Disusun oleh :
Menyetujui Pembimbing:
Status Ophthalmicus
1/60 Visus 0
Koreksi
KMS 🡪 6/60
NBC
Atrofi papil (+), CDR 0,9 Retina Atrofi papil (+), CDR 0,9
Ekskavasio glaukomatosa Ekskavasio glaukomatosa
(+) medialisasi (+) , AVR (+) ,medialisasi (+) ,AVR
2:3 2:3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Lapang Pandang dengan Perimetri
- Pemeriksaan Gonioskopi
- Pemeriksaan Tonometri Schiotz atau Aplanasi
- Pemeriksaan Tonografi
- Pemeriksaan Non-Kontak Tonometri
DIAGNOSIS KERJA
- Oculus Dexter Glaukoma Primer Sudut Terbuka
- Oculus Sinister Glaukoma Absolut Sudut Terbuka
TERAPI
Medikamentosa :
● Topikal
- Pilocarpin 2%, 3 x sehari 1 tetes ODS
- Timolol Maleat 0,5% 2 x sehari 1 tetes ODS
● Oral
- Vitamin B1, B6 & B12 1x1
EDUKASI
● Memberitahukan kepada pasien tentang penyakit glaukoma yang sedang dialami akibat
peningkatan tekanan dalam mata dan menjelaskan bahwa dapat terjadi kerusakan dari saraf
matanya.
● Memberitahukan kepada pasien bahwa dapat dilakukan tindakan operatif berupa iridektomi
● & iridotomi perifer dimana tindakan tersebut dapat mengurangi tekanan dalam matanya
sehingga mengurangi keluhan.
● Memberitahukan kepada pasien untuk memakai obat tetes mata dan meminum obat yang
sudah diresepkan secara teratur.
● Memberitahukan kepada pasien untuk kontrol ke dokter secara teratur. Pasien datang
kembali untuk kontrol dikarenakan pada mata sebelah kanan bisa terjadi glaukoma absolut
juga sehingga kita bisa mencegah komplikasi lebih lanjut.
● Menjelaskan bahwa kebutaan akibat glaucoma absolut bersifat irreversibel, tidak mungkin
kembali seperti sedia kala.
● Menjelaskan kepada pasien bahwa, pengobatan yang dilakukan hanya semata- mata untuk
mengurangi keluhan.
TUGAS
1. Tentukan problem medis pasien tersebut !
2. Tentukan diagnosis klinis, topis dan etiologis pada pasien tersebut (kedokteran)
3. Bagaimanakah tata laksana untuk setiap problem medis yang dialami pasien !
4. Lakukan analisis secara kritis terhadap terapi terkait problem medis, monitoring, dan
konseling pada pasien tersebut! (farmasi)
5. Bagaimanakah kolaborasi dokter dan farmasi dalam tata laksana pasien tersebut
6. Bagaimanakah prognosis pasien tersebut ?
2. Daftar Masalah
a. Problem anamnesis :
- OS : tidak dapat melihat sejak 10 tahun perlahan-lahan
- OD : pandangan kabur & pudar melihat cahaya sejak 10 tahun perlahan- lahan
- Pasien mengeluh menabrak saat jalan, tersandung dan merasa penglihatan menyempit
- Pasien menggunakan kacamata minus sejak 6 tahun yang lalu hingga saat ini
b. RPD :
- Riwayat penggunaan kacamata sebelumnya diakui : OD S -6.00 D dan OSS -3.00 D
c. RPK :
- Ibu dari pasien juga mengalami hal serupa, yaitu pada kedua matanya tidak dapat melihat
d. Permasalahan status Ophthalmicus :
- Koreksi visus • OD: 1/60 → 6/60
- Retina
● OD: Atrofi papil (+), CDR 0,9 Ekskavasio glaukomatosa (+) medialisasi (+), AVR
2:3
● OS: Atrofi papil (+), CDR 0,9 Ekskavasio glaukomatosa (+) ,medialisasi (+), AVR
2:3
- Pupil
● OD: refleks pupil lambat +/+
● OS: refleks pupil L/TL: -/+ - TIO
● OD: normal
● OS: +, bola mata keras
- Tes konfrontasi
● OD: menyempit
● OS: Tidak dapat dilakukan
B. ISI
1. Definisi
Glaukoma adalah suatu penyakit neuropati optik kronik yang ditandai oleh
pencekungan diskus optikus dan penyempitan lapang pandang dengan peningkatan
tekanan intraokular sebagai faktor risiko utama (Alward, 2009). Tekanan intraokular
dipengaruhi oleh produksi humor aquos dan sirkulasinya di mata. Humor aquos
diproduksi oleh korpus siliaris, sirkulasinya melewati bilik mata depan kemudian
terdrainase di trabecular meshwork di sudut iridokorneal (Purnamaningrum, 2010).
Glaukoma merupakan penyakit yang mengakibatkan kerusakan saraf optik
sehingga terjadinya gangguan pada sebagian atau seluruh lapang pandang, yang
diakibatkan oleh tingginya tekanan bola mata seseorang, biasanya disebabkan karena
adanya hambatan pengeluaran cairan bola mata (humor aquous). Kerusakan saraf
pada glaukoma umumnya terjadi karena peningkatan tekanan dalam bola mata. Bola
mata normal memiliki kisaran tekanan antara 10-20 mmHg sedangkan penderita
glaukoma memiliki tekanan mata yang lebih dari normal bahkan terkadang dapat
mencapai 50-60 mmHg pada keadaan akut. Tekanan mata yang tinggi akan
menyebabkan kerusakan saraf, semakin tinggi tekanan mata akan semakin berat
kerusakan saraf yang terjadi (Kemenkes RI, 2015).
