“BRONKITIS KRONIK”
Disusun Oleh :
Dwika Akbar Indrawan
G4A017083
KEPANITERAAN KOMPREHENSIF
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NEGERI JENDRAL SOEDIRMAN
2020
2
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN LONG CASE STUDY
KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA
PUSKESMAS 1 WANGON
BRONKITIS KRONIK
Disusun Oleh :
Dwika Akbar Indrawan
G4A017083
ii
3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………..…………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………. iv
I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA................... 5
II. STATUS PENDERITA………………………………………….. 6
A. Pendahuluan…………………………………………………… 6
B. Identitas Pasien……………………………………………....... 6
C. Anamnesis……………………………………………………... 7
D. Pemeriksaan Fisik……………………………………………… 11
E. Pemeriksaan Penunjang………………………………………... 13
F. Resume…………………………………………………………. 14
G. Diagnostic Holistik……………………………………………… 14
H. Penatalaksanaan Komprehensif…………………………………. 16
I. Prognosis………………………………………………………... 18
J. Flow Sheet………………………………………………………. 18
III. IDENTIFIKASI FUNGSI – FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Holistik ………………………………………………….. 19
B. Fungsi Fisiologis (APGAR) …………………………………….. 19
C. Fungsi Patologis (SCREEM)……………………………………. 21
D. Family Genogram……………………………………………….. 22
E. Pola Interaksi Keluarga…………………………………………. 22
IV. IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku & Nonperilaku Keluarga………..... 23
B. Identifikasi Lingkungan Rumah…………………..…………..... 24
V. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA…….. 26
A. Masalah Medis …………………………………………............ 26
B. Masalah Non Medis…………………………………………….. 26
C. Diagram Permasalahan Pasien………………………………….. 26
D. Matrikulasi Masalah……………………………………………. 27
E. Prioritas Masalah……………………………………………….. 27
F. Alernatif Pemecahan Masalah………………………………...... 28
G. Penentuan Alternatif Terpilih…………………………………… 28
VI. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA
A. Rencana Pembinaan Keluarga…………………………………. 30
B. Hasil Pembinaan Keluarga…………………………………….. 32
C. Hasil Evaluasi………………………………………………….. 32
VII. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………. 35
VIII. RESUME…………………………………………………………. 46
IX. PENUTUP………………………………………………………... 48
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 51
LAMPIRAN…………………………………………………………….. 52
iii
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dapat
menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Bronkithis Kronik” ini. Terima kasih
yang sebesar-besarnya juga penulis haturkan kepada dr. Lily Kusumasita Burkon,
MKK dan dr. Tulus Budi Purwanto selaku pembimbing penulis sehingga laporan
kasus ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih juga penulis tunjukan kepada
segenap dokter-dokter dan civitas Puskesmas I Wangon yang telah memberikan
dukungan baik secara moral dan keilmuan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus ini.
Penulis
iv
5
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang laki-laki
berusia 40 tahun yang datang ke balai pengobatan Puskesmas 1 Wangon. Pasien
ini datang dengan keluhan batuk dan nyeri tenggorokan.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Buruh Material
Pendidikan : SMP
Penghasilan/bulan : Rp 1.000.000 s.d. Rp 1.500.000
Alamat : Desa Klapagading RT 02/RW 07
Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas
Pengantar (Pasien) : Istri
Tanggal Periksa : Selasa, 14 Januari 2020
Keluhan tersebut sudah dirasakan pasien sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
mengaku awalnya batuk hanya muncul beberapa kali namun semakin hari
terasa memberat hingga keluhan batuk muncul setiap hari Keluhan batuk
dirasakan pasien sangat memberat sejak 2 bulan yang lalu dan sudah
mengganggu aktivitas pasien. Batuk dirasakan semakin memberat ketika
pasien beraktivitas di tempat kerja dan terpapar debu/asap rokok, batuk juga
dirasakan memberat saat malam hari dan sesaat setelah makan makanan
yang berminyak. Keluhan batuk dirasakan membaik saat pasien berada di
rumah.
