Anda di halaman 1dari 25

DAFTAR ISI

Table of Contents
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 2

A. Latar Belakang ................................................................................................... 2

B. Rumusan Masalah .............................................................................................. 3

C. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 4

D. Manfaat Penulisan .............................................................................................. 4

BAB II KAJIAN TEORI .............................................................................................. 5

A. Pengertian Berkesulitan Belajar ......................................................................... 5

B. Klasifikasi Kesulitan Belajar ............................................................................. 7

C. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar .................................................................... 8

1. Faktor internal ................................................................................................ 9

2. Faktor Eksternal ........................................................................................... 10

BAB III IDENTIFIKASI KASUS .............................................................................. 12

A. Identitas Anak .................................................................................................. 12

B. Pelaksanaan Observasi ..................................................................................... 12

C. Kondisi Objektif Anak ..................................................................................... 13

BAB IV ANALISIS KASUS ..................................................................................... 15

A. Analisis kasus Membaca .................................................................................. 15

B. Analisis Kasus Menulis.................................................................................... 16

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 1


BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Dalam suatu pembelaran pasti terdapat sesuatu yang menghambat dalam
proses belajar mengajar. Baik itu hambatan yang disebabkan oleh faktor eksternal
ataupun internal. Kebanyakandari guru cenderung tidak bisa membedakan mana
yang memiliki kesulitan belajar dan tunagrahita, anak-anak yang lambat belajar
disebutkan oleh guru sebagai anak tunagrahita. Namun semua itu salah, tidak bisa
disebutkan semua yang lambat belajarnya adalah anak tunagrahita.

Anak berkesulitan belajar merupakan bagian yang tidak terpisahkan dari


anak luar biasa. Oleh karena itu perlu, perlu adanya pemahaman terhadap anak
berkesulitan belajar ditinjau dari segala aspek yang berkaitan. Sehingga dapat
memberikan gambaran yang luas terhadap pemahaman anak berkesulitan belajar.

Dalam memahami persoalan anak berkesulitan belajar terdapat tiga aspek


yang sangat penting dan mempengaruhi proses belajar anak yaitu , menulis,
membaca dan berhitung. Disini penulis melihat dari ketiga aspek ini, jika salah
satu aspek anak kesulitan maka anak itu mengalami kesulitan belajar dalam hal
tertentu, contoh anak kesulitan belajar dalam hal berhitung. Jika ketiga aspek
tersebut ternyata anak mengalami kesulitan belajar dalam keseluruhan patut
dicurigai anak tersebut mengalami tunagrahita, namun cek dahulu IQ anak
sebelum memberikan label terhadap anak.

Persoalan anak kesulitan belajar di Indonesia merupakan persoalan yang


baru. Dalam kehidupan sehari-hari sering ditemukan adanya penggunaan istilah
mengenai hakikat kesulitan belajar secara keliru, banyak orang termasuk sebagian
besar para guru, tidak dapat membedakan antara kesulitan belajar dengan
tunagrahita. Tanpa memahami hakikat kesulitan belajar, akan sulit pula

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 2


menentukan jumlah anak berkesulitan belajar sehingga pada gilirannya juga sulit
untuk membuat kebijakan pendidikan bagi mereka.

Dengan memahami hakikat kesulitan belajar, jumlah dan klasifikasi


mereka dapat ditentukan dan strategi penanggulangannya yang efektif dan efisien
dapat dicari. Oleh karena itu para calon guru bagi anak berkesulitan belajar perlu
memahami apa itu kesulitan belajar sebelum melakukan pengkajian yang lebih
mendalam tentang pendidikan mereka. Dalam hal ini penulis akan mencoba
melakukan observasi terhadap suatu sekolah untuk mencari anak berkesulitan
belajar itu seperti apa dalam proses pembelajarannya.

B. Rumusan Masalah
Berdasarkan uraian latar belakang di atas, untuk lebih fokus dalam
penulisa makalah ini, maka penulis dapat merumuskan permasalahan, yaitu
sebagai berikut:

1. Bagaimana definisi kesulitan belajar?


2. Apa saja yang termasuk pada klasifikasi kesulitan belajar?
3. Faktor-faktor apa yang menyebabkan kesulitan belajar?
4. Identifikasi Anak Berkesulitan Belajar dalam suatu sekolah dan analisis.

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 3


C. Tujuan Penulisan
Dari penulisan laporan ini diharapkan agar mahasiswa :
1. Mendeskripsikan konsep Learning Disabilty (Berkesulitan Belajar)
2. Identifikasi Kasus

D. Manfaat Penulisan
Adapun manfaat dari penulisan makalah ini adalah sebagai bahan
pembelajaran supaya penulis dan pembaca mengetahui tentang kesulitan belajar,
klasifikasi dan faktor penyebabnya, dalam menempuh pendidikan agar apa yang
disampaikan bisa dimengerti, dipahami dan lancar.