2. Klasifikasi
a. Glaukoma Primer
Glaukoma yang tidak diketahui penyebabnya. Pada galukoma akut
yaitu timbul pada mata yang memiliki bakat bawaan berupa sudut bilik depan
yang sempit pada kedua mata. Pada glukoma kronik yaitu karena keturunan
dalam keluarga, DM Arteri osklerosis, pemakaian kartikosteroid jangka
panjang, miopia tinggi dan progresif dan lain-lain dan berdasarkan anatomis
dibagi menjadi 2 yaitu:
1) Glaukoma sudut terbuka / simplek (kronis)
Glaukoma sudut terbuka merupakan sebagian besar dari
glaukoma ( 90-95% ), yang meliputi kedua mata. Timbulnya kejadian
dan kelainan berkembang disebut sudut terbuka karena humor
aqueous mempunyai pintu terbuka ke jaringan trabekular. Pengaliran
dihambat oleh perubahan degeneratif jaringan trabekular, saluran
schleem, dan saluran yang berdekatan. Perubahan saraf optic juga
dapat terjadi. Gejala awal biasanya tidak ada. Kelainana diagnosis
dengan peningkatan TIO dan sudut ruang anterior normal.
Peningkatan tekanan dapat dihubungan dengan nyeri mata yang
timbul.
2) Glaukoma sudut tertutup/sudut semu (akut).
Glaukoma sudut tertutup (sudut sempit), disebut sudut tertutup
karena ruang anterior secara otomatis menyempit sehingga iris
terdorong ke depan, menempel ke jaringan trabekuler dan
menghambat humor aqueos mengalir ke saluran schlem. Pargerakan
iris ke depan dapat karena peningkatan tekanan vitreus, penambahan
cairan diruang posterior atau lensa yang mengeras karena usia tua.
Gejala yang timbul dari penutupan yang tiba-tiba dan meningkatnya
TIO, dapat nyeri mata yang berat, penglihatan kabur. Penempelan iris
menyebabkan dilatasi pupil, tidak segera ditangni akan terjadi
kebutaan dan nyeri yang hebat.
b. Glaukoma Sekunder.
Glaukoma sekunder adalah glaukoma yang diakibatkan oleh penyakit
mata lain atau trauma didalam bola mata, yang menyebabkan penyempitan
sudut /peningkatan volume cairan dari dalam mata. Misalnya glaukoma
sekunder oleh karena hifema, laksasi/sub laksasi lensa, katarak instrumen,
oklusio pupil, pasca bedah intra okuler.
c. Glaukoma Kongenital.
Glaukoma kongenital merupakan perkembangan abnormal dari sudut
filtrasi dapat terjadi sekunder terhadap kelainan mata Glaukoma Kongenital
adalah perkembangan abnormal dari sudut filtrasi dapat terjadi sekunder
terhadap kelainan mata.
d. Glaukoma absolut.
Glaukoma absolut merupakan stadium akhir glaukoma (sempit/
terbuka) dimana sudah terjadi kebutaan total akibat tekanan bola mata
memberikan gangguan fungsi lanjut. Pada glaukoma absolut kornea terlihat
keruh, bilik mata dangkal, papil atrofi dengan eksvasi glaukomatosa, mata
keras seperti batu dan dengan rasa sakit sering mata dengan buta ini
mengakibatkan penyumbatan pembuluh darah sehingga menimbulkan
penyulit berupa neovaskulisasi pada iris, keadaan ini memberikan rasa sakit
sekali akibat timbulnya glaukoma hemoragik. Pengobatan glaukoma absolut
dapat dengan memberikan sinar beta pada badan siliar, alkohol retrobulber
atau melakukan pengangkatan bola mata karena mata telah tidak berfungsi
dan memberikan rasa sakit.
3. Etiopatogenesis
Etiologinya glaukoma sudut terbuka primer adalah salah satu bentuk primer
glaukoma, yang ditandai oleh terganggunya atau terjadinya hambatan aliran cairan
akuos melewati anyaman trabekular. Hambatan jumlah ini terjadi akibat hilang atau
berkurangnya sel endotel trabecular meshwork diketahui, namun mekanisme
kejadiannya masih belum jelas dan sampai saat ini masih menjadi obyek penelitian
(Boyd, 2017).
Glaukoma sudut terbuka terjadi pengurangan atau menghilangnya jumlah sel
endotel trabecular meshwork disertai penebalan lamela daerah uvea dan
korneoskeral. Penebalan tersebut akan menimbulkan potensi ruang antar trabekulum
yang berakhir dengan penutupan sehingga terjadi hambatan aliran keluar cairan
akuos. Akan tetapi peneliti tersebut tidak atau belum menjelaskan mekanisme
kejadian berkurang atau menghilangnya sel endotel trabeculer meshwork pada
glaukoma sudut terbuka primer (Lutjen, 2014).
Kondisi berkurang atau sel endotel trabecular meshwork tersebut terjadi
akibat degenerasi, tetapi bukan akibat degenerasi seperti pada proses penuaan
(ageing process). Kondisi tersebut merupakan akibat pembengkakan dan sklerosis
sel endotel trabecular meshwork Vaughan (2015). Beberapa pernyataan di atas, dapat
dimunculkan dugaan kuat bahwa penyebab berkurangnya jumlah sel endotel
trabecular meshwork adalah akibat kematian sel itu sendiri oleh karena berbagai
sebab. Berkurangnya jumlah sel endotel trabecular meshwork disertai dengan
akumulasi matriks ekstraseluler dan penebalan lamela daerah uvea dan korneosklera
akan menimbulkan hambatan aliran keluar cairan akuos pada glaukoma sudut
terbuka primer (Lutjen, 2014).
