Anda di halaman 1dari 24

KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah tentang “Evaluasi
Kurikulum” ini dengan baik meskipun banyak kekurangan didalamnya. Dan juga kami
berterima kasih pada Dosen mata kuliah Structure Curiculum UNIMED yang telah
memberikan tugas ini kepada kami.
Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna dalam rangka menambah wawasan serta
pengetahuan kita mengenai evaluasi pembelajaran di bidang pendidikan. Kami juga
menyadari sepenuhnya bahwa di dalam makalah ini terdapat kekurangan dan jauh dari kata
sempurna. Oleh sebab itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan
makalah yang telah kami buat di masa yang akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang
sempurna tanpa saran yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapapun yang membacanya.
Sekiranya makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang
yang membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan dan kami memohon kritik dan saran yang membangun dari Anda demi
perbaikan makalah ini di waktu yang akan datang.

Medan,22 Maret 2017

Kelompok 2

1
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR ........................................................................................ 1
DAFTAR ISI....................................................................................................... 2
BAB I
PENDAHULUAN
A.Latar Belakang ................................................................................................ 3
B.Perumusan Masalah......................................................................................... 4
BAB II
PEMBAHASAN
A.Pengertian Evaluasi ......................................................................................... 5
B.Fungsi Evaluasi ............................................................................................... 5
C.Evaluasi Kurikulum......................................................................................... 6
D.Tujuan Evaluasi Kurikulum .......................................................................... 10
E.Peran Evaluasi dalam Kurikulum .................................................................. 11
F. Implementasi Evaluasi Kurikulum ............................................................... 12
G. Model Evaluasi Kurikulum .......................................................................... 14
BAB III
PENUTUP
Kesimpulan ....................................................................................................... 22
DAFTAR PUSTAKA ....................................................................................... 24

2
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Kegiatan evaluasi kebutuhan dan kelayakan terhadap kurikulum adalah suatu keharusan
yang esensial dalam rangka pengembangan program kegiatan pendidikan pada umumnya dan
peningkatan kualitas siswa pada khususnya. Hal ini terkait dengan pengembangan sumber
daya manusia sebagai unsur utama pelaksanaan dan keberhasilan program pendidikan yang
pada gilirannya membutuhkan pengelola dan pelaksana yang mampu menjalankan kegiatan
pendidikan yang lebih berdaya.
Evaluasi kurikulum sebagai usaha sebagai usaha sistematis mengumpulkan informasi
mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan mengenai mengenai nilai
dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks tertentu. Evaluasi kurikulum dapat mencakup
keseluruhan kurikulum atau masing-masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau
metode pembelajaran yang ada dalam kurikulum tersebut.
Secara sederhana, dapat disamakan dengan penelitian karena evaluasi kurikulum
menggunakan penelitian yang sistematik, menerapkan prosedur ilmiah dan metode penelitian.
Perbedaan antara evaluasi dan penelitian terletak pada tujuan. Evaluasi bertujuan untuk
mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data untuk bahan penetuan keputusan
mengenai kurikulum apakah akan ada revisi atau diganti. Sedangkan penelitian memiliki
tujuan yang lebih luas dari evaluasi yaitu mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data
untuk mengui teori atau membuat teori baru.
Evaluasi dan Kurikulum merupakan merupakan dua disiplin yang memiliki hubungan
sebab akibat. Hubungan antara evaluasi dan kurikulum bersifat organis, dan prosesnya secara
evolusioner. Evaluasi merupakan kegiatan yang luas, kompleks dan terus menerus, untuk
mengetahui proses dan hasil pelaksanaan sistem pendidikan dalam mencapai tujuan yang
ditentukan. Dimana semua tidak terlepas dari adanya berbagai criteria, mulai dari yang
bersifat formal.
Evaluasi kurikulum memegang peran penting baik dalam penentuan kebijakansanaan
pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-
hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan
para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan

3
sistem pendidikan dan pegembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi
kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana
pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan
pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian, serta fasilitas
pendidikan lainnya.
Beberapa hasil evaluasi menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan.
Pihak pengambil keputusan dalam pelaksanann pendidikan dan kurikulum adalah guru,
murid, orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum dan lain-lain.
Namun demikian pada prinsipnya tiap pengambil keputusan dalam proses evaluasi
memegang peran yang berbeda, sesuai dengan posisinya.

B. Perumusan Masalah
 Apa Pengertian Evaluasi ?
 Bagaimana Fungsi Evaluasi ?
 Bagaimana Evaluasi Kurikulum ?
 Bagaimana Tujuan Evaluasi Kurikulum ?
 Bagaimana Peran Evaluasi dalam Kurikulum ?
 Bagaimana Implementasi Evaluasi Kurikulum ?
 Apa Saja Model Evaluasi Kurikulum ?

4
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Evaluasi

Evaluasi adalah suatu proses mengukur dan menilai sebagai upaya tindak lanjut untuk
mengetahui berhasil atau tidaknya proses pembelajaran atau dapat pula diartikan penilaian
atau penafsiran terhadap pertumbuhan dan kemajuan peserta didik kearah tujuan-tujuan yang
telah ditetapkan dalam kurikulum. Hasil penilaian ini dapat dinyatakan secara kuantitatif
maupun kualitatif. Adapun tujuan evaluasi pembelajaran antara lain adalah untuk
mendapatkan data pembuktian yang akan mengukur sampai dimana tingkat kemampuan dan
keberhasilan peserta didik dalam mencapai tujuan pengajaran(Hasan, H. 2008).
Dengan demikian evaluasi menempati posisi yang penting dalam proses belajar
mengajar karena dengan adanya evaluasi pengajaran ini keberhasilan pengajaran tersebut
dapat diketahui. Menurut Wand dan Brown (1957) dalam buku Wina Sanjaya, definisi
evaluasi sebagai “.......... refer to the act or process to determining the value of something”
Evaluasi mengacu kepada suatu proses untuk menentukan nilai sesuatu yang dievaluasi.
Pertama, evaluasu merupakan suatu proses. Artinya , dalam suatu pelaksanaan evaluasi
semestinya terdiri dari berbagai macam tindakan yang harus dilakukan. Kedua, evaluasi
berhubungan dengan pemberian nilai atau arti. Artinya, berdasarkan hasil pertimbangan
evaluasi apakah sesuatu itu mempunyai nilai atau tidak. Dengan kata lain evaluasi dapat
menunjukkan kualitas yang dinilai(Print,1993).

