PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Pengkajian komunitas merupakan suatu proses; merupakan upaya untuk
dapat mengenal masyarakat. Warga masyarakat merupakan mitra dan
konstribusi terhadap keseluruhan proses. Tujuan keperawatan dalam mengkaji
komunitas adalah mengidentifikasi faktor-faktor (baik positif maupun negatif)
yang mempengaruhi kesehatan warga masyarakat agar dapat mengembengkan
strategi promosi kesehatan.
Pengkajian komunitas tidak dilakukan dalam keadaan vakum, Anda
mungkin telah mengenal jelas beberapa askep dalam masyarakat karena
keterlibatan Anda dalam merawat warga setempat baik di klinik maupun di
rumah sakit terdekat . Selain itu,pengkajian bukan merupakan tugas yang
dikerjakan sendiri; banyak orang terlibat dalam pengkajian, karena itu cobalah
untuk tidak putus asa dengan memandang bahwa tugas ini terlalu berat. Atasi
tugas ini dengan semangat. (Bagi pembaca : informasi dalam
table,dimaksudkan utuk menyajikan jumlah presentasi, angka, dan lain-lain
yang berhubungan dengan sumber. Bagaimanapun, informasi yang disajikan
bukanlah data saat ini yang berhubungan dengan area ditemukanya data,tetapi
hanya sebagai ilustrasi . Untuk pengkajian Anda, pastikanlah untuk
menggunakan data terakhir dan masukan tanggal pengkajian sebagai kutipan).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Mengetahui masalah-masalah kesehatan yang terjadi pada masyarakat desa
Sumurjomblang Bogo Rt.08 Rw.03 Kecamatan Bojong Kabupaten
Pekalongan sehingga pencegahan, deteksi dini dan penanganan yang tepat
dapat dilakukan demi membantu meningkatkan derajat kesehatan
masyarakat
2. Tujuan Khusus
a. Mengetahui masalah yang dapat memicu kesehatan masyarakat
b. Mengetahui faktor pemicu / stressor yang dapat mempengaruhi
kesehatan masyarakat
c. Mengetahui determinan perilaku dan kondisi lingkungan masyarakat
d. Mengetahui dan mengaplikasikan konsep keperawatan komunitas
e. Membantu masyarakat menangani masalah yang dapat memicu masalah
kesehatan
f. Membantu meningkatkan derajat kesehatan masyaraka
BAB II
F. Evaluasi
Evaluasi adalah suatu proses untuk membuat penilaian secara sistematis
mengenai suatu kebijakan, program dan kegiatan berdasarkan informasi dan
hasil analisis dibandingkan untuk keperluan pemangku kepentingan.
a) Jenis-jenis evaluasi menurut waktu pelaksanaan
1) Evaluasi formatif. Evaluasi ini dilksanakan pada waktu pelaksanaan
program yang bertujuan memperbaiki pelaksanaan program dan
kemungkinan adanya temuan utama berupa berbagai masalah dalam
pelaksanaan program.
2) Evaluasi sumatif. Evaluasi ini dilaksanakan pada saat pelaksanaan
program yang sudah selesai, yang bertujuan untuk menilai hasl
pelaksanaan program dan temuan utama berupa pencapaian apa saja
dari pelaksanaan program.
a. Prinsip-prinsip meliputi :
1) Pengutan program
2) Menggunakan berbagai pendekatan
3) Desain evaluasi untuk kriteria penting dikomunitas
4) Menciptakan proses partisipasi
5) Diharapkan lebih fleksibel
6) Membangun kapasitas
b. Proses evaluasi meliputi
1) Menentukan tujuan evaluasi
2) Menyusun desain evaluasi yang kredibel
3) Mendiskusikan recana evaluasi
4) Menentukan pelaku evaluasi
5) Melaksanakan evaluasi
6) Mendesenimasikan hasil evaluasi
7) Menggunakan hasil evaluasi
c. Kriteria penilaian dalam evaluasi terdiri dari:
1) Relevansi : apakah tujuan program mendukung tujuan kebijakan?
