Disusun oleh:
Nim : P27820721048
1
Kata pengantar
2
Daftar Isi
Kata pengantar......................................................................................2
Daftar isi.................................................................................................3
BAB I PEMBUKAAN
1.1 Latar belakang.................................................................................4
1.2 Rumusan masalah...........................................................................5
1.3 Tujuan.............................................................................................5
1.4 Manfaat...........................................................................................5
BAB II ISI
2.1 Konsep kebutuhan aman dan nyaman.......................................6
2.1.1 Konsep kebutuhan aman..............................................................6
2.1.2 Konsep kebutuhan nyaman..........................................................9
2.1.3 Faktor yang mempengaruhi rasa aman dan nyaman....................10
2.2 Asuhan keperawatan kebutuhan aman dan nyaman................11
2.2.1 Asuhan keperawatan nyeri...........................................................11
2.2.2 Asuhan keperawatan luka............................................................18
2.3 Prosedur penata laksanaan tindakan kebutuhan aman dan nyaman
...............................................................................................................20
BAB III PENUTUP
3.1 Kesimpulan.....................................................................................23
3.2 Saran...............................................................................................23
Daftar Isi................................................................................................24
3
BAB I
PEMBUKAAN
4
telah terpenuhi), dan transenden (keadaan tentang sesuatu yang melebihi
masalah dan nyeri), (Kolcaba (1992, dalam Potter & Perry, 2006). Kolcaba
mendefinisikan kenyamanan sebagai suatu keadaan telah terpenuhi kebutuhan
dasar manusia. Setiap ahli memang berpendapat berbeda-beda mengenai
kebutuhan manusia namun kita perlu mengaplikasikan pendapat ahli itu dalam
membuat suatu asuhan keperawatan agar perawat mampu memenuhi
kebutuhan pasien/klien ketika mengalami suatu permasalahan kesehatan
sehingga perawat dapat dengan tepat memberikan asuhan keperawatan kepada
pasien.
1.3 Tujuan
1.4 Manfaat
5
6
BAB II
PEMBAHASAN
7
1. Oksigen
Perawat harus menyadari berbagai faktor yang ada di dalam lingkungan
klien yang dapat menurunkan jumlah oksigen yang tersedia.
2. Kelembapan
Kelembapan relative udara dalam lingkungan dapat mempengaruhi
kesehatan dan keamanan klien. Kelembapan relatif adalah jumlah uap air
di udara dibandingkan dengan jumlah uap air maksimum yang dapat
dikandung oleh udara pada suhu yang sama
3. Nutrisi
Makanan yang tidak disimpan atau disiapkan dengan tepat atau benda
yang dapat menyebabkan kondisi kondisi yang tidak bersih akan
meningkatkan resiko infeksi dan keracunan makanan.
4. Suhu
Tubuh dapat berfungsi secara normal hanya dalam 37 derajat Celcius atau
98,6 derajat Fahrenhait kurang lebih 1 derajat Celcius temperatur tubuh di
luar rentang ini dapat menimbulkan kerusakan, efek yang permanen
seperti kerusakan otak atau kematian.
5. Eliminasi
Eliminasi materi sampah merupakan salah satu dari proses metabolic
tubuh. Produk sampah dikeluarkan melalui paru-paru, kulit, ginjal dan
pencernaan
6. Tempat Tinggal
Walaupun kebanyakan orang mempunyai beberapa jenis tempat tinggal,
terkadang tempat tinggal tersebut dibawah standart dan tidak memberikan
perlindungan yang penuh.
7. Istirahat
Setiap manusia mempunyai kebutuhan dasar fisiologis untuk istirahat
teratur. Jumlah kebutuhan istirahat bervariasi, bergantung pada kualitas
tidur, status kesehatan, pola aktivitas, gaya hidup, dan umur seseorang.
8. Seks
8
Seks dianggap oleh Maslow (1970) sebagai kebutuhan dasar fisiologis
yang secara umum mengambil prioritas di atas tingkat kebutuhan yang
lebih tinggi.