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 4


BAB II
KAJIAN TEORI

A. Pengertian Berkesulitan Belajar


Kesulitan belajar merupakan terjemahan istilah bahasa Inggris Learning
Disability. Terjemahan tersebut, sesungguhnya kurang tepat karena learning
artinya belajar dan disability artinya ketidakmampuan; sehingga terjemahan yang
benar seharusnya adalah ketidakmampuan belajar. Kesulitan belajar merupakan
suatu konsep multidisipliner yang digunakan di lapangan ilmu pendidikan,
psikologi, maupun ilmu kedokteran. Pada tahun 1963 Samuel A. Kirk untuk
pertama kali menyarankan penyatuan nama-nama gangguan anak seperti
disfungsi otak minimal (minimal brain dysfunction), gangguan neurologis
(neurological disorders), disleksia (dyslexia) dan afasia perkembangan
(developmental aphasia). Konsep tersebut telah diadopsi secara luas dan
pendekatan edukatif terhadap kesulitan belajar telah berkembang secara cepat,
terutama di negara-negara yang sudah maju.

National Advisory Committee for The Handicapped (1975), membuat


definisi Children with Specific Learning Disabilities, yaitu anak dengan gangguan
satu atau lebih proses psikologi dasar meliputi pemahaman atau penggunaan
bahasa, membaca atau menulis, berupa ketidakcakapan mendengar, berpikir,
memahami, membaca, menulis dan berhitung. Termasuk dalam terminologi ini
adalah, hambatan persepsi, cedera otak, disfungsi minimal otak, disleksia, dan
disfasia perkembangan. Tidak termasuk dalam terminologi ini adalah gangguan
pada sistem sensorik primer (gangguan primer penglihatan, pendengaran).

Menurut Warkitri dkk mengemukakan kesulitan belajar adalah suatu gejala


yang nampak pada siswa yang ditandai adanya hasil belajar rendah dibanding
dengan prestasi yang dicapai sebelumnya. Jadi, kesulitan belajar itu merupakan
suatu kondisi dalam proses belajar yang ditandai oleh adanya hambatan-

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 5


hambatan tertentu dalam mencapai hasil belajar. Menurut M. Alisuf Sabri
mengemukakan bahwa kesulitan belajar adalah kesukaran siswa dalam menerima
atau menyerap pelajaran disekolah, kesulitan belajar yang dihadapi oleh siswa ini
terjadi pada waktu mengikuti pelajaran yang disampaikan atau ditugaskan oleh
seorang Guru.

National Advisory Committee for The Handicapped (1975), membuat


definisi Children with Specific Learning Disabilities, yaitu anak dengan gangguan
satu atau lebih proses psikologi dasar meliputi pemahaman atau penggunaan
bahasa, membaca atau menulis, berupa ketidakcakapan mendengar, berpikir,
memahami, membaca, menulis dan berhitung. Termasuk dalam terminologi ini
adalah, hambatan persepsi, cedera otak, disfungsi minimal otak, disleksia, dan
disfasia perkembangan. Tidak termasuk dalam terminologi ini adalah gangguan
pada sistem sensorik primer (gangguan primer penglihatan, pendengaran).

Menurut Diagnostic and Statistical Manual of Mental Disoeders (DSM IV),


kesulitan belajar pada anak adalah anak dengan hasil yang dicapai dalam bidang
bahasa,membaca, menulis, berhitung, di bawah hasil yang semestinya dapat
dicapai sesuai dengan tingkat usia dan akademik atau anak dengan prestasi belajar
formal yang rendah. The United States Office of Education (USOE) yang dikutip
oleh Abdurrahman (2003 : 06) menyatakan bahwa kesulitan belajar adalah suatu
gangguan dalam satu atau lebih dari proses psikologis dasar yang mencakup
pemahaman dan penggunaan bahasa ajaran atau tulisan.

Kesulitan belajar merupakan suatu konsep multidisipliner yang digunakan


di lapangan ilmu pendidikan, psikologi, maupun ilmu kedokteran. Pada tahun
1963 Samuel A. Kirk pertama kali menyarankan penyatuan nama-nama gangguan
anak seperti disfungsi minimal otak (minimal brain dysfunction), gangguan
neurologis (neurological disorders), disleksia (dyslexia), dan afasia
perkembangan (developmental aphasia) menjadi kesulitan belajar (Mulyono

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 6


Abdurrahman,1995:9). Konsep ini diadopsi secara luas oleh berbagai disiplin
ilmu dalam upaya memahami dan mendalami kesulitan belajar bagi
perkembangan ilmu mereka.

