Anda di halaman 1dari 7

HAMBATAN KOMUNIKSASI PADA ANAK AUTIS

Siska Mawita
Pendidikan Luar Biasa
Universitas Negeri Padang
siskamawita524@gmail.com
Corresponding author: lina_muluk@fip.unp.ac.id

Abstrak
Autism is not a type of disease but is a complex developmental disorder caused by damage to
the brain, generally can be detected since the child is born or at the age of toddlers.
Symptoms of autism are seen when children are unable to form social relationships or
develop normal communication. The social problem that many autistic children face is the
difficulty in communicating well. All autistic children experience social problems, it is
difficult to interact because they experience obstacles in mastering language and speech.
Because of the difficulty of communicating, the social problems faced by many autistic
children are in the form of interacting with other people, be it their peers or family and
society.
Keyword : Communication,.children,. autism,. interaction.

Abstrak
Autis bukan suatu jenis penyakit tetapi merupakan suatu gangguan perkembangan yang
komplek disebabkan oleh adanya kerusakan pada otak, umumnya dapat terdeteksi sejak anak
lahir atau di usia balita. Gejala autis terlihat ketika anak tidak mampu membentuk hubungan
sosial atau mengembangkan komunikasi secara normal. Permasalahan yang sosial yang
banyak dihadapi anak autis yaitu susahnya mereka untuk berkomunikasi dengan baik. Semua
anak autis mengalami permasalahan sosial, sulitnya berinteraksi karena mengalami hambatan
dalam penguasaan bahasa dan bicara. Karena sulitnya berkomunikasi maka permasalahan
sosial yang banyak dihadapi anak autis berupa berinteraksi dengan orang lain, baik itu teman
sebayanya ataupun keluarga dan masyarakat.
Kata kunci : Komunikiasi,. anak,. autis,. interkasi.

Pendahuluan
(Mansur 2016) Anak penderita autis, secara nyata dapat dideteksi dari banyak indikator,
antara lain sulit dalam berkomunikasi padahal, komunikasi merupakan aktivitas dasar
manusia. Manusia dapat saling berhubungan satu sama lain dalam kehidupan sehari-hari di
rumah tangga, di tempat kerja, di pasar, dalam masyarakat atau di mana saja manusia
berada. Semua manusia terlibat dalam kegiatan komunikasi dan berbahasa. Komunikasi
akan berjalan dengan lancar dan berhasil bila proses itu berjalan dengan baik. Proses
komunikasi terjadi melalui bahasa. Bentuk bahasa dapat berupa isyarat, gestur, tulisan,
gambar, dan wicara.
Secara kondratnya manusia tidak bisa hidup sendiri, manusia tentunya membutuhkan
manusia lainnya. Tentu penghubung manusia berinterksi dengan manusia lainnya yaitu
komunikasi, jika seseorang tidak bisa berkomunikasi maka mereka tidak bisa berinterkasi
dengan manusia lainnya. Komunikasi merupakan suatu hal yang wajib jika berinteraksi
dengan seseorang baik itu keluarga maupun masyarakat.(Widuri 2013)
Autis adalah kelainan syaraf yang unik. Belum ada tes medis yang dapat membedakan
diagnosis autis. Diagnosisnya hanya bisa dilakukan oleh seorang professional yang sudah
terbiasa yang terjadi pada masa anak-anak, yang membuat seseorang tidak mampu
mengadakan interaksi sosial, dan seolah-olah hidup dalam dunianya sendiri. Autis adalah
gangguan perkembangan.
Banyak orang menganggap bahwa komunikasi itu mudah dilakukan. Namun, ternyata proses
komunikasi itu tidak mudah ketika proses komunikasi yang biasa dihadapi mengalami
hambatan. Situasi rumit tersebut terjadi karena seseorang tidak berhasil menyampaikan
pesannya kepada orang lain atau orang lain tidak dapat menangkap pesan sang pemberi
pesan yang berujung pada terjadinya komunikasi yang tidak efektif.(Marhamah 2019)
Kesulitan anak autis dalam berkomunikasi dikarenakan mengalami gangguan dalam
berbahasa (verbal dan non verbal), padahal bahasa merupakan media utama dalam
komunikasi. Mereka sering kesulitan untuk mengkomunikasikan keinginannya baik secara
verbal (lisan/bicara) maupun non verbal (isyarat/gerak tubuh dan tulisan).
