Anda di halaman 1dari 10

REKAYASA IDE

PEMBELAJARAN KREATIF

”Mengurangi Kantuk Dan Kejenuhan Belajar Pada Siswa Melalui Ice


Breaking Saat Pembelajaran Dikelas”

Disusun Oleh :

NAMA : LIDWINA YELRIMENTI BR GINTING

NIM : 1182111042

KELAS : PGSD REGULER C 2018

MATA KULIAH : PEMBELAJARAN KREATIF

DOSEN PENGAMPU : Dr. Yasaratodo Wau, M.Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR

FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN

UNIVERSITAS NEGERI MEDAN

2018
KATA PENGANTAR

Puji dan syukur saya panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang telah
melimpahkan rahmat-Nya, sehingga saya dapat menyelesaikan Laporan Rekayasa Ide yang
berjudul ”Mengurangi kantuk dan kejenuhan belajar pada siswa melalui ice breaking saat
pembelajaran dikelas” ini dengan baik dan tepat pada waktunya.

Saya mengucapkan banyak terima kasih atas bantuan,bimbingan dan arahan dari
berbagai pihak. Pada kesempatan ini dengan segala kerendahan hati, saya menyampaikan
ucapan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada dosen pembimbing mata kuliah
Pembelajaran Kreatif yaitu Bapak Dr.Yasaratodo Wau,M.Pd. yang telah memberikan
bimbingan.
Saya menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini banyak  sekali kekurangan dan
masih jauh dari kesempurnaan baik dari segi bahasa maupun susunan penulisannya. Oleh
karena itu, saya sangat mengharapkan kritik dan saran yang bersifat membangun demi
perbaikan untuk langkah-langkah selanjutnya.
 Akhirnya saya mengucapkan terima kasih yang sedalam-dalamnya kepada semua
pihak yang telah terkait. Semoga segala bantuan,bimbingan dan arahan yang diberikan 
mendapat ganjaran yang berlipat ganda dari Tuhan yang Maha Esa.

Medan, Oktober 2018

Penulis
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Siapapun pasti pernah merasa kebosanan dalam belajar, apalagi jika kebosanan itu
melanda kita saat di kelas, yang seharusnya konsentrasi memahami pelajaran harus
terkendala karena kebosanan. Bosan saat di kelas tentu saja ada banyak penyebab, mulai dari
mata pelajaran yang tidak kita sukai hingga penyampaian materi yang terkesan monoton,
akhirnya tanpa kita sadari otak menerjemahkan suasana tersebut dalam bentuk kebosanan.
Kalau kita berada di posisi guru, tentu saja ini menjadi hambatan dalam menyampaikan
materi, guru mana yang tidak mumet, materi masih banyak yang harus disampaikan, waktu
terus berjalan menuju musim ulangan, tapi anak-anak semakin tidak fokus di kelas atau
dengan kata lain mereka sedang dalam kejenuhan.

Dalam belajar atau yang lebih kita pahami dengan mentransfer ilmu guru kepada anak-
anak, tentu saja hal yang terpenting adalah tercapainya tujuan pembelajaran, ice breaking
tidak mengubah tujuan namun malah membantu tujuan pembelajaran itu tercapai, terlebih
dalam proses belajar ada faktor internal dan faktor eksternal yang mempengaruhi proses
belajar anak.

