Diajukan Kepada:
dr. Rheno Rachmandita, MSi.Med, Sp. B (K) Onk
Disusun Oleh:
Dimas Pratama H.S. H3A021043
FAKULTAS KEDOKTERAN
2022
LEMBAR PENGESAHAN
KEPANITERAAN KLINIK ILMU BEDAH
A. IDENTITAS
1. Identitas Pasien
Nama : Ny. S
Jenis Kelamin : Perempuan
Usia : 67 tahun 7 bulan 9 hari
Alamat : Bentur Rt 01, Purwosari, Kota Semarang
Agama : Islam
Pendidikan : SLTA
Pekerjaan : Lain lain
Suku Bangsa : Jawa
Status Perkawinan : Menikah
Nomor RM : 62-79-XX
Tanggal Masuk RS : 09 Agustus 2022
Ruang Perawatan : Anggrek
Jaminan Kesehatan : BPJS
B. ANAMNESIS
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis pada tanggal 10 Agustus
2022 pukul 10.00 WIB di bangsal Anggrek RSUD Tugurejo Semarang,
didapatkan hasil:
1) Keluhan Utama
Benjolan di payudara kiri
2) Riwayat Penyakit Sekarang
3. Tanda Vital
d. SpO2 : 98%
e. Suhu : 36 ℃
4. Skala VAS 3
5. Status Gizi
a. Berat badan : 55 kg
b. Tinggi badan : 154 cm
c. IMT : 23,19
d. Kesan gizi : normal
6. Status Generalisata
a. Kepala
Mesocephal, jejas (-), wajah asimetri (-)
b. Mata
Kelainan suprasilia dan silia (-/-), kelainan palpebra (-/-), bulbus
oculi letak sentral, sekret (-/-), hiperemis (-/-), pupil bulat, sentral,
isokor, refleks direct & indirect (+/+), konjungtiva anemis (-),
sclera ikterik (-)
c. Telinga
Deformitas (-/-), sekret (-/-), darah (-/-)
d. Hidung
Napas cuping hidung (-/-), deformitas (-/-), sekret (-/-), darah (-/-).
e. Mulut
Sianosis (-/-), bibir kering (-/-), stomatitis (-/-), kelainan bicara (-)
f. Leher
Otot bantu napas (-/-), pembesaran kelenjar tiroid (-/-), pembesaran
kelenjar getah bening (-/-), jejas (-)
g. Thorax
1) Paru-paru anterior dan posterior
Inspeksi: hemithoraks simetris, deformitas (-)
Palpasi: Gerak dada simetris, ICS melebar/menyempit (-/-
), massa (-), nyeri (-)
Perkusi: pekak seluruh lapang paru
Auskultasi: vesikuler seluruh lapang, ronchi (-/-), wheezing
(-/-)
2) Jantung
Inspeksi: ictus cordis tidak tampak
Palpasi: ictus cordis teraba di Ictus cordis teraba pada ICS
V 1-2 cm linea midclavicular sinistra
Perkusi:
Atas : ICS II linea parasternal sinistra
Pinggang : ICS III linea parasternal sinistra
Kanan bawah : ICS V linea sternalis dextra
Kiri bawah : ICS V 1-2 cm linea midclavicular
sinistra
Auskultasi: BJ I > BJ II katup mitral dan trikuspidalis, BJ
II > BJ I katup aorta dan pulmonal, bunyi tambahan (-).
h. Abdomen
Inspeksi: datar, warna kulit sama dengan sekitar, jejas
(-), massa (-)
Auskultasi : bising usus (+) 13 kali/menit
Perkusi: timpani seluruh lapang abdomen
Palpasi: nyeri tekan (-), massa (-), hepar lien ginjal tidak
teraba.