Sussman (1999) juga mengemukakan bahwa perkembangan komunikasi anak autis
dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu kemampuan berinteraksi, cara anak berkomunikasi,
alasan dibalik anak melakukan komunikasi, dan tingkat pemahaman anak. Peningkatan
kemampuan komunikasi anak terjadi bersamaan dengan penurunan perilaku bermasalah.
Setiap anak mengalami penurunan satu atau lebih perilaku bermasalah.
Autisme adalah suatu gangguan perkembangan yang kompleks menyangkut komunikasi,
interaksi sosial, gangguan sensoris, pola bermain, perilaku, emosi dan aktivitas imajinasi.
Akibatnya anak terisolasi dari kontak manusia dan asyik dalam dunianya sendiri yang di
ekspresikan dalam minat dan perilaku yang terpaku, menetap dan di ulang-ulang. Pada
kenyataannya gangguan perkembangan yang kompleks tersebut terwujud dalam berbagai
bentuk yang berbeda, sehingga autisme dapat disebut juga sebagai sekumpulan gejala klinis
yang dilatarbelakangi berbagai faktor yang sangat bervariasi, berkaitan satu dengan yang
lainnya dan unik karena tidak sama untuk masing-masing kasus. “Setiap anak adalah unik”.
Kalimat yang penuh makna tersebut menyiratkan bahwa setiap anak yang lahir ke dunia ini
bukanlah anak yang sempurna, tetapi anak yang membawa keunikannya masing-masing.
Pembahasan
Anak-anak dengan gangguan autistik biasanya kurang dapat merasakan kontak sosial.
Mereka cenderung menyendiri dan menghindari kontak dengan orang lain. Autisme
merupakan salah satu bentuk gangguan tumbuh kembang, berupa sekumpulan gejala akibat
adanya kelainan syaraf tertentu yang menyebabkan fungsi otak tidak bekerja secara normal
sehingga mempengaruhi tumbuh kembang, kemampuan komunikasi, dan kemampuan
interaksi sosial seseorang. Anak autis mempunyai tiga karakteristik yang mendasar, yang
biasa disebut trias autis yakni mengalami hambatan dalam berkomunikasi, gangguan
perilaku serta kesulitan dalam interaksi sosial.
Anak autisme mengalami gangguan perkembangan yang mempengaruhi persepsi anak
tentang dunia sekitar dan bagaimana anak belajar dari pengalamannya, yang berdampak
pada perkembangan di bidang interaksi sosial dan kemampuan berkomunikasi (Banda,
Copple, Koul, Sancibrian, & Bogschutz, 2010). (Marlina and Rahmahtrisilvia 2021)
Anak autis termasuk dalam kategori anak disabilitas mengalami hambatan dalam
berkomunikasi dan berinteraksi dengan orang lain, dikarenakan adanya gangguan spektrum
autisme (Autisme Spectrum Disorder) yang merupakan gangguan perkembangan dalam
pertumbuhan. Gangguan perkembangan yang terjadi pada anak autis terlihat pada
keterlambatan berkomunikasi dan interaksi sosial, juga keterlambatan kognitifnya. (Mansur
2016)
Perkembangan komunikasi pada setiap anak autis sangat berbeda, terutama pada anak-
anak yang mengalami hambatan yang berat dalam penguasaan bahasa dan bicara. Sebagian
besar dari mereka dapat berbicara, menggunakan kalimat pendek dengan kosa kata
sederhana namun kosa katanya terbatas dan bicaranya sulit dipahami. Karena kosa katanya
terbatas maka banyak perkataan yang mereka ucapkan tidak dipahaminya. Mereka yang
dapat berbicara senang meniru ucapan dan membeo (echolalia). Beberapa diantara mereka
sering kali menunjukkan kebingungan akan kata ganti. Contoh, mereka tidak menggunakan
kata saya dan kamu secara benar, atau tidak mengerti ketika lawan bicaranya beralih dari
kamu menjadi saya atau sebaliknya.(Heryati and Ratnengsih 2017)
Keterbatasan berkomunikasi menjadi hambatan tersendiri bagi penyandang autisme