Keluhan lain yang dialami pasien yaitu terkadang muntah saat batuk
sedang memberat, berkeringat saat malam hari, dan nyeri tenggorokan.
Kadang pasien mengeluhkan demam dan nyeri dada saat batuk, keluhan
dada berdebar (-), kaki bengkak (-), mual (-), nafsu makan biasa, penurunan
berat badan (+), keringat pada malam hari (+), kepala pusing (-), mual (-),
muntah (+), nyeri perut (-) BAK dan BAB normal. Pasien merupakan
perokok aktif sejak berusia 17 tahun, dan baru mengurangi kebiasaan
merokok saat keluhan batuk sudah memberat.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan yang sama :diakui, keluhan serupa sejak 1 tahun
yang lalu
b. Riwayat mondok :disangkal
c. Riwayat darah tinggi :disangkal
d. Riwayat kencing manis :disangkal
e. Riwayat penyakit jantung :disangkal
f. Riwayat asma :disangkal
g. Riwayat alergi makanan/obat :disangkal
h. Riwayat Operasi/konsumsi obat :disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat kencing manis : disangkal
c. Riwayat darah tinggi : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
8
sedang duduk dikelas 1 SD. Anak ketika pasien merupakan anak angkat dari
adik istri pasien yang sudah meninggal, sehingga dirawat oleh keluarga
pasien. Hubungan dengan anaknya terjalin baik terbukti dengan komunikasi
dan seringnya anak pasien menengok pasien ke rumah. Hubungan pasien,
istri, dan dengan tetangga sekitar juga harmonis. Tetang pasien mengetahu
identitas pasien dan tempat pasien bekerja saat kami tanyakan. Pasien saat
ini jarang mengikuti kegiatan perkumpulan warga, dikarenakan pasien yang
lebih sering berada diluar kota untuk bekerja.
11. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama : Batuk berdahak
b. Kulit : tidak ada keluhan
c. Kepala : tidak ada keluhan
d. Leher : tidak ada keluhan
e. Mata : tidak ada keluhan
f. Hidung : tidak ada keluhan
g. Telinga : tidak ada keluhan
h. Mulut : tidak ada keluhan
i. Tenggorokan : Nyeri tenggorokan
j. Pernafasan : Batuk berdahak
k. Sistem Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
l. Sistem Gastrointestinal : tidak ada keluhan
m. Sistem Saraf : tidak ada keluhan
n. Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
o. Sistem Genitourinaria : tidak ada keluhan
p. Ekstremitas Atas : tidak ada keluhan
Bawah : tidak ada keluhan
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak serak saat bicara, kesadaran Composmentis, status gizi kesan
kurang.
2. Tanda Vital
12
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan darah lengkap
2. Rontgen Thoraks
3. Pemeriksaan gula darah
4. Kultur dahak
5. Spirometri
14
F. RESUME
Pasien laki-laki usia 40 tahun datang balai pengobatan Puskesmas 1
Wangon untuk karena keluhan batuk yang sering dideritanya. Keluhan tersebut
sudah dirasakan pasien sejak 1 tahun yang lalu dan memberat sejak 2 bulan
yang lalu hingga mengganggu aktivitas pasien. Batuk awalnya kering namun
mulai mengeluarkan dahak sejak 2 bulan yang lalu, dahak berwarna putih
kehijauan namun tidak disertai darah. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada
tenggorokan hingga serak saat mengeluarkan suara. Pasien juga terkadang
muntah saat batuk sedang memberat. Pasien mengaku keluhan batuk semakin
memberat saat pasien berada ditempat kerja dan membaik saat berada di dalam
rumah. Pasien juga mengaku mengalami penurunan berat badan saat keluhan
batuk mulai memberat.Kadang pasien mengeluhkan nyeri dada saat saat batuk
tidak berhenti-berhenti. Pasien merupakan perokok aktif (+)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sedikit
sesak, compos mentis, kesan status gizi kurang. TD : 110/70 mmHg, N: 86
x/menit, irama regular, RR: 27 x/menit, S: 36,6oC. Pemeriksaan fisik
didapatkan adanya pembesaran kelenjar limfe di leher, usaha nafas minimal,
hipersonor pada kedua lapang paru, suara dasar vesikuler memanjang (+/+),
suara tambahan RBK (+/+).
G. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Pasien mengeluh sesak nafas disertai batuk berdahak
Idea : Pasien datang ke puskesmas karena batuk dan nyeri
tenggorokan
Concern : Pasien mengatakan akibat penyakitnya tersebut, pasien
menjadi sulit untuk beraktivitas sehari-hari.
Expectacy : Pasien berharap agar penyakitnya dapat sembuh, sehingga
dapat beraktivitas seperti biasa dengan nyaman.
Anxiety : Pasien cukup gelisah dengan penyakitnya tersebut. Selain itu,
pasien juga mencemaskan tidak bias kembali bekerja
dikarenakan penyakitnya tersebut
15
2. Aspek Klinis
a. Diagnosa Kerja : Bronkitis kronik
b. Gejala klinis : Batuk berdahak, nyeri tenggorokan, keringat
dingin, penurunan berat badan, hipersonor pada kedua lapang paru, suara
dasar vesikuler mema panjang (+/+), suara tambahan RBK (+/+).
c. Diagnosa banding : Tuberculosis (TB), Emfisema. Diabetes Melitus,
Hipertiroid
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Faktor Resiko yang tidak dapat diubah (Unmodiffied)
1) Karakteristik Pasien: Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 40
tahun.
b. Faktor Resiko yang dapat diubah (Modiffied)
1) Status gizi: Riwayat gizi yang kurang akibat diet yang kurang nutrisi
dan bervariasi akibat faktor ekonomi.
2) Perilaku: Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak 23 tahun yang
lalu hingga sekarang.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Rumah pasien yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat (rumah dengan
jendela yang jarang di buka, sirkulasi udara dalam rumah kurang baik).
b. Kebiasaan pasien yang merokok di dalam rumah.
c. Pekerjaan : Pasien bekerja sebagai buruh di toko material sejak 10 tahun
yang lalu. Pasien sering terpapar oleh bahan-bahan material dan pasien
jarang menggunakan APD.
d. Pendidikan: Pendidikan terakhir pasien hanya sampai SMP.
e. Lingkungan : Pasien tinggal di mesh yang berlokasi di pinggir jalan serta
berada dilantai atas dari gudang tempat penyimpanan bahan material.
Sehingga kondisi sekitar kamar pasien sangat berdebu baik dari asap
kendaraan dan debu jalanan, maupun dari bahan material yang berada di
gudang bawah.
16
H. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
a. Initial Plan
Usulan pemeriksaan penunjang:
a. Pemeriksaan darah lengkap
b. Rontgen Thoraks
c. Pemeriksaan gula darah
d. Kultur dahak
e. Spirometri
b. Medikamentosa
1) PO Amoxicillin tablet 500mg/8jam
2) PO Dexamethason tablet 4mg/8jam
3) PO Ambroxol tablet 30 mg/8jam
4) PO Teofilin tablet 150mg/24jam
c. Non Medikamentosa
1) Menggunakan masker saat beraktivitas yang berhubungan dengan
terpapar dengan bahan material dan debu di tempat pasien bekerja
2) Istirahat yang cukup (6 – 8 jam/hari)
3) Penggunaan oksigen, jika sesak hebat
4) Melakukan rehabilitasi Bronkhitis Kronik dengan menjaga pola
pernapasan yang teratur untuk meningkatkan otot pernapasan dan
Endurance exercise
d. KIE (komunikasi, informasi dan edukasi)
1) Edukasi kepada pasien tentang penyakit, penyebab, faktor risko,
perjalanan penyakit, prognosis dari Bronkhitis Kronik.
2) Edukasi kepada pasien untuk menghindari kontak dengan pencetus
kambuhnya penyakit, termasuk kontak debu/asap
17
2. Community Care
Melakukan konseling atau edukasi pada masyarakat di tempat tinggal pasien
tentang Bronkitihis melalui:
a. Edukasi pengetahuan terkait faktor risiko dan gejala, tatalaksana, dan
komplikasi Bronkithis kronik.
b. Edukasi untuk menjaga pola hidup sehat, yaitu dengan menjaga pola
makan, dan melakukan olahraga.
