Anda di halaman 1dari 31

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pengkajian komunitas merupakan suatu proses; merupakan upaya untuk
dapat mengenal masyarakat. Warga masyarakat merupakan mitra dan
konstribusi terhadap keseluruhan proses. Tujuan keperawatan dalam mengkaji
komunitas adalah mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun negatif)
yang mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembengkan
strategi promosi kesehatan.
Pengkajian komunitas tidak dilakukan dalam keadaan vakum, Anda
mungkin telah mengenal jelas beberapa askep dalam masyarakat karena
keterlibatan Anda dalam merawat warga setempat baik di klinik maupun di
rumah sakit terdekat . Selain itu,pengkajian bukan merupakan tugas yang
dikerjakan sendiri; banyak orang terlibat dalam pengkajian, karena itu cobalah
untuk tidak putus asa dengan memandang bahwa tugas ini terlalu berat. Atasi
tugas ini dengan semangat. (Bagi pembaca : informasi dalam
table,dimaksudkan utuk menyajikan jumlah presentasi, angka, dan lain-lain
yang berhubungan dengan sumber. Bagaimanapun, informasi yang disajikan
bukanlah data saat ini yang berhubungan dengan area ditemukanya data,tetapi
hanya sebagai ilustrasi . Untuk pengkajian Anda, pastikanlah untuk
menggunakan data terakhir dan masukan tanggal pengkajian sebagai kutipan).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat desa
Sumurjomblang Bogo Rt.08 Rw.03 Kecamatan Bojong Kabupaten
Pekalongan sehingga pencegahan, deteksi dini dan penanganan yang tepat
dapat dilakukan demi membantu meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui masalah yang dapat memicu kesehatan masyarakat
b. Mengetahui faktor pemicu / stressor yang dapat mempengaruhi
kesehatan masyarakat
c. Mengetahui determinan perilaku dan kondisi lingkungan masyarakat
d. Mengetahui dan mengaplikasikan konsep keperawatan komunitas
e. Membantu masyarakat menangani masalah yang dapat memicu masalah
kesehatan
f. Membantu meningkatkan derajat kesehatan masyaraka
BAB II

ASUHAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

Asuhan keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan keperawatan


professional yang merupakan bagian integral dari proses keperawatan yang
berdasarkan pada ilmu keperawatan, yang ditujukan langsung kepada masyarakat
dengan menekankan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya pencapaian derajat
kesehatan yang optimal melalui upaya peningkatan kesehatan, pencegahan
penyakit, serta pengobatan dan rehabilitasi. Proses asuhan keperawatan komunitas
adalah metode asuhan yang bersifat alamian, sistematis, dinamis, kontinu, dan
berkesinambungan dalam rangka memecahkan masalah kesehatan dari pelayan
individu, keluarga, serta kelompok melalui tahapan pengkajian, penentuan
diagnosis, perencanaan, pelaksanaan intervensi, dan evaluasi keperawatan
(Stanhope dan Lancaster, 2016).

