Anda di halaman 1dari 11

Lisbet simanjuntak

 PERAN GURU DAN ORANGTUA DALAM PENGEMBANGAN LITERASI DIGITAL ANAK


USIA DINI
Oleh: Lisbet Simanjuntak
ibetmedan@yahoo.co.id
lisbetsimanjuntak69@gmail.com

Abstrak

Tujuan pengkajian ini adalah untuk melihat peran orangtua dan guru dalam pengembangan literasi anak usia
dini dan mengeksplorasi kegiatan yang dilakukan orangtua bersama anak di rumah , dan guru bersama anak
disekolah. Pengkajian ini menggunakan metode deskriptif kuantitaf dengan observasi, wawancara. pengisian
instrumen, dan studi dokumentasi, yang dilakukan pada bulan Februari sampai dengan Mei 2020 di Kabupaten
Langkat, Kabupaten Simalungun dan Kabupaten Toba. Temuan penting pengkajian ini 1) Peran orang tua
dalam mengembangkan kegiatan literasi dini dilakukan untuk menambah kemampuan bahasa dan kosakata anak
dengan meminta anak untuk bernyanyi, kemudian membacakan dongeng sebelum anak tidur dan membacakan
nama jalan. dan membicarakan berbagai topik diantaranya tentang aktivitas disekolah, pertemuan di sekolah,
nilai anak di sekolah dan masalah yang dihadapi anak. 2) Kegiatan pengembangan literasi dini anak yang
dilakukan orangtua di rumah juga didukung dengan penyediaan alat dan bahan/APE yang tersedia di rumah 3)
Guru sangat berpengaruh dalam lingkungan sekolah anak, dan orangtua berpengaruh dalam kehidupan maupun
kebiasan anak di rumah, kehidupan anak di rumah haruslah mendukung pembelajaran anak disekolah, dan apa
yang sudah diajarkan disekolah tentunya harus berguna pada kehidupan anak di rumah .

Abstract

The purpose of this study is to look at the role of parents and teachers in the development of early childhood
literacy, and explore activities carried out by parents with children at home, and teachers with children at school.
This study uses a quantitative descriptive method with observation, interviews and instrument filling, and
documentation studies, conducted from February to March 2020 in Langkat, Simalungun and Toba districts.
Important findings of this study 1) The role of parents in developing early literacy activities is done to increase
children's language and vocabulary skills by asking children to sing, then reciting fairy tales before the child
sleeps and reading street names. and discuss various topics including activities at school, meetings at school,
children's grades at school and problems faced by children. 2) Early childhood literacy development activities
carried out by parents at home are also supported by the provision of tools and materials / APE available at home
3) Teachers are very influential in the child's school environment, and parents are influential in the lives and
habits of children at home, the lives of children at home must support children's learning at school, and what has
been taught at school must certainly be useful in children's lives at home

Kata kunci : peranan orang tua dan guru, literasi anak usia dini
(Keywords: the role of parents and teachers, early childhood literacy

1
A. PENDAHULUAN berkomunikasi secara lisan, menceritakan kembali yang
diketahui, belajar bahasa pragmatik, mengekspresikan
perasaan, ide, dan keinginan dalam bentuk coretan.
Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD) dalam Undang-
Kemampuan keaksaraan meliputi kemampuan
Undang Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem
memahami bentuk dan bunyi huruf, mniru bentuk huruf,
Pendidikan Nasional adalah suatu upaya pembinaan yang
dan memahami kata dalam cerita (Peraturan Menteri
ditujukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia
Pendidikan dan Kebudayaan Republik Indonesia Nomor
enam tahun yang dilakukan melalui pemberian
137 Tahun 2014). Dalam praktiknya, Taman Kanak-kanak
rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan
lebih banyak menstimulasi perkembangan bahasa
dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak
keaksaraan anak. Hal ini adalah salah satu langkah untuk
memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih
mempersiapkan anak sebelum memasuki bangku sekolah
lanjut. Sejalan dengan itu pada pasal 28 menyebutkan
dasar.
bahwa Pendidikan Anak Usia Dini (PAUD)
diselenggarakan sebelum jenjang pendidikan dasar, dan Membaca menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia
dapat diselenggarakan melalui jalur formal, nonformal (2008: 35) adalah melihat serta memahami isi dari apa
dan informal. Pendidikan anak usia dini merupakan salah yang tertulis; mengeja atau melafalkan apa yang tertulis;
satu bentuk penyelenggaraan pendidikan yang menitik- mengucapkan; mengetahui; meramalkan;
beratkan pada peletakan dasar ke arah pertumbuhan dan memperhitungkan; atau memahami. Menulis menurut
perkembangan fisik (koordinasi motorik halus dan Kamus Besar Bahasa Indonesia (2008: 576) adalah
kasar), kecerdasan (daya pikir, daya cipta, kecerdasan membuat huruf (angka dan sebagainya) dengan pena
emosi, kecerdasan spiritual), sosio emosional (sikap dan (pensil, kapur, dan sebagainya); melahirkan pikiran atau
perilaku serta agama) bahasa dan komunikasi, sesuai perasaan dengan tulisan; menggambar; melukis; dan
dengan keunikan dan tahap-tahap perkembangan yang membatik. Dengan kata lain membaca dan menulis
dilalui oleh anak usia dini. bukanhanya sebatas melafalkan tulisan saja dan
membuat huruf atau angka saja tetapi memahami simbol
Froebel (dalam Martini Jamaris 2006: 2)
dan mampu mengungkapkan pemikiran melalui simbol.
menyatakan bahwa pendidikan anak usia dini adalah
Kemampuan ini harus dipupuk atau distimulasi sejak dini
pembinaan secara sadar yang dilakukan orang dewasa
agar dapat berkembang dengan baik.
kepada anak usia 0-8 tahun sebagai dasar atau fondasi
terpenting bagi perkembangan anak selanjutnya. Berdasarkan pendapat Kuder dan Hasit (dalam
Berdasarkan penjelasan tersebut dapat ditarik Anisa Rohmati Farihatin, 2013: 1) yang menyatakan
kesimpulan bahwa pendidikan anak usia dini diberikan bahwa salah satu kebutuhan yang sangat penting untuk
sejak anak dilahirkan. Dengan demikian keluargalah yang dimiliki setiap orang dan merupakan kemampuan awal
sangat berperan dalam pendidikan anak usia dini. Hal ini untuk proses belajar anak selanjutnya serta memiliki
juga dijelaskan dalam Peraturan Menteri Pendidikan dan peranan penting dalam kehidupan seorang anak terutama
Kebudayaan Republik Indonesia Nomor 137 Tahun 2014 untuk kesuksesan akademisnya adalah kemampuan
tentang Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini yang literasi. Literasi diartikan sebagai proses membaca,
menyatakan bahwa pencapaian pertumbuhan dan menulis, berbicara, mendengarkan, melihat dan
perkembangan anak yang optimal membutuhkan peran berpendapat Kuder & Hasit dalam Ainin Amariana, 2012:
orang tua dan orang dewasa serta akses layanan PAUD 8). Literasi secara umum juga didefinisikan sebagai
yang bermutu. Pendidikan anak usia dini bertujuan untuk kemampuan membaca dan menulis serta menggunakan
mempersiapkan anak memasuki pendidikan lebih lanjut, bahasa lisan. National Institutes of Children and Human
pendidikan yang dimaksud adalah pendidikan di Sekolah Development (dalam Galuh Amithya Pradipta, 2011: 2)
Dasar. menerangkan bahwa literasi dini adalah kemampuan
membaca dan menulis sebelum anak benar-benar mampu
Di Sekolah Dasar, anak diharap sudah mampu
membaca dan menulis.
membaca dan menulis karena pembelajaran yang
diberikan sudah menggunakan kata-kata yang cukup Perkembangan literasi pada anak prasekolah berada
panjang. Dengan demikian persiapan kemampuan pada tahap literasi dasar. Kemampuan literasi bukanlah
membaca dan menulis sudah sangat diperhatikan oleh kemampuan yang dimiliki anak seiring dengan
para pelaku pendidikan anak usia dini sebelum anak pertambahan usia tetapi kemampuan yang dimiliki
masuk ke bangku sekolah dasar agar anak tidak kesulitan karena adanya pembiasaan atau stimulasi. Multnomah
mengikuti pembelajaran. Pencapaian perkembangan Public Library dan NICHD (National Institute of Child
bahasa anak usia Taman Kanak-kanak adalah anak Health and Human Development) menerangkan bahwa
mampu memahami bahasa reseptif, ekspresif, dan ada enam keterampilan yang harus dimiliki anak untuk
keaksaraan. Kemampuan reseptif meliputi kemampuan mencapai perkembangan kemampuan literasi dini yang
memahami cerita, perintah, aturan, menyenangi, dan baik. Keenam keterampilan tersebut adalah vocabulary
menghargai bacaan. Kemampuan ekspresif meliputi (kosa kata), print motivation (tertarik terhadap
kemampuan bertanya, menjawab pertanyaan, simbol/tulisan cetak), print awareness (mengenali dan

