Anda di halaman 1dari 15

MAKALAH

DASAR-DASAR PENDIDIKAN

DOSEN : Surharyatun, M.Pd


MATA KULIAH : Dasar-Dasar Pendidikan

DISUSUN OLEH :

KELOMPOK 1 :
Alwi Anwar Sholihin (1811101243)
Clara Sukma Wardani (1811101234)
Dewi Indah Lestari (1811101218)
Fadilla Nasya Purnama (1811101098)
Khesuma Dewi Putri (1811101137)
Muhammad Ryza Tamami (1811101204)
Nia Asuradiatni (1811101353)

INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI SAMARINDA ( IAIN )


FAKULTAS TARBIYAH DAN ILMU KEGURUAN ( FTIK )
TAHUN AJARAN 2018/2019
KATA PENGANTAR

Assalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Allah SWT atas limpahan rahmat dan karunianya kami
dapat menyelesaikan makalah matakuliah Dasar-dasar pendidikan.

Kami juga mengucapkan terimakasih yang sebesar-besarnya kepada Ibu Surharyatun M.pd
selaku Dosen Mata Kuliah Dasar-dasar Pendidikan yang sudah membimbing kami selama ini.
Terimakasih pula terhadap dukungan orangtua dan teman-teman yang ikut serta membantu
proses pembuatan makalah ini.

Kami pun menyadari bahwa di dalam makalah ini masih terdapat banyak kekurangan dan jauh
dari kata sempurna. Oleh sebab itu, kami mengharapkan adanya kritik dan saran demi perbaikan
makalah yang akan kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.

Semoga makalah ini dapat dipahami oleh semua orang khususnya bagi para pembaca. Kami
mohon maaf yang sebesar-besarnya jika terdapat kata-kata yang kurang berkenan.

Wassalamu’alaikum warohmatullahi wabarokatuh

Samarinda, 5 November 2018

Penyusun
DAFTAR ISI
Kata Pengantar
Daftar Isi
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan Penulisan
BAB II PEMBAHASAN
A. Pendidik
B. Peserta Didik
BAB III KESIMPULAN
DAFTAR PUSTAKA
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Masalah
Salah satu komponen dalam system pendidikan adalah adanya peserta didik,
peserta didik merupakan komponen yang sangat penting dalam system pendidikan, sebab
seseorang tidak bisa dikatakan sebagai pendidik apabila tidak ada yang didiknya. Peserta
didik adalah orang yang memiliki potensi dasar, yang perlu dikembangkan melalui
pendidikan, baik secara fisik maupun psikis, baik pendidikan itu dilingkungan keluarga,
sekolah maupun dilingkungan masyarakat dimana anak tersebut berada. Sebagai peserta
didik juga harus memahami hak dan kewajibannya serta melaksanakannya. Hak adalah
sesuatu yang harus diterima oleh peserta didik, sedangkan kewajiban adalah sesuatu yang
wajib dilakukan atau dilaksanakan oleh peserta didik. Namun itu semua tidak terlepas
dari keterlibatan pendidik, karena seorang pendidik harus memahami dan memberikan
pemahaman tentang dimensi-dimensi yang terdapat didalam diri peserta didik terhadap
peserta didik itu sendiri, kalau seorang pendidik tidak mengetahui dimensi-dimensi
tersebut, maka potensi yang dimiliki oleh peserta didik tersebut akan sulit dikembangkan,
dan peserta didik pun juga mengenali potensi yang dimilikinya. Dalam makalah ini, kami
mencoba menjelaskan persoalan-persoalan diatas guna mencapai tujuan pendidikan yang
diharapkan, khususnya dalam Pendidikan Islam.
B. Rumusan Masalah
1. Mahasiswa mampu mendeskripsikan pengertian, tujuan, jenis-jenis, ciri-
ciri, syarat-syarat dan tugas serta tanggung jawab pendidik.
2. Mahasiswa mampu Mendeskripsikan pengertian, ciri-ciri, perkembangan
peserta didik
3. Menjelaskan cara berinteraksi antara pendidik dan peserta didik.

