Anda di halaman 1dari 7

TUGAS RUTIN

PEND. BAHASA DAN SASTRA


INDONESIA SD KELAS RENDAH
PRODI S1 PGSD

SKOR :

KONSEP DASAR PERKEMBANGAN BAHASA

NAMA MAHASISWA :
KELAS : PGSD REG-C
DOSEN PENGAMPU : Faisal,S.Pd, M.Pd.

PENDIDIKAN GURU SEKOLAH DASAR


FAKULTAS ILMU PENDIDIKAN
UNIVERSITAS NEGERI MEDAN
2020
A. PENGERTIAN PERKEMBANGAN

1. Harlock

Menurut Harlock, Perkembangan merupakan rangkaian perubahan progresif yang terjadi


sebagai akibat dari interaksi atau pengalaman. Hal tersebut menyebabkan perubahan yang
dapat dirasakan. Semakin banyaknnya pengalaman hidup dan interaksi dengan sosial, maka
perubahan yang dialami juga semakin bervariasi.

2. Santrok Yussen

Perkembangan merupakan pola yang berkembang terus menerut sepanjang hayat. Perubahan
ini berlangsung sampai menimbulkan sifat sifat baru dalam diri individu. Misalnya sifat egois
pada anak- anak, akan berkembang setelah mengenal interaksi sosial dan saling
membutuhkan antar manusia sehingga merubah sikap tersebut.

3. McLeod

Perkembangan merupakan tahap pertumbuhan yang ditentukan oleh ukuran, jumlah, arti
penting dan merupakan tahapan perkembangan.

B. PERKEMBANGAN BAHASA

1. Ferdinand De Saussure

Menurut Ferdinand De Saussure, pengertian bahasa merupakan sebuah fitur yang paling
membedakan, karena pada setiap kelompok sosial akan merasa bahwa bahasa ialah sebuah
satu unit yang dapat berbeda dari pada kelompok lainnya.

2. Sudaryono

Menurut Sudaryono, pentingnya bahasa merupakan sebah alat komunikasi yang begitu
efektif, meskipun tidak sempurna, hingga ketidak sempurnaan pada linguistik sebagai alat
komunikasi menjadi salah satu akibat penyebab kesalah pahaman.

3. Plato
Menurut Plato, pengertian bahasa merupakan sebuah pernyataan dalam pikiran sendiri yang
dapat melalui Rhemata (bahasa) dan Onomata (nama benda atau sesuatu), maknanya cermin
dari suatu imajinasi seseorang dalam aliran udara melalui mulut

C. Tahap perkembangan bahasa

1. Bahasa Awal/Early Languange (0-1 tahun)

Dimulai dari sejak lahir. Bayi telah diperkenalkan dengan bahasa. Mereka
mengkomunikasikan bahasa dengan gerakan tubuh dalam merespon kata-kata yang
disampaikan orang lain (Condon & Sander, 1974). Bayi sangat sensitif terhadap ritme dan
nada pembicaraan (Fogel, 2009, p.242). Pada usia satu bulan, bayi mulai dapat mendengkur,
sedangkan pada usia 6 bulan sampai dengan satu tahun mereka menggunakan bahasa
babbling seperti "ba ba ba" "da da da" (Sachs, 1976) sebagai respon terhadap pembicaraan
orang. Bayi senang bermain dengan suara ini dan babbling mereka juga memiliki irama
(Crain, 2003, p.92).

2. Kalimat satu kata/Halofrastik (1-1,5 tahun)

Pada usia sekitar satu tahun, anak mulai mengucapkan kata-kata pertama. Kata
pertama yang diucapkan ini biasanya berupa satu kata. Satu kata yang diucapkan oleh anak-
anak tersebut merupakan implementasi psikologis dan visional yang mencangkup mau
tidaknya terhadap sesuatu. Contoh: "kue" yang dapat berarti "aku mau kue", "ada kue". Satu
kata ini dapat berupa perintah, penolakan, pemberitahuan, dan lain-lain. Untuk mengerti apa
yang anak maksud, metode yang tepat untuk orang tua adalah dengan mengobservasi dan
memahami dengan apa yang dikerjakan anak pada saat itu. Intonasi pun mendukung apakah
anak itu memerintah, menolak, atau hanya memberi tahu (Sach, 1976).

3. Tahap kalimat dua kata (1,5--2 tahun)

Dua kata muncul sebagai akibat dari bertambahnya perbendaharaan kata dari
lingkungan dan fungsi-fungsi kognitif anak. Kalimat kedua ini muncul sebagai perluasan
ketika anak mengerti terhadap sebuah kejadian dan mencoba untuk mengekspresikannya dan
terjadi ketika anak berusia sekitar 1 setengah tahun atau 18 bulan. Misalnya, makna
kepemilikan (baju ibu), makna sifat (hidung mancung). Namun pada tahap ini kata kerja yang
digunakan tidak mencangkup jumlah dan waktu.
4. Tahap perkembangan tata bahasa (2--5 tahun)

Yang terlihat dari tahap ini adalah keterampilan anak dalam mengadakan sebuah
diferensiasi ketika menggunakan kata-kata dan kalimat. Secara garis besar perkembangan itu
adalah:

 Pada akhir periode secara umum anak telah menguasai bahasa ibu dan mengetahui hukum-
hukum tata bahasa yang lebih pokok.

