“BRONKITIS KRONIK”
Disusun Oleh :
Dwika Akbar Indrawan
G4A017083
KEPANITERAAN KOMPREHENSIF
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NEGERI JENDRAL SOEDIRMAN
2020
2
HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN LONG CASE STUDY
KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA
PUSKESMAS 1 WANGON
BRONKITIS KRONIK
Disusun Oleh :
Dwika Akbar Indrawan
G4A017083
ii
3
DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………..…………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………. iv
I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA................... 5
II. STATUS PENDERITA………………………………………….. 6
A. Pendahuluan…………………………………………………… 6
B. Identitas Pasien……………………………………………....... 6
C. Anamnesis……………………………………………………... 7
D. Pemeriksaan Fisik……………………………………………… 11
E. Pemeriksaan Penunjang………………………………………... 13
F. Resume…………………………………………………………. 14
G. Diagnostic Holistik……………………………………………… 14
H. Penatalaksanaan Komprehensif…………………………………. 16
I. Prognosis………………………………………………………... 18
J. Flow Sheet………………………………………………………. 18
III. IDENTIFIKASI FUNGSI – FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Holistik ………………………………………………….. 19
B. Fungsi Fisiologis (APGAR) …………………………………….. 19
C. Fungsi Patologis (SCREEM)……………………………………. 21
D. Family Genogram……………………………………………….. 22
E. Pola Interaksi Keluarga…………………………………………. 22
IV. IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku & Nonperilaku Keluarga………..... 23
B. Identifikasi Lingkungan Rumah…………………..…………..... 24
V. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA…….. 26
A. Masalah Medis …………………………………………............ 26
B. Masalah Non Medis…………………………………………….. 26
C. Diagram Permasalahan Pasien………………………………….. 26
D. Matrikulasi Masalah……………………………………………. 27
E. Prioritas Masalah……………………………………………….. 27
F. Alernatif Pemecahan Masalah………………………………...... 28
G. Penentuan Alternatif Terpilih…………………………………… 28
VI. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA
A. Rencana Pembinaan Keluarga…………………………………. 30
B. Hasil Pembinaan Keluarga…………………………………….. 32
C. Hasil Evaluasi………………………………………………….. 32
VII. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………. 35
VIII. RESUME…………………………………………………………. 46
IX. PENUTUP………………………………………………………... 48
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 51
LAMPIRAN…………………………………………………………….. 52
iii
4
KATA PENGANTAR
Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dapat
menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Bronkithis Kronik” ini. Terima kasih
yang sebesar-besarnya juga penulis haturkan kepada dr. Lily Kusumasita Burkon,
MKK dan dr. Tulus Budi Purwanto selaku pembimbing penulis sehingga laporan
kasus ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih juga penulis tunjukan kepada
segenap dokter-dokter dan civitas Puskesmas I Wangon yang telah memberikan
dukungan baik secara moral dan keilmuan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus ini.
Penulis
iv
5
A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang laki-laki
berusia 40 tahun yang datang ke balai pengobatan Puskesmas 1 Wangon. Pasien
ini datang dengan keluhan batuk dan nyeri tenggorokan.
B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Buruh Material
Pendidikan : SMP
Penghasilan/bulan : Rp 1.000.000 s.d. Rp 1.500.000
Alamat : Desa Klapagading RT 02/RW 07
Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas
Pengantar (Pasien) : Istri
Tanggal Periksa : Selasa, 14 Januari 2020
Keluhan tersebut sudah dirasakan pasien sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
mengaku awalnya batuk hanya muncul beberapa kali namun semakin hari
terasa memberat hingga keluhan batuk muncul setiap hari Keluhan batuk
dirasakan pasien sangat memberat sejak 2 bulan yang lalu dan sudah
mengganggu aktivitas pasien. Batuk dirasakan semakin memberat ketika
pasien beraktivitas di tempat kerja dan terpapar debu/asap rokok, batuk juga
dirasakan memberat saat malam hari dan sesaat setelah makan makanan
yang berminyak. Keluhan batuk dirasakan membaik saat pasien berada di
rumah.
Keluhan lain yang dialami pasien yaitu terkadang muntah saat batuk
sedang memberat, berkeringat saat malam hari, dan nyeri tenggorokan.