B. Klasifikasi Kesulitan Belajar


Membuat klasifikasi kesulitan belajar tidak mudah, karena kesulitan belajar
merupakan kelompok kesulitan yang heterogen. Tidak seperti tunanetra,
tunarungu atau atau tunagrahita yang bersifat homogen. Kesulitan belajar
memiliki banyak tipe yang masing-masing memerlukan diagnosis dan remediasi
yang berbeda-beda. Betapa pun sulitnya membuat klasifikasi kesulitan belajar,
klasifikasi tampaknya memang diperlukan karena bermanfaat untuk menentukan
berbagai strategi pembelajaran yang tepat.
Secara garis besar kesulitan belajar dapat diklasifikasikan ke dalam dua
kelompok, sebagai berikut: (1) kesulitan belajar yang berhubungan dengan
perkembangan (developmental learning disabilities); dan (2) kesulitan belajar
akademik (academic learning disabilities). Kesulitan belajar yang berhubungan
dengan perkembangan mencakup gangguan motorik dan persepsi, kesulitan
belajar bahasa dan komunikasi, dan kesulitan belajar dalam penyesuaian perilaku
sosial. Kesulitan belajar akademik menunjuk pada adanya kegagalan-kegagalan
pencapaian prestasi akademik yang sesuai dengan kapasitas yang diharapkan.
Kegagalan tersebut mencakup penguasaan keterampilan dalam membaca,
menulis, dan atau matematika.
Kesulitan belajar akademik dapat diketahui oleh guru atau orang tua ketika
anak gagal menampilkan salah satu atau beberapa kemampuan akademik.
Sebaliknya, kesulitan belajar yang bersifat perkembangan umumnya sukar
diketahui, baik oleh orang tua maupun guru karena tidak ada pengukuran-
pengukuran yang sistematik seperti halnya dalam bidang akademik. Kesulitan
belajar yang berhubungan dengan perkembangan sering tampak sebagai kesulitan
belajar yang disebabkan oleh tidak dikuasainya keterampilan prasyarat, yaitu

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 7


keterampilan yang harus dikuasai lebih dahulu agar dapat menguasai bentuk
keterampilan berikutnya.
Meskipun beberapa kesulitan belajar yang berhubungan dengan
perkembangan sering berkaitan dengan kegagalan dalam pencapaian prestasi
akademik, hubungan antara keduanya tidak selalu jelas. Ada anak yang gagal
dalam belajar membaca yang menunjukkan ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi
perseptual motorik, tetapi ada pula yang dapat belajar membaca meskipun
memiliki ketidakmampuan dalam fungsi-fungsi perseptual motorik.
Untuk mencapai prestasi akademik yang memuaskan, seorang anak
memerlukan penguasaan keterampilan prasyarat. Anak yang memperoleh prestasi
belajar yang rendah karena kurang menguasai keterampilan prasyarat, umumnya
dapat mencapai prestasi akademik yang diharapkan setelah lebih dahulu anak
menguasai keterampilan prasyarat tersebut. Untuk dapat menyelesaikan soal
matematika bentuk cerita misalnya, seorang anak harus menguasai lebih dahulu
keterampilan membaca pemahaman. Untuk dapat membaca, seorang anak harus
sudah berkembang kemampuannya dalam melakukan diskriminasi visual maupun
auditif, ingatan visual maupun auditoris, dan kemampuan untuk memusatkan
perhatian.

C. Faktor Penyebab Kesulitan Belajar


Faktor yang dapat menyebabkan kesulitan belajar di sekolah itu banyak
dan beragam. Apabila dikaitkan dengan faktor-faktor yang berperan dalam
belajar, penyebab kesulitan belajar tersebut dapat kita kelompokkan menjadi dua
bagian besar, yaitu faktor yang berasal dari dalam diri siswa (faktor internal) dan
faktor yang berasal dari luar diri siswa (faktor eksternal).

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 8


Adapun faktor-faktor penyebab kesulitan belajar itu, dapat dikelompokkan
sebagai berikut:

1. Faktor internal
a. Faktor Fisiologi
Seorang anak yang sakit atau kurang sehat akan mengalami kelemahan
fisik, sehingga saraf sensorik dan motoriknya lemah akibatnya rangsangan
yang diterima melalui indranya tidak dapat diteruskan ke otak. Anak yang
kurang sehat akan mengalami kesulitan belajar, sebab ia mudah lelah, pusing,
mengantuk,daya konsentrasinya berkurang dan kurang bersemangat dalam
belajar.
Ahmad Thanthowi (1991 : 106) mengatakan: “Karena sakit-sakitan,
maka menjadi sering meninggalkan sekolah. Demikian juga dalam upaya
belajar di rumah frekuensi belajar dapat menjadi menurun. Maka badan yang
sehat dan segar amat berpengaruh bagi tercapainya sukses belajar.”
Gangguan serta cacat mental pada seseorang juga sangat mengganggu
hal belajar orang yang bersangkutan. Bagaimana orang dapat belajar dengan
baik apabila ia sakit ingatan, sedih, frustrasi atau putus asa.”
Bila seorang anak mengalami sakit yang lama, maka sarafnya akan
bertambah lemah, sehingga ia tidak dapat mengikuti pelajaran untuk beberapa
hari dan pelajarannya pun tertinggal. Selain itu cacat tubuh pun dapat
menyebabkan seorang anak mengalami kesulitan belajar.
b. Faktor Psikologi
Belajar memerlukan kesiapan rohani dan kesiapan mental yang baik,
dan yang termasuk dalam faktor psikologi adalah:
1) Inteligensi
2) Bakat
3) Minat
4) Motivasi

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 9


2. Faktor Eksternal
a. Faktor orang tua
Keluarga merupakan pusat pendidikan utama dan pertama, tetapi dapat
juga sebagai faktor penyebab kesulitan belajar. Dalam hal ini orang tua
memiliki peranan penting dalam rangka mendidik anaknya,karena pandangan
hidup, sifat dan tabiat seorang anak, sebagian besar berasal dari kedua orang
tuanya.
“Tugas utama keluarga dalam pendidikan anak ialah sebagai peletak
dasar bagi pendidikan akhlak dan pandangan hidup keagamaan. Sifat dan
tabi’at anak sebagian besar diambil dari kedua orang tuanya dan dari anggota
keluarga lain.” (Hasbullah, 1996 : 89)
Yang termasuk faktor ini antara lain adalah:
1) Bimbingan dan didikan orang tua
Orang tua yang tidak tahu atau kurang memperhatikan kemajuan belajar
anak-anaknya akan menjadi penyebab kesulitan belajar anak-anak
memerlukan bimbingan orang tua agar bersikap dewasa dan tanggung
jawab belajar tumbuh pada diri anak. Orang tua yang bekerja dapat
mengakibatkan anak tidak memperoleh bimbingan atau pengawasan dari
orang tuanya, sehingga anak akan mengalami kesulitan belajar.
2) Hubungan orang tua dan anak
Faktor ini penting sekali dalam menentukan kemajuan belajar anak. Kasih
sayang dari orang tua menimbulkan mental yang sehat bagi anak.
Kurangnya kasih sayang akan menimbulkan emosional insecurity.
Seorang anak akan mengalami kesulitan belajar apabila tidak ada atau
kurangnya kasih sayang dari orang tua.
3) Suasana rumah atau keluarga

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 10


Suasana rumah yang sangat ramai atau gaduh, mengakibatkan anak tidak
dapat belajar dengan baik. Anak akan selalu terganggu konsentrasinya,
sehingga sukar belajar.
4) Keadaan ekonomi keluarga

Selain faktor-faktor di atas, ada pula faktor-faktor lain yang juga dapat
menimbulkan kesulitan belajar yaitu sindrom psikologis berupa learning disability
(ketidakmampuan belajar) (syah, 1999 : 166).
Faktor-faktor tersebut adalah:
 Disleksia (dyslexia) yaitu ketidakmampuan belajar membaca.
 Disgrafia (dysgraphia) yaitu ketidakmampuan belajar menulis.
 Diskalkulia (discalculia), yaitu ketidakmampuan belajar matematika.

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 11


BAB III
IDENTIFIKASI KASUS

A. Identitas Anak
Nama Anak : Desta Agung Prasetya
Tempat, Tanggal Lahir : Bandung, 6 Juli 2008
Usia : 10 tahun
Agama : Islam
Alamat Peserta Didik : Jamika
Kelas : 4 SD
Sekolah : SD Negeri Jamika

B. Pelaksanaan Observasi
Observasi dilaksanakan selama 2 kali, 14 Mei 2018 untuk mencari anak
secara klasik dilihat dari rekomendasi guru, dan hasil pengamatan observer.
Selanjutnya observasi dilakukan pada tanggal 15 Mei 2018 di Sekolah anak

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 12


tersebut dan dilakukan pengujian identifikasi asesmen anak berkesulitan belajar
terhadap anak.

