Anda di halaman 1dari 18

ANALISIS KOMUNITAS

Dalam melakukan analisis komunitas ada beberapa tahap yang perlu


dilakukan, yaitu kategorisasi, ringkasan, perbandingan, dan
kesimpulan.
1. Kategorisasi Data dapat dikategorikan dalam berbagai cara.
Pengkategorian tradisional data pengkajian komunitas adalah
sebagai berikut.
a. Karakteristik demografi (ukuran keluarga, usia, jenis
kelamin, etnis dan kelompok ras).
b. Karakteristik geografik (batas wilayah, jumlah dan
besarnya kepala keluarga (KK), ruang publik, dan jalan).
c. Karakteristik sosialekonomi (pekerjaan dan kategori
pekerjaan, tingkat pendidikan, dan sewa atau pola
kepemilikan rumah).
d. Sumber dan pelayanan kesehatan (Rumah Sakit, Puskesmas,
Klinik, Pusat Kesehatan Mental, dan sebagainya).
2. Ringkasan Setelah melakukan kategorisasi data, maka tugas
berikutnya adalah meringkas data dalam setiap kategori.
Pernyataan ringkasan disajikan dalam bentuk ukuran, seperti
jumlah, bagan, dan grafik.
3. Perbandingan Tugas berikut adalah analisis data yang meliputi
identifikasi kesenjangan data dan ketidaksesuaian. Data
pembanding sangat diperlukan untuk menetapkan pola atau
kecenderungan yang ada atau jika tidak benar dan perlu
revalidasi yang membutuhkan data asli. Perbedaan data dapat
saja terjadi karena kesalahan pencatatan data. Menggunakan
data hasil pengkajian komunitas dengan membandingkan data
lain yang sama yang
DIAGNOSIS KEPERAWATAN.
Diagnosis adalah suatu pernyataan tentang sintesis analisis data. Diagnosis keperawatan adalah respon
manusia terhadap masalah kesehatan aktual atau risiko dan potensial, serta perawat diberi kewenangan
untuk mengatasi. Penulisan diagnosis keperawatan kelompok dan komunitas berbeda dengan individu
dan keluarga. Menurut Freeman (1970) dalam Ervin (2008), upaya atau action pelayanan keperawatan
komunitas haruslah berlandaskan pengkajian yang akurat yang dilakukan oleh seluruh komponen yang
ada di dalam komunitas, sehingga diagnosis keperawatan komunitas adalah kunci utama pelayanan
keperawatan yang dilakukan di komunitas. Mengingat komunitas terdiri atas individu, keluarga,
kelompok dan komunitas, maka diagnosis keperawatan komunitas harus ditujukan kepada komunitas,
kelompok atau aggregates tersebut, sehingga secara umum diagnosis tersebut meliputi atau mewakili
permasalahan individu, keluarga yang hidup dan tinggal dalam komunitas tersebut. Diagnosis
keperawatan kelompok dan komunitas juga memiliki perbedaan secara umum dengan diagnosis individu
dan keluarga, karena saat melakukan pengkajian di komunitas atau kelompok/aggregates, maka
perawat yang bekerja di komunitas, berkolaborasi dengan komunitas, tokoh komunitas, kepala
kelurahan/desa serta aparatnya, pemuka agama serta tenaga kesehatan lainnya, sehingga formulasi
diagnosis keperawatan harus mewakili semua pemangku kepentingan di komunitas (Ervin, 2008). Ada
tiga bagian diagnosis keperawatan berikut ini.
1. Menggambarkan masalah, respon, atau keadaan.
2. Identifikasi faktor etiologi berkaitan dengan masalah.
3. Tanda dan gejala yang merupakan karakteristik masalah.
Fokus diagnosis pada komunitas biasanya kelompok, populasi atau kelompok komunitas yang memiliki
suatu karakteristik (lokasi geografi, pekerjaan, etnis, kondisi perumahan).
C. PERNYATAAN (STATEMENT) Statement atau pernyataan masalah adalah potensial atau masalah yang
aktual ataupun perhatian pada kesehatan komunitas. Contoh: 1. Tingginya angka kematian bayi di Desa
A. 2. Tingginya prevalensi karies gigi pada siswa SD Kencana Kelurahan B.
D. ETIOLOGI Pernyataan etiologi digambarkan dengan pernyataan “berhubungan dengan“. Contoh:
Tingginya angka kematian bayi di Desa A berhubungan dengan... 1. tidak adekuatnya sarana pelayanan
kesehatan untuk pemeriksaan antenatal; 2. kurangnya tenaga kesehatan yang menolong persalinan; 3.
tidak dapat dijangkau oleh pelayanan antepartum yang ada.
E. TANDA DAN GEJALA Pernyataan tanda dan gejala menggambarkan pernyataan lama dan besarnya
masalah dengan menggunakan kata “ditunjukkan dengan“. Contoh. 1. Tingginya angka kematian bayi di
Desa A berhubungan dengan, a. tidak adekuatnya sarana pelayanan kesehatan untuk pemeriksaan
antenatal; b. kurangnya tenaga kesehatan yang menolong persalinan; c. tidak dapat dijangkau oleh
pelayanan antepartum yang ada. Ditunjukkan dengan banyaknya (40%) ibu hamil tidak melakukan
pemeriksaan kehamilan, persalinan ditolong dukun tidak terlatih (80%), dan IMR 50/1000 kelahiran
hidup. 2. Resiko tinggi terjadi penyakit yang dapat dicegah dengan imunisasi pada bayi di Desa A
berhubungan dengan: a. tidak adekuatnya sarana pelayanan Posyandu; b. jumlah tenaga kader
kesehatan masih terbatas; c. pengetahuan masyarakat tentang imunisasi masih kurang (63%).
Ditunjukkan dengan cakupan UCI (Universal Child Immunization) 65% pada bayi di Desa