Kadang pasien mengeluhkan demam dan nyeri dada saat batuk, keluhan
dada berdebar (-), kaki bengkak (-), mual (-), nafsu makan biasa, penurunan
berat badan (+), keringat pada malam hari (+), kepala pusing (-), mual (-),
muntah (+), nyeri perut (-) BAK dan BAB normal. Pasien merupakan
perokok aktif sejak berusia 17 tahun, dan baru mengurangi kebiasaan
merokok saat keluhan batuk sudah memberat.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan yang sama :diakui, keluhan serupa sejak 1 tahun
yang lalu
b. Riwayat mondok :disangkal
c. Riwayat darah tinggi :disangkal
d. Riwayat kencing manis :disangkal
e. Riwayat penyakit jantung :disangkal
f. Riwayat asma :disangkal
g. Riwayat alergi makanan/obat :disangkal
h. Riwayat Operasi/konsumsi obat :disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat kencing manis : disangkal
c. Riwayat darah tinggi : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
8
3) Berat: >600
IB = 24x23 = ± 552 (Perokok Sedang)
f. Diet : Pasien mengaku makan 3 kali sehari. Menu makanan
sehari – hari adalah nasi, sayur, dan lauk seadanya yang
dibeli pasien di luar rumah. Pasien mengaku sering
memakan gorengan. Kesan gizi pasien kurang.
g. Drug : Pasien tidak mengkonsumsi obat – obatan tertentu.
Pasien hanya meminum obat – obatan yang didapatkan
saat control ke RS/Puskesmas
7. Riwayat Psikologi
Hubungan kekeluargaan di antara keluarga Tn. S terjalin baik dan
saling memberi perhatian satu sama lain. Hal ini terbukti dengan adanya
respon anggota keluarga dalam usaha pengobatan pasien yang sudah
diusahakan untuk berobat.
8. Riwayat Ekonomi
Pasien hanya bekerja sebagai seorang buruh di took material. Pasien
Pasien mengaku pendapatannya ±1.000.000-1.500.000/Bulan. Kesan
ekonomi adalah menengah ke bawah.
9. Riwayat Demografi
Hubungan dalam keluarga cukup baik. Interaksi diantara keluarga ini
juga terlihat baik, namun pasien jarang untuk bertemu keluarganya
dikarenakan pasien bekerja di luar kota. Pasien mengaku menyempatkan
untuk pulan sekita 2-4 bulan sekali. Tidak ada riwayat perceraian dalam
keluarga.
10. Riwayat Sosial
Pasien memiliki 3 anak. Anak pertama pasien berusia 15 tahun dan
sedang duduk dikelas 1 SMP. Anak kedua pasien berusia 7 tahun dan
sedang duduk dikelas 1 SD. Anak ketika pasien merupakan anak angkat dari
adik istri pasien yang sudah meninggal, sehingga dirawat oleh keluarga
pasien. Hubungan dengan anaknya terjalin baik terbukti dengan komunikasi
dan seringnya anak pasien menengok pasien ke rumah. Hubungan pasien,
istri, dan dengan tetangga sekitar juga harmonis. Tetang pasien mengetahu
11
identitas pasien dan tempat pasien bekerja saat kami tanyakan. Pasien saat
ini jarang mengikuti kegiatan perkumpulan warga, dikarenakan pasien yang
lebih sering berada diluar kota untuk bekerja.
11. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama : Batuk berdahak
b. Kulit : tidak ada keluhan
c. Kepala : tidak ada keluhan
d. Leher : tidak ada keluhan
e. Mata : tidak ada keluhan
f. Hidung : tidak ada keluhan
g. Telinga : tidak ada keluhan
h. Mulut : tidak ada keluhan
i. Tenggorokan : Nyeri tenggorokan
j. Pernafasan : Batuk berdahak
k. Sistem Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
l. Sistem Gastrointestinal : tidak ada keluhan
m. Sistem Saraf : tidak ada keluhan
n. Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
o. Sistem Genitourinaria : tidak ada keluhan
p. Ekstremitas Atas : tidak ada keluhan
Bawah : tidak ada keluhan
D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak serak saat bicara, kesadaran Composmentis, status gizi kesan
kurang.
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 96 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
c. Pernafasan : 27 x/menit, reguler
d. Suhu : 36,6 oC
3. Status gizi
12
a. BB : 55 kg
b. TB : 168 cm
c. IMT : kg/m2
d. Kesan status gizi : Kurang
4. Kulit : Sianosis (-), turgor <2 detik), ikterus(-)
5. Kepala : Bentuk kepala mesocephal
6. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
7. Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
8. Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
9. Mulut : Bibir sianosis (-), mulut basah (+), Lidah kotor (-)
10. Tenggorokan : Hiperemis (-). Pembesaran KGB (+)
11. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (+)
Regio submandibular dekstra, nyeri tekan (-)
12. Thoraks : Simetris, retraksi (-/-)
a. Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : batas kiri atas : SIC II LPSS
batas kiri bawah : SIC V 2 jari lateral LMCS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
Auskultasi : S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
b. Pulmo
Inspeksi : Bentuk dada normal, sela iga melebar(+), retraksi (-),
gerakan paru simetris.
Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri berkurang
Perkusi : Hipersonor/Hipersonor
Auskultasi : Suara dasar vesikular memanjang (+/+), suara tambahan
RBH (+/+), RBK (-/-), Wheezing (-/-)
13. Abdomen
Inspeksi : Datar, asites (-), benjolan (-), lesi (-), jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba pembesaran
13
Perkusi : Timpani
14. Collumna Vertebralis
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
15. Genitalia : Tidak dilakukan
16. Anorektal : Tidak dilakukan
17. Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
18. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi Motorik :
K 5 5 T N N RF + + RP - -
5 5 N N + + - -
E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan EKG
2. Rontgen Thoraks
3. Darah rutin
4. Kultur dahak
5. Spirometri
14
F. RESUME
Pasien laki-laki usia 40 tahun datang balai pengobatan Puskesmas 1
Wangon untuk karena keluhan batuk yang sering dideritanya. Keluhan tersebut
sudah dirasakan pasien sejak 1 tahun yang lalu dan memberat sejak 2 bulan
yang lalu hingga mengganggu aktivitas pasien. Batuk awalnya kering namun
mulai mengeluarkan dahak sejak 2 bulan yang lalu, dahak berwarna putih
kehijauan namun tidak disertai darah. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada
tenggorokan hingga serak saat mengeluarkan suara. Pasien juga terkadang
muntah saat batuk sedang memberat. Pasien mengaku keluhan batuk semakin
memberat saat pasien berada ditempat kerja dan membaik saat berada di dalam
rumah. Pasien juga mengaku mengalami penurunan berat badan saat keluhan
batuk mulai memberat.Kadang pasien mengeluhkan nyeri dada saat saat batuk
tidak berhenti-berhenti. Pasien merupakan perokok aktif (+)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sedikit
sesak, compos mentis, kesan status gizi kurang. TD : 110/70 mmHg, N: 86
x/menit, irama regular, RR: 27 x/menit, S: 36,6oC. Pemeriksaan fisik
didapatkan adanya pembesaran kelenjar limfe di leher, usaha nafas minimal,
hipersonor pada kedua lapang paru, suara dasar vesikuler memanjang (+/+),
suara tambahan RBK (+/+).
G. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Pasien mengeluh sesak nafas disertai batuk berdahak
Idea : Pasien datang ke puskesmas karena batuk dan nyeri
tenggorokan
Concern : Pasien mengatakan akibat penyakitnya tersebut, pasien
menjadi sulit untuk beraktivitas sehari-hari.
Expectacy : Pasien berharap agar penyakitnya dapat sembuh, sehingga
dapat beraktivitas seperti biasa dengan nyaman.
Anxiety : Pasien cukup gelisah dengan penyakitnya tersebut. Selain itu,
pasien juga mencemaskan tidak bias kembali bekerja
dikarenakan penyakitnya tersebut
15
2. Aspek Klinis
a. Diagnosa Kerja : Bronkitis kronik
b. Gejala klinis : Batuk berdahak, nyeri tenggorokan, keringat
dingin, penurunan berat badan, hipersonor pada kedua lapang paru, suara
dasar vesikuler mema panjang (+/+), suara tambahan RBK (+/+).
c. Diagnosa banding : Tuberculosis (TB), Emfisema
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Faktor Resiko yang tidak dapat diubah (Unmodiffied)
1) Karakteristik Pasien: Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 40
tahun.
b. Faktor Resiko yang dapat diubah (Modiffied)
1) Status gizi: Riwayat gizi yang kurang akibat diet yang kurang nutrisi
dan bervariasi akibat faktor ekonomi.
2) Perilaku: Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak 23 tahun yang
lalu hingga sekarang.
3) Pendidikan: Pendidikan terakhir pasien hanya sampai SMP.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Rumah pasien yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat (rumah dengan
jendela yang jarang di buka, sirkulasi udara dalam rumah kurang baik).
b. Kebiasaan pasien yang merokok di dalam rumah.
c. Pekerjaan : Pasien bekerja sebagai buruh di toko material sejak 10 tahun
yang lalu. Pasien sering terpapar oleh bahan-bahan material dan pasien
jarang menggunakan APD.
d. Lingkungan : Pasien tinggal di mesh yang berlokasi di pinggir jalan serta
berada dilantai atas dari gudang tempat penyimpanan bahan material.