B. Fungsi Evaluasi

Evaluasi pembelajaran merupakan salah satu komponen dalam proses pembelajaran yang
memiliki fungsi dan tujuan sebagai berikut :

a. Fungsi normatif, yaitu berfungsi sebagai perbaikan sistem pembelajaran.


b. Fungsi diagnostik, yaitu berfungsi untuk mengetahui faktor kesulitan siswa dalam
proses pembelajaran.
c. Fungsi sumatif, berfungsi untuk mengetahui tingkat kemampuan peserta didik.
(Hasan, H. 2008)

5
Secara garis besar dalam proses belajar mengajar evaluasi memiliki fungsi pokok sebagai
berikut :

a. Untuk mengukur kemajuan dan perkembangan peserta didik setelah melakukan


kegiatan belajar selama jangka watu tertentu.
b. Untuk mengukur sampai dimana keberhasilan sistem pengajaran yang digunakan.
(Sudjana, N. 2008)
. Sebagai bahan pertimnbangan dalam rangka melakukan perbaikan proses belajar mengajar.
Dan fungsi evaluasi lainnya :
1. Evaluasi merupakan alat yang penting umpan balik bagi siswa. Melalui evaluasi siswa akan
mendapatkan informasi tentang efektivitas pembelajaran yang dilakukannya. Dari hasil
evaluasi siswa akan dapat menentukan harus bagaimana proses pembelajaran yang perlu
dilakukannya.
2. Evaluasi merupakan alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa
dalam menguasai tujuan yang telah ditentukan. Siswa akan tahu bagaimana yang perlu
dipelajari lagidan bagaian mana yang tidak perlu.
3. Evaluasi dapat memberikan informasi untuk mengembangkan kurikulum. Informasi ini
sangat dibutuhkan baik untuk guru maupun para pengembang kurikulum khususnya untuk
perbaikan program selanjutnya.
4. Informasi dari hasil evaluasi dapat digunakan oles siwa secara individual dalam mengambil
keputusan, khususnya untuk menentukan masa depan sehubungan dengan pemilihan bidang
pekerjaan serta pengembangan karir.
5. Evaluasi berguna untuk para pengembang kurikulum khususnya dalam menentukan kejelasan
tujuan khusus yang ingin dicapai. Misalnya, apakah tujuan itu perlu diubah atau ditambah.

6. Evaluasi berfungsi sebagai umpan balik untuk semua pihak yang berkepentingan dengan
kependidikkan di sekolah, misalnya untuk orang tua, untuk guru dan pengembang kurikulum,
untuk perguruan tinggi, pemakai lulusan, untuk orang yang mengambil kebijakan pendidikan
termasuk juga untuk masyarakat. Melalui evaluasi dapat dijadikan bahan informasi tentang
efektivitas program sekolah.( Sanjaya, W. 2008)

C. Evaluasi Kurikulum

1. Makna Evakluasi Kurikulum


Evalusai kurikulum dimaksudkan sebagai suatu proses mempertimbangkan untuk
memberi nilai dan arti terhadap suatu kurikulum tertentu. Hal yang dimaksud dengan

6
kurikulum di sini adalah rencana yang mengatur tentang isi dan tujuan pendidikan tertentu.
Dalam kata lain dalam konteks ini kurikulum sebagai sebuah dokumen atau kurikulum
tertulis. ( Sanjaya, W. 2008)
2. Ruang Lingkup Evaluasi Kurikulum
a. Evaluasi Kurikulum sebagai Suatu Program atau Dokumen
suatu pprogram atau dokumen, kurikulum memiliki beberapa komponen pokok yaitu tujuan
yang ingin dicapai, isi atau materi kurikulum itu sendiri, strategi pembelajarn yang
direncanakan, serta rencana evaluasi keberhasilan.
1). Evaluasi Tujuan Pendidikan
Rumusan tujuan merupakan salah satu komponen yang ada dalam dokumen kurikulum.
Evaluasi kurikulum sebagai dokumen adalah evaluasi terhadap tujuan, setiapmata pelajaran
terdapat sejumlah kriteria untuk menilai tujuan ini.
 Apakah tujuan setiap mata pelajaran itu berhubungan dan diarahkan untuk mencapai
tujuan lembaga sekolah yang bersangkutan.
 Apakah tujuan itu mudah dipahamioleh setiap guru?
 Apakah tujuan yag dirumuskan dalam dokumen itu sesuai dengan tingkat perkembangan
sisiwa?
2) evaluasi terhadap isi atau materi kurikulum bahwa yang dimaksud dengan isi atau materi
kurikulum adalah seluruh pokok bahasan yang diberikan dalam setiap mata pelajaran.
Sejumlah pertanyaan yang dijadikan kriteria untuk menguji isi atau materi kutrikulum
diantaranya:
 Apakah isi kurikulum sesuai atau dapat mendukung pencapaian tujuan seperti yang telah
ditetapkan
 Apakah isi atau materi kurikulum sesuai dengan pandangan-pandangan atau penemuan-
penemuan yang mutakhir
 Apakah isi kurikulum sesuai dengan pengalaman dan karakteristik lingkungan dimana
anak tinggal?
 Apakah urutan isi kurikulum sesuai karakteristik isi atau materi kurikulum?
3) Evaluasi terhadap strategi pembelajaran
Sebagai suatu pedoman bagi guru, kurikulum juga seharusnya memuat petunjuk-petunjuk
bagaimana cara pelaksanaan pembalajaran atau cara mengimplementasikan kurikulum
didalam kelas. Salah satu aspek yang berhubungan dengan implementasi kurikulum adalah