2
kesadaran akan tulisan), narrative skills (kemampuan kehidupan masyarakatnya dan terwujudnya generasi
bercerita), letter knowledge (keterampilan mengenal yang lebih Literasi
huruf), dan phonological awareness (kesadaran terhadap
Untuk mendapatkan informasi yang tepat terkait
berbagai bunyi).
dengan peran orang tua dan guru dalam pengembangan
Pengalaman masa kecil mempunyai pengaruh yang literasi anak usia dini maka penulis melakukana kegiatan
kuat terhadap perkembangan berikutnya, apa yang pengkajian agar dapat menjadi bahan rujukan dalam
dilihat oleh anak adalah sebuah pelajaran. Hal tersebut penyusunan program dalam mengatasi permasalahan di
apabila tanpa bimbingan yang terarah dan terpadu dari lapangan
orang tua dan keluarga, perkembangan anak akan
mengarah pada sisi negatif. Aktivitas-aktivitas yang Perumusan Masalah
dilakukan oleh anak pada usia tersebut pastilah tidak
Berdasarkan latar belakang masalah yang telah diuraikan
luput dari peran media informasi dan teknologi yang ada
di atas, maka fokus masalah yang akan dikaji dalam
pada saat bersamaan dengan perkembangan anak. Hal ini
pengkajian ini adalah sebagai berikut: bagaimana peran
sesuai dengan laporan dari Preventing Reading
orang tua dan guru dalam pengembangan literasi anak
Difficulties in Young Children, menekankan bahwa
usia dini ?
pengaruh dari orang dewasa baik secara kualitas atau
kuantitas dalam pengalaman literasi awal pada anak
Tujuan dan Kontribusi Penelitian
(Felicity Martini&Monique Senechal,2012). Dalam hal ini
orang tua dan guru adalah orang dalam posisi terbaik Berdasarkan permasalahan tersebut diatas maka
dalam mendukung literasi dini sebab orang tua paling tau tujuan dari maka tujuan yang ingin dicapai dalam
kondisi psikologis anak, orang tua adalah sebagai fondasi penelitian ini adalah untuk mengetahui peran orang tua
untuk anak-anak dalam hal belajar membaca. dan guru dalam pengembangan literasi anak usia dini
Pengkajian ini diharapkan memberikan kontribusi
Data statistik, Indonesia adalah negara pengguna
bagi kepentingan teoritis maupun praktis. Manfaat
internet dan media sosial terbesar di Asia Tenggara
teoritis penelitian ini dapat menjadi bahan informasi dan
(survei Data Global Web Index) rata-rata penduduk
memperkaya kajian media baru (new media) khususnya
Indonesia menghabiskan waktu mengakses informasi
mengenai kajian pengembangan literasi anak usia dini
selama 5,5 jam per hari dan 2,5 jam untuk mengakses
untuk kalangan akademisi. Manfaat praktis penelitian ini
smartphone. Kementerian Komunikasi dan Informatika
dapat memberi masukan bagi semua pihak yang
Republik Indonesia pada bulan Februari tahun 2014
melaksanakan program pembelajaran pendidikan anak
merilis hasil penelitian bersama dengan UNICEF,
usia dini dalam pengembangan literasinya.
Berkman Center for Internet and Society, Harvard
University, untuk melakukan survei pada Indonesia
TINJAUAN PUSTAKA
dengan kepemilikan telepon selular mencapai 84 persen
dari total penduduk. Hasilnya adalah penggunaan media Literasi Digital
sosial dan digital menjadi bagian yang menyatu dalam
Menurut UNESCO, literasi adalah kekuatan untuk
kehidupan sehari-hari anak muda Indonesia. Studi ini
pengenalan, mengartikan, menginterpretasikan,
menemukan bahwa 98 persen dari anak-anak dan remaja
memproduksi, berkomunikasi, menjumlah dan memakai
yang disurvei tahu tentang internet dan 79,5 persen
materi tulisan maupun cetak yang berhubungan dengan
diantaranya adalah pengguna internet.
bermacam-macam situasi. Literasi menggandeng
Peran guru dan orangtua sangat diharapkan dalam beberapa penetaran yang bias menjadikan mereka untuk
situasi yang demikian, sinergitas antara orang tua dan menggapai tujuannya, untuk memperbanyak pemahaman
anak akan menghasilkan Literasi yang optimal untuk dan kekuatan mereka, dan untuk berperan aktif secara
anak-anak dalam masa perkembangannya. Literasi Dini utuh dalam kelompok mereka dan masyarakat secara
atau Early Literate merupakan fondasi yang kuat dan komprehensif.
tepat dalam menyikapi berbagai masalah yang telah
Derasnya arus informasi berbasis digital
dipaparkan dan langkah awal lifelong learning dalam era
menuntut peserta didik untuk lebih cermat memahami
Informasi saat ini, dan harus menjadi salah satu concern
informasi yang berkualitas. Merujuk pada pendapat
guna memberikan kontribusi optimal di dalam proses
(O’Brein & Scharber, 2008) bahwa literasi digital dapat
pendidikan sebab lifelong learning telah menjadi bagian
digunakan sebagai bahan pembelajaran yang aktual.
integral dari sistem pendidikan di sejumlah negara maju.
Penggunaan media digital ini tidak hanya
Sehingga, tidak berlebihan kalau dikatakan bahwa konsep
memudahkan, tetapi juga memberikan gambaran lain
lifelong learning telah menjadi embrio lahirnya budaya
yang autentik tentang media digital. Adapun manfaat
belajar (termasuk budaya baca) yang kuat di dalam
lain, yaitu meningkatkan rasa cinta gembar membaca
di luar jam sekolah, meningkatkan rasa percaya diri
3
sebagai pembaca yang baik, dan menumbuh Seorang guru PAUD yang profesional harus memiliki
kembangkan penggunaan sumber bacaan yang aktual. pandangan bahwa media itu merupakan bagian integral
dari keseluruhan proses belajar dan bermain pada
Salah satu tokoh yang mempopulerkan istilah
pendidikan anak usia dini. Tanpa media maka proses
literasi digital adalah Paul Gilster yang menerbitkan
belajar di PAUD tidak akan berjalan dengan efektif.
bukunya pada tahun 1997 dengan judul Digital
Penggunaan media dalam kegiatan belajar mengajar
Literacy. Menurut Paul Gilster (2007) literasi digital
memiliki banyak manfaat seperti yang dikemukakan oleh
adalah kemampuan untuk memahami dan
Kemp dan Dayton (1985) yaitu : (1) Penyampaian pesan
menggunakan informasi dalam banyak format dari
pembelajaran dapat lebih terstandar. (2) Pembelajaran
berbagai sumber ketika itu disajikan melalui
dapat lebih menarik. (3) Pembelajaran menjadi lebih
komputer. Sementara itu Common Sense media (2009)
interaktif dengan menerapkan teori belajar. (4) Waktu
menyebutkan bahwa literasi digital itu
pelakasanaan pembelajaran dapat diperpendek. (5)
mencakup tiga kemampuan, yaitu kompetensi
Kualitas pembelajaran dapat ditingkatkan (6) Proses
pemanfaatan teknologi; memakai dan memahami
pembelajaran dapat berlangsung kapan pun dan dimana
konten digital serta menilai kredibilitasnya, juga
pun diperlukan. (7) Sikap positif siswa terhadap materi
bagaiamana membuat; meneliti dan
pelajaran serta proses pembelajaran dapat ditingkatkan.
mengkomunikasikan dengan alat yang tepat.
(8) Peranan guru ke arah yang positif.
Literasi digital menurut Dyna adalah suatu rangkaian .
kekuatan yang paling mendasar untuk C. METODOLOGI
mengoperasionalkan peranti computer dan internet.
Pengkajian ini dilaksanakan di 3 (tiga) Kabupaten
Selanjutnya, juga mengetahui dan bias menganalisis
yang ada di Sumatera Utara dan menyelengarakan
secara kritis melakukan penilaian bahan digital, serta
PAUD yaitu Kabupaten Langkat, Kabupaten
bias mempertimbangkan isi komunikasi. Bawden (2010)
Simalungun dan Kabuptaten Toba Samosir. Dengan
memberikan pandangan lain tentang literasi digital yang
pelaksana pengkajiana dalah Lisbet simanjuntak dengan
bersal pada computer dan literasi informasi. Literasi
kegiatan, menyusun pedoman, menyusun instrumen,
informasi menyebar pada kurun waktu 1980-an, pada
mempersiapkan, melaksanakan menganalisis data dan
saat computer masih berbentuk mikro dan semakin
menyusun laporan studi eksplorasi
banyak digunakan, tidak hanya dipergunakan di
Metode pengumpulan data adalah teknik atau cara
perusahaan bisnis, tetapi juga dipergunakan dilingkungan
yang dilakukan peneliti untuk mengumpulkan data.
masyarakat. Namun literasi informasi baru berkembang
Pengumpulan data dilakukan untuk memperoleh
secara gencar pada kurung waktu 1990-an, pada saat
informasi yang dibutuhkan dalam rangka mencapai
informasi tersebut gampang dirangkat, ditelusur,
tujuan penelitian. Sementara itu instrumen pengumpulan
diposting melalui jejaring media sosial.
data merupakan alat yang digunakan untuk
Pendampingan orangtua dan guru mengumpulkan data. Metode pengumpulan data yang
digunakan dalam pengkajian ini adalah teknik observasi,
Ketika media digital dan internet hadir dalam
tes tertulls, dan studi dokumentasi. Tehnik analisis data
masyarakat, banyak orangtua yang merasa kehadiran
dilakukan dengan menggunakan analisa data deskriptif
peranti teknologi komunikasi terbaru akan memberikan
kuantitatif. Dan subjek pengkajian adalah pengelola
manfaat yang buruk. Dalam kepanikan tersebut,
PAUD, tenaga pendidik PAUD dan orangtua murid.
seringkali orangtua melupakan bahwa setiap media juga
Sedangkan untuk menjaring data tentang Guru, Orangtua
mengandung sisi positif asal bisa dimanfaatkan secara
dan Program Literasi maka dilakukan eksplorasi tentang
maksimal. Dalam kondisi tersebut, solusi yang
peranan Orangtua dan Guru dalam pengembangan
ditawarkan adalah adanya pendampingan orangtua pada
program literasi dilakukan dengan menggunakan
anak. Pola pendampingan yang diterapkan oleh orangtua
angket/kuesioner.
merupakan salah satu aspek penting dalam proses
sosialisasi agar anak memahami dan dapat menggunakan
D. HASIL DAN PEMBAHASAN
media secara tepat dan optimal (Clark,2011:323). Peran
orangtua dalam pendampingan tidak lain adalah sebagai 1. GURU SEBAGAI PENGAJAR
agen primer dalam sosialisasi penggunaan media oleh
a. Keaktifan guru sebagai pengajar
anak (Shin,2015:651).
Kehadiran guru dalam proses belajar mengajar atau
Media pembelajaran anak usia dini memiliki
pengajaran masih tetap memegang peranan penting.
beberapa jenis yaitu media visual, media audio, media
Peranan guru dalam proses pengajaran belum dapat
proyeksi dan media audiovisual. Media yang sering
digantikan oleh mesin, radio, tape recorder ataupun
digunakan pada pendidikan anak usia dini adalah media
komputer yang paling modern sekalipun. Masih terlalu
visual. Media visual ini menyampaikan pesan melalui
banyak unsur manusiawi seperti sikap, sistem nilai,
penglihatan, jadi anak akan melihat secara langsung apa
perasaan, motivasi kebiasaan dan lain-lain yang
yang akan disampaikan oleh guru. Anak akan diajak
merupakan hasil dari proses pengajaran, tidak dapat
berpikir secara konkret.

