Anda di halaman 1dari 5

1

BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Landasan Teori


2.1.1 Orlistat
A. Definisi
Orlistat adalah satu-satunya obat penurun berat badan OTC yang
disetujui oleh FDA dan EMA (Smith, 2009) dan saat ini dipasarkan. Ini telah
terbukti sebagai penghambat enzim lipase lambung dan pankreas yang efektif
dan selektif yang fungsi utamanya adalah mencerna lemak dari makanan. Saat
ini, orlistat juga merupakan sarana tambahan untuk pengobatan klinis
diabetes tipe 2 terkait obesitas dan penyakit kardiovaskular (Zohrabian,
2010).
B. Mekanisme Aksi
Orlistat hanya bekerja di saluran pencernaan. Di saluran pencernaan,
orlistat dapat mengikat secara kovalen ke situs serinaktif dalam enzim lipase
untuk mencegah enzim menghidrolisis trigliserol menjadi asam lemak bebas,
yang dapat diserap untuk sel dan trigliserol yang tidak tercerna kemudian
diekskresikan dalam tinja (Alqahtani, 2015). Dengan demikian,
penghambatan lipase oleh orlistat akan menghambat penyerapan lemak
makanan yang menyebabkan penurunan asupan kalori.
C. Efek Samping
Efek samping gastrointestinal. Efek samping yang terkait dengan
mekanisme orlistat terutama efek samping gastrointestinal
karena peningkatan lemak dalam tinja; termasuk tinja berlemak (14% pasien)
dan inkontinensia tinja (4% pasien) (Wilding, 2013). Namun
demikian, efek samping gastrointestinal dari orlistat dapat dicegah dengan
resep serat alami secara bersamaan (psyllium mucilloid)
(Khera, 2016). Kotoran berminyak dan perut kembung juga dapat dikontrol
dengan mengurangi kandungan lemak makanan menjadi sekitar 15
gram per makan (Gadde, 2017).
2

Gangguan penyerapan nutrisi dan obat. Konsentrasi yang bersirkulasi dari


pengurangan vitamin A, D, E, K dan β-karoten yang
larut dalam lemak (sebagian besar berfluktuasi dalam rentang referensi)
terlihat pada orang yang diobati orlistat, jadi tablet
multivitamin yang mengandung vitamin A, D, E, K, dan β-karoten dianjurkan
untuk diminum sekali sehari, sebelum tidur, saat
menggunakan orlistat. Orlistat dapat mengganggu penyerapan beberapa obat,
terutama warfarin, tiroksin, kontrasepsi oral dan
antikonvulsan [51]
2.1.2 Obesitas
A. Definisi

Obesitas merupakan penumpukan lemak berlebihan akibat ketidak-


seimbangan asupan energi (energi intake) dengan energi yang digunakan
(energi expenditure) dalam waktu lama (WHO, 2013). Obesitas adalah
suatu keadaan dimana terjadi penumpukan lemak tubuh yang berlebih,
sehingga berat badan seseorang jauh di atas normal dan dapat
membahayakan kesehatan. Obesitas terjadi karena ketidak seimbangan
energi yang masuk dengan energi yang keluar. Obesitas atau disebut juga
dengan kegemukan, merupakan suatu masalah yang cukup merisaukan
dikalangan remaja. Obesitas terjadi saat badan menjadi gemuk yang
disebabkan oleh penumpukan adiposa secara berlebihan (WHO, 2000).

B. Faktor Resiko
Faktor resiko utama yang menyebabkan obesitas adalah faktor
perilaku yaitu pola makan yang tidak sehat ditambah dengan konsumsi serat
(buah dan sayur) tidak mencukupi, fisik yang tidak aktif, dan merokok. Data
Riskesdas tahun 2007 tentang merokok dimulai sejak anak usia 10 tahun.
Jika seseorang berhenti merokok maka berat badan dapat meningkat karena
makan terasa lebih enak. Namun tetap diupayakan untuk mencegah obesitas
pada perokok yang berhenti merokok (Fukuda, 2001).
C. Epidemiologi
3

Berdasarkan data dari World health Organisation (WHO) obesitas


merupakanrisiko bagi kematian global terkemuka. Sekitar 3,4 juta orang
dewasa meninggal setiap tahun sebagai akibat dari kelebihan berat badan atau
obesitas.Pada tahun 2008 lebih dari 1,4 miliar orang dewasa mengalami
obesitas. Dari jumlah tersebut 200 juta orang laki –laki dan hampir 300 juta
orang wanita mengalami obesitas (WHO, 2014).
Berdasarkan hasil Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) Indonesia tahun
2010, angka overweight dan obesitas pada penduduk usia di atas 18 tahun
tercatat sebanyak 27,1%. Prevalensi obesitas pun lebih tinggi di daerah
perkotaan dibanding dengan pedesaan.Berdasarkan jenis kelamin prevalensi
obesitas pada perempuan lebih tinggi (32,9%) dibanding laki-laki (19,7%)
(Riskesdas, 2010).
D. Komplikasi
Komplikasi yang dapat terjadi di antaranya adalah hiatal hernia,
infeksi luka, defisiensi mikronutrien, hingga embolisme paru, syok, obstruksi
usus, perdarahan pascabedah, kebocoran di tempat jahitan, dan gizi buruk
(Kumar, 2016).
Obesitas, terutamanya obesitas sentral, meningkatkan risiko diabetes,
hipertensi, hipertrigliseridemia, dan dikaitkan dengan kadar kolesterol HDL
yang rendah, yaitu faktor risiko utama untuk penyakit jantung koroner.
Mekanisme yang menghubungkan semua kondisi ini adalah kompleks dan
kemungkinan berhubungan antara satu sama lain. Sebagai contoh, obesitas
berkaitan dengan resistensi terhadap insulin dan hiperinsulinemia, ciri-ciri
penting dari diabetes tipe 2, dan penurunan berat badan memperbaiki kondisi
kesehatan (Champe & Harvey, 2008).
Komplikasi lain termasuklah steatohepatitis, cholelithiasis, sindroma
hipoventilasi, osteoarthritis, stroke iskemik, serta meningkatnya resiko kanker
payudara dan endometrium (akibat peningkatan kadar estrogen pada individu
obesitas). Obesitas yang berat merupakan faktor predisposisi untuk terjadinya
penyakit sendi degeneratif (osteoartritis). Artritis tipe ini sering muncul pada
individu lanjut usia, merupakan efek kumulatif daipada beban yang harus
4

ditanggung oleh sendi. Semakin besar beban lemak tubuh, semakin besar
trauma pada sendi mengikut peredaran waktu (Burns, 2008).

2.2 Kerangka Teori

Status Sosial Lingkungan


Psikologis
& Ekonomi & Budaya

Pola Makan

Asupan Aktivitas
Genetik Fisik

Obesitas

Orlistat

Menghambat Menghalangi Kerja Mengubah


Penyerapan Enzim Lipase Metabolisme
Lemak Lipoprotein Lemak

Ketarangan :

: Berpengaruh

: Penanganan

: Mekanisme
5

Anda mungkin juga menyukai