Pada hakekatnya kematian sel dapat terjadi karena rangsangan atau jejas letal
yang berasal dari luar atau dari dalam sel itu sendiri (bersifat aktif atau pasif).
Kematian sel yang berasal dari dalam sel dapat terjadi melalui mekanisme genetik,
yang merupakan suatu proses fisiologis dalam usaha mempertahankan keadaan
homeostasis atau keseimbangan fungsi. Proses kematian yang berasal dari luar sel
dan bersifat pasif dapat terjadi karena jejas atau cedera yang mematikan akibat faktor
fisik, kimia, ischemia maupun biologi (Kumar, 2012). Jejas atau cedera biologis
dapat terjadi akibat pengaruh infeksi mata akibat mikrorganisme, baik intra maupun
ekstra seluler, baik akibat kuman, jamur, parasit ataupun virus, yang kesemuanya
dapat merupakan antigen yang dapat menimbulkan inflamasi. Akhirnya antigen
tersebut dapat mengaktivasi APC dan limfosit T (Clancy, 2015)
Limfosit T mengekspresikan molekul untuk mengikat antigen membrannya,
yang disebut sebagai sel reseptor T. Reseptor limfosit T ini hanya dapat mengenal
antigen yang terikat pada protein sel membran, yang disebut sebagai molekul MHC
(kelas I atau kelas II). Fungsi utama limfosit T adalah sebagai limfosit T helper (Th)
dan limfosit T Cytotoxic (Tc). Antigen akan berpengaruh terhadap limfosit T helper,
dan selanjutnya akan berdiferensiasi menjadi limfosit Th1, limfosit Th2 dan limfosit
Th3, tergantung pada macam antigen yang mempengaruhinya (Dunitz, 2011).
Limfosit Th1 akan mengungkapkan beberapa sitokin antara lain IL-2, IFN- ,
serta TNF- . Sitokin TNF- mempunyai peran terbesar sebagai pengatur mediator
imun dalam proses inflamasi, yang dapat mengakibatkan lisis sel target, dan
akhirnya mengalami kematian. Sementara itu, limfosit Th2 akan mengekspresi IL-4,
IL-5, IL-6, IL-10 dan IL-13. Hampir semua proses inflamasi ditemukan IL-10, yang
berfungsi sebagai anti inflamasi dan sebagian besar diproduksi oleh monosit (Theze,
2015).
IL-10 dapat meningkatkan harapan hidup sel dengan cara meningkatkan
protein anti apoptosis Bcl2 . Limfosit Th3 merupakan sumber utama dalam
memproduksi sitokin TGF-β. TGF-β merupakan sitokin yang dapat berfungsi ganda,
yaitu sebagai sitokin pro-inflamma¬tory dan sitokin anti-inflammatory (Judajana,
2014).
TGF-β memiliki hubungan yang sangat erat dengan proses apoptosis sel
akibat pengaruh enzim endonuklease. Glaukoma ditemukan kadar TGF-2 yang lebih
tinggi dari orang normal. TGF-1 dan TGF-2 dapat meningkatkan enzim matriks
ekstra seluler, fibronectin dan peningkatan Tissue Transglutaminase, yang sangat
berperan dalam proses kematian sel (apoptosis). Berdasarkan hal tersebut, sitokin
TNF- , IL-10 dan TGF- , mempunyai pengaruh yang besar pada proses inflamasi,
sehingga diperkirakan juga berperan terhadap kematian sel (Tripathi, 2014) &
(Pimentel, 2016).
4. Faktor Risiko
a. Usia tua
b. Ras kulit hitam
c. Riwayat keluarga
d. Kelainan refraksi (myopia)
e. Penyakit sistemik (diabetes melitus)
5. Pembahasan
a. Profesi Dokter
1) Diagnosis
a) Diagnosis klinis:
- OD: tunnel vision,
- OS: NLP
b) Diagnosis topis:
- ODS: retina dan trabekula meshwork
c) Diagnosis etiologis:
- OD:
● Glaucoma Glaukoma Primer Sudut Terbuka : ditegakkan karena
pada pasien terjadi penyempitan lapang pandang yaitu sering
menabrak jika berjalan, keluhan yang bersifat kronik, penurunan
penglihatan dan pada pemeriksaan COA kedalamannya cukup,
funduskopi yang ditemukan atrofi papil, CDR meningkat,
medialisasi, dan ekskavasio glaukomatosa, dan TIO meningkat.
● Glaukoma Primer Sudut Tertutup : disingkirkan karena pada
glaukoma primer sudut tertutup terdapat keluhan mata
cekot-cekot, merah dan berair, penglihatan kabur yang
mendadak, mual muntah (+), melihat halo (+), nyeri kepala berat
(+), lalu dari pemeriksaan didapatkan injeksi siliar, edema
kornea, COA dangkal, refleks pupil (-) dan dari funduskopi
didapatkan trias glaukoma yaitu Cup Disk Ratio meningkat,
ekskavasio glaukomatosa dan medialisasi.
