Anda di halaman 1dari 17

MENGENAL

TUNADAKS
A
Kelompok 5 :
Elza Dharma Pratiwi (21.0305.0043)
Kusumaningsih Tri Wulandari (21.0305.0050)
Indah Noviana Sari (21.0305.0054)
POKOK PEMBAHASAN
 Pengertian Tunadaksa

 Klasifikasi Tunadaksa

 Karakteristik Tunadaksa

 Etiologi

 Jenis Rehabilitasi Tunadaksa

 Dampak Penderita Tunadaksa

 Model Layanan Pendidikan bagi Penderita Tunadaksa

 Tujuan BK bagi Anak Tunadaksa


PENGERTIA
N
Tunadaksa sering disebut dengan istilah cacat tubuh, cacat fisik
dan cacat ortopedi. Istilah Tunadaksa berasal dari kata Tuna yang
berarti kurang atau rugi dan daksa yang berarti tubuh. Merupakan
seseorang yang memilki anggota tubuh tidak sempurna.

Merupakan keadaan dimana terjadinya kerusakan atau


terganggu diakibatkan adanya gangguan pada tulang, otot, dan
sendi dalam fungsinya yang normal. Gangguan tersebut bisa
disebabkan oleh penyakit, kecelakaan, dan bawaan sejak lahir.
( White House Conference, 1931 ).
KLASIFIKASI
Ha lahan & Kauffman (1991 ) mengklasifikasikan karakteristik pada anak yang menderita
tunadaksa dengan mengkategorikan sebagai penyandang tunadaksa ortopedi
( Orhtopedically handicapped) dan anak tunadaksa saraf ( neurologically handicapped ).
 Tunadaksa Ortopedi (Orthopedically Handicapped )
Anak yang mengalami kelainan , kecacatan tertentu pada bagian tulang, otot tubuh dan persendian
yang sudah dialami sejak lahir( congenital ) maupun diakibatkan kecelakaan.
Merupakan seseorang yang mengalami gangguan pada susunan saraf otak. Hal itu akan
berakibat pada organisme fisik, emosi dan mental. Adanya luka pada bagian otak tertentu
akan mengakibatkan gangguan perkembangan dan kesulitan dalam beraktivitas dan
ketidakmampuan melakukan kegiatan. Salah satu kelainan fungsi otak dapat dilihat pada
penderita Cerebral Palsy (CP). Cerebral Palsy merupakan gangguan motoric pada otak.
Anak cerebral palsy dikelompokkan menjadi hemiplegia, diplegia, quadriplwgia, athetoid,
dystonic, ataxic. Anak yang mengalami cerebral palsy ditandai dengan kelainan gerak,
sikap atau bentuk tubuh, gangguan koordinasi, kadang juga disertai gangguan psikologis
dan sensoris yang disebabkan saat otak mengalami perkembangan ada kerusakan maupun
kecacatan. Cerebral palsy diklasfikasikan menjadi ringan, sedang, dan berat. Menurut letak
kelainan diotak dan fungsinya dibedakan menjadi spastik, dyskenisia, ataxia dan campuran
( sesorang dengan kelainan dua atau lebih )
KARAKTERIST
IK
 Karaktersitik Akademik
Anak yang mengalami tunadaksa ortopedi memiliki kecerdasan yang normal dan dapat
mengikuti pelajaran sedangkan anak tunadaksa saraf ( mengalami kelainan pada system
cerebral ) kecerdasannya mulai dari tingkat idiocy sampai gifted.
45% anak cerebral palsy mengalami keterbelakangan mental ( tunagrahita ), 35% mempunyai
tingkat kecerdasan normal dan diatas normal. Sisanya berkecerdasan dibawah rata-rata.
( Hardman (1990)).

 Karakteristik Sosial / Emosional


Mereka merasa dirinya cacat, tidak berguna, dan merasa dirinya beban bagi orang lain. Hal
tersebut menyebabkan mereka malas belajar, bermain, berinteraksi dengan orang lain. Pada
kegiatan jasmani yang dilakukan anak tunadaksa akan mengakibatkan timbulnya problem emosi
( mudah tersinggung, mudah marah, rendah diri, kesulitan bergaul, pemalu, menyediri, frustasi ).
Akibatnya, mereka akan kurang percaya diri dan kesulitan dalam beradaptasi dengan lingkungan.

 Karaktersitik Fisik / Kesehatan


Selain adanya gangguan pada tubuh, anak tunadaksa juga mengalami gangguan lain seperti sakit
gigi, berkurangnya
ETIOLOGI
 Sebelum Lahir ( Fase Prenatal )
Keruskan terjadi pada saat bayi dikadungan dan disebabkan oleh factor :
 Infeksi atau penyakit yang menyerang saat mengandung dan menyerang otak bayi.
 Kelainan kandungan dapat merusak pembentukan saraf didalam otak.
 Bayi didalam kandungan terkena radiasi yang akan memengaruhi system saraf pusat sehingga struktur
maupun fungsinya terganggu.
 Saat mengandung, ibu mengalami trauma yang berakibat terganggunya pembentukan system saraf pusat.

 Saat Kelahiran ( Fase Natal / Perinatal )


 Proses melahirkan yang terlalu lama dan bayi akan mengalami kekurangan oksigen. Akan berakibat pada
terganggunya system metabolisme dalam otak bayi dan jaringan saraf pusat mengalami kerusakan.
 Pemakaian alat bantu forceps saat proses kelahiran dapat merusak jaringan saraf otak pada bayi
 Pemakaian anestesi yang melebihi ketentuan.

 Setelah Proses Kelahiran ( Fase Posnatal ) bayi mulai dilahirkan-5 tahun.


 Kecelakaan / trauma kepala, amputasi.
 Infeksi penyakit yang menyerang otak.
JENIS REHABILITASI TUNA DAKSA

• Rehabilitasi Medis (pertolongan dokter dan bantuan alat penguat tubuh, serta alat tubuh tiruan).
Teknik yang digunakan (operasi ortopedi, fisioterapi, activites in daily living (ADL), occupational
therapy, dll)

• Rehabilitasi Vokasional (rehabilitasi penderita kelainan fungsi tubuh bertujuan memberi


kesempatan anak tunadaksa untuk bekerja).
Rehabilitasi vokasional, antara lain counseling, revalidasi, vocational, assesment, teamwork, vocational
training, placement, dan follow up.

• Rehabilitasi Psikososial ( rehabilitasi yang dilakuan dengan harapan penyandang tunadaksa dapat
mengurangi dampak psikososial yang kurang menguntungkan bagi mereka).
Dampak Anak Tunadaksa
1. Dampak Aspek Tunadaksa
Anak tunadaksa yang mengalami kelainan pada sistem saraf otak. Hardman (1990) mengemukakan
bahwa 45% anak ceberal palsy mengalami keterbelakangan mental, 35% mempunyai tingkat
kecerdasan normal dan di atas rata-rata. P. Seibel (1984) tidak menemukan hubungan secara langsung
antara tingkat kelainan fisik dengan kecerdasan anak. Anak Ceberal Palsy juga mengalami kelainan
persepsi dan kognisi.
2. Dampak Sosial Emosi
Dampak social emosi anak tunadaksa bermula pada konsep diri mereka yang merasa bahwa dirinya
cacat, tidak berguna, dan menjadi beban orang lain. Kehadiran anak cacat yang tidak diterima oleh
orang tua dan disingkirkan dari masyarakat akan merusak perkembangan pribadi anak.
3. Dampak Fisik dan Kesehatan
Dampak fisik dan Kesehatan anak tunadaksa selain mengalami cacat secara fisik tubuh adalah
kecenderungan mengalami gangguan pendengaran, gangguan melakukan aktivitas sehari-hari, dan
juga mengalami aphasia sensoris.
Empat tahap reaksi orang tua terhadap kelainan yang terjadi pada anaknya (Shontz dalam sunardi,
1994), sebagai berikut :
1. Orang tua merasa terpukul dan syok dengan kondisi anaknya.
2. Tahap di mana orang tua merasa ragu terhadap kemampuannya dalam merawat anak, perasaan benci
terhadap diri sendiri dan merasa berdosa.
3. Tahap menghindari dari kenyataan dan menyerahkan anaknya ke panti.
4. Tahap pengakuan di mana orang tua mulai memelihara anaknya dengan jalan mencari informasi dan
berkonsultasi pada para profesional.
Intervensi Anak Tunadaksa
Dalam dunia Pendidikan pada prinsipnya guru mempunyai peranan ganda.
Di satu pihak guru berfungsi sebagai pengajar, pendidik, dan pelatih bagi
anak didik. Di pihak lain, guru berfungsi sebagai pengganti orang tua murid
di sekolah. Dengan demikian, secara tidak langsung mereka dituntut untuk
menjadi manusia serbabisa dan serbabiasa.
Pelayanan terapi yang diperlukan anak tunadaksa antara lain sebagai berikut.
1. Latihan wicara (speech therapy)
2. Fisioterapi
3. Occupational therapy
4. Hydro Theraphy
Model Pelayanan Pendidikan Anak Tunadaksa
France P. Connor (1995) mengemukakan sekurang-kurangnya ada 7 aspek yang perlu
dikembangkan pada diri masing-masing anak tunadaksa melalui pendidikan, yaitu:
1. Pengembangan intelektual dan akademik
2. Membantu perkembangan fisik
3. Meningkatkan perkembangan emosi dan penerimaan diri anak
4. Mematangkan aspek social
5. Mematangkan moral dan spiritual
6. Meningkatkan ekspresi diri
7. Mempersiapkan masa depan anak
Adapun prinsip program pendidikannya meliputi hal-hal berikut:
8. Keseluruhan anak (All the children)
9. Kenyataan (Reality)
10. Program dinamis (A dynamic program)
11. Kesempatan yang sama (Equality of opportunity)
12. Kerja sama (cooperative)
MODEL PELAYANAN PENDIDIKAN
1. Sekolah Khusus. Di sekolah khusus pelayanan Pendidikan terbagi menjadi dua yaitu sekolah khusus untuk anak
tunadaksa ringan (SLB-D) dan sekolah Khusus untuk anak tunadaksa sedang (SLB-D1).
2. Sekolah terpadu atau inklusi. Bagi anak tunadaksa dengan problem penyerta relatif ringan dan tidak disertai dengan
problem penyerta retardasi mental akan sangat baik jika sedini mungkin pelayanan pendidikannya disatukan
dengan anak-anak normal lainnya di sekolah regular atau sekolah umum. Karena anak tunadaksa tersebut sudah
dapat mengatasi problem fisik maupun intelektual serta emosionalnya.
Peran Bimbingan Konseling Bagi Anak Tunadaksa
Bimbingan dan konseling anak tunadaksa adalah bantuan yang diberikan oleh seseorang kepada anak yang mengalami
ketunadaksaan dalam menumbuhkan rasa percaya diri, harga diri, dan kemampuan diri untuk menghadapi perubahan-
perubahan yang terjadi pada diri dan lingkungannya agar mampu mandiri.