i. Ekstremitas
Ekstremitas superior : edema (-/-), capillary refill time
<2 detik/<2 detik, hangat (+/+)
Ekstremitas inferior : edema (-/-), capillary refill time <2
detik/<2 detik, hangat (+/+)
7. Status Lokalis
Regio Mammae:
a. Inspeksi :
Inspeksi Mammae dextra Mammae sinistra
Warna Sama dengan Sama dengan kulit
kulit sekitar sekitar
Massa (-) (+)
- Lokasi Arah jam 13.00
dari papilla
mammae, pada
bawah axilla
- Bentuk
- Warna Bulat
Sama dengan kulit
sekitar
Tanda lesung (-) (-)
Peau (-) (-)
de’orange
Nodul satelit (-) (-)
Invasi kulit (-) (-)
Retraksi (-) (-)
papilla
mammae
Secret papilar (-) (-)
Scar (-) (-)
Pembesaran
KGB sekitar
- Axillaris (-) (+)
- Supraclavicula (-) (-)
- Infraclavicula (-) (-)
b. Palpasi:
Mammae Mammae
dextra sinistra
Massa (-) (+)
- Lokasi Arah jam 13.00
sekitar 3 cm
dari papila
mammae
- Jumlah (-) 1
- Ukuran (-) Sekitar 3 cm x
1 cm x 1 cm
- Suhu (-) -
- Fluktuasi (-) -
- Dapat Mobile (+)
digerakkan
Pembesaran
KGB sekitar
- Axillaris (-) (+)
- Supraclavicular (-) (-)
c. Auskultasi :
Bruit (-)
D. PEMERIKSAAN PENUNJANG
1) Darah Lengkap (25 Juli 2022)
Px Hematologi EDTA Hasil Satuan Nilai Normal
Leukosit 7,33 10 IU/mL
3
3,6 – 11
Eritrosit 4,14 10 /uL
6
3,8 – 5,2
Hb 12,1 g/dL 11,7 – 15,5
HT 36,8 % 35 – 47
MCV 88,9 fl 80 – 100
MCH 29,2 pg 26 – 34
MCHC 32,9 g/dL 32 – 36
Trombosit 297 10 IU/mL
3
150 – 440
RDW 13,6 % 11,5 – 14,5
MPV 9,1 fL 7,0 – 11,0
PLCR 17,5 %
Diff Count
Eosinofil absolut 0,07 103 IU/mL 0,045 – 0,44
Basofil absolut 0,03 10 IU/mL
3
0 – 0,2
Netrofil absolut 5,88 103 IU/mL 1,8 – 8
Limfosit absolut L 0,87 10 IU/mL
3
0,9 – 5,2
Monosit absolut 0,48 10 IU/mL
3
0,16 – 1
Eosinofil L 1,0 % 2–4
Basofil 0,4 % 0–1
Neutrofil H % 50 – 70
80,2
Limfosit L 11,9 % 25 – 40
Monosit 6,5 % 2–8
Netrofil limfosit ratio 6,76 < 3,13
Kimia Klinik
Glukosa sewaktu 112 mg/dL < 125
Ureum 26 mg/dL 10,0 – 50,0
Creatinine 4,8 mg/dL 0,60 – 0,90
SGOT H 42 U/L 0 – 35
SGPT 35 U/L 0 – 35
Elektrolit
Natrium L 133 mmol/L 135 – 147
Kalium 4,4 mmol/L 3,5 – 5,0
Klorida 102 mmol/L 95 – 105
Serologi
HBsAg Non reaktif Non reaktif
Antigen SARS-CoV2
Antigen SARS-CoV2 Negative Negative
Kesan : Nodul metastasis kecil pada segmen 6 dan 7 lobus kanan hepar. Struktur
kandung empedu, pancreas, limpa, ginjal dan VU baik
3) Pemeriksaan X Foto Thorak PA lateral (09 Agustus 2022)
Klinis: Ca mammae sinistra
Cor : CTR 50%, bentuk dan
letak normal
Diafragma baik
Kesan:
Cor dalam batas normal
Pulmo tak tampak nodul metastasis
Efusi pleura kiri minimal
4) Pemeriksaan histopatologi/sitologi (07 April 2022)
Makroskopis :
Stadium
0 93%
I 88%
IIA 81%
IIB 74%
IIIA 67%
IIIB 41%
IV 15%
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
I. DEFINISI
Kanker payudara (ca mammae) adalah keganasan pada payudara
(mammae) yang berasal dari sel kelenjar, saluran kelenjar, dan jaringan
penunjang payudara.