A. Pengkajian Keperawatan Komunitas


Pengkajian komunitas dilakukan untuk mengidentifikasi factor-faktor yang
mempengaruhi status kesehatan masyarakat (Anderson dan Mc. Farlane,
2011).Pengkajian komunitas dilakukan engan mengaplikasikan beberapa teori
dan konsep keperawatan yang relevan. Informasi atau data ini dapat diperoleh
seacar langsung atau tidak langsung dikomunitas.
Jenis Data Komunitas:
a) Data Inti Komunitas
1) Sejarah atau riwayat (riwayat daerah ini, perubahan daerah ini)
2) Demografi (usia, karakteristik jenis kelamin, distribusi ras dan
distribusi etnis)
3) Tipe keluarga (keluarga atau bukan keluarga, kelompok)
4) Status perkawinan (kawin, janda atau duda, single)
5) Statistic vital (kelahiran, kematian kelompok usia, dan penyebab
kematian)
6) Nilai-nilai dan keyakian agama.
b) Data Subsistem Komunitas
1) Lingkungan fisik : kualitas air, pembuangan limbah, kualitas udara,
flora, ruang terbuka, perumahan, daerah hijau, musim, binatang,
kualitas makanan, dan akses.
2) Pelayanan kesehatan da sosial : puskesmas, klinik, rumah sakit,
pengobatan tradisional, agen pelayanan kesehatan dirumah, pusat
emergensi, rumah perawatan, fasilitas pelayanan sosial, pelayanan
kesehatan mental, apakah ada ynag mengalami sakit akut atau kronis.
3) Ekonomi : karakteristik keuangan Negara dan individu, status
pekerja,kategori pekerjaan, dan jumlah penduduk yang tidak bekerja,
lokasi industry, pasar dan pusat bisnis
4) Tranportasi dan keamanan : alat transportasi penduduk dating dan
keluar wilayah, transportasi umum (bus, taxi, angkot, dll) dan
trasportasi privat (sumber transportasi, transporatasi untuk penyandang
cacat). Layanan perlindungan kebakaran, polisi, sanitsi, dan kualitas
udara.
5) Politik dan pemerintahan : pemerintahan (RT,RW, desa atau
kelurahan,kecamatan, dsb), kelompok pelayanan masyarakat
(posyandu, pkk, karang taruna, pos bindu, pos kesdes, panti, dll),
politik (kegiatan politik yang ada diwilayah tersebut, dan peran peserta
partai politik dalam pelayanan kesehatan).
6) Komunikasi : komunikasi formal ( surat kabar, radio, dan televisi,
telephone, internet, dan hotline). Komunikasi informal (papan
pengumuman, poster, brosur, pengeras suara dari masjid, dll)
7) Pendidikan : sekolah yang ada dikomunitas, tipe pendidikan,
perpustakaan, pendidikan khusus, pelayanan kesehatan disekolah,
program makan siang disekolah, akses pendidikan yang lebih tinggi).
8) Rekreasi : taman, area bermain, perpustakaan, rekreasi, umur dan
privat, fasilitas khusus.
c) Data Persepsi
1) Persepsi Masyarakat
Yang dikaji terkait dengan tempat tinggal yaitu bagaimana perasaan
masyarakat tentang kehidupan bermasyarakat yang dirasakan
dilingkungan tempat tinggal mereka, apa yang menjadi kekuatan
mereka, permasalahan, tanyakan pada masyarakat dalam kelompok
yang berbeda (misalnya:lansia, remaja, pekerja, profesional, ibu rumah
tangga).
2) Persepsi Perawat
Berupa pernyataan umum tentang kondisi kesehatan dari
masyarakatapayang menjadi kekuatan, apa masalahnya yang dapat
diidentifikasi.
Sumber data pada data primer berasal dari masyarakat langsung yang
didapat dengan cara :
1) Survei epidemiologi
2) Pengamatan epidemilogi
3) Skrining kesehatan.
Sedangkan pada data sekunder, data didapatkan dari data yang sudah
ada. Sumber data sekunder dapat dari :
1) Sarana pelayanan kesehatan, isalnya Rumah Sakit, puskesma atau
balai pengebotan.
2) Instansi yang berhubungan dengan kesehatan, misalnya pengertian
kesehatan, dinas kesehatan atau biro pusat statistik
3) Absensi sekolah, industri dan perusahaan
4) Cara internasional, data dapat diperoleh dari data WHO, sepertinya :
laporan populasi dan statistik vital, population buletin.
B. Analisa Data
Data yang dikumpukan dalam pengkajian keperawatan komunitas dapat
diperoleh metode wawancara, angket, observasi dan pemeriksaan. Setelah data
terkumpul, aalisis data komunitas dapat dilakukan dalam beberapa tahap yaitu
1. Kategorisasi.
Dapat dikategorikan dalam berbagai cara. Pengkategorian data pengkajian
komunitas diantaranya :
a) Karakteristik demografi (komposisi keluarga, usia, jenis kelamin, etnis
dan kelompok ras)
b) Karakteristik geografis (batas wilayah , jumlah, dan besarnya kepala
keluarga , uang publik dan jalan)
c) Karakteristik sosial-ekonomi (pekerjaan dan jenis pekerjaan, tingkat
pendidikan dan pola kepemilikan rumah)
d) Sumber dan pelayanan kesehatan (rumah sakit, puskesmas, klinik,
pusat kesehatan mental)
2. Ringkasan. Setelah melakukan kategori data, maka tugas
berikutnyaadalahmeringkas data setiap kategori. Pernyataan ringkasan
disajikan dalam bentuk ukuran seperti jumlah, bagan dan grafik.
1) Perbandingan adalah melakukan analisis data meliputi identifikasi
kesenjangan data dan ketidaksesuaian. Data pembandingan sangat
diperlukan untuk menetapkan pola atau kecenderungan yang ada atau
jika data tidak bear dan pelu revalidasi yang membutuhkan data asli.
Pebedaan data dapat terjadi karena dapat kesalahan pencatatan data.
Contoh perbandingan dapat dilakukan dengan menggunakan data hasil
pengkajian komunitas dan membandingkannya dengan data lain yang
sama yang merupakan standar yang ditetapkan untuk sesuatu wilayah
kabupaten atau kota, atau provinsi, atau nasional. Mislanya terkait
dengan angka kematian bayi atau IMR disuatu wilayah dibandingkan
IMR standar pada tingkat kabupaten atau kota.
2) Membuat kesimpulan. Setelah data yang dikumpulkan dan dibuat
kategori, ringkasan dan dibandingkan, maka tahap akhir adalah
membuat kesimpulan secara logis dari peristiwa yang kemudian
dibuatkan pernyataan penegakan diagnosa keperawatan komunitas.