 Perkembangan fonologi telah berakhir. Namun masih terdapat kesulitan pengucapan


konsonan yang sedikit kompleks.

 Perbendaharaan kata mulai berkembang sedikit demi sedikit. Adanya pembedaan antara
kata benda dan kata kerja dalam pemakaiannya. Yang ditandai dengan berbagai kata
depan, kata ganti, dan kata kerja bantu.

 Bahasa sebagai fungsi komunikasi benar-benar telah berfungsi. Pengalaman anak mulai
dibagikan kepada orang-orang terdekatnya.

 Perkembangan morfologi mulai terjadi yang ditandai dengan kata jamak, perubahan
akhiran, perubahan kata kerja dan lain-lain.

5. Transformasi atau Tahap Perkembangan Tata Bahasa Menjelang Dewasa (5-10


tahun)

Pada masa ini tata bahasa seorang anak berkembang secara pesat. Seorang anak
mengalami sebuah perubahan melibatkan gabungan kalimat yang sederhana. Terdapat
penelitian dari A. Karmiloff Smith yang mempelajari tentang bahasa anak-anak sekolah
(1979) yang mengungkapkan usia anak 5--8 tahun muncul ciri-ciri yang khas pada bahasa
anak dengan mengerti kemampuan untuk mengerti hal--hal abstrak. Ketika anak telah
memasuki usia 8 tahun, bahasa telah digunakan sebagai alat yang benar-benar penting untuk
proses penyampaian pikiran. Usia ini merupakan usia yang sangat penting dalam kemampuan
kompleks tata bahasa (C. Chomsky, 1969).

6. Tahap kompetensi lengkap (11 tahun -- dewasa)

Pada akhir masa anak-anak kemampuan berbahasa sudah cukup matang.


Hingga usia sekolah pertengahan atau biasa dikenal SMP, keterampilan bicara anak lebih
meningkat, sintaksis lebih lengkap disertai variasi-variasi struktur dan variasi-variasi kata.
D. Faktor-Faktor Perkembangan Bahasa Anak
1. Perkembangan Kognitif Anak
Apabila seorang anak menggunakan ujaran-ujaran yang bentuk-bentuknya benar, ini
belum berarti bahwa anak itu telah menguasai bahasa pertama itu karena dapat saja ia
memberi arti yang lain pada kalimat yang diucapkannya itu. Agar seorang anak itu dapat
disebut menguasai bahasa pertamanya, ada beberapa unsur yang penting yang berkaitan
dengan perkembangan jiwa atau kognitif anak itu.
2. Perkembangan Sosial Anak
Seorang anak belajar untuk menjadi anggota masyarakat melalui bahasa, khususnya
bahasa pertamanya. Bahasa pertama menjadi salah satu sarana untuk mengungkapkan
perasaan, keinginan, pendirian, dan sebagainya, dalam bentuk-bentuk bahasa yang dianggap
wajar oleh anggota-anggota masyarakat di mana anak itu tinggal. Ia belajar pula bahwa ada
bentuk-bentuk yang tidak dapat diterima oleh anggota masyarakatnya, dan bentuk bahwa ia
tidak selalu boleh mengungkapkan perasaannya secara gamblang.
3. Alat Pemerolehan Bahasa yang Dibawa sejak Lahir
Seorang anak tidak perlu menghapal dan menirukan pola-pola kalimat agar mampu
menguaini ia menguasai bahasa itu. Anak itu akan mampu mengucapkan suatu kalimat yang
belum pernah didengar sebelumnya dengan menerapkan aturan-aturan tata bahasa yang
secara tidak sadar dikatehuinya melalui LAD itu.
4. Kematangan Alat Berbicara
Kemampuan berbicara juga tergantung pada kematangan alat-alat berbicara.
Misalnya tenggorokan, langit-langit, lebar rongga mulut dan Iain-lain dapat mempengaruhi
kematangan berbicara. Alat-alat tersebut baru dapat berfungsi dengan baik setelah dapat
membentuk atau memproduksi suatu kata dengan baik scbagai permulaan berbicara.
5. Kesiapan Berbicara
Kesiapan mental anak sangat bergantung pada pertumbuhan dan kematangan otak.
Kesiapan yang dimaksud biasanya dimulai sejak anak berusia antara 12-18 bulan, yang
disebut teachable moment dari perkembangan bicara. Pada saat inilah anak betul-betul sudah
siap untuk belajar bicara yang sesungguhnya. Apabila tidak ada gangguan anak akan segera
dapat berbicara sekalipun belum jelas maksudnya.
6. Model yang Dicontoh
Adanya model yang baik untuk dicontoh oleh anak. Anak dapat membutuhkan suatu
model tertentu agar dapat melafalkan kata dengan tepat untuk dapat dikombinasikan dengan
kata lain sehingga menjadi suatu kalimat yang berarti. Model tersebut dapat diperoleh dari
orang lain, misalnya orang tua atau saudara, dari radio yang sering didengarkan atau dari TV,
atau aktor film yang bicaranya jelas dan berarti. Anak akan mengalami
kesulitan apabila tidak pernah memperoleh model sebagaimana disebutkan diatas. Dengan
sendirinya potensi anak tidak dapat berkembang sebagaimana mestinya.
7. Kesempatan berlatih
Apabila anak kurang mendapatkan latihan keterampilan berbicara akan timbul
frustasi dan bahkan sering kali marah yang tidak dimengerti penyebabnya oleh orang tua atau
lingkungannya. Pada gilirannya anak kurang memperoleh motivasi untuk belajar berbicara
yang pada umumnya disebut “anak ini lamban” bicaranya.

