Anda di halaman 1dari 6

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

Konsep asuhan keperawatan pada komunitas dengan masalah stroke, dapat dilakukan dengan
menggunakan pendekatan community as a partner (CAP). Model community as partner
(Anderson & McFarlane, 2011) didasarkan pada model yang dikembangkan oleh Neuman
dengan menggunakan pendekatan manusia secara utuh dalam melihat masalah pasien. Model
community of client dikembangkan oleh Anderson dan McFlarlane untuk menggambarkan
definisi keperawatan kesehatan masyarakat sebagai perpaduan antara kesehatan masyarakat dan
keperawatan. Model tersebut dinamakan model “community as partner” untuk menekankan
filosofi dasar dari perawatan kesehatan masyarakat.

Model community as partner digambarkan dalam gambaran yang jelas untuk membantu
pengguna model dalam memahami bagian-bagiannya yang akan menjadi pedoman dalam praktik
di komunitas. Anderson dan McFarlane (2011) mengatakan bahwa dengan menggunakan model
community as partner terdapat dua komponen utama yaitu roda pengkajian komunitas dan
proses keperawatan.

Roda pengkajian komunitas dalam community as partner (Anderson & McFarlane, 2011) terdiri
dari dua bagian utama yaitu inti dan delapan subsistem yang mengelilingi inti yang merupakan
bagian dari pengkajian keperawatan, sedangkan proses keperawatan terdiri dari beberapa tahap
mulai dari pengkajian, diagnosa, perencanaan, implementasi, dan evaluasi. Inti roda pengkajian
adalah individu yang membentuk suatu komunitas. Inti meliputi demografi, nilai, keyakinan, dan
sejarah penduduk setempat. Sebagai anggota masyarakat, penduduk setempat dipengaruhi oleh
delapan subsistem komunitas, dan sebaliknya. Delapan subsistem ini terdiri atas lingkungan,
pendidikan, keamanan dan transportasi, politik dan pemerintahan, pelayanan kesehatan dan
sosial, komunikasi, ekonomi, dan rekreasi.

A. Pengkajian
a. Data Inti
1) Demografi: Variabel yang dapat dikaji adalah karakteristik komunitas atau
lingkungan bagaimana status penyakit stroke dilingkungan tersebut,dan rata-rata
usia berapa seseorang terkena stroke pada lingkungan tersebut. Metode
pengkajian dapat dilakukan dengan wawancara kepada klien stroke atau keluarga
yang mempunyai anggota keluarga yang menderita stroke, angket serta melalui
profil kesehatan.
2) Statistic vital: Data statistic vital yang dapat dikaji adalah jumlah angka
masyarakat yang terkena stroke. Hal ini didapat melalui penelusuran sekunder
melalui profil kesehatan.
3) Etnis dan Budaya: Variabel yang dapat dikaji meliputi: bagaimana
suku/rasnya,apakah terdapat adat atau kebiasaan yang dilakukan pada klien stroke
yang dapat mempengaruhi kesehatan klien stroke. Kemudian Bahasa yang
digunakan.
4) Karakteristik klien stroke: Fisik (jenis keluhan yang dialami oleh klien),
psikologis (efek psikologis terhadap klien stroke), contohnya bagaimana efek
setelah mengalami penyakit stroke,sosial (sikap klien stroke terhadap perubahan
fisiknya dan bagaimana dia beinteraksi dengan lingkungannya).
5) Perilaku: Seperti pola makan klien stroke yang kurang baik bisa mempengaruhi
masalah kesehatan yang dihadapinya,apakah ada sikap klien yang kurang efektif
dalam menghadapi masalah kesehatannya akibat ekonomi yang kurang.

