Anda di halaman 1dari 16

COVER

S SS
DMDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDDJJJJJSJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ
JJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJJ JJJ
JJJJJJJJJJ
Kata Pengantar
Assalammu’alaikum wr.wb
Puji dan syukur tim penulis panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
memberikan rahmat dan karunia yang dilimpahkan-Nya kepada anggota kelompok 7 sehingga
dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Landasan Historis Pendidikan”.
Adapun tujuan penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi salah satu tugas mata
kuliah Landasan Pancasila pasa semester satu. Dalam penulisan makalah ini, kami
mengucapkan terima kasih kepada Bapak Misbah, S.Pd., M.Pd. selaku Dosen mata kuliah
Landasan Pendidikan yang telah memberikan tugas ini, sehingga pengetahuan tim penulis
dalam menyusun makalah ini makin bertambah, dan hal itu sangat bermanfaat bagi kami di
kemudian hari.
Penulis menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna, untuk itu penulis juga
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca untuk kesempurnaan makalah
ini kedepannya.
Dengan kerendahan hati, penulis memohon maaf apabila ada ketidaksesuaian kalimat
dan kesalahan penulisan. Demikian yang dapat kami sampaikan. Akhir kata, semoga makalah
ini dapat bermanfaat.
Wassalammu’alaikum wr.wb

Bekasi, 25 September 2023


Penulis
Kelompok 7
Daftar Isi
BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Kata Historis berasal dari kata bahasa Inggris yaitu history yang berarti sejarah, akan
tetapi sebenarnya kata history itu sendiri asal mulanya justru berasal dari bahaya Yunani yaitu
Istoria yang juga mempunyai arti sejarah yang artinya ilmu, keilmuan atau orang pandai.
Mempelajari sejarah sangat diperlukan, karena melalui sejarah kita dapat memperoleh
informasi dan manfaat dari sejarah tersebut. Informasi-informasi dari sejarah tersebut
mengandung kejadian, model, konsep, moral, teori, praktik, cita-cita, bentuk dan sebagainya
(Pidarta, 2007). Dari sejarah, suatu bangsa dapat belajar dari peristiwa-peristiwa di masa
lampau sebagai proses pembelajaran yang dilakukan untuk menjadikan suatu bangsa tersebut
menjadi bangsa yang besar. Sedangkan pendidikan menurut Mudyharjo (2008) pendidikan
secara umum merupakan pengalaman belajar yang berlangsung dalam lingkungan sepanjang
hidup, dan secara khusus pendidikan adalah usaha sadar yang dilakukan oleh keluarga,
masyarakat dan pemerintah melalui kegiatan bimbingan, pengajaran dan/atau latihan yang
berlangsung di dalam dan luar sekolah sepanjang hayat, guna mempersiapkan individu agar
dapat memainkan peranan dalam berbagai lingkungan hidup secara tepat di masa yang akan
datang. Pendidikan sendiri adalah suatu aktivitas belajar dan mengajar yang dilakukan oleh
pendidik dan peserta didik untuk mencapai pemahaman terhadap suatu materi yang
disampaikan oleh pendidik ke peserta didik sehingga peserta didik paham akan agama,
keterampilan, pengembangan karakter, kecerdasan, sosial dan masyarakat (Triwiyanto, 2014).
Tujuan pendidikan di Indonesia adalah untuk membentuk manusia Indonesia seutuhnya
yang Pancasilais (negara yang menunjukkan prinsip Pancasila dalam kebijakannya) yang
dimotori oleh pengembangan afeksi, seperti sikap suka belajar, tahu cara belajar, rasa percaya
diri, dan mencintai prestasi tinggi, punya etos kerja, kreatif, dan produktif, serta puas akan
sukses yang akan dicapai (PIdarta,2007)
Pendidikan tidak lepas dari sejarah dan pendidikan merupakan pewarisan budaya dari
generasi ke generasi sebagai transformasi informasi generasi muda dalam proses pendewasaan
berdasarkan pengalaman yang diperoleh dengan bercermin dari sejarah tersebut untuk menjadi
lebih baik lagi di masa yang akan datang.
Selain itu antara sejarah pendidikan dengan perkembangan pendidikan memiliki
hubungan yang sangat erat kaitannya, karena dengan kita mengetahui sejarah kita dapat
mengetahui keadaan yang lampau sehingga kita bisa bercermin, serta sebagai bahan
pembelajaran dan refleksi dari keadaan itu untuk perbaikan sistem pendidikan yang lebih baik
dan berkualitas serta memberi penjelasan untuk masa sekarang dan memprediksi langkah-
langkah selanjutnya untuk masa yang akan datang agar tidak stagnan atau bahkan mengalami
kemunduran.
Perkembangan historis dalam bidang pendidikan Indonesia sendiri telah mengalami
berbagai perubahan dan perkembangan. Perubahan yang terjadi dipengaruhi oleh berbagai
macam faktor salah satunya karena tuntutan zaman dan teknologi di dunia. Perkembangan
tersebut tidak lepas dari sejarah Indonesia yang pernah dijajah oleh beberapa negara di Eropa
dan Asia. Negara yang pernah menjajah Indonesia diantaranya adalah Belanda, Spanyol,
Inggris, Perancis, Portugis dan Jepang. Namun dalam perkembangannya sistem pendidikan di
Indonesia terus mengalami perubahan-perubahan dari masa ke masa. Hal tersebut dilaksanakan
sebagai bentuk penyesuaian terhadap perkembangan zaman dan teknologi yang ada saat ini.
