Anda di halaman 1dari 55

1

LAPORAN LONG CASE STUDY


KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA
PUSKESMAS 1 WANGON

“BRONKITIS KRONIK”

Disusun Oleh :
Dwika Akbar Indrawan
G4A017083

Preceptor Fakultas : dr. Lily Kusumasita Burkon, M.KK


Preceptor Lapangan : dr. Haryo Saloka

KEPANITERAAN KOMPREHENSIF
JURUSAN KEDOKTERAN UMUM
FAKULTAS KEDOKTERAN
UNIVERSITAS NEGERI JENDRAL SOEDIRMAN
2020
2

HALAMAN PENGESAHAN
LAPORAN LONG CASE STUDY
KEPANITERAAN KEDOKTERAN KELUARGA
PUSKESMAS 1 WANGON

BRONKITIS KRONIK

Disusun Oleh :
Dwika Akbar Indrawan
G4A017083

Disusun untuk memenuhi laporan kepaniteraan komprehensif


Kepaniteraan Ilmu Kedokteran Keluarga
Jurusan Kedokteran Umum
Fakultas Kedokteran
Universitas Negeri Jendral Soedirman

Telah diperiksa, disetujui dan disahkan:


Pada tanggal, Januari 2020

Preseptor Lapangan Preseptor Fakultas


Tanda Tangan

dr. Haryo Saloka dr. Lily Kusumasita Burkon, MKK


NIP. 19710708 201503 1 001 NIP. 19870819 201903 2 012

ii
3

DAFTAR ISI
Halaman
HALAMAN JUDUL ………………………………………………….. i
LEMBAR PENGESAHAN……………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………..…………………………………………….. iii
KATA PENGANTAR…………………………………………………. iv
I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA................... 5
II. STATUS PENDERITA………………………………………….. 6
A. Pendahuluan…………………………………………………… 6
B. Identitas Pasien……………………………………………....... 6
C. Anamnesis……………………………………………………... 7
D. Pemeriksaan Fisik……………………………………………… 11
E. Pemeriksaan Penunjang………………………………………... 13
F. Resume…………………………………………………………. 14
G. Diagnostic Holistik……………………………………………… 14
H. Penatalaksanaan Komprehensif…………………………………. 16
I. Prognosis………………………………………………………... 18
J. Flow Sheet………………………………………………………. 18
III. IDENTIFIKASI FUNGSI – FUNGSI KELUARGA
A. Fungsi Holistik ………………………………………………….. 19
B. Fungsi Fisiologis (APGAR) …………………………………….. 19
C. Fungsi Patologis (SCREEM)……………………………………. 21
D. Family Genogram……………………………………………….. 22
E. Pola Interaksi Keluarga…………………………………………. 22
IV. IDENTIFIKASI FAKTOR – FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN
A. Identifikasi Faktor Perilaku & Nonperilaku Keluarga………..... 23
B. Identifikasi Lingkungan Rumah…………………..…………..... 24
V. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA…….. 26
A. Masalah Medis …………………………………………............ 26
B. Masalah Non Medis…………………………………………….. 26
C. Diagram Permasalahan Pasien………………………………….. 26
D. Matrikulasi Masalah……………………………………………. 27
E. Prioritas Masalah……………………………………………….. 27
F. Alernatif Pemecahan Masalah………………………………...... 28
G. Penentuan Alternatif Terpilih…………………………………… 28
VI. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA
A. Rencana Pembinaan Keluarga…………………………………. 30
B. Hasil Pembinaan Keluarga…………………………………….. 32
C. Hasil Evaluasi………………………………………………….. 32
VII. TINJAUAN PUSTAKA…………………………………………. 35
VIII. RESUME…………………………………………………………. 46
IX. PENUTUP………………………………………………………... 48
DAFTAR PUSTAKA…………………………………………………… 51
LAMPIRAN…………………………………………………………….. 52

iii
4

KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis haturkan kepada Tuhan Yang Maha Esa karena dapat
menyelesaikan laporan kasus dengan judul “Bronkithis Kronik” ini. Terima kasih
yang sebesar-besarnya juga penulis haturkan kepada dr. Lily Kusumasita Burkon,
MKK dan dr. Tulus Budi Purwanto selaku pembimbing penulis sehingga laporan
kasus ini dapat terselesaikan. Ucapan terima kasih juga penulis tunjukan kepada
segenap dokter-dokter dan civitas Puskesmas I Wangon yang telah memberikan
dukungan baik secara moral dan keilmuan sehingga penulis dapat menyelesaikan
laporan kasus ini.

Demikian penulis sampaikan, mohon maaf apabila terdapat kesalahan baik


dalam tutur kata maupun tulisan yang mungkin tidak berkenan. Penulis berharap
supaya laporan kasus ini dapat bermanfaat bagi para dokter, dokter muda, ataupun
para medis lainnnya.

Purwokerto, Januari 2020

Penulis

iv
5

I. KARAKTERISTIK DEMOGRAFI KELUARGA

Nama Kepala Keluarga : Tn. S


Alamat lengkap :Desa Klapagading RT 02/07 Wangon, Banyumas
Bentuk Keluarga : Nuclear family

Tabel 1 Daftar Anggota Keluarga yang Tinggal dalam Satu Rumah


Pendidikan
No Nama Kedudukan L/P Umur Pekerjaan Keterangan
terakhir
1 Tn. S Suami L 40 th SMP Buruh
Material Pasien
2 Ny. W Istri P 40 th SMP IRT -
3 An. R Anak 15 th SMP
Kandung P Pelajar -
4 An. A Anak
Kandung L 7 th SD Pelajar -
5 An. I Anak Angkat L 7 th SD Pelajar -
Sumber: Data Primer, Januari 2020

Kesimpulan dari karakteristik demografi di atas adalah bentuk keluarga dari


Tn. S adalah nuclear family. Pasien (Tn.S) sebagai kepala rumah tangga, Ny. W
sebagai istri. Saat ini Tn.S tinggal berlima dengan istri dan ketiga anaknya dalam 1
rumah. Tn.S merupakan penderita bronkhitis kronik yang datang berobat ke balai
pengobatan Puskesmas I Wangon diantar oleh istrinya.
6

II. STATUS PENDERITA

A. PENDAHULUAN
Laporan ini disusun berdasarkan kasus yang diambil dari seorang laki-laki
berusia 40 tahun yang datang ke balai pengobatan Puskesmas 1 Wangon. Pasien
ini datang dengan keluhan batuk dan nyeri tenggorokan.

B. IDENTITAS PENDERITA
Nama : Tn. S
Usia : 40 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Status : Menikah
Agama : Islam
Suku bangsa : Jawa
Kewarganegaraan : Indonesia
Pekerjaan : Buruh Material
Pendidikan : SMP
Penghasilan/bulan : Rp 1.000.000 s.d. Rp 1.500.000
Alamat : Desa Klapagading RT 02/RW 07
Kecamatan Wangon, Kabupaten Banyumas
Pengantar (Pasien) : Istri
Tanggal Periksa : Selasa, 14 Januari 2020

C. ANAMNESIS (diambil melalui autoanamnesis)


1. Keluhan Utama
Batuk
2. Keluhan Tambahan
Nyeri tenggorokan, Keringat dingin, Benjolan pada leher, Penurnan berat
badan
3. Riwayat Penyakit Sekarang
Pasien laki-laki usia 40 tahun datang balai pengobatan Puskesmas 1
Wangon untuk berobat dengan keluhan batuk yang sering dideritanya.
7

Keluhan tersebut sudah dirasakan pasien sejak 1 tahun yang lalu. Pasien
mengaku awalnya batuk hanya muncul beberapa kali namun semakin hari
terasa memberat hingga keluhan batuk muncul setiap hari Keluhan batuk
dirasakan pasien sangat memberat sejak 2 bulan yang lalu dan sudah
mengganggu aktivitas pasien. Batuk dirasakan semakin memberat ketika
pasien beraktivitas di tempat kerja dan terpapar debu/asap rokok, batuk juga
dirasakan memberat saat malam hari dan sesaat setelah makan makanan
yang berminyak. Keluhan batuk dirasakan membaik saat pasien berada di
rumah.
Keluhan lain yang dialami pasien yaitu terkadang muntah saat batuk
sedang memberat, berkeringat saat malam hari, dan nyeri tenggorokan.
Kadang pasien mengeluhkan demam dan nyeri dada saat batuk, keluhan
dada berdebar (-), kaki bengkak (-), mual (-), nafsu makan biasa, penurunan
berat badan (+), keringat pada malam hari (+), kepala pusing (-), mual (-),
muntah (+), nyeri perut (-) BAK dan BAB normal. Pasien merupakan
perokok aktif sejak berusia 17 tahun, dan baru mengurangi kebiasaan
merokok saat keluhan batuk sudah memberat.
4. Riwayat Penyakit Dahulu
a. Riwayat keluhan yang sama :diakui, keluhan serupa sejak 1 tahun
yang lalu
b. Riwayat mondok :disangkal
c. Riwayat darah tinggi :disangkal
d. Riwayat kencing manis :disangkal
e. Riwayat penyakit jantung :disangkal
f. Riwayat asma :disangkal
g. Riwayat alergi makanan/obat :disangkal
h. Riwayat Operasi/konsumsi obat :disangkal
5. Riwayat Penyakit Keluarga
a. Riwayat keluhan serupa : disangkal
b. Riwayat kencing manis : disangkal
c. Riwayat darah tinggi : disangkal
d. Riwayat penyakit jantung : disangkal
8