2) Keefektifan : apakah tujuan program dapat tercapai?
3) Evisiensi : apakah tujuan program tercapai dengan biaya paling
rendah?
4) Hasil : apakah indikator tujuan program membaik?
5) Dampak : apakah indikator tujuan membaik?
6) Keberlanjutan : apakah perbaikan indikator terus berlanjut
setelah program selesai?
PENGKAJIAN
A. DATA INTI
1. Sejarah terbentuknya komunitas/wilayah :
Pada zaman dahulu, daerah di sebelah selatan Pekalongan masih
berupa hutan belantara. Belum ada penghuninya kecuali binatang-binatang
liar. Wilayah tersebut masih didominasi hutan yang belum terjamah
manusia. Suatu ketika datang lah seorang tokoh sakti bernama Ki Gede
Jebog Arum. Beliau seorang pengelana yang pertama kali melakukan
pengembaraan sampai di hutan belantara itu. Beliau hanya bermaksud
singgah sebentar untuk menghilangkan lelah, tidak bermaksud untuk
menetap ataupun membabat hutan tersebut. Namun saat beristirahat, beliau
melihat di dalam belantara tersebut terdapat kekayaan alam yang
melimpah ruah. Kualitas tanahnya sangat subur dan banyak sumber mata
air. Tanpa menunggu lebih lama lagi, Ki Jebog Arum menggunakan
kesaktiannya memanggil sahabat-sahabat beliau. Ki Jebog Arum meminta
bantuan sahabat-sahabatnya untuk datang dan membuka lahan di sana.
Setelah beberapa waktu mereka bekerjakeras membabat alas, mereka dapat
menikmati hasilnya. Sebuah permukiman baru telah terbentuk. Ki Jebog
Arum dan sahabat-sahabatnya memboyong keluarga merekauntuk
menetap di permukiman itu. Untuk menghargai jerih payah Ki Jebog
Arum beliau diangkat sebagai pemimpin di sana, dan tempat tersebut
diberi nama desa Jebogo. Lambat laun Jebogo tumbuh semakin ramai dan
seperti layaknya desa. Mereka mulai menyebut dengan nama desa Jebogo.
Berkat kekayaan alam dan kesuburan tanahnya, desa Jebogo mengalami
peningkatan populasi penduduk yang sangat cepat. Karena tamahnya
sangat subur sehingga dapat ditanami berbagai macam tumbuhan dan
sayuran dan sumber mata air juga melimpah sehingga para pendatang
tertarik untuk singgah dan menetap di Jebogo.
Suatu ketika, datanglah seorang lelaki paruh baya yang mengenakan
pakaian bewarna putih, berjenggot, dan berjalan memakai tongkat.Semua
warga Jebogo tampak asing melihat wajah lelaki itu. lelaki paruh baya itu
adalah sahabat Ki Jebog Arum dan beliau juga seorang yang sakti
mandraguna. Sesampainya di padepokan sang Kiai masuk dengan
mengucapkan salam, Ki Gede Jebog Arum sangat terkejut melihat
sahabatnya datang. Kemudian mereka saling bercanda untuk melepaskan
kerinduan. Asyik berbincang-bincang, datanglah beberapa warga yang
membawa informasi bahwa desa jebogo telah di serang oleh naga raksasa.
Warga merasa terusik akan hal itu. Ki Jebog Arum dan saabatnya kaget
mendengar hal itu dan ki jebog agung bersama warga mendatangi naga
tersebut, naga itu datang karena ingin meminta sesaji kepada warga tetapi
ki jebog arum menolak memberikan sesaji tersebut. Dan
terjadilahpertempuran antara naga dan ki jebog arum dibantu sahabatnya
dan dimenangkan oleh ki jebog arum, naga tersebut tergeletak mati dan Ki
Jebog Arum tidak ingin membiarkan naga pengacau memulihkan
tenaganya. Beliau dibantu sahabatnya kemudian memotong kepala naga
dan meletakkan kepalanya di bawah batu besar Sedangkan badan dan
ekornya digeletakkan begitu saja di jalan.