Metode pengumpulan data pengkajian asuhan keperawatan antara


lain Windshield survery, informant interview, observasi
partisipasi, dan focus group discussion (FGD).
1.      Windshield Survery
Windshield survery dilakukan dengan berjalan-jalan di lingkungan
komunitas untuk menentukan gambaran tentang kondisi dan situasi
yang terjadi di komunitas, lingkungan sekitar komunitas,
kehidupan komunitas, dan karakteristik penduduk yang ditemui di
jalan saat survai dilakukan.

2.      Informant Interview


Sebelum terjun ke masyarakat, instrument pengkajian sebaiknya
dikembangkan dan dipersiapkan terlebih dahulu. Instrument yang
perlu dikembangkan untuk melakukan pengkajian terhadap masyarakat
antara lain kuesioner, pedoman wawancara, dan pedoman observasi.
Untuk mendapatkan hasil yang akurat dan agar masyarakat membina
rasa percaya (trust) dengan perawat diperlukan kontak yang lama
dengan komunitas. Perawat juga harus menyertakan lembar
persetujuan (informed consent) komunitas yang dibubuhi tanda
tangan atau cap jempol akan melakukan tindakan yang membutuhkan
persetujuan komonitas. Informed consent juga mencantumkan jaminan
kerahasian terhadap isi persetujuan dan dapat yang telah
disampaikan. Wawancara dilakukan kepada key informant atau tokoh
yang menguasai program.
3.      Observasi Partisipasi
Setiap kegiatan kehidupan di komunitas perlu diobservasi.
Tentukan berapa lama observasi akan dilakukan, apa, dimana,
waktu, dan tempat komunitas yang akan di observasi. Kegiatan
observasi dapat dilakukan menggunakan format observasi yang sudah
disiapkan terlebih dahulu, kemudian catat semua yang terjadi,
dengan tambahan penggunaan kamera atau video. Informasi yang
penting diperoleh menyangkut aktivitas dan arti sikap atau
tampilan yang ditemukan di komunitas. Observasi dilakukan
terhadap kepercayaan komunitas, norma, nilai, kekuatan, dan
proses pemecahan masalah di komunitas.

4.      Focus Group Discussion (FGD)


FGD merupakan diskusi kelompok terarah yang dilakukan untuk
mendapatkan informasi yang mendalam tentang perasaan dan pikiran
mengenai satu topic melaui proses diskusi kelompok, berdasarkan
pengalaman subjektif kelompok sasaran terhadap satu
institusi/produk tertentu FGD bertujuan mengumpulkan data
mengenai persepsi terhadap sesuatu, misalnya, pelayanan yang dan
tidak mencari consensus serta tidak mengambil keputusan menganai
tindaka yang harus dilakukan. Peserta FGD terdiri dari 6-12 orang
dan harus homogen, dikelompokkan berdasarkan kesamaan jenis
kelamin, usia, latar belakang social ekonomi (pendidikan,suku,
status perkawinan, dsb). Lama diskusi maksimal 2 jam. Lokasi FGD
harus memberikan situasi yang aman dan nyaman sehingga menjamin
narasumber berbicara terbuka dan wajar
FGD menggunakan diskusi yang terfokus sehingga membutuhkan
pedoman wawancara yang berisi pertanyaan terbuka, fasilitator,
moderato, notulen, dan observer. Fasilitator dapat menggunakan
prtunjuk diskusi agar diskusi terfokus. Peran fasilitator
menjelaskan diskusi, mengarahkan kelompok, mendorong peserta
untuk berpartisipasi dalam diskusi, menciptakan hubungan baik,
fleksibel, dan terbuka terhadap saran, perubahan, gangguan, dan
kurangnya partisipasi.
Perekam jalannya diskusi yang paling utama adalah pengamat
merangkap pencatat (observer dan recorder) hal yang perlu dicatat
adalah tanggal diskusi, waktu diskusi diadakan, tempat diskusi,
jumlah peserta, tingkat partisipasi peserta, gangguan selama
proses diskusi, pendapat peserta apa yang membuat peserta menolak
menjawab atau membaut peserta tertawa, kesimpulan diskusi , dan
sebagainya. Pengguanaan alat perekam saat SGD berlangsung harus
mendapat izin dari responden terlebih dahulu.
Sebelum membuat instrument pengkajian keperawatan komunitas
seperti kuisioner, pedoman wawancara, pedomanobservasi, atau
windshield survey, kisi-kisi instrument pengkajian sebaiknya
dibuat terlebih dahulu, agar data yang akan ditanyakan dan dikaji
kepada komunitas tidak tumpang tindih sehingga waktu yang
digunakan lebih efektif dan efisian