● Glaukoma Kongenital : disingkirkan karena riwayat kelainan
mata sejak lahir disangkal
● Glaukoma Sekunder : disingkirkan karena riwayat memiliki
penyakit pada mata sebelumnya, riwayat operasi dan trauma
pada mata sebelumnya disangkal.
● Katarak : disingkirkan karena akan ditemukan adanya
penglihatan kabur yang berkabut kronis dan tidak ditemukan
kekeruhan pada lensa.
- OS:
● Glaukoma Absolut Sudut Terbuka : ditegakkan karena
penglihatan menjadi semakin hilang, visus 0, keluhan yang
bersifat kronik, TIO yang sangat meningkat dengan mata terasa
seperti batu, pemeriksaan Funduskopi yang ditemukan atrofi
papil, CDR meningkat , ekskavasio glaukomatosa (+) dan
medialisasi (+).
● Glaukoma Absolut Sudut Tertutup : disingkirkan karena pada
glaukoma absolut sudut tertutup pada awalnya akan mengalami
keluhan mata cekot-cekot, merah dan berair, penglihatan kabur
yang mendadak, mual muntah (+), melihat halo (+), nyeri kepala
berat (+), lalu dari pemeriksaan didapatkan injeksi siliar, edema
kornea, COA dangkal, refleks pupil (-) dan dari funduskopi
didapatkan trias glaukoma yaitu Cup Disk Ratio meningkat,
ekskavasio glaukomatosa dan medialisasi.
● Glaukoma Primer Sudut Terbuka : disingkirkan karena pada
glaukoma primer sudut terbuka akan didapatkan keluhan mata
kabur (keadaan kronis) dan penyempitan lapang pandang. Pada
pemeriksaan funduskopi yang ditemukan atrofi papil, CDR
meningkat, medialisasi, dan ekskavasio glaukomatosa. Dan pada
pasien ini visus mata sudah NLP yang mendukung kearah
glaucoma absolut.
2) Tatalaksana
a) Non operative
- Timolol ED 2x1 tts OD
- Latanoprost ED 1x1 tts OD
- Mecobalamin 1x1
b) Operative
- Trabekulektomi
3) Prognosis
OD
- Visum: dubia ad malam
- Functionam: dubia ad malam
- Sanationam: dubia ad malam
- Cosmeticam: bonam
- Vitam : bonam
OS
- Visum : Malam
- Functionam : Malam
- Sanationam : dubia ad malam
- Cosmeticam : bonam
- Vitam : bonam
b. Farmasi
1) Formulir Pemantauan Pasien
OUTLINE
FORM PEMANTAUAN PASIEN
I. IDENTITAS PASIEN
Nama Pasien :-
Jenis Kelamin : Laki laki
Ruang :-
Umur : 18 tahun
BB/TB :-
Tanggal MRS :-
Diagnosa : Oculus Dexter Glaukoma Primer Sudut Terbuka, Oculus Sinister Glaukoma
Absolut Sudut Terbuka
Alergi :
III. OBYEKTIF
3. 1 Pemeriksaan Fisik (Physical Examination)
TANGGAL 14 juni 2020
TD 120/70 mmHg
Suhu 36,60 C
Nadi 80x/ menit
RR 16x/ menit
3. 2. Kondisi Klinis
Kondisi Klinis Keterangan
Kesadaran Compos mentis
Aktivitas Normoaktif
Kooperatif Kooperatif
Status Gizi Baik
3. 3. Data Pemeriksaan
1/60 Visus 0
Gerak bola mata normal, Bulbus okuli Gerak bola mata normal,
enoftalmus (-), enoftalmus (-),
eksoftalmus (-), eksoftalmus (-),
strabismus (-) strabismus (-)
Atrofi papil (+), CDR 0,9 Retina Atrofi papil (+), CDR 0,9
Ekskavasio Ekskavasio
glaukomatosa (+) glaukomatosa (+)
medialisasi (+) , AVR 2:3 ,medialisasi (+) ,AVR 2:3
PEMERIKSAAN PENUNJANG
- Pemeriksaan Gonioskopi
- Pemeriksaan Tonografi
Obat Rekomendasi
Subyektif, Monitoring
Terapi DRP Rekomendasi
Obyektif
Efektivitas Efek samping
Subyektif : Pilocarpin 2% Tidak tepat indikasi Direkomendasikan terapi Tanda klinis: Tanda klinis:
Pandangan kabur topikal 3x sehari dan Tidak tepat obat dengan pilokarpin 2% Penglihatan kembali Sakit pada alis,
pada mata kanan dihentikan dan diganti normal dan tidak akibat spasme otot
dan apabila dengan obat golongan analog kabur siliar, penglihatan
melihat cahaya prostaglandin karena di malam
menjadi pudar. merupakan first line therapy Lab: berkurang, nyeri
Penglihatannya yaitu Latanoprost 0,005% 1 IOP (intraocular periorbital, kelopak
menyempit dan tetes setiap malam (Dipiro pressure) normal mata berkedut,
samar-samar 11th ed, 2021: 4621) yaitu 10 - 21 mmHg iritasi konjungtiva
untuk melihat (Dipiro 11th ed,
benda-benda di 2021; Ilyas, R dan
sekitar Yulianti, S. R,
2012).