1.2 Rumusan Masalah
Berdasarkan pemaparan dari latar belakang yang telah dikemukakan pada bagian
sebelumnya, penulis merumuskan masalah yang sekaligus akan menjadi batasan dalam
pembahasan makalah ini. Adapun rumusan masalah yang dimaksud, yaitu :
1. Bagaimana periodisasi dari historis pendidikan yang terjadi di dunia dan di Indonesia
2. Bagaimana pemikiran tokoh pendidikan dunia jika ditinjau dari aspek ontologi,
epistimologi, aksiologi, serta implikasinya untuk Pendidikan Indonesia ?
3. Bagaimana pemikiran tokoh pendidikan Indonesia jika ditinjau dari aspek ontologi
epistimologi, aksiologi, serta implikasinya untuk pendidikan dewasa ini ?
4. Apa Implikasi konsep pendidikan dari landasan historis ini ?
1.3 Tujuan Makalah
Tujuan dari penyusunan makalah ini adalah sebagai berikut :
1. Mengetahui periodisasi historis pendidikan dunia dan Indonesia dari awal hisebagai
bahan tambahan wawasan dalam meningkatkan pemahaman pendidikan
2. Mengetahui tokoh-tokoh pendidikan dunia yang berkontribusai dalam perkembangan
dunia pendidikan serta implikasinya terhadap pendidikan di Indonesia
3. Dapat mengetahui implikasi nyata dari landasan historis bagi pendidikan Indonesia.
4.
1.4 Manfaat Penulisan Makalah
Disamping tujuan yang hendak dicapai, penulis juga menginginkan kebermanfaatan
dari penulisan makalah ini. Adapun manfaat yang dimaksud, yaitu :
1. Manfaat untuk penulis, sebagai bahan penambah pengetahuan dan pemahaman
terhadap materi yang dibahas, terutama pendalaman mengenai landasan historis
pendidikan serta tokoh-tokoh pendidikan di Indonesia dan di dunia.
2. Manfaat untuk pembaca, sebagai media informasi tentang tokoh-tokoh pendidikan serta
materi perkembangan sejarah pendidikan secara khusus yang terjadi di Indonesia.
BAB II

PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Landasan Historis Pendidikan
Landasan, secara Bahasa (KBBI) diartikan sebagai alas,dasar, atau tumpuan. Adapun
istilah landasan sebagai dasar dikenal pula sebagai fondasi. Mengacu kepadan pengertian
tersebut, kita dapat memahami bahwa landasan adalah suatu alas atau dasar pijakan dari sesuatu
hal; suatu titik tumpu atau titik tolak dari sesuatu hal; atau suatu fondasi tempat berdirinya
sesuatu hal. Landasan juga dapat diartikan sebuah gagasan yang dapat digunakan sebagai acuan
atau pegangan dalam menentukan hal.
Yang dimaksud dengan sejarah/histori adalah keadaan masa lampau dengan segala
macam kejadian atau kegiatan yang didasari oleh konsep-konsep tertentu. Sejarah penuh
dengan informasi-informasi yang mengandung kejadian, model, konsep, teori, praktik, moral,
cita-cita, bentuk, dan sebagainya (Pidarta, 2007).
Pendidikan adalah serangkaian kegiatan yang dilakukan seseorang guna memperoleh
pengetahuan yang baru. UU No. 20 tahun 2003, Pasal 1 menyatakan bahwa pendidikan adalah
usaha sadar dan terencana agar peserta didik dapat mengembangkan potensi dirinnya.
(Kemendikbud 2003) pendidikan memiliki 2 sudut pandang yaitu, pertama dari sudut pandang
praktik atau dikenal dengan praktik pendidikan, dan yang kedua yaitu sudut pandang studi,
yang dikenal dengan studi pendidikan. Praktek mengajar adalah sebuah kegiatan
mengimplementasikan konsep atau teori pendidikan oleh pendidik kepada peserta didik.
Sedangkan studi pendidikan dapat dipahami bahwa suatu kegiatan dalam rangka memahami
proses pendidikan, atau boleh dikatakan sebagai analisis teori pendidikan pada praktik
pendidikan. Kegiatan-kegiatan proses pembelajaran akan selalu menjadi sebuah pengalaman
yang telah dilakukan oleh pendidik dan peserta didik. Pola pengalaman dari waktu ke waktu
berdasarkan aktivitas masa lalu. Hal inilah yang selanjutnya dapat dikatakan sebagai sejarah
pendidikan, karena sejatinya sejarah merupakan cerita atau kejadian atau peristiwa yang benar-
benar terjadi atau berlangsung pada waktu yang lalu.