7
aspek pedoman perumusan strategi pembelajaran. Sejumlah kriteria yang dapat diajukan
untuk menilai pedoman strategi belajar mengajar diantaranya :
 Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan sesuai dan dapat mendukung untuk
keberhasilan pencapaian tujuan pendidikan?
 Apakah strategi pembelajaran yang diusulkan dapat mendorong aktifitas dan minat
siswa untuk belajar?
 Bagaimana keterbacaan guru terhadap pedoman pelaksanaan strategi pembelajaran yang
direncanakan?
 Apakah strategi pembelajaran yang dirumuskan dapat mendorong kreativitas guru?
 Apakah stategi pembelajaran sesuai dengan tingkat perkembangan siswa?
 Apakah stategi pembelajaran yang dirumuskan sesuai dengan alokasi waktu yang
tersedia?
4) Evaluasi terhadap program penilaian
Komponen yang keempat,yang harus dijadikan sasaran penilaian terhadap kurikulum sebagai
suatu program adalah evaluasi terhadap program penilaian. Beberapa kriteria yang dapat
dijadikan acuan adalah :
 Apakah program evaluasi relevan dengan tujuan yang ingin dicapai?
 Apakah evaluasi diprogramkan untuk mencapai fungsi evaluasi baik sebagai formatif
maupun fungsi sumatif?
 Apakah program evaluasi yang direncanakan mudah dibaca dan dipahami oleh guru?
 Apakah program evaluasi mencakup semua aspek perubahan perilaku?
b. Evaluasi Pembelajaran sebagai Implementasi Kurikulum
telah dijelaskan bahwa kurikulum sebagai suatu dokumen memiliki keterkaitan yang tidak
terpisah dengan implementasi dolumen tersebut dalam kegiatan pembelajaran. Beberapa
kriteria yang dapat diajukan untuk menilai implementasi tersebut diantaranya adalah sebagai
berikut :
 Apakah implementasi kurikulum yang dilaksanakan oleh guru sesuai dengan program
yang direncanakan?
 Sejauh mana siswa dapat berpartisipasi aktif dalam proses pembelajaran sesuai dengan
tujuan yang ingin dicapai?
 Apakah secara keseluruhan implementasi kurikulum dianggap efektif dan efisien?

8
3. Evaluasi Berbasis Kelas

Pertama, evaluasi merupakan kegiatan integral dalam suatu proses pembelajaran. Artinya,
kegiatan evaluasi ditempatkan sebagai kegiatan yang tidak terpisahkan dalam proses
pembelajaran. Kedua, evalusai bukan hanya tanggung jawab guru, akan tetapi juga menjadi
tanggung jawab siswa. Artinya, dalam proses evaluasi siswa dilibatkan oleh guru, sehingga
mereka memiliki kesadaran pentingnya evaluasi untuk memantau keberhasilannya sendriri
dalam proses pembelajaran (self evaluation). ( Sanjaya, W. 2008)
4. Jenis-jenis Evaluasi
Setaip jenis memiliki karakteristik yang berbeda. Dibawah ini dijelaskan secara singkat
a. tes
tes adalah tekhik penilaian yang biasa digunakan untuk mengukur kemampuan siswa dalam
pencapaian suatu kompetensi tertentu, melalui pengolahan secara kuantitatif yang hasilnya
berbentuk angka. Berdasarkan angka itulah selanjutnya ditafsirkan tingkat penguasaan
kompetensi siswa.
b. non tes
non tes adalah alat evaluasi yang biasanya digunakan untuk menilai aspek tingkah laku
termasuk sikap, minat dan motivasi.
 Observasi adalah teknik penilaian dengan cara mengamati tingkah laku pada suatu
situasi tertentu.
 Wawancara adalah komunikasi langsung antara yang mewawancarai dan yang
diwawancarai. Dilihat dari sifatnya, ada dua jenis wawancara yaitu wawancara langsung
dan tidak langsung (Hasan, H. 2008).
5. Evaluasi Internal dan Eksternal
Evaluator kurikulum dapat diklasifikasikan menjadi dua macam yaitu sebagai berikut:
a. Evaluasi Internal
Evaluator dalam adalah pelaksanaan evaluasi kurikulum yang sekaligus berasal dari
lembaga yang akan dievaluasi.
Kelebihan evaluator dalam adalah evaluasi menjadi tepat sasaran karena evaluator sangat
memahami dan menguasai kurikulum yang akan dievaluasi. Hemat dari segi pendanaan,
karen lembaga yang dievaluasi tidak perlu mengeluarkan banyak dana untuk membayar
evaluator kurikulum.

9
Kelemahan evaluator dalam adalah adanya kemungkinan subyektifitas dari evaluator,
yang hanya akan menyampaikan kepentingan pribadi. Kemungkinan adanya sikap tidak
cermat evaluasi menurut versi dirinya.
b. Evaluasi Eksternal
Evaluator adalah evaluator yang berasal dan berada di luar lembaga yang akan dievaluasi
dan tidak terlibat dalam implementasi kurikulum. Diharapkan evaluator ini mampu bertindak
dan mampu bersikap independent, karena tidak memiliki kepentingan pribadi. Kelebihan
evaluator luar adalah lebih obyektif dalam melaksanakan evaluasi karena ia tidak
berkepentingan mengenai kategori keberhsilan atau kegagalan implementasi kurikulum yang
telah berjalan. Apapun hasil evaluasi tidak akan direspon secara emosional oleh evaluator
luar karena ia tidak ingin memperlihatkan bahwa kurikulum tersebut berhasil dengan baik.
Kesimpulan yang akan diambil dan dibuat lebih sesuai dengan keadaan dan kenyataan.
Kelemahan evaluator luar antara lain adalah kurangnya pemahaman terhadap seluk beluk
dan seluruh aspek kurikulum memungkinkan kesimpulan yang diambil kurang tepat.
Pemborosan dana kerena pihak pengambil kebijakan harus mengeluarkan dana yang besar
untuk membayar evaluator luar.
Mengingat masing-masing evaluator baik evaluator dalam mapun luar, memiliki beberapa
kelebihan dan kelemahan, maka sebaiknya dianjurkan evaluator itu gabungan dari dalam dan
dari luar. Dengan demikian evaluator dalam bisa memberikan penjelasan dan pemahaman
kepada evaluator luar tentang segala hal yang berhubungan dengan kurikulum. Hal ini
menguntungkan pengambil kebijakan kerena tidak perlu mengeluarkan banyak dana, dan
menguntungkan bagi pelaksana kurikulum atau lembaga yang dievaluasi karena ada pihak
dalam yang terlibat, yang tentu lebih memahami kurikulum tersebut dari pada orang luar
(Hasan, H. 2008).
D. Tujuan Evaluasi Kurikulum
Tujuan evaluasi kurikulum berbeda-beda tergantung dari konsep atau pengertian
seseorang tentang evaluasi. Tujuan tersebut dapat dikelompokkan menjadi sebagai berikut :
1. Menyediakan informasi mengenai pelaksanaan pengembangan dan pelaksanaan suatu
kurikulum sebagai masukan bagi pengambilan keputusan.
2. Menetukan tingkat keberhasilan dan kegagalan suatu kurikulum serta faktor-faktor yang
berkontribusi dalam suatu lingkungan tertentu.
3. Mengembangkan berbagai alternatif pemecahan masalah yang dapat digunakan dalam
upaya perbaikan kurikulum.

