Anda di halaman 1dari 49

BAB II

PEMBAHASAN

2.1 Definisi
Berdasarkan Undang-Undang tentang Penghapusan Kekerasan Dalam Rumah
Tangga (KDRT) No. 23 Tahun 2004 menjelaskan bahwa Kekerasan dalam Rumah
Tangga merupakan setiap perbuatan pada seseorang terutama perempuan, yang berakibat
timbulnya kesengsaraan atau penderitaan secara fisik, seksual, psikologis dan atau
penelantaran rumah tangga termasuk ancaman untuk melakukan perbuatan, pemaksaan,
atau perampasan kemerdekaan secara hukum dalam lingkup rumah tangga. Yang ditandai
dengan hubungan antar anggota keluarga yang diwarnai dengan penyiksaan secara verbal,
tidak adanya kehangatan.

Kekerasan dalam rumah tangga merupakan salah satu dari permasalahan sosial
yang penting sekali dimana perempuan ditempatkan dalam posisi lebih rendah
dibandingkan laki-laki. (Darmono & Diantri, 2008)

Kekerasan dalam keluarga mencakup penganiayaan fisik, emosional, dan fisik


pada anak-anak, pemukulan pasangan, pemerkosaan, dan penganiayaan lansia. (Sheila
L.Videbeck.2008)

2.2 Etiologi
Secara umum faktor-faktor yang mempengaruhi terjadinya kejadian kekerasan dalam
rumah tangga dapat dikelompokkan menjadi :
1. Faktor individual (korban/perempuan) : kepercayaan/agama, umur, status
kependudukan, urutan anak dalam keluarga, pekerjaan diluar rumah,
pendidikan rendah, riwayat kekerasan saat masih anak-anak.
2. Faktor individual (pelaku/ laki-laki) : perbedaan umur, pendidikan rendah,
pekerjaan, riwayat mengalami kekerasan saat masih anak-anak, penggunaan
obat-obatan atau alkohol , kebiasaan berjudi, gangguan mental, penyakit kronis,
mempunyai hubungan diluar nikah dengan wanita lain.
3. Faktor sosial budaya : Menurut Helse et all, (2005) budaya patrilineal yang
menempatkan peran laki-laki sebagai pengontrol kekayaan, warisan keluarga
(termasuk nama keluarga) dan pembuat keputusan dalam keluarga serta konflik
perkawinan merupakan predictor yang kuat untuk terjadinya kekerasan. Ada
budaya yang menganggap perilaku kekerasan suami terhadap istri adalah hal
yang biasa. Perilaku kekerasan yang di lakukan oleh suami ini di maksudkan
untuk mengontrol keluarga.
4. Faktor sosio ekonomi : salah satu faktor utama terjadinya tindakan kekerasan
adalah kemiskinan. Faktor lain yang berhubungan adalah pengangguran,
urbanisasi, pengisolasian, diskriminasi, gender dalam lapangan pekerjaan.
5. Faktor religi : pemahaman ajaran agama yang keliru : suami salah persepsi
dalam agama “memukul istri” adalah hal yang wajar untuk mendidik istrinya
dan persepsi seperti itu terjadilah kekerasan dalam rumah tangga.
6. Lingkungan dengan frekuensi kekerasan dan kriminalitas yang tinggi.
7. Kehidupan keluarga yang kacau, tidak saling mencintai dan menghargai, serta
tidak menghargai peran wanita.
8. Kurang adanya keakraban dan hubungan jaringan sosial pada keluarga.
9. Adanya perilaku meniru yang diserap oleh anak karena terbiasa melihat
kekerasan dalam rumah tangga. Pelaku juga memiliki perilaku yang
temperamen tinggi, mudah tersinggung dan cepat marah kepada istri karena
tidak patuh terhadap suami.
10. Beban pengasuhan anak : istri yang tidak bekerja, menjadikannya menanggung
beban sebagai pengasuh anak. ketika terjadi hal yang tidak diinginkan terjadap
anak, maka suami akan menyalahkan istri sehingga terjadi kekerasan dalam
rumah tangga.
11. Kekerasan sebagai alat untuk menyelesaikan konflik : tindakan ini merupakan
faktor dominan yang dilakukan suami sebagai pelampiasan dari
ketersinggungan atau kekecewaan karena tidak dipenuhi keinginan suami.
tindakan inni juga biasanya dilakukan dengan tujuan agar istri jadi penurut.
sehingga apa kata suami dapat dituruti oleh istri.
12. Frustasi : teori frustasi - agresi menyatakan bahwa kekerasan sebagai suatu cara
untuk mengurangi ketegangan yang dihasilkan situasi frustasi. Teori ini berasal
dari suatu pendapat yang masuk akal bahwa sesorang yang frustasi sering
menjadi terlibat dalam tindakan agresif. Orang frustasi sering menyerang
sumber frustasinya atau memindahkan frustasinya ke orang lain. Misalnya :
belum siap kawin, suami belum memiliki pekerjaan dan penghasilan tetap yang
mencukupi kebutuhan rumah tangga.
13. Pendidikan yang rendah : Bagi pasangan suami-istri yaitu karna tidak ada nya
pengetahuan bagi kedua nya dalam hal bagaimana cara mengimbangi pasangan
dan mengatasi keuangan yang dimiliki pasangan dalam menyelaraskan sifat-
sifat yang tidak cocok diantara keduanya.
14. Cemburu yang berlebihan : Jika tidak adanya rasa kepercayaan antara satu dan
lain maka akan timbul rasa cemburu dan curiga dalam kadar yang sangat
berlebihan. Sifat cemburu yang terlalu tinggi ini bisa memicu terjadi nya
kekerasan dalam rumah tangga.

