Puji dan syukur kami panjatkan atas kehadirat Tuhan Yang Maha Esa yang mendorong
lancarnya proses penyelesaian makalah kedudukan dan fungsi Bahasa Indonesia dalam rangka
melengkapi tugas pada mata kuliah Bahasa Indonesia dengan dosen pengampu Bapak Khairil
Anwar,S.Pd.,M.Pd. Makalah ini menjelaskan tentang kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia.
Melalui makalah ini, kami berharap substansi di dalam makalah ini dapat membantu
pembaca, utamanya civitas akademika Universitas Lambung Mangkurat Fakultas Keguruan dan
Ilmu Pendidikan untuk dapat lebih memahami dan mengilhami betapa esensial dan krusial nya
Akhirnya, tidak ada gading yang tidak retak, begitu pula dengan makalah ini. Penulis
menyadari bahwa makalah ini masih sangat jauh untuk sekedar dikatakan sempurna. Saran dan
kritik dari pembaca yang budiman selalu kami nantikan demi perbaikan dalam penyusunan
makalah kedepannya. Semoga makalah ini memberi manfaat bagi semua pembaca.
KELOMPOK 6
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR......................................................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................................................ii
BAB 1..............................................................................................................................................1
PENDAHULUAN...........................................................................................................................1
A. Latar Belakang......................................................................................................................1
BAB 2..............................................................................................................................................2
PEMBAHASAN..............................................................................................................................2
BAB 3............................................................................................................................................18
PENUTUP.....................................................................................................................................18
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................20
ii
BAB 1
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
kehidupan masyarakat, bangsa, dan negara Indonesia. Bahasa Indonesia pertama kali
bahasa yang dibicarakan adalah bahasa Melayu sebagai sumber bahasa Indonesia
yang kita pergunakan sampai sekarang. Bahasa Indonesia tumbuh dan berkembang
dari bahasa Melayu, yang sejak dulu sudah dipakai sebagai bahasa perantara (Lingua
Franca), bukan saja di Kepulauan Nusantara, melainkan juga hampir diseluruh Asia
Tenggara. Pertanyaan yang mungkin timbul adalah kapan sebenarnya bahasa Melayu
mulai digunakan sebagai alat komunikasi. Berbagai batu bertulis (prasasti) kuno yang
ditemukan, seperti (1) Prasasti Kedudukan Bukit di Palembang, tahun 683, (2)
Prasasti Talang Tuo di Palembang, tahun 684, (3) Prasasti Kota Kapur di Bangka
Barat, tahun 686, dan (4) Prasasti Karang Brahi, Bangko, Kabupaten Merangi, Jambi,
tahun 686 yang bertulis Pra-Negari dan bahasanya bahasa Melayu Kuno, memberi
petunjuk kepada kita bahwa bahasa Melayu dalam bentuk bahasa Melayu kuno sudah
dipakai sebagai alat komunikasi pada zaman Sriwijaya (Halim, 197; 6-7). Prasasti
yang juga di tulis di dalam bahasa Melayu Kuno terdapat di Jawa Tengah (Prasasti
Gandasuli, tahun 832) dan di Bogor (Prasasti Bogor, tahun 942). Kedua prasasti di
Pulau Jawa itu diperkuat pula dugaan kita bahwa bahasa Melayu Kuno pada waktu itu
tidak saja dipakai di Pulau Sumatera tetapi juga dipakai di Pulau Jawa.
1
BAB 2
PEMBAHASAN
Kedudukan bahasa adalah status relatif bahasa sebagai sistem lambang nilai
budaya yang dirumuskan atas dasar nilai sosial yang dikaitkan dengan bahasa yang
bersangkutan, sedangkan fungsi bahasa adalah nilai pemakaian atau peranan bahasa
Status dan nilai selalu ada dalam kehidupan sehari-hari. Karena bahasa tidak
dapat dipisahkan dengan kehidupan, status, dan nilai itu pun selalu melekat padanya.