e. Riwayat asma : disangkal


f. Riwayat alergi makanan/obat : disangkal
6. Riwayat Sosial dan Exposure :
a. Community : Pasien tinggal di lingkungan pedesaan di desa
Klapagading. Penduduk desa ini mayoritas bekerja
sebagai buruh tani dengan tingat ekonomi yang rendah
dan pendidikan SD/SMP. Pasien tinggal di pedesaan
padat penduduk. Lingkungan sekitar tempat tinggal
pasien cukup rindang.
Pada tempat pasien bekerja, mayoritas bekerja sebagai
buruh di took material yang sama, pasien mengaku
banyak teman kerja pasien yang mengeluhkan keluhan
batuk, terutama teman dekat pasien yang bertugas
sebagai kenek dimana mengalami keluhan batuk lama
dan sulit berhenti namun tidak pernah melakukan
pemeriksaan di fasilitas kesahatan, bahkan keluhan
tersebut muncul sebelum pasien mengeluhkan keluhan
batuk yang sama.
b. Home : Pasien tinggal disebuah rumah sederhana dengan luas
rumah 7x10 m2 , dengan jumlah penghuni lima orang.
Rumah pasien memiliki ventilasi dan pencahayaan yang
kurang, hal ini dikarenakan pasien jarang membuka
jendela rumah sehingga pertikaran udara minimal. Lantai
rumah dari depan hingga belakang terbuat dari tanah.
Dinding rumah terbuat dari kayu. Tidak semua kamar
memiliki jendela. Kebersihan rumah cukup terjaga
dengan baik namun sedikit berantakan. Atap rumah
terbuat dari genting dan kayu. Tingkat kelembapan
rumah terkesan lembab terutama di kamar dan di dapur.
Rumah terdiri dari ruang tamu yang menyatu dengan
ruang keluarga, 2 kamar tidur, dan 1 ruang dapur, dan 1
kamar mandi. Pasien memasak dengan menggunakan
9

kompor. Sumber air bersih berasal dari air sumur. Jarak


antara rumah pasien dan rumah tetangga sekitar 3-4
meter. Lingkungan tempat tinggal Tn, S berada tengah
pemukiman yang berjalan datar. Tempat sampah
keluarga diletakkan di halaman belakang rumah dan
dibakar. Kesan kebersihan lingkungan rumah kurang
baik.
Pasien sudah bekerja sebagai buruh toko material selama
10 tahun di Jakarta dan tinggal di mesh tempat pasien
bekerja. Lingkungan sekitar tempat tingga pasien di
Jakarta berada di pinggir jalan dan dekan dengan gudang
penyimpanan bahan material sehingga diakui banyak
debu/polutan.
c. Hobby : Pasien tidak memiliki hobi tertentu, sehari hari pasien
mengisi waktu luangnya didalam kamar untuk
beristirahat.
d. Occupational : Pasien merupakan seorang buruh di toko material, pasien
bekerja sebagai supir pengantar bahan material, pasien
juga bertugas untuk mengangkat bahan material. Pasien
biasa bekerja 8 jam setiap harinya. Pasien terkadang
menggunakan penutup mulut dan hidung saat melakukan
pekerjaan, namun pasien sering melepas penutup tersebut
diakrenakan tidak nyaman terutama saat berkeringat.
e. Personal Habit: Pasien sering terpapar bahan material seperti semen,
genteng, batu bata, dll saat pasien bekerja. Pasien sendiri
merokok sejak usia 17 tahun, dimana 1 hari pasien dapat
menghabiskan 24 batang rokok. Derajat berat merokok
dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian jumlah
rata – rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama
merokok dalam tahun:
1) Ringan: 0-200
2) Sedang: 200-600
10

3) Berat: >600
IB = 24x23 = ± 552 (Perokok Sedang)
f. Diet : Pasien mengaku makan 3 kali sehari. Menu makanan
sehari – hari adalah nasi, sayur, dan lauk seadanya yang
dibeli pasien di luar rumah. Pasien mengaku sering
memakan gorengan. Kesan gizi pasien kurang.
g. Drug : Pasien tidak mengkonsumsi obat – obatan tertentu.
Pasien hanya meminum obat – obatan yang didapatkan
saat control ke RS/Puskesmas
7. Riwayat Psikologi
Hubungan kekeluargaan di antara keluarga Tn. S terjalin baik dan
saling memberi perhatian satu sama lain. Hal ini terbukti dengan adanya
respon anggota keluarga dalam usaha pengobatan pasien yang sudah
diusahakan untuk berobat.
8. Riwayat Ekonomi
Pasien hanya bekerja sebagai seorang buruh di took material. Pasien
Pasien mengaku pendapatannya ±1.000.000-1.500.000/Bulan. Kesan
ekonomi adalah menengah ke bawah.
9. Riwayat Demografi
Hubungan dalam keluarga cukup baik. Interaksi diantara keluarga ini
juga terlihat baik, namun pasien jarang untuk bertemu keluarganya
dikarenakan pasien bekerja di luar kota. Pasien mengaku menyempatkan
untuk pulan sekita 2-4 bulan sekali. Tidak ada riwayat perceraian dalam
keluarga.
10. Riwayat Sosial
Pasien memiliki 3 anak. Anak pertama pasien berusia 15 tahun dan
sedang duduk dikelas 1 SMP. Anak kedua pasien berusia 7 tahun dan
sedang duduk dikelas 1 SD. Anak ketika pasien merupakan anak angkat dari
adik istri pasien yang sudah meninggal, sehingga dirawat oleh keluarga
pasien. Hubungan dengan anaknya terjalin baik terbukti dengan komunikasi
dan seringnya anak pasien menengok pasien ke rumah. Hubungan pasien,
istri, dan dengan tetangga sekitar juga harmonis. Tetang pasien mengetahu
11

identitas pasien dan tempat pasien bekerja saat kami tanyakan. Pasien saat
ini jarang mengikuti kegiatan perkumpulan warga, dikarenakan pasien yang
lebih sering berada diluar kota untuk bekerja.
11. Anamnesis Sistemik
a. Keluhan Utama : Batuk berdahak
b. Kulit : tidak ada keluhan
c. Kepala : tidak ada keluhan
d. Leher : tidak ada keluhan
e. Mata : tidak ada keluhan
f. Hidung : tidak ada keluhan
g. Telinga : tidak ada keluhan
h. Mulut : tidak ada keluhan
i. Tenggorokan : Nyeri tenggorokan
j. Pernafasan : Batuk berdahak
k. Sistem Kardiovaskuler : tidak ada keluhan
l. Sistem Gastrointestinal : tidak ada keluhan
m. Sistem Saraf : tidak ada keluhan
n. Sistem Muskuloskeletal : tidak ada keluhan
o. Sistem Genitourinaria : tidak ada keluhan
p. Ekstremitas Atas : tidak ada keluhan
Bawah : tidak ada keluhan

D. PEMERIKSAAN FISIK
1. Keadaan Umum
Tampak serak saat bicara, kesadaran Composmentis, status gizi kesan
kurang.
2. Tanda Vital
a. Tekanan darah : 120/80 mmHg
b. Nadi : 96 x/menit, reguler, isi dan tegangan cukup
c. Pernafasan : 27 x/menit, reguler
d. Suhu : 36,6 oC
3. Status gizi
12

a. BB : 55 kg
b. TB : 168 cm
c. IMT : kg/m2
d. Kesan status gizi : Kurang
4. Kulit : Sianosis (-), turgor <2 detik), ikterus(-)
5. Kepala : Bentuk kepala mesocephal
6. Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-),
7. Telinga : Bentuk normal, sekret (-/-)
8. Hidung : Napas cuping hidung (-), sekret (-/-)
9. Mulut : Bibir sianosis (-), mulut basah (+), Lidah kotor (-)
10. Tenggorokan : Hiperemis (-). Pembesaran KGB (+)
11. Leher : Deviasi trakea (-), pembesaran kelenjar limfe (+)
Regio submandibular dekstra, nyeri tekan (-)
12. Thoraks : Simetris, retraksi (-/-)
a. Cor : Inspeksi : ictus cordis tak tampak
Palpasi : ictus cordis tak kuat angkat
Perkusi : batas kiri atas : SIC II LPSS
batas kiri bawah : SIC V 2 jari lateral LMCS
batas kanan atas : SIC II LPSD
batas kanan bawah : SIC IV LPSD
Auskultasi : S1>S2, regular, gallop (-), murmur (-)
b. Pulmo
Inspeksi : Bentuk dada normal, sela iga melebar(+), retraksi (-),
gerakan paru simetris.
Palpasi : Vocal fremitus kanan = kiri berkurang
Perkusi : Hipersonor/Hipersonor
Auskultasi : Suara dasar vesikular memanjang (+/+), suara tambahan
RBH (+/+), RBK (-/-), Wheezing (-/-)
13. Abdomen
Inspeksi : Datar, asites (-), benjolan (-), lesi (-), jejas (-)
Auskultasi : Bising usus (+) normal
Palpasi : Nyeri tekan (-), hepar dan lien tidak teraba pembesaran
13

Perkusi : Timpani
14. Collumna Vertebralis
Inspeksi : deformitas (-), skoliosis (-), kiphosis (-), lordosis (-)
Palpasi : nyeri tekan (-)
15. Genitalia : Tidak dilakukan
16. Anorektal : Tidak dilakukan
17. Ekstremitas
Superior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
Inferior : Edema (-/-), jejas (-/-), akral dingin (-/-)
18. Pemeriksaan Neurologik
Fungsi Luhur : dalam batas normal
Fungsi Vegetatif : dalam batas normal
Fungsi Sensorik : dalam batas normal
Fungsi Motorik :
K 5 5 T N N RF + + RP - -
5 5 N N + + - -

E. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Usulan pemeriksaan penunjang:
1. Pemeriksaan EKG
2. Rontgen Thoraks
3. Darah rutin
4. Kultur dahak
5. Spirometri
14

F. RESUME
Pasien laki-laki usia 40 tahun datang balai pengobatan Puskesmas 1
Wangon untuk karena keluhan batuk yang sering dideritanya. Keluhan tersebut
sudah dirasakan pasien sejak 1 tahun yang lalu dan memberat sejak 2 bulan
yang lalu hingga mengganggu aktivitas pasien. Batuk awalnya kering namun
mulai mengeluarkan dahak sejak 2 bulan yang lalu, dahak berwarna putih
kehijauan namun tidak disertai darah. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada
tenggorokan hingga serak saat mengeluarkan suara. Pasien juga terkadang
muntah saat batuk sedang memberat. Pasien mengaku keluhan batuk semakin
memberat saat pasien berada ditempat kerja dan membaik saat berada di dalam
rumah. Pasien juga mengaku mengalami penurunan berat badan saat keluhan
batuk mulai memberat.Kadang pasien mengeluhkan nyeri dada saat saat batuk
tidak berhenti-berhenti. Pasien merupakan perokok aktif (+)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sedikit
sesak, compos mentis, kesan status gizi kurang. TD : 110/70 mmHg, N: 86
x/menit, irama regular, RR: 27 x/menit, S: 36,6oC. Pemeriksaan fisik
didapatkan adanya pembesaran kelenjar limfe di leher, usaha nafas minimal,
hipersonor pada kedua lapang paru, suara dasar vesikuler memanjang (+/+),
suara tambahan RBK (+/+).