4
dicapai melalui alat-alat tersebut. Hasil lapangan dengan mengenalkan berbagai macam buku cerita anak
menunjukkan 20% sangat aktif, dan 80% aktif Ini masih jarang dilakukan oleh guru. Sedangkan permainan
menunjukkan sebagian besar guru sudah melakukan edukatif merupakan suatu media yang sangat
kegiatan belajar secara akif, hal ini di buktikan dengan menyenangkan bagi anak dan dapat merupakan cara
presentase yang cukup besar menyatakan bahwa sebagai atau alat pendidikan yang bersifat mendidik dan
guru responden melakukan kegiatan belajar mengajar bermanfaat untuk meningkatkan kemampuan berbahasa,
secara aktif, sedangkan 20% lainnya melakukan kegiatan berpikir serta bersosialisasi dengan lingkungan atau
belajar mengajar secara sangat aktif. Dalam kegiatan untuk menstimulasi anggota tubuh anak (motorik kasar
pengembangan literasi dini di sekolah, keaktifan guru dan motorik halus), mengembangkan kepribadian,
dalam mengajar dan memberikan materi akan mendekatkan hubungan antara pendidik dengan peserta
memaksimalkan kegiatan literasi dini. didik, serta menyalurkan kegiatan anak didik dan
sebagainya. Selain itu dunia anak adalah dunia bermain,
b. Guru sebagai pembimbing melalui bermain anak belajar yang berguna untuk
mengembangkan aspek perkembangan kognitif, sosial,
1) Identifikasi permasalahan dalam belajar
emosi dan fisik motoriknya.
Diagnosis kesulitan belajar sebagai suatu proses
upaya untuk memahami jenis dan karakteristik serta d. Multiperan guru disekolah
latar belakang kesulitan – kesulitan belajar dengan
1) Jenis motivasi
menghimpun berbagai informasi selengkap mungkin
Proses pembelajaran akan berhasil manakala
sehingga mempermudah dalam pengambilan
peserta didik mempunyai motivasi dalam belajar. Oleh
kesimpulan guna mencari alternatif kemungkinan
sebab itu, guru perlu menumbuhkan motivasi belajar
pemecahannya. Mayoritas guru sudah melakukan
peserta didik. Untuk memperoleh hasil belajar yang
kegiatan indentifikasi sedini mungkin atas kesulitan
optimal, guru dituntut kreatif membangkitkan motivasi
belajar anak, 20 orang responden atau setara dengan
belajar peserta didik, sehingga terbentuk perilaku belajar
80% menyatakan bahwa sebagai guru responden sering
peserta didik yang efektif. Berbagai cara atau motivasi
melakukan identifikasi dan membantu anak yang
digunakan guru untuk melakukan pembelajaran di
mengalami kesulitan, sedangkan 20% responden
sekolah. Jenis motivasi yang paling sering diberikan oleh
menyatakan sangat sering. Dari data di atas diketahui
guru pada pembelajaran anak di sekolah adalah dengan
bahwa sebagian besar guru di Kabupaten Langkat, Toba
memberi pujian pada anak dengan jumlah responden
dan Simalungun melakukan kegiatan identifikasi belajar
yang menyatakan hal tersebut sejumlah 25 responden
secara dini, hal ini dimaksudkan agar guru bisa
atau 100%, hal ini dikarenakan pujian akan
mengetahui kesulitan kemudian memberikan stimulasi
membangkitkan semngat anak untuk bisa lebih baik
untuk anak yang mengalami kesulitan belajar sedini
menyelesaikan tugasnya, dengan pujian anak akan
mungkin. Berdasarkan temuan data di lapangan
merasa senang maka tugas atau pekerjaan sekolah
peserta didik yang memiliki masalah seperti kurang
berikutnya akan lebih mudah untuk dikerjakan.
motivasi belajar, kurang berkonsentrasi, kurang
percaya diri, kurang bisa membagi waktu dan tidak 2) Intensitas guru memberikan motivasi pada anak
bisa bersosialisasi harus diberikan dukungan dan Intensitas guru memberikan motivasi pada anak
bantuan untuk memecahkan masalahnya dengan dalam kegiatan literasidari data yang ada diketahui
pemberian pertimbangan pemecahan masalah yang bahwa 25 orang responden atau 100% guru menyatakan
tepat. bahwa mereka setiap hari memberikan motivasi pada
anak dalam kegiatan literasi yakni pengenalan huruf dan
c. Sumber informasi yang guru kenalkan pertama kata.
kali pada anak usia dini
e. Guru sebagai Mediator
Sebagai pembimbing dalam belajar, guru juga
Guru sebagai mediator yang melaksanakan kegiatan
membimbing dalam pengenalan sumber informasi.
transfer ilmu ke peserta didik diharapkan bisa
Diketahui bahwa mayoritas sumber informasi utama
memaksimalkan kemampuannya. Sebagai mediator guru
yang digunakan oleh guru yang pertama kali
hendaknya memiliki pengetahuan dan pemahaman
diperkenalkan pada anak adalah mainan edukatif dengan
yang cukup tentang media pendidikan karena media
persentase sebesar 78% responden dan 6% sisanya
pendidikan merupakan alat komunikasi untuk lebih
menjadikan buku dan perpustakaan sebagai sumber
mengefektifkan proses belajar mengajar. Dengan
informasi utama yang dikenalkan pada anak. Responden
demikian media pendidikan merupakan dasar yang
guru di Kabupaten Langkat, Toba dan Simalungun
diperlukan yang bersifat melengkapi dan merupakan
mayoritas menggunakan mainan edukatif sebagai sarana
bagian integral demi berhasilnya proses pendidikan dan
sumber informasi yang dikenalkan pertama kali pada
pengajaran disekolah. Sebagai mediator ini berkaitan
anak, hal ini dikarenakan penggunaan perpustakaan
5
dengan kepemilikan media belajar serta kondisi media membosankan akan membuat kosentrasi belajar peserta
belajar tersebut. Diketahui bahwa sebanyak 25 PAUD didik terganggu. Faktor penentu tercipta atau tidaknya
tempat pengkajian dilaksanakan memiiki alat peraga suasana belajar yang kondusif salah satunya yakni guru,
pendidikan untuk mengembangkan kemampuan literasi harus dapat memberikan kemudahan belajar kepada
anak usia dini, dari tabel diketahui juga bahwa sebanyak peserta didik, menyediakan berbagai sarana dan sumber
52% sekolah memiliki buku cerita anak-anak, 15% belajar yang memadai, menyampaikan materi
sekolah yang memiliki majalah anak-anak dan 9% pembelajaran, dan strategi pembelajaran yang
sekolah yang memiliki alat komunikasi pendidikan yang memungkinkan peserta didik belajar. Oleh karena itu,
digunakan guru dalam pembelajaran untuk peran guru selayaknya membiasakan pengaturan peran
mengembangkan kemampuan literasi anak. dan tanggung jawab bagi setiap anak terhadap
terciptanya lingkungan fisik kelas yang diharapkan dan
Sebanyak 32% menyatakan bahwa kondisi media
suasana lingkungan sosial kelas yang menjadikan proses
pembelajaran yang dimiliki sangat layak, dan dalam
pembelajaran dapat berlangsung secara bermakna.
kondisi layak sebesar 56%, serta sebesar 12 % kondisi
media pembelajarannya kurang layak. Dalam setiap
g. Guru sebagai Evaluator
pembelajaran berlangsung, seorang guru dituntut untuk
memperhatikan hal-hal yang dianggap penting sebelum Guru sebagai evaluator adalah evaluasi yang
menggunakan media pengajaran sebagai alat bantu dilaksanakan guru pada peserta didik untuk dapat
mengajar untuk meningkatkan kualitas belajar peserta mengetahui apakah tujuan pembelajaran yang telah
didik, seperti ketepatan guru dalam memilih media disusun sudah tercapai atau belum, dan apakah materi
pembelajaran. Hal tersebut dilakukan selain yang diajarkan sudah cukup tepat. Semua pertanyaan
mempermudah guru dalam mengajar dan memudahkan tersebut akan dapat dijawab melalui kegiatan evaluasi
peserta didik dalam memahami setiap materi yang atau penilaian. Berdasarkan data diketahui bahwa
disajikan. sebanyak 96% guru melakukan evaluasi rutin dan 4%
guru tidak melakukan evaluasi rutin terhadap anak.
Berdasarkan temuan data dilapangan mayoritas
Penilaian/evaluasi merupakan upaya untuk mendapatkan
guru mampu mengoperasional alat bantu pendidikan
informasi atau data secara menyeluruh yang menyangkut
yang dimiliki sekolah, sebesar 92 % guru dikategorikan
semua aspek perkembangan anak yang telah dicapai
mampu dan 4 % sangat mampu. Berdasarkan temuan
melalui proses pembelajaran, meliputi perkembangan
data dilapangan dan hasil observasi yang dilakukan oleh
fisik motorik, sosial, emosi, kognitif, moral, dan nilai-nilai
peneliti ditempat pengkajian bahwa penggunaan media
agama, serta seni.
pembelajaran membuat pembelajaran lebih menarik
sehingga pada gilirannya dapat meningkatkan 64% responden melakukan evaluasi harian pada
kemampuan peserta didik. peserta didik, 16% responen me-lakukan evaluasi
mingguan, 24% responden melakukan evaluasi bulanan
f. Guru sebagai Fasilitator dan 52% responden yang melaksanakan evaluasi
semesteran. Berdasarkan hasil pengamatan di lokasi
Guru sebagai fasilitator adalah bagaimana guru
pengkajian evaluasi harian yang dilaksanakan oleh guru
dapat menciptakan suasana dan kondisi literasi yang baik
merupakan hasil penilaian guru atas pekerjaan/tugas
serta bagaimana gambaran atau bentuk literasi yang
yang diberikan guru kepada anak setiap harinya. Hasil
diciptakan pihak sekolah.
dari evaluasi harian ini akan diakumulasi guru menjadi
Bahwa seluruh sekolah tempat study eksplorasi
laporan perkembangan anak pada tiap semester. Dalam
dilaksanakan sudah menciptakan kondisi lingkungan
melaksanakan evaluasi belajar pada peserta didik setiap
yang kondusif saat kegiatan belajar mengajar.
lokasi tempat pengkajian berbeda pelaksanaannya.
Berdasarkan data diketahui bahwa sebanyak 76%
Untuk pengarsipan diketahui bahwa semua
sekolah tempat pengkajian di Kecamatan Langkat,
responden menyatakan bahwa hasil penilaian akan
Simalungun dan Toba menyediakan berbagai jenis
diarsipkan, dilaporkan ke pihak sekolah dan dibagikan ke
pengenalan media baca anak, sebanyak 64 % sekolah
orangtua murid. Berdasarkan hasil wawancara dengan
yang menyediakan majalah anak-anak dan menyediakan
guru, laporan penilaian perkembangan anak diberikan
media pengenalan bahasa anak, sebanyak 72 % sekolah
pada saat pertemuan dengan orang tua, pertemuan ini
menyediakan buku-buku bacaan dan sebanyak 64 %
bertujuan untuk mendiskusikan perkembangan dan
sekolah menyediakan fasilitas bermain anak serta media
kemajuan anak.
maupun fasilitas bermain yang disediakan oleh sekolah
tersebut semuanya dalam kondisi layak. Diketahui bahwa h. Guru sebagai Pengelola Kelas
96% guru mampu menciptakan kondisi belajar yang
Dalam perannya sebagai pengelola kelas, guru
kondusif, dengan suasana belajar yang nyaman
hendaknya mampu mengelola kelas yang merupakan
memungkinkan peserta didik untuk memusatkan pikiran
lingkungan belajar serta merupakan aspek dari
dan perhatian kepada apa yang sedang dipelajari.
lingkungan sekolah yang perlu diorganisir. Lingkungan
Sebaliknya, suasana belajar yang tidak nyaman dan
ini diatur dan diawasi agar kegiatan-kegiatan belajar