Berdasarkan beberapa pernyataan di atas dapat disimpulkan bahwa Landasan Histori
Pendidikan adalah sejarah pendidikan di masa lalu yang berisi beberapa gagasan tentang
konsep pendidikan dari masa ke masa, yang dapat dijadikan sebagai acuan atau dasar dalam
pengembangan proses pendidikan di masa kini.
2.2 Historis Pendidikan Dunia
Perkembangan sejarah pendidikan di dunia dimulai dari 150 tahun Sebelum Masehi.
Dari jangka waktu tersebut pendidikan di dunia terus berkembang, namun dalam
perkembangannya tersebut belum memberikan peran yang signifikan seperti pada zaman
sekarang ini (Pidarta, 2007).
Sejarah pendidikan dunia yang banyak dibahas dalam beberapa literatur
mengemukakan tentang periodisasi pendidikan dunia antara lain (a) Zaman Realisme, (b)
Zaman Rasionalisme, (c) Zaman Naturalisme, (d) Zaman Developmentalisme, (e)
Nasionalisme, (f) Zaman Liberalisme, Positivisme, Individualisme, (g) Zaman Sosialisme.

a. Zaman Realisme
Seiring berkembangnya ilmu pengetahuan alam yang didukung oleh
penemuan-penemuan ilmiah baru, pendidikan diarahkan pada kehidupan dunia dan
bersumber dari keadaan dunia pula, berbeda dengan pendidikan-pendidikan
sebelumnya yang banyak berkiblat pada dunia ide, dunia surga dan akhirat.
Realisme mengharuskan pikiran yang praktis (Pidarta, 2007). Menurut aliran ini
pengetahuan tidak hanya diperoleh dari penginderaan semata tetapi juga melalui
persepsi penginderaan (Mudyaharjo, 2008).
Tokoh-tokoh pendidikan pada zaman Realisme ini adalah Francis Bacon
dan Johann Amos Cornelius. Prinsip-prinsip pendidikan yang dikembangkan,
sebagai berikut :
1.Pendidikan lebih dihargai daripada pengajaran.
2.Pendidikan diharuskan untuk menekankan pada aktivitas diri-sendiri
3.Penanaman pengertian lebih penting daripada menghafal
4.Pelajaran disesuaikan dengan perkembangan anak yang dimulai dari
bahasa ibu.
5. Pelajaran diberikan dengan cara yang teratur satu persatu dari yang
mudah ke yang sulit dan dapat dibantu dengan gambar.
6. Pendidikan didapat dari metode induktif, yaitu dari mencari dan
menemukan fakta-fakta khusus kemudian dianalisa sehingga
menimbulkan suatu kesimpulan).
7. Alam sebagai sarana bagi anak-anak untuk belajar.
b. Zaman Rasionalisme
Aliran ini memberikan kekuasaan pada manusia untuk berpikir sendiri dan
bertindak untuk dirinya, karena itu latihan sangat diperlukan pengetahuannya
sendiri dan bertindak untuk diri sendiri. Paham ini muncul disaat masyarakat
mampu menumbangkan kekuasaan absolut Raja Perancis dengan menggunakan
kekuatan akal pikirnya. Tokoh pendidikan pada zaman ini pada abad ke-18 adalah
John Locke.
John Locke yang terkenal dengan teori Leon Tabularsa atau a blank sheet
of paper, yakni mendidik seperti kegiatan menulis di atas kertas putih dan dengan
kebebasan dan kekuatan akal yang dimilikinya manusia digunakan untuk
membentuk pengetahuannya sendiri. Teori yang membebaskan jiwa manusia ini
bisa mengarah kepada hal-hal yang negatif, seperti intelektualisme, individualisme,
dan materialisme (Pidarta, 2007). Proses belajar menurut John Locke, yaitu :
•Mengamati hal-hal yang ada di luar diri manusia.
•Mengingat apa yang telah diamati dan dihafalkan
•Berpikir, yaitu mengolah bahan-bahan yang telah diperoleh tadi,
ditimbang-timbang untuk dirinya sendiri.
c. Zaman Naturalisme
Aliran Naturalisme menyatakan bahwa manusia didorong oleh kebutuhan-
kebutuhannya, untuk dapat menemukan solusi atau jalan kebenaran di dalam diri
manusia itu sendiri (Mudyoharjo,2008).
Aliran ini muncul pada abad ke-18 dan merupakan reaksi atas aliran
rasionalisme dan menentang kehidupan yang tidak wajar akibat rasionalisme,
seperti korupsi, berfoya-foya, gaya hidup yang dibuat-buat, anak-anak dipandang
sebagai manusia dewasa yang kecil dan sebagainya. Tokoh pendidikan pada zaman
ini ialah J.J Rousseau yang menyatakan ada tiga asas mengajar, yaitu :
1. Asas Pertumbuhan
Asas pertumbuhan, yaitu memberikan kebebasan kepada anak-
anak untuk bertumbuh secara wajar sesuai dengan usia dan kemampuan
mereka
2. Asas Aktifitas
Asas aktifitas yaitu menugaskan anak-anak untuk beraktifitas
sehingga secara tidak langsung mereka menjadi aktif dalam kegiatan,
yang akan memberikan pengalaman yang kemudian akan menjadi
pengetahuan mereka.