2.1.2 Klasifikasi Kebutuhan Keamanan atau Keselamatan
Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan mengurangi
atau mengeluarkan ancaman pada tubuh atau kehidupan.Ancaman
tersebutmungkin penyakit, kecelakaan, bahaya, atau pemajanan pada
lingkungan. Pada saat sakit, seorang klien mungkin rentan terhadap komplikasi
seperti infiksi, oleh karena itu bergantung pada profesional dalam sistem
pelayanan kesehatan untuk perlindungan. Memenuhi kebutuhan keselamatan
fisik kadang mengambil prioritas lebih dahulu di atas pemenuhan kebutuhan
fisiologis. Misalnya, seorang perawat mungkin perlu melindungi klien disointasi
dari kemungkinan jatuh dari tempat tidur sebelum memberikan perawatan untuk
memenuhi kebutuhan nutrisi.
1) Keselamatan Psikologis
Untuk selamat dan aman secara psikologi, seorang manusia harus
memahami apa yang diharapkan dari orang lain, termasuk anggota
keluarga dan profesionl pemberi perawatan kesehatan. Seseorang harus
mengethuai apa yang diharapkan dari prosedur, pengalaman yang baru,
dan hal-hal yang dijumpai dalam lingkungan. Setiap orang merasakan
beberapa ancaman keselamatan psikologis pada pengalaman yang baru
dan yang tidak dikenal. Orang dewasa yang sehat secara umum mampu
memenuhi kebutuhan keselamatan fisik dan psikologis merekat tanpa
bantuan dari profesional pemberi perawatan kesehatan. Bagaimanapun,
orang yang sakit atau cacat lebih renta terancam kesejahteraan fisik dan
emosinya, sehingga intervensi yang dilakukan perawat adalah untuk
membantu melindungi mereka dari bahaya.
2) Keselamatan Fisik
Mempertahankan keselamatan fisik melibatkan keadaan
mengurangi atau mengeluarkan ancaman pada tubuh atau
kehidupan.Ancaman tersebutmungkin penyakit, kecelakaan, bahaya, atau
9
pemajanan pada lingkungan. Pada saat sakit, seorang klien mungkin rentan
terhadap komplikasi seperti infiksi, oleh karena itu bergantung pada
profesional dalam sistem pelayanan kesehatan untuk perlindungan.
Memenuhi kebutuhan keselamatan fisik kadang mengambil prioritas lebih
dahulu di atas pemenuhan kebutuhan fisiologis. Misalnya, seorang perawat
mungkin perlu melindungi klien disointasi dari kemungkinan jatuh dari
tempat tidur sebelum memberikan perawatan untuk memenuhi kebutuhan
nutrisi.
10
Kenyamanan mesti dipandang secara holistik yang mencakup empat aspek
yaitu:
11
Gangguan ini akan menimbulkan daya tahan tubuh kurang sehingga
mudah terserang penyakit.
5. Tingkat Kesadaran
Pada pasien koma, respon akan menurun terhadap rangsangan, paralisis,
disorientasi, dan kurang tidur.
6. Informasi atau Komunikasi
Gangguan komunikasi seperti aphasia atau tidak dapat membaca dapat
menimbulkan kecelakaan.
7. Gangguan Tingkat Pengetahuan
Kesadaran akan terjadi gangguan keselamatan dan keamanan dapat
diprediksi sebelumnya.
8. Penggunaan Antibiotik yang Tidak Rasional
Antibiotik dapat menimbulkan resisten dan anafilaktik syok.
9. Status nutrisi
Keadaan kurang nutrisi dapat menimbulkan kelemahan dan mudah
menimbulkan penyakit, demikian sebaliknya dapat beresiko terhadap
penyakit tertentu.