18
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Bentuk keluarga dari Tn. S adalah nuclear family. Tn.S (40 th)
sebagai kepala rumah tangga, Ny. W (40 th) sebagai istri. Saat ini Tn.S
tinggal berlima dengan istri dan ketiga anaknya dalam 1 rumah.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan antara pasien dengan keluarganya harmonis
3. Fungsi Sosial
Pasien sudah mengenal baik tetangga di sekitar rumahnya. Sebagian
tetangga rumah pasien juga merupakan saudara dari pasien itu sendiri,
sehingga komunikasi yang terjalin juga baik.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah kebawah.
Penghasilan keluarga berasal dari pasien yang bekerja sebagai buruh di
took material. Pembiayanan kesehatan keluarga dengan menggunakan
(Kartu Indonesia Sehat) KIS.
Dapat disimpulkan bahwa bentuk keluarga Tn. S adalah nuclear
family. Keluarga Tn. S adalah keluarga yang cukup harmonis, dan
merupakan keluarga dengan perekonomian kelas menengah kebawah.
Keterangan :
1. Economic (+) oleh karena ekonomi keluarga pasien tergolong menengah
kebawah.
2. Education (+) oleh karena pengetahuan pasien dan keluarga tentang
kesehatan terutama tentang penyakitnya masih kurang.
Kesimpulan :
22
Keluarga Tn. S fungsi patologis yang ditemukan antara lain fungsi ekonomi dan
fungsi pendidikan.
D. FAMILY GENOGRAM
Tn.S Ny. W
40 th 40 th
: Laki-laki : Meninggal
: Pasien
Tn. S Ny. W
Anak
Keterangan:
: Hubungan baik
Kesimpulan:
Hubungan antar anggota keluarga di keluarga Tn. S dinilai baik.
Pengetahuan :
Status Gizi: Pengetahuna tentang
Kesan status gizi baik, kesehatan, penyakit, dan
namun pasien mengalami rumah sehat kurang
penurunan berat badan
sejak keluhan memberat.
Pekerjaan:
Personal Habit: Sebagai buruh toko material
Pasien memiliki kebiasaan yang setiap harinya terpapar
merokok sejak muda, dapat Keluarga bahan material dan debu
menghabiskan rokok Tn. S
sekitar 2 bungkus / hari
Lingkungan:
Lingkungan rumah
kurang memenuhi
keriteria rumah sehat.
Diagram 3.1 Faktor Perilaku dan Non Perilaku
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
dan rumah tetangga sekitar 3-4 meter. Lingkungan tempat tinggal Tn, S berada
tengah pemukiman yang berjalan datar. Tempat sampah keluarga diletakkan di
halaman belakang rumah dan dibakar. Kesan kebersihan lingkungan rumah
kurang baik.
Pasien sudah bekerja sebagai buruh toko material selama 10 tahun di
Jakarta dan tinggal di mesh tempat pasien bekerja. Pasien tinggal di kamar
dengan ukuran 2x2 cm tanpa menggunakan pendingin ruangan seperti AC
maupun kipas angina. Pasien mengaku kamar tersebut memiliki jendela dan
ventilasi serta pencahayaan yang cukup, namun kamar mudah berdebu
dikarenakan lokasi kamar pasien yang berada diatas gudang serta di pinggir
jalan. Lingkungan sekitar tempat tingga pasien di Jakarta berada di pinggir jalan
dan dekan dengan gudang penyimpanan bahan material sehingga diakui banyak
debu/polutan.
2. Denah rumah
Rumah pasien memiliki 4 ruangan, yang terdiri dari, 1 ruang tamu dan
keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi.
Kamar
Ruang Tamu dan Tidur
Ruang Keluarga
Dapur
Kamar Kamar
Tidur Mandi
A. MASALAH MEDIS
Bronkithis Kronik
B. MASALAH NONMEDIS
1. Pengetahuan
a. Pengetahuan tentang penyakit bronkitis kronik yang kurang memadai
b. Pendidikan terakhir pasien dan istri hanya sampai S M P
2. Ekonomi
Ekonomi keluarga pasien menengah kebawah.
a. Pasien bekerja hanya sebagai buruh di toko material dengan pendapatan
seadanya
b. Diet sehari-hari pasien hanya nasi, sayur dan lauk pauk seadanya yang
ddibeli di luar rumah, pasien juga gemar mengonsumsi makanan
berminyak seperti gorengan.