3. Asas Individualitas
Asas individualitas, dengan cara menyiapkan pendidikan sesuai
dengan individualitas masing-masing anak (berdasarkan minat dan
bakat), sehingga mereka berkembang sesuai dengan alamnya sendiri
(Pidarta, 2007)
d. Zaman Developmentalisme
Zaman Developmentalisme berkembang pada abad ke-19. Aliran ini
beranggapan bahwa pendidikan sebagai suatu proses perkembangan jiwa,
sehingga aliran ini dikaitkan dengan gerakan psikologis pendidikan. Tokoh-
tokoh aliran ini adalah : Petalozzi, Johann Fredrich Herbart, Friedrich Wilhelm
Frobel (Jerman), dan Stanley Hall (Amerika Serikat) (Pidarta,2008).
Konsep pendidikan yang dikembangkan oleh aliran ini meliputi :
• Mengaktualisasikan atau mengeluarkan semua potensi anak
yang masih laten (tidak terlihat), membentuk watak susila dan
kepribadian yang harmonis, serta meningkatkan derajat sosial
manusia (Pidarta, 2007).
• Pengamatan dan percobaan digunakan untuk mengoptimalisasi
pengembangan yang dilakukan sejalan dengan tingkat-tingkat
perkembangan anak pada anak (Pidarta,2007).
• Pendidikan adalah pengembangan pembawaan anak yang
disertai pembelajaran yang baik.
• Pengembangan pendidikan fokus pada perbaikan pendidikan
dasar pengembangan pendidikan secara menyeluruh.
e. Zaman Nasionalisme
Zaman Nasionalisme muncul pada abad ke-19, dan merupakan upaya
dalam membentuk patriot-patriot bangsa dan mempertahankan bangsa dari
kaum imperialis (kaum penguasa). Tokoh pendidikan pada zaman ini adalah La
Chatolais (Perancis), Fichte (Jerman), dan Jefferson (Amerika Serikat). Tokoh-
tokoh tersebut mengemukakan konsep pendidikan sebagai berikut :
• Menjaga, memperkuat, dan mempertinggi kedudukan negara
• Mengutaman pendidikan sekuler (bersifat duniawi), jasmani,
dan kejuruan.
Materi pelajarannya meliputi, bahasa dan kesusatraan nasional, pendidikan
kewarganegaraan, lagu-lagu kebangsaan, sejarah dan geografi negara, dan
pendidikan jasmani (Rohmawati, 2008).
Adapun dampak-dampak negatif dari pendidikan ini bisa dirasakan di
negara Jerman yaitu munculnya chauvinisme yaitu kegilaan atau kecintaan
terhadap tanah air yang berlebihan atau mempunyai rasa nasionalisme yang
sangat tinggi, bahkan sampai menimbulkan terjadinya perang Dunia I yang
melibatkan banyak negara di dunia (Pidarta, 2007).
f. Zaman Liberalisme, Positivisme, dan Individualisme
Zaman Liberalisme lahir pada abad ke-19. Liberalisme berpendapat
bahwa pendidikan adalah alat untuk memperkuat kedudukan
penguasa/pemerintah yang dipelopori dalam bidang ekonomi oleh Adam Smith.
Pada masa ini siapa yang banyak pengetahuanlah yang paling berkuasa
sehingga kemudian mengarah pada individualisme. Sedangkan positivisme
percaya kebenaran yang dapat diamati oleh panca indera sehingga kepercayaan
terhadap agama semakin lemah. Tokoh aliran positivisme adalah August Comte.
2.3 Historis Pendidikan Indonesia
Sejarah pendidikan di Indonesia berjalan sangat lama, yaitu mulai zaman tradisoinal
(pengaruh agama Hindu dan Budha, zaman penjajahan) sampai zaman merdeka. Zaman
perkembangan sejarah pendidikan di Indonesia sebagai berikut :
a. Zaman Pengaruh Hindu dan Budha
Abad ke 5 Indonesia kedatangan aliran Hinduisme dan Budhaisme. Aliran dua
agama ini sangat berbeda, tetapi di Indonesia keduanya memiliki kecenderungan
sinkretisme yaitu keyakinan mempersatukan figur Syiwa dengan Budha sebagai satu
sumber Yang Maha Tinggi. Secara estimologi berasal dari lambang Indonesia yaitu
Bhinneka Tunggal Ika (berbeda – beda tepi tetap satu jua) beda tepi tetap satu jua)
sebagai dasar keyakinan sebagai dasar keyakinan tersebut (Mudyaharjo, 2008: 215).
Zaman ini memiliki tujuan yang sama dengan tujuan kedua ag i tujuan yang sama
dengan tujuan kedua agama tersebut. Pendidikannya dilakukan dalam rangka
penyebaran dan pembinaan ke ebaran dan pembinaan kehidupan kedua agama hidupan
kedua agama tersebut.
b. Zaman Pengaruh Islam (Tradisional)
Islam masuk di Indonesia di akhir abad 13 dan berkembangan pesat mbangan
pesat di masyarakat Nusantara pada abad di masyarakat Nusantara pada abad 16.