Obyektif :
Visus 1/60 Lab:
Koreksi KMS → Latanoprost Tidak ada DRP Obat Latanoprost 0,005% 1 Tanda klinis: Tanda klinis:Mata
6/60 NBC tetes setiap malam Penglihatan kembali penglihatan kabur,
dilanjutkan. normal dan tidak rasa terbakar,
kabur Gatal, Hiperemia
KonjugntivaI (DIH
Lab: ed 23th, 2015)
IOP (intraocular
pressure) normal Lab: -
yaitu 10 - 21 mmHg
Timolol maleat Tidak ada DRP Obat Timolol Maleat 0,5% 2 Tanda klinis: Tanda klinis:
0,5% 2 x sehari 1 x sehari 1 tetes OD dilanjut penglihatan tekanan darah
tetes ODS. membaik. meningkat, Sakit
kepala, Rasa
Lab : penurunan Terbakar/menyenga
tekanan intraokular t (DIH ed 23th,
25%-30%/ kurang 2015: hk 6832).
dari 10-12
mmHg(1.3-1.6kPa) Lab : Tekanan
(Dipio ed 11, 2020 Darah.
hk: 4613)
Vitamin B1 Tidak tepat dosis Tidak dijelaskan dosis Tanda klinis: Tanda klinis:
vitamin B1 yang diresepkan Kadar vitamin B1 Sianosis, pruritus,
oleh dokter. Berdasarkan DIH pasien normal urtikaria, mual,
17th ed (2009) dosis vitamin edema pulmonari
B1 yang dapat diberikan Lab: - (DIH 17th ed,
adalah 25 mg 1 kali sehari. 2009).
Lab: -
Vitamin B6 Tidak tepat dosis Tidak dijelaskan dosis Tanda klinis: Tanda klinis:
vitamin B6 yang diresepkan neuropati perifer
oleh dokter. Berdasarkan Lab: -
BNF Edisi 61 (2011:hk. 637) Lab: -
dosis vitamin B6 yang dapat
diberikan adalah 20 mg 1 kali
sehari.
Vitamin B12 Tidak tepat dosis Tidak dijelaskan dosis Tanda klinis: gejala
Tanda klinis:
vitamin B12 yang diresepkan anemia (kelelahan, Nyeri tempat
oleh dokter. Berdasarkan sesak nafas)(TOPsuntikan, artralgia,
BNF Edisi 61 (2011:hk. 601) 300 Pharmacy Drugs,kelelahan, pusing,
dosis vitamin B12 yang dapat 2016). sakit kepala (TOP
diberikan adalah 50 mcg 1 300 Pharmacy
kali sehari. Lab: Kadar B12, Drugs, 2016)
Hgb (TOP 300
Pharmacy Drugs, Lab: -
2016)
Analisis (Evaluasi DRP atau 4T yang dilengkapi dengan referensi serta cropping bagian yang dirujuk)
❖ Pilocarpin 2%
Tepat Indikasi = Tidak tepat, Penatalaksanaan glaukoma sederhana kronis, glaukoma sudut tertutup kronis dan akut (DIH 23th ed, 2015: hk
1666).
Tepat Pasien = Tepat, pasien tidak dikontraindikasikan hipersensitivitas terhadap pilocarpine atau komponen formulasi apa pun; penyakit
radang akut pada bilik mata depan (DIH 17th ed, 2009).
Tepat Obat = Tidak tepat, pilokarpin merupakan contoh miotik yang digunakan sebagai terapi obat pada glaukoma sudut tertutup.
Berdasarkan algoritma penatalaksanaan terapi glaukoma sudut terbuka dimulai terapi dengan analog prostaglandin. Analog prostaglandin
sering direkomendasikan sebagai first line therapy. Analog prostaglandin dapat diberikan dengan dosis sekali sehari, memiliki efek
pengurangan IOP yang lebih baik, kontrol IOP 24 jam lebih baik, memiliki toleransi yang baik, dan ketersediaan obat generiknya dengan biaya
yang murah (Dipiro 11th ed, 2021: 4614-4615).
Tepat Dosis = Tepat, dosis pemberian pilokarpin pada pasien glaukoma adalah 1 tetes 2-3 kali sehari atau 1 tetes 4 kali sehari (Dipiro 11th ed,
2021:4621). Menurut Ilyas, R dan Yulianti, S. R (2012), pilokarpin 0,5-6% memberikan efek 4-6 jam, harga tidak mahal, dan tidak banyak
memberikan efek samping. Sehingga berdasarkan pernyataan tersebut pilokarpin dapat diberikan 4-6 kali per hari.
Monitoring terapi
❖ Latanoprost
Tepat Indikasi = Tepat, pengurangan tekanan intraokular yang meningkat pada pasien dengan glaukoma sudut terbuka atau hipertensi okular
(DIH 23th ed, 2015: hk 1190).
Tepat Pasien = Tepat, latanoprost dikontraindikasikan untuk pasien yang hipersensitif terhadap latanoprost (DIH 17th ed, 2009). Pasien tidak
mengalami kontraindikasi.
Tepat Obat = Tepat, latanoprost tepat obat karena termasuk dalam golongan analog prostaglandin yang merupakan drug of choice dan first
line terapi pada glaukoma sudut terbuka (Dipiro 11th ed, 2021:4614)
Tepat Dosis = Tepat, dosis latanoprost yang tepat untuk glaukoma sudut terbuka adalah 0,005% 1 tetes setiap malam (Dipiro 11th ed,
2021:4621)
❖ Timolol Maleat
Tepat Indikasi = Tepat, pengobatan tekanan intraokular tinggi seperti glaukoma atau hipertensi okular (DIH 23th ed, 2015: hk 2804).