Semenjak itu ketentraman desa Jebogo kembali seperti sebelumnya.
Masyarakat hidup damai dan sejahtera. Hingga pada suatu hari, seorang
petani menemukan ada sumber mata air yang airnya sangat jernih. Sumber
mata air itu muncul dari bawah batu besar tempat Ki Jebogo Arum dulu
mengubur kepala sang naga. Tetapi para warga khawatir dan takut dengan
kejadian alam tersebut karena airnya tidak pernah habis walaupun
digunakan oleh semua petani di seda tersebut, kemudian para warga
melaporkan kejadian tersebut kepada ki jebogo arum. Mendengar berita itu
ki jebogo arum langsung menyelidiki sumber air tersebut, setelah
melakukan penyelidikan ki jebogo arum langsung mengatakan bahawa
“sumber mata air tersebut dari tangisan naga karena tidak diberikan sesaji
oleh para warga kampung tersebut “ Semenjak kejadian itu, wilayah desa
Jebogo yang terletak didekat belik itu dinamakan dusun Sumurwatu.
Cerita mengenai sumur tersebut mulai beredar dikalangan penduduk
setempat. Masyarakat menganggap bahwa sumber mata air tersebut
keramat dan biasa digunakan sebagai pemandian para bidadari.
Tidak berapa lama dari kemunculan belik di Sumurwatu, penduduk
kembali menemukan mata air lainnya berupa sumur tua. Bedanya, mata air
itu bentuknya menyerupai jomblangan, sehingga masyarakat setempat
memberi nama Dusun Sumurjomblang. Sumur-sumur tersebut
menyediakan sumber mata air yang bersih dan hampir tak pernah kering.
Desa Jebogo, terutama di dusun Sumurwatu dan Sumurjomblang semakin
lama semakin ramai dan berkembang pesat. Kedua tempat yang semula
hanya dimanfaatkan untuk bercocok tanam mulai dijadikan tempat
permukiman penduduk Bertahun-tahun kemudian, desa Jebogo terdiri dari
dusun Jebogo, Sumurjomblang dan Sumurwatu terus mengalami
peningkatan baik dari segi ekonomi, budaya, adat istiadat dan populasi
penduduk. Sekitar tahun 1925 pada masa pemerintahan Lurah
Kasmojoyo, dilakukan penggabungan ketiga wilayah dengan nama Desa
Sumurjomblangbogo.
2. Geografis
Kelurahan / Desa :Sumur Jomblang Bogo
Kecamatan : Bojong
Kabupaten : Pekalongan
Kondisi Lingkungan :
a) Kondisi tanah : Subur
b) Mudah dijangkau/tidak : Mudah dijangkau oleh kendaraan
c) Dataran tinggi/rendah : Tinggi
d) Termasuk pedesaan/perkotaan : Pedesaan
3. Data Demografi
a) Jumlah Total Kepala Keluarga Rt. 08 Rw.03: 97 KK
b) Jumlah rumah : 67 rumah
c) Distribusi Penduduk Berdasarkan Usia dan Jenis Kelamin
>65
60-64 4. Vital
55-59
50-54
45-49
40-44
35-39
30-34 jenis kelamin Laki-laki
jenis kelamin perempuan
25-29
20-24
15-19
