Disusun Oleh :
Vione Rizki Fadhilah
(202002040074)
Oksigenasi merupakan kebutuhan dasar manusia yang paling vital guna proses metabolisme tubuh.
Kapasitas udara dalam paru kurang lebih 4500-5000 ml, udara yang di proses dalam paru sebanyak 10%
( 500 ml). oksigenasi merupakan pemberian oksigen kedalam paru-paru melalui saluran pernafasan dengan
menggunakan alat bantu oksigen. Pemberian oksigen pada klien melalui : kateter nasal, kanul nasal dan
masker oksigen. (Kowalski, 2015).
1. Sistem pernapasan Atas
a. Hidung
Pada hidung, udara yang masuk akan mengalami proses penyaringan, humidifikasi dan penghangatan.
b. Faring
Faring merupakan saluran yang terbagi dua, untuk udara dan makanan. Faring terdiri atas nasoraing dan
orofaring yang kaya akan jaringan limfoid yang berfungsi menangkap dan menghancurkan kuman
patogenyang masuk bersama udara.
c. Laring
Laring merupakan struktur menyerupai tulang rawan yang biasa disebut jakun. Selain berperan dalam
menghasilkan suara, laring berfungsi mempertahankan kepatenan jalan napas dan melindungi jalan napas
bawah dari air dan makanan yang masuk.
2. Sistem Pernapasan Bawah
a. Trakea
Merupakan pipa membran yang disokong oleh cincin-cincin kartilago yang menghubungkan laring dan
bronkus utama kanan dan kiri. Di dalam paru, bronkus utama terbagi menjadi bronku-bronkus yang lebih
kecil dan berakhir di bronkiolus terminal. Keseluruhan jalan napas tersebut membentuk pohon brokus.
b. Paru-paru
Terdapat 2 buah, terletak di sebelah kanan dan kiri. Masing-masing paru terdiri atas beberapa lobus (patu
kanan 3 lobus dan paru kiri 2 lobus) dan dipasok oleh 1 bronkus. Jaringan paru sendiri terdiri atas
serangkaian jalan napsa yang bercababg-cabang, yaitu alveolus, pembuluh darah paru dan jaringan ikat
elastis. Permukaan luar paru dilapisi oleh kantong tertutuup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura
parietal membatasi toraks dan permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar
paru. Di antara ertutuup berdinding ganda yang disebut pleura. Pleura parietal membatasi toraks dan
permukaan diafragma, sedangkan pleura viseral membatasi permukaan luar paru. Di antara kedua lapisan
tersebut terdapat cairan pleura yang berfungsi sebagai pelumas guna mencegah friksi selama gerakan
bernapas.
A. Fisiologi pernapasan
1. Pernapasan Eksternal
Pernapasan ekstrenal ( pernapasan pulmoner) mengacu pada keseluruhan pertukaran O₂ dan CO₂ antara
lingungan ekstrenal dan sel tubuh. Secara umum, proses ini berlangsung dalam langkah, yakni ventilasi
pulmoner, pertukaran gas alveolar, serta transpor oksigen dan karbondioksida.
a. Ventilasi pulmoner
Saat bernapas, udara bergantian masuk-keluar paru melalui proses ventilasi sehingga terjadi pertukaran
gas antara lingkungan eksternal dan alveolus. Proses ventilasi ini dipengaruhi oleh beberapa faktor, yaitu
jalan napas yang bersih, sistem saraf pusat dan sistem pernapasan yang utuh, rongga toraks yang mampu
mengembang dan berkontraksi dengan baik, serta komplian paru yang adekuat.
b. Pertukaran gas alveolar
Setelah oksigen memasuki alveolus, proses pernapasan berikutnya adalah difusi oksigen dari alveolus
ke pembuluh darah pulmoner. Difusi adalah pergerakan molekul dari area berkonsentrasi atau bertekanan
tinggi ke area berkonsentrasi atau bertekanan rendah. Proses ini berlangsung di alveollus dan membran
kapiler dan dipengaruhi oleh ketebalan membran serta perbedaan tekanan gas.
c. Transport oksigen dan karbondioksida
Tahap ketiga pada proses pernafasan adalah transport gas-gas pernafasan pada proses ini, oksigen
diangkut dari paru menuju jaringan dan karbondioksida diangkut dari jaringan kembali menuju paru.