2.3 Tanda / Pemeriksaan pada pasien KDRT


Menurut Abrar (2001) Korban KDRT biasanya cenderung menutupi penderitaan
fisik dan psikologis yang dilakukan pasangannya, karena KDRT dianggap sebagai
suatu hal yang tabu. Adanya sikap posesif terhadap korban ataupun perilaku
mengisolasi korban dari dunia luar dapat dilihat sebagai tanda awal KDRT. Korban
biasanya tampak depresi, sangat takut pada pengunjung/pasien lainnya dan yang
merawatnya, termasuk pegawai rumah sakit. Mereka akan cenderung menarik diri dari
lingkungan sosialnya. Mereka umumnya tak ingin orang sekitarnya melihat tanda-tanda
kekerasan pada diri mereka. Kontak mata biasanya buruk. Korban menjadi pendiam.
Korban harus diperiksa secara menyeluruh untuk memeriksa dengan teliti tanda-tanda
kekerasan yang pada umumnya tersembunyi. Korban juga akan mencoba untuk
menyembunyikan atau menutupi luka-lukanya dengan memakai riasan wajah tebal,
leher baju yang tinggi, rambut palsu atau perhiasan.
1. Karakteristik Luka
Orang yang mendapat siksaan fisik dari pasangannya sering mengalami
cedera, namun mereka cenderung menutupinya dengan mengatakan bahwa
luka tersebut akibat terjatuh/kecelakaan umum. Untuk membedakannya,
perlu diketahui ciri-ciri khusus luka akibat kekerasan yang dilakukan dalam
rumah tangga. Karakteristik luka akibat KDRT, biasanya menunjukkan
gambaran sebagai berikut:
a Luka bilateral, terutama pada ekstremitas.
b Luka pada banyak tempat.
c Kuku yang tergores, luka bekas sundutan rokok yang terbakar, atau
bekas tali yang terbakar.
d Luka lecet, luka gores minimal, bilur.
e Perdarahan subkonjungtiva yang diduga karena adanya perlawanan
yang kuat antara korban dengan pelaku.
2. Bentuk-bentuk Luka
Adanya bentukan luka memberi kesan adanya kekerasan. Bentukan luka
merupakan tanda, cetakan atau pola yang timbul dengan segera di bawah
epitel oleh senjata penyebab luka. Bentuk luka dapat karena benda tumpul,
benda tajam (goresan atau tikaman) atau karena panas.
a Kekerasan Tumpul
Kekerasan tumpul yang melukai kulit merupakan luka yang paling
sering terjadi, berupa luka memar, lecet, dan luka goresan. Adanya
luka memar yang sirkuler ataupun yang linier memberi kesan
adanya penganiayaan. Luka memar parallel dengan sentral yang
bersih memberi kesan adanya penganiayaan dari objek linear.
Adanya bekas tamparan dengan bentukan jari juga harus dicatat.
Luka memar sirkuler dengan diameter 1–1,5 cm dengan tekanan
ujung jari mungkin terlihat sama dengan bentuk penjambretan.
Bentukan-bentukan tersebut sering tampak pada lengan atas bagian
dalam dan area-area yang tidak terlihat waktu pemeriksaan fisik.
Penganiayaan dengan menggunakan ikat pinggang/kawat
menyebabkan luka memar yang datar, dan penganiayaan dengan
sol/hak sepatu akan menyebabkan luka memar pada korban yang
ditendang.
b Memar
Beberapa faktor mempengaruhi perkembangan luka memar,
meliputi kekuatan kekerasan tumpul yang diterima oleh kulit,
kepadatan vaskularisasi jaringan, kerapuhan pembuluh darah, dan
jumlah darah yang keluar ke dalam jaringan sekitar. Luka memar
yang digunakan untuk identifikasi umur dan penyebab luka, tidak
selalu menunjukkan kesamaan warna pada tiap orang dan tidak
dapat berubah dalam waktu yang sama antara satu orang dengan
orang lain. Beberapa petunjuk dasar tentang penampakan luka
memar sebagai berikut:
1) Waktu merah, biru, ungu, atau hitam dapat terjadi kapan saja
dalam waktu 1 jam setelah trauma sebagai resolusi dari
memar. Gambaran warna merah tidak dapat digunakan
untuk memperkirakan umur memar.
2) Memar dengan gradasi warna kuning umurnya lebih dari 18
jam.
3) Meskipun warna memar kuning, coklat, atau hijau
merupakan indikasi luka yang lama, tetapi untuk
mendapatkan waktu yang spesifik sulit.
c Bekas Gigitan
Merupakan bentuk luka lain yang sering ada pada domestic
violence. Beberapa bentukan gigitan ini sulit untuk dikenali,
misalnya penampakan memar semisirkuler yang non spesifik, luka
lecet, atau luka lecet memar, dan masih banyak lagi gambaran yang
dapat dikenali karena lokasi anatomi dari gigitan dan pergerakan
tidak tetap pada kulit.
d Bekas Kuku
Ada 3 macam tanda bekas kuku yang mungkin terjadi, bisa tunggal
atau kombinasi, yaitu sebagai berikut:
 Impression marks: Bentukan ini merupakan akibat patahnya
kuku pada kulit. Bentuknya seperti koma atau setengah
lingkaran.
 Scratch marks: Bentuk ini superficial dan memanjang,
kedalamannya sama dengan kedalaman kuku. Bentukan ini
terjadi karena wanita yang menjadi korban berkuku panjang.
 Claw marks: Bentukan ini terjadi ketika kulit terkoyak, dan
tampak lebih menyeramkan.
e Strangulasi
Hanging, ligature, atau manual adalah 3 tipe dari strangulasi
(penjeratan). Dua tipe terakhir mungkin berhubungan dengan
domestic violence.4
 Ligature strangulation (garroting) dan Manual
strangulation (throttling). Ligature strangulation
(garroting) merupakan bentuk strangulasi dengan
menggunakan tali, seperti kabel telepon/tali jemuran.
Sedangkan Manual strangulation (throttling) biasanya
menggunakan tangan, dilakukan dengan tangan depan
sambil berdiri atau berlutut di depan tenggorokan korban.
 Strack dan McLane melakukan penelitian pada 100 wanita
yang dilaporkan mengalami pencekikan oleh pasangan
mereka dengan tangan kosong, lengan ataupun
menggunakan alat (kabel listrik, ikat pinggang, tali,
peralatan mandi). Petugas kepolisian melaporkan luka tidak
tampak pada 62% wanita, luka tampak minimal pada 22%
dan luka yang signifikan seperti warna merah, memar
ataupun bekas tali yang terbakar pada 16% sisanya. Hampir
50% dari para korban mengalami perubahan suara dari
disfonia sampai afonia.
 Disfagia, odinofagia, hiperventilasi, dispneu, dan apneu
dilaporkan atau ditemukan. Dengan catatan, laporan
menunjukkan bahwa beberapa korban dengan keadaan awal
ringan, dapat meninggal dalam waktu 36 jam setelah
strangulasi.
 Pada ligature strangulation sering tampak petechiae.
Petechiae pada konjungtiva terlihat sama banyaknya dengan
petechiae pada daerah jeratan, seperti wajah dan daerah
periorbita.
 Pada leher mungkin ditemukan goresan dan luka lecet dari
kuku korban atau kombinasi dari luka yang dibuat oleh
pelaku dan korban. Lokasi dan luas bervariasi dengan posisi
pelaku (depan atau belakang) dan apakah korban atau pelaku
menggunakan satu atau dua tangan. Pada Manual
strangulation korban sering merendahkan dagunya dalam
upaya melindungi leher, hal ini akan mengaakibatkan luka
lecet pada dagu korban dan tangan pelaku.
 Luka memar tunggal atau area eritematous sering terlihat
pada ibu jari pelaku. Area dari luka memar dan eritema
sering terlihat bersama, berkelompok pada bagian samping
leher, sepanjang mandibula, bagian atas dagu, dan di bawah
area supraklavikula.
 Ligature mark terlihat dari halus sampai keras. Menyerupai
lipatan kulit. Tanda (misalnya pola seperti gelombang kabel
telepon, seperti jalinan pita dari tali) dapat memberi kesan
korban telah dicekik. Sifat dan sudut pola ini diperlukan
untuk membedakan penggantungan dengan Ligature
strangulation. Pada Ligature strangulation, penekanan dari
penjeratan biasanya horizontal pada level yang sama dengan
leher, dan tanda penjeratan biasanya di bawah kartilago
thyroid dan sering tulang hyoid patah. Pada penggantungan,
penekanan cenderung vertical dan berbentuk seperti air
mata, di atas kartilago thyroid, dengan simpul pada daerah
tengkuk, di bawah dagu, atau langsung di depan telinga.
Tulang hyoid biasanya masih utuh.
 Keluhan lainnya termasuk kehilangan kesadaran, defekasi,
muntah yang tidak terkontrol, mual dan kehilangan ingatan.
3. Distribusi Luka
Luka-luka pada KDRT biasanya mempunyai distribusi tertentu, sebagai
berikut:
1) Luka pada domestic violence biasanya sentral.
2) Tempat luka yang umum adalah daerah yang biasanya tertutup oleh
pakaian (misalnya dada, payudara dan perut).
3) Wajah, leher, tenggorokan dan genitalia juga tempat yang sering
mengalami perlukaan.
4) Lebih dari 50% luka disebabkan karena kekerasan pada kepala dan
leher. Pelaku laki-laki menghindari untuk menyerang wajah, tetapi
kemudian memukul kepala bagian belakang.
5) Luka pada wajah dilaporkan pada 94% korban domestic violence.
6) Trauma pada maxillofacial termasuk luka pada mata dan telinga,
luka pada jaringan lunak, kehilangan pendengaran, dan patah pada
mandibula, patah tulang hidung, orbita dan zygomaticomaxillary
complex.
Luka karena perlawanan, misalnya patah tulang, dislokasi sendi, keseleo, dan
atau luka memar dari pergelangan tangan atau lengan bawah dapat mendukung adanya
tanda dari korban untuk menangkis pukulan pada wajah atau dada. Termasuk luka
pada bagian ulnar dari tangan dan telapak tangan (yang mungkin digunakan untuk
menahan serangan). Luka lain yang umum ada termasuk luka memar pada punggung,
tungkai bawah, bokong, dan kepala bagian belakang (yang disebabkan karena korban
membungkuk untuk melindungi diri).
Luka lecet yang banyak atau luka memar pada tempat yang berbeda sering
terjadi memperkuat kecurigaan adanya domestic violence. Peta tubuh dapat membantu
penemuan fisik adanya kekerasan termasuk dengan memperhatikan kemungkinan
tanda-tanda kekerasan pada daerah-daerah yang tersembunyi. Terdapatnya luka yang
banyak dengan tahap penyembuhan yang bervariasi memperkuat dugaan adanya
KDRT yang berulang.