3. Lingkungan
Kondisi lingkungan rumah kurang memenuhi kriteria sehat.
a. Ventilasi atau jendela rumah yang jarang dibuka
b. Kondisi mesh di tempat pasien bekerja kurang baik dikarenakan banyak
terdapat polutan berupa debu dan bahan material
c. Kebiasaan pasien dan pegawai di tempat pasien bekerja yang mayoritasnya
memiliki kebiasaan merokok
d. Teman kerja pasien yang memiliki keluhan yang sama namun tidak pernah
memeriksakan diri ke fasilitas kesehatan
27
Pengetahuan tentang
penyakit bronkitis
kronik yang kurang
memadahi
Ekonomi menengah
ke bawah
Tn. S, 40 tahun
dengan bronkitis
Lingkungan rumah kronik
maupun tempat
pekerjaan kurang
memenuhi kriteria
sehat
Kebiasaan merokok
pasien dan jarang
menggunakan APD
D. MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks:
Tabel 5.2 Matrikulasi Masalah
No Daftar Masalah Jumlah
I I T R IxTxR
P S SB Mn Mo Ma
1. Lingkungan rumah dan 5 5 5 3 4 4 4 60
tempat pekerjaan
kurang
memenuhi kriteria
sehat
2. Kebiasaan pasien 5 4 3 3 4 3 4 43,2
merokok dan jarang
memakai APD
Keterangan:
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)
T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (ketersediaan sarana)
Kriteria penilaian:
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
E. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn.
S adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan rumah dan tempat pekerjaan kurang memenuhi kriteria sehat
2. Kebiasaan merokok pasien
3. Pengetahuan terkait penyakit bronkitis yang kurang
M C
(besarnya I V (jumlah biaya
Skor masalah (kelanggengan (kecepatan yang diperlukan
yang dapat selesainya penyelesaia untuk
diatasi) masalah) n masalah) menyelesaikan
masalah)
1 Sangat kecil Sangat tidak Sangat lambat Sangat murah
langgeng
2 Kecil Tidak langgeng Lambat Murah
3 Cukup besar Cukup langgeng Cukup cepat Cukup murah
4 Besar Langgeng Cepat Mahal
5 Sangat besar Sangat langgeng Sangat cepat Sangat mahal
2. Pengoptimalan ventilasi 3 4 3 1 36 2
udara yang ada di rumah
dan sanitasi rumah
(membuka jendela setiap
pagi hari)
4. Sasaran Pembinaan
Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarga yang tinggal
satu rumah.
5. Target Waktu
6. Evaluasi Pembinaan
C. HASIL EVALUASI
1. Input
a. Sasaran
yang diajukan oleh sasaran serta sasaran yang ikut berinteraksi aktif
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh pemateri.
b. Sumber Daya Manusia (Man)
Pemateri yaitu Dwika Akbar Indrawan yang berstatus sebagai dokter
muda di FK Unsoed. Dwika Akbar Indrawan menyampaikan materi yang
berisi definisi, faktor risiko, tanda dan gejala, komplikasi, penanganan
penyakit bronkitis kronik, pola hidup sehat, sanitasi lingkungan yang baik.
c. Sumber Dana (Money)
Pada penyuluhan tidak ada anggaran yang dikeluarkan. Anggaran
hanya dikeluarkan untuk membeli masker yang akan diberikan kepada
pasien untuk digunakan sebagai APD saat bekerja.
d. Cara pelaksanaan suatu kegiatan (Methode)
Metode yang digunakan berupa konseling dan edukasi tentang
penyakit bronkitis kronik, pola hidup sehat, sanitasi lingkungan yang baik.