“label” (status dan nilai) yang disandangnya. Kejelasan “label” yang diberikan akan
bahasa itu akan terarah. Demikian juga halnya dengan Bahasa Indonesia.
antara kedudukan dan fungsi bahasa Indonesia pada satu pihak serta kedudukan dan
fungsi bahasa-bahasa lain (bahasa daerah dan bahasa asing yang digunakan di
Indonesia) pada pihak lain. Kekaburan pembedaan kedudukan dan fungsi bahasa
Indonesia dengan kedudukan dan fungsi bahasa-bahasa lain itu tidak saja akan
2
merugikan bagi pengembangan dan pembakuan bahasa Indonesia, tetapi juga dapat
fungsi itu adalah mengalirnya unsur-unsur bahasa yang pada dasarnya tidak
diperlukan dari bahasa yang satu ke bahasa yang lain. Demikianlah, terjadinya
pembanjiran bahasa Indonesia oleh unsur-unsur yang tidak diperlukan oleh bahasa-
Indonesia menjadi jauh lebih sulit daripada yang semestinya. Pembedaan kedudukan
dan fungsi bahasa memungkinkan mengatur masuknya unsur-unsur baru dari bahasa-
bahasa lain itu sedemikian rupa sehingga hanya unsur-unsur yang benar-benar
sama sekali masuknya unsur-unsur bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia tentu tidak
mungkin dilakukan karena adalah suatu kenyataan bahwa apabila dua bahasa atau
lebih dipergunakan dalam masyarakat yang sama, terjadilah kontak bahasa yang mau
memengaruhi.
balik itu sedemikian rupa sehingga tidak perlu terjadi kepincangan dalam
3
bahasa lain ke dalam bahasa Indonesia tidak perlu dihindarkan sama sekali, asalkan
membakukan bahasa Indonesia. Dengan kata lain, bahasa Indonesia sebagai bahasa
unsur-unsur bahasa lain yang diperlukannya, yang apabila perlu dipungut dari bahasa-
bahasa lain melalui penyerasian dengan sistem bahasa Indonesia itu sendiri, dan pada
saat yang sama, tetap mempertahankan identitasnya. Untuk hal itulah, perlu
berikut ini, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara.
Kedudukan sebagai bahasa nasional ini disandang oleh bahasa Indonesia sejak
bagian ketiga sumpah itu berkenaan dengan menjunjung bahasa persatuan, bahasa
Indonesia. Istilah Indonesia yang dicantumkan di belakang kata bahasa pada sumpah
itu jelas-jelas berkonotasi politik, sejalan dengan cita-cita kaum pergerakan bangsa
Indonesia pada masa itu. Sesungguhnya, yang dimaksud sebagai bahasa Indonesia
pada saat itu tidak lain daripada bahasa Melayu. Muncul pertanyaan, Mengapa bahasa
Melayu yang diangkat menjadi bahasa persatuan (nasional)? Mengapa bukan bahasa
penduduk Indonesia? Atau, mengapa bukan bahasa Sunda dan atau yang lainnya?
Berkaitan dengan pertanyaan itu, sekalipun dalam format yang berbeda-beda Slamet
4
Mulyana (1965), S. Suharianto (1981), J. S. Badudu (1993), dan Anton M. Moeliono
(2000) mengemukakan adanya empat faktor yang menjadi penyebabnya, yaitu faktor
untuk pengembangannya).
Perbedaan antara bahasa Melayu pada 27 Oktober 1928 dan bahasa Indonesia
pada 28 Oktober 1928? Dari segi wujud, baik struktur, sistem maupun kosakatanya,
jelas tidak ada, kerangkanya tetap sama. Yang berbeda adalah semangat dan jiwa
barunya. Sebelum peristiwa Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa bahasa Melayu
masih bersifat kedaerahan atau kemelayuan. Akan tetapi, pada saat (dan setelah)
Sumpah Pemuda, semangat dan jiwa yang tadinya kedaerahan itu sudah menjadi
bersifat nasional atau berjiwa keindonesiaan. Pada saat itulah, bahasa Melayu yang
bahasa nasional, bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) lambang kebanggan nasional,
(2) lambang identitas nasional, (3) alat pemersatu berbagai masyarakat yang berbeda-
beda latar belakang sosial, budaya, dan bahasanya, dan (4) alat perhubungan
5
Lambang kebanggan nasional, bahasa Indonesia mencerminkan sekaligus
nilai sosial budaya yang dicerminkan bahasa Indonesia, bangsa Indonesia harus
tanpa rasa rendah diri, tanpa rasa malu, dan tanpa rasa acuh tak acuh.
sebagai berikut:
Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe bertumpah darah satoe, Tanah Air
Indonesia.
Kami poetera dan poeteri Indonesia mengakoe berbangsa satoe, Bangsa Indonesia.