G. DIAGNOSIS HOLISTIK
1. Aspek Personal
Pasien mengeluh sesak nafas disertai batuk berdahak
Idea : Pasien datang ke puskesmas karena batuk dan nyeri
tenggorokan
Concern : Pasien mengatakan akibat penyakitnya tersebut, pasien
menjadi sulit untuk beraktivitas sehari-hari.
Expectacy : Pasien berharap agar penyakitnya dapat sembuh, sehingga
dapat beraktivitas seperti biasa dengan nyaman.
Anxiety : Pasien cukup gelisah dengan penyakitnya tersebut. Selain itu,
pasien juga mencemaskan tidak bias kembali bekerja
dikarenakan penyakitnya tersebut
15

2. Aspek Klinis
a. Diagnosa Kerja : Bronkitis kronik
b. Gejala klinis : Batuk berdahak, nyeri tenggorokan, keringat
dingin, penurunan berat badan, hipersonor pada kedua lapang paru, suara
dasar vesikuler mema panjang (+/+), suara tambahan RBK (+/+).
c. Diagnosa banding : Tuberculosis (TB), Emfisema
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Faktor Resiko yang tidak dapat diubah (Unmodiffied)
1) Karakteristik Pasien: Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 40
tahun.
b. Faktor Resiko yang dapat diubah (Modiffied)
1) Status gizi: Riwayat gizi yang kurang akibat diet yang kurang nutrisi
dan bervariasi akibat faktor ekonomi.
2) Perilaku: Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak 23 tahun yang
lalu hingga sekarang.
3) Pendidikan: Pendidikan terakhir pasien hanya sampai SMP.
4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu
a. Rumah pasien yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat (rumah dengan
jendela yang jarang di buka, sirkulasi udara dalam rumah kurang baik).
b. Kebiasaan pasien yang merokok di dalam rumah.
c. Pekerjaan : Pasien bekerja sebagai buruh di toko material sejak 10 tahun
yang lalu. Pasien sering terpapar oleh bahan-bahan material dan pasien
jarang menggunakan APD.
d. Lingkungan : Pasien tinggal di mesh yang berlokasi di pinggir jalan serta
berada dilantai atas dari gudang tempat penyimpanan bahan material.
Sehingga kondisi sekitar kamar pasien sangat berdebu baik dari asap
kendaraan dan debu jalanan, maupun dari bahan material yang berada di
gudang bawah.
16

5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial


Berdasarkan skala fungsi, aspek skala fungsi Tn. S adalah 3. Hal ini
dikarenakan Tn. S masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari walau agak
terhambat.

H. PENATALAKSANAAN
1. Personal Care
a. Initial Plan
Usulan pemeriksaan penunjang:
1) Pemeriksaan EKG
2) Darah rutin
3) Kultur dahak
4) Spirometri
5) Rontgen
b. Medikamentosa
1) PO Amoxicillin tablet tablet 500mg/8jam
2) PO Dexamethason tablet 4mg/8jam
3) PO Ambroxol tablet 30 mg/8jam
4) PO Teofilin tablet 150mg/24jam
c. Non Medikamentosa
1) Menggunakan masker saat beraktivitas yang berhubungan dengan
terpapar dengan bahan material dan debu di tempat pasien bekerja
2) Istirahat yang cukup (6 – 8 jam/hari)
3) Penggunaan oksigen, jika sesak hebat
4) Melakukan rehabilitasi Bronkhitis Kronik dengan menjaga pola
pernapasan yang teratur untuk meningkatkan otot pernapasan dan
Endurance exercise
d. KIE (komunikasi, informasi dan edukasi)
1) Edukasi kepada pasien tentang penyakit, penyebab, faktor risko,
perjalanan penyakit, prognosis dari Bronkhitis Kronik.
2) Edukasi kepada pasien untuk menghindari kontak dengan pencetus
kambuhnya penyakit, termasuk kontak debu/asap
17

3) Edukasi kepada pasien untuk berhenti merokok dan memulai hidup


sehat
4) Edukasi pasien untuk menjaga sanitasi rumah dan lingkungan sekitar
dengan menjaga kebersihan, membiasakan membuka jendela dan
pintu ruangan serta kamar untuk menjaga pencahayaan dan sirkulasi
udara cukup.
5) Edukasi pasien untuk melakukan rutin kontrol
6) Edukasi pasien untuk pengaturan pola makan dan berolahraga secara
rutin
7) Edukasi pasien untuk melakukan manajemen stress
2. Family Care
a. Memberikan edukasi pengetahuan kepada keluarga mengenai Definisi
Bronkithis kronik, etiologi, faktor resiko, tanda dan gejala,
penatalaksanaan, pencegahan, komplikasi, prognosis.
b. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk membantu agar tidak
merokok dan mengingatkan pasien untuk memakai masker saat
beraktivitas agar tidak terpapar debu dan asap.
c. Memberikan edukasi kepada anggota keluarga agar membantu
mengingatkan pasien untuk menjaga pola makan dan pola hidup sehat.
d. Memberikan edukasi tentang manajemen stress.
e. Memberikan edukasi untuk mengubah rumah menjadi rumah sehat
f. Memberikan dukungan moral dari keluarga dalam pengendalian
penyakit pasien.
3. Community Care
Melakukan konseling atau edukasi pada masyarakat di tempat tinggal pasien
tentang Bronkitihis melalui:
a. Edukasi pengetahuan terkait faktor risiko dan gejala Bronkithis kronik.
b. Edukasi mengenai penatalaksaan dan komplikasi penyakit.
c. Edukasi untuk menjaga pola hidup sehat, yaitu dengan menjaga pola
makan, dan melakukan olahraga.
d. Edukasi tentang bahaya rokok dan pasrtikel material untuk kesehatan
18

I. PROGNOSIS
Ad vitam : Dubia ad Bonam
Ad fungsionam : Dubia ad Bonam
Ad sanationam : Dubia ad Bonam

J. FLOW SHEET
No Tanggal Subjektif Objektif Pemeriksaan Fisik
Planning
1. Selasa Batuk TD: 110/80 mmHg Mata:CA -/- SI -/-
PO Amoxicillin
14/01/ berdahak, N : 87 x/menit Mulut: sian – tablet tablet
2020 Nyeri RR: 27x/ menit Leher: 500mg/8jam
tenggorok S : 36,6o C Pembesaran limfe
PO
an, (+) Dexamethason
Keringat Thorax: Barrel tablet 4mg/8jam
dingin Chest -, fokal PO Ambroxol
fremitus menurun,
tablet 30
hipersonor +/+ mg/8jam
P/ SD ves PO Teofilin
memanjang+/+, tablet
Rbk+/+, Rbh -/-,
150mg/24jam
Wh-/- Istirahat 6-
C/ S1>S2 reg, M-,
8jam/hari,
G- Menggunakan
A/ datar, BU(+)N,
masker saat
timpani, NT (-)beraktivitas,
Menjaga pola
pernafasan
2. Senin, Batuk TD: 120/70 mmHg Mata:CA -/- SI -/- PO Amoxicillin
20/01/ berdahak, N : 88 x/menit Mulut: sian – tablet tablet
2020 Nyeri RR: 22x/ menit Leher: 500mg/8jam
o
tenggorok S : 36,7 C Pembesaran limfe PO
an (+) Dexamethason
membaik, Thorax: Barrel tablet 4mg/8jam
Keringat Chest -, fokal PO Ambroxol
dingin fremitus menurun, tablet 30
hipersonor +/+ mg/8jam
P/ SD ves PO Teofilin
memanjang+/+, tablet
Rbk+/+, Rbh -/-, 150mg/24jam
Wh-/- Istirahat 6-
C/ S1>S2 reg, M-, 8jam/hari,
G- Menggunakan
A/ datar, BU(+)N, masker saat
timpani, NT (-) beraktivitas,
Menjaga pola
pernafasan
19

III. IDENTIFIKASI FUNGSI FUNGSI KELUARGA

A. FUNGSI HOLISTIK
1. Fungsi Biologis
Bentuk keluarga dari Tn. S adalah nuclear family. Tn.S (40 th)
sebagai kepala rumah tangga, Ny. W (40 th) sebagai istri. Saat ini Tn.S
tinggal berlima dengan istri dan ketiga anaknya dalam 1 rumah.
2. Fungsi Psikologis
Hubungan antara pasien dengan keluarganya harmonis
3. Fungsi Sosial
Pasien sudah mengenal baik tetangga di sekitar rumahnya. Sebagian
tetangga rumah pasien juga merupakan saudara dari pasien itu sendiri,
sehingga komunikasi yang terjalin juga baik.
4. Fungsi Ekonomi dan Pemenuhan Kebutuhan
Pasien berasal dari keluarga ekonomi kelas menengah kebawah.
Penghasilan keluarga berasal dari pasien yang bekerja sebagai buruh di
took material. Pembiayanan kesehatan keluarga dengan menggunakan
(Kartu Indonesia Sehat) KIS.
Dapat disimpulkan bahwa bentuk keluarga Tn. S adalah nuclear
family. Keluarga Tn. S adalah keluarga yang cukup harmonis, dan
merupakan keluarga dengan perekonomian kelas menengah kebawah.

B. FUNGSI FISILOGIS (A.P.G.A.R SCORE)


Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga ini digunakan A.P.G.A.R
SCORE dengan nilai hampir selalu = 2, kadang = 1, hampir tidak pernah =
0. A.P.G.A.R SCORE disini akan dilakukan pada masing-masing anggota
keluarga dan kemudian dirata-rata untuk menentukan fungsi fisiologis
keluarga secara keseluruhan. Nilai rata-rata 1-5 = jelek, 5-7 = sedang, 8-10
= baik.
20

Tabel 3.1 Nilai APGAR Tn. S


Hampir Kadang- Hampir
A.P.G.A.R Tn.M terhadap keluarga
selalu kadang tidak pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima 
dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang
baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 
membagi waktu bersama-sama
Total Poin = 8, fungsi fisiologis Ny. S terhadap keluarga sedang.