Table kisi-kisi instrument pengkajian komunitas


N variabel Sub- Item Sumbe strategi
o variabel pertanyaa r
n data
1 Core demograf Nama Data kuisione
i Usia prime r
Jenis r
kelamin
2 Lingkungan
fisik
3 Pendidikan
4 Komunikasi
5 Layanan
kesehatan
dan social
6 Keamanan
dan
transporta
si
7 Ekonomi
8 Politik
dan
pemerintah
an
9 rekreasi

Selain data primer, data skunder yang diperoleh melalui


laporan/dokumen yang sudah dibuat di desa/kelurahan puskesmas,
kecamatan, atau dinas kesehatan, musalnya laporan tahunan
puskesmas, monografi desa, profil kesehatan, dsb, juga perlu
dikumpulkan dari komunitas. Setelah dikumpulkan melalui
pengkajian, data selanjutnya dianalisis, sehingga perumusan
diagnosis keperawatan dapat dilakukan. Diagnosis dirumuskan
terkait garis pertahanan yang mengalami kondisi terancam. Ancaman
terhadap garis pertahanan fleksibel memunculkan diagnosis
potensial; terhadap garis normal memunculkan diagnosis resik; dan
terhadap garis pertahanan resisten memunculkan diagnosis
actual/gangguan. Analisis data dibuat dalam bentuk matriks

Table format analisis data komunitas


Data Diagnosis keperawatan
komunitas
· Insiden TB dalam 6 bulan terahir Tingginya angka TB
· ….% proporsi penduduk dengan kasus TB diwilayah …. Yang
· Status gizi seluruh anggota berhubungan dengan tidak
keluarga ..% adekuatnya penggunaan
· Status imunisasi balita fasilitas layanan
· Ventilasi udara dalam rumah… kesehatan untuk
· Riwayat frekwnsi batuk lama (lebih penanggulangan tb dan
dari 3 bulan)…% keterbatasan kualitas
· …% keluarga belum memenfaatkan sasran pelayanan TB
fasilitas kesehatan
· ..% pengetahuan keluarga tentang TB
masih rendah
· 91% remaja mengalami keputihan Resiko meningkatnya
· 40% remaja yang mengalami keputihan kejadian infertilitas
menderita gatal pada agregat remaja di
· Upaya yang dilakukan remaja dalam wilayah …. Yang
mengatasi keputihan 83% didiamkan berhubungan dengan
saja tingginya kejadian
· 55% remaja memiliki kemampuan tentang gangguan organ
kesehatan reprosuksi yang masih reproduksi remaja dan
rendah kurangnya kebiasaan
· 40,8% remaja meliki pengetahuan perawatan organ
terkait kebiasaan hygiene personal reproduksi remaja.
kesehatan reproduksi yang masih
rendah

Diagnosis keperawatan komunitas disusun berdasarkan jenis


diagnosis sebagai berikut.
1.      Diagnosis sejahtera
Diagnosis sejahtera/ wellness digunakan bila komunitas mempunyai
potensi untuk ditingkatkan, belum ada data maladapti. Perumusan
diagnosis keperawatan komunitas potensial, hanya terdiri dari
komponen problem (p) saja, tanpa komponen etiologi (e).
Contoh diagnosis sejahtera/ wellness:
Potensial peningkatan tumbuh kembang pada balita dir t 05 rw 01
desa x kecamatan A, ditandai dengan cakupan imunisasi 95%
(95%), 80% berat badan balita di atas garis merah KMS, 80%
pendidikan ibu adalah SMA, cakupan posyandu 95%.
2.      Diagnosis ancaman ( risiko)
Diagnosis risiko digunakan bila belum terdapat paparan masalah
kesehatan, tetapi sudah ditemukan beberapa data maladaptive yang
memungkinkan timbulnya gangguan. Perumusan diagnosis keperawatan
komunitas risiko terdiri atas problem (p), etiologi (e) , dan
symptom/ sign (s).
Contoh diagnose risiko:
Resiko terjadinya konflik psikologis pada warga RT 05, RW 01
desa x kecamatan A yang berhubungan dengan koping masyarakat
yang tidak efektif ditandai dengan pernah terjadi perkelahian
antar- RT, kegiatan gotonbg royong , dan silaturahmi, rutin rw
jarang dilakukan, penyuluhan kesehatan terkait kesehatan jiwa
belum pernah dilakukan, masyarakat sering berkumpul dengan
melakukan kegiatan yang tidak positif seperti berjudi.
3.      Diagnosis actual/ gangguan
Diagnosis gangguan ditegakkan bila sudah timbul gangguan/ masalah
kesehatandi komunitas, yang didukung oleh beberapa data
maladaptive. Perumusan diagnosis keperawatan komunitas actual
terdiri atas problem (p), etiologi (e), dan symptom/sign (s)
Contoh diagnosis actual:
gangguan/masalah kesehatan reproduksi pada agregat remaja
yang berhubungan dengan kurangnya kebiasaan hygiene Personal,
ditandai dengan 92% remaja mengatakan mengalami keputihan
patologis, upaya yang dilakukan remaja dalam mengatasi keputihan
80% didiamkan saja, 92% remaja mengatakan belum pernah
memperoleh informasi kesehatan reproduksi dari petugas
kesehatan.
Tingginya kasus diare di wilayah RW 5 kelurahan X yang
berhubungan dengan tidak adekuatnya penggunaan fasilitas layanan
kesehatan untuk penanggulangan diare, keterbatasan, dan kualitas
sarana pelayanan diare.