10
4. Memahami dan menjelaskan karakteristik suatu kurikulum dan pelaksanaan suatu
kurikulum (Hasan, H. 2008).
E. Peran Evaluasi dalam Kurikulum
Evaluasi kurikulum memegang peran penting baik dalam penentuan kebijakansanaan
pendidikan pada umumnya, maupun dalam pengambilan keputusan dalam kurikulum. Hasil-
hasil evaluasi kurikulum dapat digunakan oleh para pemegang kebijaksanaan pendidikan dan
para pengembang kurikulum dalam memilih dan menetapkan kebijakan pengembangan
sistem pendidikan dan pegembangan model kurikulum yang digunakan. Hasil-hasil evaluasi
kurikulum juga dapat digunakan oleh guru-guru, kepala sekolah dan para pelaksana
pendidikan lainnya, dalam memahami dan membantu perkembangan siswa, memilih bahan
pelajaran, memilih metode dan alat-alat bantu pelajaran, cara penilaian, serta fasilitas
pendidikan lainnya.
Beberapa hasil evaluasi menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan. Pihak
pengambil keputusan dalam pelaksanann pendidikan dan kurikulum adalah guru, murid,
orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembang kurikulum dan lain-lain. Namun
demikian pada prinsipnya tiap pengambil keputusan dalam proses evaluasi memegang peran
yang berbeda, sesuai dengan posisinya.
Salah satu kesulitan yang dihadapi dalam penggunaan hasil evaluasi bagi pengambilan
keputusan adalah hasil evaluasi yang diterima oleh berbagai pihak pengambil keputusan
adalah sama. Masalah yang timbul adalah apakah hasil evaluasi tersebut dapat bermanfaat
bagi semua pihak. Jawabannya belum tentu, karena suatu informasi mungkin lebih
bermanfaat bagi pihak tertentu tetapi kurang bermanfaat bagi pihak yang lain.
Kesatuan penilaian hanya dapat dicapai melalui suatu konsesus. Konsesus tersebut berupa
kerangka kerja penelitian yang dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, pengukuran prestasi
belajar yang bersifat behavioral, analisis statistik dari prestasi tes post tes. Secara umum,
langkah-langkah pokok evaluasi pendidikan meliputi tiga kegiatan utama yaitu persiapa,
pelaksanaan dan pengolahan hasil.
Peran evaluasi kurikulum dalam pendidikan berkenaan dengan tiga hal, yaitu sebagai berikut.
(Zaini,M.2006)
1. Konsep sebagai moral judgement
Konsep utama dalam evaluasi adalah masalah nilai. Hasil dari suatu nilai berisi suatu nilai
yang akan digunakan untuk tindakan selanjutnya. Hal ini mengandung dua pengertian yaitu:
a. Evaluasi berisi suatu skala nilai moral, berdasarkan skala tersebut suatu objek evaluasi dapat
dinilai.

11
b. Evaluasi berisi suatu perangkat kriteria praktis yang berdasarkan kriteria-kriteria tersebut
suatu hasil dapat dinilai.
2. Evaluasi dan penentuan keputusan
Beberapa hasil evaluasi menjadi bahan pertimbangan dalam menentukan keputusan. Pihak
pengambil keputusan dalam pelaksanaan pendidikan dan kurikulum adalah guru, murid,
orang tua, kepala sekolah, para inspektur, pengembangan kurikulum dan sebagainya.
3. Evaluasi dan konsensus nilai
Kesatuan penilaian dapat dicapai melalui suatu konsensus. Kosensus tersebut berupa
kerangka kerja penelitian yang dipusatkan pada tujuan-tujuan khusus, pengukuran prestasi
belajar behavioral, analisis statistik dari prestasi tes dan post tes. Ada dua kriteria dalam
penilaian kurikulum:
a. Kriteria berdasarkan tujuan yang telah ditentukan atau sering disebut kriteria patokan
b. Kriteria berdasarkan norma-norma atau standar yang ingin dicapai sebagaimana adanya.
F. Implementasi Evaluasi Kurikulum
Kurikulum merupakan study intelektual yang cukup luas. Banyak teori tentang
kurikulum. Beberapa teori menekankan pada rencana, pada inovasi, pada filosofi dan pada
konsep-konsep yang diambil dari perilaku manusia. Secara sederhana teori kurikulum dapat
diklasifikasikan atas teori-teori yang lebih menekankan pada evaluasi kurikulum, pada
situasi pendidikan serta pada organisasi kurikulum. (Zaini,M.2006)
Terdapat beberapa perbedaan penekanan dalam kurikulum. Perbedaan penekanan
dalam kurikulum tersebut mengakibatkan perbedaan dalam pola rancangan dan dalam
pengembangannya. Konsep kurikulum yang menekankan isi memberikan perhatian besar
pada analisis pengetahuan baru yang ada. Konsep situasi menuntut penilaian secara rinci
tentang lingkungan belajar. Dan konsep organisasi memberikan perhatian besar pada struktur
belajar. Perbedaan-perbedaan dalam rancangan tersebut mempengaruhi langkah-langkah
selanjutnya.
Pengembangan kurikulum yang menekankan isi, membutuhkan waktu
mempersiapkan situasi belajar dan menyatukannya dengan tujuan pembelajaran yang cukup
lama. Kurikulum yang menekankan situasi waktu mempersiapkannya lebih pendek,
sedangkan kurikulum yang menekankan organisasi waktu persiapannya hampir sama dengan
kurikulum yang menekankan isi.
Kurikulum yang menekankan isi sangat mengutamakan peran dimensi, mekipun
umpamanya kurikulum itu kurang baik, mereka dapat melaksanakannya melalui jalur
birokrasi. Tipe kurikulum ini mengikuti model penyebaran (difusi) dari pusat ke daerah.