Kegiatan berisi tanya jawab serta diskusi materi tersebut. Sebelum
kegiatan konseling, dilakukan tanya jawab ringan.
e. Perlengkapan (material)
Ruang tamu di kediaman pasien menjadi tempat memberikan
penyuluhan dan konseling. Pelaksana kegiatan juga menyiapkan
stestoskop dan tensi untuk memeriksa kesehatan pasien kembali.
2. Proses
a. Keberlangsungan acara
Acara diselenggarakan di ruang tamu kediaman pasien yang
berlangsung kondusif. Semua kegiatan terlaksana dengan baik dan
antusiasme peserta baik dibuktikan dengan jumlah pertanyaan yang
diajukan peserta bahkan tidak hanya mengenai bronkitis kronik namun
juga menanyakan seputar penyakit lain yaitu emfisema dan tb paru.
b. Jadwal pelaksanaan kegiatan
Kegiatan berhasil dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Januari
2020. Acara dimulai pukul 09.00 WIB – 10.00 WIB dan berlangsung
selama 60 menit diakhiri oleh review kembali. Kegiatan penyuluhan
terlaksana sesuai yang direncanakan. Kegiatan kedua berhasil
35
A. Definisi
Bronkitis adalah suatu penyakit peradangan saluran napas bawah jangka
panjang, umumnya dipicu oleh pajanan berulang ke asap rokok, polutan udara,
atau alergen. Infeksi pada bronkus yang berasal dari hidung dan tenggorokan di
mana bronkus merupakan suatu pipa sempit yang berawal pada trakhea, yang
menghubungkan saluran pernafasan atas, hidung, tenggorokan, dan sinus ke
paru. Gejala bronkhitis di awali dengan batuk pilek, akan tetapi infeksi ini telah
menyebar ke bronkus, sehingga menjadikan batuk akan bertambah parah dan
berubah sifatnya (Sherwood, 2014).
B. Klasifikasi
Bronkhitis terbagi menjadi 2 jenis sebagai berikut (Arif, 2008):
ii. Bronkhtis akut
Bronchitis yang biasanya datang dan sembuh hanya dalam waktu 2
hingga 3 minggu saja. Kebanyakan penderita bronchitis akut akan sembuh
total tanpa masalah yang lain.
iii. Bronchitis kronis.
Bronchitis yang biasanya datang secara berulang-ulang dalam jangka
waktu yang lama. Terutama, pada perokok. Bronchitis kronis ini juga
berarti menderita batuk yang dengan disertai dahak dan diderita selama
berbulan-bulan hingga tahunan.
C. Etiologi Bronchitis
Etiologi Bronchitis biasanya lebih sering disebabkan oleh virus seperti
rhinovirus, Respiratory Syncitial Virus (RSV), virus influenza, virus par
influenza, dan Coxsackie virus. Bronchitis adalah suatu peradangan pada
bronchus yang disebabkan oleh berbagai macam mikroorganisme baik virus,
bakteri, maupun parasit.Bronkitis akut merupakan proses radang akut pada
mukosa bronkus berserta cabang–cabangnya yang disertai dengan gejala batuk
dengan atau tanpasputum yang dapat berlangsung sampai 3 minggu. Tidak
37
Merokok adalah penyebab yang paling besar, tetapi polusi udara dan debu
atau gas beracun pada lingkungan atau tempat kerja juga dapat berkontribusi
pada penyakit ini.
Faktor yang meningkatkan risiko terkena bronchitis antara lain:
1. Merokok
2. Daya tahan tubuh yang lemah, dapat karena baru sembuh dari sakit atau
kondisi lain yang membuat daya tahan tubuh menjadi lemah.
3. Kondisi dimana asam perut naik ke esophagus (gastroesophageal reflux
disease).