2.4 Dampak
Dampak KDRT terhadap Anak menurut Marianne James, Senior Research pada
Australian Institute of Criminology (1994) adalah :

1) Dampak terhadap Anak berusia bayi


Usia bayi seringkali menunjukkan keterbatasannya dalam kaitannya
dengan kemampuan kognitif dan beradaptasi, menyatakan bahwa anak bayi
yang menyaksikan terjadinya kekerasan antara pasangan bapak dan ibu
sering dicirikan dengan anak yang memiliki kesehatan yang buruk,
kebiasaan tidur yang jelek, dan teriakan yang berlebihan. Bahkan
kemungkinan juga anak-anak itu menunjukkan penderitaan yang serius.
Hal ini berkonsekuensi logis terhadap kebutuhan dasarnya yang diperoleh
dari ibunya ketika mengalami gangguan yang sangat berarti. Kondisi ini
pula berdampak lanjutan bagi ketidaknormalan dalam pertumbuhan dan
perkembangannya yang sering kali diwujudkan dalam problem emosinya,
bahkan sangat terkait dengan persoalan kelancaran dalam berkomunikasi.
2) Dampak terhadap anak toddler
Dalam tahun kedua fase perkembangan, Dampak yang terjadi seperti
seringnya sakit, memiliki rasa malu yang serius, dan memiliki masalah
selama dalam pengasuhan, terutama masalah sosial, misalnya : memukul
dan menggigit.
3) Dampak terhadap Anak usia pra sekolah
Cumming (1981) melakukan penelitian tentang KDRT terhadap anak-anak
yang berusia TK, pra sekolah, sekitar 5 atau 6 tahun. Dilaporkannya bahwa
Anak-anak yang memperoleh rasa distress pada usia sebelumnya. Ini dapat
dijelaskan bahwa anak-anak prasekolah yang dipisahkan secara sosial dari
teman sebayanya, bahkan tidak berkesempatan untuk berhubungan dengan
kegiatan atau minat teman sebayanya juga, maka mereka cenderung
memiliki beberapa masalah yang terkait dengan orang dewasa.
4) Dampak terhadap Anak Sekolah
Anak-anak mengalami masalah dalam kesehatan mentalnya, termasuk
didalamnya prilaku anti sosial dan depresi, anak mengalami mimpi buruk,
ketakutan, nafsu makan menurun, lamban dalam belajar, anak akan
mengalami luka, cacat fisik, cacat mental, bahkan kematian, menunjukkan
perubahan perilaku dan kemampuan belajar, memiliki gangguan belajar
dan sulit berkonsentrasi, selalu curiga dengan orang lain.
5) Dampak kekerasan dalam rumah tangga pada dewasa (istri)
a Kekerasan fisik langsung atau tidak langsung dapat mengakibatkan
istri menderita rasa sakit fisik dikarenakan luka sebagai akibat
tindakan kekerasan tersebut
b Kekerasa seksual mengakibatkan menurunkan atau bahkan
hlangnya gairah seks, karena istri menjadi ketakutan
c Kekerasan psikologis dapat berdampak istri merasa tertekan, shock,
trauma, rasa takut, marah meningkat, meledak-ledak, depresi.
d Kekerasan ekonomi mengakibatkan terbatasnya pemenuhan
kebutuhan sehari-hari yang diperlukan istri dan anaknya.
6) Dampak kekerasan dalam rumah tangga pada lansia :
a Merasa tidak dihargai
b Merasa gagal mendidik anak
2.5 Pencegahan
1. Pencegahan primer : dengan cara memberikan penguatan pada individu dan
keluarga dengan membangun koping yang efektif dalam menghadapi stress dan
menyelesaikan masalah tanpa menggunakan kekerasan.
2. Pencegahan sekunder : dengan cara mengidentifikasi keluarga dengan resiko
kekerasan, penelataran, atau eksploitasi terhadap anggota keluarga, serta
melakukan deteksi dini terhadap keluarga yang mulai menggunakan kekerasan.
3. Pencegahan tersier : dilakukan dengan cara menghentikan tindak kekerasan yang
terjadi bekerja sama dengan badan hukum yang berwenang untuk menangani
kasus kekerasan.
4. Menyelenggarakan pendidikan orang tua untuk dapat menerapkan cara mendidik
dan memperlakukan anak-anaknya secara humanis.
5. Memberikan keterampilan tertentu kepada anggota keluarga untuk secepatnya
melaporkan ke pihak lain yang diyakini sanggup memberikan pertolongan, jika
sewaktu-waktu terjadi kekerasan dalam rumah tangga.
6. Mendidik anggota keluarga untuk menjaga diri dari perbuatan yang mengundang
terjadinya kekerasan dalam rumah tangga.
7. Membangun kesadaran kepada semua anggota keluarga untuk takut kepada akibat
yang ditimbulkan dari kekerasan dalam rumah tangga.
8. Membekali calon suami istri atau orangtua baru untuk menjamin kehidupan yang
harmoni, damai, dan saling pengertian, sehingga dapat terhindar dari perilaku
kekerasan dalam rumah tangga.
9. Mendidik, mengasuh, dan memperlakukan anak sesuai dengan jenis kelamin,
kondisi, dan potensinya.
10. Menunjukkan rasa empati dan rasa peduli terhadap siapapun yang terkena
kekerasan dalam rumah tangga, tanpa sedikitpun melemparkan kesalahan
terhadap korban kekerasan dalam rumah tangga.
11. Perlu nya keimanan yang kuat dan aklaq yang baik juga berpegang teguh pada
agama nya masing-masing, sehingg kekerasan dalam rumah tangga tidak terjadi.
12. Harus ada nya komunikasi yang baik antar suami dan juga istri agar tercipta
sebuah rumah tangga yang rukun, harmonis.
13. Seorang istri mampu mengkoordinir berapa pun keuangan yang ada dalam
keluarga, sehingga seorang istri dapat mengatasi apabila terjadi pendapatan
keluaga yang minim, sehingga kekurangan enkonomi yang minim dapat teratasi.
2.6 Tipe Kekerasan
1. Secara fisik, yaitu menampar, memukul, menjambak rambut, menendang,
menyundut
dengan rokok, melukai dengan senjata, dan sebagainya.
2. Secara psikologis, yaitu penghinaan, komentar-komentar yang merendahkan,
melarang
istri mengunjungi saudara atau teman-temannya, mengancam akan
dikembalikan ke
rumah orang tuanya, dan sebagainya.
3. Secara seksual (marital rape), yaitu kekerasan dalam bentuk pemaksaan dan
penuntutan
hubungan seksual.
4. Secara ekonomi, yaitu tidak memberi nafkah istri, melarang istri bekerja, atau
membiarkan istri bekerja untuk dieksploitasi (Yusuf,2015)

2.7 Peran Perawat


1. Peran sebagai pendidik (educator)
Meningkatkan pengetahuan ibu dan keluarga mengenai kekerasan dalam rumah
tangga khususnya mengenai pengertian, jenis, serta dampak.
2. peran sebagai pemberi konseling (counselor)
Disini perawat maternitas dapat berperandengan fokus meningkatkan harga diri
korban, memfasilitasi ekspresi perasaan korban dan terutama untuk
memberikan informasi dan dukungan agar korban korban dapat mengambil
langkah pengamanan. konseling tidak hanya ditujukan untuk perempuan korban
kekerasan dalam rumah tangga. tetapi juga untuk pelaku. tujuannya adalah
untuk mendorong pelaku untuk mengambil tanggung jawab dalam
menghentikan tindak kekerasan dan meningkatkan kualitas hidupnya sendiri.
3. Peran sebagai pemberi pelayanan keperawatan (caregiver)
peran perawat maternitas sebagai pemberi pelayanan keperawatan adalah
memberikan asuhan keperawatan mulai dari pengkajian hingga pemberian
inteervensi dan evaluasi.perawat harus meningkatkan kepekaan dengan tidak
mengabaikan tanda- tanda bekas perlakuan kekerasan, secara cepat dan dapat
mengidentifikasikan masalah, menentukan apakah wanuta terebut
membutuhkan penanganan medis ataupun terapi khusus.
4. Peran sebagai penemu kasus dan peneliti (case finder researcher) meningkatkan
riset dan pendalaman dalam aspek prevensi, promosi dan deteksi dini.
5. Peran sebagai pembela (advokat)
berperan sebagai advokat, perawat harus senantiasa terbuka untuk suatu kerja
sama yang baik dengan lembaga penyedia layanan pendampingan dan bantuan
hukum, mengadakan pelatihan mengenai perlindungan pada korban tindak
kekerasan dalam rumah tangga, melatih kader- kader (LSM) untuk mampu
menjadi pendampingan korban kekerasan.
6. Memeriksa kesehatan korban sesuai dengan standar profesi (anjurkan segera
lakukan pemeriksaan visum), Pengaduan dan visum terhadap KDRT berupa
kekerasan fisik memang sebaiknya dilakukan sesegera mungkin, seketika
setelah KDRT terjadi. Hal ini agar tanda-tanda fisik bekas penganiayaan tidak
keburu hilang.
7. Memberikan informasi mengenai hak-hak korban untuk mendapatkan
perlindungan dari kepolisian dan penetapan perintah perlindungan dari
pengadilan.
8. Mengantarkan korban ke rumah aman atau tempat tinggal alternatif (Ruang
Pelayanan Khusus).
9. Melakukan koordinasi yang terpadu dalam memberikan layanan kepada korban
dengan pihak kepolisian, dinas sosial, serta lembaga sosoal yang dibutuhkan
korban Sosialisasi Undang-Undang KDRT kepada keluarga dan masyarakat.
WOC