Beberapa permasalahan atau kendala yang dialami oleh peserta didik dan guru dalam
proses belajar-mengajar di sekolah :

 Peserta didik kurang gemar membaca dan memahami kembali materi pelajaran,
sehingga materi yang diberikan guru sulit dimengerti oleh peserta didik.
 Rasa kantuk dan bosan yang dirasakan peserta didik sehingga tidak dapat fokus
atau konsentrasi pada saat proses belajar-mengajar berlangsung, disebabkan
karena suasana belajar yang kaku dan terkesan monoton.
 Peserta didik sulit mencerna pelajaran yang disampaikan oleh guru, karena guru
memberikan materi secara cepat, tanpa memperhatikan apakah siswa nya sudah
mengerti atau belum, hal ini disebabkan karena guru juga berusaha mengejar
target kurikulum yang telah ditetapkan.
 Guru yang mengajar dengan menggunakan metode mengajar satu arah, dimana
guru terus-menerus menjelaskan materi, dan mengharuskan peserta didik duduk
manis selama kurang lebih 45-60 menit tanpa memberikan kesempatan kepada
peserta didik untuk menyampaikan pendapat atau mengajukan pertanyaan.
Ice Breaker Penyemangat Belajar, ice breaker adalah peralihan situasi yang
membosankan, membuat ngantuk, menjemukan dan tegang menjadi rileks, bersemangat dan
tidak membuat mengantuk serta ada perhatian dan ada rasa senang untuk memndengarkan ata
melihat orang yang berbicara di depan kelas atau ruang pertemuan.
Kadang ice breaker ini digunakan oleh trainer-trainer dalam sebuah pelatihan namun
tidak ada salah jika ice breaker kita gunakan dalam mengajar di kelas. Seperti menurut teori
konstruktivisme, dimana anak-anak memerlukan pengalaman belajar dalam hidupnya, jadi
ada sesuatu yang diingat anak dalam penyampaian materi pelajaran.

B. IDENTIFIKASI MASALAH

Saya akan membahas masalah peserta didik yang mengalami masalah perasaan bosan
dan kantuk yang menghampiri peserta didik saat mengikuti proses pembelajaran di kelas. Hal
ini di sebabkan karena keadaan atau suasana belajar dalam kelas yang tidak menyenangkan,
dimana guru menggunakan metode belajar yang terkesan monoton, sebagian besar waktu
belajar dalam kelas digunakan guru untuk menjelaskan dan memaparkan materi belajar
dengan berceramah, tanpa memberi kesempatan terbuka untuk peserta didik menyampaikan
pendapat, ide serta gagasannya yang sesungguhnya dapat membantu meningkatkan
kreativitas peserta didik.

Banyak guru yang tidak mampu menciptakan suasana belajar dikelas yang
menyenangkan, guru malah mengharuskan peserta didik duduk diam dan mendengarkan
ceramah selama satu sampai dua jam pelajaran. Sedangkan siswa Sekolah Dasar hanya
mampu berkonsentrasi selama 15-20 menit, selebihnya siswa akan mulai merasa bosan dan
konsentrasinya berkurang.

Pada umumnya saat guru mengajar di ruang kelas sebagian besar waktunya dihabiskan
untuk menyampaikan materi pelajaran tanpa memperhatikan bagaimana kondisi dan
kemampuan daya tangkap atau memori para siswanya. Kebanyakan guru menganggap hal itu
sebagai salah satu bentuk pemanfaatan waktu yang tepat. Hal ini bisa kita pahami karena
guru mempunyai target kurikulum yang harus selesai disampaikan kepada siswa dalam kurun
waktu yang relatif singkat.
Oleh karenanya dari sekian banyak materi yang telah dijelaskan guru, seringkali tidak
dapat diserap semua dengan baik oleh para siswa. Hal ini membuktikan adanya penurunan
kemampuan daya tangkap otak dalam menyimpan memori setelah beberapa saat lamanya.
Kalau kita cermati pada awalnya grafik tingkat daya serap siswa terhadap apa yang
disampaikan guru cukup tinggi. Namun seiring dengan berjalannya waktu, beberapa menit
kemudian terjadilah penurunan memori atau tingkat daya serap siswa terhadap materi
pelajaran.

