Anda di halaman 1dari 2

Anak adalah anugerah yang diberikan Allah SWT yang dipercayakan orang

tua untuk merawatnya. Orang tua tentu saja sangat mengharapkan kehadiran
anaknya dalam kondisi sempurna tanpa cacat fisik atau mental. Namun, tidak
semua yang diinginkan orang bisa menjadi kenyataan, salah satunya anak
berkebutuhan khusus yaitu Autisme (S. Nur Hasanah, 2020, p. 3-4).
Autisme bukanlah suatu penyakit melainkan suatu sindrom yang
ditandai melalui penyimpangan perkembangan sosial, kemampuan bahasa dan
kurangnya kepedulian terhadap lingkungan, sehingga anak autis dibiarkan
hidup dalam dunianya sendiri .
Kemampuan anak untuk berbicara dan memahami bahasa dicapai melalui
stimulasi lingkungan [3]. Anak-anak dianggap sebagai penerima pasif dari
tekanan lingkungan yang tidak berperan aktif dalam perkembangan perilaku
verbal mereka[4]. Di tengah kehidupan kita ada anak-anak yang terkadang
kesulitan untuk berbicara, jadi untuk berkomunikasi berinteraksi dua arah
dengan berbagai faktor cukup sulit karena mengalami permasalahan
berbicara [5].
Anak yang mengalami kesulitan berbicara tidak jarang mengalami keterbatasan
dalam berkomunikasi, berinteraksi sosial dan berprilaku, yang dimana orang-
orang sekitar kesulitan dalam memahami apa yang diinginkan oleh anak tersebut
[6]. Keterlambatan kemampuan berbicara ini dapat dipengaruhi oleh dua factor
yakni dari factor diri dan factor lingkungan [7].
Kesulitan berbicara ini juga harus segera terdeteksi sejak dini, karena dengan
terdeteksi sejak dini dapat di tangani dengan lebih cepat. Usia yang sering dilihat
untuk melihat perkembangan berbicara pada anak yaitu pada usia 2-3 tahun,
dimana pada usia tersebut seharusnya anak sudah mulai mampu Menyusun
kalimat dan bertanya kepada orang tuanya [8].
Untuk mengatasi seorang anak mengalami kesulitan dalam berbicara, langakah
yang di lakukan salah satunya adalah dengan melakukan terapi wicara [9].
Dari hasil penelitian yang dilakukan pada salah satu rumah sakit pertamina
balikpanan anak yang mengalami kesulitan berbicara 55%-60% di diagnosa
sebagai Austisme Spectrum Disorder ( ASD ) (Riqqah Nabilah, 2023, p.2) .
Autistic Spectrum Disorders (ASD) merupakan istilah umum yang mengacu pada
gangguan perkembangan otak seseorang. Gangguan ini mengakibatkan hambatan
dalam kemampuan seseorang saat berinteraksi sosial, berkomunikasi secara verbal
maupun non-verbal serta perilaku repetitif (berulang-ulang) yang kerap dilakukan
oleh para penderita autis [11]. Menurut definisi lain Autism Spectrum Disorder
(ASD) merupakan kondisi kelompok kelainan perkembangan dengan adanya
kesulitan dalam berinteraksi sosial dan ketertarikan yang terbatas, gejala mulai
tampak pada usia dua tahun pertama kehidupan, yang membuat orang tersebut
membutuhkan perhatian dan perlakuan khusus dalam hidupnya [12].
Setiap anak yang memiliki gangguan pertumbuhan dan perkembangan berhak
untuk mendapatkan kesempatan yang sama dengan anak yang tidak memiliki
gangguan pertumbuhan dan perkembangan. Menurut Kementerian Kesehatan RI
pada tahun 2022, adanya peningkatan dalam jumlah anak dengan gangguan
autism spectrum disorder di Indonesia. Terapi menjadi salah satu pengobatan yang
ampuh dalam membantu anak dengan gangguan autisme spectrum disorder agar
dapat merasakan kehidupan layaknya anak tanpa gangguan pertumbuhan dan
perkembangan. Penulis menemukan urgensi bahwa anak autis memerlukan
penanganan yang tepat seperti mendapatkan pengobatan terapi, namun
perkembangan atau keberhasilan dari terapi dipengaruhi oleh banyak faktor. Oleh
karena itu, berdasarkan latar belakang diatas penulis tertarik untuk meneliti lebih
lanjut mengenai factor terapi wicara oleh terapis pada anak autism spectrum
disorder.

Anda mungkin juga menyukai