C. Diagnosa keperawatan Komunitas


Diagnosis keperawatan komunitas memberikan arah terhadap tujuan dan
intervensi keperawatan. Tujuan diperoleh dari stressor dan dapat termasuk
pengurangan atau oenghilangan stressor atau penguatan resistensi komunitas
melalui penguatan garis pertahanan. Dengan menyatakan derajat reaksi,
perawat dapat merencanakan intervensi unruk menguatkan garis resistensi
dengan menerapkan salah satu jensis pencegahan.
Sesuai hasil Munas IPKKI II di Yogyakarta ditetapkan formulasi diagnosis
keperawatan menggunakan ketentuan diagnosis keperawatan NANDA (2015-
2017) dan ICNP. Formulasi diagnosisi tersebut digunakan tanpa menuliskan
etiologi. Penulisan tersebut sesuai dengan label diagnosis sesuai dengan
NANDA (2015-2017) mencangkup diagnosis aktual, promosi kesehatan, atau
sejahtera atau resiko.

D. Perencanaan Keperawatan Komunitas


Perencanaan yang disusun dalam keperawatan kesehatan komunitas
berorientasi pada promosi kesehatan, pencegahan penyakit, pemeliharaan
kesehatan dan menegement krisis. Dalam menyusun perencanaan
keperawatan kesehatan komunitas melalui langkah-langkah sebagai berikut :
1) Menetapkan prioritas
Menetapan prioritas masalah perlu melibatkan masayarakat atau komunitas
dalam suatupertemuan musyawarah masyarakat. Perawat dalem menentukan
prioritas msalah memperhatikan enam criteria yaitu :
a) Kesadaran masyarakat akan masalah
b) Motivasi msyarakat untuk menyelesaikan masalah
c) Kemampuan perawat dalam mempengaruhi penyelesaian masalah
d) Ketersediaan ahli atau pihak terkait terhadap solusi masalah
e) Beratnya kosekuensi jika msalah tidak terselesaikan
f) Mempercepat menyelesaian dengan resolusi yang dapat dicapai
(Stanhope & Lancaster,2016)
2) Menetapkan sasaran (goal)
Sasaran merupakan hasil yang diharapkan. Dalam pelayanan kesehatan
sasaran adalah pernytaan situasi kedepan kondisi atau status jangka panjang
dan beklum bia diukur. Berikut ini adalah contoh dari penulisan sasaran :
a) Meningkatkan cangkupan imunisasi pada bayi
b) Memperbaiki komunikasi anatara orangtua dan guru
c) Mningkatkan proporsi individu yang memiliki tekanan darah
d) Menurunkan kejadian penyakit kardiovaskular
3) Menetapkan tujuan (objektiv)
Tujuan adalah pernyataan atas hasil yang diharapkan dan dapat dikukur,
dibatasi waktu berorientasipada kegiatan. Berikut ini meruapakan
karakteristik dalam penulisan tujuan :
a) Menggunakan kata kerja
b) Menggambarkan tingkah laku akhir, kualitas penampilan, kuantitas
penampillan, bagaimana penampilan diukur
c) Berhubungan dengan sasarn (goal)
d) Adanya batasan waktu. Penulisan tujuan mengacu pada Nursing outcome
Classification (NOC)
4) Menetapkan rencana intervensi
Dalam menetapkan rencana intervens kepeawatan komunitas, maka harus
mencangkup :
a) Hal apa yang aan dilakukan
b) Waktu atau kapan melakukanya
c) Jumlah
d) Target atau siapa yag menjadi sasarn
e) Tempat atau lokasi
Hal yang perlu diperhatikan saat menetapkan renaca intervensi meliputi :
a) Program pemerintah terkait dengan masalah kesehatan yang ada
b) Konsdisi atau situasi yang ada
c) Sumber daya ayang ada didalam diluar komunitas yang dapat
dimanfaatkan
d) Program yang lalu yang pernha dijalankan
e) Menekankan pada pemberdayaanmasyarakat
f) Penggunaan teknologitepat guna
g) Mengedepankan upaya promotif dan preventif tanpa mengabaikan upaya
kuratif dan rehabilitative. Penyusunan rencana keperawatan komunitas
menggunakan integrasi mengacu pada NIC.

E. Implementasi Keperawatan Komunitas


Implementasi keperawatan merupakan tahap kegiatan selanjutnya setelah
perencanaan kegiatan keperawatan komunitas dalam proses keperawatan
komunitas. Fokus pada tahap imlementasi adalah bagaimana mencapai sasaran
dan tujuan yang telah ditetapkan sebelumnya. Hal yang sangat penting dalam
imlementasi kesehatan komunitas adalah melakukan berbagai tindakan yang
berupa promosi kesehatan, memelihara kesehatan atau mengatasi kondisi tidak
sehat, mencegah penyakit dan dampak pemulihan. Pada tahap implementasi
ini perawat tetap fokus pada program kesehatan masyarakat yang telah
ditetapkan pada tahap perencanaan. Tahap implementasi keperawatan
komunitas memiliki beberapa strategi implementasi diantaranya proses
kelompok, promosi kesehatan dan kemitraan (patner ship).

F. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematis
mengenai suatu kebijakan, program dan kegiatan berdasarkan informasi dan
hasil analisis dibandingkan untuk keperluan pemangku kepentingan.
a) Jenis-jenis evaluasi menurut waktu pelaksanaan
1) Evaluasi formatif. Evaluasi ini dilksanakan pada waktu pelaksanaan
program yang bertujuan memperbaiki pelaksanaan program dan
kemungkinan adanya temuan utama berupa berbagai masalah dalam
pelaksanaan program.
2) Evaluasi sumatif. Evaluasi ini dilaksanakan pada saat pelaksanaan
program yang sudah selesai, yang bertujuan untuk menilai hasl
pelaksanaan program dan temuan utama berupa pencapaian apa saja
dari pelaksanaan program.
a. Prinsip-prinsip meliputi :
1) Pengutan program
2) Menggunakan berbagai pendekatan
3) Desain evaluasi untuk kriteria penting dikomunitas
4) Menciptakan proses partisipasi
5) Diharapkan lebih fleksibel
6) Membangun kapasitas
b. Proses evaluasi meliputi
1) Menentukan tujuan evaluasi
2) Menyusun desain evaluasi yang kredibel
3) Mendiskusikan recana evaluasi
4) Menentukan pelaku evaluasi
5) Melaksanakan evaluasi
6) Mendesenimasikan hasil evaluasi
7) Menggunakan hasil evaluasi
c. Kriteria penilaian dalam evaluasi terdiri dari:
1) Relevansi : apakah tujuan program mendukung tujuan kebijakan?
2) Keefektifan : apakah tujuan program dapat tercapai?
3) Evisiensi : apakah tujuan program tercapai dengan biaya paling
rendah?
4) Hasil : apakah indikator tujuan program membaik?
5) Dampak : apakah indikator tujuan membaik?
6) Keberlanjutan : apakah perbaikan indikator terus berlanjut
setelah program selesai?
PENGKAJIAN