6
terarah kepada tujuan pendidikan. Lingkungan belajar 3) Aktivitas membaca dengan suara lantang di
yang baik adalah yang dapat memberikan rasa aman depan anak.
dan kepuasan bagi peserta didik dalam belajar. Guru Intensitas Guru membaca dengan suara lantang di depan
sebagai pengelola kelas dapat dilihat dari aspek anak diketahui dari 25 responden 22 0rang guru atau
perancangan dan pelaksanaan kurikulum, penilaian 88% menyatakan sering melakukan aktivitas membaca
aspek-aspek perkembangan anak. bawah ini : dengan suara lantang didepan anak dan sebanyak 3 orang
guru atau 12% guru menyatakan sangat sering
Sebanyak 60% responden menyatakan bahwa
melakukan aktivitas membaca dengan suara lantang di
sekolah sudah merancang dan melaksanakan kurikulum
depan anak, hasil observasi pada saat pengkajian
pembelajaran dengan lengkap, dan sebesar 40%
diketahui bahwa jika guru tidak menyampaikan dengan
responden yang menyatakan pelaksanaan dan
suara lantang, maka informasi dari guru ke anak tidak
perancangan kurikulum baru dirancang dan dilaksanakan
tersampaikan, selain itu juga dengan suara lantang
sebagian. Berdasarkan hasil pengamatan dilapangan pada
anak akan mengenal kosakata baru sehingga anak dapat
saat study eksplorasi diketahui bahwa Kurikulum 2013
menambah kosa kata mereka.
PAUD yang dipakai pada hakikatnya merupakan
4) Reaksi Anak saat guru membaca di depan kelas
seperangkat rencana yang akan dilakukan selama proses
Jenis reaksi anak saat guru membaca di depan kelas
pembelajaran, sehingga mutlak diperlukan oleh setiap
Dari data dapat diketahui bahwa saat guru membaca di
satuan pendidikan. Kurikulum PAUD disiapkan oleh
depan kelas, sebanyak 36 % anak meminta guru untuk
satuan PAUD yang bersangkutan sesuai dengan
membacakan lagi, 52% anak menirukan gaya guru
kebutuhan anak dengan mengacu pada Permendikbud
membaca sambil pura-pura membaca, 7% anak
No.137 Tahun 2014 tentang Standar PAUD. Setiap anak
melakukan kegiatan lain saat guru membaca di depan
diberi kesempatan untuk mengembangkan diri sesuai
kelas, 12% anak mendengarkan sampai selesai saat guru
potensi masing-masing. Pendidik bertugas memfasilitasi
membaca di depan kelas, dan 60% anak bertanya terkait
kegiatan bermain sambil belajar anak untuk dapat
dengan cerita yang dibacakan guru di depan kelas.
mengembangkan keenam aspek perkembangan anak.
Sehingga dapat disimpulkan dari keterangan responden
Penilaian sudah dilakukan pada semua aspek-aspek guru diketahui bahwa ketika guru membaca di depan
perkembangan anak. Semua sekolah tempat lokasi study kelas banyak anak yang bertanya terkait dengan cerita
eksplorasi sudah melakukan penilaian pada semua aspek. yang dibacakan oleh guru. Dari hasil diatas dapat kita
Hal ini disebabkan semua sekolah sudah menggunakan ketahui bahwa penyampaian informasi isi cerita dari guru
kurikulum 2013 PAUD. ke anak dapat dikatakan tersampaikan dengan baik.
Hanya beberapa persen anak yang tidak menyimak.
i. Peran Guru dalam Mengembangkan Literasi Anak Hal ini menjadi pertanda baik untuk proses
pengembangan literasi anak.
1) Kegiatan membaca bersama anak
5) Intensitas Guru mengajak anak meminjam buku
Berdasarkan data dapat diketahui bahwa dari 25
Ada sebanyak 13 orang guru atau sebesar 52% yang
responden guru terdapat 21 Guru atau 84 % yang
pernah mengajak anak meminjam buku di perpustakaan,
menyatakan sering melakukan kegiatan membaca
sebanyak 3 orang guru atau sebesar 12% yang jarang
bersama anak di kelas, dan terdapat 4 orang guru atau
mengajak anak meminjam buku di perpustakaan dan 9
16% yang menyatakan sangat sering melakukan kegiatan
orang guru atau sebesar 36% yang tidak pernah
membaca bersama di kelas. Dari hasil observasi pada saat
mengajak anak meminjam buku di perpustakaan. Dari
pengkajian di Kabupaten Langkat, Simalungun dan Toba
hasil diatas diketahui bahwa ada guru yang jarang dan
diketahui bahwa guru secara rutin melaksanakan
tidak pernah mengajak anak meminjam buku di
kegiatan membaca bersama anak di sekolah dengan
perpustakaan, dari hasil observasi diketahui bahwa tidak
menggunakan buku-buku bacaan berupa buku dongeng
tersedianya perpustakaan di sekolah dan pada umumnya
bergambar. Hal ini dapat dilihat dari tersedianya buku-
guru mengajak anak ke perpustakaan yang dimiliki oleh
buku bacaan bergambar yang ada di rak-rak buku
Pemda setempat. Oleh sebab itulah hasil pengkajian
sekolah.
ditemukan ada guru yang jarang dan tidak pernah
2) Bahan bacaan yang dibacakan pada anak
mengajak anak ke perpustakaan.
Berdasarkan data dapat diketahui bahwa sebanyak 76%
6) Peran Guru memilihkan buku anak
guru menggunakan buku cerita dan majalah anak sebagai
Peran Guru memilihkan buku anak saat di perpustakaan
bahan bacaaan yang dipakai untuk dibacakan pada anak,
Berdasarkan table 3.22 di atas dapat diketahui bahwa
sebanyak 8% guru menggunakan koran, 4% guru
dari 100 responden guru terdapat 14 orang guru atau
menggunakan bacaan digital dan 3% guru menggunakan
sebesar 56% yang menyatakan ikut memilihkan buku
bahan bacaan lainnya sebagai bahan bacaan yang dipakai
yang anak suka di perpustakaan, 6 orang guru atau
untuk dibacakan pada anak.
s e b e sa r 24% yang menyatakan kadang-kadang
memilihkan buku yang anak suka di perpustakaan, dan
7
sebanyak 5 orang guru yang tidak menjawab. Guru oleh anak sehingga perbendaharaan kata anak dapat
berusaha untuk memilihkan buku-buku yang cocok untuk bertambah. Berdasarkan data dari tabel 3.25 dapat dilihat
