DERMATITIS VENENATA
Dosen Pembimbing :
dr.Sri Katon Sulistyaningrum , Sp.KK
Disusun Oleh :
Muthiah Tsamarah
2019730139
KEPANITERAAN KLINIK
STASE ILMU PENYAKIT KULIT DAN KELAMIN
RUMAH SAKIT ISLMA JAKARTA CEMPAKA PUTIH
FAKULTAS KEDOKTERAN DAN KESEHATAN
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
2023
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI...................................................................................................................................i
KATA PENGANTAR..................................................................................................................iii
BAB I...............................................................................................................................................1
STATUS PASIEN..........................................................................................................................1
A. Identitas Pasien...................................................................................................................1
B. Anamnesis............................................................................................................................1
a. Keluhan Utama...............................................................................................................1
b. Riwayat Penyakit Sampai Sekarang.............................................................................1
c. Riwayat Penyakit Dahulu...............................................................................................2
d. Riwayat Penyakit Keluarga...........................................................................................2
e. Riwayat Penyakit Alergi.................................................................................................2
f. Riwayat Pengobatan.......................................................................................................2
g. Riwayat Psikososial.........................................................................................................2
C. Pemeriksaan Fisik...............................................................................................................2
D. Status Generalisata.............................................................................................................2
E. Status Dermatologis............................................................................................................3
F. Resume.................................................................................................................................4
G. Diagnosis.............................................................................................................................4
I. Pemeriksaan Penunjang Anjuran.....................................................................................4
J. Penatalaksanaan.................................................................................................................4
BAB II.............................................................................................................................................6
TINJAUAN PUSTAKA.................................................................................................................6
A. Definisi.................................................................................................................................6
B. Etiologi.................................................................................................................................6
C. Pathogenesis........................................................................................................................7
D. Gambaran Klinis................................................................................................................7
E. Tatalaksana.........................................................................................................................9
F. Komplikasi.........................................................................................................................10
G. Pencegahan.......................................................................................................................10
i
H. Diagnosis Banding............................................................................................................11
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................12
ii
KATA PENGANTAR
Segala puji dan syukur kehadirat Allah SWT karena dengan rahmat-Nya penulis dapat
menyelesaikan tugas laporan kasus mengenai Dermatitis Venenata. Pada kesempatan ini
penyusun ingin menyampaikan terima kasih kepada dosen pembimbing, dr.Sri Katon
Sulistyaningrum, Sp. KK.
Penulis menyadari bahwa di dalam tugas ini masih terdapat beberapa kekurangan. Oleh
karena itu, penulis terbuka terhadap kritik dan saran yang bersifat membangun dari semua
pembaca tugas ini. Demikian tugas ini penulis buat sebagai tugas dari kegiatan kepaniteraan
Stase Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin serta untuk menambah pengetahuan bagi penulis dan
pembaca.
Muthiah Tsamarah
iii
BAB I
STATUS PASIEN
A. Identitas Pasien
Nama : An. YS
Umur : 12 Tahun
Jenis Kelamin : Perempuan
Alamat : Jakarta Pusat
Pekerjaan : Siswi
Agama : Islam
Waktu Pemeriksaan : 13 Juni 2023
B. Anamnesis
Anamnesis dilakukan secara autoanamnesis dan alloanamnesis di poliklinik
kulit dan kelamin RSIJ Cempaka Putih
a. Keluhan Utama
Pasien merasa gatal di leher,tangan dan kaki sejak 5 minggu yang lalu
1
2
f. Riwayat Pengobatan
Pasien belum pernah berobat sebelumnya
g. Riwayat Psikososial
Pasien sering bermain di lapangan sekolah dan di luar rumah bersama teman-
temannya.
C. Pemeriksaan Fisik
Keadaan Umum : Baik
Kesadaran : Compos Mentis
Tanda-tanda Vital :
- Suhu : 36,0
- Nadi : 80xmenit
- RR : 24x/menit
- TB : 135 Cm
- BB : 16 Kg
D. Status Generalisata
Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam
Mata : Konjungtiva anemis (-/-), sklera ikterik (-/-), reflek cahaya (+/+)
Hidung : Deviasi septum (-), sekret (-)
3
E. Status Dermatologis
4
F. Resume
An. YS 12 Tahun pasien datang ke RSIJ dengan keluhan gatal di leher , tangan
dan kaki sejak 5 minggu yang lalu. Gatal yang dirasakan diikuti perih saat terkena air.