10. Usia
Pembedaan perkembangan yang ditemukan diantara kelompok usia anak-
anak dan lansia mempengaruhi reaksi terhadap nyeri
11. Jenis Kelamin
Secara umum pria dan wanita tidak berbeda secara bermakna dalam qS
merespon nyeri dan tingkat kenyamanannya.
12. Kebudayaan
Keyakinan dan nilai-nilai kebudayaan mempengaruhi cara individu
mengatasi nyeri dan tingkat kenyaman yang mereka punyai.
12
Digunakan dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan penyakit yang
dialami pasien atau klien
b. Identitas Pasien
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis kelamin,
pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan diagnosa medis.
c. Riwayat Kesehatan
Meliputi:
1. Keluhan utama
2. keluhan yang paling dirasakan pasien untuk mencari
bantuan
3. Riwayat kesehatan sekarang: apa yang dirasakan pasien
saat ini
4. Riwayat penyakit terdahulu
Kemungkinan mengalami sakit yang diderita (pernah atau
tidak)
5. Riwayat kesehatan keluarga
Meliputi penyakit turun menurun atau penyakit tidak
menular
6. Riwayat nyeri: keluhan nyeri, seperti: Lokasi nyeri,
intensitas nyeri, kualitas, dan waktu serangan.
13
b. Q (Quality), yaitu kualitas dari nyeri tersebut. Apakah
terdapat rasa tajam, tumpul, atau tersayat. Contoh sensasi
tajam adalah jarum suntik, luka potong kecil atau laserasi.
Sensasi tumpul seperti ngiluu dan linu.
c. R (Region), yaitu daerah perjalanan nyeri. Untuk
mengetahui lokasi nyeri, perawat meminta untuk
menunjukkan semua daerah yang dirasa tidak nyaman.
Untuk melokalisasi nyeri dengan baik dan lebih spesifik,
perawat kemudian meminta klien untuk melacak daerah
nyeri dari titik yang paling nyeri. Hal ini sulit dilakukan
apabila nyeri bersifat difusi (nyeri menyebar ke segala
arah), meliputi beberapa tempat atau melibatkan segmen
terbesar tubuh
d. S (Severity)adalah keparahan atau intensitas nyeri.
Karakteristik paling subjektif pada nyeri adalah tingkat
keparahan atau intensitas nyeri tersebut. Klien seringkali
diminta untuk mendeskripsikan nyeri sebagai suatu hal
yang ringan, sedang, atau parah.
e. T (Time) adalah waktu atau lama serangan atau frekuensi
nyeri. Dalam hal ini, perawat mengajukan pertanyaan untuk
menentukan permulaan, durasi, serta rangsangan nyeri.
Kapan nyeri mulai dirasakan? berapa lama nyeri dirasakan?
Apakah nyeri yang dirasakan terjadi pada waktu yang sama
di setiap hari?
Skala ini sudah biasa dipergunakan dan telah di validasi . Berat ringannya rasa
sakit atau nyeri dibuat menjadi terukur dengan mengobyektifkan pendapat
subyektif nyeri. Skala numerik, dari 0 hingga 10, di bawah ini , dikenal juga
sebagai Visual Analog Scale (VAS), Nol (0) merupakan keadaan tanpa atau bebas
nyeri, sedangkan sepuluh (10) , suatu nyeri yang sangat hebat.
14
Keterangan :
0 : tidak nyeri
1-3 : nyeri ringan
4-6 : nyeri sedang
7-9 : sangat nyeri, tetapi masih bias dikontrol
10 : sangat nyeri dan tidak dapat dikontrol
1. Skala wajah
Skala nyeri enam wajah dengan ekspresi yang berbeda,
menampilkan wajah bahagia hingga wajah sedih. Skala ini juga
digunakan untuk mengekspresikan rasa nyeri. Skala ini dapat digunakan
mulai anak yang berusia 3 (tiga) tahun.