- Transport O₂
Proses ini berlangsung pada sistem jantung dan paru-paru. Normalnya, sebagian besar oksigen
(97%) berikatan lemah dengan Hb dan diangkut keseluruh jaringan dalam bentuk oksihemmoglobin
(HbO₂), dan sisanya terlarut dalam plasma. Proses ini dipengaruhi oleh ventilasi (jumlah oksigen
yang masuk dalam ke paru) dan perfusi (aliran darah ke paru dan jaringan). Kapasitas darah yang
membawa oksigen dipengaruhi oleh jumlah O₂ dalam plasma, jumlah hemoglobin dan ikatan
oksigenasi dengan hemoglobin.
- Transport CO₂
Karbondioksida sebagai hasil metabolisme sel terus menerus produksi dan diangkut menuju
paru dalam 3 cara:
a. Sebagian besar karbondioksida (70%) diangkut dalam sel darah merah dalam bentuk bikarbonat
b. Sebanyak 23% karbondoksida berikatan dengan Hb membentuk karbaminohemoglobin
c. Sebanyak 7% diangkut dalam bentuk larutan di dalam plasma dan dalam bentuki asam karbonat.
2. Pernapasan Sistemik
Pernapasan internal mengacu pada proses metabolisme intrasel yang berlangsung dalam mitokondria , yang
menggunakan oksigen dan menghasilkan karbondioksida selama proses penyerapan energi molekul nutrien.
Pada proses ini, darah yang banyak mengandung oksigen dibawa keseluruh tubuh hingga mencapai kapiler
sistemik.
3. Etiologi
Faktor-faktor yang menyebabkan klien mengalami gangguan oksigenasi menurut ( NANDA, 2011). Antara
lain hiperventilasi, hipoventilasi, deformitas tulang dan diding dada, nyeri, cemas, penurunan energy atau
kelelahan, kerusakan neuromuscular, kerusakan muskulokeletal, kerusakan kognitif atau persepsi, obesitas,
posisi tubuh imaturitas neurologis kelelahan otot pernafasa dan adanya perubahan membrane kapiler alveoli.
Penurunan tekanan inspirasi atau espirasi menjadi tanda gangguan oksigenasi. Penurunan ventilasi permenit,
penggunaan otot nafas tambahan, pernafasan laring (nafas cuping hidung), dyspnea, penyimpangan dada, nafas
pendek, posisi tubuh menunjukan posisi 3 poin, nafas dengan bibir, penurunan kapasitas vital menjadi tanda
gejala adanya pola nafas tidak efektif sehingga menganggu oksigenasi. (NANDA, 2011). Tanda gejala
kerusakan pertukaran gas, yaitu takikardi, hiperkapnea, kelelahan, iritabilitas, hipoksia, sianosis, warna kulit
abnormal (pucat kehitam-hitaman), hipoksemia, sakit kepala seketika bangun, abnormal frekuensi, (Nanda
2011).
4. Factor yang mempengaruhi oksigenasi
1. Bunyi nafas tambahan (misalnya ronki basah halus, ronkhi basah kasar)
2. Perubahan pada irama dan frekuensi pernafasan
3. Batuk tidak ada atau tidak efektif
4. Sianosis
5. Kesulitan untuk bersuara
6. Penurunan bunyi nafas
7. Ortopnea
8. Sputum
5. Factor fisiologis
a. Menurunya kapasitas O2 seperti pada anemia
b. Menurunya konsentrasi O2 yang diinspirasi seperti pada obstruksi napas bagian atas
c. Hipovelemia sehingga tekanan darah menurun mengakibatkan tranpor O2 terganggu.
d. Meningkatnya metabolism seperti adanya infeksi, demam, ibu hamil, luka dan lain-lain
e. Kondisi yang mempengaruhi pergerakan dinding dada seperti pada kehamilan, obesitas,
muskulokeletal yang abnormal, serta penyakit kronis seerti TB paru.