C. Tujuan Penulisan
Agar mengetahui bagaimana tujuan, jenis-jenis ,syarat-syarat serta tanggung
jawab pendidik dan peserta didik dalam menghadapi berbagai permasalahan pendidikan
di era milenial seperti ini. Dan juga menjelaskan bagaimana cara menjalin hubungan
antara pendidik dan peserta didik.
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENDIDIK
1. Pengertian Pendidik
Pendidik adalah orang dewasa yang membimbing anak agar si anak tersebut bisa
menuju ke arah kedewasaan.Pendidik merupakan orang yang bertanggung jawab terhadap
pelaksanaan pendidikan dengan sasarannya adalah anak didik.

Dalam UU No. 20 tahun 2003, pendidik adalah tenaga pendidikan yang berkualifikasi


sebagai guru, dosen, konselor, pamong belajar, widyaswara, tutor instruktur, fasilitator dan
sebutan lain yang berpartisipasi dalam menyelenggarakan pendidikan. Sedangkan pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik pada pendidikan anak usia dini jalur pendidikan formal,
pendidikan dasar dan pendidikan menengah (UU Guru dan Dosen No.14 tahun 2005).

Anak didik mengalami pendidikannya dalam tiga lingkungan, yaitu lingkungan keluarga,


lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat.Oleh karena itu, yang bertanggung jawab
terhadap pendidikan anak di lingkungan keluarga adalah orang tua, di lingkungan sekolah adalah
guru, di lingkungan masyarakat adalah orang-orang yang terlibat dalam kegiatan pendidikan,
seperti pengasuh anak yatim, pembimbing dalam kelompok bermain. Pendidikan berlangsung
dalam pergaulan, seperti dikemukakan Langeveld (1980): tiap-tiap pergaulan antara orang
dewasa (orang tua, guru, dan sebagainya) dengan anak merupakan lapangan atau suatu tempat
dimana perbuatan mendidik berlangsung.
Orang dewasa merupakan manusia yang sudah mandiri, tidak tergantung kepada orang
lain, tidak tergantung kepada pendapat orang lain tentang harga dan martabat dirinya, dan
kesanggupannya. Untuk membedakan gejala-gejala keanakan dan kedewasaan, Ngalim Purwanto
(2004) mencoba membandingkannya sebagai berikut:

No Keanakan Kedewasaan

1 Mencari bentuk Menampakkan diri sebagai bentuk

2 Tak mempunyai ketetapan Beranggapan memiliki ketetapan

3 Tak ada kemerdekaan Merdeka

4 Mudah berubah Tetap, stabil

5 Lemah Kuat

6 Memerlukan bantuan Membantu

7 Sangat mudah terpengaruh Tidak tergantung kepada orang lain


2Jenis-Jenis2. Jenis – Jenis Pendidik 
a.  Orang tua
Pendidik pertama muncul karena adanya anak.Segera setelah lahirnya anak, orang tua
(ayah dan ibu), dengan secara wajar alamiahdan kodrati mereka menjadi pendidik.Orang tua
secara wajar langsung menjadi pendidik karena pada kenyataannya anak lahir dalam keadaan
tidak berdaya.Ketidakberdayaan anak terutama dalam dua hal, yaitu tidak berdaya
untuk mengurus dirinya sendiri, dan tidak berdaya untuk mengembangkan diri sendiri. Karena itu
memerlukan bantuan orang lain, dan tentunya harus orang dewasa.

Orang tua secara wajar menjadi pendidik karena mereka merasa bertanggung jawab


terhadap anaknya.Sehingga dengan tanggung jawab itu mengundang para orang tua untuk
membantu berkembangnya si anak, dan membantu perkembangan anak itulah disebut mendidik.
Peran pendidik pertama ni sangat besar, karena mereka bukan saja sekedar mendidik anak agar
menjadi besar dan pandai segala macam, namun terutama ia membantu perkembangan anak
dalam segi kemanusiaannya, menjadikan anak didik sebagai manusia yang mampu hidup bersama
dengan orang lain, manusia bermoral dan berhati nurani. 

b. Guru
Pendidik kedua adalah mereka yang diberi tugas menjadi pendidik.Mereka tidak bisa
disebut secara wajar dan alamiah menjadi pendidik, karena mereka mendapat tugas dari orang
tua, sebagai pengganti orang tua.Mereka menjadi pendidik karena profesinya sebagai pendidik,
misalnya guru di sekolah.