15
a. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual
Kebutuhan Bio-Psiko-Sosial-Spiritual meliputi bernapas,
makan, minum, eliminasi, gerak, dan aktivitas, istirahat tidur,
kebersihan diri, pengaturan suhu, rasa aman dan nyaman,
sosialisasi dan komunikasi, prestasi dan produktivitas,
pengetahuan, rekreasi dan ibadah.
b. Pemeriksaan Fisik
1. Keadaan Umum
Keadaan umum meliputi: kesan umum, kesadaran, postur
tubuh, warna kulit, turgor kulit, dan kebersihan diri
2. Gejala Kardinal
Gejala kardinal meliputi: suhu, nadi, tekanan darah, dan
respirasi
3. Keadaan Fisik
Keadaan fisik meliputi pemeriksaan dari kepala sampai
ekstremitas bawah
A. INSPEKSI, meliputi: pengkajian kulit, warna membran
mukosa, penampilan umum, keadekuatan sirkulasi
sistemik, pola pernapasan, serta gerakan dinding dada.
B. PALPASI, meliputi daerah nyeri tekan, meraba
benjolan atau aksila dan jaringan payudara, sirkulasi
perifer, adanya nadi perifer, temperatur kulit, warna,
dan pengisian kapiler.
C. PERKUSI: mengetahui cairan abnormal, udara di paru-
paru, atau kerja diafragma
D. AUSKULTASI: bunyi yang tidak normal, bunyi
murmur, serta bunyi gesekan, atau suara napas
tambahan.
16
2. Diagnosa Keperawatan
1. Gangguan rasa nyaman nyeri b.d trauma sel
2. Nutrisi kurang dari kebutuhan b.d intake kurang
3. Gangguan pola tidur b.d gangguan rasa nyaman nyeri
4. Ansietas b.d ancaman peningkatan nyeri
5. Gangguan mobilitas fisik b.d nyeri pada ekstrimitas
6. Intoleransi aktivitas b.d nyeri pada tubuh
7. Defisit perawatan diri b.d gangguan mobilitas fisik
8. Risiko ketidakberdayaan b.d intoleransi aktivitas
9. Harga diri rendah b.d defisit perawatan diri
3. Intervensi
C.
No. Intervensi Rasional
1. Kaji nyeri dan skala pasien
Mengetahui
daerah nyeri,kualitas,kapan nyeri
dirasakan,faktor pencetus,berat
ringannya nyeri yang dirasakan.
2. Beri posisi nyaman pada Meningkatkan relaksasi pada pasien
pasien
3. Ajarkan teknik relaksasi Membantu mengurangi rasa nyeri
kepada pasien pasien
4. Kolaborasi dengan dokter Mengurangi rasa nyeri pasiena
pemberian obat analgetik
17
2. Intoleransi aktivitas b.d nyeri pada tubuh
Tujuan: setelah dilakukan tindakan keperawatan 3x24 jam, masalah dapat
teratasi dengan KH sebagai berikut:
a. Pasien dapat melakukan aktivitasnya secara mandiri
b. Pasien tanda-tanda vital
1. Pengkajian
a. Tanggal dan Waktu Pengkajian
Digunakan dengan tujuan untuk mengetahui perkembangan
penyakit yang dialami pasien atau klien
b. Identitas Pasien
Mendapatkan data identitas pasien meliputi nama, umur, jenis
kelamin, pendidikan, pekerjaan, alamat, nomor registrasi, dan
diagnosa medis.