A. DATA INTI
1. Sejarah terbentuknya komunitas/wilayah :
Pada zaman dahulu, daerah di sebelah selatan Pekalongan masih
berupa hutan belantara. Belum ada penghuninya kecuali binatang-binatang
liar. Wilayah tersebut masih didominasi hutan yang belum terjamah
manusia. Suatu ketika datang lah seorang tokoh sakti bernama Ki Gede
Jebog Arum. Beliau seorang pengelana yang pertama kali melakukan
pengembaraan sampai di hutan belantara itu. Beliau hanya bermaksud
singgah sebentar untuk menghilangkan lelah, tidak bermaksud untuk
menetap ataupun membabat hutan tersebut. Namun saat beristirahat, beliau
melihat di dalam belantara tersebut terdapat kekayaan alam yang
melimpah ruah. Kualitas tanahnya sangat subur dan banyak sumber mata
air. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Ki Jebog Arum menggunakan
kesaktiannya memanggil sahabat-sahabat beliau. Ki Jebog Arum meminta
bantuan sahabat-sahabatnya untuk datang dan membuka lahan di sana.
Setelah beberapa waktu mereka bekerjakeras membabat alas, mereka dapat
menikmati hasilnya. Sebuah permukiman baru telah terbentuk. Ki Jebog
Arum dan sahabat-sahabatnya memboyong keluarga merekauntuk
menetap di permukiman itu. Untuk menghargai jerih payah Ki Jebog
Arum beliau diangkat sebagai pemimpin di sana, dan tempat tersebut
diberi nama desa Jebogo. Lambat laun Jebogo tumbuh semakin ramai dan
seperti layaknya desa. Mereka mulai menyebut dengan nama desa Jebogo.
Berkat kekayaan alam dan kesuburan tanahnya, desa Jebogo mengalami
peningkatan populasi penduduk yang sangat cepat. Karena tamahnya
sangat subur sehingga dapat ditanami berbagai macam tumbuhan dan
sayuran dan sumber mata air juga melimpah sehingga para pendatang
tertarik untuk singgah dan menetap di Jebogo.
Suatu ketika, datanglah seorang lelaki paruh baya yang mengenakan
pakaian bewarna putih, berjenggot, dan berjalan memakai tongkat.Semua
warga Jebogo tampak asing melihat wajah lelaki itu. lelaki paruh baya itu
adalah sahabat Ki Jebog Arum dan beliau juga seorang yang sakti
mandraguna. Sesampainya di padepokan sang Kiai masuk dengan
mengucapkan salam, Ki Gede Jebog Arum sangat terkejut melihat
sahabatnya datang. Kemudian mereka saling bercanda untuk melepaskan
kerinduan. Asyik berbincang-bincang, datanglah beberapa warga yang
membawa informasi bahwa desa jebogo telah di serang oleh naga raksasa.
Warga merasa terusik akan hal itu. Ki Jebog Arum dan saabatnya kaget
mendengar hal itu dan ki jebog agung bersama warga mendatangi naga
tersebut, naga itu datang karena ingin meminta sesaji kepada warga tetapi
ki jebog arum menolak memberikan sesaji tersebut. Dan
terjadilahpertempuran antara naga dan ki jebog arum dibantu sahabatnya
dan dimenangkan oleh ki jebog arum, naga tersebut tergeletak mati dan Ki
Jebog Arum tidak ingin membiarkan naga pengacau memulihkan
tenaganya. Beliau dibantu sahabatnya kemudian memotong kepala naga
dan meletakkan kepalanya di bawah batu besar Sedangkan badan dan
ekornya digeletakkan begitu saja di jalan.
Semenjak itu ketentraman desa Jebogo kembali seperti sebelumnya.
Masyarakat hidup damai dan sejahtera. Hingga pada suatu hari, seorang
petani menemukan ada sumber mata air yang airnya sangat jernih. Sumber
mata air itu muncul dari bawah batu besar tempat Ki Jebogo Arum dulu
mengubur kepala sang naga. Tetapi para warga khawatir dan takut dengan
kejadian alam tersebut karena airnya tidak pernah habis walaupun
digunakan oleh semua petani di seda tersebut, kemudian para warga
melaporkan kejadian tersebut kepada ki jebogo arum. Mendengar berita itu
ki jebogo arum langsung menyelidiki sumber air tersebut, setelah
melakukan penyelidikan ki jebogo arum langsung mengatakan bahawa
“sumber mata air tersebut dari tangisan naga karena tidak diberikan sesaji
oleh para warga kampung tersebut “ Semenjak kejadian itu, wilayah desa
Jebogo yang terletak didekat belik itu dinamakan dusun Sumurwatu.
Cerita mengenai sumur tersebut mulai beredar dikalangan penduduk
setempat. Masyarakat menganggap bahwa sumber mata air tersebut
keramat dan biasa digunakan sebagai pemandian para bidadari.
Tidak berapa lama dari kemunculan belik di Sumurwatu, penduduk
kembali menemukan mata air lainnya berupa sumur tua. Bedanya, mata air
itu bentuknya menyerupai jomblangan, sehingga masyarakat setempat
memberi nama Dusun Sumurjomblang. Sumur-sumur tersebut
menyediakan sumber mata air yang bersih dan hampir tak pernah kering.
Desa Jebogo, terutama di dusun Sumurwatu dan Sumurjomblang semakin
lama semakin ramai dan berkembang pesat. Kedua tempat yang semula
hanya dimanfaatkan untuk bercocok tanam mulai dijadikan tempat
permukiman penduduk Bertahun-tahun kemudian, desa Jebogo terdiri dari
dusun Jebogo, Sumurjomblang dan Sumurwatu terus mengalami
peningkatan baik dari segi ekonomi, budaya, adat istiadat dan populasi
penduduk. Sekitar tahun 1925 pada masa pemerintahan Lurah
Kasmojoyo, dilakukan penggabungan ketiga wilayah dengan nama Desa
Sumurjomblangbogo.
2. Geografis
Kelurahan / Desa :Sumur Jomblang Bogo
Kecamatan : Bojong
Kabupaten : Pekalongan
Kondisi Lingkungan :
a) Kondisi tanah : Subur
b) Mudah dijangkau/tidak : Mudah dijangkau oleh kendaraan
c) Dataran tinggi/rendah : Tinggi
d) Termasuk pedesaan/perkotaan : Pedesaan
3. Data Demografi
a) Jumlah Total Kepala Keluarga Rt. 08 Rw.03: 97 KK
b) Jumlah rumah : 67 rumah
c) Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
>65
60-64 4. Vital
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34 jenis kelamin Laki-laki
jenis kelamin perempuan
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
-10.00 -05.00 00.00 05.00 10.00

Statistik
a. Jumlah penyakit Non menular

Penyakit Non
Menular

17%
26%

6%

51%

b. Jumlah penyakit menular


Di desa sumurjomblang bogo RT 8 tidak ada penduduk
yangmenderitapenyakit menular seperti HIV, TB, Hepatitis, dan
lainnya.
5. Kebiasaan penduduk(PHBS) :
a. Distribusi keluarga berdasarkan kebiasaan merokok

Keluarga Yang Merokok

Tidak
39%

Ya
61%

Ya Tidak

b. Distribusi keluarga berdasarkan kebiasaan sebelum berobat

Pe
la
ya
na
Di n
bi ke
ar se
Kebiasaan
ka Berobat
ha
n ta
10 n
% 37
%

O
ba
t
be
Pelayanan ba
kesehatan Obat bebas
s
Dibiarkan 54
%
c. Distribusi keluarga berdasarkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun
sebelum makan dan setelah BAB