b. Sub system
1) Lingkungan fisik: Yang dapat dikaji meliputi seperti dilingkungan daerah klien
bagaimana iklim dan cuacanya apakah cenderung panas atau dingin,bagaimana
dengan tempat tinggal klien, apakah tempatnya padat penduduk, kelembapannya
bagaimana, dan pencahayaan dan ventilasinya apakah baik untuk klien stroke.
Kemudian di daerah tersebut rata-rata bangunan tempat tinggalnya seperti apa,
apakah sudah tua atau masih kokoh, bagaimana bentuk arsitekturnya, kemudian
bagaimana kualitas lingkungan, kebersihan lingkungannya, lingkungan fisik yang
kurang bersih akan menambah dampak buruk terhadapan penurunan daya tahan
tubuh sehingga rentan terkena penyakit.
2) Pelayanan kesehatan dan sosial: Yang dapat dikaji meliputi; apakah daerah klien
stroke ini terdapat pelayanan kesehatan seperti puskesmas dan rumah
sakit,bagaimana waktu dalam pemberian pelayanan kesehatan apakah setiap hari
atau terbatas waktu, sumber daya, dan apakah pelayanan kesehatan di daerah itu
untuk klien stroke dipungut biaya. Pengkajian ini dapat dilakukan melalui
wawancara kepada pemimpin unit terkait (jika ada) dan klien stroke.
3) Ekonomi: Mengkaji karakteristik finansial klien stroke, apakah klien stroke
bekerja atau tidak bekerja. Karakteristik finansial ini mengidentifikasi
penghasilan klien dan keluarga berdasarkan indicator upah regional. Kategori
pekerja apa aja jika klien bekerja. Metode yang dilakukan adalah survey rumah
tangga atau data sekunder melalui profil klien stroke dan keluarganya.
4) Keamanan dan transportasi: Keamanan mengidentifikasi pelayanan dan
perlindungan terhadap klien stroke mencakupi; kebakaran,kepolisian, krisis
senter, dan sanitasi. Terjaminnya sanitasi lingkungan misalnya seperti air yang
bersih, jauh dari limbah, jauh dari penumpukan sampah, guna agar terhindar dari
penyakit dan wabah untuk klien stroke. Kajian transportasi meliputi kondisi jalan
lingkungan seperti apa, jenis kendaraan yang biasanya digunakan klien stroke
dilingkungan tersebut baik kendaraan umum dan kendaraan pribadi. Pengkajian
ini dapat dilakukan dengan metode mengkaji data keamanan kommunitas dengan
survey, sementara untuk mengkaji transportasi menggunakan winshield survey.
5) Politik dan pemerintahan: Mengidentifikasi partai politik dan partisipasinya
dalam pelayanan kesehatan terkhusus untuk klien stroke, jenis pemerintahan
(RT/RW/Kelurahan/Desa), dan kebijakan kesehatan seperti pelayanan khusus
klien stroke.
6) Komunikasi: Komunikasi meliputi jenis dan tipe komunikasi yang digunakan
oleh klien stroke, khususnya komunikasi formal dan informal yang digunakan
dalam keluarga, jenis bahasa yang digunakan terutama dalam penyampaian
informasi kesehatan klien stroke, daya dukung keluarga terhadap peningkatan
kesehatan klien. Jika dilingkungan terdapat komunitas khusus klien stroke apakah
sering berkumpul dan berkomunikasi bertukar pikiran.
7) Pendidikan: Pendidikan sebagai sub system meliputi; latar belakang pendidikan
rata-rata klien stroke di lingkungan, tingkat pengetahun klien tentang pengertian
penyakit stroke, bahaya dan dampaknya, cara mengatasi,bagaimana cara
perawatannya,serta cara mencegahnya.
8) Rekreasi: Yang perlu dikaji adalah jenis dan tipe sarana rekreasi yang ada seperti
taman, dan lainnya, tingkat partisipasi atau kemanfaatan dari sarana rekreasi
tersebut untuk klien stroke, serta jaminan keamanan,apakah dikenai biaya
penanganan atau tidak dari sarana rekreasi yang ada.
9) Persepsi: Persepsi klien stroke terhadap suatu penyakit apakah masih acuh atau
sudah mulai ingin tahu,kalau masih acuh bisa jadi dipengaruhi oleh rendahnya
tingkat pendidikan klien atau masyarakat ataupun kurangnya pengetahuan
kesehatan mengenai suatu penyakit terhadap klien stroke.

B. Diagnosa keperawatan komunitas yang mungkin muncul


1. Koping komunitas tidak efektif berhubungan dengan ketidakadekuatan sumber
daya untuk pemecahan masalah.
DO:
- Masalah penyakit tidak menular terutama stroke tinggi didaerah tersebut
- Stress masyakarat meningkat
DS:
- Masyarakat mengungkapkan bahwa mereka kurang mengetahui mengenai
penyakit tidak menular terutama penyakit stroke
- Masyarakat mengatakan tidak ada yang memberikan informasi mengenai
penyakit tidak menular terutama penyakit stroke
2. Kesiapan peningkatan koping komunitas berhubungan dengan penurunan tingkat
penyakit.
DO:
- Tesedianya taman untuk bersantai dan merilekskan otak
- Tersedianya pelayanan kesehatan yang memadai
DS:
- Pemerintah daerah tersebut mulai aktif dalam memprediksi penyakit tidak
menular
- Pemerintah sekitar menyediakan pelayanan untuk pencegahan penyakit tidak
menular, seperti deteksi dini.