12
Sebaliknya, penyebaran kurikulum yang menekankan situasi sangat mementingkan
penyiapan unsur-unsur yang terkait. Kurikulum yang menekankan organisasi, strategi
penyebarannya sangat mengutamakan guru. (Sukmadinata,S. 1997)
Kurikulum yang menekankan organisasi, strategi penyebarannya sangat
mengutamakan latihan guru. Penyebaran ini lebih merupakan pembaharuan dari dalam dan
bukan karena paksaan atau keharusan dari luar. CARE (Centre for Applied Research in
Education) di Universitas East Anglia Norwegia, aktif dalam mengadakan pelatihan guru.
Salah satu proyeknya yang pertama adalah Nuffield/Schools Council Humanities Curriculum
Projecttahun 1967. Proyek ini disiapkan untuk meningkatkan usia anak yang meninggalkan
sekolah, disediakan bagi anak usia 14 sampai 16 tahun dan yang kecerdasannya di bawah
rata-rata.
Banyak kesulitan yang dialami dalam proyek ini, yang paling kritis adalah mengenai
komunikasi antara tim proyek dengan guru-guru, para administrator, dan para siswa. Proyek
ini juga memiliki suatu tim evaluasi. Salah satu kesimpulan dari hasil evaluasi mereka adalah
hasil-hasil yang dicapai oleh guru-guru yang terlatih (yang mengerti maksud serta latar
belakang proyek) tidak dapat dicapai oleh guru-guru yang tidak terlatih. Ini menunjukkan
bahwa latihan guru memegang peranan penting dalam penyebaran program. Model evaluasi
kaitannya dengan teori kurikulum.
Dalam buku Nana Syaodih Sukmadinata mengatakan, pada kurikulum yang
menekankan organisasi, tugas evaluasi lebih sulit lagi, karena isi dan hasil kurikulum bukan
hal yang utama, yang utama adalah aktivitas dan kemampuan siswa. Salah satu pemecahan
bagi masalah ini adalah dengan pendekatan Kurikulum Humaniti dari CARE. Dalam proyek
itu dicari perbandingan materi antara proyek yang menggunakan guru yang terlatih dengan
yang tidak terlatih, dalam evaluasinya juga diteliti pengaruh umum dari proyek, dengan cara
mengumpulkan bahan-bahan secara studi kasus dari sekolah-sekolah proyek. Meskipun
pendekatan perbandingan banyak memberikan hasil yang berharga, tetapi meminta waktu
terlalu banyak dari evaluator. Dalam perkembangan selanjutnya, ternyata bahan-bahan dari
hasil studi kasus memberikan hasil yang lebih berharga bagi evaluasi kurikulum.
Perbedaan konsep dan strategi pengembangan dan penyebaran kurikulum, juga
menimbulkan perbedaan dalam rancangan evaluasi. Model evaluasi yang berifat koperatif
menekankan pada obyektif yang sangat sesuai bagi kurikulum yang bersifat rasional dan
menekankan isi. Pendekatan yang bersifat goal free lebih memungkinkan untuk
mengevaluasi kurikulum yang menekankan pada situasi. Pendekatan yang bersifat elektif
lebih cocok jika diterapkan dalam kurikulum yang menekankan organisasi. (Zaini,M.2006)

13
G. Model Evaluasi Kurikulum
Evaluasi kurikulum merupakan suatu tema yang luas, meliputi banyak kegiatan, meliputi
sejumlah prosedur, bahkan dapat merupakan suatu lapangan studi yang berdiri sendiri.
Evaluasi kurikulum juga merupakan suatu fenomena yang multifaset, memiliki banyak segi.
Macam-macam model evaluasi yang digunakan bertumpu pada aspek-aspek tertentu yang
diutamakan dalam proses pelaksanaan kurikulum. Model evaluasi yang bersifat komparatif
berkaitan erat dengan tingkah laku individu. Evaluasi yang berorentasi tujuan berkaitan erat
dengan meteri dan tingkah laku individu. Evaluasi yang menekankan tujuan berkaitan erat
dengan kurikulum yang menekankan pada bahan ajar atau isi kurikulum. Model atau
pedekatan antropologis dalam evaluasi ditunjukkan untuk mengevaluasi tingkah laku dalam
suatu lembaga social. Dengan demikian, sesungguhnya terdapat hubungan yang sangat erat
antara evaluasi dengan kurikulum sebab teori kurikulum juga merupakan teori dari evaluasi
kurikulum.
Menurut Zainal Arifin (2009), terdapat sepuluh model evalusi kurikulum :

1. Evaluasi kurikulum model penelitian (research evaluation model)

Model evaluasi kurikulum yang menggunakan penelitian didasarkan atas teori dan metode tes
psikologi serta ekperimen lapangan. Salah satu pendekatan dalam evalusai yang
menggunakan eksperimen lapangan adalah comparative approach, yaitu dengan mengadakan
perbandingan antara dua macam kelompok anak.
Model evaluasi kurikulum yang menggunakan model penelitian didasarkan atas teori dan
metode tes psikologi dan serta eksperimen lpangan. Tes psikologi atau tes psikometrik pada
umumnya mempunyai dua bentuk, yaitu tes intelegensi yang ditunjukkan untuk mengukur
kemampuan bawaan, serta tes bawaan yang mengukur perilaku skolastik.
Ada beberapa kesulitan yang dihadapi dalam eksperimen tersebut. Pertama, kesulitan
administrative, sedikit sekali sekolah yang bersedia dijadikan sekolah eksperimen. Kedua,
masalah teknis dan logis, yaitu kesulitan menciptakan kondisi kelas yang sama untuk
kelompok-kelompok yang diuji. Ketiga, sukar untuk mencampurkan guru-guru untuk
mengajar pada kelompok eksperimen dengan kelompok control, pengaruh guru-guru tersebut
sukar dikontrol. Keempat, ada keterbatasan mengenai manipulasieksperimen yang dapat
dilakukan.
2. Model evaluasi kurikulum yang berorientasi pada tujuan (goal/objective oriented
evaluation model)

14
Dalam model ini, evaluasi merupakan bagian yang sangat penting dari proses pengembangan
kurikulum. Kurikulum tidak dibandingkan dengan kurikulum lain, tetapi diukur dengan
seperangkat tujuan atau kompetensi tertentu. Keberhasilan pelaksanaan kurikulum diukur
oleh penguasaan siswa akan tujuan-tujuan atau kompetensi tersebut.
Ada beberapa persyaratan yang harus dipeuhi oleh tim pengembang model obyektif, yaitu
sebagai berikut:

1. Ada kesepakatan tentang tujuan-tujuan kurikulum


2. Merumuskan tujuan-tujuan tersebut dalam perbuatan siswa
3. Menyusun materi kurikulum yang sesuai dengan tujuan tersebut
4. Mengukur kesesuaian antara perilaku siswa dengan hasil yang diinginkan

Dasar-dasar teori Tvlor dan Bloom menjadi prinsip sentral dalam berbagai rancangan
kurikulum, dan mencapai puncaknya dalam system belajar berprogram dan system
instruksional. Sistem pengajaran yang terkenal adalah IPI (Individually Prescribed
Instruction). Dalam IPI anak mengikuti kurikulum yang mengikuti 7 unsur, yaitu:
 Tujuan-tujuan pengajaran yang disusun dalam daerah-daerah, tingkat-tingkat dan unit-
unit

 Suatu prosedur program testing

 Pedoman prosedur penulisan

 Materi dan alat-alat pengajaran

 Kegiatan guru dalam kelas

 Kegiatan murid dalam kelas

 Prosedur pengelolaan kelas.