6. Factor perkembangan
a. Bayi premature : yang disebabkan kurangnya pembentukan surfaktan
b. Bayi dan toddler
c. Anak usia sekolah dan remaja : resiko infeksi saluran pernapasan akut dan merokok
d. Dewasa muda dan pertengahan : diet yang tidak sehat, kurang aktivitas, stress yang mengakibatkan
penakit jantung dan paru-paru
e. Dewasa tua : adanya proses penuaan yang mengakibatkan kemungkinan arteriosclerosis dll.
7. Factor perilaku
a. Nutrisi
b. Latihan
c. Merokok
d. Penyalahgunaan substansi ( alcohol dan obat-obatan)
e. Kecemasan
9. Faktor lingkungan
a. Tempat kerja
b. Temperatur lingkungan
c. Ketinggian tempat dari permukaan lau
A. Pemeriksaan diagnostic
Pemeriksaan diagnostic yang dapat dilakukan untuk mengetahui adanya gangguan oksigenasi yaitu.
1. EKG , menghasilkan rekaman grafik aktivitas listrikjantung, mendeteksi transmisi impuls dan posisi listrik
jantung
2. Pemeriksaan sters latihan,
3. Pemeriksaan untuk mengukur keadekuatan ventilasi dan oksigenasi : pemeriksaan fungsi paru, analisis gas
darah (AGD)
B. Penatalaksanaan
1. Oksigen 1-2 liter /menit
2. Infus dextrose 10% : NaCl 0,9 % = 3 :1
3. Jika sesak tidak terlalu berat dapat dimulai makanan enteral bertahab melalui selang nasugastrik dengan
feeding drip
4. Jika sekresi lender berlebihan dapat diberikan inhalasi dengan salin normal dan beta agonis, untuk
memperbaiki transpor mukosilier
5. Berikan antibiotic, jika penderita telah ditetapkan sebagai pneumonia
C. Asuhan keperawatan
Pengkajian
1. Riwayat keperawatan
a. Pernah mengalami perubahan pola pernapasan
1) Pernah mengalami batuk dengan sputum
2) Pernah mengalami nyeri dada
3) Gaya hidup yang tidak baik seperti kebiasaan merokok
4) Faktor resiko yang mempengaruhi masalah oksigenasi seperti obesitas, diet tinggi lemak,
peningkatan kolestrol, dan usia lanjut.
5) Aktivitas apa saja yang menyebabkan terjadinya gejala- gejala di atas
b. Riwayat penyakit pernapasan
1) Apakah sering mengalami ISPA, alergi, batuk, asma, TB, dan lain-lain.
2) Bagaimana frekuensi kejadi
c. Riwayat kardiovaskular
Definisi : ketidak mampuan untuk membersihkan sekresi atau obstruksi dari saluran pernapasan untuk
mempertahankan kebersihan jalan nafas.
a. Batasan karakteristik :
1) Tidak ada batuk
2) Suara napas tambahan
3) Perubahan frekuensi rapat
4) Perubahan irama napas
5) Sianosis
6) Kesulitan berbicara atau mengeluarkan suara
7) Penurunan bunyi napas
8) Dipsnue
9) Sputum dalam jumlah yang berlebihan
10) Batuk yang tidak efektif
11) Orthopneu
12) Gelisah
13) Mata terbuka lebar
b. Kriteria hasil :
1) Mendemonstrasikan batuk efektif dan suara nafas yang bersih, tidak ada sianosis dan dyspnea
2) Menunjukan jalan nafas yang paten
3) Mampu mengidentifikasikan dan mencegah factor yang dapat menghambat jalan nafas.
Definisi : suatu kondisi dimana pasien mengalami penurunan pengiriman oksigen dan karbon dioksida di
antara alveoli paru dan sistem vascular.