Tepat Pasien = Tepat, pasien tidak dikontraindikasikan karena pasien tidak memiliki hipersensitivitas terhadap timolol atau komponen
formulasi apa pun; bradikardia sinus; disfungsi simpul sinus; blok jantung lebih besar dari derajat pertama (kecuali pada pasien dengan alat
pacu jantung buatan yang berfungsi); serangan jantung; dan gagal jantung yang tidak terkompensasi (DIH 23th ed, 2015: hk 2805).
Tepat Obat = Tepat, merupakan first line yang dikombinasikan dengan analog prostaglandin (Dipiro ed 11 hk : 4620)
Tepat Dosis = Tepat, berdasarkan Dipiro 11th ed, 2020 hk:4621 dosis Timolol pada diagnosis Oculus Dexter Glaukoma Primer Sudut Terbuka
0,5% ,2,5% dapat diberikan i tetes 1 - 2 kali sehari. Dalam problem medik kasus ini pasien diberikan 0,5% 2 x sehari 1 tetes OD, jadi
pemberian Dosis sudah tepat.
Tanda Klinis ESO
Tepat Indikasi = Tepat, Indikasi dari vitamin B1 adalah sebagai pengobatan defisiensi tiamin termasuk beri-beri, Ensefalopati Wernicke,
sindrom Korsakoff, neuri ini terkait dengan kehamilan, atau pada pasien alkoholik (DIH ed 23th, 2015: hk 2063). Pasien dengan OAG
dilaporkan memiliki tingkat tiamin (vitamin B1) yang lebih rendah daripada kontrol (Bailey, J.N.C., 2014), sehingga tepat indikasi.
Tepat Pasien = Tepat, tidak ada kontraindikasi absolut terhadap penggunaan vitamin B1 yang dilaporkan dalam literatur. Namun, individu
dengan riwayat reaksi alergi terhadap suplemen vitamin harus menghindari mengkonsumsi suplemen thiamin (Martel et al., 2022), sehingga
tepat pasien
Tepat Obat = Tepat, berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh (Wishal D. Ramdas, 2012) didapatkan hasil berupa pasien glaukoma sudut
terbuka memiliki kadar tiamin (vitamin B1) yang lebih rendah. Dengan begitu, pemberian vitamin B1 bagi pasien merupakan tindakan tepat
obat.
Tepat Dosis = Tidak tepat, tidak dituliskan mengenai dosis vitamin B1 yang diresepkan untuk pasien. Menurut BNF Edisi 61, 2011:hk. 601
dijelaskan bahwa dosis vitamin B1 untuk pasien dengan defisiensi tiamin yaitu sebesar 25-100 mg/hari Sehingga direkomendasikan pemberian
vitamin B1 dengan dosis terkecil yaitu 25 mg 1 kali sehari.
❖ Vitamin B6
Tepat Indikasi = Tepat, indikasi dari vitamin B6 adalah pencegahan dan pengobatan defisiensi vitamin B6, serta diindikasikan untuk
pengobatan dan profilaksis toksisitas neurologis (yaitu, kejang, koma) terkait dengan overdosis/toksisitas isoniazid, hidrazin, dan jamur yang
mengandung Gyromitrin, mual dan muntah pada kehamilan (DIH ed 23th, 2015: hk 1776). Pada pasien glaukoma defisiensi vitamin B6
(pyridoxal) dilaporkan memainkan peran dalam memburuknya gejala. Pentingnya pemeriksaan sistemik, termasuk pengukuran kadar plasma
kelompok vitamin B6, harus diperhatikan pada pasien glaukoma (Sugiyama, 2015). Sehingga pemberian vitamin B6 pada pasien tepat indikasi.
Tepat Pasien = Tepat, pasien tidak dikontraindikasikan hipersensitivitas terhadap piridoksin atau komponen formulasi lainnya (DIH ed 23th,
2015: hk 1776).
Tepat Obat = Tepat. menurut penelitian Rolle, (2020) pengobatan glaukoma sudut terbuka dengan penambahan suplemen yang meliputi
homotaurine, carnosine, forskolin, vitamin B1, B2, dan B6, asam folat, dan magnesium telah terbukti dapat memperlambat laju perkembangan
kerusakan fungsional dan meningkatkan fungsi visual setelah 2 dan 6 bulan asupan harian yang disertai peningkatan kualitas hidup yang
signifikan.
Tepat Dosis = Tidak Tepat, berdasarkan BNF Edisi 61 (2011:hk. 637), dosis yang direkomendasikan untuk defisiensi vitamin B dengan rute
per oral adalah 20–50 mg hingga 3 kali sehari. Pada obat yang diresepkan oleh dokter tidak ditentukan untuk dosis sediaan dan hanya tertera
frekuensi pemakaian yakni 1 kali sehari sehari, sehingga dapat disimpulkan bahwa tidak tepat dosis dan direkomendasikan untuk
menggunakan dosis terkecil terlebih dahulu yakni 20 mg 1 kali sehari.
❖ Vitamin B12
Tepat Indikasi = Tepat, menurut Coban, et al., (2015) level serum yang diuji pada 77 pasien glaukoma, 16 diantaranya diperoleh hasil yang
rendah dan diindikasikan pentingnya asupan Vitamin B12 pada pasien dengan Glaukoma. Didukung dengan DIH Edisi ke-23 (2014: hk 509)
bahwa Vitamin B12 diindikasikan untuk pengobatan anemia pernisiosa, defisiensi vitamin B12 karena defisiensi diet atau penyakit
malabsorpsi, sekresi faktor intrinsik yang tidak memadai, dan pemanfaatan B12 yang tidak memadai (misalnya, selama pengobatan
neoplastik); peningkatan kebutuhan B12 karena kehamilan, tirotoksikosis, perdarahan, keganasan, penyakit hati atau ginjal. Sehingga dapat
disimpulkan bahwa Vitamin B12 tepat indikasi untuk pasien.