Resiko Perilaku Kekerasan

Isolasi Sosial : Menarik Diri

Harga Diri Rendah

Koping Individu Inefektif


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

I. IDENTITAS KLIEN / DATA BIOGRAFI


Nama : Ny. N No.CM 65438
Alamat : Ds. Talun, Kec. Pakel, Tulungagung
Telp. : 77778657
Tempat/tanggal lahir : Tulungagung, 1 Juli 1970
Suku/bangsa : Jawa/Indonesia
Agama : Islam
Status perkawinan : Kawin
Pendididkan terakhir : SD
Pekerjaan : Tidak bekerja
Penanggung jawab/orang paling dekat yang dapat dihubungi :
Nama : Ny. A
Alamat : Ds. Talun, Kec. Pakel, Tulungagung
Umur : 22 th
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Adik Kandung Pasien

II. ALASAN MASUK RUMAH SAKIT


Keluarga membawa ke RSJ karena mereka sudah kuwalahan mengendalikan pasien
yang sering menyendiri, tidak mau diajak berbicara, terkadang juga mengamuk dan
sempat hendak melukai dirinya. Pasien juga mudah sekali tersinggung serta
menghindar dari orang lain. Menurut keluarganya, pasien mulai menyendiri sejak
sering mengalami KDRT oleh suaminya selama bertahun-tahun. Sebelumnya keluarga
sudah membawanya ke orang pintar(paranormal) di desanya namun pasien malah lebih
sering mengamuk setelah dibawa kesana.

III. FAKTOR PRESIPITASI


Pasien mulai menyendiri sejak sering mengalami KDRT oleh suaminya selama
bertahun-tahun. Sebelumnya keluarga sudah membawanya ke orang
pintar(paranormal) di desanya namun pasien malah lebih sering mengamuk setelah
dibawa kesana.
IV. FAKTOR PREDISPOSISI
1. Pernah mengalami gangguan jiwa dimasa lalu : Tidak
2. Pengobatan sebelumnya : -
3.
Pengalaman masa lalu yang
tidak menyenangkan Pelaku Usia Korban Usia Saksi Usia
Aniaya fisik Suami - Pasien 32 th Adik 22 th
pasien
Aniaya seksual
Penolakan
Kekerasan dalam rumah Suami - Pasien 32 th Adik 22 th
tangga pasien
Tindakan kriminal
Lain-lain

Jelaskan
Pasien mengalami KDRT oleh suaminya berupa aniaya fisik, mental dan seksualnya
sejak awal menikah. Pasien mencoba mempertahankan rumah tangganya dan berharap
suaminya bisa berubah namun ternyata seiring berjalannya waktu tindakan kekerasan
yang dialaminya semakin bertambah. Semenjak mengalami KDRT selama bertahun –
tahun tersebut, pasien menjadi sering menyendiri, tidak mau diajak berbicara,
terkadang juga mengamuk dan sempat hendak melukai dirinya.

V. Fisik
1. Tanda-tanda vital :
TD : 130/80.mmHg Nadi : 90x/mnt
Suhu : 36,5 C Respirasi : 20x/mnt
2. Ukur : TB : 170 cm BB : 50 kg (turun)
3. Status kesehatan saat ini :
a. Status kesehatan umum selama setahun yang lalu :
 Fungsi penglihatan : Normal
 Fungsi pendengaran : Normal
 Apakah ada masalah kesehatan /kecacatan yang dapat menganggu
kemandirian sehari-hari,jika ada sebutkan : Tidak
b. Keluhan-keluahan kesehatan utama saat ini : -
c. Pengetahuan/pemahaman dan penatalaksanaan masalah kesehatan dirinya
(misalnya diet khusus, injeksi insulin dsb) :
d. Status kesehatan 5 tahun lalu : -
e. Penyakit yang serius atau kronik yang pernah atau masih di derita : -
f. Perawatan di rumah sakit : Pasien belum pernah di rawat di RS sebelumnya
4. Obat- Obatan Yang Biasa Di Konsumsi
a. Nama obat/ dosis : Actapin
b. Kapan/ bagaimana menggunakannya : 5 bulan lalu
c. Dokter yang mengintruksikan obat : Dokter puskesmas
d. Tanggal resep :-
5. Riawayat Alergi
a. Obat : Tidak ada
b. Makanan : Tidak ada
c. Kontak substansi : Tidak ada
d. Faktor-faktor lingkungan : Suhu dingin

6. Nutrisi
a. Diet khusus/ makanan pantang : Tidak ada
b. Makanaan kesukaan : Soto
c. Pola konsumsi makanan : Menurun sejak sakit
d. Masalah yang mempengaruhi masukan makanan (masalah menelan /mengunyah,
stress emosional atau penyebab liannya ) : stress emosional
e. Kebiasaan-kebiasaan yang berhubungan dengan nutrisi : -
7. Pola Istirahat/Tidur
a. Kebiasaan tidur sebelum di rawat
 Tidur siang : (1 jam );(13:00)
 Tidur malam : (8 jam);(22:00)
b. Kebiasaan tidur setelah di rawat
 Tidur siang : (-);(pasien tidak tidur siang)
 Tidur malam : (5 jam);(23:00)
c. Masalah-masalah lain yang berhubungan dengan kebiasaan istirahat/tidur
,sebutkan :

8. Sistem Pendukung Yang Di Gunakan


a. Dokter yang bisa di kunjungi : Dokter di Puskesmas
b. Sarana pelayanan kesehatan yang biasa di kunjungi : Puskesmas
c. Pelayanan kesehatan di rumah : -
d. Lain-lain :

VI. PSIKOSOSIAL
1. Konsep Diri
a. Citra tubuh : Pasien sangat menyukai rambutnya yang hitam
panjang
b. Identitas : Pasien lebih suka dipanggil “Ibu” drpd nama aslinya
c. Peran : Pasien sering mengikuti kegiatan PKK di desanya
d. Ideal diri : Pasien ingin bertemu dengan anaknya lagi yg sudah
meninggal
e. Harga diri : Pasien merasa dia tidak dihargai dan tidak disayangi
oleh suaminya
2. Riwayat Keluarga
Pasangan :
a. Hidup : Ya
b. AKS : -
c. Status kesehatan : Sehat
d. Umur : 40
e. Pekerjaan/sumber pendapatan untuk pemenuhan kebutuhan : Buruh Tani
f. Jika sudah meninggal kapan meninggalnya : -
g. Penyebab kematian : -

Anak-anak :
a. Jumlah anak :1
b. Nama, alamat & pekerjaan :-
c. Apakah ada anak yang sudah meninggal : Ya
d. Tahun meninggal : 2017
e. Penyebab kematian : Sakit
3. Lingkungan Tempat Tinggal
a. Tipe tempat tinggal : Rumah
b. Jumlah kamar : 2
c. Jumlah orang yang tinggal serumah : 2
d. Orang terdekat : Alm. Anaknya
e. Tetangga terdekat berjarak : 5 m
f. Hambatan dalam berhubungan dengan orang lain : Stress emosional
g. Lain-lain masalah lingkungan tempat tinggalyang beresiko terhadap kondisi
kesehatan klien,sebutkan :
4. Spiritual Dan Rekreasi
a. Spiritual : Kurang
b. Nilai dan keyakinan :-
c. Kegiatan ibadah : Pengajian
d. Rekreasi : -
e. Hobby/minat : Memasak
f. Keanggotaan organisasi : -
g. Kegiatan liburan/rekreasi : -