untuk dapat berinteraksi dengan ling-kungannya. Garfin dan Lord (dalam Paul dan
Sutherland, 2005) menyebutkan bahwa kompetensi berkomunikasi merupakan faktor
utama yang menentukan seberapa luas penyandang autisme dapat mengembangkan
hubungan dengan orang lain dan berpartisipasi dalam kegiatan sehari-hari, baik di
sekolah, di rumah, maupun di dalam komunitas. Selain itu, Carr dan Durrand (dalam
Paul dan Sutherland, 2005) juga menyebutkan bahwa peningkatan kemampuan
berkomunikasi yang dimiliki penyandang autisme berkaitan langsung dengan
pencegahan dan penurunan masalah-masalah perilaku.
Anak autis yang sulit berbicara, seringkali mengungkapkan diri atau keinginannya melalui
perilaku. Memang untuk beberapa kasus anak autis yang ada yang sudah mampu
menyampaikan keinginannya dengan cara menarik tangan orang yang didekatnya atau
menunjuk ke suatu arah yang diinginkan, atau mungkin menjerit. Jika orangtua atau orang
disekitarnya tidak memahami apa yang diinginkannya anak akan marah-marah, mengamuk
dan mungkin tantrumnya akan muncul.
Banyak orang yang mengungkapkan bahwa anak autis suka marah-marah tidak jelas
mungkin ini disebabkan karena mereka sulit untuk mengkomunikasikan apa yang mereka
inginkan. Tentunya setiap orang tidak begitu memahami apa yang dinginkannya tanpa
komunikasi. Anak autisme mengalami gangguan perkembangan yang mempengaruhi
persepsi anak tentang dunia sekitar dan bagaimana anak belajar dari pengalamannya, yang
berdampak pada perkembangan di bidang interaksi sosial dan kemampuan berkomunikasi
(Banda, Copple, Koul, Sancibrian, & Bogschutz, 2010).
Hampir setengah anak autis yang mengalami keterlambatan dalam berbicara dan
berbahasa. Mereka mengalami kesulitan dalam memahami pembicaraan orang lain yang
dilakukan pada mereka, kesulitan dalam memahami arti kata–kata dan apabila berbicara
tidak pada konteks yang tepat. Sering mengulang kata–kata tanpa bermaksud untuk
berkomunikasi dan sering salah dalam menggunakan kata ganti orang, contohnya
menggunakan kata saya untuk orang lain dan kata kamu untuk diri sendiri.
Mereka tidak mengkompensasikan ketidakmampuannya dalam berbicara dengan bahasa
yang lain, sehingga apabila mereka menginginkan sesuatu tidak meminta dengan bahasa
lisan atau menunjuk dengan tubuh, tetapi menarik tangan orang tuanya untuk mengambil
objek yang diinginkannya. Mereka juga sukar mengatur volume suaranya, kurang dapat
menggunakan bahasa tubuh untuk berkomunikasi seperti: menggeleng, mengangguk,
melambaikan tangan, dan lain sebagainya. Anak autis memiliki minat yang terbatas, mereka
cenderung menyenangi lingkungan yang rutin dan menolak perubahan lingkungan, minat
mereka terbatas. Artinya apabila mereka menyukai suatu perbuatan maka akan terus–
menerus mengulangi perbuatan itu. Anak autis juga menyenangi keteraturan yang
berlebihan.(Tamimah 2017)
Hambatan komunikasi sangat mempengaruhi seluruh hidup semua orang tidak terkecuali
kepada anak autis, anak autis yang mengalami hambatan komunikasi tentu hidupnya yang
dijalaninya tidak mudah. Ada beberapa permasalahan yang dialami oleh anak autis yaitu:
anak autis memiliki hambatan kualitatif dalam interkasi sosial artinya bahwa anak auitistik
memiliki hambatan dalam kualitas interaksi dengan individu di sekitarnya, seperti sering
terlihat menarik diri, acuh tak acuh, lebih senang bermain sendiri, menunjukkan perilaku
yang tidak hangat, tidak ada kontak mata dengan orang lain dan bagi mereka yang
keterlekatannya dengan orang tua tinggi, anak akan cemas apabila ditinggalkan oleh orang
tuanya.