Pasien suka bermain bersama temannya di luar ruangan rumah dan sekolah. Pasien
memiliki teman yang memiliki keluhan yang sama.
Pada tidak pernah mengalami keluhan yang serupa Tidak ada keluarga yang
memiliki keluhan yang serupa dengan pasien. Tidak memiliki alergi. Pasien belum
pernah berobat sebelumnya. Pasien sering bermain di lapangan sekolah dan di luar rumah
bersama teman-temannya.
G. Diagnosis
1. Diagnosis Kerja
Dermatitis Venenata
2. Diagnosis Banding
dd/ Dermatitis Kontak Alergi
dd/ Herpes Zoster
J. Penatalaksanaan
1. Non-Medikamentosa
6
2. Medikamentosa
Kompres luka dengan kassa steril dan larutan NaCl 0,9%
Kortikosteroid topikal : hidrokortison cream 1%
CTM tab 4 mg 4x sehari
7
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Definisi
Dermatitis venenata atau dermatitis paederus atau dermatitis kontak insek toksik
adalah dermatitis iritan yang disebabkan oleh pederin, racun yang di produksi oleh
kumbang kelana (Paederus). Penyakit ini seringkali tidak diketahui waktu kontak dengan
kulit. Serangga ini banyak ditemukan pada musim hujan.
B. Etiologi
Kelompok serangga Paederus termasuk dalam family kumbang kelana yang
merupakan family kumbang terbesar kedua (Staphylinidae, Coleoptera). Istilah
Coleoptera diberikan oleh Aristoteles untuk serangga bersayap, mengacu pada koleon
(selubung) dan pteron (sayap). Kumbang staphylinid disebut sebagai kumbang kelana
karena kecenderungannya untuk berkeliaran. Identifikasi spesies tidak mungkin hanya
dari fenotipe saja dan membutuhkan diseksi alat kelamin. Ukuran serangga biasanya 7-13
mm dan kebanyakan orang mengiranya adalah semut.
Serangga tersebut memiliki ciri ciri berwarna cerah dengan elytra berwarna biru
atau hijau metalik, dan kebanyakan berwarna oranye terang atau merah pada pronotum
dan segmen basal abdomen. Warna-warni cerah ini merupakan contoh aposematisme,
yaitu sinyal peringatan bagi pemangsa potensial.
6
7
C. Pathogenesis
Paederus mengandung pederin yang akan dikeluarkan ketika serangga hancur
akibat reflek menepuk serangga. Namun dapat juga saat serangga sedang menyengat dan
racun dapat dilepaskan saat serangga sedang bergerak.
Pederin menyebabkan pykinosis dan disorientasi kromosom, karioreksis,
kariopiknosis, dan vakuolisasi yang menyebabkan nekrosis kulit. Lesi awal menunjukkan
spongiosis neurofil, eksositosis, dan degenerasi retikuler epidermal. Lesi yang lebih
lanjut menunjukkan vesikulasi intraepidermal dan nekrosis epidermal konfluen. Namun
sel suprabasal biasanya tidak terkena. Sel-sel acantholytic yang terbesar dapat terlihat.
Ciri- ciri luka toksik akut pada kulit adalah ciri khas dari dermatitis paederus. Edema
dermal yang didominasi perivascular dan infiltrate interstisial campuran juga dapat
terlihat pada lesi lanjut.
D. Gambaran Klinis
Pasien seringkali tidak menyadari kontak dengan serangga ketika tidur malam
hari, serangga tersebut akan menyengat dan membuat tangan kita reflek menepuknya.
Lesi akan terlihat saat bangun tidur sehingga dikenal sebagai “wake and see disease” di
Nigeria dan sebagai “night burn” di Turki. Lama waktu kontak pertama kali dengan
toksin dan munculnya lesi eritematosa dikenal sebagai periode laten. Paderin dapat
mengenai seprai atau pakaian sehingga dapat mempengaruhi ke area tubuh yang lain.
Area yang sering terkena yaitu wajah, leher, lengan, telapak tangan, dan telapak kaki
(jarang sekali). Toksin juga biasanya menyisakan mukosa mulut. Kasus ini dapat
meningkat ketika musim hujan.
