolitika :
o Merupakan bentuk trofozoit
o Bersifat pathogen
o Berukuran 20-40 mikron  lebih besar dari bentuk minuta dan sel darah
merah
o Berinti entameba pada sitoplasma
o Ektoplasma bening terdapat di tepi sel
o Memiliki alat gerak berupa pseudopodium
o Bergerak dengan cepat
o Dapat hidup di jaringan usus besar, hati, paru, otak, kulit dan vagina
o Endoplasma berbutir halus, mengandung sel darah merah
 Bentuk minuta :
o Merupakan bentuk pokok bagi daur hidup
o Inti entamebanya terdapat pada endoplasma yang berbutir-butir
o Ektoplasma tampak nyata saat pseudopodium dibentuk
 Bentuk kista :
o Dinding kista membuat kista dapat bertahan terhadap pengaruh buruk
lingkungannya termasuk asam lambung
o Kista baru dicerna oleh usus halus sekaligus keluarnya minuta dari kista
o Bentuk kista dapat dibentuk kembali di rongga usus besar
o Berukuran 10-20 mikron dan berbentuk bulat atau lonjong
o Memiliki dinding kista dan inti entameba
o Pada kista muda, Terdapat benda kromatoid dan vakuol glikogen di
endoplasma
 Cara mengambil makanan :
o Melalui setiap tempat pada sitoplasma : osmosis
o Melalui peristoma
o Mengambil makanan dengan alat gerak  pseudopodium
Daur hidup

 Bentuk histolitika masuk mukosa usus besar dan mengeluarkan enzim


histolisin yang dapat menghancurkan jaringan (lisis)
 Bentuk histolitika juga dapat memasuki submukosa dengan menembus
lapisan muskularis mukosa  merusak usus  menimbulkan luka yang
disebut ulkus ameba
 Ulkus ameba tersebar di mukosa usus berbentuk seperti botol dengan lubang
sempit, dasar lebar, dan tepi tidak teratur
 Lisisnya jaringan oleh histolisin dapat menimbulkan peradangan di jaringan
sekitarnya
 Akibat gerakan peristaltic usus, bentuk histolitika dapat berpindah ke mukosa
usus sehat lain serta dapat keluar bersama tinja disentri
 Tinja disentri adalah tinja yang bercampur lendir dan darah

Gejala klinis

 Amebiasis intestinal :
o Ameabsis Kolon Akut : nyeri perut, diare, berat bada menurun
o Ameabsis Kolon Menahun: Rasa diare yang diselingi obstrapsi
 Amebiasis ekstra-intestinal : Abses hati, gangguan gastrointestinal, melalui aliran
darah menyebabkan abses paru dan otak
Diagnosis

 Amebiasis Kolon akut :


o Ditemukannya sindrom disentri disertai sakit perut
o Adanya gejala diare lebih dari 10 hari
o Ditemukannya E. histolytica dalam bentuk histolitika dalam tinja pada
pemeriksaan laboratorium
 Amebiasis kolon menahun :
o Terdapatnya diare ringan diselingi obstipasi
o Ditemukannya E. histolytica dalam bentuk histolitika dalam tinja pada
pemeriksaan laboratorium
 Amebiasis ekstra-intestinal :
o Adanya gejala berat badan menurun
o Badan terasa lemah, demam dan tidak nafsu makan
o Adanya pembesaran hati yang nyeri teka
o Ditemukannya E. histolytica dalam bentuk histolitika di biopsy dinding abses
pada pemeriksaan laboratorium
o Pada pemeriksaan darah menunjukkan adanya leukositosis
Pengobatan

 Emetin Hidroksida  untuk amebiasis hati, efektif terhadap bentuk histolitika


 Klorokuin  untuk ambiasis hati, efektif terhadap bentuk histolitika
 Antibiotik  untuk amebiasis secara umum,
 Metronidazole  efektif terhadap bentuk histolitika dan kista

Imunitas terhadap parasit

Respon imun bawaan

 Berbagai parasit termasuk cacing dan protozoa mengaktifkan respon imun bawaan
melalui mekanisme yang berbeda
 Mikroba juga dapat beradaptasi dan menjadi resisten terhadap sistem imun pejamu
agar tetap hidup
 Repson imun bawaan utama terhadap protozoa melalui fagositosis oleh makrofag
 Beberapa protozoa dapat hidup dalam makrofag
 Pada cacing, fagosit menyerang cacing dengan melepas bahan mikrobisidal untuk
membunuh mikroba yang lebih besar dari sel fagosit
 Banyak cacing yang masih dapat tahan terhadap aktivitas neutrophil dan makrofag
 Imunitas bawaan yang dibentuk dari parasite adalah berperannya eosinophil
dikapiler sekitar parasite

Respon imun adaptif

 Seperti pada respon imun bawaan, respon imun adaptif pada parasite juga beragam
sesuai dengan struktur, sifat hidup, patogenitas, dan sifat biokimiawinya
 Parasit diduga melepas antigen-antigen yang mampu merangsang pembelahan sel B
 Pada infeksi cacing, aktivasi sel T helper 2 berperan besar serta dibantu oleh sel mast
jaringan

 Sel T melalui T Cell Receptors-nya akan mengenali parasite atau antigen yang dibawa
oleh Antigen Presenting Cells dengan menggunakan MHC II
 Sel T yang sudah mengenali antigen atau parasite mengaktifkan sel Th2 CD4+ yang
melepas Interleukin ( IL) yang diantaranya ada IL-4 dan IL-5
 IL-4 merangsang produsi Immunolobulin E (IgE) sebagai antibody yang akan
menempel pada antigen dan diikat oleh eosinofil
 IL-5 merangsang perkembangan dan aktivasi eosinophil sehingga mensekresi granul
enzim yang lebih efektif melawan parasit dibandingkan ROI atau enzim proteolitik
yang dihasilkan sel makrofag dan neutrophil
 Cacing juga dapat dikeluarkan dari tubuh melalui gerakan usus yang diinduksi diare
akibat pencegahan absorbsi natrium oleh histamine dan prostaglandin asal sel mast
saat infeksi
 Peningkatan eosinophil dalam tubuh menyebabkan kondisi eosinophilia di tubuh dan
plasma darah yang menandakan adanya infeksi oleh parasite
(eosinophil itu imunitas bawaan atau innate yaa…)
INTINYA,

Selalu inget respon imun itu bekerja saling melengkapi, tidak ada respon imun adaptif tanpa
adnya respon imun bawaan dan gak ada respon imun bawaan yang kuat tanpa adanya
respon imun adaptif,

Jadi cari dulu respon imun bawaan untuk parasite apa, trus abis itu cari yang adaptif apa.
Kalo udah ketemu komponennya sekarang coba hubungin pake prinsip kerja diatas. Selamat
Belajar Imun 

Anda mungkin juga menyukai