bahan bacaan anak, hal ini ditujukan agar anak tidak juga bahwa ada 12 orang guru yang meminta anak untuk
salah memilih buku bacaan yang sesuai usianya. mengamati tulisan pada buku cerita kemudian disusul
7) Sumber informasi yang sudah dikenalkan pada kegiatan memutarkan lagu anak-anak. Kegiatan ini
anak dilakukan untuk dapat menarik anak menambah kosa
Untuk informasi, 22 orang guru atau sebesar 88% yang kata anak.
telah mengenalkan bahan cetak sebagai sumber 3) Kegiatan mengembangkan perbendaharaan kata
informasi, dan 3 orang guru atau sebesar 12 % sisanya Intensitas berbicara dengan anak
belum mengenalkan bahan cetak sebagai sumber Mengingat dalam literasi dini juga didukung kegiatan
informasi. Dari 100 responden guru terdapat 19 orang mengembangkan kosakata dan suku kata pada anak,
guru atau sebesar 76% yang telah mengenalkan majalah maka perlu dilihat intensitas peran guru dalam mengajak
anak sebagai sumber informasi, dan 6 orang guru atau anak berbicara, sebab dalam pembicaraan antara
24% sisanya belum mengenalkan majalah anak sebagai orangtua dan anak akan menimbulkan kosakata dan kata-
sumber informasi. Dari 100 responden guru terdapat 5 kata baru untuk anak sehingga anak memperoleh
orang guru atau sebesar 20% guru telah mengenalkan tambahan kosakata baru untuk berbicara selanjutnya.
internet sebagai sumber informasi, hasil observasi pada Berdasarkan data diketahui bahawa dari 25 orang
saat study eksplorasi diketahui alasan responden responden guru terdapat 17 orang guru atau sebesar
mengenalkan internet pada anak adalah sebagai sarana 68%, guru yang sangat sering berbicara dengan anak
belajar anak, suapaya anak tidak ketinggalan informasi pada saat kegiatan belajar mengajar dan ada sebanyak 8
dan teknologi semenjak dini. Namun dalam orang guru atau sebesar 32% guru yang sering
pelaksanaanya kegiatan pengenalan internet hanya berinteraksi dengan anak. Berdasarkan hasil observasi
dilakukan pada akhir pekan semisal hari Jumat/Sabtu dan dilapangan pada saat study eksplorasi diketahui bahwa
dalam pelaksanaannya guru mendampingi anak dalam interaksi yang dilakukan pendidik dan peserta didik,
penggunaan internet sebagai sumber informasi. sangat berguna bagi peserta didik dalam pengembangan
dirinya, yaitu pengembangan semua potensi, kecakapan,
j. Phonological awarenes
serta karakteristik pribadinya ke arah yang positif, baik
1) Kegiatan yang dilakukan untuk melatih anak bagi dirinya maupun lingkungannya.
dalam mengeja kata atau suku kata 4) Topik pembicaraan antara pendidik dengan anak
Phonological awareness yakni kemampuan untuk Topik pembicaraan antara pendidik dengan anak
mendengar dan memainkan bunyi dari sebuah kata 23 orang guru atau sebesar 92% guru yang paling sering
sederhana. Dalam mengembangkan kemampuan pada membicarakan seputar kegiatan sekolah dengan anak, 21
anak ada berbagai macam kegiatan untuk orang guru atau sebesar 21% guru yang paling sering
memaksimalkan kegiatan literasi dini, dan bernyanyi membicarakan mengenai pertemuan anak disekolah, 19
adalah salah satu kegiatan yang paling banyak dipilih oleh orang guru atau sebesar 76 % guru yang paling sering
responden, 25 responden guru terdapat 23 orang guru membicarakan aktivitas di rumah dengan anak saat
atau sebesar 92% yang melatih anak mengeja kata atau dikelas, dan sebanyak 14 orang guru yang sering
suku kata dengan kegiatan menyanyi, kegiatan membicarakan masalah anak dirumah.
bernyanyi adalah kegiatan paling mudah diterapkan 5) Kegiatan yang dilakukan untuk menambah
pada anak dan hasilnya pun anak menjadi mudah kemampuan bahasa dan kosakata anak
mengingat setiap kata dan kalimat yang ada pada lagu, 20 orang guru yang meminta anak untuk bernyanyi dan
meskipun mereka belum bisa sepenuhnya bisa membaca. terdapat 17 orang guru yang membacakan dongeng di
Sebanyak 16 orang guru atau sebesar 64%, yang depan anak untuk menambah kemampuan bahasa dan
menggunakan kegiatan bermain tebak kata untuk melatih kosa kata anak. Penguasaan keterampilan bergaul dalam
anak mengeja kata atau suku kata. Kemudian kegiatan lingkungan sosial dimulai dengan penguasaan
menyuruh anak bercerita, ada sebanyak 12 orang guru kemampuan berbahasa. Tanpa bahasa seseorang tidak
yang melakukan kegiatan tersebut untuk melatih anak, akan dapat berkomunikasi dengan orang lain. Anak dapat
diikuti dengan kegiatan berbicara di depan umum ada mengekspresikan pikirannya menggunakan bahasa
sebanyak 3 orang guru yang melakukan kegiatan tersebut sehingga orang lain dapat menangkap apa yang
untuk melatih anak mengeja kata atau suku kata. dipikirkan oleh anak. Komunikasi antar anak dapat
2) Kegiatan yang dilakukan agar anak tertarik terjalin dengan baik dengan bahasa sehingga anak dapat
menambah kosa kata anak membangun hubungan sehingga tidak mengherankan
Dalam phonological awarness, kegiatan menambah bahwa bahasa dianggap sebagai salah satu
kosakata juga dalam dikembangkan melalui beberapa indikator kesuksesan seorang anak.
kegiatan, Ada sebanyak 14 orang guru yang melakukan 6) Guru mengajak anak bermain peran atau
kegiatan membaca dengan irama (lagu) dan membacakan bermain panggung boneka
buku cerita untuk membuat anak tertarik menambah Dalam literasi dini pada kegiatan print motivation
kosa kata. Kegiatan ini dilakukan secara tidak disadari salah satunya bertujuan untuk menumbuhkan