C. Kondisi Objektif Anak


Anak Sekarang bersekolah Di SD Negeri Jamika kelas 4. Dalam
pergaulannya dengan teman-temannya anak selalu aktif dalam bermain, tidak ada
kecanggungan dalam hal interaksi dengan teman sebayanya. Dalam kelas anak
cenderung lebih sering bermain-main. Anak tidak sungguh-sungguh dalam
belajar, dan anak terkadang tidak memperhatikan apa yang guru terangkan
didepan.
Terkadang tugas rumah juga tidak dikerjakan oleh anak, walaupun orang tua
sudah menyuruh anak untuk mengerjakan tugas rumahnya. Tetap saja anak tidak
mau mengerjakannya. Hal ini disebabkan karena anak ingin selalu bermain
dengan teman sekitarnya, anak suka sekali bermain bola dengan temannya.
Untuk Hal Calistung (Membaca, Menulis dan Berhitung) anak kesulitan
dalam hal menulis dan berhitung. Ini berdasarkan hasil pengamatan dan laporan
dari guru yang mengatakan hal seperti itu. Anak baru bisa membaca lancar ketika
anak kelas 3 SD, sebelumnya anak kesulitan untuk mengeja kata yang ada dan
terkadang lupa apa yang diucapkannya. Setelah anak diajarkan oleh guru dan
orang tuanya berkali-kali anak akhirnya bisa membaca dengan jelas dan lancar.
Dalam hal menulis, tulisan anak bisa terbaca namun harus dengan seksama
membacanya. Anak juga masih kebingungan dalam spasi untuk sebuah kata,
memang anak sudah bisa menulis dengan spasi yang benar antar tiap kata. Namun
di tiap huruf yang ditulisnya ada sedikit spasi yang terlihat jelas, sehingga tulisan
anak menjadi renggang dan besar-besar.
Anak tidak dapat membedakan ‘H’ besar dan ‘h’ kecil, ‘E’ besar dan ‘e’
kecil, ‘T’ besar dan ‘t’ kecil, dan huruf ‘y’ kecil terbalik dengan huruf ‘Y’ besar.
anak tidak bisa menulis tulisan tegak bersambung dengan benar. Seperti biasa
anak tidak bisa membedakan dimana posisi huruf kapital ditempatkan. Dalam

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 13


menulis angka anak kebingungan menempatkan ribuan sebagai contoh anak
seharusnya menulis ‘2008’ namun anak malah menulis ‘208’.
Dalam hal berhitung anak mengalami sedikit kendala, seperti anak tidak
bisa mengurutkan bilangan dari yang terkecil hingga yang terbesar, lalu dengan
kelasnya sekarang harusnya anak sudah bisa melakukan perkalian dan pembagian
yang paling mudah, namun anak kesulitan dalam melakukan operasi hitungnya.
Lalu faktor anak yang tidak ingin mengerjakan sesuatu jadi satu pemicu anak
menjadi malas dan tidak konsentrasi dengan apa yang dilakukannya.
Untuk hal lain seperti Motorik, Persepsi Visual, Persepsi Auditori, dan
Memori anak tidak mengalami hambatan yang serius. Anak dapat mengerjakan
LKS dengan benar. Hanya saja anak mengalami hambatan dalam aspek
konsentrasi, Atensi dan aspek Akademik ( CaLisTung). Anak memiliki kontak
mata yang kurang, anak terlihat jarang memperhatikan lawan bicaranya. Lalu
anak ada kebiasaan dalam mengetuk-ngetukkan pensil ke meja atau kemana pun.
Anak tidak dapat berkonsentrasi dengan waktu yang lama, anak mudah terganggu
dengan hal-hal yang berada disekitarnya.

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 14


BAB IV
ANALISIS KASUS

A. Analisis kasus Membaca


Pada kasus ini anak ketika diasesmen tidak kesulitan dalam membaca, anak
lancar membaca sesuai apa yang diperintahkan oleh asesor. Lembar kerja siswa
yang diberikan kepada anak bisa dibaca dengan mudah tanpa ada kesulitan sama
sekali untuk membaca hal tersebut. Namun anak masih bingung untuk membaca
kata vokal dan konsonan. Anak bingung ketika ditanya huruf vokal yang mana
anak tidak bisa menjawabnya, anak menjawab dengan cara menebak semua kata
yang dikeluarkan.
Dalam membaca walaupun anak sudah lancar membaca dalam berbagai
kalimat dan paragraph. Namun terkadang anak suka gugup dalam membaca
ketika dilihat oleh banyak orang. Kondisi anak membaca, anak membaca sangat
dekat dengan tulisan, namun masih tetap bisa membaca jauh yang berada dipapan
tulisnya dengan benar. Jika diperintahkan membaca paragraf yang ada di LKS
anak sangat dekat membacanya.
Hasil Lembar Kerja Siswa ( terlampir)

Skor anak Membaca =

225
× 100 % = 90,3 %
249

Dari hasil asesmen yang diberikan kepada anak, anak mendapatkan skor
sebesar 90,3 % yang berada dikisaran baik. Anak bisa membaca dengan benar
walau anak masih tersendat dalam membaca anak masih bisa membaca tulisan
atau kalimat yang ada dengan benar. Namun anak harus diberikan pemahaman
tentang apa itu huruf vokal dan konsonan, serta macam-macam kalimat.