II. ANATOMI DAN FISIOLOGI
A. Anatomi
Payudara terdiri dari jaringan kelenjar, fibrosa, dan lemak. Jaringan
ikat memisahkan payudara dari otot – otot dinding dada, otot pektoralis
dan seratus anterior. Sedikit di bawah pusat payudara dewasa terdapat
puting (papila mamaria), tonjolan yang berpigmen dikelilingi oleh areola.
Puting mempunyai perforasi pada ujungnya dengan beberapa lubang kecil,
yaitu apertura duktus laktiferosa. Tuberkel – tuberkel Montgomery adalah
kelenjar sebasea pada permukaan areola.3
Jaringan kelenjar membentuk 12 hingga 25 lobus yang tersusun
radier di sekitar puting dan dipisahkan oleh jaringan lemak yang bervariasi
jumlahnya, yang mengelilingi jaringan ikat (stroma) di antara lobus –
lobus. Setiap lobus berbeda, sehingga penyakit yang menyerang satu lobus
tidak menyerang lobus lainnya. Drainase dari lobus menuju sinus
laktiferosa, yang kemudian berkumpuldi duktus pengumpul dan bermuara
ke areola mammae. Jaringan ikat di banyak tempat akan memadat
membentuk pita fibrosa yang tegak lurus terhadap substansilemak,
mengikat lapisan dalam dari fasia subkutan payudara pada kulit. Pita ini,
yaitu ligamentum Cooper merupakan ligamentum suspensorium
payudara.3
Jika dilihat melalui potongan sagital, maka struktur payudara
terdiri atas beberapa lapisan, dari luar ke dalam, yaitu : kulit, jaringan
lemak
subkutaneus, stroma (jaringan fibroglandular) yang di dalamnya terdapat
duktus laktiferus, fascia pektoralis, m. pektoralis mayor dan tulang iga.
b. Subskapularis ( level I )
Dekat cabang vasa thorakodorsalis dari vasa subskapularis,
terbentang dari v. aksilaris sampai dinding thorax lateral.
c. Vena Aksilaris ( level I )
Merupakan kelompok terbesar kedua, terletak kaudal dan ventral
dari bagian lateral v. aksilaris.
d. Interpektoralis / Rotter’s ( level II )
Terletak antara m. pektoralis mayor dan m. pektoralis minor, sering
tunggal, merupakan kelompok terkecil, sering tidak ketemu kecuali
m. pektorlis mayor dipotong.
e. Central ( level II )
Terletak sentral antara linea aksilaris anterior dan posterior serta
menempati posisi superfisial di bawah kulit dan fascia medioaksila,
sehingga mudah teraba pada pemeriksaan palpasi, tertanam dalam
lemak aksila.
f. Subskapularis / Apikal ( level III )
Merupakan kelompok terbesar, terletak paling medial , kaudal
dan ventral dari bagian medial v. aksilaris setinggi ligamentum
Halsted.
Gambar Kelompok Aliran Limfe Payudara
Persarafan
Kelenjar mammae dipersarafi oleh nervi intercostal ke 2 – 6 dan 3
– 4 rami dari pleksus servikalis. Sedangkan saraf yang berkaitan dengan
terapi bedahadalah :
a. Nervus torakalis lateralis. Kira-kira di tepi medial m.pektoralis
minor melintasi anterior vena aksilaris, berjalan ke bawah, masuk
ke permukaandalam m. pektoralis mayor.
b. Nervus torakalis medialis. Kira – kira 1 cm lateral dari nervus
torakalis lateralis, tidak melintasi vena aksilaris, berjalan ke bawah
masuk ke m. pektoralis minor dan m. pektoralis mayor.
c. Nervus torakalis longus dari pleksus servikalis. Menempel rapat
pada dinding toraks berjalan ke bawah, mempersarafi m. seratus
anterior.
d. Nervus torakalis dorsalis dari pleksus brakhialis. Berjalan bersama
pembuluh darah subskapularis, mempersarafi m. subskapularis, m.
teres mayor.