Dalam undang-undang No. 14 tahun 2005 tentang guru dan dosen, guru adalah pendidik
profesional dengan tugas utama mendidik, mengajar, membimbing, mengarahkan, melatih,
menilai dan mengevaluasi peserta didik, pada pendidikan anak usia dini, jalur pendidikan
formal, pendidikan dasar, dan pendidikan menengah.
Untuk menjadi seorang pendidik, ada beberapa hal yang harus dimiliki seorang guru: 
1. Guru harus sudah memiliki kedewasaan. 
2. Guru harus mampu menjadikan dirinya sebagai teladan. 
3. Guru harus mampu menghayati kehidupan anak, serta bersedia membantunya. 
4. Guru harus mengikuti keadaan kejiwaan dan perkembangan anak didik. 
5. Guru harus mengenal masing-masing anak sebagai pribadi.
6. Guru harus menjadi seorang pribadi, artinya memiliki pribadi yang terpuji. 
3. Ciri-Ciri Pendidik 
a. Berwibawa 
Ciri utama seorang pendidik adalah adanya kewibawaan yang terpancar dari dirinya
terhadap anak didik. Pendidik harus memiliki kewibawaan (kekuasaan batin mendidik)
menghindari penggunaan kekuasaan lahir, yaitu kekuasaan yang semata-mata didasarkan
kepada unsur wewenang jabatan.
 

b. Mengenal anak didik 


Ciri kedua seorang pendidik adalah mengenal anak didiknya, yakni sifat anak secara
umum, anak usia kelas rendah berbeda sifatnya dengan anak usia kelas tinggi, begitu pula
secara khusus setiap anak walau dalam satu kelas dan usia yang tidak jauh berbeda, sifatnya
secara khusus berbeda pula.Untuk itu seorang pendidik harus mengenal anak didik secara
khusus. 
c. Membantu anak didik 
Ciri ketiga seorang pendidik adalah mau membantu anak didiknya, dan bantuan yang
diberikan harus sesuai dengan yang diharapkan anak didiknya.Kita maklumi bahwa setiap anak
didik mau menjadi dirinya sendiri, ingin berdiri sendiri, mau bertanggung jawab sendiri, dan
ingin menentukan sendiri.Untuk itu pendidik tidak boleh terlalu memaksakan kehendak tapi ingat
pada keinginan anak didiknya tersebut. 
4. Syarat-Syarat Pendidik 
Edi Suardi (1984) mengungkapkan bahwa seorang pendidik harus memenuhi beberapa
persyaratan: 
a. Seorang pendidik harus mengetahui tujuan pendidikan. 
b. Seorang pendidik harus mengenal anak didiknya. 
c.  Seorang pendidik harus tahu prinsip dan penggunaan alat pendidikan 
d. Mempunyai sikap bersedia membantu anak didik. 
e. Bersatu padu dengan anak didiknya, artinya dapat membuat suatu pergaulan pendidikan yang
serasi dan mudah berbicara pada anak didik. Pendidik tetap bertindak sebagai orang dewasa tetapi

menyesuiakan cara mendidiknya dengan dunia anak.  