Tabel 3.2 Nilai APGAR Ny. W


Hampir
Hampir Kadang-
A.P.G.A.R Ny. I terhadap keluarga tidak
selalu kadang
pernah
A Saya puas bahwa saya dapat kembali ke 
keluarga saya bila saya menghadapi masalah
P Saya puas dengan cara keluarga saya 
membahas dan membagi masalah dengan saya
G Saya puas dengan cara keluarga saya menerima 
dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan kegiatan baru atau arah hidup yang
baru
A Saya puas dengan cara keluarga saya 
mengekspresikan kasih sayangnya dan
merespon emosi saya seperti kemarahan,
perhatian dll
R Saya puas dengan cara keluarga saya dan saya 
membagi waktu bersama-sama
Total Poin = 5, fungsi fisiologis Ny.W terhadap keluarga sedang.
21

Rerata APGAR Score keluarga pasien = (6+6) / 2 = 6, kesimpulan fungsi


keluarga pasien sedang. Secara keseluruhan total poin dari APGAR keluarga
pasien adalah 12, sehingga rerata APGAR dari keluarga pasien adalah 6. Hal
ini menunjukkan bahwa fungsi fisiologis yang dimiliki keluarga pasien masih
belum maksimal terutama dalam hal komunikasi dikarenakan pasien yang
kerja di luar kota.

C. FUNGSI PATOLOGIS (S.C.R.E.E.M)


Fungsi patologis dari keluarga Ny. S dinilai dengan menggunakan
S.C.R.E.E.M sebagai berikut:
Tabel 3.3. Fungsi Patologis (SCREEM) keluarga Ny. S
Sumber Patologis Ket
Interaksi sosial keluarga dengan tetangga dan saudara- -
Social
saudara di sekitar rumah cukup baik.
Dalam kegiatan sehari-hari keluarga ini menggunakan -
Cultural bahasa Jawa. Tidak ada perbedaan budaya yang mejadi
masalah
Pemahaman agama cukup baik penerapan ajaran juga -
Religion
baik. Pasien rutin menjalankan shalat lima waktu.
Ekonomi keluarga ini tergolong kelas menengah +
kebawah, untuk kebutuhan primer sudah bisa terpenuhi,
Economic meski belum mampu mencukupi kebutuhan sekunder,
diperlukan skala prioritas untuk pemenuhan kebutuhan
hidup.
Pendidikan anggota keluarga kurang. Latar belakang +
Education pendidikan pasien SD. Pengetahuan mengenai pentingnya
pola hidup sehat masih kurang.
Dalam mencari pelayanan kesehatan, keluarga -
menggunakan pelayanan puskesmas dan menggunakan
Medical KIS. Akses layanan kesehatan yang dapat dijangkau yaitu
puskesmas karena termasuk cukup dekat dengan rumah
pasien.

Keterangan :
1. Economic (+) oleh karena ekonomi keluarga pasien tergolong menengah
kebawah.
2. Education (+) oleh karena pengetahuan pasien dan keluarga tentang
kesehatan terutama tentang penyakitnya masih kurang.
Kesimpulan :
22

Keluarga Tn. S fungsi patologis yang ditemukan antara lain fungsi ekonomi dan
fungsi pendidikan.
D. FAMILY GENOGRAM

Ny. P Tn. D Ny. R


66 th 67 th 59 th

Tn.S Ny. W
40 th 40 th

An. R An. A An. I


15 th 7 th 7 th

Gambar 3.1 Genogram Keluarga Tn.S


Keterangan :
: Perempuan : Anak angkat

: Laki-laki : Meninggal

: Pasien

: Tinggal satu rumah

E. POLA INTERAKSI KELUARGA

Tn. S Ny. W

Gambar 3.1 Pola Interaksi Keluarga Ny. S

Keterangan:
: Hubungan baik
23

Kesimpulan:
Hubungan antar anggota keluarga di keluarga Tn. S dinilai baik.
IV. IDENTIFIKASI FAKTOR-FAKTOR YANG MEMPENGARUHI
KESEHATAN

A. IDENTIFIKASI FAKTOR PERILAKU DAN NON PERILAKU


1. Faktor Perilaku
Tn. S merupakan seorang pekerja di toko material yang kesehariannya
bekerja sebagai supir angkutan bahan material, selain itu juga pasien bertugas
untuk mengangkat bahan-bahan material yang akan dikirim. Tn. S setiap hari
terpapar polutan berupa bahan-bahan material (semen, genting, batu bata, dll)
serta debu maupun asap mobil saat bertugas sebagai sopir, pasien mengaku
jarang menggunakan APD berupa penutup hidung dikarenakan tidak nyaman
terutama saat berkeringat. Selain itu, Tn. S perokok sedang dengan Indeks
Brinkman (IB) = 24x23 = ± 552 (Perokok Sedang) rumah, sehingga memicu
terjadinya penyakit saluran nafas.
2. Faktor Non Perilaku
a. Rumah pasien yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat (rumah dengan
jendela yang jarang di buka, dengan lantai tanah, dan dinding kayu). Mesh
yang ditempati pasien selama bekerja di Jakarta berlokasi diatas gudang
penyimpanan bahan material serti berada di pinggir jalan besar sehingga
banyak polutan.
b. Diet yang kurang nutrisi dan bervariasi akibat faktor ekonomi, pasien lebih
gemar membeli makanan berupa gorengan yang berminyak sebagai lauk.
c. Teman kerja pasien yang banyak memiliki keluhan yang sama dan jarang
untuk menggunakan APD seperti masker saat berkomunikasi dengan pasien.
d. Pendidikan terakhir pasien hanya sampai SMP.
24

Status Gizi:
Kesan status gizi baik,
namun pasien mengalami
penurunan berat badan
Pengetahuan : sejak keluhan memberat.
Pengetahuna tentang
kesehatan, penyakit, dan
rumah sehat kurang
Pekerjaan:
Sebagai buruh toko material
yang setiap harinya terpapar
Personal Habit: bahan material dan debu
Pasien memiliki kebiasaan
merokok sejak muda, dapat Keluarga
menghabiskan rokok Tn. S
Lingkungan:
sekitar 2 bungkus / hari
Lingkungan rumah
kurang memenuhi
keriteria rumah sehat.

Diagram 3.1 Faktor Perilaku dan Non Perilaku

: Faktor Perilaku
: Faktor Non Perilaku

B. IDENTIFIKASI LINGKUNGAN RUMAH


1. Gambaran Lingkungan
Pasien tinggal disebuah rumah sederhana dengan luas rumah 7x10
m2 , dengan jumlah penghuni lima orang. Rumah pasien memiliki ventilasi dan
pencahayaan yang kurang, hal ini dikarenakan pasien jarang membuka jendela
rumah sehingga pertikaran udara minimal. Lantai rumah dari depan hingga
belakang terbuat dari tanah. Dinding rumah terbuat dari kayu. Tidak semua
kamar memiliki jendela. Kebersihan rumah cukup terjaga dengan baik namun
sedikit berantakan. Atap rumah terbuat dari genting dan kayu. Tingkat
kelembapan rumah terkesan lembab terutama di kamar dan di dapur. Rumah
terdiri dari ruang tamu yang menyatu dengan ruang keluarga, 2 kamar tidur, dan
1 ruang dapur, dan 1 kamar mandi. Pasien memasak dengan menggunakan
kompor. Sumber air bersih berasal dari air sumur. Jarak antara rumah pasien
25

dan rumah tetangga sekitar 3-4 meter. Lingkungan tempat tinggal Tn, S berada
tengah pemukiman yang berjalan datar. Tempat sampah keluarga diletakkan di
halaman belakang rumah dan dibakar. Kesan kebersihan lingkungan rumah
kurang baik.
Pasien sudah bekerja sebagai buruh toko material selama 10 tahun di
Jakarta dan tinggal di mesh tempat pasien bekerja. Pasien tinggal di kamar
dengan ukuran 2x2 cm tanpa menggunakan pendingin ruangan seperti AC
maupun kipas angina. Pasien mengaku kamar tersebut memiliki jendela dan
ventilasi serta pencahayaan yang cukup, namun kamar mudah berdebu
dikarenakan lokasi kamar pasien yang berada diatas gudang serta di pinggir
jalan. Lingkungan sekitar tempat tingga pasien di Jakarta berada di pinggir jalan
dan dekan dengan gudang penyimpanan bahan material sehingga diakui banyak
debu/polutan.
2. Denah rumah
Rumah pasien memiliki 4 ruangan, yang terdiri dari, 1 ruang tamu dan
keluarga, 2 kamar tidur, 1 dapur, dan 1 kamar mandi.

Kamar
Ruang Tamu dan Tidur
Ruang Keluarga

Dapur
Kamar Kamar
Tidur Mandi

Gambar 4.1 Denah Rumah Keluarga Tn. S


26

V. DAFTAR MASALAH DAN PEMBINAAN KELUARGA

A. MASALAH MEDIS

Bronkithis Kronik

B. MASALAH NONMEDIS
1. Pengetahuan

a. Pengetahuan tentang penyakit bronkitis kronik yang kurang memadai

b. Pendidikan terakhir pasien dan istri hanya sampai S M P

2. Ekonomi

Ekonomi keluarga pasien menengah kebawah.

a. Pasien bekerja hanya sebagai buruh di toko material dengan pendapatan


seadanya
b. Diet sehari-hari pasien hanya nasi, sayur dan lauk pauk seadanya yang
ddibeli di luar rumah, pasien juga gemar mengonsumsi makanan
berminyak seperti gorengan.