Orang tua yang mempunyai anak penderita autis tentunya sangat berat karena anak autis
membutuhkan sebuah penanganan khusus dibandingkan dengan anak normal. Orang tua
yang memiliki anak autis akan mengalami masalah yang lebih kompleks dalam
pembentukan kepribadian, perilaku dan pemenuhan kebutuhan anak. Sehingga dengan
bertambahnya usia anak autis maka para orang tua harus mengadakan penyesuaian
terutama dalam pemenuhan kebutuhan anak sehari-harinya seperti dalam hal memberikan
pola asuh dan sebagai orang tua harus bisa memahami perkembangan anak yang menderita
autis agar anak tidak mempunyai masalah yang berkepanjangan, pola asuh yang dapat
diberikan pada anak autis, misalnya dengan cara berkomunikasi yang pelan dan tanpa
menyinggung perasaan, serta memberikan perintah kepada anak autis harus jelas sehingga
mudah dimengerti oleh anak.(Pandin 2017)
Beberapa masalah pada anak autis (Wing, Lorna, (1974), yaitu: (1) Masalah dalam
memahami lingkungan (problem in understanding the world). (2) Respon terhadap suara
yang tidak biasa (unussualy sound). Anak autis seperti orang tuli karena mereka cenderung
mengabaikan suara yang sangat keras dan tidak tergerak sekalipun ada yang menjatuhkan
benda di sampingnya. Anak autis dapat juga tertarik pada beberapa suara benda seperti
suara bel, tetapi ada anak autis yang terganggu oleh suara-suara tertentu, sehingga ia akan
menutup telinganya. (3) Sulit dalam memahami pembicaraan (difficulties in understanding
speech). Anak autis tampak tidak menyadari bahwa pembicaran memiliki makna, tidak
dapat mengikuti instruksi verbal, mendengar peringatan atau paham apabila dirinya
dimarahi (scolded). Menjelang usia 5 tahun banyak anak auitis yang mengalami
keterbatasan dalam memahami pembicaraan. (4) Kesulitan ketika bercakap-cakap
(difficulties when talking). Beberapa anak autis tidak pernah berbicara, beberapa anak autis
belajar untuk mengatakan sedikit kata-kata, biasanya mereka mengulang kata-kata yang
diucapkan orang lain, mereka mengalami kesulitan dalam mempergunakan kata sambung,
tidak dapat menggunakan kata-kata secara fleksibel atau mengungkapkan ide. (5) Lemah
dalam pengucapan dan control suara (poor pronunciation and voice control). Beberapa anak
autis memiliki kesulitan dalammembedakan suara tertentu yang mereka dengar. Mereka
kebingungan dengan kata–kata yag hamper sam, memiliki kesulitan untuk mengucapkan
kata–kata yang sulit. Mereka biasanya mengalami kesulitan dalam mengontrol kekerasan
(loudness) suara.(Yuwono 2015)
Pada umumnya pertumbuhan fisik dan mental anak autis tidak berbeda dari anak pada
umumnya. Keingintahuan mereka terhadap banyak hal sangat besar seiring dengan
pertambahan usianya. Hanya saja jika pada anak-anak lain keingintahuan semacam itu bisa
dilakukan lewat percakapan, pada anak autis keterbatasan komunikasi yang mereka miliki
sering mendatangkan frustasi baik bagi dirinya sendiri maupun lingkungan terdekatnya, oleh