D.    Prioritas Diagnosis Keperawatan komunitas


Setelah data dianalisis dan masalah keperawatan komunitas
ditetapkan prioritas masalah kesehatan komunitas yang perlu
ditetapkan bersama masyarakat melalui musyawarah masyarakat desa
(MMD) atau lokakarya mini masyarakat. Prioritas masalah dibuat
berdasarkan kategori dapat diatasi, kemudahan, dan kekhususan,
mengingat banyaknya masalah yang dihadapi oleh masyarakat.
Pemilihan masalah ini sangat penting dilakukan, agar implementasi
yang dilakukan benar-benar bermanfaat bagi masyarakat dan secara
tidak langsung akan membangun rasa percaya diri dan kompetensi
masyarakat untuk mengatasi masalah yang lain (Bract, 1990 dalam
Helvie, 1998). Penentuan prioritas masalah keperawatan komunitas
dapat dilakukan melalui metode berikut.

1.      Paper and Pencil Tool (Ervin, 2002)


Pentingnya Kemungkinan Peningkatan
masalah perubahan terhadap
untuk positif kualitas
Masalah dipecahkan jika hidup bila Total
: diatasi : diatasi :
1 Rendah 0 Tidak ada 0 tidak
2 Sedang 1 Rendah ada
3 Tinggi 2 Sedang 1 Rendah
3 Tinggi 2 Sedang
Resiko
meningkatnya 3 3 3 9
kejadian
infertilitas
pada agregat
remaja
Kurangnya 3 2 2 7
kebiasaan
hygiene
personal

2.      Scoring diagnosis keperawatan komunitas (DepKes, 2003)


Masalah A B C D E F G H Tota
keperawatan l
Resiko
meningkatnya 2 3 2 5 2 3 2 2 21
kejadian
infertilitas
pada agregat
remaja.
Kurangnya 3 4 3 3 3 3 3 3 25
kebiasaan
hygiene
personal
Keterangan : Pembobotan :
A.    Risiko keparahan 1. Sangat rendah
B.     Minat masyarakat 2. Rendah
C.     Kemungkinan diatasi 3. Cukup
D.    Waktu 4. Tinggi
E.     Dana 5. Sangat tinggi
F.      Fasilitas
G.    Sumber daya
H.    Tempat

E.     Musyawarah Masyarakat Desa (MMD)


Musyawarah Masyarakat desa (MMD) adalah pertemuan seluruh
warga desa untuk membahas hasil Survei mawas Diri dan
merencanakan penanggulangan masalah kesehatan yang diperoleh dari
Survei Mawas Diri (Depkes RI, 2007). Tujuan dari MMD ini adalah
sebagai berikut
8  Masyarakat mengenal masalah kesehatan di wilayahnya
8  Masyarakat sepakat untuk menanggulangi masalah kesehatan

Beberapa hal yang harus diperhatikan dalam pelaksanaan MMd adalah


sebagai berikut :
8  Musyawarah masyarakat desa harus dihadiri oleh pemuka masyarakat
desa, petugas puskesmas, dan sector terkait di kecamatan
8  MMD dilaksanakan dib alai desa atau tempat pertemuan lain yang
ada di desa
8  MMD dilaksanakan segera setelah SMD dilaksanakan

Cara pelaksanaan MMD adalah sebagai berikut :


8  Pembukaan dengan menguraikan maksud dan tujuan MMD dipimpin oleh
kepala desa
8  Pengenalan masalah kesehatan oleh masyarakat sendiri melalui
curah pendapat dengan mempergunakan alat peraga, poster, dan
lain-lain dengan dipimpin oleh ibu desa
8  Penyajian hasil SMD oleh kelompok SMD
8  Perumusan dan penentuan prioritas masalah kesehatan atas dasar
pengenalan masalah dan hasil SMD, dilanjutkan dengan rekomendasi
teknis dari petugas kesehatan di desa atau perawat komunitas
8  Penyusunan rencana penanggulangan masalah kesehatan dengan
dipimpin oleh kepala desa
8  penutup

F.      Intervensi : Plan Of Action (POA)


Perencanaan diawali dengan merumuskan tujuan yang ingin
dicapai serta rencana tindakan untuk mengatasi masalah yang ada.
Tujuan dirumuskan untuk mengatasi atau meminimalkan stresor dan
intervensi dirancang berdasarkan tiga tingkat pencegahan.
Pencegahan primer untuk memperkuat garis pertahanan fleksibel,
pencegahan sekunder untuk memperkuat garis pertahanan normal, dan
pencegahan tersier untuk memperkuat garis pertahanan resisten
(Anderson & McFarlane, 2000).
Tujuan terdiri atas tujuan jangka panjang dan tujuan jangka
pendek. Penetapan tujuan jangka panjang (tujuan umum/TUM)
mengacu pada bagaimana mengatasi problem/masalah (P) di
komunitas, sedangkan penetapan tujuan jangka pendek (tujuan
khusus/TUK) mengacu pada bagaimana mengatasi etiologi (E). Tujuan
jangka pendek harus SMART (S= spesifik, M= measurable/dapat
diukur, A= achievable/dapat dicapai, R= reality, T= time limited/
punya limit waktu).