3. Lingkungan

Kondisi lingkungan rumah kurang memenuhi kriteria sehat.

a. Ventilasi atau jendela rumah yang jarang dibuka

b. Kondisi mesh di tempat pasien bekerja kurang baik dikarenakan banyak


terdapat polutan berupa debu dan bahan material

c. Kebiasaan pasien dan pegawai di tempat pasien bekerja yang mayoritasnya


memiliki kebiasaan merokok
27

C. DIAGRAM PERMASALAHAN PASIEN

Pengetahuan tentang
penyakit bronkitis
kronik yang kurang
memadahi
Ekonomi menengah
ke bawah
Tn. S, 40 tahun
dengan bronkitis
Lingkungan rumah kronik
maupun tempat
pekerjaan kurang
memenuhi kriteria
sehat

Kebiasaan merokok
pasien

Gambar 5.1 Diagram Permasalahan Pasien

D. MATRIKULASI MASALAH
Prioritas masalah ini ditentukan melalui teknik kriteria matriks:
Tabel 5.2 Matrikulasi Masalah
No Daftar Masalah Jumlah
I I T R IxTxR
P S SB Mn Mo Ma
1. Lingkungan rumah dan 5 5 5 3 4 4 4 60
tempat pekerjaan
kurang
memenuhi kriteria
sehat
2. Pengetahuan tentang 3 5 3 3 3 3 4 35,6
penyakit bronkitis
kronik kurang
memadai
3. Kebiasaan pasien 5 4 3 3 4 3 4 43,2
merokok

Keterangan:
I : Importancy (pentingnya masalah)
P : Prevalence (besarnya masalah)
S : Severity (akibat yang ditimbulkan oleh masalah)
28

SB : Social Benefit (keuntungan sosial karena selesainya masalah)


T : Technology (teknologi yang tersedia)
R : Resources (sumber daya yang tersedia)
Mn : Man (tenaga yang tersedia)
Mo : Money (sarana yang tersedia)
Ma : Material (ketersediaan sarana)

Kriteria penilaian:
1 : tidak penting
2 : agak penting
3 : cukup penting
4 : penting
5 : sangat penting

E. PRIORITAS MASALAH
Berdasarkan kriteria matriks diatas, maka urutan prioritas masalah keluarga Tn.
S adalah sebagai berikut :
1. Lingkungan rumah dan tempat pekerjaan kurang memenuhi kriteria sehat
2. Kebiasaan merokok pasien
3. Pengetahuan terkait penyakit bronkitis yang kurang

F. ALTERNATIF PEMECAHAN MASALAH


Beberapa alternatif pemecahan masalah yang bisa dilakukan adalah sebagai
berikut :
1. Penyuluhan dan edukasi kepada pasien dan keluarga terkait penyakit bronkitis
kronik, perjalanan penyakit, pengobatan, prognosisnya serta hubungannya
dengan rokok dan debu/asap.
2. Pengoptimalan ventilasi udara yang ada di rumah dan sanitasi rumah
(membuka jendela setiap pagi hari dan setelah selesai memasak)
3. Pemberian masker untuk APD saat bekerja.

G. PENENTUAN ALTERNATIF TERPILIH


Penentuan alternatif terpilih berdasarkan Metode Rinke yang menggunakan dua
kriteria yaitu efektifitas dan efisiensi jalan keluar. Kriteria efektifitas terdiri dari
pertimbangan mengenai besarnya masalah yang dapat diatasi, kelanggengan
selesainya masalah, dan kecepatan penyelesaian masalah. Efisiensi dikaitkan
29

dengan jumlah biaya yang diperlukan untuk menyelesaikan masalah. Skoring


efisiensi jalan keluar adalah dari sangat murah (1), hingga sangat mahal (5).
Tabel 5.3 Kriteria dan Skoring Efektivitas dan Efisiensi Jalan Keluar

M C
(besarnya I V (jumlah biaya
Skor masalah (kelanggengan (kecepatan yang diperlukan
yang dapat selesainya penyelesaia untuk
diatasi) masalah) n masalah) menyelesaikan
masalah)
1 Sangat kecil Sangat tidak Sangat lambat Sangat murah
langgeng
2 Kecil Tidak langgeng Lambat Murah
3 Cukup besar Cukup langgeng Cukup cepat Cukup murah
4 Besar Langgeng Cepat Mahal
5 Sangat besar Sangat langgeng Sangat cepat Sangat mahal

Prioritas alternatif terpilih dengan menggunakan metode Rinke adalah sebagai


berikut:
Tabel 5.4 Alternatif Terpilih

Efektivitas Efisiensi Urutan


Daftar Alternatif Jalan MxIxV
No. Prioritas
Keluar M I V C C
Masalah
1. Penyuluhan dan edukasi 4 3 4 1 48 1
kepada pasien dan
keluarga terkait penyakit
bronkitis kronik,
perjalanan penyakit,
pengobatan, prognosisnya
serta hubungannya dengan
rokok dan debu/asap.

2. Pengoptimalan ventilasi 3 4 3 1 36 2
udara yang ada di rumah
dan sanitasi rumah
(membuka jendela setiap
30

pagi hari)

3. Pemberian oksigen saat 5 4 4 4 20 3


serangan sesak nafas
memberat dan masker
untuk APD saat bekerja.

Berdasarkan hasil perhitungan penentuan alternatif terpilih menggunakan metode


Rinke, didapatkan dua alternatif terpilih yaitu penyuluhan dan edukasi kepada
pasien dan keluarga terkait penyakit bronkitis kronik, perjalanan penyakit,
pengobatan, prognosisnya.
31

VI. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA

A. RENCANA PEMBINAAN KELUARGA


1. Tujuan
a. Tujuan Umum
Meningkatkan pengetahuan mengenai penyakit bronkitis kronik terutama
mengenai tanda dan gejala, faktor risiko, komplikasi, penanganan,
prognosis dan pola hidup sehat, serta sanitasi lingkungan rumah yang
sehat.
b. Tujuan Khusus
1) Pasien dan keluarga pasien mengetahui faktor-faktor risiko yang
berpengaruh terhadap terjadinya bronkitis kronik seperti paparan asap
rokok, paparan polutan berupa debu maupun bahan material, maupun
tertular dari orang dekat pasien yang mengalami keluhan serupa.
2) Pasien dan keluarga pasien mengetahui cara penatalaksanaan dan
rehabilitasi pada bronkitis kronik.
3) Pasien dan keluarga dapat memahami cara menjalani pola hidup sehat
berupa konsumsi sayur dan buah serta menghindari makan makanan
berminyak.
4) Pasien dan keluarga mampu memahami lingkungan rumah yang sehat.
2. Cara Pembinaan
Pembinaan dilakukan di rumah pasien dalam waktu yang sudah ditentukan
bersama dengan cara memberikan penyuluhan dan edukasi pada pasien dan
keluarga. Penyuluhan dan edukasi dilakukan dalam suasana santai sehingga
materi yang disampaikan dapat diterima.
3. Materi Pembinaan
Materi utama pada penyuluhan dan edukasi kepada pasien dan keluarga yaitu
mengenai pengertian, penyebab, faktor risiko, tanda dan gejala, komplikasi,
penanganan dan prognosis bronkitis kronik, pola hidup sehat serta sanitasi
lingkungan rumah yang sehat.
4. Sasaran Pembinaan
32

Sasaran dari pembinaan keluarga ini adalah pasien dan keluarga yang tinggal
satu rumah.

5. Target Waktu

a. Hari : Kamis dan Senin

b. Tanggal : 16 dan 20 Januari 2020

c. Tempat : Klapagading RT 02/RW 07

d. Waktu : 09.00 - 10.00 WIB

6. Evaluasi Pembinaan

Evaluasi yang dilakukan adalah dengan memberikan beberapa pertanyaan


mengenai materi dan prakte yang telah disampaikan sebelumnya kepada
pasien dan keluarga. Jika salah satu dari anggota keluarga ada yang bisa
menjawab, menjelaskan mengenai bronkitis kronik dan mempraktekkan
pengoptimalan ventilasi, maka dianggap mereka sudah memahami materi
yang telah disampaikan sebelumnya dan dapat saling mengingatkan antar
anggota keluarga. Adapun pertanyaan yang akan diberikan pada saat
sebelum pemberian materi dan sesudah pemberian materi antara lain:

a. Apakah anda mengetahui tentang bronkitis kronik?

b. Apa yang menjadi faktor risiko bronkitis kronik?

c. Apa saja tanda dan gejala bronkitis kronik?

d. Bagaimana perjalanan penyakit dan prognosis dari bronkitis kronik?

e. Apa saja yang harus dihindari penderita bronkitis kronik?

f. Bagaimana pola makan yang sehat?

g. Bagaimana lingkungan rumah yang sehat?


33

B. HASIL PEMBINAAN KELUARGA


Tabel 6.1. Hasil Pembinaan Keluarga
No Tanggal Kegiatan yang Anggota Hasil kegiatan
dilakukan keluarga
yang
terlibat
1. 15 Januari
Membina hubungan Pasien dan Pasien bersedia untuk
2019 saling percaya keluarga dikunjungi lebih lanjut
Pukul dengan pasien, untuk dipantau
11.00 diantaranya perkembangannya.
WIB perkenalan.
Tempat: Perjanjian dengan
PKM I pasien untuk
Wangon
W kedatangan
berikutnya
2. 16 Januari Menggali Pasien dan Mengetahui sejauh
2020 pengetahuan dan keluarga mana pengetahuan dan
Pukul pemahaman pasien pemahaman pasien
10.00 tentang penyakitnya tentang penyakitnya
WIB
Tempat: di
rumah
pasien
3. 20 Januari - Memberikan Pasien dan Pasien dan keluarga
2020 penjelasan tentang: keluarga memahami tentang
Pukul pengertian, bronkitis kronik serta
10.00 penyebab, pentingnya perilaku
WIB penatalaksanaan sehat agar terhindar
Tempat: di serta pencegahan dari
rumah - Pentataletak kekambuhan.
pasien kan ventilasi
di dapur
- Pemberian leaflet
dan masker