karena itulah pengertian dari orang lain terhadap keterbatasan yang dihadapi anak autis
sangat diperlukan.(Usman and Nur 2022)
Menurut Sukinah (2011) meskipun anak autis mengalami kekurangan dalam hal
berkomunikasi, namun pada umumnya autisme memiliki kemampuan yang menonjol dalam
bidang visual. Oleh karena itulah dalam melakukan pembelajaran perlu diupayakan
peningkatan kecakapan komunikasi pada anak autis dengan menggunakan gambar-gambar
atau alat bantu visual lainnya untuk membantu mereka dalam mengingat. Dalam American
Psychiatric Association, (Diagnostic Statistical Manual) mendifinisikan anak autis sebagai
berikut: pertama Gangguan kualitatif dalam interaksi sosial yang ditunjukan oleh paling
sedikit dua diantara berikut: (a) Memiliki kesulitan dalam menggunakan berbagai perilaku
non verbal seperti, kontak mata, ekspresi muka, sikap tubuh, bahasa tubuh lainnya yang
mengatur interaksi sosial. (b) Memiliki kesulitan dalam mengembangkan hubungan dengan
teman sebaya atau teman yang sesuai dengan tahap perkembangan mentalnya. (c)
Ketidakmampuan untuk berbagi kesenangan, minat, atau keberhasilan secara spontan dengan
orang lain (seperti, kurang tampak adanya perilaku memperlihatkan, membawa atau
menunjuk objek yang menjadi minatnya). (d) Ketidakmampuan dalam membina hubungan
sosial atau emosi yang timbal balik. Kedua Gangguan kualitatif dalam berkomunikasi yang
ditunjukan oleh paling sedikit satu dari berikut ini: (a) Keterlambatan dalam perkembangan
bicara atau sama sekali tidak (bukan disertai dengan mencoba untuk mengkompensasikannya
melalui cara-cara berkomunikasi alternative seperti gerakan tubuh atau lainnya). (b) Bagi
individu yang mampu berbicara, kurang mampu untuk memulai pembicaraan atau
memelihara suatu percakapan dengan yang lain. (c) Pemakaian bahasa yang stereotip atau
berulang-ulang atau bahasa yang aneh (idiosyncantric). (d) Cara bermain kurang variatif,
kurang mampu bermain pura-pura secara spontan, kurang mampu meniru secara sosial sesuai
dengan tahap perkembangan mentalnya. Ketiga yaitu Pola minat perilaku yang terbatas,
repetitive, dan stereostype seperti yang ditunjukan oleh paling tidak satu dari yang berikut:
(a) Keasikan dengan satu atau lebih pola-pola minat yang terbatas dan stereotype baik dalam
intensitas maupun dalam fokusnya. (b) Tapak tidak fleksibel atau kaku dengan rutinitas atau
ritual yang khusus, atau yang tidak memiliki manfaat. (c) Perilaku motorik yang stereotip dan
berulag-ulang (seperti: memukul-mukulkan atau menggerak-gerakkan tangannya atau
mengetuk-ngetukkan jarinya, atau menggerakkan seluruh tubuhnya). (d) Keasikan yang
menetap dengan bagian-bagian dari benda (objek). Keempat yaitu Perkembangan abnormal
atau terganggu sebelum usia tiga tahun seperti yang ditunjukkan oleh keterlambatan atau
fungsi yang abnormal pada paling sedikit satu. Kelima Sebaiknya tidak dikelompokkan ke
dalam Rett Disorder, Childhood Integrative Disorder, atau Asperger syndrome.