B. Fisiologi
Payudara mengalami tiga macam perubahan yang dipegaruhi oleh
hormon. Perubahan pertama ialah mulai dari masa hidup anak melalui
masa pubertas, masafertilitas, sampai ke klimakterium, dan menopause.
Sejak pubertas, pengaruh estrogen dan progesteron yang diproduksi
olehovarium dan juga hormon hipofise, telah menyebabkan duktus
berkembang dan timbulnya asinus.
Perubahan kedua adalah perubahan sesuai dengan daur haid.
Sekitar hari ke – 8 haid, payudara jadi lebih besar dan beberapa hari
sebelum haid berikutnyaterjadi pembesaran maksimal. Kadang –
kadang timbul benjolan yang nyeri dan tidak rata. Selama beberapa hari
menjelang haid, payudara menjadi tegang dan nyeri sehingga
pemeriksaan fisik, terutama palpasi, tidak mungkin dilakukan. Pada
waktu itu, pemeriksaan foto mamografi tidak berguna karena kontras
kelenjar terlalu besar. Begitu haid mulai, semuanya berkurang.
Perubahan ketiga terjadi pada masa hamil dan menyusui. Pada
kehamilan,payudara menjadi besar karena epitel duktus lobus dan duktus
alveolus berproliferasi, dan tumbuh duktus baru.
Sekresi hormon prolaktin dari hipofisis anterior memicu laktasi.
Air susu diproduksi oleh sel – sel alveolus, mengisi asinus, kemudian
dikeluarkan melalui duktus ke puting susu.
III. ETIOLOGI
Etiologi pasti dari kanker payudara masih belum jelas. Beberapa
penelitianmenunjukkan bahwa wanita dengan faktor risiko tertentu lebih
sering untuk berkembang menjadi kanker payudara dibandingkan yang
tidak memiliki beberapafaktor risiko tersebut.
Terdapat berbagai faktor hormonal dan non hormonal yang
diperkirakan meningkatkan risiko kanker payudara, antara lain faktor usia,
genetik dan familial,hormonal, gaya hidup, lingkungan, dan adanya
riwayat tumor jinak. Separuh dari orang yang memiliki berbagai faktor-
faktor diatas akan menderita kanker payudara.
a. Usia
Faktor usia paling berperan dalam menimbulkan kanker
payudara. Dengan semakin bertambahnya usia seseorang,
insidens kanker payudara akan meningkat. Satu dari delapan
keganasan payudara invasif ditemukan pada wanita berusia di
bawah 45 tahun. Dua dari tiga keganasan payudara invasif
ditemukan pada wanita berusia 55 tahun. Pada perempuan,
besarnya insidens ini akan berlipat ganda setiap 10 tahun, tetapi
kemudian akan menurun drastis setelah masa menopause.
b. Genetik dan Familial
Sekitar 5-10% kanker payudara terjadi akibat adanya
predisposisi genetik terhadap kelainan ini. Seseorang dicurigai
mempunyai faktor predisposisi genetik herediter sebagai
penyebab kanker payudara yang dideritanya jika (1) menderita
kanker payudara sewaktu berusia kurang dari 40tahun, dengan
atau tanpa riwayat keluarga; (2) menderita kanker payudara
sebelum berusia 50 tahun, dan satu atau lebih kerabat tingkat
pertamanya menderita kanker payudara atau kanker ovarium
(3)menderita kanker payudara bilateral (4) menderita kanker
payudara pada usia berapapun, dan dua atau lebihkerabat tingkat
pertamanya menderita kanker payudara; serta (5) laki-laki yang
menderita kanker payudara.