5. Tugas dan Tanggung Jawab Pendidik 
Tugas utama seorang guru diantaranya adalah menciptakan suasana atau iklim proses
pembelajaran yang dapat memotivasi siswa untuk senantiasa belajardengan baik dan semangat
(Djamarah, 1997: 1).
Menurut Rosmali (2005), tugas seorang guru itu mencakup beberapa hal, yaitu sebagai
berikut: guru memiliki tugas yang beragam yang berimplementasi dalam bentuk pengabdian.
Tugas tersebut meliputi bidang profesi, bidang kemanusiaan, dan bidang kemasyarakatan. Tugas
guru sebagai profesi meliputi mendidik, mengajar dan melatih. Mendidik berarti meneruskan dan
mengembangkan nilai-nilai hidup dan kehidupan. Mengajar berarti meneruskan dan
mengembangkan ilmu pengetahuan dan teknologi. Sedangkan melatih berarti mengembangkan
keterampilan-keterampilan pada siswa.
Tugas guru dalam bidang kemanusiaan di sekolah harus dapat menjadi dirinya
sebagai orangtua kedua. Guru harus mampu menarik simpati sehingga guru tersebut
menjadi idola para siswanya. Pelajaran apapun yang diberikan, hendaknya dapat menjadi
motivasi bagi siswa dalam belajar. Apabila seorang guru dalam penampilannya sudah
tidak menarik, maka kegagalan pertama adalah guru tidak akan dapat menanamkan benih
pengajarannya itu kepada para siswanya. Para siswa akan enggan menghadapi guru yang
tidak menarik. Sedangkan masyarakat telah menempatkan guru pada tempat yang lebih
terhormat di lingkungannya karena dari seorang guru diharapkan masyarakat dapat
memperoleh ilmu pengetahuan. Ini berarti guru berkewajiban mencerdaskan bangsa
menuju pembentukkan manusia Indonesia seutuhnya yang berdasarkan Pancasila
(Usman, 1998: 7).
Jadi tugas guru yang dimaksud adalah tugas yang terikat oleh dinas maupun di
luar dinas, dan dalam bentuk pengabdian. Sehingga keberadaan guru merupakan faktor
yang tidak mungkin digantikan oleh komponen mana pun dalam kehidupan bangsa sejak
dahulu, karena keberadaan guru bagi suatu bangsa amatlah penting, apalagi bagi suatu
bangsa yang sedang membangun, terlebih bagi keberlangsungan hidup bangsa di tengah-
tengah lintasan perjalanan zaman dengan teknologi yang semakin canggih dan segala
perubahan serta pergeseran nilai yang cenderung memberi nuansa kepada kehidupan
yang menuntut ilmu dan seni dalam kadar dinamik untuk dapat mengadaptasikan diri.
Wijaya dkk. (1994:9), menyebutkan beberapa tanggungjawab yang memerlukan
sejumlah kemampuan yang lebih khusus dari seorang guru, yaitu: 
1. Tanggung jawab moral adalah setiap guru harus memiliki kemampuan
menghayati perilaku dan etika yang sesuai dengan moral Pancasila dan
mengamalkannya dalam kehidupan sehari-hari. 
2. Tanggung jawab dalam bidang pendidikan di sekolah adalah setiap guru harus
menguasai cara belajar-mengajar yang efektif, mampu membuat satuan pelajaran,
mampu dan memahami kurikulum dengan baik, mampu mengajar dikelas, mampu
menjadi model bagi siswa, mampu memberikan nasihat, menguasai teknik-teknik
pemberian bimbingan dan layanan, mampu membuat  dan melaksanakan evaluasi
dan lain-lain. 
3. Tanggung jawab guru dalam bidang kemasyarakatan adalah turut serta
menyukseskan pembangunan dalam bidang kemasyarakatan, untuk itu guru harus
mampu membimbing, mengabdi kepada dan melayani masyarakat. 
4. Tanggung jawab guru dalam bidang keilmuan, yaitu guru selaku keilmuan
bertanggungjawab dan turut serta memajukan ilmu, terutama ilmu yang telah
menjadi spesialisasinya dengan melaksanakan penelitian dan pengembangan.