8
kemampuan anak untuk mampu bercerita dan menambah memiliki peranan yang sangat penting bagi tumbuh
kosa kata melalui kegiatan bermain peran atau bermain kembang anak, dan anak-anak belajar banyak hal dari
panggung boneka. Dibawah ini disajikan data intensitas orang tuanya. Peran orangtua dan guru menjadi bagian
guru mengajak anak bermain peran atau bermain terpenting bagi anak dan sebagai mitra kerja yang saling
panggung boneka. Guru sering mengajak anak untuk berintegrasi. Berdasarkan data di atas dapat diketahui
bermain peran atau bermain panggung boneka yaitu 17 bahwa dari 25 responden guru, melakukan komunikasi
orang guru, dan terdapat 2 orang guru yang sangat sering aktif dengan orang tua anak. Guru perlu membina
mengajak anak bermain peran atau bermain panggung komunikasi yang aktif dan kerjasama yang baik dengan
boneka. Sedangkan berdasarkan data ada 5 orang guru orangtua agar terjadi sinergitas di sekolah dan di rumah
dan 1 orang guru yang jarang dan sangat jarang mengajak untuk dapat mengembangkan aspek-aspek pertumbuhan
anak bermain peran atau bermain panggung boneka. anak secara optimal.
Berdasarkan hasil observasi di lapangan bahwa intensitas 2) Materi yang dikomunikasikan dengan orang tua
melaksanakan kegiatan bermain peran atau bermain Untuk jenis materi yang dikomunikasikan dengan orang
panggung boneka juga dipengaruhi oleh ketersediaan tua dapat diketahui bahwa materi yang paling sering
fasilitas di sekolah termasuk alat-alat bermain peran. dikomunikasikan guru kepada orang tua adalah tentang
Adapun manfaat dari bermain boneka atau bermain perkembangan anak, kemudian kegiatan sekolah dan
panggung boneka ini anak-anak senang sekali kalau tentang fasilitas yang dimiliki oleh sekolah.
dengan kegiatan bercerita, ini sesuai dengan usia anak, 3) Media yang digunakan untuk berkomunikasi
jadi anak lebih suka untuk mendengarkan cerita dan dengan orang tua
bermain peran dengan boneka. Dari 25 orang responden Media yang digunakan berkomunikasi dengan orang tua
guru terdapat 17 orang guru yang sering menyuruh anak diketahui bahwa media yang paling sering digunakan
untuk bercerita kembali tentang isi buku cerita, 4 orang untuk berkomunikasi dengan orang tua adalah rapat
guru yang sangat sering menyuruh anak untuk bercerita terbuka dengan orang tua, kemudian melalui telepon dan
kembali tentang isi buku cerita, dan 4 orang guru yang surat dan dari media lainnya. Berdasarkan temuan data di
kadang-kadang menyuruh anak untuk bercerita kembali lapangan diketahui bahwa orang tua yang berkomukasi
tentang isi buku cerita. Berdasarkan hasil observasi di dengan guru melalui media selain rapat terbuka,
lapangan saat pengkajian, kegiatan bercerita kembali disebabkan oleh keadaan orang tua yang disibukkan
yang dilakukan oleh anak bertujuan untuk menambah dengan pekerjaaan, sehingga media yang paling efektif
kata-kata baru dan bahasa yang diketahui anak, dan menurut guru saat itu adalah telepon dan surat.
untuk mengembangkan daya ingat dan imajinasi anak. 4) Respon orangtua tentang kegiatan di sekolah
Respon orang tua tentang kegiatan yang melibatkan
k. Kemampuan Pengenalan Huruf dan Angka orang tua di sekolah
Data ketersediaan alat peraga/APE untuk dapat Dari data diketahui bahwa dari 25 responden, ada 22
memperkenalkan anak dengan huruf, angka dan gambar, orang yang menyatakan bahwa orangtua sangat setuju
jenis-jenis alat peraga/APE yang tersedia di sekolah, jenis dan berpartisi terhadap kegiatan sekolah yang
alat peraga/APE yang paling sering digunakan oleh guru melibatkan orangtua dan ada 7 orang guru yang
kepada anak untuk memperkenalkan anak dengan huruf, menyatakan bahwa ada orangtua yang setuju tetapi tidak
angka dan gambar. berpartisipasi. Baik guru maupun orangtua memiliki
Untuk Jenis Alat Peraga/APE yang paling sering peran yang cukup penting untuk perkembangan anak.
digunakan sebanyak 25 sekolah yang menjadi responden Guru sangat berpengaruh dalam lingkungan sekolah anak,
untuk pengkajian memiliki Alat Peraga/APE sebagai dan orangtua berpengaruh dalam kehidupan maupun
media untuk mengenalkan angka, huruf dan gambar pada kebiasan anak di rumah. Namun semua kehidupan anak
anak. Sebanyak 22 sekolah responden yang memiliki haruslah berjalan seirama, artinya kehidupan anak di
poster huruf, angka dan gambar serta benda/permainan rumah haruslah mendukung pembelajaran anak
berbentuk huruf/angka. Ada sebanyak 21 sekolah yang disekolah, dan apa yang sudah diajarkan disekolah
memiliki buku bacaan dan 1 sekolah yang memiliki tentunya harus berguna pada kehidupan anak di rumah.
gadget (tablet,ipad,smartphone) yang dapat digunakan Sinergitas antara orangtua dan guru sangatlah
anak untuk dapat mengenal angka, huruf dan gambar. dibutuhkan untuk perkembangan anak. Dan untuk
Sinergisitas orang tua dan guru dalam membangun sinergitas ini dibutuhkan peran guru dan
mengembangkan literasi dini pada anak orangtua secara aktif.
a. Menciptakan dukungan orang tua dalam kegiatan b. Menciptakan keaktivan orang tua dan guru dalam
sekolah menumbuhkan kemampuan awal literasi
1) Komunikasi aktif dengan orang tua Literasi dini memberikan alternatif baru guna
Orangtua adalah guru yang pertama bagi anak. Anak membantu anak-anak belajar berbicara, membaca, dan
belajar pertama sekali dari orang tua di rumah. Orangtua menulis dengan kegiatan bermain. Kegiatan literasi ini