Risiko seseorang yang satu anggota keluarga tingkat
pertamanya (ibu, anak, kakak atau adik kandung) menderita
kanker payudara, meningkat dua kalilipat, dan meningkat lima
kali lipat bila ada dua anggota keluarga tingkat pertama yang
menderita kanker payudara. Walaupun faktor familial
merupakan faktor risiko kanker payudara yang signifikan, 70-
80% kanker payudara timbulsecara sporadis.
Berdasarkan hasil pemetaan gen yang dilakukan baru-baru
ini, mutasi germline pada gen BRCA1 dan BRCA2 pada
kromosom 17 dan 13 ditetapkansebagai gen predisposisi kanker
payudara dan kanker ovarium herediter. Gen BRCA1 terutama
menimbulkan kanker payudara ER (-). BRCA2 juga banyak
ditemukan pada penderita kanker payudara laki-laki.
Gen ATM menupakan gen yang mengatur perbaikan DNA.
Penderita kanker payudara familial cenderung mengelami
mutasi gen ini. Mutasi gen CHEK2 meningkatkan risiko kanker
payudara hingga dua kali lipat. Pada wanita yang mengalami
mutasi CHEK2 dan beberapa familinya menderita keganasan
payudara, risiko wanita tersebut terkena kanker payudara jauh
lebihmeningkat lagi, dan pada laki-laki bisa 10 kali lipat
bilamana ada delesi pada CHEK2 dari gen regulator siklus sel
ini. Mutasi pada gen supresor tumor p53 meningkatkan risiko
terkena kanker payudara dan juga kanker lainnya seperti
leukemia, tumor otak, dan sarkoma.
c. Reproduksi dan Hormonal
Faktor reproduksi dan hormonal juga berperan besar
menimbulkankelainan ini. Usia menarche yang lebih dini, yakni
di bawah 12 tahun, meningkatkan risiko kanker payudara
sebanyak 3 kali, sedangkan usia menopause yang lebih lambat,
yakni di atas 55 tahun, meningkatkan risiko kanker payudara
sebanyak 2 kali.
Perempuan yang melahirkan bayi aterm lahir hidup pertama
kalinya pada usia di atas 35 tahun mempunyai risiko tertinggi
mengidap terkena kanker payudara. Selain itu, penggunaan
kontrasepsi hormonaleksogen juga turut meningkatkan risiko
kanker payudaranya: penggunaan kontrasepsi oral meningkatkan
risikonya sebesar 1,24 kali; penggunaan terapi sulih-hormon
pascamenopause meningkatkan risiko sebesar 1,35 kali bila
digunakan lebih dari 10 tahun; dan penggunaan estrogen
penguat kandungan selama kehamilan meningkatkan risiko
sebesar dua kali lipat. Sebaliknya, menyusui bayi menurunkan
risiko terkena kanker payudara terutama jika masa
menyusuidilakukan selama 27-52 minggu. Penurunan risiko ini
diperkirakan karena masa menyusui mengurangi masa
menstruasi seseorang.
d. Gaya hidup
1) Berat badan
Obesitas pada masa pascamenopause meningkatkan
risiko kanker payudara; sebaliknya, obesitas
pramenopause justru menurunkan risikonya. Hal ini
disebabkan oleh efek tiap obesitas yangberbeda terhadap
kadar hormon endogen. Walaupun menurunkankadar
hormon seks terikat-globulin dan menurunkan pajanan
terhadap estrogen, obesitas pramenopause meningkatkan
kejadian anovulasi sehingga menurunkan pajanan
payudara terhadap progesteron. Pada masa
pascamenopause, penurunan risiko kanker payudara
yang disebabkan oleh obesitas pramenopause secara
bertahap menghilang, dan peningkatan bioavabilitas
estrogen yang terjadi pada masa ini akan meningkatkan
risiko kanker payudara.
