dalam melakukan komunikasi, bereaksi, dan bertingkah laku dalam kehidupan. Perilaku
autisme biasanya ditandai dengan rendahnya berkomunikasi verbal maupun non verbal,
interaksi sosial yang terkesan aneh, emosi yang tidak stabil, berubah-ubah dan persepsi
sensorik yang tidak optimal.
Autisme dapat terjadi pada siapa saja dan tidak ada perbedaan status sosial ekonomi ,
pendidikan golongan, etnik atau bangsa. Semua diduga bahwa penyandang autisme berasal
dari faktor keluarga dengan tingkat intelegensi dan sosial ekonomi yang tinggi.
Menurut para ahli berdasarkan hasil penelitianya bahwa bibit autisme telah ada jauh
hari sebelum bayi dilahirkan bahkan sebelum vaksinasi dilakukan. Patricia Rodier yaitu
seorang ahli emrio dari Amerika menyatakan bahwa gejala autisme dan cacat lahir
disebabkan karna terjadinya kerusakan jaringan otak yang terjadi sebelum 20 hari
pembentukan janin. faktor pemicu biasanya terdiri dari ; infeksi, keracunan logam berat, zat
aditif (pengawet, MSG, pewarna), maupun obat obatan lainya. Para ilmuan lain menyatakan
bahwa kemungkinan besar penyebab autisme adalah faktor kecenderungan yang dibawa oleh
faktor genetik walaupun sampai saat ini belum dapat diketahui kromosom mana yang
membawa anak autis.
Diagnosa untuk anak autis dapat dilakukan dengan cara mengamati prilaku anak
dalam berkomunikasi, bertingkah laku an tingkat perkembanganya. cara diagnosa yang
paling ideal yaitu dengan memeriksa anak pada beberapa ti dokter ahli seperti ahli
neurologis, ahli psikis anak, ahli penyakit nak, ahmli terapi bahasa dan tenaga ahli terapi
profesional menangani anak autis.
Dalam proses diagnosa deteksi dini anak autisme sangat penting dilakukan. Deteksi
dini anak autisme dapat dilakukan sejak dalam kandungan, sejak lahir hingga usia 5 tahun,
deteksi autis menggunakan skrening, dan deteksi autis dengan CHAT.
Terapi anak autis akibat dari kesalahan bentukan prilaku sosial menurut Noviza
(2004 : 9) dapat dilakukan dengan metode terapi applied behavioral analisis (ABA) dan
metode terapi TEACCH, dimana metode TEACCH ini dilakukan untuk mendidik anak autis
dari kekuatan relatifnya pada hal terstrukturdan kesenanganya pada pada ritinitasnya.
Sedangkan terapi anak autis menurut Dr. Handojo (2004 : 9) yaitu ; terapi prilaku,
terapi biomedik, terapi fisi, terapi sosial, terapi bermain, terapi perkembangan, terapi visual,
terapi obat, terapi lumba – lumbasekolah pendidik khusus. dan salah satu terapi anak autis
adalah memasukan anak ke sekolah khusus autis karna di pendidikan khusus sudh mencakup
terapi diatas.
Suteja, Jaja. 2014. Bentuk dan Metode Terapi Terhadap Anak Autisme Akibat Bentukan
Perilaku Sosial. Jurnal Eduekos. Vol III No 1,Januari-Juni 2014.