Sehingga kondisi sekitar kamar pasien sangat berdebu baik dari asap
kendaraan dan debu jalanan, maupun dari bahan material yang berada di
gudang bawah.
16
H. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
a. Initial Plan
Usulan pemeriksaan penunjang:
1) Pemeriksaan EKG
2) Darah rutin
3) Kultur dahak
4) Spirometri
5) Rontgen
b. Medikamentosa
1) PO Amoxicillin tablet tablet 500mg/8jam
2) PO Dexamethason tablet 4mg/8jam
3) PO Ambroxol tablet 30 mg/8jam
4) PO Teofilin tablet 150mg/24jam
c. Non Medikamentosa
1) Menggunakan masker saat beraktivitas yang berhubungan dengan
terpapar dengan bahan material dan debu di tempat pasien bekerja
2) Istirahat yang cukup (6 – 8 jam/hari)
3) Penggunaan oksigen, jika sesak hebat
4) Melakukan rehabilitasi Bronkhitis Kronik dengan menjaga pola
pernapasan yang teratur untuk meningkatkan otot pernapasan dan
Endurance exercise
d. KIE (komunikasi, informasi dan edukasi)
1) Edukasi kepada pasien tentang penyakit, penyebab, faktor risko,
perjalanan penyakit, prognosis dari Bronkhitis Kronik.
2) Edukasi kepada pasien untuk menghindari kontak dengan pencetus
kambuhnya penyakit, termasuk kontak debu/asap
17
I. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad Bonam
Ad fungsionam : Dubia ad Bonam
Ad sanationam : Dubia ad Bonam
J. FLOW SHEET
No Tanggal Subjektif Objektif Pemeriksaan Fisik
Planning
1. Selasa Batuk TD: 110/80 mmHg Mata:CA -/- SI -/-
PO Amoxicillin
14/01/ berdahak, N : 87 x/menit Mulut: sian – tablet tablet
2020 Nyeri RR: 27x/ menit Leher: 500mg/8jam
tenggorok S : 36,6o C Pembesaran limfe
PO
an, (+) Dexamethason
Keringat Thorax: Barrel tablet 4mg/8jam
dingin Chest -, fokal PO Ambroxol
fremitus menurun,
tablet 30
hipersonor +/+ mg/8jam
P/ SD ves PO Teofilin
memanjang+/+, tablet
Rbk+/+, Rbh -/-,
150mg/24jam
Wh-/- Istirahat 6-
C/ S1>S2 reg, M-,
8jam/hari,
G- Menggunakan
A/ datar, BU(+)N,
masker saat
timpani, NT (-)beraktivitas,
Menjaga pola
pernafasan
2. Senin, Batuk TD: 120/70 mmHg Mata:CA -/- SI -/- PO Amoxicillin
20/01/ berdahak, N : 88 x/menit Mulut: sian – tablet tablet
2020 Nyeri RR: 22x/ menit Leher: 500mg/8jam
o
tenggorok S : 36,7 C Pembesaran limfe PO
an (+) Dexamethason
membaik, Thorax: Barrel tablet 4mg/8jam
Keringat Chest -, fokal PO Ambroxol
dingin fremitus menurun, tablet 30
hipersonor +/+ mg/8jam
P/ SD ves PO Teofilin
memanjang+/+, tablet
Rbk+/+, Rbh -/-, 150mg/24jam
Wh-/- Istirahat 6-
C/ S1>S2 reg, M-, 8jam/hari,
G- Menggunakan
A/ datar, BU(+)N, masker saat
timpani, NT (-) beraktivitas,
Menjaga pola
pernafasan
19
A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Bentuk keluarga dari Tn. S adalah nuclear family. Tn.S (40 th)
sebagai kepala rumah tangga, Ny. W (40 th) sebagai istri. Saat ini Tn.S
tinggal berlima dengan istri dan ketiga anaknya dalam 1 rumah.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan antara pasien dengan keluarganya harmonis
3. Fungsi Sosial
Pasien sudah mengenal baik tetangga di sekitar rumahnya. Sebagian
tetangga rumah pasien juga merupakan saudara dari pasien itu sendiri,
sehingga komunikasi yang terjalin juga baik.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah kebawah.
Penghasilan keluarga berasal dari pasien yang bekerja sebagai buruh di
took material. Pembiayanan kesehatan keluarga dengan menggunakan
(Kartu Indonesia Sehat) KIS.