2) Aktifitas fisik
Olahraga selama 4 jam setiap minggu menurunkan
risiko sebesar 30%. Olahraga rutin pada pascamenopause
juga menurunkan risiko sebesar 30-40%. Untuk
mengurangi risiko terkena kanker payudara American
Cancer Society merekomendasikan olahraga selama 45-60
menit setiap harinya.
3) Merokok
4) Alkohol
IV. EPIDEMIOLOGI
Kanker payudara merupakan salah satu jenis kanker terbanyak di
Indonesia. Berdasarkan Pathological Based Registration di Indonesia, KPD
menempati urutanpertama dengan frekuensi relatif sebesar 18,6%. (Data Kanker
di Indonesia Tahun2010, menurut data Histopatologik Badan Registrasi Kanker
Perhimpunan Dokter Spesialis Patologi Indonesia (IAPI) dan Yayasan Kanker
Indonesia (YKI)). Diperkirakan angka kejadiannya di Indonesia adalah
12/100.000 wanita, sedangkan di Amerika adalah sekitar 92/100.000 wanita
dengan mortalitas yang cukup tinggiyaitu 27/100.000 atau 18 % dari kematian
yang dijumpai pada wanita. Penyakit inijuga dapat diderita pada laki –- laki
dengan frekuensi sekitar 1 %. Di Indonesia, lebih dari 80% kasus ditemukan
berada pada stadium yang lanjut, dimana upaya pengobatan sulit dilakukan.
Oleh karena itu perlu pemahaman tentang upaya pencegahan, diagnosis dini,
pengobatan kuratif maupun paliatif serta upaya rehabilitasi yang baik, agar
pelayanan pada penderita dapat dilakukan secaraoptimal.
V. KLASIFIKASI KANKER PAYUDARA
A. Non invasive carcinoma
Gambar Ductal Carcinoma in situ dan Sel-sel kanker menyebar keluar dari
ductus,
B. Invasive carcinoma
1) Paget’s disease dari papilla mammae
Paget’s disease dari papilla mammae pertama kali
dikemukakan pada tahun 1974. Seringnya muncul sebagai erupsi
eksim kronik dari papilla mammae, dapat berupa lesi bertangkai,
ulserasi, atau halus. Paget's disease biasanya berhubungan dengan
DCIS (Ductal Carcinoma in situ) yang luas dan mungkin
berhubungan dengan kanker invasif. Biopsi papilla mammae
akan menunjukkan suatu populasi sel yang identik (gambaran atau
perubahan pagetoid). Patognomonis dari kanker ini adalah
terdapatnya sel besar pucat dan bervakuola (Paget's cells) dalam
deretan epitel. Terapi pembedahan untuk Paget's diseasemeliputi
lumpectomy, mastectomy, ataumodified radicalmastectomy,
tergantung penyebaran tumor dan adanya kanker invasif.
dokter saat mendiagnosis suatu penyakit kanker yang diderita pasiennya, sudah
sejauh manakah tingkat penyebaran kanker tersebut baik ke organ atau jaringan
sekitar maupun penyebaran ketempat lain. Stadium hanya dikenal pada tumor
ganas atau kanker dan tidak ada pada tumor jinak.
Untuk menentukan suatu stadium, harus dilakukan pemeriksaan klinis
dan pemeriksaan penunjang lainnya yaitu histopatologi atau PA, rontgen, USG,
dan bilamemungkinkan dengan CT scan, scintigrafi, dan lain-lain. Banyak
sekali cara untukmenentukan stadium, namun yang paling banyak digunakan
saat ini adalah stadiumkanker berdasarkan klasifikasi sistem TNM yang
direkomendasikan oleh UICC (International Union Against Cancer dari World
Helath Organization) / AJCC (American Joint Committee On Cancer yang
disponsori oleh American Cancer Society dan American College of Surgeons).