c. Riwayat Kesehatan
d. Kebutuhan Bio-Psiko-Sosio-Spiritual
e. Pemeriksaan Fisik
Menurut Bursaids (1998), teknik pemeriksaan kulit dapat
dilakukan melalui metode inspeksi dan palpasi
1) Melihat penampilan luka (tanda penyembuhan luka),
seperti:
a) Adanya pendarahan
b) Proses inflamasi (kemerahan dan pembengkakan)
c) Proses granulasi jaringan, yaitu menurunnya reaksi
inflamasi pada saat pembekuan berkurang
d) Adanya bekas luka (scar) akibat fibroblas dalam
jaringan granulasi mengeluarkan kolagen yang
19
membentuknya serta berkurangnya ukuran bekas
luka yang merupakan indikasi terbentuknya keloid
2) Melihat adanya benda asing atau bahan-bahan
pengontaminasi pada luka, misalnya tanah, pecahan kaca,
atau benda asing lainnya
3) Melihat ukuran, kedalaman, dan lokasi luka
4) Adanya drainase, pembengkakan, bau yang kurang sedap
dan nyeri pada daerah luka
2. Diagnosa Keperawatan
3. Intervensi Keperawatan
Tujuan:
1. Meningkatkan hemostatis luka
2. Mencegah infeksi
3. Mencegah cedera jaringan yang lebih lanjut
4. Meningkatkan penyembuhan luka
5. Mempertahankan integritas kulit
6. Memperoleh rasa nyaman (mengurangi rasa nyeri)
Rencana tindakan:
4. Implementasi
20
Pelaksanaan asuhan keperawatan merupakan realisasi dari pada
rencana tindakan interdependent, dependent, independent. Pada
pelaksanaan terdiri dari beberapa kegiatan, validasi, rencana
keperawatan, mendokumentasikan rencana keperawatan, memberikan
asuhan keperawatan dan pengumpulan data. (Susan Martin, 1998).
5. Evaluasi
21
Orang sakit berarti ada ketidakseimbangan energi, dengan
memberikan sentuhan pada pasien, diharapkan ada transfer energy
5. Akupressure Yaitu pemberian tekanan pada pusat-pusat nyeri
6. Guided Imagery
Meminta pasien berimajinasi membayangkan hal-hal yang
menyenangkan, tindakan ini memerlukan suasana dan ruangan
yang terang, serta konsentrasi dari pasien
7. Distraksi
Mengalihkan perhatian terhadap nyeri, efektif untuk nyeri ringan
sampai sedang. Distraksi visual (melihat TV), distraksi audio
(mendengarkan musik). Distraksi sentuhan massage (memegang
mainan,atau memegang handphone ), distraksi intelektual
(merangkai puzzle).
8. Anticipatory Guidance
Memodifikasi secara langsung cemas yang berhubungan dengan
nyeri
9. Hipnotis
Membantu persepsi nyeri melalui pengaruh sugesti positif
10. Biofeedback
Terapi perilaku yang dilakukan dengan memberikan individu
informasi tentang respon nyeri fisiologis dan cara untuk melatih
control volunter terhadap respon. Terapi ini efektif untuk
mengatasi ketegangan otot dan migrain dengan cara memasang
elektroda pada pelipis
A. Penatalaksanaan medis
1. Pemberian Analgesik
Obat golongan analgesik akan merubah persepsi dan interprestasi nyeri
dengan jalan mendpresi sistem saraf pusat pada thalamus dan korteks serebri.
Analgesik akan lebih efektif diberikan sebelum pasien merasakan nyeri yang berat
dibandingkan setelah mengeluh nyeri. Contoh obat analgesik yani asam salisilat
(non narkotik), morphin (narkotik).
22
2. Plasebo
Plasebo merupakan obat yang tidak mengandung komponen obat analgesik
seperti gula, larutan garam/ normal saline, atau air. Terapi ini dapat menurunkan
rasa nyeri, hal ini karena faktor persepsi kepercayaan pasien.
2.3.2 Prosedur Penatalaksanaan Tindakan Pemenuhan Kebutuhan Aman dan
Nyaman pada Luka
23
BAB III
PENUTUP
3.1 Kesimpulan
3.2 Saran
Setelah makalah telah dibuat oleh penulis, penulis berharap agar dapat memeberi
wawasan pengetahuan baru bagi pembaca dan menerapkan prosedur
penatalaksanaan kebutuhan aman dan nyaman karena itu adalah salah satu
membrantas atau memutus hubungan penyakit antara perawat dengan klien atau
pasien dengan pasien yang lain.
24
Daftar pustaka
25