5. Genogram Dan Riwayat Keluarga


Keterangan :
: Meninggal

: Orang terdekat

: Klien

: Laki – laki

: Perempuan

VII. KEMANDIRIAN DALAM AKTIVITAS KEBUTUHAN SEHARI-HARI

1. Mandi : √ Mandiri Dibantu sebagian Dibantu total


2. Berpakaian : Mandiri √ Dibantu sebagian Dibantu total
3. Ke kamar mandi untuk BAB/BAK, membersihkan diri setelah eliminasi dan
merapikan baju :
Mandiri √ Dibantu sebagian Dibantu total
4. Mobilitas : √ Mandiri Dibantu sebagian Dibantu total

5. Kontinen : √ Mandiri Dibantu sebagian Dibantu total


6. Nutrisi : Mandiri Dibantu sebagian √ Dibantu total

VIII. PENGKAJIAN STATUS KOGNITIF


1. Tanggal, bulan, dan tahun berapa hari ini ?
2. Hari apa sekarang ?
3. Apa nama tempat ini ?
4. Dimana alamat anda ?
5. Berapa umur anda ?
6. Kapan anda lahir ?
7. Siapa Presiden Republik Indonesia saat ini ?
8. Siapa presiden sebelumnya ?
9. Siapa nama kecil ibu anda ?
10. Kurangkan bilangan 20 dengan bilangan 3 dan seterusnya secara menurun sampai
habis.
IX. PENGKAJIAN STATUS MENTAL
1. Penampilan :
Wajar √ Tidak rapi Penggunaan pakaian tidak sesuai

Cara berpakaian tidak seperti biasanya

2. Cara penyesuaian diri dengan lingkungan perawatan :


Manuver aman dan bertujuan

√ Lesu Tegang Gelisah Agresif

3. Cara berkenalan :
Kontak mata, ekspresi wajah sesuai dengan percakapan, memperkenalkan diri
dan menjulurkan tangan

√ Tidak ada kontak mata, menarik diri dan berjabat tangan


√ Tidak menyambut pemeriksa dengan ekspresi bicara dan menjabat tangan
4. Pembicaraan
Kesulitan berespon Cepat Keras Gagap Inkoheren

√ Apatis √ Lambat √ Membisu Bicara Monoton

√ Tidak mampu memulai pembicaraan

5. Gerakan Motorik
Tik √ Grimasen Tremor Kompulsif

6. Alam Perasaan
Stabil dan sesuai dengan situasi

Labil √ Sedih Ketakutan Putus Asa Khawatir

Gembira Berlebihan

7. Afek
Datar √ Tumpul Tidak sesuai

8. Interaksi selama wawancara


Kooperatif √ Tidak Kooperatif √ Mudah Tersinggung

√ Kontak mata kurang Bermusuhan Defensive Curiga


9. Persepsi : Halusinasi
√ Pendengaran Penglihatan Perabaan Pengecapan

Penghidu

10. Proses Pikir


Sirkumstansial Tangensial √ Kehilangan asosiasi

Flight of ideas Blocking Pengulangan Pembicaraan

11. Isi Pikir


√ Obsesi Fobia Hyphokondria Depersonalisasi

Ide yang terkait Pikiran Magis

Waham :
Agama Somatik Kebesaran Curiga Nihilistik

Sisip pikir Siar pikir Kontrol pikir

12. Tingkat kesadaran


√ Bingung Sedasi Berkabut

Disorientasi :

Waktu Tempat √ Orang

13. Perhatian dan Konsentrasi


Mudah beralih √ Tidak mampu berkonsentrasi

Tidak mampu berhitung sederhana

X. MEKANISME KOPING
Mekanisme koping adaptif : -
Mekanisme koping maladaptif : -

XI. KURANG PENGETAHUAN TENTANG


√ Penyakit jiwa Sistem pendukung
Faktor presipitasi √ Penyakit fisik
Koping Obat – oabatan
XII. ASPEK MEDIS
Diagnosa Medis :
Terapi Medis :

XIII. DATA PENUNJANG/LABORATORIUM

Kediri, 12 April 2018


Mahasiswa

NIM.
ANALISA DATA
NO DATA MASALAH
1. DS : Harga Diri Rendah
- Adik pasien mengatakan pasien
sering menyendiri.

DO :
- Ekspresi wajah pasien murung
- Pasien nampak malas, lelah, sukar
tidur dan sering menangis.

2. DS : Isolasi Sosial : Menarik Diri


- Adik pasien mengatakan bahwa
pasien sukar diajak berkomunikasi
- Adik pasien mengatakan bahwa
pasien mudah tersinggung
- Klien mengatakan bahwa dirinya
tidak mampu dan tidak bisa apa – apa
- Klien mengatakan malu terhadap
dirinya dan ingin mengakhiri
hidupnya

DO :
- Pasien terlihat lebih suka menyendiri
- Pasien mudah tersinggung dan suka
menunjukkan sikap bermusuhan
- Pasien tidak suka diganggu
3. DS : Resiko Perilaku Kekerasan
- Adik pasien mengatakan bahwa
pasien sempat hendak melukai
dirinya sendiri

DO :
- Pasien terlihat ingin mengakhiri
hidupnya
- Tatapan pasien nampak tajam
- Pasien sempat mengamuk

4. DS : Kerusakan Intregitas Kulit


- Adik pasien mengatakan bahwa
wajah dan bibir pasien selalu
menjadi sasaran tindakan kekerasan
suaminya

DO :
- Wajah pasien Nampak memar
kebiruan
- Bibir pasien nampak bengkak dan
terdapat luka

DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Harga Diri Rendah b.d terpapar situasi traumatis
2. Isolasi Sosial : Menarik diri b.d harga diri rendah
3. Resiko Perilaku Kekerasan b.d penganiayaan atau pengabaian
4. Gangguan integritas kulit b.d faktor mekanis
INTERVENSI
Nama : Ny.N No. CM : 65438
Jenis Kelamin : Perempuan Dx. Medis :
Ruang : Flamboyan Unit Keswa :

Tgl Dx Tujuan Kriteria Evaluasi Rencana Keperawatan


Keperawat
an
Harga Diri TUM : Setelah 1x interaksi, 1.1 Bina hubungan saling
Rendah Klien memiliki klien menunjukkan percaya dengan
konsep diri ekspresi wajah menggunakan prinsip
yang positif bersahabat, komunikasi terapeutik
menunjukkan rasa :
TUK 1 : senang mau berjabat a. Sapa klien dengan
Klien dapat tangan, mau ramah baik verbal
membina menyebutkan nama, maupun non verbal
hubungan mau menjawab b. Perkenalan diri dengan
saling percaya salam, klien mau sopan
dengan duduk berdampingan c. Tanyakan nama
perawat dengan perawat, mau lengkap dan nama
mengutarakan panggilan yang
masalah yang disukai pasien
dihadapi. d. Jelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Tunjukan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
g. Beri perhatian dan
perhatikan kebutuhan
dasar klien.
TUK 2 : Setelah 2x interaksi 2.1 Diskusikan dengan
Klien dapat klien menyebutkan : klien tentang :
mengidentifika a. Aspek positif dan a. Aspek positif yang
si aspek positif kemampuan yang dimiliki klien,
& kemampuan dimiliki keluarga, lingkungan
yang dimuliki b. Aspek positif b. Kemampuan yang di
keluarga miliki klien
c. Aspek positif 2.2 Bersama klien buat
lingkungan daftar tentang :
a. Aspek positif klien,
keluarga, lingkungan
b. Kemampuan yang
dimiliki klien
2.3 Beri pujian realistis,
dan hindari
mmemberi penilaian
yang negatif
TUK 3 : Setelah 3x interaksi 3.1 Diskusikan dengan
Klien dapat klien menyebutkan klien kemampuan yang
menilai kemampuan yang dapat dilaksanakan &
kemampuan dapat dilaksanakan digunakan selama sakit
yang dimiliki 3.2 Diskusikan
untuk kemampun yang
dilaksanakan masih dapat
dilanjutkan
pelaksanaanya setelah
klien pulang dengan
kondisinya saat ini

TUK 4 : Setelah 4x interaksi 4.1 Rencanakan bersama


Klien dapat klien membuat klien aktivitas yang
merencanakan rencana kegiatan dapat dilakukan setiap
kegiatan sesuai harian hari sesuai
dengan kemampuan klien :
kemampuan a. Kegiatan mandiri
yang dimiliki b. Kegiatan dengan
bantuan
4.2 Tingkatkan kegiatan
sesuai kondisi klien
4.3 Beri contoh cara
pelaksanaan kegiatan
yang dapat klien
lakukan