Perkembangan pendidikan islam di Indonesia sejalan dengan berkembangnya
penyebaran islam di Nusantara, baik melalui agama Nusantara, baik melalui agama
ataupun sebagai arus ataupun sebagai arus kebudyaan. Pendidikan islam di kebudyaan.
Pendidikan islam disebut pendidikan sebut pendidikan islam tradisional dan memiliki
tujuan yang islam tradisional dan memiliki tujuan yang sama den sama dengan tujuan
hidup islam untuk mengabdi kepad gan tujuan hidup islam untuk mengabdi kepada
ajaran Allah SWT sesuai dengan ajaran Nabi Muhammad S.A.W untuk mencapai
kebahagiaan di dunia dan akhirat. Pendidikan islam tradisional tidak secara terpusat
tetapi penyebarannya melalui para ulama di suatu wilayah tertentu dan terkoordinir
secara perorangan oleh erorangan oleh para Wali Songo (di Jawa), dan dilua para Wali
Songo (di Jawa), dan diluar Jawa dikembangkan oleh pemangku adat Jawa
dikembangkan oleh pemangku adat misalnya di Mi misalnya di Minangkabau.
c. Zaman Pengaruh Pengaruh Nasrani Nasrani (Katholik (Katholik Dan Kristen)
Bangsa Portugis berkeinginan untuk menguasai perdagangan dan perniagaan
Timut – Barat dengan menenukan jalan laut menuju dunia Timur, menguasai
Bandar – Bandar di daerah strategis sebagai mata rantai perdagangan dan perniagaan
pada abad 16 (Mudyaharjo, 2008: 242). Bangsa Portugal datang ke wilayah Timur
(termasuk Indonesia) dalam mencari kejayaan (glorious) dan kekayaan (gold) dengan
maksud untuk menyebarkan kekayaan (gold) dengan maksud untuk menyebarkan
agama Katholik (gospel). Perdagangan bangsa ma Katholik (gospel). Perdagangan
bangsa Portugis menetap di bagian Timur Indonesia (wilayah kaya hasil
rempah – rempah). Kakuasaan Portugis mulai melemah akibat pengaruh peperangan
dengan raja – raja Indonesia dan digeser dengan kedatangan Belanda tahun 1605
(Nasution, 2008: 4). Portugis melibatkan ion, 2008: 4). Portugis melibatkan paderi
misionaris terkenal di Maluku dijadikan pijakan menjajah Franciscus Xaverius dari
orde Jesuit. Orde Jesuit berdiri tahun (1491 – 1556) oleh Ignatius Layola dan bertujuan
untuk 1556) oleh Ignatius Layola dan bertujuan untuk keagungan dari Tuhan gungan
dari Tuhan (Mudyahardjo, 2008: 243). Pencapaiannya dengan cara memberikan
khotbah, memberi pelajaran, dan pengakuan. Xaverius menyebutkan bahwa melihat
pendidikan sebagai alat dikan sebagai alat canggih untuk penyebaran canggih untuk
penyebaran agama (Nasution, 2008: 4). Orang Belanda datang pertama kali tahun 1596
memberikan pengaruh ikan pengaruh Kristen dan bertujuan mencari Kristen dan
bertujuan mencari rempah – rempah di pimpin oleh Cornelis de Houtman. Menghindari
adanya persaingan, pemerintah Belanda mendirikan kongsi dagang VOC (ureenigds
Oost Indische Compagnie) dan persekutuan dagang Hindia Belanda tahun 1602
(Mudyahardjo, 2008:245). Pengaruh sikap VOC terhadap pendidikan yaitu tetap
membiarkan penyelenggaraan pendidikan tradisional Nusantara, dan onal Nusantara,
dan mendukung mendukung penyelenggaraan sekolah untuk tujuan menyebarkan
agama Kristen. VOC berpusat pada pendidikan di wilayah Timur Indonesia (katholik
berakar wilayah Timur Indonesia (katholik berakar di Batavi di Batavia Jakarta)
merupakan pusat administrasi ko a Jakarta) merupakan pusat administrasi kolonial.
lonial. Selain itu bertujuan untuk menghapuskan agama Khatolik diganti agama Kristen
Protestan, Calvinisme (Nasution, 2008: 4).
2.4 Tokoh-Tokoh Pendidikan Dunia dan Implikasinya terhadap Dunia Pendidikan
1. Plato
a. Biografi
Plato adalah filsuf Yunani yang sangat berpengaruh, Plato atau
Aristokles lahir sekitar 427 SM dari keluarga terkemuka Athena. Ayahnya
bernama Ariston, dan Ibunya bernama Periktione.
b. Tinjauan Ontologis, Epistimologis dan Aksiologis
• Ontologis
Pendidikan merupakan suatu tindakan pembebasan dari
belenggu ketidaktahuan dan ketidakbenaran. Disimpulkan pendidikan
menurut Plato adalah membebaskan dan memperbaharui.
• Epistimologis
Anak laki-laki dan perempuan mendapatkan pendidikan yang
sama. Lingkungan pendidian anak harus indah, tetapi sederhana.