10-14
5-9
0-4
-10.00 -05.00 00.00 05.00 10.00
Statistik
a. Jumlah penyakit Non menular
Penyakit Non
Menular
17%
26%
6%
51%
Tidak
39%
Ya
61%
Ya Tidak
Pe
la
ya
na
Di n
bi ke
ar se
Kebiasaan
ka Berobat
ha
n ta
10 n
% 37
%
O
ba
t
be
Pelayanan ba
kesehatan Obat bebas
s
Dibiarkan 54
%
c. Distribusi keluarga berdasarkan kebiasaan cuci tangan pakai sabun
sebelum makan dan setelah BAB
96%
Ya Tidak
Sistem Pembuangan
19%
81%
WC Sungai
Kebun/sembarangan
7 hari
sekali
2 28%
mingg
u
Setiap hari sekali 3 hari sekali 7 hari sekali
18%
2 minggu sekali Tidak dikuras
f. Distribusi keluarga berdasarkan kebiasaan memakai sumber air
Sumber Air
Sumur
gali
43%
PDAM
57%
KEADAAN SUMBER
Ber
AIR
Kot
or sih
(be (tid
rba ak
u ber
dan bau
ada dan
end tid
apa ak
n) ada
43 end
% apa
n)
57
% ada endapan)
Bersih (tidak berbau dan tidak
Kotor (berbau dan ada endapan)
h. Distribusi keluarga berdasarkan kebiasaan membuang sampah
Sistem pembuangan
sampah
Di
sem
Di tempat bara
pembuangan ng
umum tem
Dibakar pat
25%
Di sungai
Di sembarang
tempat
Di timbun Diba
kar
75%
Resapan Resa
pan
Got 16%
Sembarang tempat
Got
84%
Dib
Sistem Ventilasiuka
setiRumah
ap
Tid har
ak i
per 33
na %
h
dib
uka
42 Ka
% da
ng-
kad
ang
Dibuka setiap hari Kadang-kadang
dib dibuka Tidak pernah dibuka
uka
25
%
B. Data Subsistem
1. Rumah
a. Distribusipenduduk pada jenis rumah
Tidak
Semi
permanen
permanen
3%
tipe rumah
12%
Permanen
Semi permanen
Tidak permanen
Permanen
85%
Jenis lantai
Tanah
Semen Keramik Keram
51% 49% ik
Semen
Lainny
a
2. Lingkungan
a. Hewan Peliharaan
1) Distribusi kepemilikan hewan ternak di rumah
KepemilikanTidak
Hewan Ternak di Rumah
ada
13%
Ada
Tidak ada
Ada
87%
Letak Kandang
Bersatu
7%
Terpisah
Bersatu
Terpisa
h
93%
3. Pelayanan Kesehatan
Penduduk di RT 08 mayoritas melakukan cek kesehatan secara teratur.
Pelayanan kesehatan yang ada yaitu Posyandu. Sedangkan untuk
Dokter Praktek, Perawat praktek atau Bidan tidak ada di daerah RT 14
ini.
4. Ekonomi
Distribusi Penduduk Berdasarkan Jenis Pekerjaan
PEKERJAAN
PNS Peternak
4%
3%
Wiraswasta Buruh
6% 24%
Petani
64%
6. Pendidikan
Pendidikan
Perguru
an
Tinggi
SMA
10% Tidak Sekolah
10% TK
Tidak
Sekolah SD
SMP 40% SMP
13% SMA
Perguruan
SD
Tinggi
TK
17% 10%
7. Rekreasi
- Sarana rekreasi warga adalah menonton TV yang sudah merupakan
hiburan bagi warga karena menonton TV malam-malam merupakan
kegiatan berkumpul bagi keluarga.
- Warga masyarakat tidak pernah melakukan jalan-jalan atau rekreasi
bersama se RT 14. Warga cenderung rekreasinya per kepala keluarga
saja.