Indonesia.
membedakkan masyarakat antar negara lain, yang bisa dilihat dari karakter,
kepribadian, dan watak sebagai Bahasa Indonesia. Titik kepribadian tersebut harus
6
Dalam hal ini, bahasa Indonesia dapat dikatakan memiliki kedudukan yang
setara dan serasi dengan lambang kebangsaan yang lain, seperti bendera merah putih,
garuda pancasila, dan lagu kebangsaan Indonesia Raya. Ini berarti, dengan bahasa
Indonesia, bangsa Indonesia menyatakan jati dirinya, menyatakan sifat, perangai, dan
dirinya. Karena fungsinya yang demikian itu, bangsa Indonesia harus menjaganya;
jangan sampai ciri kepribadian bangsa Indonesia tidak tercermin di dalamnya; jangan
sendiri. Identitas itu baru bisa dimiliki hanya jika masyarakat pemilik dan
dari unsur-unsur bahasa lain, terutama bahasa asing (seperti bahasa Inggris) yang
berkaitan erat dengan fungsinya yang ketiga, yaitu sebagai alat yang memungkinkan
sosial, budaya, dan bahasa daerah yang berbeda-beda ke dalam satu kesatuan
kebangsaan yang bulat, bersatu dalam cita-cita, dan rasa nasib yang sama. Dalam
hubungan dengan hal ini, bahasa Indonesia memungkinkan berbagai suku bangsa itu
mencapai keserasian hidup sebagai bangsa yang bersatu dengan tidak perlu
meninggalkan identitas kesukuan dan kesetiaan kepada nilai-nilai sosial, budaya, dan
7
latar belakang bahasa daerah yang bersangkutan. Malahan lebih daripada itu, dengan
bahasa nasional itu, bangsa Indonesia dapat meletakkan kepentingan nasional jauh di
Latar belakang sosial budaya dan latar belakang bahasa daerah yang berbeda-
beda itu tidak pula menghambat adanya perhubungan antardaerah dan antarbudaya.
belakang etnis, budaya, dan bahasa daerah) dapat berhubungan satu sama lain
itu tidak perlu dikhawatirkan. Setiap orang dapat bepergian dari pelosok yang satu ke
pelosok yang lain di tanah air ini dengan hanya memanfaatkan bahasa Indonesia
sarana perhubungan darat, laut dan udara; oleh bertambah luasnya penggunaan sarana
komunikasi massa, seperti radio, televisi, internet, surat kabar dan majalah; oleh
alat pengungkapan perasaan. Jika pada awalnya ada yang merasa bahwa bahasa
8
Indonesia belum sanggup mengungkapkan nuansa perasaan yang halus-halus, kini
tersaji kenyataan bahwa seni sastra dan drama - baik yang dituliskan maupun yang
dilisankan serta dunia perfilman dan sinematografi elektronik (sinetron) telah pula
berkembang sedemikian rupa sehingga nuansa perasaan yang betapa pun halusnya
nasionalnya.
1945 dan berdirinya Negara Kesatuan Republik Indonesia, ditetapkan pulalah bahasa
Indonesia sebagai bahasa negara. Hal itu dinyatakan dalam UUD 1945, bab XV, pasal
36. Pemilihan sebuah bahasa sebagai bahasa negara bukanlah pekerjaan yang mudah.
Banyak hal yang harus dipertimbangkan. Salah timbang akan berakibat bagi tidak
stabilnya negara.