a. Kemungkinan berhubungan dengan :
1) Penumpukan cairan dalam paru
2) Gangguan pasokan oksigen
3) Obstruksi saluran pernapasan
4) Bronkospasma
5) Atelectasis
6) Edema paru
7) Pembedahan paru
b. Kemungkinan data ditemukan :
1) Sesak napas
2) Penurunan kesadaran
3) Nilai AGD tidak normal
4) Perubahan tanda vital
5) Sianosis, takikardia
a. Suhu :38 °C
b. Nadi : 104x/mnt
c. RR : 34x/mnt
d. BB sebelum sakit : 12,5Kg
e. BB setelah sakit :12,3Kg
f. TB/PB :89cm
2. Diagnosa
Obstruksi jalan nafas : sekresi bertahan b.d Ketidakefektifan bersihan jalan nafas
Melakukan terapi Inhalasi uap sederhana
Anjurkan klien untuk melakukan batuk efektif dirumah
Kolaborasi pemberian terapi antipiretik, antibiotik
A. Implementasi
Melaukan teraoi inhalasi uap sederhana
B. Evaluasi
Dalam kasus ini dilakukan terapi inhalasi Uap Sederhana pada An. A selama 3 hari yaitu tanggal
05-07 oktober batuk klien sudah berkurang tetapi masih ada secret,tapi saat hari ke 4 evaluasi pada
tanggal Oktober ibu klien mengatakan batuknya sudak berkurang dan sudah tidak ada secret.
Bab IV : PEMBAHASAN
Dalam kasus ini implentasi menggunakan terapi inhalasi uap batuk klien belum sepenuhnya
kembali normal, karena masih ada secret, tetpai ibu klien melakukan 2x terapi inhalasi uap
sederhanaa untuk mengeluarkan semua secret sampai benar-benar normal. Hal ini berbeda dengan
penelitian yang dilakukan yanisa dimana dalam penelitiannya dilakukan intervensi terapi inhalasi uap
panas dengan minyak kayu putih karena terapi ini memiliki pengaruh untuk mengencerkan secret agar
mudah keluar, dan melonggarkan jalan napas. Hirup uap tersebut selama kuranglebih 5-10 menit atau pasien
sudah merasa lega dengan pernafasannya, semampunya pasie menghirup uap nafas,lakukan berulang sampai
uap panas hilang.
Bab V : PENUTUP
A. Kesimpulan
Dari kasus diatas dapat disimpulkan bahwa terapi inhalasi uap pada klien ispa bisa
mengencerkan sekret. Apabila batuk masih terdengar suar grok-grok bisa dilakukan 2x secara
berulang sampai batuk kembali normal.
B. Saran
Saran pada makalah ini adalah diharapkan penanganan Pasien ISPA nonfarmakologis pemberian
tindakan terapi inhalasi uap sederhana dalam memberikan perubahan pada pasien ISPA, terapi ini dapat
digunakan sebagai penolongan pertama secara mandiri
C. Daftar Pustaka
Mubarak & Chayatin. (2007). Buku Ajar Kebutuhan Dasar Manusia Teori Dan Aplikasi Dalam
Praktik . Jakarta : EGC.
Tarwoto & wartonah. (2011). Kebutuhan Manusia Dan Proses Keperawatan. Jakarta : Salemba
Medika.
NANDA NIC-NOC. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis. Yogyakarta
: Medication.
Potter, PA. & Perry, A.G (2009). Potter & perry’s Fundamentals of Nursing (7thed). Syney :Mosby.
Yanisa. 2019. Terapi Inhalasi Uap Panas Dengan Minyak Kayu Putih Terhadap Bersihan Jalan Nafas
Pada Anak Dengan Ispa. Universitas esa unggul.
Lampiran Kasus
A. Biodata
1. Biodata klien
Data Demografi
Nama : An.A
Umur : 2 tahun 7 bulan
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Alamat : Meduri Kec.Tirto Kab.pekalongan
Pendidikan : -
Pekerjaan : -
Status perkawinan : -
Komunikasi yang dipakai : bahasa Indonesia
Biodata penanggung jawab :
Nama : Ny. U
Umur : 28 tahun
Jenis kelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan: Ibu Rumah Tangga
Hub. Klien : Anak
Ibu klien lingkungan sekitar rumah klien bersih, jendela sering dibuka, terdapat ventilasi dan rumah
klien sering dibersihkan setiap pagi dan sore.