Tepat Pasien = Tepat, sianokobalamin/Vitamin B12 kontraindikasi terhadap Hipersensitivitas terhadap sianokobalamin, kobalt, atau
komponen formulasi lainnya. Pasien tidak kontraindikasi terhadap Sianokobalamin, sehingga dapat disimpulkan tepat pasien. (DIH ed 17th,
2009)
Tepat Dosis = Tidak Tepat, berdasarkan BNF Edisi 61 (2011:hk. 601), dosis yang direkomendasikan untuk defisiensi vitamin B12 dengan
rute per oral adalah 50-150 mcg 1 kali sehari diminum di antara makanan. Pada obat yang diresepkan oleh dokter tidak ditentukan untuk dosis
sediaan dan hanya tertera frekuensi pemakaian yakni 1 kali sehari sehari, sehingga dapat disimpulkan bahwa sudah tepat dan
direkomendasikan untuk menggunakan dosis terkecil terlebih dahulu yakni 50 mcg 1 kali sehari.
V. KESIMPULAN REKOMENDASI
- Pilocarpin 2% topikal 3x sehari tidak tepat indikasi dan tidak tepat obat.
Direkomendasikan terapi dengan pilokarpin 2% dihentikan dan diganti dengan obat
golongan analog prostaglandin karena merupakan first line therapy yaitu Latanoprost
0,005% 1 tetes setiap malam dan Timolol Maleat 0,5% 2 x sehari 1 tetes OD dilanjut
(Dipiro 11th ed, 2021: 4621)
- Vitamin B1, B6 dan B12 tidak tepat dosis. Direkomendasikan tetap diberikan vitamin
B1, B6 dan B12 dengan dosis vitamin B1 yang dapat diberikan adalah 25 mg 1 kali
sehari, dosis vitamin B6 yang dapat diberikan adalah 20 mg 1 kali sehari, dosis
vitamin B12 yang dapat diberikan adalah 50 mcg 1 kali sehari.
VI. KONSELING
1. Deteksi dini melalui skrining atau pemeriksaan. Pemeriksaan skrining biasanya
dilakukan setiap 2-4 tahun pada kelompok usia dibawah 40 tahun
2. Menjaga kebersihan mata
3. Diet gizi seimbang, istirahat yang cukup dan pengelolaan stress yang baik
4. Memberi tahu cara penggunaan obat tetes mata kepada pasien. Berikut merupakan
cara penggunaan obat tetes mata:
1. Mencuci tangan terlebih dahulu dengan sabun dan air
2. Memeriksa ujung penetes, dipastikan tidak retak atau rusak
6. Ditekan botol tetes, hingga jumlah yang dibutuhkan masuk ke dalam kantung.
Jangan mengedip
C. PENUTUP
1. Kesimpulan
a. Diagnosis pasien OD : glaucoma primer sudut terbuka, OS : glaucoma
absolut sudut terbuka
b. Tatalaksana : Dapat diberikan obat-obat untuk mengontrol TIO →
Timolol, latanoprost (untuk meningkatkan outflow uveoskleral), dan
vitamin.
c. Terapi dengan pilokarpin 2% dihentikan dan diganti dengan obat
golongan analog prostaglandin yaitu Latanoprost 0,005% 1 tetes setiap
malam dan Timolol Maleat 0,5% 2 x sehari 1 tetes OD dilanjut
d. Oculus sinister glaukoma absolut sudut terbuka diberi tindakan
trabekulektomi
2. Saran
Pada pasien perlu dilakukan edukasi untuk kepatuhan pengobatan agar TIO
dapat terkontrol sehingga progresivitas penyakit dapat ditekan. Untuk
tatalaksana definitive disarankan dilakukan trabeculectomy.
D. DAFTAR PUSTAKA
American Pharmacist Association, 2009, Drug Information Handbook A
Comprehensive Resource for all Clinicians and Healthcare Professionals 17th
Edition, Lexicomp, USA
American Pharmacist Association, 2015, Drug Information Hand\book A
Comprehensive Resource for all Clinicians and Healthcare Professionals 23th
Edition, Lexicomp, USA
Bailey, J.N.C., Yaspan, B.L., Pasquale, L.R., Hauser, M.A., Kang, J.H., Loomis, S.J.,
Brilliant, M., Budenz, D.L., Christen, W.G., Fingert, J. and Gaasterland, D.,
2014, Hypothesis-Independent Pathway Analysis Implicates GABA and
Acetyl-CoA Metabolism in Primary Open-Angle Glaucoma and Normal-Pressure
Glaucoma, Human genetics, 133(10), pp.1319-1330.
Boyd B, Luntz M. (2017). Evaluasi Klinis Glaukoma Sudut Terbuka dan Faktor
Risiko Dalam Inovasi di Glaukoma Etiologi, Diagnosis dan Penatalaksanaan,
High Light of Ophthalmology (Internasional), Bogota, 3 – 10.