C. RUMUSAN MASALAH
1. Bagaimana cara guru untuk mengembangkan kreativitas anak dalam belajar ?
2. Bagaimana upaya guru dalam melakukan proses pembelajaran agar peserta didik
dapat ikut berpartisipasi atau aktif dalam proses pembelajaran ?
3. Bagaimana cara guru untuk menghilangkan rasa bosan anak pada cara belajar yang
menggunakan metode belajar satu arah ?
4. Apa upaya yang dapat dilakukan guru untuk mengubah atau meredakan kondisi
atau suasana kelas yang tegang dan atau membosankan ?

D. TUJUAN DAN MANFAAT REKAYASA IDE


1. Untuk mengubah suasana belajar kelas yang membosankan menjadi suasana yang
lebih aktif.
2. Untuk meningkatkan konsentrasi peserta didik dalam menerima materi
pembelajaran di kelas.
3. Untuk menerapkan metode Ice Breaker dalam mengajar dikelas yang dapat
mengubah suasana kaku menjadi usasana yang lebih santai namun terarah dan tetap
memiliki tujuan yang terorganisasi.
4. Menghindari dan menghilangkan rasa bosan dan rasa kantuk pada peserta didik,
serta meningkatkan konsentrasi dan memori peserta didik dalam belajar.
BAB II
PEMBAHASAN

A. PEMECAHAN MASALAH
Banyak permasalahan yang dialami peserta didik dalam proses menerima materi
pelajaran di sekolah. Baik masalah yang menyangkut suasana dan kondisi belajar di kelas,
metode atau cara mengajar guru yang mungkin terkesan membosankan bagi siswa, peserta
didik yang tidak dapat fokus atau konsentrasi dalam menerima pelajaran karena merasa bosan
dan ngantuk, dan masih banyak permasalahan lainnya.
Bukan hanya peserta didik yang mengalami hambatan dalam proses pembelajaran, guru
juga seringkali mengalami suatu kendala dalam melakukan proses belajar-mengajar kepada
siswa di kelas. Karena guru mengajar dan harus mengejar target sesuai dengan jadwal pada
kurikulum yang digunakan oleh sekolah. Jadi terkadang guru terpaksa mengabaikan peserta
didik yang kurang paham dan belum mengerti tentang materi yang diberikan. Dan terkadang
guru lupa menciptakan suasana kelas yang menyenangkan, karena banyak sekali materi yang
harus disampaikan dan di selesaikan oleh guru.
Namun permasalahan atau kendala-kendala yang terjadi ini tidak menjadi alasan untuk
menghentikan proses belajar-mengajar bagi peserta didik, hal yang harus dilakukan adalah
dengan mencari jalan keluar atau solusi dari segala masalah yang sedang dialami oleh peserta
didik. Hal yang dapat dilakukan untuk mengubah suasana belajar dikelas adalah dengan
menggunakan metode Ice Breaker yaitu suatu usaha untuk memecahan atau mencairkan
suasana yang kaku atau dingin menjadi suasana yang lebih nyaman,aktif dan santai. Misalnya
dengan membentuk beberapa kelompok dalam kelas, lalu guru membuat sebuah permainan
yang dapat meningkatkan keaktifan anak dan kreativitas anak, sembari membangun rasa
percaya diri pada peserta didik serta membantu peserta didik dalam bersosialisasi dengan
teman-teman sekelasnya, jadi suasana kelas akan berubah menjadi menyenangkan.

Hal ini bertujuan agar materi-materi yang disampaikan dapat diterima dengan baik
oleh peserta didik. Siswa akan lebih dapat menerima materi pelajaran jika suasana tidak
tegang, santai, nyaman, dan lebih bersahabat. Ice breaker juga apat diartikan sesuatu yang
dingin yang perlu diberikan pada suasana yang panas. Artinya, ketika suasana sudah
memanas, menegang, maka perlu suatu minuman yang dingin dan menyegarkan, yaitu ice
breaker agar suasana kembali dingin dan otak siap menuju kegiatan pembelajaran yang lebih
menantang.