3. Model evaluasi kurikulum yang lepas dari tujuan (goal free evaluation model)

Model ini dikembangkan oleh Micheal Scriven, yang cara kerjanya berlawanan dengan
model evaluasi yang berorientasi pada tujuan. Menurut pendapat Scriven, seorang evaluator
tidak perlu memperhatikan apa yang menjadi tujuan pembelajaran, yang perlu diperhatikan
adalah bagaimana kerjanya. Cara dengan memperhatikan dan mengidentifikasi penampilan
yang terjadi, baik hal-hal positiv yang diharapkan maupun hal-hal negativ yang tidak
diinginkan.

15
4. Model campuran multivariasi

Model campuran multifariasi adalah strategi evaluasi yang menyatukan unsur-unsur dari
beberapa model evaluasi kurikulum. Model ini memungkinkan perbandingan lebih dari satu
kurikulum dan secara serempak keberhasilan tiap kurikulum diukur berdasarkan criteria
khusus dari masing-masimg kurikulum.
Langkah-langkah yang harus ditempuh dalam model evaluasi ini yaitu:
 mencari dan menentukan sekolah yang berminat untuk dievaluasi atau diteliti.

 Pelaksanaan program, bila tidak ada percampuran sekolah, maka tekanannya pada
partisipasi yang optimal.

 Semetra tim menyusun tujuan yang meliputi semua tujuan dari pengajaran umpamanya
dengan menggunakan metode global dan metode unsur, dapat disiapkan tes tambahan.

 Bila semua informasi yang diharapkan telah terkumpul, maka mulailah pekerjaan
computer.

 Tipe analisis dapat juga digunakan untuk mengukur pengaruh bersama dari beberapa
variable yang berbeda.

Beberapa kesulitan yang dihadapi dalam model campuran multivareasi ini adalah:
 Diharapkan memberikan tes statistic yang signifikan.

 Terlalu banyaknya variable yang perlu dihitung pada suatu saat.

 Meskipun model ini telah mengurangi masalah kontrol berkenaan dengan eksperimen
lapangan tetapi tetap menghadapi masalah-masalah pembandingan.

5. Model evaluation program for innovate curriculumbs (EPIC)

Model ini menggambarkan keseluruhan program evaluasi kurikulum dalam sebuah kubus.
Kubus ini memiliki tiga bidang, bidang pertama adalah perilaku (behavior) yang meliputi
perilaku cognitive, affective, psychomotor. Bidang kedua adalah pembelajaran (instruction),
yang meliputi organisasi, materi, metode fasilitas atau sarana dan pendanaan. Bidang ketiga
adalah kelembagaan (institution) yang meliputi guru, murid, administrasi, tenaga
kependidikan, keluarga dan masyarakat.
6. Model CIPP (Contex, Input, Procces, and Product)

Model ini dikembangkan oleh Stufflebeam (1967) dan kawan-kawan di Ohio State University
AS dan model ini paling banyak diikuti oleh para evaluator. Model ini memandang bahwa

16
kurikulum yang dievaluasi adalah sebuah sistem, maka apabila evaluator telah menentukan
untuk menggunakan model CIPP, maka evaluator harus menganalisis kurikulum tersebut
berdasarkan komponen-komponen model CIPP.
Model ini mengemukakan bahwa untuk melakukan penilaian terhadap program pendidikan
diperlakuakan empat macam jenis yaitu:
 Penilaian konteks (context)yang bekaitan dengan tujuan.

Penilaian konteks adalah upaya untuk menggambarkan dan merinci lingkungan, kebutuhan,
populasi dan sample yang dilayani serta tujuan pembelajaran. Kebutuhan siswa apa saja yang
belum terpenuhi, tujuan apa saja yang belum tercapai dan tujuan apa saja yang belum
tercapai.
 Penilaian masukan (input) yang berguna untuk pengambilan k eputusan desain.

Maksud evaluasi ini adalah kemampuan siswa dan kemapuan sekolah dalam menunjang
pendidikan.
 Penilaian proses (process) yang membimbing langkah operasional dalam pembuatan
keputusan.

Penilaian ini menunjukkan pada kegiatan yang dilakukan dala program, apakah pelaksanaan
kurikulum tetap sanggup melakukan tugasnya, siapa yang bertanggung jawab
melaksanakannya, dan lain-lain.
 Penilaian keluaran yang memberikan data sebagai tambahan erbuatan keputusan
(product).

Penilaian keluaran adalah tahap akhir serangkaian evaluasi program kurikulum, yang
diarahkan pada hal-hal yang menunjukkan perubahan yang terjadi pada siswa.
7. Model Ten Brink

Ten Brink mengemukakan adanya tiga tahap evaluasi kurikulum yaitu; pertama, tahap
persiapan, adapun langkah – langkahnya sebagai berikut:
 Melukiskan secara spesifik pertimbangan dan keputusan yang dibuat.

 Melukiskan informasi yang diperlukan.

 Memanfaatkan informasiyang ada

 Menentukan kapan dan bagaimana cara memperoleh informasi

 Menyusun dnn memilih instrument pengumpulan informasi yang digunakan.