B. PESERTA DIDIK

1.   Pengertian Peserta Didik 


Peserta didik adalah umat manusia yang diakui haknya sebagai individu dan
mempunya tanggung jawab sosial. Dengan demikian peserta didik dikatakan sebagai
anak manusia yang tengah berkembang dengan pertolongan pendidik.  Dalam UU No.
20 tahun 2003 tentang Sistem pendidikan Nasional, peserta didik adalah anggota
masyarakat yang berusaha mengembangkan potensi diri melalui proses pembelajaran
yang tersedia pada jalur, jenjang dan jenis pendidikan tertentu. Istilah alain daripeserta
didik adalah :
 Siswa/ Siswi – istilah bagi peserta didik pada jenjang pendidikan menengah
pertama dan menengah atas. Siswa adalah komponen masukan dalam system
pendidikan, yang selanjutnya di proses dalam proses pendidikan, sehingga
menjadi manusia yang berkualitas sesuai dengan tujuan pendidikan nasional.
Sebagai suatu komponen pendidikan, siswa dapat ditinjau dari berbagai
pendekatan, antara lain: Pendekatan sosial, Pendekatan Psikologis, dan
pendekata edukatif atau pedagogis.
 Mahasiswa – Mahasiswa/mahasiswi istilah umum bagi peserta didik pada
jenjang pendidikan tinggi yaitu perguruan tinggi atau sekolah tinggi.
 Taruna – Banyak digunakan Sekolah Militer atau yang menganut system
militer, menurut KBBI berarti “Pelajar (siswa) sekolah calon perwira “, beberapa
Perguruan Tinggi Kedinasan juga menggunakan kata Taruna untuk
menunjukkan Peserta Didik, diantaranya STPN Yogyakarta, STIP Jakarta, dan
STP.
 Warga Belajar – adalah istilah bagi peserta didik yang mengikuti jalur
pendidikan nonformal. Misalnya: Seperti warga belajar pendidikan keaksaraan
fungsional.
 Pelajar – Pelajar adalah istilah lain yang digunakan bagi peserta didik yang
mengikuti pendidikan formal tingkat dasar mau pun pendidikan formal tingkat
menengah.
 Murid - Merupakan istilah lain peserta didik tingkat Taman kanak-kanak dan
Sekolah Dasar.
 Santri – Adalah istilah bagi peserta didik suatu pesantren atau sekolah-sekolah
Salafiyah yang sangat mempunyai potensi.