BAB III
PENUTUP
A. REKAYASA IDE

Pengertian Ice Breaking

Istilah ice breaker berasal dari dua kata asing, yaitu ice yang berarti es yang memiliki
sifat kaku, dingin, dan keras, sedangkan breaker berarti memecahkan. Arti harfiah ice-
breaker adalah ‘pemecah es’ Jadi, ice breaker bisa diartikan sebagai usaha untuk memecahan
atau mencairkan suasana yang kaku seperti es agar menjadi lebih nyaman mengalir dan
santai. Hal ini bertujuan agar materi-materi yang disampaikan dapat diterima. Siswa akan
lebih dapat menerima materi pelajaran jika suasana tidak tegang, santai, nyaman, dan lebih
bersahabat. Ice breaker juga apat diartikan sesuatu yang dingin yang perlu diberikan pada
suasana yang panas. Artinya, ketika suasana sudah memanas, menegang, maka perlu suatu
minuman yang dingin dan menyegarkan, yaitu ice breaker agar suasana kembali dingin dan
otak siap menuju kegiatan pembelajaran yang lebih menantang.
Yang dimaksud ice breaker adalah permainan atau kegiatan yang berfungsi untuk
mengubah suasana kebekuan dalam kelompok. Ada juga yang menyebutkan bahwa Ice
Breaker adalah peralihan situasi dari yang membosankan, membuat mengantuk,
menjenuhkan dan tegang menjadi rileks, bersemangat, tidak membuat mengantuk, serta ada
perhatian dan ada rasa senang untuk mendengarkan atau melihat orang yang berbicara di
depan kelas atau ruangan pertemuan.
Ice Breaker merupakan cara tepat untuk mencipatakan suasana kondusif. “Penyatuan”
pola pikir dan pola tindak ke satu titik perhatian adalah yang bisa membuat suasana menjadi
terkondisi untuk dinamis dan fokus.

Pentingnya Ice Breaker dalam Pembelajaran

Proses pembelajaran yang serius kaku tanpa sedikitpun ada nuansa kegembiraan
tentulah akan sangat cepat membosankan. Apalagi diketahui bahwa berdasarkan penelitian
kekuatan rata-rata manusia untuk terus konsentrasi dalam situasi yang monoton hanyalah
sekitar 15 menit saja. Selebihnya pikiran akan segera beralih kepada hal-hal lain yang
mungkin sangat jauh dari tempat di mana ia duduk mengikuti suatu kegiatan tertentu.

Otak kita tidak dapat dipaksa untuk melakukan fokus dalam waktu yang lama. Untuk
mudahnya, anda bisa menggunakan patokan usia. Contohnya, untuk anak usia 5 tahun,
rentang waktu fokus optimal yang bisa dilakukan hanyalah 5 menit, untuk anak usia 15 tahun,
rentang waktu fokus hanyalah 15 menit. Bila seorang berusia 35 tahun atau 60 tahun maka
fokus optimalnya 30 menit. Jadi 30 menit adalah rentang waktu fokus maksimal agar tidak
terjadi kelelahan otak yang berlebihan.
Ketika pikiran tidak bisa terfokus lagi, maka segera di butuhkan upaya pemusatan
perhatan kembali. Upaya yang bisa dilakukan oleh guru konvensional adalah dengan
meningkatkan intonasi suara yang lebih kers lagi, mengancam atau bahkan memukul-mukul
meja untuk meminta perhatian kembali. Upaya demikian sebenarnya justru semakin
memperparah situasi pembelajaran, karena sebenarnya proses pembelajaran sangat
dibutuhkan keterlibatan emosional siswa. Dengan demikian sangatlah penting bagi guru
untuk menguasai berbagai teknik ice breaker dalam upaya untuk terus menjaga “stamina”
belajar para siswanya.