TUK 5 : Setelah 2x interaksi 5.1 Anjurkan klien untuk


Klien dapat klien melakuykan melaksanakan
melakukan kegiatan sesuai kegiatan yang telah
kegiatan sesuai jadwal yang dibuat direncanakan
rencana yang 5.2 Pantau kegiatan yang
dibuat. dilaksanakan klien.
5.3 Beri pujian atas usaha
yang dilakukan klien
5.4 Diskusikan
kemungkinan
pelaksanaan kegiatan
setelah pulang
TUK 6 : Setelah 2x interaksi 6.1 Beri pendidikan
Klien dapat klien memanfaatkan kesehatan pada
memanfaatkan system pendukung keluarga tentang cara
system yang ada di keluarga melawan klien dengan
pendukung harga diri rendah
yang ada 6.2 Bantu keluarga
memberikan
dukungan selama
klien dirawat
6.3 Bantu keluarga
menyiapkan
lingkungan di rumah.
Isolasi TUM : Setelah 3x pertemuan 1.1 Bina hubungan saling
Sosial : Klien dapat klien dapat menerima percaya dengan :
Menarik berinteraksi kehadiran perawat. a. Sapa klien dengan
Diri dengan orang Klien dapat ramah, baik verbal
lain mengungkapkan maupun non verbal
TUK 1 : perasaan dan b. Perkenalkan diri
Klien dapat keberadaannya saat dengan sopan
membina ini secara verbal c. Tanyakan nama
hubungan - Klien mau lengkap klien dan
saling percaya menjawab nama panggilan yang
salam disukai klien
- Ada kontak d. Jelaskan tujuan
mata pertemuan
- Klien mau e. Buat kontrak interaksi
berjabat yang jelas
tangan f. Jujur dan tepati janji
- Klien mau g. Tunjukkan sikap
berkenalan empati dan menerima
- Klien mau klien apa adanya
menjawab h. Beri perhatian pada
pertanyaan klien dan perhatikan
- Klien mau kebutuhan dasar klien
duduk
berdampinga
n dengan
perawat
- Mau
mengungkap
kan
perasaannya
Isolasi TUK 2 : Setelah 3x interaksi 2.1 Tanyakan pada klien
sosial : Klien mampu klien dapat tentang :
Menarik menyebutkan menyebutkan a. Orang yang tinggal
diri penyebab minimal satu serumah/ teman
menarik diri penyebab menarik sekamar klien
diri dari yang berasal b. Orang yang paling
dari : dekat dengan klien di
- Diri sendiri rumah/ di ruang
- Orang lain perawatan
- Lingkungan c. Apa yang membuat
klien dekat dengan
orang tersebut
d. Orang yang tidak
dekat dengan klien di
rumah/ di ruang
perawatan
e. Apa yang membuat
klien tidak dekat
dengan orang tersebut
f. Upaya yang sudah
dilakukan agar dekat
dengan orang lain
2.2 Kaji pengetahuan
klien tentang perilaku
menarik diri dan tanda
–tandanya
2.3 Diskusikan dengan
klien penyebab
menarik diri atau tidak
mau bergaul dengan
orang lain
2.4 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaannya
Isolasi TUK 3 : Setelah 3x interaksi 3.1 Kaji pengetahuan
Sosial : Klien dapat klien dapat klien tentang manfaat
Menarik menyebutkan menyebutkan dan keuntungan
Diri keuntungan keuntungan bergaul dengan orang
berhubungan berhubungan sosial, lain
dengan orang misalnya 3.2 Beri kesempatan pada
lain dan a. Banyak Teman klien untuk
kerugian tidak b. Tidak Kesepian mengungkapkan
berhubungan c. Bisa Diskusi perasaannya tentang
dengan orang d. Saling Menolong keuntungan
lain. berhubungan dengan
orang lain
Setelah 3x interaksi 3.3 Diskusikan bersama
klien dapat klien tentang manfaat
menyebutkan berhubungan dengan
kerugian tidak orang lain
berhungan dengana 3.4 Beri reinforcement
orang lain misal : positif terhadap
sendiri, tidak punya kemampuan
teman, kesepian, mengungkapkan
tidak ada temannya perasaan tentang
untuk mengobrol, keuntungan
berhubungan dengan
orang lain
3.5 Kaji pengetahuan
klien tentang kerugian
bila tidak
berhubungan dengan
orang lain
3.6 Beri kesempatan pada
klien untuk
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian bila tidak
berhubungan dengan
dengan orang lain
3.7 Diskusikan bersama
klien tentang kerugian
tidak berhubungan
dengan orang lain
3.8 Beri reinforcement
positif terhadap
kemampuan
mengungkapkan
perasaan tentang
kerugian tidak
berhubungan dengan
orang lain
Isolasi TUK 4 Setelah 3x interaksi 4.1 Observasi perilaku
Sosial : Klien dapat klien dapat klien saat berhungan
Menarik melaksanakan melaksanakan dengan orang lain
Diri hubungan hubungan sosial 4.2 Beri motivasi dan
sosial secara secara bertahap bantu klien untuk
bertahap dengan : berkenalan /
a. Klien – Perawat berkomunikasi dengan
b. Klien – Perawat – orang lain melalui :
Perawat Lain a. Klien – Perawat
c. Klien – Perawat – b. Klien – Perawat –
Perawat Lain – Klien Perawat Lain
lain c. Klien – Perawat –
d. Klien – Kelompok Perawat Lain – Klien
kecil lain
e. Klien – Keluarga / d. Klien – Kelompok
Kelompok / kecil
Masyaralat e. Klien – Keluarga /
Kelompok /
Masyaralat
4.3 Beri Reinforcement
positif terhadap
keberhasilan yang
telah dicapai
4.4 Bantu klien
mengevaluasi manfaat
berhungan dengan
orang lain
4.5 Motivasi dan libatkan
klien untuk mengikuti
Terapi Aktivitas
Kelompok Sosialisasi
4.6 Diskusikan jadwal
kegiatan harian yang
dapat dilakukan untuk
meningkatkan
kemampuan klien
bersosialisasi
4.7 Beri motivasi klien
untuk melakukan
kegiatan sesuai
dengan jadwal yang
telah dibuat
4.8 Beri pujian terhadap
kemampuan klien
memperluas
pergaulannya melalui
aktivitas yang
dilaksanakan
Isolasi TUK 5 Setelah 3x interaksi 5.1 Dorong klien untuk
Sosial : Klien mampu klien dapat mengungkapkan
Menarik mengungkapka mengungkapkan perasaannya setelah
Diri n perasaannya perasaan setelah berhungan dengan
setelah berhubungan dengan dengan orang lain/
berhubungan orang lain untuk : kelompok
dengan orang a. Diri sendiri 5.2 Diskusikan dengan
lain b. Orang lain klien manfaat
c. Kelompok berhubungan dengan
orang lain
5.3 Beri reinforcement
positif atas
kemampuan klien
mengungkapkan
perasaan manfaat
berhubungan dengan
orang lain

Isolasi TUK 6 Setelah 2x pertemuan 6.1 Diskusikan


Sosial : Klien keluarga dapat pentingnya peran serta
Menarik mendapat menjelaskan tentang keluarga sebagai
Diri dukungan : pendukung untuk
keluarga dalam a. Pengertian mengatasi perilaku
memperluas menarik diri menarik diri
hubungan b. Tanda dan gejala 6.2 Diskusikan dengan
sosial menarik diri anggota keluarga
c. Penyebab dan tentang
akibat menarik diri a. Perilaku menarik
d. Cara merawat diri
klien menarik diri b. Tanda dan gejala
menarik diri
c. Penyebab perilaku
Setelah 2x pertemuan menarik diri
keluarga dapat d. Cara keluarga
mempraktikkan cara menghadapi klien
merawat klien yang sedang menarik
menarik diri diri
6.3 Diskusikan potensi
keluarga untuk
membantu klien
mengatasi perilaku
menarik diri
6.4 Latih keluarga cara
merawat klien
menarik diri
6.5 Tanyakan perasaan
keluarga setelah
mencoba cara yang
dilatihkan
6.6 Dorong anggota
keluarga untuk
memberikan
dukungan kepada
klien berkomunikasi
dengan orang lain
6.7 Anjurkan anggota
keluarga untuk secara
rutin dan bergantian
mengunjungi klien
minimal 1x seminggu
6.8 Beri reinforcement
atas hal – hal yang
telah dicapai dan
keterlibatannya
keluarga merawat
klien di rumah sakit