Perlu dipahami bahwa anak sebagai manusia yang sedang berkembang menuju ke
arah kedewasaan memiliki beberapa karakteristik. Tirtarahadja (2000) mengemukakan 4
karakteristik yang dimaksudkan, yaitu: 
a. Individu yang memiliki potensi fisik dan psikis yang khas, sehingga merupakan
makhluk unik
Anak sejak lahir telah memiliki potensi-potens yang ingin dikembangkan dan
diaktualisasikan.Untuk itu dibutuhkan bantuan dan bimbingan dari pendidik. 
b.   Individu yang sedang berkembang
Anak mengalami perubahan dalam dirinya secara wajar, baik ditujukan pada diri
sendiri maupun ke arah penyesuaian dengan lingkungan. Sejak lahir bahkan sejak
dalam kandungan, manusia berada dalam proses perkembangan, dan prosesnya
melalui suatu rangkaian yang bertahap. 
c. Individu yang membutuhkan bimbingan individual dan perlakuan manusiawi
Dalam proses perkembangannya anak didik membutuhkan bantuan dan bimbingan.
Sepanjang anak belum dewasa, ia membutuhkan bantuan dan menggantungkan diri
kepada orang dewasa.
d. Individu yang memiliki kemampuan untuk mandiri Anak didik dalam
perkembangannya memiliki kemampuan untuk berkembang ke arah
kedewasaan.Pada diri anak ada kecenderungan untuk memerdekakan diri, sehingga
menimbulkan kewajiban bagi pendidik untuk secara bertahap memberi kebebasan
dan pada akhirnya pendidik mengundurkan diri dari usaha memberi bantuan kepada
anak, apabila anak benar-benar telah mandiri. 
2.   Perkembangan Peserta Didik
Perkembangan adalah suatu proses perubahan yang mengarah pada
kemajuan dan menyebabkan tercapainya kemampuan dan sifat-sifat psikis
yang baru. Namun tidak semua perubahan-perubahan kemampuan dan
sifat-sifat psikis dipengaruhi oleh perubahan struktur biologis. 
Perkembangan juga dapat dikatakan sebagai proses
Perubahan fungsi-fungsi psiko-fisik sebagai hasil dari proses
pematangan fungsi-fungsi psikis, ditunjang oleh faktor lingkungan dan
proses belajar dalam kurun waktu tertentu menuju kedewasaan. Perkembangan
merupakan proses transmisi dari konstitusi psiko-fisik
yang herediter, dirangsang oleh faktor-faktor lingkungan yang
menguntungkan.
Setiap pribadi/individu yang normal mengalami tahapan perkembangan. Dalam
mengadapi hidup yang normal dan berusia panjang individu akan mengalami
fase-fase perkembangan: bayi, kanak-kanak, anak, remaja, dewasa dan
masa tua.
Untuk memahami masalah perkembangan maka pendidik harus memahami
tentang psikologi perkembangan. Psikologi perkembangan suatu disiplin ilmu yang
mempelajari/membahas tentang tingkah laku manusia yang sedang dalam
taraf perkembangan yang sangat pesat. Psikologi perkembangan memusatkan
pembahasan terhadap perubahan-perubahan tingkah laku, dalam rangka
pembentukan manusia yang lebih matang.
Perkembangan memiliki 3 tahapan yaitu :
1. Perkembangan Biologis
Perkembangan Biologis/fisik mencakup perubahan-perubahan dalam tubuh
individu seperti pertumbuhan otak, otot, system syaraf, struktur tulang, hormone,
organ-organ indrawi, dan sejenisnya. Perubahan dalam cara menggunakan tubuh
atau keterampilan motorik dan Perkembangan Seksual juga dikelompokkan
kedalam domain ini. Tetapi domain perkembangan ini tidak mencakup
perubahan fisik karena kecelakaan, sakit, atau peristiwa-peristiwa khusus
lainnya.
2. Perkembangan Kognitif
Perkembangan ini melibatkan perubahan-perubahan dalam kemampuan dan
pola pikir, kemahiran bahas, dan cara individu memperoleh pengetahuan dari
lingkungannya. Aktifitas-aktifitas seperti mengamati dan klasifikasikan benda-
benda, menyatukan beberapa kata menjadi satu kalimat, menghapal sajak atau
do’a, memecahkan soal-soal matematika, dan menceritakan pengalaman
merefleksikan peran kognitif dalam perkembangan anak.
3. Perkembangan Psikososial
Perkembangan ini melibatkan perubahan-perubahan dalam asek perasaan,
emosi dan kepribadian individu serta cara yang bersangkutan, berhubungan
dengan orang lain.
Teori Psikososial tentang Kepribadian
Menurut Erikson, Perkembangan berlangsung melalui 8 tahap. Tahap yang
berurutan itu tidak di tetapkan menurut suatu jadwal kronologis yang ketat.
Erikson berpendapat bahwa setiap anak memiliki jadwal waktunya sendiri.
C. INTERAKSI PENDIDIK DAN PESERTA DIDIK
1. Pengertian Interaksi
Interaksi adalah suatu jenis tindakan yang terjadi ketika dua atau lebih objek
mempengaruhi atau memiliki efek satu sama lainnya.Ide efek dua arah ini penting
dalam konsep interaksi yang dilakukan oleh pendidik dan peserta didik, agar tercipta
hubungan saling memudahkan dalam member dan menerima proses belajar mengajar.
Interaksi yang berlangsung disekitar kehidupan manusia dapat diubah menjadi
interaksi yang bernilai edukatif, yakni interaksi yang dengan sadar meletakkan tujuan
untuk mengubah tingkah laku dan perbuatan seseorang. Interaksi yang bernilai
pendidikan ini dalam dunia pendidikan disebut sebagai interaksi edukatif (interkasi
pembelajaran).
Interaksi edukatif harus menggambarkan hubungan aktif dua arah dengan
sejumlah pengetahuan sebagai mediumnya, sehingga interaksi itu merupakan
hubungan yang bermakna dan kreatif. Semua unsur interaksi edukatif harus berproses
dalam ikatan tujuan pendidikan. Karena itu, interaksi edukatif adalah suatu gambaran
hubungan aktif dua arah antara pendidik dan peserta didik yang berlangsung dalam
ikatan tujuan pendidikan.