METODE PELAKSANAAN
Teknik penggunaan ice breaker ada dua cara yaitu secara spontan dilaksanakan dalam
situasi pembelajaran dan direncanakan. ice breaker digunakan secara spontan dalam proses
pembelajaran biasanya digunakan tanpa skenario tetapi lebih banyak digunakan karena situasi
pembelajaran yang ada saat itu butuh energizer atau karena terlalu noice sehingga
pembelajaran tidak terfokus lagi. Pelaksanaan ice breaker dapat dibagi dalam tiga kegiatan
pembelajaran sebagai berikut:

a. Penerapan ice breaker secara spontan dalam proses pembelajaran

Ice breaker dapat dilakukan secara spontan dalam proses pembelajaran. Hal ini tentu
dilakukan tanpa persiapan atau tanpa direncanakan terlebih dahulu oleh guru. Seorang guru
yang tanggap terhadap kondisi siwa tentu akan segera mengambil tindakan terhadap kondisi
dan situasi pembelajaran yang kurang kondusif selama KBM. Ice breaker diberikan secara
spontan adalah dengan tujuan antara lain untuk :

1) Memusatkan kembali perhatian siswa


2) Memberikan semangat baru pada saat siswa mencapai titik jenuh.

3) Mengalihkan perhatian terhadap fokus materi pelajaran yang berbeda.

b. Ice breaker di awal kegiatan pembelajaran

Pada kegiatan awal pembelajaran biasanya anak masih dalam kondisi segar, kecuali
sebelumnya ada mata pelajaran lain. Kondisi yang masih segar seperti ini dapat
menggunakan ice breaker tipe ringan, yaitu dengan menepuk-nepuk punggung tangan dengan
punggung tangan, telapak kaki dengan telapak kaki, atau kebalikannya telapak tangan dengan
telapak kanan dengan punggung kaki dengan punggung kaki. Dapat juga diisi dengan
berbagai tepuk sesuai dengan mata pelajaran yang akan dilakukan.

B. KESIMPULAN

Dari uraian diatas maka dapat ditarik beberapa kesimpulan diantaranya yakni:
“Ice Breaking" ialah terdiri dari dua kata Bahasa Inggris yang memiliki makna adalah
“memecah es”. Istilah tersebut sering dipakai didalam training/pelatihan dengan maksud
antara lain ialah menghilangkan kebekuan-kebekuan yang ada di antara di setiap peserta
latihan, sehingga mereka bisa saling mengenal, dan mengerti dan bisa untuk saling
berinteraksi secara baik antara yang satu dengan dan lainnya. Berdasarkan dari The
Encyclopedia of Ice Breaker (1976), dikatakan bahwa bentuk dari ice breakers itu terdapat
sangat beragam, dimulai dari sebuah teka-teki, sebuah humor lucu, sebuah yel-yel, sebuah
gerakan rubuh, dan sampai ke permainan.
Tujuan utama ice breaker dalam pembelajaran adalah untuk mengoptimalkan belajar
siswa. Dengan dilakukanya ice breaker motivasi siswa menjadi tinggi, sehingga mempunyai
rasa senang dalam mengikuti proses pembelajaran.Ice breaker sangat diperlukan dala proses
pembelajaran di kelas untuk menjaga stamina emosi dan kecerdasan berpikir siswa. Ice
breaker diberikan untuk memberikan rasa gembira yang bisa menumbuhkan sikap positif
siswa dalam psoses pembelajaran.

C. SARAN
Penulis dapat memberikan beberapa saran berdasarkan uraian diatas, Mengingat
pentingnya ice breaking untuk meningkatkan konsentrasi siswa dalam belajar tentunya kita
sebagai guru dan calon guru dapat meningkatkan kreativitas siswa dengan melaksanakan ice
breaking agar siswa siswa menjadi tidak jenuh dalam mengikuti proses belajar mengajar,
serta menghilangkan dan menghindarkan perasaan bosan dan rasa kantuk dari peserta didik
dengan guru yang mampu menciptakan suasana belajar yang menyenangkan dan tidak
monoton.

Anda mungkin juga menyukai