Diagnosis TUM TUK


Keperawatan
Komunitas
Risiko Tidak terjadi
·  Pengetahuan remaja
meningkatnya gangguan terkait kesehatan
kejadian infertilitas reproduksi meningkat dari
infertilitas pada agregat …% menjadi ……%.
pada agregat remaja putri ·  Menurunnya jumlah siswi
remaja putrid di di …. yang mengalami keputihan
wilayah ….. yang dari …% menjadi …..%.
berhubungan ·  Terjadi peningkatan
dengan tingginya perilaku remaja terkait
kejadian kebiasaan perawatan organ
gangguan organ reproduksi sehari – hari
reproduksi dari ….% menjadi ….. %.
remaja dan ·  Remaja sudah
kurangnya memanfaatkan layanan UKS
kebiasaan untuk membantu mengatasi
perawatan organ masalah remaja.
reproduksi
remaja.
Tingginya angka Meningkatnya ·  Terjadi peningkatan
TB di wilayah …. kemandirian pengetahuan keluarga
Yang berhubungan masyarakat di tentang penanganan TB
dengan tidak …. dalam dari ,,,% menjadi …%.
adekuatnya menolong ·  Terjadi peningkatan
penggunaan dirinya kualitas saranan
fasilitas sendiri agar kesehatan untuk
layanan terhindar dari penanggulangan TB.
kesehatan untuk penyebaran TB.·  Penemuan kasuss TB
penanggulangan secara mandiri oleh
TB dan masyarakat.
keterbatasan
kualitas sarana
pelayanan TB.

Rencana kegiatan yang akan dilakukan bersama masyarakat


dijabarkan secara operasional dalam planning of action (POA) yang
disusun dan disepakati bersama masyarakat saat MMD atau lokakarya
mini masyarakat.

Tabel rencana kegiatan asuhan keperawatan komunitas


Diagnosi TUM TUK Rencana Evaluasi
s Kegiatan
Keperawa
tan
Komunita
s
Tingginy Meningk Setelah 1.   Beri Kriteria
a angka atnya dilakukan penyuluhan evaluasi :
TB di kemandi tindakan tentang TB pengetahuan
wilayah rian keperawatan dan masyarakat
…. Yang masyara selama satu perawatannya tentang TB
berhubun kat di bulan, . meningkat.
gan …. diharapkan: 2.   Ajarkan
dengan dalam · Terjadi masyarakat Standar
tidak menolon peningkatan keterampilan evaluasi:
adekuatn g pengetahuan dalam 1.   70 %
ya dirinya keluarga menangani keluarga
pengguna sendiri tentang gejala TB, mampu
an agar penanganan melakukan menyebutkan
fasilita terhind TB dari … % tindakan pengertian,
s ar dari menjadi …% pencegahan tanda/gejala
layanan penyeba · Terjadi penularan , dan
kesehata ran TB. peningkatan TB. penyebab TB.
n untuk kualitas 3.   Deteksi2.   75 %
penanggu sarana kasus TB di keluarga
langan kesehatan masyarakat mampu
TB dan untuk melalui melakukan
keterbat penanggulan skrining. tindakan
asan gan TB. 4.   Bagikan pencegahan
kualitas · Penemuan leaflet TB.
sarana kasus TB setelah 3.   75%
pelayana secara penyuluhan kader mampu
n TB. mandiri TB. menemukan
oleh 5.   Lakukan kasus TB dan
masyarakat. pembinaan melakukan
kader dalam penanganan
kemampuan TB.
penemuan
kasus dan
penanganan
TB.
6.   Lakukan
kerjasama
dengan
institusi
pendidikan
formal dan
informal
untuk
melaksanakan
program
terkait
pencegahan
dan
penanggulang
an TB.
Tabel Planning of Action
Masalah Tujuan Kegiatan Sasar Waktu Tempa Sumber
Keperawa an t dana
tan
Risiko TUM
meningka · Tidak terjadi di
tnya gangguan
kejadian infertilitas pada
infertil agregat remaja
itas putri di
pada wilayah….
agregat 1.      Melakukan Remaj Mingg Balai Swadaya
remaja TUK pendidikan a di u warga
putrid · Pengetahuan kesehatan RW … perta
di remaja terkait reproduksi ma
wilayah kesehatan kepada remaja
… reproduksi terkait materi
meningkat dari …% kesehatan
menjadi …%. reproduksi dan Sekol Dana
· Jumlah siswa yang pemeliharaanya. Guru ah sekolah
mengalami BP Mingg
keputihan menurun 2.      Bekerja sekol u
dari …% menjadi … sama dengan guru ah kedua
%. BP dalam …..
· Perilaku remaja memberikan
terkait kebiasaan materi kesehatan
perawatan orang reproduksi.
reproduksi sehari
– hari meningkat
dari …% menjadi
….%.
Risiko TUK
meningka·  Pengetahuan kader Pelatihan dan Kader Mingg RW Swadaya
tnya tentang penyegaran kader di RW u …..
kasus TB pengertian, …. keemp
di penyebab, tanda at
wilayah dan gejala,
… akibat, dan
penanggulangan TB
meningkat dari …%
menjadi …%