Proses interaksi edukatif adalah suatu proses yang mengandung sejumlah norma.
Semua norma itulah yang harus pendidik transfer kepada peserta didik. Karena itu,
wajarlah bila interaksi edukatif tidak berproses dalam kehampaan, tetapi dalam penuh
makna. Interaksi edukatif sebagai jembatan yang menghidupkan persenyawaan antara
pengetahuan dan perbuatan yang mengantarkan kepada tingkah laku sesuai dengan
pengetahuan yang diterima anak didik.

Dengan demikian dapat dipahami bahwa interaksi edukatif adalah hubungan dua arah
antara pendidik dan peserta didik dengan sejumlah norma sebagai mediumnya untuk
mencapai tujuan pendidikan.
- Pola Interaksi Pendidik dan Peserta Didik

Untuk mencapai interaksi dalam pembelajaran dibutuhkan komunikasi antara


pendidik dan peserta didik, yang memadukan dua kegiatan, yaitu kegiatan mengajar
(usaha pendidik) dan kegiatan belajar (tugas peserta didik). Pendidik perlu
mengembangkan komunikasi secara efektif dalam proses pembelajaran.
Ada tiga pola komunikasi dalam proses balajar mengajar, antara lain sebagai
berikut :
a. Komunikasi sebagai aksi atau komunikasi satu arah Dalam komunikasi ini
pendidik berperan sebagai pemberi aksi dan peserta didik sebagai penerima
aksi. Pendidik aktif, peserta didik pasif.
b. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi dua arah Pada komunikasi ini
antara pendidik dan peserta didik memiliki peranan yang sama yakni pemberi
aksi dan penerima aksi dengan aksi keduanya dengan saling member dan saling
menerima.
c. Komunikasi sebagai interaksi atau komunikasi banyak arah.
Komunikasi ini tidak hanya melibatkan interaksi yang dinamis antara pendidik
dan peserta didik , tetapi juga melibatkan interaksi dinamis antara peserta didik
dengan peserta didik lainnya .

- Strategi Pembelajaran menurut Konsep Islami Strategi Belajar mengajar menurut


konsep Islami, pada dasarnya adalah sebagai berikut :
1. Proses belajar mengajar dilandasi dengan kewajiban yang dikaitkan dengan niat
karena Allah SWT
2. Konsep belajar mengajar harus dilandasi dengan niat Ibadah
3. Di dalam proses belajar mengajar harus saling memahami posisi pendidik
sebagai pendidik dan peserta didik
sebagai peserta didik
4. Harus menciptakan komunikasi yang seimbang,komunikasi yang jernih,dan
komunikasi yang transparan

5. Konsep SBM (Sistem Belajar Mengajar) memerlukan kreatifitas,baik


metodologi,didaktik dan desain pembelajaran sehingga tidak terpaku pada satu
teori
6. Mendidik dengan ketauladanan yang baik
7. Untuk memperoleh hasil yang maksimal,maka dibutuhkan pembiasaan-
pembiasaan
8. Konsep-konsep SBM (konsep umum) secara lahiriyah baru akan
diperlukan,itupun harus diuji dulu dengan cara
BAB III

KESIMPULAN

Pendidikan sangat penting untuk di tempuh oleh semua umat karna seiring
dengan kemajuan zaman ilmu pengetahuan serta keahlian sangat di butuhkan oleh
setiap individu baik itu berupa ilmu pengetahuan,keahlian ataupun teknologi.
DAFTAR PUSTAKA

https://www.anekamakalah.com/2014/03/pengertian-pendidik-dan-peserta-didik.html

https://www.rijal09.com/2016/03/pendidik-dan-peserta-didik.html

https://www.websitependidikan.com/2015/11/tahapan-perkembangan-perilaku-dan-
pribadi-peserta-didik.html

http://www.google.com/url?
sa=t&rct=j&q=&esrc=s&source=web&cd=3&ved=2ahUKEwjexr7c_7neAhVGuI8KHT
MmCYkQFjACegQIBhAC&url=http%3A%2F%2Fejournal.kopertais4.or.id
%2Ftapalkuda%2Findex.php%2Fpwahana%2Farticle%2Fdownload
%2F2719%2F1998%2F&usg=AOvVaw3vXN2vDbx5hwNNTA4ghZBk

Anda mungkin juga menyukai