Erawati (2012) menguraikan kerangka pendidikan menurut Plato
sebagai berikut:
a. Sejak lahir sampai usia tujuh tahun anak banyak mendapatkan
pendidikan fisik. Mereka harus menyimak dongeng dan puisi yang
terpilih. Negara yang menyensor materi yang disajikan pada anak.
Mainan yang sesuai disediakan, anak dididik dengan tegas, tetapi
dengan kelembutan. Kecerdasan dan ketangkasan fisik secara
harmonis dibentuk.
b. Usia 7-13 tahun aktivitas intelektual dan fisik dijalankan secara
bersamaan
c. Usia 20 tahun pendidikan khusus mulai dilakukan dengan seleksi
yang ketat
d. Usia 30 tahun dilakukan seleksi lagi untuk pendidikan selanjutnya
selama lima tahun.
Pendidikan merupakan suatu kewajiban bagi Plato, karena anak
merupakan milik negara bukan orang tua. Plato lebih menekankan
pengembangan intelektual, kurang mengembangkan jasmaniah.
c. Kontribusi dan Implikasi dalam Dunia Pendidikan
Plato berpendapat bahwa tujuan pendidikan adalah untuk menghimpun
seluruh kekuatan manusia menjadi kerjasama harmonis. Hal ini
memperlihatkan bahwa skema pendidikan Plato berpusat pada gagasan
mengenai warga negara adalah milik negara, dan tujuan utama pendidikan
adalah menyesuaikan kualifikasi individu untuk mengabdi pada negara.
2. Maria Montessori
a. Biografi
Maria Montessori lahir di Italia pada tahun 1870 di Chiaravalle. Pada
tahun 1909 ia menerbitkan Scientific Pedagogy as Applied to Child Education
in the Children Houses. Selama hidupnya Maria Montessori yakin bahwa
pendidikan dimulai sejak bayi lahir, bahkan tahun-tahun awal kehidupannya
merupakan masa-masa formatif yang paling penting baik fisik maupun mental
anak.
b. Tinjauan Ontologis, Epistimologi, dan Aksiologi
• Ontologis
Maria Montessori dari hasil penyeledikannya mempercayai
bahwa anak-anak tidak saja memiliki sifatnya masing-masing tapi juga
memiliki perkembangan karakter jiwa yang individual.
• Epistimologis
Metode Montessori menekankan pada aktivitas pengerahan diri
pada anak dan pengamatan dari guru. Dalam artian menekankan
pentingnya penyesuaian dari lingkungan belajar anak dengan tingkat
perkembangannya, dan peran aktivitas fisik dalam menyerap konsep
akademis dan keterampilan praktek. Kemudian ciri lainnya adalah
penggunaan peralatan otodidak untuk memperkenalkan berbagai konsep
c. Kontribusi dan Implikasi dalam Dunia Pendidikan
Beliau mengemukakan teori tentang anak, yaitu: “Jika pendidikan
mengenali nilai intrinsik dari kepribadian seorang anak, maka memberikan
nuansa yang tepat bagi pertumbuhan spiritualnya, kita menyingkapkan anak
yang sama sekali baru, dimana karakternya yang memukau pada akhirnya dapat
menyumbang kepada dunia yang lebih baik”. Teori ini menjelaskan mengenai
eksistensi anak sebagai suatu masa yang sangat esensial bagi keseluruhan
hidupnya.
3. B.F Skinner
a. Biografi
Burrhusm Frederic Skinner lahir di Susquehanna, Pennsylvania 20 Maret 1904,
meninggal di Massachusetts, 18 Agustus 1990 pada umur 86 tahun. Beliau adalah
seorang psikolog Amerika yang terkenal dengan teori behaviorisme.
b. Tinjauan Ontologis dan Epistimologi
• Ontologis
Setiap manusia bergerak karena mendapat rangsangan dari
lingkungannya. Sistem tersebut dinamakan “cara kerja yang
menentukan” (operant conditioning) atau teori pembiasaan perilaku.
Setiap makhluk hidup pasti selalu berada dalam proses bersinggungan
dengan lingkungannya. Di dalam proses itu, makhluk hidup menerima
rangsangan atau stimulan tertentu yang membuatnya bertindak sesuatu.
• Epistimologi
Skinner berpendapat tentang metode bagaimana guru melakukan
pelajaran, yaitu pengajaran terprogram, mengarahkan siswa apa yang
harus dilakukan dan apa yang baik untuk mereka. Hakekat dari metode
ini merupakan hubungan dengan keberhasilan siswa.
c. Kontribusi dan Implikasi dalam Dunia Pendidikan
Dalam pandangan Skinner pemberian penghargaan hendaknya dilakukan untuk
memberikan penguatan terhadap siswa. Beliau bertahan pada pendapatnya bahwa
belajar adalah performance. Program pengajaran merinci belajar ke dalam langkah-
langkah kecil, sementara gerakan tujuan tingkah laku mempunyai target proses
pengajaran pada penampilan skala kecil.
4. Jean Piaget
a. Biografi
Piaget lahir pada 1896 dan meninggal pada 1980. Peranan Piaget di dunia
pendidikan semakin besar setelah menduduki jabatan sebagai Direktur International
Bureau of Education (IBE) pada 1929. Sejak saai itu Piaget banyak menulis tentang
pendidikan umum.
b. Tinjauan Ontologis dan Epistimologi
• Ontologis
Pendidikan merupakan penghubung dua sisi, disatu sisi individu
sedang tumbuh dan disisi lain nilai sosial, intelektual, dan moral yang
menjadi tanggung jawab pendidik untuk mendorong individu tersebut.