G.    Implementasi
Implementasi merupakan langkah yang dilakukan setelah
perencanaan program. Program dibuat untuk menciptakan keinginan
berubah masyarakat. Sering kali, perencanaan program yang sudah
baik tidak diikuti dengan waktu yang cukup untuk merencanakan
implementasi. Implementasi melibatkan aktivitas tertentu sehingga
program yang ada dapat dilaksanakan, diterima, dan direvisi jika
tidak berjalan. Implementasi keperawatan dilakukan untuk
mengatasi masalah kesehatan komunitas menggunakan strategi proses
kelompok, pendidikan kesehatan, kemitraan (partnership), dan
pemberdayaan masyarakat (empowerment). Perawat komunitas menggali
dan meningkatkan potensi komunitas untuk dapat mandiri dalam
memelihara kesehatannya.
Tujuan akhir setiap program di masyarakat adalah melakukan
perubahan masyarakat. Program dibuat untuk menciptakan keinginan
berubah dari anggota masyarakat. Perubahan nilai dan norma di
masyarakat dapat disebabkan oleh faktor eksternal, seperti adanya
undang-undang, situasi politik, dan kejadian kritis eksternal
masyarakat. Dukungan eksternal ini juga dapat dijadikan daya
pendorong bagi tindakan kelompok untuk melakukan perubahan
prilaku masyarakat. Organisasi ekternal dapat menggunakan model
social planning dan locality development untuk melakukan
perubahan, menggalakkan kemitraan dengan memanfaatkan sumber daya
internal dan sumber daya eksternal.
Perawat komunitas harus memiliki pengetahuan yang memadai
agar dapat memfasilitasi perubahan dengan baik, termasuk
pengetahuan tentang teori dan model berubah. Perubahan yang
terjadi di masyarakat sebaiknya dimulai dari tingkat individu,
keluarga, masyarakat, dan sistem di masyarakat. Ada beberapa
model berubah (Ervin, 2002), yaitu :
1.      Model berubah Kurt Lewin
Proses berubah terjadi pada saat individu, keluarga, dan
komunitas tidak lagi nyaman dengan kondisi yang ada. Model ini
terdiri dari :
§  Unfreezing, bila ada perasaan butuh untuk berubah baru
implementasi dilakukan, dengan tujuan membantu komunitas menjadi
siap untuk melakukan perubahan.
§  Change yaitu intervensi mulai diperkenalkan kepada kelompok
§  Refreezing meliputi bagaimana membuat suatu program menjadi
stabil melalui pemantauan dan evaluasi.
Contoh : pada kasus flu burung, saat unfreezing berubah menjadi
refreezing, perawat komunitas perlu mempertahankan kondisi yang
ada dengan melakukan kemitraan tentang bagaimana kebiasaan
masyarakat yang sudah bagus dapat dipertahankan dan kebiasaan
masyarakat yang kurang mendukung kesehatan tidak lagi terjadi,
seperti kebiasaan tidak melakukan cuci tangan.

2.      Strategi berubah Chin & Benne


Strategi berubah ini sangat cocok digunakan oleh perawat
komunitas dalam mengkaji status individu, kelompok, dan
masyarakat dalam membuat keputusan untuk berubah. Strategi ini
merupakan strategi untuk melakukan perubahan di komunitas, bukan
tahap proses berubah. Menurut model ini untuk melakukan perubahan
diperlukan strategi perubahan yaitu :
§  Rational empiris, dikatakan bahwa untuk melakukan perubahan di
komunitas, perlu terdapat fakta dan pertimbangan tentang seberapa
besar keuntungan yang diperoleh dengan adanya perubahan tersebut.
Contoh : adanya kebiasaan merokok yang banyak terjadi di
masyarakat, terutama remaja, diperlukan peran perawat komunitas
untuk memfasilitasi perubahan dengan memberikan promosi kesehatan
bahaya merokok melalui media,seperti poster, leaflet, modul data
kejadian kesakitan dan kematian akibat merokok atau mengajak
melihat langsung kondisi korban akibat rokok. Dengan adanya
fakta, diharapkan terjadi perubahan pada individu.
§  Normative reedukatif yaitu pertimbangan tentang keselarasan
perubahan dengan norma yang ada di masyarakat.
§  Power coercive yaitu strategi perubahan yang menggunakan sanksi
baik politik maupun sanksi ekonomi. Misalnya sanksi terhadap
perokok yang merokok di tempat umum berupa denda atau kurungan.