C. Perencanaan keperawatan

SDKI SIKI SLKI


Dx1 : Koping Edukasi Kesehatan (SIKI : 65) Tujuan : Status Koping
komunitas tidak Tindakan Komunitas (SLKI : 117)
efektif berhubungan Observasi : Kriteria Hasil :
dengan  Identifikasi kesiapan dan  Keberdayaan
ketidakadekuatan kemampuan menerima komunitas
sumber daya untuk informasi meningkat
pemecahan masalah  Identifikasi factor-faktor  Perencanaan
(SDKI : 208) yang dapat komunitas membaik
meningkatkan dan  Pemecahan masalah
menurunkan motivasi komunitas
perilaku hidup bersih meningkat
dan sehat  Sumber daya
Terapeutik : komunitas membaik
 Sediakan materi dan  Partisipasi
media pendidikan masyarakat
kesehatan meningkat
 Jadwalkan pendidikan  Kegiatan komunitas
kesehatan sesuai memenuhi harapan
kesepakatan anggotanya
 Berikan kesempatan membaik
untuk bertanya  Komunikasi positif
Edukasi : meningkat
 Jelaskan factor risiko  Program rekreasi
yang dapat meningkat
mempengaruhi  Program relaksasi
kesehatan meningkat
 Ajarkan perilaku hidup  Tanggung jawab
bersih dan sehat komunitas terhadap
 Ajarkan strategi yang pelaksanaan stress
dapat digunakan untuk membaik
meningkatkan perilaku
hidup bersih dan sehat

Dx2 : Kesiapan Dukungan Kelompok Tujuan : Status Koping


peningkatan koping Pendukung (SIKI : 24) Keluarga (SLKI : 116)
komunitas Tindakan Kriteria Hasil :
berhubungan Observasi :  Kepuasan terhadap
dengan penurunan  Identifikasi masalah perilaku bantuan
tingkat penyakit yang sebenarnya dialami anggota keluarga
kelompok lain membaik
 Identifikasi kelompok  Keterpaparan
memiliki masalah yang informasi meningkat
sama  Perasaan diabaiakan
 Identifikasi hambatan berkurang
menghadiri sesi  Kekhawatiran
kelompok tentang anggota
 Identifikasi aturan dan keluarga berkurang
norma yang perlu  Perilaku
dimodifikasi pada sesi mengabaikan
selanjutnya,jika perlu anggota keluarga
Terapeutik : berkurang
 Siapkan lingkungan  Kemampuan
terapeutik dan rileks memenuhi
 Bentuk kelompk dengan kebutuhan anggota
pengalaman dan masalah keluarga berkurang
yang sama  Perasaan tertekan
 Mulai sesi kelompok menurun
dengan mengenalkan  Perilaku agesi
semua anggota menurun
kelompok dan terapis  Perilaku menghasut
 Mulai dengan berkurang
percakapan  Perilaku menolak
ringan,berbagi informasi perawatan berkurang
 Bangun rasa tanggung  Perilaku
jawab dalam kelompok overprotektif
 Diskusikan penyelasaian berkurang
masalah dari kelompok  Toleransi meningkat
 Berikan kesempatan  Perilaku bertujuan
individu untuk berhenti meningkat
sejenak saat merasa  Perilaku sehat
distress akibat topic meningkat
tertentu sampai mampu
berpartisipasi kembali
 Berikan kesempatan
saling mendukung
dalam kelompok terkait
masalah dan
penyelesaian masalah
 Berikan kesempatan
kelompok
menyimpulkan
masalah,penyelesaian
masalah dan dukungan
yang diperlukan untuk
setiap anggota kelompok
 Sediakan media untuk
kebutuhan
berkomunikasi
Edukasi :
 Anjurkan anggota
kelompok
mendengarkan dan
memberi dukungan saat
mendiskusikan masalah
dan perasaan
 Anjurkan bersikap jujur
dalam menceritakan
perasaan dan masalah
 Anjurkan setiap anggota
kelompok
mengemukakan
ketidakpuasan,keluhan,k
ritik dalam kelompok
dengan cara santun
 Anjurkan kelompok
untuk menuntaskan
ketidakpuasan,keluhan,d
an kritik
 Ajarkan relaksasi pada
setiap sesi,jika perlu

Anda mungkin juga menyukai