VII. SISTEM TNM
TNM merupakan singkatan dari “T” yaitu tumor size atau ukuran
tumor, “N” yaitu node atau kelenjar getah bening regional dan “M” yaitu
metastasis ataupenyebaran jauh. Ketiga faktor T, N, dan M dinilai baik secara
klinis sebelum dilakukan operasi, juga sesudah operasi dan dilakukan
pemeriksaan histopatologi(PA). Pada kanker payudara, penilaian TNM
sebagai berikut :
TNM STAGING SYSTEM untuk breast cancer
Tumor primer
TX Tumor primer tidak dapat dinilai
T0 Tidak ada bukti terdapat tumor primer
Tis Carcinoma in situ
Tis (DCIS) Ductal carcinoma in situ
Tis (LCIS) Lobular carcinoma in situ
Tis (Paget’s) Paget’s disease dari papilla mamae tanpa tumor
T1 Tumor <2 cm
pN0(i–) Tidak ada metastasis keKGB regional secara histologis, IHC (-)
pN0(i+) Tidak ada metastasis keKGB regional secara histologis, IHC (+), IHC
cluster tidak lebih dari 0.2 mm
pN0(mol Tidak ada metastasis keKGB regional secara histologis, pemeriksaan
molekuler (-) (RT-PCR)
–)
pN0(mol Tidak ada metastasis keKGB regional secara histologis, pemeriksaan
molekuler (+) (RT-PCR)
+)
pN1 Metastasis ke 1-3 KGB aksila, dan atau KGB internal mammary
dengan kelainan mikroskopis yang terdeteksi melalui diseksi KGB
sentinel, tidak tampak secara klinis
pN3c Metastasis ke KGB supraklavikular ipsilateral
Metastasis Jauh (M)
MX Metastasis jauh tidak dapat dinilai
M0 Tidak terdapat metastasis jauh
M1 Terdapat metastasis jauh
B. Perubahan Kulit
Tanda lesung: ketika tumor mengenai ligament glandula mamae, ligament
itu memendek hingga kulit setempat menjadi cekung.
Perubahan kulit jeruk (peau d’orange): ketika vasa limfatik subkutis
tersumbat sel kanker, hambatan drainase limfe menyebabkan udem kulit,
folikel rambut tenggelam ke bawah.
Nodul satelit kulit: ketika sel kanker di dalam vasa limfatik subkutis
masing- masing membentul nodul metastasis, disekitar lesi primer dapat
muncul banyak nodul tersebar.
Invasi, ulserasi kulit: ketika tumor menginvasi kulit, tampak perubahan
warna merah atau merah gelap. Bila tumor terus bertambah besar, lokasi
itu dapat menjadi iskemik, ulserasi membentuk bunga terbalik, ini disebut
“tanda kembang kol”.
Perubahan inflamatorik : secara klinis disebut “karsinoma mamae
inflamatorik”, tampil sebagai keseluruhan kulit mamae berwarna merah
bengkak, mirip peradangan. Tipe ini sering ditemukan pada kanker
mamae waktu hamil atau laktasi.
C. Perubahan Papilla Mammae
Retraksi, distorsi papilla mamae: umumnya akibat tumor menginvasi
jaringan subpapilar.
Sekret papilar: sering karena karsinoma papilar dalam duktus besar
atau tumor mengenai duktus besar.
Perubahan eksematoid: merupakan manifestasi spesifik dari kanker
eksematoid (penyakit paget). Klinis tampak areola papilla mamae
tererosi, berkrusta, secret, deskuamasi, sangat mirim eskim.
D. Pembesaran Kelenjar Limfe Regional
Pembesaran kelenjar limfe aksilar ipsilateral dapat soliter atau
multiple, pada awalnya mobile, kemudian dapat saling berkoalesensi atau
adhesi dengan jaringan sekitarnya. Dengan perkembangan penyakit,
kelenjar limfe supraklavikular juga dapat membesar.