Kebiasaan Mencuci Tangan


4%

96%

Ya Tidak

d. Distribusi keluarga berdasarkan kebiasaan tempat BAB

Sistem Pembuangan

19%

81%

WC Sungai
Kebun/sembarangan

e. Distribusi keluarga berdasarkan kebiasaan menguras bak mandi

Kebiasaan Menguras Bak Mandi


Setiap
hari 3 hari
Tidak 4% sekali
dikuras 15%
34%

7 hari
sekali
2 28%
mingg
u
Setiap hari sekali 3 hari sekali 7 hari sekali
18%
2 minggu sekali Tidak dikuras
f. Distribusi keluarga berdasarkan kebiasaan memakai sumber air

Sumber Air

Sumur
gali
43%
PDAM
57%

PDAM Sumur gali

g. Distribusi keluarga keadaan sumber air

KEADAAN SUMBER
Ber
AIR
Kot
or sih
(be (tid
rba ak
u ber
dan bau
ada dan
end tid
apa ak
n) ada
43 end
% apa
n)
57
% ada endapan)
Bersih (tidak berbau dan tidak
Kotor (berbau dan ada endapan)
h. Distribusi keluarga berdasarkan kebiasaan membuang sampah

Sistem pembuangan
sampah
Di
sem
Di tempat bara
pembuangan ng
umum tem
Dibakar pat
25%
Di sungai
Di sembarang
tempat
Di timbun Diba
kar
75%

i. Distribusi keluarga berdasarkan kebiasaan membuang air limbah

Jenis tempat pembuangan j. Distri


limbah buasi

Resapan Resa
pan
Got 16%
Sembarang tempat

Got
84%

penduduk dalam sistem ventilasi rumah

Dib
Sistem Ventilasiuka
setiRumah
ap
Tid har
ak i
per 33
na %
h
dib
uka
42 Ka
% da
ng-
kad
ang
Dibuka setiap hari Kadang-kadang
dib dibuka Tidak pernah dibuka
uka
25
%
B. Data Subsistem
1. Rumah
a. Distribusipenduduk pada jenis rumah
Tidak
Semi
permanen
permanen
3%
tipe rumah
12%

Permanen
Semi permanen
Tidak permanen

Permanen
85%

b. Distribusi penduduk pada jenis lantai rumah

Jenis lantai

Tanah
Semen Keramik Keram
51% 49% ik
Semen
Lainny
a

2. Lingkungan

a. Hewan Peliharaan
1) Distribusi kepemilikan hewan ternak di rumah
KepemilikanTidak
Hewan Ternak di Rumah
ada
13%

Ada
Tidak ada

Ada
87%

2) Distribusi letak kandang

Letak Kandang
Bersatu
7%

Terpisah
Bersatu

Terpisa
h
93%

3. Pelayanan Kesehatan
Penduduk di RT 08 mayoritas melakukan cek kesehatan secara teratur.
Pelayanan kesehatan yang ada yaitu Posyandu. Sedangkan untuk
Dokter Praktek, Perawat praktek atau Bidan tidak ada di daerah RT 14
ini.

4. Ekonomi
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
PEKERJAAN
PNS Peternak
4%
3%
Wiraswasta Buruh
6% 24%

Petani
64%

5. Keamanan dan Transportasi


Terdapat POS kamling/ tidak : Tidak ada sistem keamanan di RT 14
namun menurut penduduk, lokasi RT 14 ini termasuk aman dari tindak
kejahatan. Transportasi miliki penduduk yang ada yaitu Sepeda,
Sepeda Motor dan Mobil. Sedangkan untuk penduduk yang tidak
memiliki kendaraan bisa menggunakan akses kendaraan umum yaitu
becak, ojek atau angkot.

6. Pendidikan
Pendidikan

Perguru
an
Tinggi
SMA
10% Tidak Sekolah
10% TK
Tidak
Sekolah SD
SMP 40% SMP
13% SMA
Perguruan
SD
Tinggi
TK
17% 10%

7. Rekreasi
- Sarana rekreasi warga adalah menonton TV yang sudah merupakan
hiburan bagi warga karena menonton TV malam-malam merupakan
kegiatan berkumpul bagi keluarga.   
- Warga masyarakat tidak pernah melakukan jalan-jalan atau rekreasi
bersama se RT 14. Warga cenderung rekreasinya per kepala keluarga
saja.
ANALISA DATA

Kategori Pernyataan Simpulan


Demografi
Usia - Sebanyak 12% Persentase usia
penduduk berusia
40-44 tahun.