Gangguan kualitatif dalam komunikasi merupakan salah satu karakteristik yang dimiliki oleh
anak autis. Anak autis mengalami kesulitan dalam berkomunikasi karena mereka mengalami
hambatan dalam perkembangan bahasanya. Sedangkan bahasa merupakan media utama
dalam komunikasi. Jadi apabila perkembangan bahasa mengalami hambatan, maka
kemampuan komunikasi pun akan terhambat.(Usman and Nur 2022)

Kesimpulan
Seperti yang telah dijelaskan sebelumnya bahwa alat/media utama komunikasi adalah bahasa,
sementara bahasa itu sendiri secara umum terbagi dua, yaitu bahasa verbal (lisan) dan non
verbal (isyarat, gerak tubuh, ekspresi wajah, tulisan). Karenanya, komunikasi berlangsung
tidak hanya dengan menggunakan kata-kata tetapi juga dengan bantuan tindakan, gerak
isyarat, ekspresi wajah, gambar yang bermakna dan tulisan.
Anak autis akan menghadapi hambatan dalam kualitas interaksi dengan individu di
sekitarnya, seperti sering menarik diri, acuh tak acuh, lebih senang bermain sendiri,
menunjukkan perilaku yang tidak hangat, tidak ada kontak mata dengan orang lain dan bagi
mereka yang keterlekatannya dengan orang tua tinggi, anak akan cemas apabila ditinggalkan
oleh orang tuanya.
Peran orang tua disini sangat penting untuk oerkembangan anak-anak yang mengalami
gangguan komunukasi, orang tau harus senantiasa memberikan dukungan dan masukan
kepada anak agar anak telatih dalam berkomunikasi. Lingkungan sekitar juga mempengaruhi
anak dalam berkomunikasi. Sebagai sesama manusia tentunya kita harus menghargai
perbedaan yang ada disekitar kita, baik itu perbedaan fisik maupun lainnya

REFERENSI
Heryati, Euis, and Een Ratnengsih. 2017. “PENGGUNAAN METODE PECS (Picture
Exchange Communication System) UNTUK MENINGKATKAN KEMAMPUAN
KOMUNIKASI ANAK AUTIS.” Pedagogia 15(1): 30.
Mansur. 2016. “Hambatan Komunikasi Anak Autis.” Al-Munzir 9(1): 80–96.
Marhamah. 2019. “Pola Komunikasi Anak Autis : Studi Etnografi Komunikasi Pada
Keterampilan Interaksi Anak Autis Di Sekolah Cinta Mandiri Lhokseumawe.” Jurnal
Al-Bayan 25(1): 1–34.
Marlina, Marlina, and Rahmahtrisilvia Rahmahtrisilvia. 2021. “Peningkatan Kemampuan
Guru SLB Dalam Melakukan Asesmen Keterampilan Berbahasa Anak Autis Melalui
Workshop Berbasis Digital.” Suluah Bendang: Jurnal Ilmiah Pengabdian Kepada
Masyarakat 21(1): 44–51.
Pandin, Destalya Anggrainy Mogot. 2017. “Peran Kompetensi Sosial Pada Orangtua Yang
Memiliki Anak Autis Di Kota Bandung.” Humanitas (Jurnal Psikologi) 1(2): 71.
Tamimah, I. 2017. “Implementasi Picture Exchange Communication System (Pecs) Pada
Anak Autis Yang Mengalami Hambatan Komunikasi Di Taman ….” Jurnal Pendidikan
Khusus. https://jurnalmahasiswa.unesa.ac.id/index.php/jurnal-pendidikan-khusus/
article/viewFile/20122/18420.
Usman, Riska Nurul, and Haerani Nur. 2022. “Efektivitas Metode Picture Exchange
Communication System Fase I - III Untuk Meningkatkan Kemampuan Komunikasi Pada
Anak Autis.” 1(3).
Widuri, RATNA WAHYU. 2013. “Penanganan Kemampuan Interaksi Sosial Anak Autis.”
Pendidilan Khusus: 1–11.
Yuwono, Imam. 2015. 7 IDENTIFIKASI DAN ASESMEN ANAK BERKEBUTUHAN
KHUSUS.
http://ejournal.uin-suka.ac.id/pusat/inklusi/article/view/020103/990

Anda mungkin juga menyukai