4. Terkena iritan, seperti polusi, asap atau debu.
D. Patofisiologi Bronkhitis
Bronkhitis akut dikaraterisiroleh adanya infeksi pada cabang
trakeobrokhial.Infeksi ini menyebabkan hiperemia dan edema pada
memberan mukosa, yang kemudian menyebabkan peningkatan sekresi dahak
bronchial.Karena adanya perubahan memberan mukosa ini, maka terjadi
kerusakan pada epitelia saluran nafas yang menyebabkan berkurangnya
fungsi pembersihan mukosilir.Selain itu, peningkatan sekresi dahak bronchial
yang dapat menjadi kental dan liat, makin memperparah gangguan
pembersihan mukosilir. Perubahan ini bersifat permanen, belum diketahui,
namun infeksi pernafasan akut yang berulang dapat berkaitan dengan
peningkatan hiper-reaktivitas saluran nafas, atau terlibat dalam fatogenesis
asma atau PPOK. Pada umumnya perubahan ini bersifat sementara dan akan
kembali normal jika infeksi sembuh (Kowalak, 2011).
E. Penegakan Diagnosis
Berdasarkan buku panduan praktik klinis dokter di fasilitas layanan
primer tahun 2017, penegakan diagnosis didapatkan dari hasil anamnesis
pemeriksaan fisik dan penunjang yang mendukung. Anamnesisyang didapat
antara lain :
1. Batuk selama 2-3 minggu
2. Dahak bewarna jernih, putih, kekuningan, atau kehijauan
39
3. Demam ringan
4. Rasa berat dna tidak nyaman di dada
5. Sesak nafas
6. Sering dijumapi bunyi “ngik” setelah batuk
7. Jika terjadi iritasi saluran nafas maka dapat terjadi batuk darah
F. Komplikasi Bronkhitis
Ada beberapa komplikasi bronchitis yang dapat dijumpai pada
pasien, antara lain (IDI, 2017) :
1. Bronkopneumoni
2. Pneumonia
Bronchitis sering mengalamiinfeksi berulang biasanya sekunder
terhadap infeksi pada saluran nafas bagian ata. Hal ini sering terjadi
pada mereka drainase sputumnya kurang baik.
3. Bronkiektasis
Rusaknya dan melebarnya ronkus secara abnormal.
4. Pleuritis
5. Hemamptoe
Haemaptoe terjadi kerena pecahnya pembuluh darah cabang vena
(arteri pulmonalis), cabang arteri (arteri bronchialis) atau anastomisis
pembuluh darah.
G. Penatalaksanaan Bronkhitis
Terapi medikamentosa yang dapat diberikan antara lain (IDI, 2017):
1. Antibiotik
Antibiotik hanya diberikan jika ditemukan adanya tanda infeksi
bakteri. Antibiotik yang dapat dibebrikan antaralain ampisilin,
eritromisisn atau spiramisin 3x500 mg
2. Antitutif
Merupakan oat yang menekan batuk. Jenis obat yang dapat diberikan
antara lain kodein (obat doveri) dengan dosis 3x10 mg/hari. Car
akerjanya ialah menekan batuk dari pusat diotak. Namun obat ini tidak
dianjurkan pada pasien hamil, ibu menyusui dan anak yang berusia
kurang dari 6 tahun. Pada penderita ronkitis akut disertai dengan sesak
nafas, pemberian antitusif perlu umpan balik dari penderita. Jika
penderita merasa bertambah sesak maka obat harus dihentikan.
41
3. Ekspektoran
Merupakan obat yang berfungsi menegncerkan dahak. Obat yang
sering digunaakn ialalh GG (glyceryl Guaiacolate), bromheksin HCl,
ambroksol, dll.
4. Bronkodilator
Dapat diberikan untuk melonggarkan nafas agar lebih nyaman dan
hanya diberikan pada pasien yang emngeluhkan sesak nafas atau berat
saat bernafas. Obat yang dapat diberikan antara lain : salbutamol,
terbutalin sulfat, teofilin, aminofilin, dll. Efek samping yang dapat
muncul yaitu palpitasi, tremor, keringat dingin, lemas.
5. Antinflamasi
Dapat pula diberikan obat anti inflamasi seperti NSAID atau Streoid
jika diperlukan.
6. Antipiretik
Obat yang dapat diberikan ialah parasetamol dengan dosis 10-15
mg/kg bb/kali dengan dosis harian maksimal 4 gram. Diberikan jika
pasien mengeluh demam dan dijumpai pada pemeriksaan fisik terjadi
peningkatan suhu tubuh.
VIII. RESUME
Aspek faktor risiko intrinsik Individu meliputi faktor resiko yang tidak dapat
diubah (Unmodiffied) dan dapat diubah (Modiffied). Faktor resiko yang tidak dapat
diubah (Unmodiffied) yaitu (1) karakteristik pasien dan (2) usia. Sedangkan faktor
resiko yang dapat diubah (Modiffied) yaitu (1) status gizi, (2) perilaku. Adapun
aspek faktor risiko ekstrinsik individu yaitu (1) rumah pasien yang tidak memenuhi
kriteria rumah sehat (2) pasien menggunakan tungku dan kayu bakar, (3) pasien
tidak bekerja, suami pasien sebagai buruh petani, dengan ekonomi menengah ke
bawah, (4) kebiasaan suami pasien merokok di dalam rumah, dan (5) pendidikan.
Berdasarkan skala fungsi, aspek skala fungsi Tn. S adalah 3. Hal ini
dikarenakan Tn. S masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari walau agak
terhambat. Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga menggunakan A.P.G.A.R
SCORE. Berdasarrkan hasil yang diperoleh, Keluarga Tn. S memliki fungsi
fisiologis yang sedang dan masih dapat dimaksimalkan terutama dalam komunikasi
dengan anggota keluarga pasien. Adapun untuk fungsi patologis dari keluarga Ny.
S dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M. Adapun hasilnya didapatkan
kesimpulan bahwa fungsi patologis keluarga Tn. S yang ditemukan antara lain
fungsi ekonomi dan fungsi pendidikan.
IX. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Tn. S adalah seorang pasien yang menderita penyakit
bronkitis kronik:
1. Aspek Personal
Pasien mengeluh baduk berdahat disertai nyeri tenggorokan.
a. Idea : Pasien ingin keluhannya segera membaik.
b. Concern : Pasien mengatakan akibat penyakitnya tersebut, pasien
menjadi sulit untuk beraktivitas sehari-hari.
c. Expectacy : Pasien berharap agar penyakitnya dapat sembuh, sehingga
dapat beraktivitas seperti biasa dengan nyaman.
d. Anxiety : Pasien cukup gelisah dengan penyakitnya tersebut. Selain
itu, pasien juga mencemaskan usianya yang sudah lanjut dan berpikir
bahwa penyakitnya dapat menyebabkan kematian.
2. Aspek Klinis
a. Diagnosa Kerja : Bronkitis kronik
b. Gejala klinis : Batuk berdahak, nyeri tenggorokan, keringat
dingin, penurunan berat badan, hipersonor pada kedua lapang paru, suara
dasar vesikuler mema panjang (+/+), suara tambahan RBK (+/+).
c. Diagnosa banding : Tuberculosis (TB), Emfisema, DM, Hipertiroid
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Faktor Resiko yang tidak dapat diubah (Unmodiffied)
1) Karakteristik Pasien: Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 40
tahun.
b. Faktor Resiko yang dapat diubah (Modiffied)
1) Status gizi: Riwayat gizi yang kurang akibat diet yang kurang nutrisi
dan bervariasi akibat faktor ekonomi.
2) Perilaku: Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak 23 tahun yang
lalu hingga sekarang.
3) Pendidikan: Pendidikan terakhir pasien hanya sampai SMP.
46
DAFTAR PUSTAKA
Arif, M. 2008. Kapita Selekta Kedokteran. Jilid 2. Edisi III. Jakarta: Penerbitan
Media Aesculapius FKUI.
Singh, Anumeha Singh; Akshay Avula; Elise Zahn. 2019. Acute Bronchitis.
National Center for Biotechnology Information.
Fayyaz, Jazeela. 2019. Brochitis. MedScape. Diakses melalui
https://emedicine.medscape.com/article/297108-clinical pada 24
September 2019
IDI. 2017. Panduan Praktik Klinik Bagi Dokter di Fasilitas Layanan Kesehatan
Primer.
Kowalak, Jenifer. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC.
Shewrwood, Lauralee. 2014. Fisiologi Manusia: Dari Sel ke Sistem. Jakarta: EGC
50
LAMPIRAN