9
tidak memaksa atau mengarahkan dan menyuruh anak Ada 15 orang responden yang menyetujui saran guru
untuk membaca dan menulis, sebab hal ini tidak sesuai tentang referensi buku bacaan anak dan ada 10 orang
dengan tahapan perkembangan usia mereka. Instruksi responden yang sangat setuju dan melakukan saran
formal yang dilakukan oleh orang tua dan guru untuk tersebut.
meminta anak-anak membaca diusia yang tidak siap Waktu yang paling sering digunakan orangtua untuk
dalam perkembangannya, akan berpotensi menganggu berinteraksi dengan anak menurut 22 orang responden
anak-anak dalam proses membaca, dan lebih buruk adalah pada saat pulang sekolah, kemudian pada saat
mengakibatkan gagal dalam proses membaca dikemudian menonton televisi dan pada saat menjelang anak tidur.
hari. Oleh sebab itu sinergisitas antara orang tua dan guru Dan ada sebanyak 23 orangtua yang membicarakan
dibangun agar adanya kesatuan pemikiran untuk tentang aktivitas di sekolah dengan anaknya, ada
mengoptimalkan kegiatan literasi. Ada bentuk sebanyak 22 orangtua yang membicarakan tentang
kemampuan literasi dini yang dimiliki anak, yakni Early pertemuan anak di sekolah, ada sebanyak 13 orangtua
Literacy Skill, data tentang sinergitas guru dan orang tua yang membicarakan tentang nilai anak di sekola, dan ada
dalam membangun literasi dini diketahui bahwa ada 10 orangtua yang membicarakan tentang masalah anak
sebanyak 22 orang guru yang mengetahui adanya diluar rumah serta ada 1 orangtua yang membicarakan
pengulangan kegiatan print motivation di rumah yang tentang hal lainnya dengan anak.
dilakukan orangtua dengan anaknya tetapi berdasarkan Sebanyak 22 orangtua yang menyatakan bahwa
ada 3 orang guru yang tidak mengetahui ada kegiatan kegiatan yang biasa dilakukan untuk menambah
print motivation di rumah. kemampuan bahasa dan kosakata anak adalah meminta
anak untuk bernyanyi, ada sebanyak 14 orangtua yang
Untuk kegiatan orang tua membaca bersama anak di
membacakan dongeng sebelum tidur, ada sebanyak 11
rumah ada 12 orang guru mengetahui bahwa orangtua
orang tua menyatakan kegiatan yang biasa dilakukan
sering melakukan kegiatan membaca bersama dengan
untuk menambah kemampuan bahasa dan kosakata anak
anak di rumah, dan ada 3 orang guru yang mengetahui
adalah membacakan nama jalan, dan ada 4 orangtua yang
bahwa orangtua sangat sering melakukan kegiatan
menyatakan kegiatan yang biasa dilakukan untuk
membaca bersama dengan anak di rumah. Tetapi ada 7
menambah kemampuan bahasa dan kosakata anak adalah
orang guru yang mengetahui bahwa orang tua jarang
membacakan tajuk dari sebuah surat kabar.
melakukan kegiatan membaca bersama anak di rumah,
Dari 25 responden terdapat 14 orang tua yang
dan ada 1 dan 2 orang guru yang mengetahui bahwasanya
menyatakan sering mengikuti kegiatan anak untuk
orangtua sangat jarang dan tidak pernah melakukan
bermain peran atau bermain panggung boneka di
kegiatan membaca bersama anak di rumah.
sekolah, 1 orangtua yang menyatakan sangat sering
Untuk orang tua melakukan kegiatan membaca di
mengikuti anak untuk bermain peran atau bermain
depan anak dengan jumlah responden yang menyatakan
panggung boneka di sekolah., 3 orang tua menyatakan
hal tersebut sebanyak 10 responden atau sebesar 40 %.
jarang mengikuti kegiatan anak untuk bermain peran
Tetapi dari data di tabel dapat diketahui ada sebesar 13
atau bermain panggung boneka di sekolah dan 7 orang
responden atau sebesar 52 % yang menyatakan bahwa
tua yang tidak pernah mengikuti kegiatan anak untuk
orangtua jarang, tidak pernah dan tidak tau untuk
bermain peran atau bermain panggung boneka di
melakukan kegiatan membaca di depan anak. Hal ini
sekolah. 92% orang tua memiliki poster huruf dan
disebabkan karena tidak tersedianya waktu orang tua dan
angka atau gambar untuk memperkenalkan anak
bahan buku bacaan untuk dibaca bersama anak.
dengan huruf, angka, atau berbagai macam gambar, 64 %
Untuk intensitas orangtua membacakan cerita pada orang tua memiliki benda permainan berbentuk huruf
anak sebelum tidur sangat jarang, tidak pernah dan tidak atau angka untuk memperkenalkan anak dengan huruf,
tahu, hal ini dilihat dari tabel, ada sebanyak 21 responden angka, atau berbagai macam gambar, dan 40% orang tua
yang menyatakan orangtua jarang, tidak pernah dan tidak yang menyediakan buku bacaan untuk memperkenalkan
tau untuk membacakan cerita pada anak sebelum tidur. anak dengan huruf, angka, atau berbagai macam gambar.
Sumber informasi yang paling sering diperkenalkan
E. REKOMENDASI
orangtua pada anak adalah bahan cetak berupa buku,
koran, peta, buku cerita bergambar. Hal ini dapat dilihat Yang menjadi rekomendasi dari pengkajian ini adalah
di tabel ada sekitar 84% orangtua yang menggunakan 1) Perlu dibuat peraturan/SOP yang disepakati
bahan cetak untuk diperkenalkan pada anak. Kemudian bersama tentang frekuensi, atau seberapa sering
disusul oleh smartphone yang digunakan orangtua untuk gadget di gunakan anak dan konsisten menegakkan
diperkenalkan pada anak tentang literasi dini. aturan yang sudah dibuat, 2) Menciptakan budaya
Saran guru pada orangtua tentang buku bacaan anak membaca dalam keluarga. 3 ) Orang tua dapat berperan
sebanyak 22 orang guru memberikan saran pada sebagai inspirator maupun fasilitator bagi anak 4)
orangtua tentang referensi buku bacaan yang cocok untuk keluarga harus dapat menjadi benteng sekaligus filter
anak dan ada sebanyak 3 orang guru yang tidak bagi anak
memberikan saran pada orangtua.
Respon orangtua tentang saran guru