3.      First order and second order change


Menurut model ini first order bertujuan mengubah substansi
atau isi di dalam sistem, sedangkan pada second order, perubahan
ditujukan pada sistemnya.
Contoh : Adasnya resiko pergaulan bebas yang saat ini marak di
kalangan remaja,perawat komonitas perlu mengubah substansi yang
ada dalam system (frist order) seperti membentuk dan melihat
kader kesehatan remaja (KKR) di sekolah dan dimasyarakat,
melakukan promosi kesehatan kepada siswa, guru, orang tua dan
masyarakat melakukan dukungan lintas –sektor dan lintas-program
kepada aparat terkait program melalui jaringan kemitraan,
dsb.selain itu ,diperlukan juga perubahan pada system (second
order) termasuk fasilitas yang ada, seperti menyediakan klinik
remaja, revitalisasi UKS di sekolah, kebijakan pemerintah terkait
remaja, dsb.
Mengukur adanya perubahan masyarakat pada tingkat induvidu,
dapat diketahui dari tingkat kesadaran individu terhadap
perubahan, bagaimana individu mengerti tentang masalah yang
dihadap, tingkat partisipasi individu, dan adanyan perubahan
dalam bentuk tingkah laku yang ditampilkan. Adanya role model
yang ada dimasyarakat dapat dijadikan pendorong untuk mengubah
norma dan praktik individu dalam perubahan masyarakat.
Pada tingkat masyarakat, perubahan lebih difokuskan pada
kelompok dan oeganisasi, termasuk adanya perubahan kebijakan yang
berhubungan dengan masalah yang terjadi di masyarakat, adanya
dukungan dan partisipasi dalam kegiatan masyarakat serta
aktivitas lain yang berhubungan dengan penyelesaian masalah.
Perubahan dimasyarakat dapat dievaluasi melalui pengembangan
koalisi, partisipasi masyarakat dalam dukungan untuk mencapai
tujuan, dan perubahan nilai dan norma yang berlaku di masyarakat.
Setiap akan melakukan kegiatan dimasyarakat /implementasi
program,sebaiknya dibuat dahulu laporan pendahuluan (LP)
kegiatan asuhan keperawatan komonitas yang meliputi:
1.      Latar belakang yang berisi kriteria komonitas, data yang
perlu dikaji lebih lanjut terkait implementasi yang akan
dilakukan,dan masalah keperawatan komonitas yang terkait dengan
implementasi saat ini.
2.      Proses keperawatan komonitas yang berisi diagnose
keperawatan komonitas, tujuan umum, dan tujuan khusus.
3.      Implementasi tindakan keperawatan, yang berisi topik
kegiatan, target kegiatan, metode, strategi kegiatan, media dan
alat bantu yang dipergunakan , waktu dan tempat pelaksanaan
kegiatan, pengorganisasian petugas kesehatan beserta tugas,
susunan acara, setting tempat acara.
4.      Kriteria evaluasi, yang berisi evaluasi struktur, evaluasi
proses, dan evaluasi hasil dengan menyebutkan target persentase
pencapaian hasil yang diinginkan.

Pelaksanaan kegiatan perkesmas, dilakukan berdasarkan POA


Perkesmas yang telah disusun. Pemantauan kegiatan perkesmas
secara berkala dilaksanakan oleh kepala puskesmas dan coordinator
puskesmas dengan melakukan diskusi tentang permasalahan yang
dihadapi terkait pelaksanaan perkesmas serta melakukan penilaian
setia akhir tahun dengan membandingkan hasil pelaksanaan kegiatan
dengan rencana yang telah disusun. Pembahasan masalah perkesmas
dapat dilakukan dengan cara mengadakan kegiatan :
1.      Lokakarya Mini Bulanan
Lokakarya mini bulanan dilakukan setian bulan di puskesmas,
dihadiri oleh staf puskesmas dan unit penunjangnya untauk
membahas kinerja internal puskesmas termasuk cakupan, mutu
pembiayaan, masalah, dan hambtan yang ditemui termasuk
pelaksanaan perkesmas dan kaitanya dengan masalah lintas program
lainnya.
2.      Lokakarya Mini Tribulanan
Lokakarya mini tribulanan dilakukan setiap 3 bulan sekali,
dipimpin oleh camat dan dihadari oleh staf puskesmas dan unit
penunjangnya, instansi lintas- sektor tingkat kecamatan untuk
membahas masalah dalam pelaksanaan puskesmas termasuk perkesmas
terkait dengan lintas – sektor dan pemasalahan yang terjadi untuk
mendapatkan penyelesaiannya.
3.      Refleksi Diskusi Kasus (RDK)
Refleksi diskusi kasus merupakan metode yang digunakan dalam
merefleksikan pengalaman dalam satu kelompok diskusi untuk
berbagai pengetahuan dan pengalaman yang didasarkan atas standar
yang berlaku. Proses diskusi ini memberikan ruang dan waktu bagi
peserta diskusi untuk merefleksikan pengalaman masing-masing
serta kemampuannya tanpa tekanan kelompok, terkondisi, setiap
peserta saling mendukung, member kesempatan belajar terutama bagi
peserta yang tidak terbiasa dan kurang percaya diri
dalammenyampaikan pendapat (WHO.2003). RDK dilakukan minimal
seminggu sekali, dihadapi oleh perawat perkesmas di puskesmas
untuk membahas masalah teknis perkesmas.