Gejala timbul antara 24 – 48 jam setelah kontak dengan serangga dengan sensasi
yang ditimbulkan berupa gatal dan terbakar atau perih yang paling umum. Karakteristik
lesi biasanya linier dari penghancuran serangga dan selanjutnya toksin menyebar ke area
kulit. Lesi berkembang melalui fase eritematosa awal diikuti oleh vesikulasi dan
pengerasan kulit berikutnya dan deskuamasi. Kasus ringan berupa eritema saja dapat
sembuh dalam 2 hari. Kasus yang cukup parah dengan vesikulasi yang signifikan. Fase
skuamosa ketika lesi mengering dan terkelupas dalam waktu 7-8 hari. Gejala sisa berupa
hiperpigmentasi yang bisa berlangsung hingga sebulan. Nekrosis kulit dapat terjadi
kadang-kadang. Kasus yang parah ditandai dengan keterlibatan kulit yang lebih luas dan
8
gambatran sistemik seperti demam, artalgia, neuralgia, rhinitis, dan timpanitis. Eritema
bisa bertahan selama berbulan-bulan. Lesi kulit tidak dibatasi oleh dermatomal
- Dermatitis linearis adalah pola yang paling umum. Lesi dapat terjadi di mana saja
tetapi lebih sering terjadi di area yang terbuka. Mereka muncul sebagai lesi
eritematosa atau goresan linier
- Dermatitis pustular terlokalisasi adalah dermatitis kontak iritan dan muncul sebagai
fleksura seperti fosaa kubital atau aksila
- Keterlibatan kulit yang luas, kadang-kadang dikaitkan dengan gejala sistemik seperti
demam, neuralgia, artalgia dan muntah
- Lesi kelamin terjadi karena transfer toksin pasif ke genitalia
- Varian atipikal dari dermatitis Paederus yang ditandai dengan eritematosa difus dan
lesi deskuamatif yang terjadi terutama di tubuh bagian atas.
9
E. Tatalaksana
Penatalaksanaan mirip dengan dermatitis iritan akut. Eliminasi toksin dapat
dilakukan bila pasien langsung datang setelah gigitan serangga terjadi. Tetapi
kebanyakan pasien datang setelah lesi sudah terjadi.
Tindakan yang dilakukan saat pasien datang setelah kontak
1. Cuci dengan sabun dan air area yang terkena
2. Tingtur yodium secara topical menetralkan pederin
10
Setelah lesi muncul dapat diberikan steroid topical dengan atau tanpa antibiotik
efektif. Steroid topikal diberikan sampai lesi kulit mengeras atau menunjukkan tanda-
tanda penyembuhan atau jika telah mengering (hidrokortison cream 1%, betamethasone
valerat 0,005% - 0,1%), biasanya 7-10 hari. Terapi steroid sistemik dapat diberikan untuk
kasus parah yang jarang terjadi atau untuk mengatasi peradangan (prednisone tab 5-10
mg/dosis 2-3x, dexamethasone tab 0,5-1 mg/dosis 2-3 kali). Untuk meredakan pruritus
dapat diberikan antihistamin (loratadine tab 1x10 mg selama ± 1 minggu).
F. Komplikasi
Komplikasi disebabkan oleh efek langsung dari toksin dan infeksi sekunder.
Hiperpigmentasi dan jaringan parut pasca inflamasi. Komplikasi yang lebih serius adalah
eksfoliasi ekstensif dan dermatitis ulserasi dan mungkin memerlukan rawat inap.
G. Pencegahan
- Mengurangi populasi serangga di sekitarnya
- Menghindari kontak serangga dengan kulit manusia
- Meminimalkan pelepasan racun dari serangga setelah hinggap di kulit
- Pencegahan atau pengurangan lesi setelah kontak
11
H. Diagnosis Banding
DAFTAR PUSTAKA
Menaldi, SLSW. Bramono, K. Indriatmi, W. Ilmu Penyakit Kulit dan Kelamin Edisi
Ketujuh. Jakarta: Badan Penerbit FKUI; 2018.
Harlim Ago. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Kulit dan Kelamin Alergi Kulit. Jakarta: FK
UKI; 2016
12