ANALISA DATA
Kualitas air -57% keadaan sumber air Prevalensi keadaan sumber air kotor
yang didunakan warga bersih tidak dan berbau masih cukup tinggi
berbau (PDAM)
Kebiasaan - 43% keadaan sumber
membuang air kotor dan berbau
sampah (sumur)
Transportasi
Pendidikan
Tingkat - 10% penduduk Prevalensi penduduk yang tidak
pendidikan berpendidikan TK sekolah tinggi
- 17% penduduk
berpendidikan SD
- 13% penduduk
berpendidikan SMP
- 10% penduduk
berpendidikan SMA
- 40% penduduk tidak
sekolah (35-65) tahun
Prioritas Diagnosa
4 Kurangnya 5 4 4 2 4 3 4 4 3 3 4 40 3
pengetahuan
tentang penyakit
Keterangan: Pembobotan:
A = Resiko terjadi 1 = Sangat rendah
B = Resiko keparahan 2 = Rendah
C = Potensi untuk penkes 3 = Cukup
D = Minat masyarakat 4 = Tinggi
E = Kemungkinan Diatasi 5 = Sangat tinggi
F = Sesuai dengan program pemerintah
G = Tempat
H = Waktu
I = Dana
J = Fasilitas kesehatan
K = Sumber
INTERVENSI KEPERAWATAN KOMUNITAS
BAB IV
PEMBAHASAN
Data yang akan kami bahas yaitu mengenai Diagnosa Keperawatan yang
kami ambil di Rt. 08 Rw. 02, Desa Sumurjomblangbogo . Banyak Data yang
mendukung bahwa Resiko tinggi terjadinya peningkatan angka kejadian
penyakit degenerative (hipertensi, DM, Asam urat) sangat tinggi karena di Rt
tersebut banyak penududuk yang berusia antara (44-65 tahun). Kurangnya
kesadaran masyarakat akan kesehatan juga mempengaruhi peningkatan
kejadian penyakit tersebut. Banyak masyarakat yang tidak tahu tentang faktor
penyebab penyakit.
Pola makan dan gaya hidup adalah salah satu faktor utama, ini dibuktikan
dengan masyarakat yang makan dengan kadar garamnya tinggi serta makan
makanan yang tinggi kolestrol, makan makanan yang tinggi glukosa serta
kurangnya olahraga.
Untuk diagnosa kedua kami mengambil perilaku kesehatan beresiko
karena banyak kebiasaan penduduk yang dapat mempengaruhi kesehatannya,
seperti tingginya kebiasaan merokok, dan angka BAB disungai yang tinggi,
kemudian banyak pula penduduk yang menggunakan sumber air yang kotor
dari sumur gali. Karena banyak penduduk yang belum paham tentang perilaku
hidup sehat dan tentang pentingnya menjaga kebersihan lingkungan sekitar.
Untuk diagnosa ketiga kami mengambil kurangnya pengetahuan tentang
penyakit, karena banyak penduduk yang tidak mengetahui tentang penyakit,
dan pengobatannya, data itu kami dapat dari penduduk secara langsung.
Banyak penduduk mengalami sakit tapi tidak tau untuk pengobatannnya, rata-
rata masyarakat menganggap sakit seperti hal biasa mereka tidak berobat
kelayanan kesehatan, mungkin hal itu diakibatkan oleh pendidikan yang rendah
dan jauhnya layanan kesehatan seperti dokter/perawat/bidan praktek mandiri.
BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengkajian yang dilakukan di RT 08 Rw 03 Desa Sumur
jomblangbogo Kecamatan Bojong Kabupaten Pekalongan menunjukan
bahwa terdapat beberapa masalah yaitu tingginya angka hipertensi,
pengolahan sampah yang masih salah kemudian kebiasaan merokok yang
masih tinggi dan kurangnya pengetahuan penyakit serta pengobatannya.
Keperawatan komunitas merupakan suatu bentuk pelayanan keperawatan
professional yang merupakan bagian integral dari proses keperawatan
yang berdasarkan pada ilmu keperawatan, yang ditujukan langsung kepada
masyarakat dengan menekankan pada kelompok resiko tinggi dalam upaya
pencapaian derajat kesehatan yang optimal melalui upaya peningkatan
kesehatan, pencegahan penyakit, serta pengobatan dan rehabilitasi