Dapat disimpulkan bahwa bentuk keluarga Tn. S adalah nuclear
family. Keluarga Tn. S adalah keluarga yang cukup harmonis, dan
merupakan keluarga dengan perekonomian kelas menengah kebawah.
Keterangan :
1. Economic (+) oleh karena ekonomi keluarga pasien tergolong menengah
kebawah.
2. Education (+) oleh karena pengetahuan pasien dan keluarga tentang
kesehatan terutama tentang penyakitnya masih kurang.
Kesimpulan :
22
Keluarga Tn. S fungsi patologis yang ditemukan antara lain fungsi ekonomi dan
fungsi pendidikan.
D. FAMILY GENOGRAM
Tn.S Ny. W
40 th 40 th
: Laki-laki : Meninggal
: Pasien
Tn. S Ny. W
Keterangan:
: Hubungan baik
23
Kesimpulan:
Hubungan antar anggota keluarga di keluarga Tn. S dinilai baik.
IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
Status Gizi:
Kesan status gizi baik,
namun pasien mengalami
penurunan berat badan
Pengetahuan : sejak keluhan memberat.
Pengetahuna tentang
kesehatan, penyakit, dan
rumah sehat kurang
Pekerjaan:
Sebagai buruh toko material
yang setiap harinya terpapar
Personal Habit: bahan material dan debu
Pasien memiliki kebiasaan
merokok sejak muda, dapat Keluarga
menghabiskan rokok Tn. S
Lingkungan:
sekitar 2 bungkus / hari
Lingkungan rumah
kurang memenuhi
keriteria rumah sehat.
: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku
dan rumah tetangga sekitar 3-4 meter. Lingkungan tempat tinggal Tn, S berada
tengah pemukiman yang berjalan datar. Tempat sampah keluarga diletakkan di
halaman belakang rumah dan dibakar. Kesan kebersihan lingkungan rumah
kurang baik.
Pasien sudah bekerja sebagai buruh toko material selama 10 tahun di
Jakarta dan tinggal di mesh tempat pasien bekerja. Pasien tinggal di kamar
dengan ukuran 2x2 cm tanpa menggunakan pendingin ruangan seperti AC
maupun kipas angina. Pasien mengaku kamar tersebut memiliki jendela dan
ventilasi serta pencahayaan yang cukup, namun kamar mudah berdebu
dikarenakan lokasi kamar pasien yang berada diatas gudang serta di pinggir
jalan. Lingkungan sekitar tempat tingga pasien di Jakarta berada di pinggir jalan
dan dekan dengan gudang penyimpanan bahan material sehingga diakui banyak
debu/polutan.
2. Denah rumah
Rumah pasien memiliki 4 ruangan, yang terdiri dari, 1 ruang tamu dan
keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi.
Kamar
Ruang Tamu dan Tidur
Ruang Keluarga
Dapur
Kamar Kamar
Tidur Mandi
A. MASALAH MEDIS
Bronkithis Kronik
B. MASALAH NONMEDIS
1. Pengetahuan
2. Ekonomi
3. Lingkungan
Pengetahuan tentang
penyakit bronkitis
kronik yang kurang
memadahi
Ekonomi menengah
ke bawah
Tn. S, 40 tahun
dengan bronkitis
Lingkungan rumah kronik
maupun tempat
pekerjaan kurang
memenuhi kriteria
sehat
Kebiasaan merokok
pasien
D. MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks:
Tabel 5.2 Matrikulasi Masalah
No Daftar Masalah Jumlah
I I T R IxTxR
P S SB Mn Mo Ma
1. Lingkungan rumah dan 5 5 5 3 4 4 4 60
tempat pekerjaan
kurang
memenuhi kriteria
sehat
2. Pengetahuan tentang 3 5 3 3 3 3 4 35,6
penyakit bronkitis
kronik kurang
memadai
3. Kebiasaan pasien 5 4 3 3 4 3 4 43,2
merokok
Keterangan:
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
28
Kriteria penilaian:
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting
E. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn.
S adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan rumah dan tempat pekerjaan kurang memenuhi kriteria sehat
2. Kebiasaan merokok pasien
3. Pengetahuan terkait penyakit bronkitis yang kurang
M C
(besarnya I V (jumlah biaya
Skor masalah (kelanggengan (kecepatan yang diperlukan
yang dapat selesainya penyelesaia untuk
diatasi) masalah) n masalah) menyelesaikan
masalah)
1 Sangat kecil Sangat tidak Sangat lambat Sangat murah
langgeng
2 Kecil Tidak langgeng Lambat Murah
3 Cukup besar Cukup langgeng Cukup cepat Cukup murah
4 Besar Langgeng Cepat Mahal
5 Sangat besar Sangat langgeng Sangat cepat Sangat mahal
2. Pengoptimalan ventilasi 3 4 3 1 36 2
udara yang ada di rumah
dan sanitasi rumah
(membuka jendela setiap
30
pagi hari)
Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarga yang tinggal
satu rumah.
5. Target Waktu
6. Evaluasi Pembinaan
C. HASIL EVALUASI
1. Input
a. Sasaran
yang diajukan oleh sasaran serta sasaran yang ikut berinteraksi aktif
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh pemateri.
b. Sumber Daya Manusia (Man)
Pemateri yaitu Dwika Akbar Indrawan yang berstatus sebagai dokter
muda di FK Unsoed. Dwika Akbar Indrawan menyampaikan materi yang
berisi definisi, faktor risiko, tanda dan gejala, komplikasi, penanganan
penyakit bronkitis kronik, pola hidup sehat, sanitasi lingkungan yang baik.
c. Sumber Dana (Money)
Pada penyuluhan tidak ada anggaran yang dikeluarkan. Anggaran
hanya dikeluarkan untuk membeli masker yang akan diberikan kepada
pasien untuk digunakan sebagai APD saat bekerja.
d. Cara pelaksanaan suatu kegiatan (Methode)
Metode yang digunakan berupa konseling dan edukasi tentang
penyakit bronkitis kronik, pola hidup sehat, sanitasi lingkungan yang baik.
Kegiatan berisi tanya jawab serta diskusi materi tersebut. Sebelum
kegiatan konseling, dilakukan tanya jawab ringan.
e. Perlengkapan (material)
Ruang tamu di kediaman pasien menjadi tempat memberikan
penyuluhan dan konseling. Pelaksana kegiatan juga menyiapkan
stestoskop dan tensi untuk memeriksa kesehatan pasien kembali.
2. Proses
a. Keberlangsungan acara
Acara diselenggarakan di ruang tamu kediaman pasien yang
berlangsung kondusif. Semua kegiatan terlaksana dengan baik dan
antusiasme peserta baik dibuktikan dengan jumlah pertanyaan yang
diajukan peserta bahkan tidak hanya mengenai bronkitis kronik namun
juga menanyakan seputar penyakit lain yaitu emfisema dan tb paru.
b. Jadwal pelaksanaan kegiatan
Kegiatan berhasil dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Januari
2020. Acara dimulai pukul 09.00 WIB – 10.00 WIB dan berlangsung
selama 60 menit diakhiri oleh review kembali. Kegiatan penyuluhan
terlaksana sesuai yang direncanakan. Kegiatan kedua berhasil
35
A. DEFINISI
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (BRONKITIS KRONIK) adalah penyakit
paru kronis yang ditandai dengan terhambatnya aliran udara di saluran napas yang
bersifat progresif irreversibel atau reversibel parsial, disebabkan oleh proses
inflamasi paru yang berhubungan dengan gas berbahaya yang dapat memberikan
gambaran gangguan sistemik. Karakteristik hambatan aliran udara pada
BRONKITIS KRONIK disebabkan oleh gabungan antara obstruktif saluran napas
kecil (obstruktif bronkiolitis) dan kerusakan parenkim (emfisema) yang bervariasi
pada setiap individu (PDPI, 2011).
Definisi lain menyebutkan BRONKITIS KRONIK adalah keadaan penyakit
yang ditandai oleh keterbatasan alira udara yang tidak sepenuhnya reversibel.
Keterbatsan aliran udara ini biasanya progresif dan berhubungan dengan respon
peradangan yang abnormal dari paru terhadap partikel atau udara yang berbahaya
(Rubenstein, 2007).
B. ETIOLOGI
Banyak hal yang dapat menjadi penyebab penyakit paru obstruktif kronis,
diantaranya yaitu (Mosenifar, 2013):
1. Merokok
Penelitian menyebutkan bahwa kebiasaan merokok merupakan
penyebab terbanyak terjadinya BRONKITIS KRONIK. Kejadian
BRONKITIS KRONIK karena merokok mencapai 90% kasus. Merokok
sigaret mempengaruhi makrofag untuk melepaskan faktor kemotaktik dan
elastase, yang akan menyebabkan kerusakan jaringan. Secara signifikan,
BRONKITIS KRONIK berkembang pada 15% perokok sigaret, walaupun
jumlah ini pasti bukan nilai sebenarnya. Usia memulai merokok, jumlah
bungkus pertahun, dan status merokok saat ini memprediksi mortalitas. Orang
yang merokok mengalami penurunan FEV1: secara fisiologis normal,
penurunan FEV1diperkirakan sekitar 20- 30 ml/tahun, tetapi pada pasien
BRONKITIS KRONIK biasanya menurun 60 ml/tahun atau lebih besar.