8. Motivasi untuk belajar dan berlatih


Memberikan motivasi dan melatih anak untuk berbicara sangat penting bagi anak
karena untuk memenuhi kebutuhannya untuk memanfaatkan potensi anak. Orang tua
hendaknya selalu berusaha agar motivasi anak untuk berbicara jangan terganggu atau tidak
mendapatkan pengarahan.
9. Bimbingan
Bimbingan bagi anak sangat. penting untuk mengembangkan potensinya. Oleh
karena itu hendaknya orang tua suka memberikan contoh atau model bagi anak, berbicara
dengan pelan yang mudah diikuti oleh anak dan orang tua siap memberikan kritik atau
membetulkan apabila dalam berbicara anak berbuat suatu kesalahan. Bimbingan tersebut
sebaiknya selalu dilakukan secara terus menerus dan konsisten sehingga anak tidak
mengalami kesulitan apabila berbicara dengan orang lain.

E. Strategi Pemerolehan Bahasa Anak


Strategi pertama dalam pemerolehan bahasa dengan berpedoman pada: tirulah apa yang
dikatakan orang lain. Tiruan akan digunakan anak terus, meskipun ia sudah dapat sempurna
melafalkan bunyi. Ada pendapat yang mengatakan bahwa strategi tiruan atau strategi imitasi
ini akan menimbulkan masalah besar. Mungkin ada orang berkata bahwa imitasi adalah
mengatakan sesuatu yang sama seperti yang dikatakan orang lain. Akan tetapi ada banyak
pertanyaan yang harus dijawab berkenaan dengan hal ini. Ada berbagai ragam peniruan atau
imitasi, yaitu imitasi spontan atau spontaneous imitation, imitasi pemerolehan atau elicited
imitation, imitasi segera atau immediate imitation, imitasi terlambat delayed imitation dan
imitasi dengan perluasan atau imitation with expansion, reduced imitation.
Strategi kedua dalam pemerolehan bahasa adalah strategi produktivitas. Produktivitas
berarti keefektifan dan keefisienan dalam pemerolehan bahasa yang berpegang pada pedoman
buatlah sebanyak mungkin dengan bekal yang telah Anda miliki atau Anda peroleh.
Produktivitas adalah ciri utama bahasa. Dengan satu kata seorang anak dapat “bercerita atau
mengatakan” sebanyak mungkin hal. Kata papa misalnya dapat mengandung berbagai makna
bergantung pada situasi dan intonasi
Strategi ketiga berkaitan dengan hubungan umpan balik antara produksi ujaran dan
responsi. Dengan strategi ini anak-anak dihadapkan pada pedoman: hasilkanlah ujaran dan
lihatlah bagaimana orang lain memberi responsi. Stategi produktif bersifat “sosial” dalam
pengertian bahwa strategi tersebut dapat meningkatkan interaksi dengan orang lain dan
sementara itu bersifat “kognitif” juga. Hal itu dapat memberikan umpan balik kepada pelajar
mengenai ekspresinya sendiri terhadap makna dan juga memberinya sampel yang lebih
banyak, yaitu sampel bahasa untuk digarap atau dikerjakan.

DAFTAR PUSTAKA
https://harjulitaietha.blogspot.com/2015/03/makalah-perkembangan-bahasa.html
https://hestunodya.blogspot.com/2013/11/faktor-yang-memengaruhi-pemerolehan.html
https://www.dosenpendidikan.co.id/komunikasi-lisan-dan-tertulis/
https://hestunodya.blogspot.com/2013/11/strategi-pemerolehan-bahasa-pertama.html

https://www.paud.id/perkembangan-bahasa-anak-usia-dini/

Anda mungkin juga menyukai