Jenis Kelamin - 45% penduduk Persentasi penduduk berjenis


berjenis kelamin kelamin laki-laki lebih rendah dari
laki-laki persentase penduduk berjenis
- 55% penduduk kelamin perempuan
berjenis kelamin
perempuan
Vital Statistik
Penyakit
Non menular - 51 % penduduk Prevalensi penduduk dengan
35 penderita dengan penyakit non Hipertensi tinggi
menular menderita
Hipertensi.
- 17 % penduduk
dengan penyakit non
menular menderita
Diabetes dari usia 45-
60 tahun,
- 6% penduduk dengan
penyakit non menular
menderita Asma,
- 26 % penduduk
dengan penyakit non
menular menderita
Asam urat
Kebiasaan
Keluarga
(PHBS) :
 Merokok - 61 % warga merokok Prevalensi kebiasaan merokok
dari usia 17-60 tinggi
- 39 warga tidak
merokok

 Sebelum - 54 % minum obat Prevalensi kebiasaanwarga yang


berobat bebas masih kurang peduli kesehatanya
- 36% warga pergi sendiri dengan minum obat bebas
kepelayanan dipasaran
kesehatan
- 10 % dibiarkan saja

 Kebiasaan - Sebanyak 81%warga Prevalensi kebiasaan BAB di sungai


BAB BAB di WC rumah cukup tinggi
masing-masing.
- 19% warga masih
mempunyai kebiasaan
BAB disungai

 Menguras - 34 % warga tidak Prevalensi kebiasaan warga tidak


Bak mandi menguras Bak mandi menguras bak mandi cukup tinggi
- 28% warga menguras
7 hari sekali.
- 18 % warga menguras
2 minggu sekali
- 15 % setiap hari

Kualitas air -57% keadaan sumber air Prevalensi keadaan sumber air kotor
yang didunakan warga bersih tidak dan berbau masih cukup tinggi
berbau (PDAM)
 Kebiasaan - 43% keadaan sumber
membuang air kotor dan berbau
sampah (sumur)

- 74% warga membuang Prevalensi warga membuang


 Sistem sampah langsung sampah sembarangan tinggi
pembuangan dibakar
air limbah - 26% masih disungai

- 17% melalui resapan Prevalensi kebiasaan warga


- 83 % melalui got membuang air limbang di got tinggi
Pelayanan
Kesehatan
Fasilitas - Tidak ada Dokter
kesehatan ,Perawat dan Bidan
praktek di Rt 08
Ekonomi - 24% penduduk Prevelensi penduduk dengan
Jenis pekerjaan bekerja sebagai buruh pekerjaan sebagai petani sangat
- 64% penduduk tinggi
bekerja sebagai petani
- 6% penduduk bekerja
sebagai wiraswasta
- 2% penduduk bekerja
sebagai PNS
- 3% penduduk bekerja
sebagai peternak
Keamanan dan
Transportasi
Keamanan Tidak ada

Transportasi
Pendidikan
Tingkat - 10% penduduk Prevalensi penduduk yang tidak
pendidikan berpendidikan TK sekolah tinggi
- 17% penduduk
berpendidikan SD
- 13% penduduk
berpendidikan SMP
- 10% penduduk
berpendidikan SMA
- 40% penduduk tidak
sekolah (35-65) tahun

Rekreasi Tidak ada

Prioritas Diagnosa

No Masalah A B C D E F G H I J K TOTAL PRIOROTAS


Keperawatan
1 Resiko tinggi 5 4 5 5 4 3 4 4 3 4 5 46 1
terjadinya
peningkatan
angka kejadian
penyakit
degenerative
(hipertensi, DM,
Asam urat)
2 Perilaku 5 4 4 5 5 4 3 3 4 4 4 45 2
kesehatan
cenderung
berisiko

4 Kurangnya 5 4 4 2 4 3 4 4 3 3 4 40 3
pengetahuan
tentang penyakit

Keterangan: Pembobotan:
A = Resiko terjadi 1 = Sangat rendah
B = Resiko keparahan 2 = Rendah
C = Potensi untuk penkes 3 = Cukup
D = Minat masyarakat 4 = Tinggi
E = Kemungkinan Diatasi 5 = Sangat tinggi
F = Sesuai dengan program pemerintah
G = Tempat
H = Waktu
I = Dana
J = Fasilitas kesehatan
K = Sumber
INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS

Data Diagnosa NOC NIC


Hasil Intervensi
Observasi : Resiko tinggi Prevensi Prevensi Primer :
 51 % penduduk mengalami terjadinya Primer : - Berikan penyuluhan
Hipertensi. peningkatan - Perilaku tentang terjadinya
 17 % penduduk mengalami angka kejadian patuh : proses menua dan
Diabetes dari usia 45-60 penyakit aktivitas hipertensi.
tahun, degenerative yang - Peningkatan
 26 % penduduk mengalami (hipertensi, DM, disarankan kesadaran kesehatan
asam urat. Asam urat) - Memotivasi kader
 Prevalensi Jumlah usia PKK untuk
degenerative tinggi mengadakan kegiatan
untuk lansia
Prevensi Sekunder :
- Senam lansia
Prevensi Tersier :
- Meningkatkan system
dukungan
Pengembangam
kesehatan masyarakat
Observasi : Perilaku Prevensi Prevensi Primer :
 Prevalensi kebiasaan merokok kesehatan Primer : - Manajemen perilaku
tinggi cenderung - Perilaku - Pendidikan kesehatan
 Prevalensi kebiasaan BAB di berisiko patuh : - Peningkatan
sungai cukup tinggi aktivitas kesadaran kesehatan
 Prevalensi kebiasaan warga tidak yang
menguras bak mandi cukup tinggi disarankan Prevensi Sekunder :