37
pengganggu seperti merokok, obat IV, ras dan usia. Pada pasien defisiensi
autoimun dan infeksi Pneumocystis carinii terjadi kerusakan paru yang
kortikal dan apikal.
6. Gangguan Jaringan Ikat
Cutis laxa adalah gangguan elastin yang digambarkan terutama
dengan penuaan prematur. Penyakit ini biasanya kongenital dengan
bermacam bentuk penurunan (mis. dominan, resesif). Emfisema prekoks
dihubungkan dengan cutis laxa sejak dari periode neonatus atau bayi.
Patogenesis penyakit ini karena defek sintesis elastin atau tropoelastin.
Sindrom Marfan yaitu penyakit autosomal dominan kolagen tipe I, ditemukan
sekitar 10% pasiennya mengalami abnormalitas paru, termasuk emfisema.
C. FAKTOR RISIKO
1. Merokok
Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang
terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan
riwayat merokok perlu diperhatikan (PDPI, 2011):
a. Riwayat merokok: perokok aktif, perokok pasif, bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian
jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok
dalam tahun :
1) Ringan : 0-200
2) Sedang : 200-600
3) Berat : >600
2. Polusi udara
Berbagai macam partikel dan gas yang terdapat di udara sekitar dapat
mengakibatkan terjadinya polusi udara. Berdasarkan partikel penyebabnya,
polusi udara dibagi menjadi (PDPI, 2011) :
a. Polusi di dalam ruangan
1) Asap rokok
2) Asap kompor
3) Kayu
39
4) Minyak tanah
b. Polusi di luar ruangan
1) Gas buang kendaraan bermotor
2) Debu jalanan
c. Polusi di tempat kerja
1) Bahan kimia
2) Zat iritasi
3) Gas beracun
3. Stres oksidatif
4. Infeksi saluran napas bawah berulang
5. Sosial ekonomi
6. Tumbuh kembang paru selama kehamilan, kelahiran dan pajanan waktu kecil
7. Riwayat asma
8. Faktor genetik.
Defisiensi alfa-1-antitripsin merupakan predisposisi untuk berkembangnya
BRONKITIS KRONIK dini (Davey, 2003).
D. PATOGENESIS
BRONKITIS KRONIK ditandai oleh inflamasi kronik saluran pernafasan,
parenkim, dan pembuluh darah pulmonal. Patogenesis BRONKITIS KRONIK
tejadi karena beberapa mekanisme yang terkait satu sama lain yaitu yaitu teori
inflamasi, teori gangguan keseimbangan protease-antiprotease dan teori stress
oksidatif.
1. Teori Inflamasi.
BRONKITIS KRONIK terjadi akibat proses inflamasi di bronkiolus dan
parenkim paru. Obstruksi bronkiolus disebabkan oleh fibrosis makrofag dan
limfosit T, dengan predominan oleh limfosit T. Makrofag dan neutrofil
melepaskan berbagai proyeinase yang merusak jaringan ikat parenkim paru,
menyebabkan terjadi emfisema dan merangsang sekresi mukus (Davey,
2003).
2. Teori gangguan keseimbangan protease-antiprotease.
40
2) Uji bronkodilator
a) Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada
gunakan APE meter.
b) Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan,
15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau
APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200
ml.
c) Uji bronkodilator dilakukan pada BRONKITIS KRONIK
stabil.
b. Darah rutin: Hb, Ht, leukosit.
c. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit
paru lain. Pada emfisema terlihat gambaran :
1) Hiperinflasi.
2) Hiperlusen.
3) Ruang retrosternal melebar.
4) Diafragma mendatar.