a. Tujuan Bimbingan dan Konseling


1) Membantu anak didik agar secara sosioemosional dapat memulai masa transisi dari kehidupan di rumah ke kehidupan di
lingkungan sekolah.
2) Membantu anak tunadaksa untuk mengurangi atau menghilangkan secara bertahap kebiasaan buruk dan memupuk
kebiasaan yang baik
3) Membantu siswa dalam memahami dirinya (kelebihan, kekurangan, dan kelainan yang disandang) maupun
lingkungannya
4) Membantu siswa untuk mengatasi kesulitan-kesulitan yang dihadapinya baik dalam perkembangan Pendidikan maupun
pilihan karier
Ruang Lingkup Bimbingan Dan Konseling Anak Tunadaksa
Ruang lingkup layanan bimbingan dan konseling pada satuan Pendidikan luar biasa, menekan pada 4 bidang sebagai
berikut.
a. Bimbingan dan konseling pribadi-sosial
b. Bimbingan dan konseling belajar
c. Bimbingan dan konseling karier
d. Bimbingan dan konseling penggunaan waktu luang

Pendekatan Bimbingan Dan Konseling Anak Tunadaksa


Pendekatan layanan bimbingan dan konseling yang paling tepat dilaksanakan di sekolah adalah bimbingan dan
konseling yang bersifat mengembangkan. Adapun jenis kemampuan yang setidaknya dikuasai guru Pendidikan luar
biasa, meliputi hal-hal berikut.
e. Kemampuan mengelola kegiatan belajar mengajar
f. Kemampuan melaksanakan bimbingan dan konseling belajar
g. Kemampuan menjadi penghubung antara sekolah dan masyarakat
h. Kemampuan mengelola administrasi kelas

Teknik Layanan Pada Bimbingan Dan Konseling Anak Tunadaksa


Dilihat dari sumber inisiatif dalam memberikan layanan, maka Teknik bimbingan dan konseling dapat dibedakan
menjadi beberapa macam.
i. Teknik direktif
j. Teknik nondirektor
k. Teknik elektrik
1. https://youtu.be/ND6ESbmJwWk
2. https://vt.tiktok.com/ZSRc6XVD4/
Terima Kasih

Anda mungkin juga menyukai