17
Kedua, tahap pengumpuln data melalui dua langkah yaitu memperoleh informasi yang
diperlukan dan menganalisis dan mencatat informasi. Ketiga, tahap penilaian yang berisi
keiatan – kegiatan sebgai berikut:
 Membuat pertimbangan yang digunakan sebagai dasar pembuatan keputusan

 Membuat keputusan yang merupakan suatu pilihan beberapa alternatif tindakan

 Mengikhtisarkan dan melaporkan hasil penilaian

8. Model Pendekatan Proses

Evaluasi kurikulum model pendekatan proses ini tumbuh dan berkembang secara
kualitatif, yang menjadi pendekatan yang penting. Karakteristik model ini adalah:

1. Kriteria yang digunakanuntuk evaluasi tidak dikembangkan sebelum pelaksanaan


(evaluator) berada di lapangan.
2. Sangat peduli dengan masalah yang dihadapi oleh para pelaksana kurikulum.
3. Evaluasi yang dilakukan terhadap kurikulum adalah merupakan satu kesatuan yang
utuh, tidak terpecah belah dalam bagian-bagian tertentu.

Adapun prosedur evaluasi kurikulum model pendekatan proses adalah sebagai berikut:
 Pengumpulan data dari berbagai sumber, misalnya kepala sekolah atau madrasah, guru
dan tenaga kependidikan

 Menganalisis data setelah data terkumpul dari berbagai sumber

 Pengambilan keputusan dan berpijak pada kelebihan dan kekurangan suatu kurikulum,
sehingga akan melahirkan pemikiran alternativ untuk perbaikan atau inovasi kurikulum.

9. Model Evaluasi Kuantitatif

Model kuantitatif ditandai oleh cirri yang menonjol dalam penggunaan prosedur kuantitatif
untuk mengumpulkan data sebagai konsekuensi penerapan pemikiran paradigma positivisme.
Seperti yang telah dikemukakan sebelumnya, paradigma positivism menjadi tradisi keilmuan
dalm evaluasi terutama melalui tradisi psikometrik.
Hal lain yang dapat dikemukakan mengenai model-model kuantitatif ini ialah persamaan
mereka dalam fokus evaluasi yaitu pada kurikulum dimensi hasil belajar. Ada beberapa
macam dalam model evaluasi kuantitatif yaitu:
1. Model balck box Tyler

18
Model Tyler dinamakan Black Box karena tidak ada nama resmi yang diberikan oleh
pengembangnya. Tyler, yang mengajukan model ini menuliskan buah pikirannya tersebut
tidak dalam satu tulisan lepas mengenai evaluasi kurikulum. Buku yang diberi judul Basic
principles of curriculum and instruction ditulis ketika ia bertugas sebagai professor di
Universitas Chicago.
Model yang dikemukakan dibangun atas dua dasar, yaitu: evalusai yang ditunjukkan kepada
tingkah laku peserta didik dan evaluasi harus dilakukan pada tingkah laku awal peserta didik
sebelum suatu pelaksanaan kurikulum serta pada saat peserta didik telah melaksanakan
kurikulum tersebut.
Dengan dasar evaluasi yang kedua, Tyler menghendaki evaluator dapat menetukan perubahan
tingkah laku yang terjadi sebagai hasil belajar yang diperoleh dari kurikulum. Dalam
pelaksanaannya, Tyler mengemukakan ada tiga prosedur utama yang harus dilakukan yaitu:

 Menentukan tujuan kurikulum yang akan di evaluasi


 Menentukan situasi di mana peserta didik mendapatkan kesempatan untuk
memperlihatkan tingkah laku yang berhubungan dengan tujuan
 Menentukan alat evaluasi yang akan digunakan untuk mengukur tingkah laku peserta
didik.

Model evluasi Tyler memiliki keunggulan dalam kesederhanaannya. Evaluator dapat


memvokuskan kajian evaluasinya hanya pada satu dimensi kurikulum yaitu dimensi hasil
belajar. Keunggulan model Tyler pada sisi lain menjadi titik lemah model ini. Fokus pada
hasil belajar dan mengabaikan dimensi proses adalah sesuatu yang tidak sejalan dengan
pendidikan.
Faktor lain yang menyebabkan kelemahan model ini adalah kenyataan yang diungkapkan
oleh banyak studi yang mengkaji dimensi proses. Kenyataan yang terungkap dari hasil studi
tentang proses ini menyebabkan sukar untuk melakukan claim bahwa hasil yang
diperlihatkan oleh peserta didik adalah hasil yang ditimbulkan kurikulum yang dievaluasi
2. Model teoritik Taylor dan Maguire

Model ini lebih mendasarkan dirinya pada pertimabangan teoritik suatu model evaluasi
kurikulum. Unsur-unsur yang ada dalam model ini seperti sumber sosial tujuan, tujuan yang
dikembangkan berdasarkan pendekatan behavioral, pengembangan strategi dan semangat
psikometrik kiranya merupakan pengaruh Tyler yang mungkin tidak didasari Taylor dan
Maguire.

19
Berdasarkan Standar Isi dan Standar Kompetensi Lulusan tersebut maka satuan pendidikan
mengembangkan visi dan tujuan yang ingin dicapai satuan pendidikan tersebut. Tugas tugas
tersebut yaitu:

 Menjadi pengembang tanggung jawab para pengembang kurikulum ditigkat satuan


pendidikan
 Mencari data mengenai keserasian antara tujuan umum dengan tujuah behavioral dan
hasilnya dimasukkan menjadi vektor lanjur matrik penafsiran
 Mengevaluassi pengembangan tujuan tersebut menjadi pengalaman belajar.

3. Model pendekatan sistem Alkin

Pendekatan ini memiliki keunikan dibandingkan pakar evaluasi lainnya dimana ia


memasukkan unsur pendekatan ekonomi mikro dalam pekerjaan evaluasi. Model ini
dikembangkan berdasarkan empat asumsi yaitu:

 Variable perantara adalah merupakan satu-satunya kelompok varabel yang dapat


dimanipulasi.
 Sistim luar tidak langsung dipenaruhi oleh keluaran sistim
 Para pengambil keputusan sekolah tidak memiliki kontrol mengenai pengaruh yang
diberikan sistim luar.
 Faktor masukkan mempengaruhi aktivitas faktor perantara

Pada dasarnya, model pendektan system Alkin dapat digunakan untuk melakukan kajian
mengenai kurikulum di Indonesia terlebih-lebih ketika satuan pendidikan telah memiliki
KTSP. Kekuatan model ini adalah keterkaitannya dengan sistem. Evaluasi suatu satuan
pendidikan yang masing-masing sangat dimungkiinkan karena setiap satuan pendidikan itu
merupakan unit yang dikendalikan secara khusus dengan berlakunya manajemen berbasis
sekolah.
Kelemahan model ini terutama keterbatasannya dalam fokus kajian. Model ini hanya dapat
digunakan untuk mengevaluasi kurikulum yang sudah siap dilaksanakan oleh sekolah. Dala
situasi pengembangan kurikulum yang sekarang (KTSP) model ini dapat digunakan setelah
kurikulum tersebut berhasil dikembangkan dan siap dilaksanakan di satuan pendidikan
tersebut.