menjadi bahasa negara, antara lain (1) bahasa tersebut dikenal dan dikuasai oleh
sebagian besar penduduk negara itu, (2) secara geografis, bahasa tersebut lebih
menyeluruh persebarannya, dan (3) bahasa tersebut diterima oleh seluruh penduduk
negara itu. Faktor-faktor tersebut terutama butir ketiga, tidak ada di negara Malaysia,
saling menolak untuk menerima bahasa kelompok lain sebagai bahasa resmi
9
negaranya. Tidak demikian halnya dengan negara Indonesia. Ketiga faktor penentu
itu sudah dimiliki bahasa Indonesia sejak tahun 1928; bahkan sebelumnya, bahasa
bangsa Indonesia. Dengan demikian, hal yang dianggap berat bagi Negara-negara
lain, bagi Indonesia bukanlah persoalan. Oleh sebab itu, bangsa Indonesia patut
bahasa Indonesia berfungsi sebagai (1) bahasa resmi kenegaraan, (2) bahasa
ilmu pengetahuan serta teknologi modern, (6) bahasa media massa, (7) pendukung
sastra Indonesia, dan (8) pemerkaya bahasa dan sastra daerah. Kedelapan fungsi itu
harus dilaksanakan, sebab minimal delapan fungsi itulah memang sebagai ciri
penanda bahwa suatu bahasa dapat dikatakan berkedudukan sebagai bahasa Negara
dalam segala upacara, peristiwa dan kegiatan kenegaraan, baik secara lisan maupun
10
MPR, DPD, MA, BPK, dan Setneg ditulis dalam bahasa Indonesia. Pidato-pidato,
terutama pidato kenegaraan, ditulis dan diucapkan dalam bahasa Indonesia. Hanya
pidato resmi kenegaraan ditulis dan diucapkan dalam bahasa asing, terutama bahasa
Inggris. Begitu pula hanya dengan pemakaian bahasa Indonesia oleh warga negara
Dengan perkataan lain, komunikasi timbal balik antara pemerintah dan masyarakat
Indonesia perlu dijadikan salah satu faktor yang menentukan dalam pengembangan
ketenagaan, seperti penerimaan karyawan baru, kenaikan pangkat (baik sipil maupun
militer); dan pemberian tugas-tugas khusus, baik di dalam maupun di luar negeri. Di
samping itu, mutu kebahasaan siaran radio dan televisi perlu pula senantiasa dibina
dan ditingkatkan.
rendah yang anak didiknya hanya menguasai bahasa ibunya (bahasa daerah),
mempergunakan bahasa pengantar bahasa daerah anak didik yang bersangkutan. Hal
11
Sebagai konsekuensi penggunaan bahasa Indonesia sebagai bahasa pengantar
hendaknya juga berbahasa Indonesia. Hal ini dapat dilakukan dengan jalan
Jika hal itu dilakukan, tentulah akan sangat membantu peningkatan perkembangan
berhubungan erat dengan fungsinya sebagai alat perhubungan pada tingkat nasional
Indonesia dipakai bukan saja sebagai alat komunikasi timbal-balik antara pemerintah
dan masyarakat luas, bukan saja sebagai alat perhubungan antardaerah dan antarsuku,
perkataan lain sebagai alat perhubungan dalam masyarakat yang sama latar sosial
budaya dan bahasanya. Dari sudut sosiolinguistik, dapat diketahui bahwa salah satu
faktor dalam pemilihan suatu bahasa yang digunakan oleh masyarakat yang mengenal
pemakaian dua bahasa atau lebih adalah pokok persoalan yang diperkatakan. Jadi,
apabila pokok persoalan yang diperkatakan itu adalah masalah yang menyangkut
masalah tingkat nasional, bukan tingkat daerah, ada kecenderungan untuk digunakan
12
Hubungan dengan fungsinya sebagai alat pengembangan kebudayaan
manfaatnya. Kebudayaan nasional yang beragam karena berasal dari masyarakat yang
beragam pula, tidaklah mungkin dapat disebarluaskan dan dinikmati oleh masyarakat
Indonesia dengan bahasa lain selain bahasa Indonesia. Apakah mungkin guru tari Bali
mengajarkan menari Bali kepada orang Sunda, Aceh, dan Bugis dengan bahasa Bali?
Tentulah tidak mungkin. Hal demikian juga berlaku dalam penyebarluasan ilmu dan
teknologi modern. Agar jangkauan pemakaiannya lebih luas, penyebaran ilmu dan
teknologi itu, baik yang melalui buku-buku pelajaran, buku-buku populer, majalah-
majalah ilmiah maupun media cetak lain, hendaknya menggunakan bahasa Indonesia.
pengetahuan dan teknologi modern serta untuk ikut serta dalam usaha
kebudayaan daerah. Pada waktu yang sama, bahasa Indonesia digunakan sebagai alat
13
Media masa memiliki peran yang penting, bahkan berkewajiban untuk turut serta
televisi, koran, dan majalah. Sebagaimana diketahui, misi media massa adalah
peran media massa sangat penting bagi pembinaan (dan pengembangan) bahasa
Implikasinya adalah bahwa dunia massa dituntut memiliki sikap positif dalam
dapat menjadi panutan (contoh, model) oleh penutur dalam hal penggunaan bahasa
Indonesia yang baik dan benar. Pemakaian bahasa di media massa (radio dan televisi)
tutur, ia masih dalam standar kaidah bahasa yang benar (Tobing, 2000). Pelaksanaan
fungsinya sebagai bahasa media massa senantiasa berkaitan erat dengan pelaksanaan
dengan fungsi-fungsi yang lain, baik dalam kedudukannya sebagai bahasa nasional
maupun bahasa negara. Sebab segala sesuatu yang merupakan pelaksanaan fungsi
bahasa Indonesia tersebut dapat diimplementasikan melalui media massa. Dalam hal
Bahasa merupakan media sosial primer sastra. Tidak ada sastra tanpa bahasa.