10
Jakarta: Buku Pintar PAUD. Jogjakarta: Laksana.
Sujiono ...

Peran Orang Tua dan Guru dalam Mengembangkan


Literasi Dini (Early Literacy)
http://journal.unair.ac.id/download-
fullpapers-ln4b3f7127c6full.pdf

Peningkatan Kemampuan Literasi Awal Anak Prasekolah


melalui Program Stimulasi . file:///D:/model
%202020/litersi%20dini.pdf

O’Brein, D., & Scharber, C. (2008). Digital Literacies Go to


School: Potholes and Possibilities. Journal of
Adolescent & Adult Literacy, 66-68.
DAFTAR PUSTAKA

Amariana, Ainin (2012) Keterlibatan Orangtua Dalam


Perkembangan Literasi Anak Usia Dini. Skripsi
thesis, Universitas Muhammadiyah
Riset Kominfo dan UNICEF Mengenai Perilaku Anak dan
Berapa banyak waktu yang dihabiskan orang Indonesia di Remaja Dalam Menggunakan Internet.
Media Sosial. https://kominfo.go.id/content/detail/3834/sia
https://www.bbc.com/indonesia/majalah- ran-pers-no-17pihkominfo22014
49630216

Standar Nasional Pendidikan Anak Usia Dini.


Departemen Pendidikan Indonesia (2008). Kamus Besar Permendikbud No.137 Tahun 2014 tentang
Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka. Standar PAUD

Farihatin, Anisa Rohmati (2013) Kegiatan Membaca Buku Vevy Liansari, Ermawati Z. Nuroh/Proceedings of The
Cerita Dalam Pengembangan Kemampuan ICECRS, Volume 1 No 3 (2018) 241-252
Literasi Dasar Anak Usia Dini. Skripsi 

Felicity Martini, & Monique Sénéchal. (2012). Learning


literacy skills at home: Parent teaching,
expectations, and child interest. Canadian
Journal of Behavioural

Galuh Amithya Pradipta . (2011). Keterlibatan orang tua


dalam proses mengembangkan literasi dini
pada anak usia paud di surabaya.

Ghoting, S., N. & Diaz, P., M.(2006). Early Literacy


Storytimes @Your Library: Partnering with
Caregivers for Success, American Library
Association, Chicago Gong ,Gol A. dan Irkham,

Gilster, P. (1997). Digital literacy. New York, NY: John


Wiley & Sons, Inc..

Jamaris, Martini. (2006). Perkembangan dan


Pengembangan Anak Usia Taman. Kanak-kanak.

11

Anda mungkin juga menyukai