Isolasi TUK 7 Setelah 3x interaksi 7.1 Diskusikan dengan


Sosial : Klien dapat klien menyebutkan : klien tentang manfaat
Menarik memanfaatkan a. Manfaat minum dan kerugian tidak
Diri obat dengan obat minum obat, nama,
baik b. Kerugian tidak warna, dosis, cara,
minum obat efek terapi, dan efek
c. Nama, warna, samping pengunaan
dosis, efek terapi obat
dan efek samping 7.2 Pantau klien saat
obat penggunaan obat
7.3 Anjurkan klien minta
Setelah 2x interaksi sendiri obat pada
klien perawat agar dapat
mendemonstrasikan merasakan
penggunaan obat dan manfaatnya
menyebutkan akibat 7.4 Beri pujian jika klien
berhenti minum obat menggunakan obat
tanpa konsultasi dengan benar
dokter 7.5 Diskusikan akibat
berhenti minum obat
tanpa konsultasi
dengan dokter
7.6 Anjurkan klien untuk
konsultasi kepada
dokter/perawat jika
terjadi hal – hal yang
tidak diinginkan
Resiko TUM : Setalah 2x pertemuan 1.1 Bina hubungan saling
Perilaku Klien dapat klien meunjukan percaya dengan :
Kekerasan mengontrol tanda-tanda percaya a. Beri salam setiap
perilaku pada perawat:m interaksi
kekerasannya a. Wajah b. Perkenalkan nama,
cerah,tersenyu nama panggilan
TUK 1 : b. Mau berkenalan dan tujuan perawat
Klien dapat c. Ada kontak mata berinteraksi.
membina d. Bersedia c. Tanyakan dan
hubungan menceritakan panggil nama
saling percaya perasaan kesukaan pasien.
d. Ciptakan
lingkungan yang
tenang.
e. Tunjukkan sikap
empati, jujur dan
menepati janji
setiap kali
berinteraksi.
f. Buat kontrak
interaksi yang
jelas.
g. Tanyakan
perasaan klien dan
masalah yang
dihadapi klien.
h. Bantu klien
mengungkapkan
perasaan
jengkel/kesal.
i. Dengarkan dengan
penuh perhatian
ungkapan perasaan
klien.

TUK 2 : Setelah 2x pertemuan 2.1 Bantu klien


Klien dapat klien menceritakan mengungkapkan
mengidentifika penyebab perilaku perasaan marahnya :
si penyebab kekerasan yang a. Beri kesempatan
perilaku dilakuknnya : pada klien untuk
kekerasan yang a. Menceritakan menceritakan
dilakukannya. penyebab penyebab rasa
jengkel/kesal baik kesal atau
diri sendiri jengkelnya.
maupun b. Dengarkan tanpa
lingkungannya meyela atau
memberi penilaian
setiap ungkpan
perasaan klien.

TUK 3 : Setelah...xpertemuan 3.1 Anjurkan klien


klien menceritakan mengungkapkan yang
Klien dapat tanda-tanda saat dialami dan dirasakan
mengidrntifika perilaku kekerasan : saat jengkel/kesal.
si tanda-tanda a. Tanda fisik : mata 3.2 Bantru klien
perilaku merah, tangan mengungkapkan
kekerasan. mengepal, ekspresi tanda-tanda perilaku
tegang, dan lain- kekerasan yang
lain. dialaminya :
b. Tanda emosional : a. Motivasi klien
perasaan marah, menceritakan
jengkel, bicara kondisi fisik
kasar. (tanda-tanda fisik)
c. Tanda sosial : saat perilaku
bermusuhan yang kekerasan terjadi.
dialami saat terjadi b. Motivasi klien
perilaku menceritakan
kekerasan. kondisi emosinya
(tanda-tanda
emosional) saat
terjadi perilaku
kekerasan.
c. Motivasi klien
menceritakan
kondisi hubungan
dengan orang lain
(tanda-tanda sosial
) saat terjadi
perilaku
kekerasan.
3.3 Observasi tanda-tanda
perilaku kekerasan
pada klien.
3.4 Simpulkan bersama
klien tanda-tanda
jengkel/kesal yang
dialami klien.
TUK 4 : Setelah 2x pertemuan 4.1 Diskusikan dengan
Klien dapat klien menjelaskan : klien perilaku
mengidentifika a. Ekspresi kekerasan yang
si perilaku kemarahan yang selama ini dilakukan
kekerasan yang selama ini telah klien :
pernah dilakukannya. a. Motivasi klien
dilakukannya. b. Perasaan saat menceritakan
melakukan jenis-jenis tindak
kekerasan. kekerasan yang
c. Efektivitas cara selama ini pernah
yang dipakai dilakukannya.
dalam b. Motivasi klien
menyelesaikan menceritakan
masalah. perasaan klien
setelah tindak
kekerasan tersebut
terjadi.
c. Diskusikan apakah
dengan tindak
kekerasan yang
dilakukannya
masalah yang
dialami teratasi.
TUK 5 : Setelah 2x pertemuan 5.1 Diskusikan dengan
Klien dapat klien menjelaskan klien akibat negatif
mengidentifika akibat tindak (kerugian) cara yang
si akibat kekerasan yang dilakukan pada:
perilaku dilakukannya : a. Diri sendiri.
kekerasan a. Diri sendiri : b. Orang
tersebut. luka, dijauhi lain/keluarga.
teman, dll. c. Lingkungan.
b. Orang 5.2 Motivasi klien
lain/keluarga : menyimpulkan akibat
luka, cara yang digunakan
tersinggung, klien.
ketakutan. 5.3 Tanyakan pada klien
c. Lingkungan : “apakah ia ingin
barang atau mempelajari cara baru
benda rusak, dll. yng sehat ?” untuk
mengontrol rasa
marah/jengkel.

TUK 6 : Setelah 2x pertemuan 6.1 Diskusikan dengan


Klien dapat klien dapat : klien :
mengidentifika a Menjelasakan a Apakah klien mau
si cara cara yang sehat mempelajari cara baru
konstruktif mengungkapkan mengungkapkan
dalam marah (cara fisik, marah yang sehat.
mengungkapka verbal,sosial,spiri b Jelaskan berbagai
n kemarahan. tual). alternatif pilihan untuk
b Mempraktikan mengungkpkan marah
cara marah yang selain prilaku
sehat secara kekerasan yang
fisik,verbal,sosial diketahui klien.
,spiritual. c Jelaskan cara-cara
sehat untuk
mengungkapkan
marah :
1. Cara fisik :
tarik nafas
dalam jika
sedang kesal,
pukul
bantal/kasur,ol
ah
raga,melakuka
n kegiatan.
2. Verbal :
mengungkapk
an bahwa
dirinya sedang
kesal kepada
orang lain.
3. Sosial : latihan
asertif dalam
kelompok cara
marah yang
sehat.
4. Spiritual :
sembahyang/d
oa,zikir,medita
si,dsb sesuai
keyakinan
agamanya
masing-
masing.
TUK 7 : Setelah 2x pertemuan 7.1 Diskusikan cara yang
Klien dapat klien memperagakan mungkin dipilih dan
mendemonstra cara mengontrol anjurkan kepada klien
sikan cara prilaku kekerasan memilih cara yang
mengontrol dengan cara : mungkin
perilaku a. Fisik mengungkapkan
kekerasan. b. Verbal kemarahan.
c. Sosial 7.2 Latih klien
d. Spiritual memperagakan cara
yang dipilih :
a Peragakan cara
melaksanakan cara
yang dipilih.
b Jelaskan manfaat cara
tersebut.
c Anjurkan klien
menirikan peragaan
yang sudah dilakukan.
7.3 Anjurkan klien
menggunakan cara
yang sudah dilatih saat
marah/jengkel.
7.4 Susun jadwal untuk
melakukan cara yang
telah dipelajari.
7.5 Beri pujian kapada
klen jika klien dapat
melakukan cara marah
yang sehat.