a. Riwayat pencegahan tindakan medis/gigi
Ibu klien mengatakan tidak banyak mengetahui tentang tindakan medis dan lainnya
b. Prosedur bedah
Ibu klien mengatakan pernah dirawat dirumah sakit 1 tahun yang lalu, sakit DB, ibu klien mengatakan
tidak punya penyakit bawaan dari kecil
d. Imunisasi
Ibu Klien mengatakan tidak pernah mengalami alergi/ tidak memiliki alergi pada apapun
f. Kebiasaan mengganggu kesehatan
-
g. Riwayat Sosial
Ibu klien mengatakan sering anaknya sring main dan aktif didepan rumah dengan dipatau ibunya.
h. Personal Hygiene
BAK BAB
Frekuensi : 6-8 kali Frekuensi: 1 kali sehari
Jumlah urine : tidak terkaji Jumlah feses : tidak terkaji
Warna : kuning jernih Warna : kuning kecoklatan
Bau : tidak menyegat Konsistensi : lunak, tidak berdarah dan
tidak berlendir
DS : ibu klien mnegatakan klien masih mampu untuk melakukan aktivitas seperti biasa, BAK mandiri,
klien masih bisa bermain tetapi sering beristirahat.
5. Riwayat Keperawatan Untuk Pola Istirahat-Tidur
Sebelum sakit :
DS : ibu klien mengatakan bahwa dalam sehari klien selalu beristirahat tidur dengan cukup
Tidur siang : ±2jam, tidur nyenyak tidak terbangun
Tidur malam : ±10jam, tidur nyenyak, dan terbangun 1-2 kali
Selama sakit :
DS : ibu klien mengatakan bahwa selama sakit hari ini (14/09) klien bisa istirahat tidur walaupun saat
tidur tiba-tiba suka batuk
Tidur siang : ±2jam, tidur nyenyak kadang terbangun
Tidur malam : -
DS : ibu klien mengatakan penglihatan, perasa, pembau klien normal tidak ada gangguan, dan
kemampuan berbahasa klien sesuai dengen tumbuh kembang anak pada umumnya.
-
8. Riwayat Keperawatan Untuk Pola Peran/Hubungan
-
9. Riwayat Keperawatan Untuk Seksualitas/Reproduksi
-
DS : ibu klien mengatakan saat sakit ini klien lebih sering menangis daripada biasanya, dan klien lebih
manja dengan orangtuanya.
-
C. Pemeriksaan Fisik
a. Parameter umum
a. Keadaan umum : Cukup
b. Kesadaran : Baik
c. Suhu :38 °C
d. Nadi : 104x/mnt
e. RR : 34x/mnt
f. BB sebelum sakit : 12,5Kg
g. BB setelah sakit :12,3Kg
h. TB/PB :89cm
d
a
l
a
m
b
a
t
a
s
n
o
r
m
a
l
3. 07/ Ganggu Setelah dilakukan 1. Gunakan
10/ an rasa asuhan pendekatan
20 nyaman keperawatan yang
09. 2x24jam menyenangka
b.d
00 diharapkan n
WI Gejala gangguan rasa 2. Berikan terapi
B terkait nyaman klien bermain
penyakit teratasi dengan 3. Temani klien
. kriteria hasil : untuk
1. K memberikan
u keamanan dan
a mengurangi
l ketakutan
i 4. Edukasi
t keluarga untuk
a memberikan
s perhatian pada
klien
t 5. Edukasi
i keluarga untuk
d menemani
u klien
r 6. Kolaborasi
dengan
d pemberian
a obat
n
i
s
t
i
r
a
h
a
t
a
d
e
k
u
a
t
2. R
e
s
p
o
n
t
e
r
h
a
d
a
p
p
e
n
g
o
b
a
t
a
n
3. S
t
a
t
u
s
k
e
n
y
a
m
a
n
a
n
m
e
n
i
n
g
k
a
t
4. S
u
p
p
o
r
t
s
o
s
i
a
l
2 P: Lanjut Intervensi
P: Lanjut intervensi
2 P:Lanjutkan intervensi
P: Lanjutkan Intervensi
09/10/20/Jumat/10.00 1 S: Ibu klien Mengatakan
masih batuk
A: Klien terlihat batuknya
berkurang
N : 104x/mnt S: 37 C Rr:
34x/mnt
O: Masalah teratasi
2 P:Lanjutkan intervensi
P: Lanjutkan Intervensi
P: Lanjutkan Intervensi