 Prevalensi keadaan sumber air - Perilaku - Terapi perilaku

kotor promkes - Bantuan penghentian


- Partisipasi merokok
dalam Prevensi Tersier :
keputusan - Meningkatkan system
perawatan dukungan
kesehatan - Pengembangam
- Perilaku kesehatan masyarakat
skrinning
kesehatan
pribadi
- Pengetahuan
perilaku
kesehatan
- Pengetahuan
gaya hidup
kesehatan
 Prevalensi kebiasaan warga yang Kurangnya Prevensi Prevensi Primer :
masih kurang peduli kesehatanya pengetahuan Primer : - Pendidikan kesehatan
sendiri dengan minum obat bebas tentang penyakit - Perilaku - Penjelasan tentang
dipasaran pengobatan pentingnya
 Prevalensi penduduk yang tidak masyarakat memeriksakan diri
sekolah cukup tinggi berubah. dan meminum obat
- Masyarakat saat sakit
paham Prevensi Sekunder :
tentang - Mengajak
pentingnya masyarakat yang
periksa ke sedang sakit untuk
layanan periksa ke layanan
kesehatan kesehatan seperti
puskesmas.

BAB IV
PEMBAHASAN
Data yang akan kami bahas yaitu mengenai Diagnosa Keperawatan yang
kami ambil di Rt. 08 Rw. 02, Desa Sumurjomblangbogo . Banyak Data yang
mendukung bahwa Resiko tinggi terjadinya peningkatan angka kejadian
penyakit degenerative (hipertensi, DM, Asam urat) sangat tinggi karena di Rt
tersebut banyak penududuk yang berusia antara (44-65 tahun). Kurangnya
kesadaran masyarakat akan kesehatan juga mempengaruhi peningkatan
kejadian penyakit tersebut. Banyak masyarakat yang tidak tahu tentang faktor
penyebab penyakit.
Pola makan dan gaya hidup adalah salah satu faktor utama, ini dibuktikan
dengan masyarakat yang makan dengan kadar garamnya tinggi serta makan
makanan yang tinggi kolestrol, makan makanan yang tinggi glukosa serta
kurangnya olahraga.
Untuk diagnosa kedua kami mengambil perilaku kesehatan beresiko
karena banyak kebiasaan penduduk yang dapat mempengaruhi kesehatannya,
seperti tingginya kebiasaan merokok, dan angka BAB disungai yang tinggi,
kemudian banyak pula penduduk yang menggunakan sumber air yang kotor
dari sumur gali. Karena banyak penduduk yang belum paham tentang perilaku
hidup sehat dan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Untuk diagnosa ketiga kami mengambil kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, karena banyak penduduk yang tidak mengetahui tentang penyakit,
dan pengobatannya, data itu kami dapat dari penduduk secara langsung.
Banyak penduduk mengalami sakit tapi tidak tau untuk pengobatannnya, rata-
rata masyarakat menganggap sakit seperti hal biasa mereka tidak berobat
kelayanan kesehatan, mungkin hal itu diakibatkan oleh pendidikan yang rendah
dan jauhnya layanan kesehatan seperti dokter/perawat/bidan praktek mandiri.

         

BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di RT 08 Rw 03 Desa Sumur
jomblangbogo Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan menunjukan
bahwa terdapat beberapa masalah yaitu tingginya angka hipertensi,
pengolahan sampah yang masih salah kemudian kebiasaan merokok yang
masih tinggi dan kurangnya pengetahuan penyakit serta pengobatannya.
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan keperawatan
professional yang merupakan bagian integral dari proses keperawatan
yang berdasarkan pada ilmu keperawatan, yang ditujukan langsung kepada
masyarakat dengan menekankan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, serta pengobatan dan rehabilitasi

B. Kritik dan Saran


Berdasarkan hasil pembahasan yang diperoleh maka dapat diberikan saran
sebagai berikut :
1. Masyarakat diharapkan mempunyai motivasi menjaga pola hidup sehat
dalam kehidupan sehari-hari. Masyarakat juga diharapkan
berpartisipasi dalam meningkatkan taraf kesehatan termasuk menjaga
lingkungan
2. Bagi pemerintah perlu kerja sama yang baik antara pemerintah dan
masyarakat desa Sumur Jomblangbogo untuk mencegah terjadinya
masalah kesehatan dimasyarakat.
3. Bagi mahasiswa dapat menerapakn konsep keperawatan komunitas
untuk meningkatkan kemampuan masyarakat untuk hidup sehat,
sehingga tercapai derajat kesehatan yang optimal bagi masyarakat.

Anda mungkin juga menyukai