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 15


B. Analisis Kasus Menulis
Dalam hal menulis anak kesulitan dalam menulis. Terlihat dari motorik
halus anak yang tidak bagus. Anak kesulitan dalam menalikan tali sepatu dan cara
memegang pensil anak yang teralu kuat. Anak memegang pensil dengan kuat dan
anak ketika menulis suatu kata dengan cara ditekan. Sehingga tulisan anak
menjadi besar-besar dan jarak tiap kata tidak beraturan.
Pengerjaan lembar kerja siswa oleh anak dimulai dari meniru garis yang
ada di LKS tersebut. Anak meniru garis lurus masih kurang bisa dan tidak sesuai
dengan garis yang semestinya ditiru. Anak cenderung menulis huruf h kapital
menyerupai huruf n Kapital (contoh tulisan anak terlampir pada lampiran). Lalu
huruf a yang menyerupai angka 6 terbalik yang jika dilihat seksama tidak seperti
huruf a. penulisan angka 8 pada anak juga sangat bervariasi tidak seperti kita yang
biasa menulis angka 8 dengan teknik yang sama, namun anak tersebut memliki
tekknik tersendiri dalam penulisan angka 8.
Tulisan anak dalam tegak bersambung sangatlah sulit dibaca dan
cenderung tidak rapih. Anak tidak tahu bagaimana cara menyambungkan kata
dengan benar hingga menjadi sebuah huruf. Walau pun sedang menulis tulisan
tegak bersambung anak selalu salah menempatkan posisi huruf kapital (contoh
tulisan anak ada pada lampiran).
Anak kesulitan dalam menempatkan posisi huruf kapital dalam kalimat,
terkadang anak menuliskan huruf kapital ditengah-tengah kata Contoh (HiDayat,
SuKaJadi,GumeLar, dsb). Anak cenderung melakukan hal tersebut berulang-
ulang, ketika diberi tahu oleh guru nya maka anak baru membenarkannya. Huruf
yang selalu anak tulis dengan huruf kapital adalah huruf “L” baik itu dimanapun
anak selalu menuliskan dengan huruf kapital. Huruf “r” pun selalu ditulis anak
hampir menyerupai huruf “L” atau “v” . lalu untuk huruf “h” yang terlihat seperti
huruf “n” (bisa dilihat di hasil kerja siswa). Hal tersebut selalu dilakukan anak

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 16


dengan berulang-ulang, karena tidak ada yang menegurnya maka anak selalu
menuliskan dengan seperti itu.
Anak juga selalu terburu-buru dalam menulis karena ingin cepat selesai
dalam suatu hal. Penempatan jarak tiap kata sudah benar namun ada jarak tiap
huruf dalam satu kata. Sehingga tulisan anak menjadi panjang dan besar. Ketika
anak diberikan cara menulis dengan ada garis pemabantu anak tetap kesulitan
menempatkan huruf seperti “p”’ “j” dan huruf lainnya yang harus ditulis sedikit
dibawah garis.
Untuk huruf cetak tulisan anak masih bisa terbaca namun harus seksama
berbeda dengan tulisan tegak bersambung anak yang sulit dibaca karena anak
kesulitan dalam hal tersebut. Anak selalu menambahkan kata “lah” pada sebuah
kata yang ada untuk dijadikan sebuah kalimat. Hal ini dikarenakan anak selalu
menggunakan kata tersebut dalam percakapan sehari-hari dengan lingkungan
sekitarnya.
Melihat usia anak yang sudah menginjak 10 tahun seharusnya anak sudah
bisa menulis dengan baik dan benar. Namun anak masih kesulitan dalam menulis,
anak dirumah memang jarang dilatih dalam hal motorik halusnya. Anak terbiasa
memegang benda dengan keras tanpa adanya kontrol yang benar. Ketika anak
didikte sebuah paragraph anak lambat merespon apa yang diucapkan oleh asessor
untuk nantinya dituliskan. Anak selalu bertanya kembali apa yang diucapkan oleh
asessor tersebut.
Hasil Asesmen anak (Ada dilampiran) :
Skor Anak =
85
× 100 % = 53,25 %
160

Dari hasil asesmen yang diberikan kepada anak, anak mendapatkan skor
sebesar 53,25% yang berada dikisaran cukup. Yang artinya anak cukup bisa
mengikuti pembelajaran yang ada dikelas. Namun ada beberapa aspek yang anak

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 17


mengalami kesulitan dalam hal menulis seperti aspek melatih anak menulis
tulisan tegak bersambung, penempatan huruf kapital, huruf dan angka yang masih
tidak sesuai dengan semestinya, cara penulisan kalimat yang masih kurang sesuai
dengan pola S-P-O-K, dan untuk pembelajaran yang menggunakan metode dikte
yang anak masih selalu bertanya dan kesulitan. Sehingga anak harus diberikan
penanganan dan bantuan dalam hal menulis anak sehingga anak tidak mengalami
kesulitan lagi.

A. Analisis Kasus Berhitung


Untuk kasus berhitung anak dalam pelaksanaannya bisa mengerjakan soal-
soal yang diberikan oleh assessor. Namun baru sebatas penjumlahan dan
pengurangan. Ketika diberikan soal berupa soal pembagian dan perkalian anak
kesulitan, padahal jika melihat dari kurikulum yang ada. Pada kelas tersebut
sudah diajarkan perkalian dan pembagian.
Anak tidak bisa mengurutkan bilangan dengan benar, terkadang anak lupa
dengan susunan bilangan. Dalam melakukan operasi hitung anak masih
menggunakan jari dalam membantu penghitungan seperti penjumlahan dan
pengurangan. Padahal soal yang diberikan masih bisa dihitung tanpa
menggunakan jari sebagai alat bantu berhitung.
Kurang bisanya anak mengubah bentuk perkalian menjadi penjumlahan,
anak terlihat kesulitan ketika diberikan soal perkalian. Setelah dipermudah
dengan cara diganti menjadi bentuk penjumlahan anak terlihat bisa walaupun
lama dalam menghitungnya. Untuk operasi hitung bilangan kebawah atau dengan
teknik menyimpan, anak tidak kesulitan dalam menjumlahkan. Namun ada
beberapa soal yang anak salah menyimpan sehingga jawaban anak salah. Setelah
dicek berkali-kali itu hanya keteledoran anak. Namun untuk pengurangan anak
benar-benar tidak bisa ketika ada pengurangan anak tidak menggunakan teknik
meminjam terlebih dahulu. Anak langsung mengurangi angka tersebut tanpa

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 18


melihat bahwa angka tersebut jika dikurangi maka bernilai negatif (contoh
berhitung anak ada pada lampiran lembar kerja siswa) Jadi anak terkadang selalu
keliru dalam teknik menyimpan dan meminjam dalam penjumlahan dan
pengurangan.
Ketika diberikan soal pemahaman cerita, anak juga kebingungan dalam
menganalogikan kata-kata menjadi operasi hitung seperti sisa dari jumlah
kelereng, kelereng hilang, dll (bisa dilihat pada hasil kerja siswa). Anak
cenderung masih kesulitan dalam berhitung dan harus lebih diberikan pemahaman
tentang operasi hitung.
Melihat dari hasil raport anak untuk hal matematika tidaklah jelek, anak
mendapatkan nilai diatas KKM, hanya saat kelas dua semester satu anak
mendapatkan nilai dibawah KKM. Tidaklah jelek disini anak selalu mendapatkan
nilai diatas KKM namun nilai tersebut selalu mendekati batas KKM.
Untuk asesmen berhitung anak mendapatkan skor dari hasil anak
mengerjakan lembar kerja siswa (terlampir)
Skor Anak =
102
× 100 % = 61,44 %
166
Dari hasil asessmen anak mendapatkan skor sebesar 61,44% yang bisa
dikatakan cukup. namun ada beberapa hal yang anak mengalami kesulitan dalam
berhitung, seperti :
1. Anak sulit melakukan operasi hitung dengan teknik menyimpan dan
meminjam
2. Anak terkadang lupa dengan urutan bilangan
3. Dalam hal perkalian anak tidak kesulitan untuk menjabarkannya
kedalam bentuk penjumlahan.
4. Ketika diberikan soal tentang pemecahan masalah (soal cerita) anak
kebingungan dalam membayangkannya dan mengubahnya kedalam
bentuk angka.

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 19


5. Dalam Operasi hitung campur anak kesulitan dalam mengerjakannya.
Dikarenakan anak belum bisa perkalian dan pembagian (namun pada
kurikulum sebenarnya sudah diajarkan pelajaran seperti itu)
Hasil kerja anak bisa dilihat pada lampiran, hasil kerja anak dan coret-
coretan anak sehingga bisa dilihat bahwa anak benar-benar mengalami kesulitan
dalam berhitung.