Dalam pemberian asuhan keperawatan komonitas kepada


individu / kluarga / kelompok dan masyarakat agar pemahaman dan
ketrampilan perawat komonitas lebih meningkat. Adapun persyaratan
metode RDK adalah:
a)      Kelompok terdiri atas 5-8 orang.
b)      Salah satu anggota kelompok berperan sebagai fasilitator,
satu orang lagi sebagai penyaji,dan sisanya sebagai peserta.
c)      Posisi fasilitator, penyaji, dan peserta lain dalam diskusi
setara (equal).
d)     Kasus yang disajikan oleh penyaji merupakan pengalaman yang
terkait asuhan keperawatan di komonitas yang menarik untuk
dibahas dan di diskusikan, perlu penanganan dan pemecahan
masalah.
e)      Posisi duduk sebaiknya melingkar tanpa dibatasi oleh meja
atau benda lainnya agar peserta dapat bertatapan dan
berkomonikasi secara bebas.
f)       Tidak boleh ada interupsi dan hanya satu orang saja yang
berbicara dalam satu saat, peserta lainya memperhatiakan dan
mendengarkan.
g)      Tidak diperkenakan ada dominasi, kritik yang dapat
memojokkan peserta lainnya.
h)      Peserta berbagi (sharing) pengalaman selama satu jam dan
dilakukan secara rutin.
i)        Setiap anggota secara bergiliran mendapat kesempatan
sebagai fasilitator, penyaji, dan anggota peserta diskusi.
j)        Selama diskusi, diusahakan agar tidak ada peserta yang
tertekan atau terpojok. Yang diharapkan justru dukungan dan
dorongan dari setiap peserta agar terbiasa menyampaikan pendapat
mereka masing-masing.

H.    Evaluasi Tindakan Keerawatan Komunitas


Evaluasi merupakan tahap akhir proses keperawatan. Evaluasi
merupakan sekumpulan informasi yang sistemik berkenaan dengan
program kerja dan efektivitas dari serangkaian program yang
digunakan masyarakat terkait program kegiatan, karakteristik, dan
hasil yang telah dicapai (patton, 1986 dalam Helvie, 1998).
Program evaluasi dilakukan untuk memberikan informasi kepada
perencanaan program dan pengambil kebijakan tentang efektivitas
dan efisiensi program. Evaluasi merupakan sekumpulan metode dan
ketrampilan untuk menentukan apakah program sudah sesuai dengan
rencana dan tuntutan masyarakat. Evaluasi digunakan untuk
mengetahui beberapa tujuan yang diharapkan telah tercapai dan
apakah itervensi yang dilakukan efektif untuk masyarakat setempat
sesuai dengan kondisi dan situasi masyarakat, apakah sesuai
dengan rencana atau apakah dapat mengatasi masalah masyarakat.
Evaluasi ditunjukan untuk menjawab apa yang menjadi kebutuhan
masyarakat dan program apa yang dibutuhkan masyarakat, apakah
media yang digunakan tepat , ada tidaknya program perencanaan
yang dapat di implementasikan, apakah program dapat menjangkau
masyarakat, siapa yang yang menjadi target sasaran program,
apakah program yang dilakukan dapat memenuhi kebutuhan
masyarakat. Evaluasi juga bertujuan mengidentifikasi masalah
dalam perkembangan program dan penyelesaian. Program evaluasi
dilaksanakan untuk memastikan apakah ada hasil program sudah
sejalan dengan sasaran dan tujuan, memastikan biaya program
sumber daya, dan waktu pelaksanaan program yang telah dilakukan.
Evaluasi juga diperlukan untuk memastikan apakah prioritas
program yang disusun sudah memenuhi kebutuhan masyarakat, dengan
membandingkan perbedaan program terkait keefektifannya.
Evaluasi dapat berupa evaluasi struktur, proses, dan hasil.
Evaluasi program merupakan proses mendapatkan dan menggunakan
informasi sebagai dasar proses pengambilan keputusan, dengan cara
meningkatkan pelayanan kesehatan. Evaluasi proses difokuskan pada
urutan kegiatan yang dilakukan untuk mendapatkan hasil. Evaluasi
hasil dapat diukur melalui perubahan pengetahuan ( knowledge) ,
sikap ( attitude), dan perubahan prilaku masyarakat.
Evaluasi terdiri atas evaluasi formatif, menghasilkan
informasi untuk umpan balik selama program berlangsung. Sementara
itu, evaluasi sumatif dilakukan setelah program selesai dan
mendapatkan informasi tentang efektifitas pengambilan keputusan.
Pengukuran efektifitas program dapat dilakukan dengan cara
mengevaluasi kesuksesan dalam pelaksanaan program. Pengukuran
efektivitas program dikomonitas dapat dilihat berdasarkan:
1.      pengukuran komonitas sebagai klien. Pengukuran ini
dilakukan dengan cara mengukur kesehatan ibu dan anak, mengukur
kesehatan komonitas.
2.      pengukuran komonitas sebagai pengalaman Pembina hubungan.
Pengukuran dilakukan dengan cara melakukan pengukuran social dari
determinan kesehatan.
3.      pengukuran komonitas sebagai sumber. Ini dilakukan dengan
mengukur tingkat keberasilan pada kluarga atau masyarakat sebagai
sumber informasi dan sumber intervensi kegiatan.
DAFTAR PUSTAKA

         -  Efendi, Ferry . 2009 . Keperawatan kesehatan Komunitas :


Teori dan Praktik dalam Keperawatan . Jakarta    .  Salemba
Medika

           -  Henny, Achjar Komang Ayu . 2011 . Asuhan Keperawatan


Komunitas : Teori dan praktek . Jakarta : EGC

Anda mungkin juga menyukai