IX. DIAGNOSIS
Prosedur diagnosis pada kanker payudara terdiri dari anamnesis,
pemeriksaan fisik, dan pemeriksaan penunjang (Suyatno & Pasaribu,
2014).
Anamnesis
Anamnesis dan pemeriksaan fisik ditujukan terutama untuk
mengidentifikasi identitas penderita, faktor resiko, perjalanan penyakit,
tanda dan gejala kanker payudara, riwayat pengobatan dan riwayat
penyakit yang pernah diderita.
Pemeriksaan Fisik
Inspeksi
Amati ukuran, simetri kedua mamae, perhatikan apakah ada
benjolan tumor atau perubahan patologik kulit (misal cekungan,
kemerahan, udem, erosi, nodul satelit, peau d’orange, dll.).
perhatikan kedua papilla mamae apakah simetri, ada retraksi,
b) Kelenjar Limfe
Pemeriksaan kelenjar limfe regional paling baik posisi duduk.
Ketika memeriksa aksila kanan dengan tangan kiri topang siku kanan
pasien, dengan ujung jari kiri palpasi seluruh fosa aksila secara
berurutan. Waktu memeriksa fosa aksila kiri sebaliknya, akhirnya
periksa kelenjar supraklavikukar.
Pemeriksaan Penunjang
Untuk mendukung pemeriksaan klinis, pemeriksaan
penunjang dapat dilakukan untuk membantu deteksi kanker
payudara. Pemeriksaan radiodiagnostik untuk staging yaitu
dengan Rontgen toraks, USG abdomen (hepar), dan bone
scanning. Sedangkan pemeriksaan radiodiagnostik yang bersifat
opsional (atas indikasi) yaitu magnetic resonance imaging (MRI),
CT scan,
PET scan, dan bone survey. Setiap ada kecurigaan pada
pemeriksaan fisik dan mammogram, biopsi harus selalu
dilakukan. Jenis biopsy dapat dilakukan yaitu biopsy jarus halus
(fine needle aspiration biopsy, FNAB), corebiopsy (jarum besar),
biopsi terbuka dan sentinel node biopsy.
a. Mamografi
Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi
dini kanker payudara, sekitar 75% kanker terdeteksi paling
tidak satu tahun sebelum ada gejala atau tanda. Tipe
pemeriksaan mamografi adalah skrining dan diagnostik.
Skrining mamografi dilakukan pada wanita yang
asimptomatik. Skrining mamografi direkomendasikan setiap 1-
2 tahun untuk usia 50 tahun atau lebih. Pada kondisi tertentu
direkomendasikan sebelum usia 40 tahun (misal wanita yang
keluarga tingkat pertama menderita kanker payudara).
Mamografi diagnostik dilakukan pada wanita yang
simptomatik, tipe ini lebih rumit dan digunakan untuk
menentukan ukuran yang tepat, lokasi abnormalitas payudara,
untuk evaluasi jaringan sekitar dan getah bening sekitar
payudara.
b. Ultrasonografi Payudara
Ultrasonografi Payudara melihat lesi hipoekoik dengan
tepi tidak teratur (irregular) dan shadowing disertai orientasi
vertikal kemungkinan merupakan lesi maligna. USG secara
umum diterima untuk membedakan masa kistik dengan solid
dan sebagai pengarah untuk biopsi serta pemeriksaan skrining
pasien usia muda. Peran USG lain adalah untuk evaluasi
metastasis ke organ viseral.
c. MRI
1) Mastektomi
2) Breast Conserving Therapy (BCT) (harus
memenuhi persyaratantertentu)
Terapi adjuvan operasi (Kemoterapi adjuvant) bila :
1) Grade III
2) TNBC
3) Ki 67 bertambah kuat
4) Usia muda
5) Emboli lymphatic dan vaskular
6) KGB > 3
Radiasi bila
:
Prinsip:
1)Sifat terapi paliatif
Stadium
0 93%
I 88%
IIA 81%
IIB 74%
IIIA 67%
IIIB 41%
IV 15%
DAFTAR PUSTAKA