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 20


BAB V
KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan

Berdasarkan analisis data yang telah dijelaskan pada bab IV, maka dapat
disimpulkan :

1. Dalam hal Calistung (Membaca, Menulis dan Berhitung) setelah


melihat hasil asesmen yang diberikan kepada anak tersebut. Anak
mengalami kesulitan dalam kemampuan belajar pada aspek
menulis dan berhitung.
2. Kurangnya motivasi belajar pada anak karena anak selalu ingin
bermain dan bosan dengan keadaan dikelas.
3. Melihat banyaknya tulisan anak yang ditulis tidak sesuai dengan apa
yang harusnya dituliskan. Serta pada usia anak yang harusnya sudah
terbiasa dengan tulisan tegak bersambung, anak masih belum bisa
menlakukan hal tersebut.
4. Anak mengalami kesulitan ketika gurunya memberikan perintah
menggunakan metode dikte atau menyuruh anak menyalin apa yang
diucapkan oleh guru. Anak mengalami kesulitan dalam hal tersebut
dan anak menjadi tertinggal dengan yang lainnya.
5. Anak bisa membaca ketika anak berada dikelas 2 semester 1.
6. Kemampuan membaca anak sudah baik namun perlu adanya
pengembangan dalam mengetahui kosakata.
7. Anak masih belum bisa membedakan mana huruf vokal dan huruf
konsonan.
8. Anak masih tersendat dalam hal membaca (terbata-bata) namun masih
bisa didengarkan dengan jelas.

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 21


9. Kurang bisanya anak dalam melakukan operasi hitung perkalian dan
pembagian.
10. Kurang bisanya anak dalam melakukan teknik menyimpan dan
meminjam dalam operasi hitung. Sehingga anak mengalami kesulitan
dalam proses pembelajaran matematika
11. Tidak bisanya anak melakukan operasi hitung dalam bentuk
pemecahan masalah (Soal cerita).
12. Kurang telitinya anak dalam berhitung, terkadang lupa susunan
bilangan yang ada.
B. Saran

Berdasarkan hasil observasi dan identifikasi terhadap anak, maka terdapat


beberapa saran yang diajukan oleh assessor, yaitu :

1. Pembelajaran pada anak harus bersifat menyeluruh dan tidak hanya


sekali diberikannya, namun dengan bentuk pengulangan.
2. Dilakukannya pembelajaran yang bersifat menyenangkan dan kreatif
sehingga anak tertarik dan tidak malas dalam melakukan proses
belajar mengajar disekolah.
3. Pola duduk dan tingkah laku anak harus dirubah.
4. Pihak guru selalu teliti dan memberikan arahan kepada anak dalam
aspek berhitung dan menulis. Tanpa mengesampingkan aspek lainnya
yang berpengaruh pada proses pembelajaran.
5. Banyaknya latihan menulis untuk anak, agar tangan anak terbiasa
untuk menulis dan cara penulisan anak yang tidak ditekan lagi. latihan
bisa dilakukan dirumah oleh keluarga atau dengan guru disekolah.
6. Kemampuan anak dalam berhitung harus ditingkatkan, selalu
diajarkan bagaimana cara penjumlahan dan pengurangan dengan
teknik menyimpan dan meminjam.

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 22


7. Biasakan anak melakukan sesuatu yang nyata, seperti belanja ke
warung agar anak bisa mengerti tentang pemahaman soal cerita pada
matematika.
8. Keluarga dan pihak sekolah selalu membimbing anak agar anak tidak
mengalami kesulitan dalam proses belajar mengajar.

Tidak adanya kata tidak bisa sebelum mencoba sesuatu, tidak adanya kata
tidak mampu sebelum kita mencobanya. Usahakan anak untuk tidak mengatakan
tidak mampu, dan selalu berikan anak motivasi agar anak semangat dan merasa
ada penghargaan untuk dia.

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 23


DAFTAR PUSTAKA

___, 2008, Hakikat Kesulitan Belajar, [Online],


(http://hasanroch.wordpress.com/2008/09/08/hakikat-kesulitan-belajar/ ,
diakses pada tanggal 23 mei 2018)

___, 2010, Pengaruh Kesulitan Belajar Siswa, [Online],


(http://zaldym.wordpress.com/2010/04/19/pengaruh-kesulitan-belajar-siswa-
sebuah-studi-kepustakaan/, diakses pada tanggal 23 mei 2018)

___, 2012, http://sipemikirkeras.blogspot.com/2012/12/anak-berkesulitan-belajar-


spesifik.html

___, 2012, Kesulitan Belajar dan Faktornya, [Online],


(http://makalahkuada.blogspot.com/2012/03/kesulitan-belajar-dan-
faktornya.html, diakses pada tanggal 23 mei 2018)

Abdurrahman, Mulyono.2003. Pendidikan Bagi Anak Berkesulitan Belajar. Jakarta:


Rineka Cipta.

Wardhani, Ericha., 2012, Layanan Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar, [Online],


(http://ericha-wardhani.blogspot.com/2012/05/layanan-pendidikan-anak-
berkesulitan.html, diakses pada tanggal 23 mei 2018)

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 24


LAMPIRAN

Pendidikan Anak Berkesulitan Belajar 25

Anda mungkin juga menyukai