Individu berkembang sejak lahir dan terus berkembang. Nilai ini adalah
norma yang berfungsi sebagai penunjuk dalam mengindentifikasi apa
yang diwajibkan, diperbolehkan, dan dilarang. Jadi, pendidikan adalah
hubungan normatif antara individu dan nilai
• Epistimologi
Jean Piaget, merumuskan konsep pendidikan dasar yaitu
pendidikan yang menghasilkan, mencipta, sekalipun tidak banyak,
meskipun suatu penciptaan dibatasi oleh pembandingan dengan
penciptaan yang lain.
c. Kontribusi dan Implikasi dalam Dunia Pendidikan
Menurut Piaget interaksi dengan teman sebaya sangat membantu anak
memahami bahwa orang lain memiliki pandangan dunia yang berbeda dengan
pandangannya sendiri dan ide-ide mereka tidak selalu akurat dan logis. Dalam
artian interaksi dengan teman sebaya akan memungkinkan siswa menguji
pemikirannya, merasa tertantang, menerima umpan balik, dan melihat bagaimana
orang lain mengatasi masalah. Teori Piaget cocok dengan pendidikan di Indonesia
yang bercorak demokratis, meski tidak sepenuhnya di Indonesia bisa menjalankan
teori belajar kontruktivisme sepenuhnya seperti teori Piaget. Namun Kurikulum
KTSP 2006 sudah merupakan awal pembelajaran dengan konsep kontruktivisme.

5. Benjamin S.Bloom
a. Biografi
Benjamin S. Bloom lahir pada 21 Februari di Lansford Pennsylvania dan
meninggal pada 13 September 1999. Ia adalah seorang guru, penasihat pendidikan
dan ahli psikologi pendidikan.
b. Tinjauan Ontologis dan Epistimologi
• Ontologis
Manusia memiliki potensi sesuai dengan ranah atau kawasan
yang ada padanya. Kemampuan belajar tersebut dapat diasah
berdasarkan ranah atau kawasan tersebut.
• Epistimologis
Pendidikan menurut teori Benjamin S Bloom terbagi menjadi 3
yaitu Ranah Kongnitif, Afektif dan Psikomotorik. Teori Benjamin S
Bloom dijadikan acuan untuk mengetahui tercapainya tujuan pendidikan
berupa adanya perubahan pengetahuan, sikap dan gerak pada setiap
peserta didik.
c. Kontribusi dan Implikasi dalam Dunia Pendidikan
Menurut Benjamin S. Bloom konsep taksonomi Bloom memang sudah
mengemuka di dunia pendidikan. Konsep tersebut mengalammi perbaikan seiring
dengan perkembangan dan kemajuan zaman serta teknologi. Revisi yang dilakukan
oleh Lorin Anderson pada 1990 terkait perubahan kata kunci, pada kategori kata
benda menjadi kata kerja.
2.5 Tokoh-Tokoh Pendidikan di Indonesia Zaman Pengaruh Islam pada dan Implikasinya
terhadap Pendidikan Indonesia
1. IMAM GHAZALI
a. Biografi
Nama lengkapnya adalah Abu Hamid bin Muhammad Al-Ghozali. Ia
dilahirkan di Thus, sebuah kota di Khurasan, Persia, pada tahun 450 H /
1058 M. Imam Ghazali sejak kecil dikenal sebagai pecinta ilmu
pengetahuan dan penggandrung mencari kebenaran yang hakiki, sekalipun
diterpa duka cita, dilanda aneka rupa duka nestapa dan sengsara.Al-Ghazali
pada masa kanak-kanak belajar fiqh kepada Ahmad ibn Muhammad ar-
Radzakani, kemudian beliau pergi ke Jurjan berguru kepada Imam Abu
Nashr al-Ismaili. Setelah itu ia menetap lagi di Thus untuk mengulang-ulang
pelajaran yang diperolehnya dari Jurjan.
b. Pemikiran Pendidikan
Tujuan pendidikan menurut Al-Ghazali harus mengarah kepada realisasi
tujuan keagamaan dan akhlak, dengan titik penekanannya pada Perolehan
keutamaan dan taqarrub kepada Allah dan bukan untuk mencari kedudukan
yang tinggi atau mendapatkan kemegahan dunia.Sebagaimana yang dikutip
Athiyyah Al-abrasyi bahwa Imam Ghazali berpendapat “sesungguhnya
tujuan dari pendidikan ialah mendekatkan diri kepada Allah Azza Wa Jalla".
Al-Ghazali tidak membedakan antara ilmu dengan Ma’rifah seperti tradisi
umum kaum sufi. Memang ia pernah menyebutkan bahwa secara etimologi,
ada sedikit perbedaan antara keduanya, dan ia tidak keberatan atas
pemakaian terma Ma’rifah untuk konsep (tasawuf), dan ‘ilm untuk assent
(tasqiq). Akan tetapi dalam berbagai kitabnya, ia sering memakai dua terma
itu sebagai arti yang sama.