20
4. Model countenance stake

Model ini adalah model pertama evaluasi kurikulum yang dikembangkan Stake. Stake
mengemukakan keseluruhan keiatan evaluasi yang harus dilakuakan dengan cara yang
diinginkan bagaimana evaluasi tersebut dilakukan. Dalam buku ini model Stake
dikelompokkan sebagai model evaluasi kuntitatif karena pada awalnya model ini
dikembangkan dengn pendekatan kuantitatif. Tapi, apabila kemudian adaevaluator yang ingin
menggunakan model ini dengan pendekatan kualitatif tentu saja.
10. Model Ekonomi Mikro

Model ekonomi mokro pada dasarnya adalah model yang menggunakan pendekatan
kuantitatif. Sebagaimana kebanyakan model kuantitatif, model ekonomi mikro memiliki
fokus utama pada hasil (hasil dari pekerjaan, hasil belajar dan hasil yang diperkirakan).
Dalam mengukur hasil, digunakan suatu instrument yang sudah ditandarisasi. Penggunaan
instrumen standar penting karena hanya dengan demikian perbandingan antara biaya dengan
hasil dapat dilakukan secara berimbang. Kurikulum lain yang dikembangkan oleh satuan
pendidikan lain mungkin didasarkan atas ide yng berbeda. Dalam pandangan
teoritikkurikulum satuan pendidikan tersebut dinyatakan baahwa seseorang yang telah
menyelesaikan studinya harus memiliki pengetahuanyang cukup untuk dapat hidup produktif
di masyarakat.
Persoalan mengenai persamaan tujuan kurikulum yang akan dibandinkan tidak akan dialami
oleh evaluator yang akan menerapkan model cost-benefit. Hal penting lainnya ialah bahwa
skala penilaian tersebut diukur pada pengukuran interval dan bukan ordinal.
Model terakhir dari kelompok mikro ekanomi ialah yang dinamakan model cost-feasibility.
Berbeda dengan ketiga model terdahulu, model ini tidak berusaha mencari hubungan antara
biaya dengan hasil tertentu. Perhitungan biaya masa depan perlu diperhitungkan agar
kurikulum yang dikembangkan tersebut mendapat jaminan dalam implementasinya.
11. Model Evaluasi Kualitatif

Ciri khas dari model evaluasi kualitatif adalah selalu menempatkan proses
pelaksanaankurikulum sebagai fokus utama evaluasi. Oleh karena itu kurikulum dalam
dimensi kegiatan atau proses lebih mendapatkan perhatian dibandingkan dimensi lain suatu
kurikulum walaupun harus dikatakan bahwa perhatian utama terhadap proses dimensi lain.
Model utama evaluasi kualitatif adalah studi kasus. Demikian kuatnya posisi studi kasus
sebagai model utama dilingkungan evaluasi kualitatif sehingga setiap orang berbicara tentang
model evaluasi kualitatif maka nama studi kasus segera muncul dalam kontak memorinya.

21
BAB III
PENUTUP

Kesimpulan

 Evaluasi kurikulum sebagai usaha sebagai usaha sistematis mengumpulkan


informasi mengenai suatu kurikulum untuk digunakan sebagai pertimbangan
mengenai mengenai nilai dan arti dari kurikulum dalam suatu konteks tertentu.
 Fungsi Evaluasi adalah sebagai berikut
 Alat yang penting umpan balik bagi siswa
 Alat yang penting untuk mengetahui bagaimana ketercapaian siswa dalam
menguasai tujuan yang telah ditentukan
 dapat memberikan informasi untuk mengembangkan kurikulum
 dapat digunakan oles siwa secara individual dalam mengambil keputusan
 berguna untuk para pengembang kurikulum
 sebagai umpan balik untuk semua pihak di sekolah
 Evaluasi kurikulum dapat mencakup keseluruhan kurikulum atau masing-
masing komponen kurikulum seperti tujuan, isi, atau metode pembelajaran
yang ada dalam kurikulum tersebut.
 Evaluasi bertujuan untuk mengumpulkan, menganalisis dan menyajikan data
untuk bahan penetuan keputusan mengenai kurikulum apakah akan ada revisi
atau diganti.
 Peran evaluasi dalam kurikulum

1. Konsep sebagai moral judgement

2. Evaluasi dan penentuan keputusan

3. Evaluasi dan konsensus nilai

 Implementasi Evaluasi Kurikulum


1. Kurikulum yang menekankan isi
2. Kurikulum yang menekankan organisasi

22
 Model evaluasi kurikulum yaitu

1. Evaluasi kurikulum model penelitian

2. Model evaluasi kurikulum yang berorientasi pada tujuan

3. Model evaluasi kurikulum yang lepas dari tujuan

4. Model campuran multivariasi

5. Model evaluation program for innovate curriculumbs

6. Model CIPP (Contex, Input, Procces, and Product)

7. Model Ten Brink

8. Model Pendekatan Proses

9. Model Evaluasi Kuantitatif

10. Model Ekonomi Mikro

11. Model Evaluasi Kualitatif

23
DAFTAR PUSTAKA

Sanjaya, Wina. 2008. Kurikulum dan Pembelajaran ; Teori dan Praktik Pengembangan
Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (KTSP). Jakarta : Prenada Media Group.

Hasan, Hamid. 2008. Evaluasi Kurikulum. Bandung : PT. Remaja Rosdakarya.

Syaodih Sukmadinata, Nana. 2012. Pengembangan Kurikulum Teori dan Praktek. Bandung :
PT. Remaja Rosdakarya.

Sudjana, Nana. 2008. Pembinaan dan Pengembangan Kurikulum di Sekolah. Bandung : Sinar
Baru Algensindo.

Print, Murray. 1993. Curriculum Development and Design. Sydney:Allen Unwin.

Zaini,M.2006. Pengembangan Kurikulum. Surabaya: Elkaf

Arifin, Zainal. 2011.Konsep dan Model Pengembangan Kurikulum. Bandung: PT. Remaja
Rosdakarya.

24

Anda mungkin juga menyukai