Karena menggunakan bahasa sastra menjadi lebih komunikatif dari pada karya-karya
14
seni yang lain. Demikian halnya dukungan bahasa Indonesia terhadap sastra
akhirnya tidak selalu menerima khazanah kata dan nilai dan bahasa; pada jenjang
tertentu, sastra juga bisa memberikan jasa terhadap ibu yang melahirkannya.
Terhadap bahasa daerah dan sastra daerah, bahsa Indonesia juga memberikan
dukungannya. Dengan bahasa daerah, bahasa Indonesia dapat saling memberi dan
bersangkutan.Oleh karena sastra daerah didukung oleh sastra daerah, termasuk bahasa
daerah yang telah diperkaya bahasa Indonesia, bahasa Indonesia pun dapat dikatan
Indonesia, sastra daerah dapat diperkenalkan kepada masyarakat yang memeiliki latar
sebagai bahasa negara itu berbeda. Jika dicermati, disamping perbedaan fungsi
sebagaimana telah dipaparkan di atas, ada juga perbedaan dari segi wujud dan proses
terbentuknya.
15
Dari segi wujudnya, dapat dibedakan antara bahasa Indonesia yang dibedakan
kebudayaan oleh pejabat negara atau pun oleh pemimpin organisasi sosial politik) dan
itu tampak pada penggunaan istilah dan perbendaharaan katanya. Hal itu disebabkan
dibutuhkan kosakata tertentu yang berbeda dengan kosakata yang digunakan dalam
bidang lapangan administrasi. Begitu pula dalam lapangan ekonomi, sosial, dan
Dari segi proses terbentuknya, secara implisit, perbedaan itu terlihat dari
terbentuknya kedua kedudukan bahasa Indonesia, yakni sebagai bahasa nasional dan
sebagai bahasa Indonesia, yakni sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa negara.
Dari paparan terdahulu, kiranya dapat dipahami bahwa latar belakang timbulnya
sebagai bahasa nasional didorong oleh rasa persatuan bansa Indonesia pada waktu itu.
Bangsa Indonesia sadar bahwa persatuan merupakan sesuatu yang mutlak guna
mewujudkan suatu kekuatan. Untuk itu, diperlukan sarana penunjang; salah satunya
berupa sarana berupa sarana komunikasi yang disebut bahasa. Dengan berbagai
16
pertimbangan seperti telah dipaparkan di depan, ditetapkanlah bahasa Indonesia
Terbentuknya dilatari oleh kondisi bahasa Indonesia itu sendiri, yang secara geografis
sebagian besar penduduknya. Di samping itu, pada saat itu bahasa Indonesia telah
negara, diharapkan bisa diwujudkan adanya integral nasional dan harmoni sosial di
kalangan penutur bahasa Indoneisa yang sifatnya heterogen dari segi etnis, agama,
17
BAB 3
PENUTUP
A. Kesimpulan
Penggunaan ketiga jenis bahasa itu dapat menimbulkan masalah jika kedudukan dan
Indonesia pada satu pihak serta kedudukan dan fungsi bahasa-bahasa lain (bahasa
daerah dan bahasa asing yang digunakan di Indonesia) pada pihak yang lain. Bahasa
Indonesia memiliki dua kedudukan, yaitu sebagai bahasa nasional dan sebagai bahasa
negara.
sebagai (a) lambang kebanggan nasional, (b) lambang identitas nasional, (c) alat
sebagai (a) bahasa resmi kenegaraan, (b) bahasa pengantar resmii di lembaga-
lembaga pendidikan, (c) bahasa resmi di dalam perhubungan pada tingkat nasional,
18
pengetahuan serta teknologi meodern, (f) bahasa media massa, (g) pendukung sastra
Indonesia sebagai bahasa negara, di samping dapat disikapi lewat fungsinya masing-
masing juga dapat disikapi dari proses terbentuknya dan dari segi wujudnya.
B. Saran
19
DAFTAR PUSTAKA
Alwi, H., & Dendy, S. (2003). Politik Bahasa. Jakarta: Pusat Bahasa.
20