Clancy J (2017), Pemrosesan dan Penyajian Antigen dalam Konsep Dasar dalam
Imunologi. Panduan bertahan hidup seorang siswa. Divisi Profesi Kesehatan
Perusahaan Mcgraw Hill. New York, St. Louis, San Francisco, hal. 65-81 Cotran
Dipiro, T.J., Wells, G.B., Schwinghammer, L.T. and Dipiro, V.C., 2020,
Pharmacotherapy Handbook 11th Edition, The McGraw-Hill Companies, United
States of America.
Dunitz M. (2020), Patogenesis infeksi dan Respon Kekebalan Mata, Dalam Infeksi
Mata, Investigasi dan Perawatan dalam Praktek, Martin Dunitz Ltd, London; 1 –
5.
Ilyas, R dan Yulianti, S. R, 2012, Ilmu Penyakit Mata, Badan Penerbit Fakultas
Kedokteran Universitas Indonesia, Jakarta.
Judajana FM. (2018). Imunologi Hari Ini & Perspektif Kuliah Program S3
Kedokteran Pasca Sarjana Universitas Airlangga Surabaya Indonesia.
Kumar V, Collins T (2019), Glaukoma Dalam Dasar Patologis Penyakit Robbins.
Edisi keenam. Saunders Company, Philadelphia, London, Toronto, Montreal,
Sydney, Tokyo, 1374-1375.
Lutjen Drecoll E, Rohen JW. (2019). Patologi The Trabecular Meshwork di Glaucoma
Sudut Terbuka Primer Dalam buku teks Oftalmologi, diedit oleh Podos SM dan
Yanoff Myron, Glaucoma vol. 7, Mosby, London, St Louis, Baltimore, Boston,
Chicago, Philadelphia, Sydney, Toronto, hal. 837 – 839
Martel, J.L., Kerndt, C.C., Doshi H, et al. Vitamin B1 (Thiamine) [Updated 2021 Oct
16]. In: StatPearls [Internet]. Treasure Island (FL): StatPearls Publishing; 2022
Jan-. Available from: https://www.ncbi.nlm.nih.gov/books/NBK482360/
Pimentel E (2018), Transforming Growth Factors In Handbook of Growth Factors,
vol. II: Faktor Pertumbuhan Peptida, CRC Press, Boca Raton, Ann Arbor,
London, Tokyo, hlm. 263-274.
Rolle, T., Dallorto, L., Rossatto, S., Curto, D. and Nuzzi, R., 2020. Assessing the
Performance of Daily Intake of a Homotaurine, Carnosine, Forskolin, Vitamin
B2, Vitamin B6, and Magnesium Based Food Supplement for the Maintenance of
Visual Function in Patients with Primary Open Angle Glaucoma. Journal of
Ophthalmology, 2020, pp.1-9.
Sugiyama, T., 2015. Coexisting Normal-Tension Glaucoma and Deficiencies of Folic
Acid and Vitamin B6 (Pyridoxal). International Journal of Ophthalmology and
Clinical Research, 2(5).
Theze J (2020), The Cytokine Network and Immune Functions, Oxford University
Press, New York
Tripathi RC, Li J, Chan BJ (2019), Aqueous humor pada mata glaukoma,
mengandung peningkatan kadar TGFbeta- 2. Exp Eye Res 59: 723-7.
Vaughan DG, Asbury T, Riordan-Eva P (2021), Glaucoma in General Ophthalmology,
edisi ke-14 a Lange Medical Book Printice- Hall International Inc. p. 208-225
LEMBAR KOMUNIKASI
DOKTER – FARMASIS
2. Tetap digunakan vitamin B1, B6 Dari dokter muda hanya diberikan mekobalamin
dan B12 karena pada penelitian yang berisikan vitamin B12. Jika tubuh
telah terbukti dapat memperlambat kekurangan vitamin B12, myelin tidak dapat
laju perkembangan kerusakan diproduksi dengan semestinya sehingga fungsi
fungsional dan meningkatkan fungsi sistem saraf yang berhubungan dengan
visual penglihatan juga akan terganggu, bila dibiarkan
(Annisa Vita Nugrahaeni / berangsur - angsur akan mengakibatkan
K11021R224) penyakit mata yang kronis.
(Hafid Adi Nugroho - J510215231)
LAMPIRAN
No Pertanyaan Jawaban
No Pertanyaan Jawaban
6/18/2022 alyaabida9@gmail.
17:19:42 com Alya Abida K11021R219 Hadir
6/18/2022 alistia24@gmail.co
17:19:43 m Afifah Listiadewi K11021R216 Hadir
6/18/2022 amanda.auliyas@ Amanda Auliya
17:19:45 gmail.com Salsabila K11021R221 Hadir
6/18/2022 apriliaputerisantika Aprilia Puteri
17:20:12 @gmail.com Santika K11021R226 Hadir
6/18/2022 k11021r222@stud
17:22:37 ent.ums.ac.id Amira Balqis K11021R222 Hadir
6/18/2022 Alfiahumysolo88@ Alfiah Umy
17:32:48 gmail.com Hamidah K11021R218 Hadir
6/18/2022 annisavita27@gm Annisa Vita
17:34:19 ail.com Nugrahaeni K11021R224 Hadir
6/18/2022 alyachairun18@g
17:40:38 mail.com Alya Chairunnisa K11021R220 Hadir
6/18/2022 k11021r223@stud
18:13:06 ent.ums.ac.id Anita Dwi Utami K11021R223 Hadir
6/18/2022 hidayatahmad123
18:14:57 @gmail.com Ahmad Hidayat K11021R217 Hadir
6/18/2022 k11021r225@stud
18:28:56 ent.ums.ac.id Aprilia Kartika Sari K11021R225 Hadir