C. HASIL EVALUASI

1. Input

a. Sasaran

Semua anggota keluarga mengikuti kegiatan penyuluhan dan


konseling. Maka dari segi kepesertaan sudah mencapai 100% dan
tergolong baik. Sasaran yang mengikuti kegiatan penyuluhan terlihat
antusias dalam mengikuti kegiatan. Hal ini dapat dilihat dari pertanyaan
34

yang diajukan oleh sasaran serta sasaran yang ikut berinteraksi aktif
menjawab pertanyaan-pertanyaan yang disampaikan oleh pemateri.
b. Sumber Daya Manusia (Man)
Pemateri yaitu Dwika Akbar Indrawan yang berstatus sebagai dokter
muda di FK Unsoed. Dwika Akbar Indrawan menyampaikan materi yang
berisi definisi, faktor risiko, tanda dan gejala, komplikasi, penanganan
penyakit bronkitis kronik, pola hidup sehat, sanitasi lingkungan yang baik.
c. Sumber Dana (Money)
Pada penyuluhan tidak ada anggaran yang dikeluarkan. Anggaran
hanya dikeluarkan untuk membeli masker yang akan diberikan kepada
pasien untuk digunakan sebagai APD saat bekerja.
d. Cara pelaksanaan suatu kegiatan (Methode)
Metode yang digunakan berupa konseling dan edukasi tentang
penyakit bronkitis kronik, pola hidup sehat, sanitasi lingkungan yang baik.
Kegiatan berisi tanya jawab serta diskusi materi tersebut. Sebelum
kegiatan konseling, dilakukan tanya jawab ringan.
e. Perlengkapan (material)
Ruang tamu di kediaman pasien menjadi tempat memberikan
penyuluhan dan konseling. Pelaksana kegiatan juga menyiapkan
stestoskop dan tensi untuk memeriksa kesehatan pasien kembali.
2. Proses
a. Keberlangsungan acara
Acara diselenggarakan di ruang tamu kediaman pasien yang
berlangsung kondusif. Semua kegiatan terlaksana dengan baik dan
antusiasme peserta baik dibuktikan dengan jumlah pertanyaan yang
diajukan peserta bahkan tidak hanya mengenai bronkitis kronik namun
juga menanyakan seputar penyakit lain yaitu emfisema dan tb paru.
b. Jadwal pelaksanaan kegiatan
Kegiatan berhasil dilaksanakan pada hari Kamis, 16 Januari
2020. Acara dimulai pukul 09.00 WIB – 10.00 WIB dan berlangsung
selama 60 menit diakhiri oleh review kembali. Kegiatan penyuluhan
terlaksana sesuai yang direncanakan. Kegiatan kedua berhasil
35

dilaksanakan pada Senin, 20 Januari 2020 pukul 09.00 – 10.00 WIB di


rumah pasien dan berlangsung sesuai rencana.
3. Output
Sebelum dilakukan konseling pasien dan keluarga mengaku belum
memahami sepenuhnya tentang penyakit yang diderita Tn. S, pola hidup sehat
dan sanitasi lingkungan yang sehat. Konseling berjalan dengan lancar dan
pasien merasa puas karena merasa lebih diperhatikan dengan adanya
kunjungan ke rumahnya untuk memberikan edukasi tentang penyakit yang
sedang diderita Tn. S. Setelah konseling, dilakukan tanya jawab, narasumber
memberikan 7 pertanyaan terkait materi yang diberikan. Pada pertemuan
pertama, keluarga pasien dapat menjawab beberapa pertanyaan dengan tepat
dan pada pertemuan kedua pasien mampu mengingat kembali materi yang
sudah diberikan.
36

VII. TINJAUAN PUSTAKA

A. DEFINISI
Penyakit Paru Obstruktif Kronik (BRONKITIS KRONIK) adalah penyakit
paru kronis yang ditandai dengan terhambatnya aliran udara di saluran napas yang
bersifat progresif irreversibel atau reversibel parsial, disebabkan oleh proses
inflamasi paru yang berhubungan dengan gas berbahaya yang dapat memberikan
gambaran gangguan sistemik. Karakteristik hambatan aliran udara pada
BRONKITIS KRONIK disebabkan oleh gabungan antara obstruktif saluran napas
kecil (obstruktif bronkiolitis) dan kerusakan parenkim (emfisema) yang bervariasi
pada setiap individu (PDPI, 2011).
Definisi lain menyebutkan BRONKITIS KRONIK adalah keadaan penyakit
yang ditandai oleh keterbatasan alira udara yang tidak sepenuhnya reversibel.
Keterbatsan aliran udara ini biasanya progresif dan berhubungan dengan respon
peradangan yang abnormal dari paru terhadap partikel atau udara yang berbahaya
(Rubenstein, 2007).

B. ETIOLOGI
Banyak hal yang dapat menjadi penyebab penyakit paru obstruktif kronis,
diantaranya yaitu (Mosenifar, 2013):
1. Merokok
Penelitian menyebutkan bahwa kebiasaan merokok merupakan
penyebab terbanyak terjadinya BRONKITIS KRONIK. Kejadian
BRONKITIS KRONIK karena merokok mencapai 90% kasus. Merokok
sigaret mempengaruhi makrofag untuk melepaskan faktor kemotaktik dan
elastase, yang akan menyebabkan kerusakan jaringan. Secara signifikan,
BRONKITIS KRONIK berkembang pada 15% perokok sigaret, walaupun
jumlah ini pasti bukan nilai sebenarnya. Usia memulai merokok, jumlah
bungkus pertahun, dan status merokok saat ini memprediksi mortalitas. Orang
yang merokok mengalami penurunan FEV1: secara fisiologis normal,
penurunan FEV1diperkirakan sekitar 20- 30 ml/tahun, tetapi pada pasien
BRONKITIS KRONIK biasanya menurun 60 ml/tahun atau lebih besar.
37

Sebuah studi menyimpulkan bahwa gangguan fungsi paru dan perubahan


struktural paru sudah muncul pada perokok sebelum tanda klinis obstruksi
muncul.
2. Faktor Lingkungan
BRONKITIS KRONIK juga dapat terjadi pada individu yang tidak
pernah merokok. Walaupun peran polusi udara sebagai etiologi BRONKITIS
KRONIK tidak jelas, efeknya lebih kecil bila dibandingkan dengan merokok.
Pada negara berkembang, penggunaan bahan bakar biomass serta memasak
dan memanaskan dalam ruangan kemungkinan juga menjadi penyumbang
terbesar dalam prevalensi BRONKITIS KRONIK.
3. Hiperesponsif jalan napas
Pasien BRONKITIS KRONIK juga memiliki kecenderungan
adanya hiperesponsif jalan napas, seperti pada asma. Tetapi BRONKITIS
KRONIK dan asma benar-benar berbeda. Asma dilihat sebagai fenomena
alergi, sedangkan BRONKITIS KRONIK merupakan hasil dari kerusakan
dan radang karena rokok. Studi longitudinal yang membandingkan kepekaan
saluran napas pada awal studi yang kemudian mengalami penurunan fungsi
paru telah menunjukkan bahwa peningkatan kepekaan saluran napas secara
jelas merupakan prediktor penurunan fungsi paru di waktu mendatang. Tetapi
studi ini masih belum jelas.
4. Defisiensi Alfa-1 antitripsin (AAT)
Alfa-1-antitripsin merupakan salah satu fraksi protein serum yang
dapat dipisahkan melalui elektroforesis dan dapat menetralisir elastase
netrofil di interstisium paru sehingga melindungi paru dari penghancuran
elastolisis. 6 Pada keadaan defisiensi, maka mekanisme perlindungan terhadap
elastolisis ini berkurang, sehingga bisa menyebabkan emfisema.Penelitian
Erikson tahun 1963 menyatakan bahwa defisiensi AAT diwariskan secara
autosomal-kodominan dan keadaan ini menyebabkan emfisema. Defisensi
AAT disebabkan karena mutasi pada gen AAT.
5. Sindroma Imunodefisiensi
Infeksi Human immunodeficiency virus (HIV) merupakan faktor
resiko untuk BRONKITIS KRONIK, bahkan setelah mengontrol variabel
38

pengganggu seperti merokok, obat IV, ras dan usia. Pada pasien defisiensi
autoimun dan infeksi Pneumocystis carinii terjadi kerusakan paru yang
kortikal dan apikal.
6. Gangguan Jaringan Ikat
Cutis laxa adalah gangguan elastin yang digambarkan terutama
dengan penuaan prematur. Penyakit ini biasanya kongenital dengan
bermacam bentuk penurunan (mis. dominan, resesif). Emfisema prekoks
dihubungkan dengan cutis laxa sejak dari periode neonatus atau bayi.
Patogenesis penyakit ini karena defek sintesis elastin atau tropoelastin.
Sindrom Marfan yaitu penyakit autosomal dominan kolagen tipe I, ditemukan
sekitar 10% pasiennya mengalami abnormalitas paru, termasuk emfisema.

C. FAKTOR RISIKO
1. Merokok
Kebiasaan merokok merupakan satu - satunya penyebab kausal yang
terpenting, jauh lebih penting dari faktor penyebab lainnya. Dalam pencatatan
riwayat merokok perlu diperhatikan (PDPI, 2011):
a. Riwayat merokok: perokok aktif, perokok pasif, bekas perokok
b. Derajat berat merokok dengan Indeks Brinkman (IB), yaitu perkalian
jumlah rata-rata batang rokok dihisap sehari dikalikan lama merokok
dalam tahun :
1) Ringan : 0-200
2) Sedang : 200-600
3) Berat : >600
2. Polusi udara
Berbagai macam partikel dan gas yang terdapat di udara sekitar dapat
mengakibatkan terjadinya polusi udara. Berdasarkan partikel penyebabnya,
polusi udara dibagi menjadi (PDPI, 2011) :
a. Polusi di dalam ruangan
1) Asap rokok
2) Asap kompor
3) Kayu
39

4) Minyak tanah
b. Polusi di luar ruangan
1) Gas buang kendaraan bermotor
2) Debu jalanan
c. Polusi di tempat kerja
1) Bahan kimia
2) Zat iritasi
3) Gas beracun
3. Stres oksidatif
4. Infeksi saluran napas bawah berulang
5. Sosial ekonomi
6. Tumbuh kembang paru selama kehamilan, kelahiran dan pajanan waktu kecil
7. Riwayat asma
8. Faktor genetik.
Defisiensi alfa-1-antitripsin merupakan predisposisi untuk berkembangnya
BRONKITIS KRONIK dini (Davey, 2003).

D. PATOGENESIS
BRONKITIS KRONIK ditandai oleh inflamasi kronik saluran pernafasan,
parenkim, dan pembuluh darah pulmonal. Patogenesis BRONKITIS KRONIK
tejadi karena beberapa mekanisme yang terkait satu sama lain yaitu yaitu teori
inflamasi, teori gangguan keseimbangan protease-antiprotease dan teori stress
oksidatif.
1. Teori Inflamasi.
BRONKITIS KRONIK terjadi akibat proses inflamasi di bronkiolus dan
parenkim paru. Obstruksi bronkiolus disebabkan oleh fibrosis makrofag dan
limfosit T, dengan predominan oleh limfosit T. Makrofag dan neutrofil
melepaskan berbagai proyeinase yang merusak jaringan ikat parenkim paru,
menyebabkan terjadi emfisema dan merangsang sekresi mukus (Davey,
2003).
2. Teori gangguan keseimbangan protease-antiprotease.
40

Dalam keadaan normal terjadi keseimbangan antara enzim proteolitik


(protease) dan penghambatnya. Berbagai protease yang diduga merusak
jaringan ikat parenkim paru adalah elastin, neutrophile-derived serine
protease, serta katepsin. Antiproteaase adalah alfa-1-antitripsin, secretory
leukoprotease inhibitor, elafin, dan tissue of matrix metalloproteinase. Pada
BRONKITIS KRONIK terjadi peningkatan protease atau defisiensi
antiprotase (PDPI, 2011).
3. Teori stress oksidatif.
Oksidan dihasilkan oleh rokok, neutrofil, makrofag alveoli, xantin oksidase,
dan infeksi. Terdapat hubungan antara peningkatan permeabilitas epitel dan
peningkatan jumlah neutrofil di rongga paru perokok dengan peningkatan
stress oksidan. Stress oksidatif mengakibatkan BRONKITIS KRONIK
melalui mekanisme aktivasi nuclear factor dan inaktivasi antiprotease (PDPI,
2011).