2. KH. AHMAD DAHLAN
a. Biografi
Kyai Haji Ahmad Dahlan yang pada waktu kecilnya bernama Muhammad
Darwis. Beliau dilahirkan di Kauman Yogyakarta dari pernikahan Kyai Haji Abu
Bakar dengan Siti Aminah pada tahun 1285 H (1868 M ).Ayahnya KH Abu Bakar
adalah Khotib Masjid Agung Yogyakarta. KH Ahmad Dahlan belajar mengaji
sekitar tahun 1875 dan masuk pesantren. Sudah sejak kanak-kanak diberikan
pelajaran dan pendidikan agama oleh orang tuanya, oleh para guru (ulama) yang
ada di dalam masyarakat lingkungannya. Ini menunjukan naluri melainkan juga
melalui ilmu-ilmu yang diajarkan kepadanya. Pengetahuan yang dimiliki sebagian
besar merupakan hasil otodidaknya, kemampuan membaca dan menulisnya
diperoleh dari belajar kepada ayahnya, sahabatnya dan saudara-saudaranya dan
iparnya. Ia di didik sendiri melalui cara pengajian yaitu dengan menirukan kalimat-
kalimat atau bacaan yang diajarkan oleh ayahnya.
b. Pemikiran Pendidikan
Menurut KH. Ahmad Dahlan, pendidikan islam hendaknya diarahkan pada
usaha membentuk manusia muslim yang berbudi pekerti luhur, alim dalam agama,
luas pandangan dan paham masalah ilmu keduniaan, serta bersedia berjuang untuk
kemajuan masyarakatnya. Berangkat dari tujuan pendidikan tersebut KH. Ahmad
Dahlan berpendapat bahwa kurikulum atau materi pendidikan hendaknya meliputi:
1. Pendidikan moral, akhalq yaitu sebagai usaha menanamkan karakter manusia
yang baik berdasarkan Al-Qur’an dan As-Sunnah.
2. Pendidikan individu, yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan kesadaran
individu yang utuh yang berkesinambungan antara perkembangan mental dan
gagasan, antara keyakinan dan intelek serta antara dunia dengan akhirat.
3. Pendidikan kemasyarakatan yaitu sebagai usaha untuk menumbuhkan
kesediaan dan keinginan hidup bermasyarakat.
3. KH. HASYIM ASY'ARI
a. Biografi
Hasyim Asy’ari lahir di desa Gedang Jombang, Jawa Timur. Pada hari Selasa
kliwon, tanggal 24 Dzulhijjah 1287 atau bertepatan tanggal 14 Pebruari 1871 M. Nama
lengkapnya adalah Muhammad Hasyim ibn Asy’ari ibn Abd. Al Wahid ibn Abd.Hasyim
Asy’ari adalah seorang kiai yang pemikiran dan sepak terjangnya berpengaruh dari
Aceh sampai Maluku, bahkan sampai ke Melayu. Santri-santri ada yang dari Ambon,
Sulawesi, Kalimantan, Sumatera dan Aceh, bahkan ada beberapa orang dari Kuala
Lumpur. Beliau terkenal orang yang alim dan adil, selalu mencari kebenaran, baik
kebenaran dunia maupun kebenaran akhirat. Semasa hidupnya beliau diberi kedudukan
sebagai Rais Akbar NU, suatu jabatan yang hanya diberikan kepada Hasyim Asy’ari
satu-satunya. Bagi ulama lain yang menjabat jabatan tersebut, tidak lagi menyandang
sebutan Rais Akbar melainkan Rais Am. Hal ini karena ulama lain yang
menggantikannya merasa lebih rendah dibandingkan Hasyim Asy’ari.
b. Pemikiran Pendidikan
Pola pemaparan konsep pendidikan K.H. Hasyim Asy’ari dalam kitab Adab
Alim Wa Muta’allim mengikuti logika induktif, di mana beliau mengwali
penjelasannya langsung dengan mengutip ayat-ayat al-qur’an. Hadits, pendapat para
ulama, syair-syair yang mengadung hikamah.dengan cara ini. K.H. Hasyim Asy’ari
memberi pembaca agar menangkap ma’na tanpa harus dijelaskan dengan bahasa beliau
sendiri. Namun demikaian, ide-ide pemikirannya dapat dilihat dari bagaimana beliau
memaparkan isi kitab karangan beliau.
Tujuan pendidikan yang ideal menurut K.H. Hasyim Asy’ari adalah untuk
membentuk masyarakat yang beretika tinggi (akhlaqul karimah). rumusan ini secara
implisit dapat terbaca dari beberapa hadits dan pendapat ulama yang dikutipnya. Beliau
menyetir sebuah hadits yang berbunyi: “diriwayatkan dari Aisyah r.a. dari Rasulullah
SAW bersabda : kewajiban orang tua terhadapnya adalah membaguskan namanya,
membaguskan ibu susuannya dan membaguskan etikanya.
BAB III

PENUTUP

3.1 Simpulan

3.2 Saran

Anda mungkin juga menyukai