TUK 8 : Setelah 2x 8.1 Jelaskan obat yang


Klien pertemuan klien diminum klien :
menggunakan menjelaskan : a Jenis obat (nama,warna
obat dengan a Manfaat minum dan bentuk obat).
benar sesuai obat. b Dosis yang tepat untuk
peogram yang b Kerugian bila klien.
telah tidak minum obat. c Waktu dan cara
ditetapkan. c Nama obat. pemakaian.
d Bentuk dan warna d Efek yang akan
obat. dirasakan klien.
e Dosis yang 8.2 Diskusikan manfaat
diberikan minum obat dan
kepadanya. kerugian bila tidak
f Waktu pemakaian. minum obat tanpa ijin
g Cara pemakaian. dokter.
h Efek yang 8.3 Jelaskan prinsip lima
dirasakan. benar : bener
klien,dosis,waktu,obat
dan caranya.
8.4 Jelaskan manfaat
minum obat.
8.5 Anjurkan klien
meminta sendiri
obatnya dan minum
obat tepat waktu.
8.6 Anjurkan klien
melapor pada
perawat/dokter jika
merasakan efek tidak
menyenagkan.
8.7 Beri pujian bila klien
meminum obat dengan
benar.
TUK 9 : Setelah 2x 9.1 Identifikasi
Klien pertemuan keluarga : kemampuan keluarga
mendapat a Menjelaksan cara dalam merawat klien
dukungan merawat klien dari sikap yang telah
keluarga untuk dengan perilaku dilakukan keluarga
mengontrol kekerasan terhadap klien selama
perilaku b Mengungkapkan ini.
kekerasan. rasa puas dalam 9.2 Diskusikan peran serta
merawat klien. pentingnya keluarga
sebagai pendukung
klien untuk mengatasi
perilaku kekerasan.
9.3 Diskukikan potensi
keluarga untuk
membantu klien
mengatasi perilaku
kekerasan.
9.4 Jelaskan
pergertian,penyebab,
akibat dan cara
merawat klien
perilaku kekerasan
yang dapat
dilaksanakan oleh
keluarga.
9.5 Peragakan cara
merawat klien
(meangani perilaku
kekerasan).
9.6 Beri kesempatan
keluarga untuk
memperagakan ulang.
9.7 Beri pujian kepada
keluarga setelah
peragaan.
9.8 Tanyakan perasaan
keluargasetelah
mencoba cara yang
telah dilatihkan.
Kerusakan
Integritas
Kulit

IMPLEMENTASI
Tgl& Jam Dx Implementasi Nama dan TTD
Keperawatan
13 April Harga Diri 1.2 Membina hubungan saling
2018 Rendah
percaya dengan menggunakan
prinsip komunikasi terapeutik
:
a. Menyapa klien dengan ramah
baik verbal maupun non
verbal
b. Memperkenalan diri dengan
sopan
c. Menanyakan nama lengkap
dan nama panggilan yang
disukai pasien
d. Menjelaskan tujuan
pertemuan
e. Jujur dan menepati janji
f. Menunjukan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
g. Memberi perhatian dan
perhatikan kebutuhan dasar
klien.
2.1 Mendiskusikan dengan klien
tentang :
a. Aspek positif yang dimiliki
klien, keluarga, lingkungan
b. Kemampuan yang di miliki
klien
2.2 Bersama klien buat daftar
tentang :
a. Aspek positif klien, keluarga,
lingkungan
b. Kemampuan yang dimiliki
klien
2.3 Memberi pujian realistis, dan
hindari mmemberi penilaian yang
negatif
15 April Isolasi Sosial 1.2 Membina hubungan saling
2018
percaya dengan :
a. Menyapa klien dengan ramah,
baik verbal maupun non
verbal
b. Memperkenalkan diri dengan
sopan
c. Menanyakan nama lengkap
klien dan nama panggilan
yang disukai klien
d. Menjelaskan tujuan
pertemuan
e. Membuat kontrak interaksi
yang jelas
f. Jujur dan tepati janji
g. Menunjukkan sikap empati
dan menerima klien apa
adanya
h. Memberi perhatian pada klien
dan perhatikan kebutuhan
dasar klien
2.1 Menanyakan pada klien
tentang :
a. Orang yang tinggal serumah/
teman sekamar klien
b. Orang yang paling dekat
dengan klien di rumah/ di
ruang perawatan
c. Apa yang membuat klien
dekat dengan orang tersebut
d. Orang yang tidak dekat
dengan klien di rumah/ di
ruang perawatan
e. Apa yang membuat klien
tidak dekat dengan orang
tersebut
f. Upaya yang sudah dilakukan
agar dekat dengan orang lain
2.2 Mengkaji pengetahuan klien
tentang perilaku menarik diri
dan tanda –tandanya
2.3 Mendiskusikan dengan klien
penyebab menarik diri atau
tidak mau bergaul dengan
orang lain
2.4 Memberi pujian terhadap
kemampuan klien
mengungkapkan perasaannya

17 April Risiko Perilaku 1.2 Membina hubungan saling


2018 Kekerasan
percaya dengan :
a. Memberi salam setiap
interaksi
b. Memperkenalkan nama,
nama panggilan dan
tujuan perawat
berinteraksi.
c. Menanyakan dan panggil
nama kesukaan pasien.
d. Menciptakan lingkungan
yang tenang.
e. Menunjukkan sikap
empati, jujur dan menepati
janji setiap kali
berinteraksi.
f. Membuat kontrak
interaksi yang jelas.
g. Menanyakan perasaan
klien dan masalah yang
dihadapi klien.
h. Membantu klien
mengungkapkan perasaan
jengkel/kesal.
i. Mendengarkan dengan
penuh perhatian ungkapan
perasaan klien.
2.1 Membantu klien
mengungkapkan perasaan
marahnya :
a. Memberi kesempatan pada
klien untuk menceritakan
penyebab rasa kesal atau
jengkelnya.
b. Mendengarkan tanpa
meyela atau memberi
penilaian setiap ungkpan
perasaan klien

13 April
2018
EVALUASI
NO DIAGNOSA TANGGAL EVALUASI
1. Harga Diri Rendah 18 april 2018 S:
- Adik pasien mengatakan pasien
masih menyendiri.

O:
- Ekspresi wajah pasien sudah tidak
murung
- Pasien tak menangis lagi
- Pasien masih malas

A : Masalah teratasi sebagian

P : Intervensi dilanjutkan

2. Isolasi Sosial : 18 april 2018 S:


- Klien tak lagi mengatakan bahwa
Menarik Diri
dirinya tidak mampu dan tidak bisa
apa – apa
- Klien tak lagi mengatakan malu
terhadap dirinya dan ingin
mengakhiri hidupnya

O:
- Pasien masih suka menyendiri
- Pasien tak lagi menunjukkan sikap
bermusuhan
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
3. Resiko Perilaku S:
- Adik pasien mengatakan bahwa
Kekerasan
pasien sempat hendak melukai
dirinya sendiri
O:
- Pasien tak lagi terlihat ingin
mengakhiri hidupnya
- Tatapan pasien sudah tak tajam
- Pasien tidak lagi mengamuk
A : Masalah teratasi sebagian
P : Intervensi dilanjutkan
BAB IV
PENUTUP

4.1 Kesimpulan

Kekerasan Dalam Rumah Tangga adalah setiap perbuatan pada seseorang


terutama pada perempuan dalam bentuk penganiayaan fisik, emosional, seksual pada
anak, pengabaian anak dan lansia yang berakibat timbulnya kesengsaraan, kekerasan
dalam lingkup rumah tangga. Yang ditandai dengan hubungan antar anggota keluarga
yang diwarnai dengan penyiksaan secara verbal, tidak adanya kehangatan.
Kekerasan dalam rumah tangga terjadi karena adanya beberapa faktor yaitu faktor
individual, sosio budaya, ekonomi, religi. Kekerasan dalam rumah tangga dapat berupa
kekerasan fisik, psikologi, seksual, dan penelantaran rumah tangga. Kekerasan dalam
rumah tangga bisa berdampak pada korban seperti sakit fisik, cacat mental, merasa
ketakutan, menurunkan seksualitas, keterlambatan dalam belajar, merasa tidak
dihargai, depresi, dan bisa berakibat kematian.

4.2 Saran

Dengan telah membacanya makalah ini, mahasiswa/I diharapkan dapat mengerti,


mengetahui tentang Asuhan Keperawatan Kekerasan dalam Rumah tangga, serta
tindakan-tindakan yang akan diambil dalam membuat Asuhan Keperawatan yang
bermutu dan bermanfaat bagi pasien. Serta dituntut untuk bisa membandingkan antara
teori dan kasus yang terjadi di lapangan atau lahan praktek yang terkadang
ketidaksinkronan dan kesinkronan yang wajar. Semoga bermanfaat bagi semua
mahasiswa dan membantu dalam pembuatan Asuhan Keperawatan kelak.

Anda mungkin juga menyukai