E. TANDA DAN GEJALA


Batuk dan napas pendek yang bersifat progresif lambat dalam beberapa
tahun pada perokok atau mantan perokok, cukup untuk menegakkan diagnosis.
Beratnya penyakit ditentukan berdasarkan derajat obstruksi saluran pernapasan
(Davey, 2011).
Gambaran klinis BRONKITIS KRONIK didapat dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan penunjang. Gambaran klinis BRONKITIS KRONIK
antara lain:
1. Anamnesis:
a. Riwayat (Brashers, 2007) :
1) Riwayat merokok aktif maupun pasif.
2) Riwayat pekerjaan yang sering terpapar iritan.
3) Riwayat infeksi saluran napas berulang
4) Riwayat penyakit yang sama pada keluarga
5) Riwayat penurunan berat badan yang signifikan
b. Gejala (PDPI, 2011)
1) Batuk berulang dengan atau tanpa dahak.
41

2) Sesak dengan atau tanpa bunyi mengi.


2. Pemeriksaan fisik:
BRONKITIS KRONIK dini umumnya tidak ada kelainan (PDPI, 2011)
a. Inspeksi (PDPI, 2011)
1) Pursed - lips breathing (mulut setengah terkatup mencucu)
2) Barrel chest (diameter antero - posterior dan transversal
sebanding)
3) Penggunaan otot bantu napas
4) Hipertropi otot bantu napas
5) Pelebaran sela iga
6) Bila telah terjadi gagal jantung kanan terlihat denyut vena
jugularis leher dan edema tungkai
7) Penampilan pink puffer yaitu gambaran yang khas pada emfisema,
penderita kurus, kulit kemerahan dan pernapasan pursed – lips
breathing atau blue bloater yaitu gambaran khas pada bronkitis
kronik, penderita gemuk sianosis, terdapat edema tungkai dan
ronki basah di basal paru, sianosis sentral dan perifer
b. Palpasi (PDPI, 2011)
Pada emfisema fremitus melemah, sela iga melebar
c. Perkusi
Pada emfisema hipersonor dan batas jantung mengecil, letak
diafragma rendah, hepar terdorong ke bawah (PDPI, 2011)
d. Auskultasi (PDPI, 2011)
1) suara napas vesikuler normal, atau melemah
2) terdapat ronki dan atau mengi pada waktu bernapas biasa atau
pada ekspirasi paksa
3) ekspirasi memanjang
4) bunyi jantung terdengar jauh
3. Pemeriksaan penunjang.
a. Faal paru
1) Spirometri (VEP1, VEP1prediksi, KVP, VEP1/KVP
42

a) Obstruksi ditentukan oleh nilai VEP1 prediksi ( % ) dan atau


VEP1/KVP ( % ).
b) Obstruksi : % VEP1(VEP1/VEP1 pred) < 80% VEP1%
(VEP1/KVP) < 75 %
c) VEP1 merupakan parameter yang paling umum dipakai untuk
menilai beratnya BRONKITIS KRONIK dan memantau
perjalanan penyakit.
Apabila spirometri tidak tersedia atau tidak mungkin dilakukan,
APE meter walaupun kurang tepat, dapat dipakai sebagai
alternatif dengan memantau variabiliti harian pagi dan sore, tidak
lebih dari 20%.

2) Uji bronkodilator
a) Dilakukan dengan menggunakan spirometri, bila tidak ada
gunakan APE meter.
b) Setelah pemberian bronkodilator inhalasi sebanyak 8 hisapan,
15 - 20 menit kemudian dilihat perubahan nilai VEP1 atau
APE, perubahan VEP1 atau APE < 20% nilai awal dan < 200
ml.
c) Uji bronkodilator dilakukan pada BRONKITIS KRONIK
stabil.
b. Darah rutin: Hb, Ht, leukosit.
c. Radiologi
Foto toraks PA dan lateral berguna untuk menyingkirkan penyakit
paru lain. Pada emfisema terlihat gambaran :
1) Hiperinflasi.
2) Hiperlusen.
3) Ruang retrosternal melebar.
4) Diafragma mendatar.
43

4. Sedangkan untuk klasifikasi derajat BRONKITIS KRONIK terbagi


berdasarkan gejala klinis dan hasil dari pemeriksaan spirometri, seperti
berikut:

F. DIFERENSIAL DIAGNOSIS
Diagnosis banding untuk BRONKITIS KRONIK antara lain (PDPI, 2011):
1. Asma
2. Gagal jantung kongestif
3. Bronkiektasis
4. Tuberkulosis
5. Pneumothorax

G. PENANGANAN
1. Edukasi
Edukasi merupakan hal penting dalam pengelolaan jangka panjang
pada BRONKITIS KRONIK stabil. Edukasi pada BRONKITIS KRONIK
berbeda dengan edukasi pada asma. Karena BRONKITIS KRONIK adalah
penyakit kronik yang ireversibel dan progresif, inti dari edukasi adalah
44

menyesuaikan keterbatasan aktiviti dan mencegah kecepatan perburukan


fungsi paru. Berbeda dengan asma yang masih bersifat reversibel,
menghindari pencetus dan memperbaiki derajat adalah inti dari edukasi
atau tujuan pengobatan dari asma. Tujuan edukasi pada pasien
BRONKITIS KRONIK (PDPI, 2011):
a. Mengenal perjalanan penyakit dan pengobatan
b. Melaksanakan pengobatan yang maksimal
c. Mencapai aktivitas optimal
d. Meningkatkan kualitas hidup
Agar edukasi dapat diterima dengan mudah dan dapat dilaksanakan
ditentukan skala prioritas bahan edukasi sebagai berikut (PDPI, 2011):
a. Berhenti merokok
b. Disampaikan pertama kali kepada penderita pada waktu diagnosis
BRONKITIS KRONIK ditegakkan.
c. Pengunaan obat – obatan
d. Penggunaan oksigen
e. Mengenal dan mengatasi efek samping obat atau terapi oksigen
f. Penilaian dini eksaserbasi akut dan pengelolaannya
g. Mendeteksi dan menghindari pencetus eksaserbasi
h. Menyesuaikan kebiasaan hidup dengan keterbatasan aktivitas
2. Obat-obatan
Terapi dengan obat-obatan biasanya diberikan (PDPI, 2011), (Doenges,
2000) :
a. Bronkodilator
1) Golongan antikolinergik
2) Golongan agonis beta-2
3) Golongan xantin
b. Antiinflamasi
c. Antibiotik
d. Antioksidan
e. Mukolitik
f. Antitusif
45

g. Phospodiesterase-4-inhibitor
Penanganan BRONKITIS KRONIK secara umum, menurut PDPI (2011)
didasarkan pada derajat BRONKITIS KRONIK seperti berikut :
46
47

Algoritma BRONKITIS KRONIK (PDPI, 2011)


48

VIII. RESUME

Resume pada laporan kasus ini adalah sebagai berikut.

Pasien laki-laki usia 40 tahun datang balai pengobatan Puskesmas 1 Wangon


untuk karena keluhan batuk yang sering dideritanya. Keluhan tersebut sudah
dirasakan pasien sejak 1 tahun yang lalu dan memberat sejak 2 bulan yang lalu
hingga mengganggu aktivitas pasien. Batuk awalnya kering namun mulai
mengeluarkan dahak sejak 2 bulan yang lalu, dahak berwarna putih kehijauan
namun tidak disertai darah. Pasien juga mengeluhkan nyeri pada tenggorokan
hingga serak saat mengeluarkan suara. Pasien juga terkadang muntah saat batuk
sedang memberat. Pasien mengaku keluhan batuk semakin memberat saat pasien
berada ditempat kerja dan membaik saat berada di dalam rumah. Pasien juga
mengaku mengalami penurunan berat badan saat keluhan batuk mulai
memberat.Kadang pasien mengeluhkan nyeri dada saat saat batuk tidak berhenti-
berhenti. Pasien merupakan perokok aktif (+)
Pada pemeriksaan fisik didapatkan keadaan umum tampak sedikit sesak,
compos mentis, kesan status gizi kurang. TD : 110/70 mmHg, N: 86 x/menit, irama
regular, RR: 27 x/menit, S: 36,6oC. Pemeriksaan fisik didapatkan adanya
pembesaran kelenjar limfe di leher, usaha nafas minimal, hipersonor pada kedua
lapang paru, suara dasar vesikuler memanjang (+/+), suara tambahan RBK (+/+).
Pada pemeriksaan penunjang didapatkan hasil tes sputum TCM negatif,
sehingga menyingkirkan salah satu diagnosis banding yaitu TB Paru.
Diagnosis holistik pada pasien ini yaitu: (1) Idea: Pasien dating ke puskesmas
karena batuk terus menerus dan nyeri tenggorokan, (2) Concern: Pasien
mengatakan akibat penyakitnya tersebut, pasien menjadi sulit untuk beraktivitas
sehari-hari, (3) Expectacy: Pasien berharap agar penyakitnya dapat sembuh,
sehingga dapat beraktivitas seperti biasa dengan nyaman. (4) Anxiety: Pasien cukup
gelisah dengan penyakitnya tersebut. Selain itu, pasien juga mencemaskan usianya
yang sudah lanjut dan berpikir bahwa penyakitnya dapat menyebabkan kematian.
Diagnosis klinis Tn. S yaitu bronchitis kronik dengan diagnosis banding :
Tuberculosis (TB) paru, Emfisema, Diabetes mellitus.
49

Aspek faktor risiko intrinsik Individu meliputi faktor resiko yang tidak dapat
diubah (Unmodiffied) dan dapat diubah (Modiffied). Faktor resiko yang tidak dapat
diubah (Unmodiffied) yaitu (1) karakteristik pasien dan (2) usia. Sedangkan faktor
resiko yang dapat diubah (Modiffied) yaitu (1) status gizi, (2) perilaku. Adapun
aspek faktor risiko ekstrinsik individu yaitu (1) rumah pasien yang tidak memenuhi
kriteria rumah sehat (2) pasien menggunakan tungku dan kayu bakar, (3) pasien
tidak bekerja, suami pasien sebagai buruh petani, dengan ekonomi menengah ke
bawah, (4) kebiasaan suami pasien merokok di dalam rumah, dan (5) pendidikan.

Berdasarkan skala fungsi, aspek skala fungsi Tn. S adalah 3. Hal ini
dikarenakan Tn. S masih mampu melakukan aktivitas sehari-hari walau agak
terhambat. Untuk menilai fungsi fisiologis keluarga menggunakan A.P.G.A.R
SCORE. Berdasarrkan hasil yang diperoleh, Keluarga Tn. S memliki fungsi
fisiologis yang sedang dan masih dapat dimaksimalkan terutama dalam komunikasi
dengan anggota keluarga pasien. Adapun untuk fungsi patologis dari keluarga Ny.
S dinilai dengan menggunakan S.C.R.E.E.M. Adapun hasilnya didapatkan
kesimpulan bahwa fungsi patologis keluarga Tn. S yang ditemukan antara lain
fungsi ekonomi dan fungsi pendidikan.

Berdasarkan identifikasi faktor-faktor yang mempengaruhi kesehatan, maka


berikut daftar masalah yang sudah diurutkan berdasarkan urutan prioritas masalah
keluarga Tn. S, yaitu (1) Pengetahuan tentang penyakit bronkitis kronik yang
kurang memadai, (2) Lingkungan rumah dan tempat pekerjaan kurang memenuhi
kriteria sehat, dan (3) kebiasaan merokok pasien.

Adapun penentuan alternatif terpilih dengan menggunakan metode Rinke


berdasarkan urutan prioritas alternative yaitu (1) Penyuluhan dan edukasi kepada
pasien dan keluarga terkait penyakit bronkitis kronik, perjalanan penyakit,
pengobatan, prognosisnya serta hubungannya dengan rokok dan debu/asap, (2)
Pengoptimalan ventilasi udara yang ada di rumah dan sanitasi rumah (membuka
jendela setiap pagi har), dan (3) Pemberian masker untuk APD saat bekerja.
50

IX. PENUTUP

A. KESIMPULAN
Dapat disimpulkan bahwa Tn. S adalah seorang pasien yang menderita penyakit
bronkitis kronik:
1. Aspek Personal
Pasien mengeluh baduk berdahat disertai nyeri tenggorokan.
a. Idea : Pasien datang ke puskesmas karena batuk berdahak dan
nyeri tenggorokan,.
b. Concern : Pasien mengatakan akibat penyakitnya tersebut, pasien
menjadi sulit untuk beraktivitas sehari-hari.
c. Expectacy : Pasien berharap agar penyakitnya dapat sembuh, sehingga
dapat beraktivitas seperti biasa dengan nyaman.
d. Anxiety : Pasien cukup gelisah dengan penyakitnya tersebut. Selain
itu, pasien juga mencemaskan usianya yang sudah lanjut dan berpikir
bahwa penyakitnya dapat menyebabkan kematian.
2. Aspek Klinis
a. Diagnosa Kerja : Bronkitis kronik
b. Gejala klinis : Batuk berdahak, nyeri tenggorokan, keringat
dingin, penurunan berat badan, hipersonor pada kedua lapang paru, suara
dasar vesikuler mema panjang (+/+), suara tambahan RBK (+/+).
c. Diagnosa banding : Tuberculosis (TB), Emfisema
3. Aspek Faktor Risiko Intrinsik Individu
a. Faktor Resiko yang tidak dapat diubah (Unmodiffied)
1) Karakteristik Pasien: Pasien merupakan seorang laki-laki berusia 40
tahun.
b. Faktor Resiko yang dapat diubah (Modiffied)
1) Status gizi: Riwayat gizi yang kurang akibat diet yang kurang nutrisi
dan bervariasi akibat faktor ekonomi.
2) Perilaku: Pasien memiliki kebiasaan merokok sejak 23 tahun yang
lalu hingga sekarang.
3) Pendidikan: Pendidikan terakhir pasien hanya sampai SMP.
51

4. Aspek Faktor Risiko Ekstrinsik Individu


a. Rumah pasien yang tidak memenuhi kriteria rumah sehat (rumah dengan
jendela yang jarang di buka, sirkulasi udara dalam rumah kurang baik).
b. Kebiasaan pasien yang merokok di dalam rumah.
c. Pekerjaan : Pasien bekerja sebagai buruh di toko material sejak 10 tahun
yang lalu. Pasien sering terpapar oleh bahan-bahan material dan pasien
jarang menggunakan APD.
d. Lingkungan : Pasien tinggal di mesh yang berlokasi di pinggir jalan serta
berada dilantai atas dari gudang tempat penyimpanan bahan material.
Sehingga kondisi sekitar kamar pasien sangat berdebu baik dari asap
kendaraan dan debu jalanan, maupun dari bahan material yang berada di
gudang bawah.
5. Aspek Skala Penilaian Fungsi Sosial
Berdasarkan skala fungsi, aspek skala fungsi Tn. S adalah 3.
6. Penatalaksanaan Komprehensif
1. Personal Care
a. Initial Plan
Usulan pemeriksaan penunjang:
1) Pemeriksaan EKG
2) Darah rutin
3) Kultur dahak
4) Spirometri
5) Rontgen
b. Medikamentosa
1) PO Amoxicillin tablet tablet 500mg/8jam
2) PO Dexamethason tablet 4mg/8jam
3) PO Ambroxol tablet 30 mg/8jam
4) PO Teofilin tablet 150mg/24jam
c. Non Medikamentosa
1) Menggunakan masker saat beraktivitas yang berhubungan dengan
terpapar dengan bahan material dan debu di tempat pasien bekerja
2) Istirahat yang cukup (6 – 8 jam/hari)
52

3) Penggunaan oksigen, jika sesak hebat


4) Melakukan rehabilitasi Bronkhitis Kronik dengan menjaga pola
pernapasan yang teratur untuk meningkatkan otot pernapasan dan
Endurance exercise
d. KIE (komunikasi, informasi dan edukasi)
1) Edukasi kepada pasien tentang penyakit, penyebab, faktor risko,
perjalanan penyakit, prognosis dari Bronkhitis Kronik.
2) Edukasi kepada pasien untuk menghindari kontak dengan pencetus
kambuhnya penyakit, termasuk kontak debu/asap
3) Edukasi kepada pasien untuk berhenti merokok dan memulai hidup
sehat
4) Edukasi pasien untuk menjaga sanitasi rumah dan lingkungan
sekitar dengan menjaga kebersihan, membiasakan membuka
jendela dan pintu ruangan serta kamar untuk menjaga pencahayaan
dan sirkulasi udara cukup.
5) Edukasi pasien untuk melakukan rutin kontrol
6) Edukasi pasien untuk pengaturan pola makan dan berolahraga
secara rutin
7) Edukasi pasien untuk melakukan manajemen stress
2. Family Care
a. Memberikan edukasi pengetahuan kepada keluarga mengenai Definisi
Bronkithis kronik, etiologi, faktor resiko, tanda dan gejala,
penatalaksanaan, pencegahan, komplikasi, prognosis.
b. Memberikan edukasi kepada keluarga untuk membantu agar tidak
merokok dan mengingatkan pasien untuk memakai masker saat
beraktivitas agar tidak terpapar debu dan asap.
c. Memberikan edukasi kepada anggota keluarga agar membantu
mengingatkan pasien untuk menjaga pola makan dan pola hidup sehat.
d. Memberikan edukasi tentang manajemen stress.
e. Memberikan edukasi untuk mengubah rumah menjadi rumah sehat
f. Memberikan dukungan moral dari keluarga dalam pengendalian
penyakit pasien.
53

3. Community Care
Melakukan konseling atau edukasi pada masyarakat di tempat tinggal
pasien tentang Bronkitihis melalui:
a. Edukasi pengetahuan terkait faktor risiko dan gejala Bronkithis
kronik.
b. Edukasi mengenai penatalaksaan dan komplikasi penyakit.
c. Edukasi untuk menjaga pola hidup sehat, yaitu dengan menjaga pola
makan, dan melakukan olahraga.
d. Edukasi tentang bahaya rokok dan pasrtikel material untuk kesehatan
B. SARAN
Telah dilakukan edukasi dengan materi utama mengenai pengertian, penyebab,
faktor risiko, penanganan dan prognosis bronkitis kronik, pengoptimalan ventilasi
rumah dan sanitasi rumah, serta pemberian masker untuk APD dalam bekerja. Oleh
karena itu, pentingnya dilakukan penyuluhan lanjutan terkait hal tersebut.
54

DAFTAR PUSTAKA

Brashers, Valentina. 2007. Aplikasi Klinis Patofisiologi : Pemeriksaan dan


Manajemen. Jakarta : Penerbit EGC.
Davey, Patrick. 2003. At a Glance : Medicine. Jakarta : Penerbit Erlangga.
Doenges, Maryllin. 2003. Rencana Asuhan Keperawatan : Pedoman untuk
Perencanaan dan Pendokumentasian Perawatan Pasien. Jakarta : Penerbit
EGC.
GOLD, 2013. Global Strategy for the Diagnosis, Management, and Prevention of
Chronic Obstructive Pulmonary Disease Updated 2013. Global Initiative for
Chronic Obstructive Lung Disease, 10-17
Mosenifar, Zab., 2013. Chronic Obstructive Pulmonary Disease. Available from
http://emedicine.medscape.com/article/297664-overview. [Accessed 24 sept
2019].
Perhimpunan Dokter Paru Indonesia. 2011. Penyakit Paru Obstruktif Kronik
(BRONKITIS KRONIK) Pedoman Diagnosis Dan Penatalaksanaan. Jakarta:
PDPI.
Rubenstein, D., D. Wayne dan J. Braide. 2007. Lecture Notes : Kedokteran Klinis.
Jakarta : Penerbit Erlangga.
55

LAMPIRAN

Kamis, 16 Januari 2020

Senin, 20 Januari 2020

Anda mungkin juga menyukai