43
F. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Diagnosis banding untuk BRONKITIS KRONIK antara lain (PDPI, 2011):
1. Asma
2. Gagal jantung kongestif
3. Bronkiektasis
4. Tuberkulosis
5. Pneumothorax
G. PENANGANAN
1. Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang
pada BRONKITIS KRONIK stabil. Edukasi pada BRONKITIS KRONIK
berbeda dengan edukasi pada asma. Karena BRONKITIS KRONIK adalah
penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah
44
g. Phospodiesterase-4-inhibitor
Penanganan BRONKITIS KRONIK secara umum, menurut PDPI (2011)
didasarkan pada derajat BRONKITIS KRONIK seperti berikut :
46
47
VIII. RESUME
Aspek faktor risiko intrinsik Individu meliputi faktor resiko yang tidak dapat
diubah (Unmodiffied) dan dapat diubah (Modiffied). Faktor resiko yang tidak dapat
diubah (Unmodiffied) yaitu (1) karakteristik pasien dan (2) usia. Sedangkan faktor
resiko yang dapat diubah (Modiffied) yaitu (1) status gizi, (2) perilaku. Adapun
aspek faktor risiko ekstrinsik individu yaitu (1) rumah pasien yang tidak memenuhi
kriteria rumah sehat (2) pasien menggunakan tungku dan kayu bakar, (3) pasien
tidak bekerja, suami pasien sebagai buruh petani, dengan ekonomi menengah ke
bawah, (4) kebiasaan suami pasien merokok di dalam rumah, dan (5) pendidikan.
Berdasarkan skala fungsi, aspek skala fungsi Tn. S adalah 3. Hal ini
dikarenakan Tn. S masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari walau agak
terhambat. Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga menggunakan A.P.G.A.R
SCORE. Berdasarrkan hasil yang diperoleh, Keluarga Tn. S memliki fungsi
fisiologis yang sedang dan masih dapat dimaksimalkan terutama dalam komunikasi
dengan anggota keluarga pasien. Adapun untuk fungsi patologis dari keluarga Ny.
S dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M. Adapun hasilnya didapatkan
kesimpulan bahwa fungsi patologis keluarga Tn. S yang ditemukan antara lain
fungsi ekonomi dan fungsi pendidikan.
IX. PENUTUP
A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Tn. S adalah seorang pasien yang menderita penyakit
bronkitis kronik:
1. Aspek Personal
Pasien mengeluh baduk berdahat disertai nyeri tenggorokan.
a. Idea : Pasien datang ke puskesmas karena batuk berdahak dan
nyeri tenggorokan,.
b. Concern : Pasien mengatakan akibat penyakitnya tersebut, pasien
menjadi sulit untuk beraktivitas sehari-hari.
c. Expectacy : Pasien berharap agar penyakitnya dapat sembuh, sehingga
dapat beraktivitas seperti biasa dengan nyaman.
d. Anxiety : Pasien cukup gelisah dengan penyakitnya tersebut. Selain
itu, pasien juga mencemaskan usianya yang sudah lanjut dan berpikir
bahwa penyakitnya dapat menyebabkan kematian.
2. Aspek Klinis
a. Diagnosa Kerja : Bronkitis kronik
b. Gejala klinis : Batuk berdahak, nyeri tenggorokan, keringat
dingin, penurunan berat badan, hipersonor pada kedua lapang paru, suara
dasar vesikuler mema panjang (+/+), suara tambahan RBK (+/+).
c. Diagnosa banding : Tuberculosis (TB), Emfisema
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Faktor Resiko yang tidak dapat diubah (Unmodiffied)
1) Karakteristik Pasien: Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 40
tahun.
b. Faktor Resiko yang dapat diubah (Modiffied)
1) Status gizi: Riwayat gizi yang kurang akibat diet yang kurang nutrisi
dan bervariasi akibat faktor ekonomi.
2) Perilaku: Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak 23 tahun yang
lalu hingga sekarang.
3) Pendidikan: Pendidikan terakhir pasien hanya sampai SMP.
51
3. Community Care
Melakukan konseling atau edukasi pada masyarakat di tempat tinggal
pasien tentang Bronkitihis melalui:
a. Edukasi pengetahuan terkait faktor risiko dan gejala Bronkithis
kronik.
b. Edukasi mengenai penatalaksaan dan komplikasi penyakit.
c. Edukasi untuk menjaga pola hidup sehat, yaitu dengan menjaga pola
makan, dan melakukan olahraga.
d. Edukasi tentang bahaya rokok dan pasrtikel material untuk kesehatan
B. SARAN
Telah dilakukan edukasi dengan materi utama mengenai pengertian, penyebab,
faktor risiko, penanganan dan prognosis bronkitis kronik, pengoptimalan ventilasi
rumah dan sanitasi rumah, serta pemberian masker untuk APD dalam bekerja. Oleh
karena itu, pentingnya dilakukan penyuluhan lanjutan terkait hal tersebut.
54
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN