SIROSIS HEPATIS
Disusun Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Kepaniteraan Klinik Bagian Ilmu
Penyakit Dalam
Disusun Oleh :
Kelompok XII-A
Pembimbing :
2021
KATA PENGANTAR
Puji dan syukur penulis panjatkan ke hadirat Allah Yang Maha Kuasa karena
atas rahmat dan hidayah-Nya penulis dapat menyelesaikan tugas laporan kasus ini.
Penulis mengucapkan terima kasih kepada dr. Irma Febrina, Sp.PD., M.Kes.,
selaku konsulen yang telah membimbing kami dalam proses diskusi. Tak lupa penulis
ucapkan terima kasih kepada pihak-pihak yang telah membantu menyusun laporan
kasus ini.
Penulis
ii
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.................................................................................i
DAFTAR ISI................................................................................................ii
STATUS PASIEN........................................................................................1
1.1 Identitas Pasien............................................................................1
1.2 Anamnesis....................................................................................1
1.3 Pemeriksaan Fisik........................................................................3
1.4 Pemeriksaan Penunjang...............................................................4
1.5 Resume .......................................................................................6
1.6 Diagnosis Kerja...........................................................................7
1.7 Penatalaksanaan...........................................................................7
1.8 Prognosis......................................................................................8
BAB I PENDAHULUAN............................................................................9
BAB II TINJAUAN PUSTAKA.................................................................11
A. DEFINISI…................................................................................15
B. EPIDEMIOLOGI.......................................................................15
C. ETIOLOGI ..................................................................................15
D. MANIFESTASI KLINIS.............................................................17
E. PATOFISIOLOGI........................................................................19
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK................................................21
G. PENATALAKSANAAN MEDIS................................................22
DAFTAR PUSTAKA...................................................................................27
iii
STATUS PASIEN
1. IDENTITAS
Nama : Tn. W
Umur : 59 tahun
Jenis Kelamin : Laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Nelayan
Status Pernikahan : Menikah
Pendidikan Terakhir : SD
Alamat : Cirebon
2. ANAMNESIS
a. Keluhan utama :
Perut Membesar
b. Riwayat penyakit sekarang:
Pasien datang ke IGD RSUD Waled dengan keluhan perut membesar.
Perutnya dikatakan membesar secara perlahan pada seluruh bagian perut
sejak 3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Perutnya dirasakan semakin
hari semakin membesar dan bertambah tegang, keluhan perut membesar
disertai dengan sesak nafas dirasakan terus menerus, lemas dan sulit tidur.
Pasien juga mengeluh nyeri pada ulu hati sejak 1 bulan namun memberat
1
sejak 3
2
3
hari sebelum masuk rumah sakit. Nyeri ulu hati dikatakan seperti ditusuk-
tusuk dan terus-menerus dirasakan oleh pasien sepanjang hari. Keluhan ini
dikatakan tidak membaik ataupun memburuk dengan makanan. Keluhan
nyeri juga disertai dengan penurunan nafsu makan dan penurunan berat
badan. Keluhan mual dan muntah disangkal oleh pasien.
Pasien juga mengeluhkan batuk kering sejak 1 bulan sebelum masuk
rumah sakit. Sulit untuk buang air besar sejak 3 minggu sebelum masuk
rumah sakit , konsistensi sedikit lunak berwarna hitam lendir dan darah
disangkal oleh pasien.
3. PEMERIKSAAN FISIK
a. Keadaan umum : Tampak sakit sedang
b. Kesadaran : Composmentis
c. Vital sign :
i. Tekanan darah : 130/70 mmHg
ii. Nadi : 88 x/menit
iii. Respirasi : 25 x/menit
iv. Suhu : 36,5 °C
d. Berat badan : 63 kg ( sebelum perut membesar)
e. Tinggi badan : 160 cm
f. Status generalis :
- Kepala : Normocephal, rambut berwarna hitam dan tidak
mudah rontok
- Mata : Konjungtiva Pucat (+/+), sklera ikterik (+/+).
- Hidung : Deviasi (-), sekret (-), darah (-)
- Telinga : Darah (-), sekret (-)
- Mulut : Sianosis bibir (-), gusi berdarah (-), karies gigi (-)
- Leher : Pembesaran kelenjar getah bening (-), peningkatan
JVP (-)
- Thoraks
Inspeksi : Datar, simetris, retraksi ICS (-), otot bantu pernapasan
(-), ictus cordis tidak tampak
Palpasi : Nyeri tekan (-), fremitus taktil (+)
Perkusi : Sonor seluruh lapang paru
5
- Auskultasi
Cor : bunyi jantung I-II regular, murmur (-), gallop (-)
Pulmo : VBS (+/+), rhonki (-/-), wheezing (-/-)
- Abdomen : cembung, spider naevi (-), striae (-), Bising usus (+),
Distensi, nyeri tekan (+) diseluruh lapang abdomen, Hepar : 3 jari
dibawah arcus costae, Lien : splenomegali, undulasi (+), shifting
dullnes (+)
- Ekstremitas : akral hangat, CRT <2 detik. Edema (-)
4. PEMERIKSAAN PENUNJANG
Laboratorium tanggal 29/11/2021
pemeriksaan hasil Nilai rujukan satuan
Hemoglobin 9.2 13.5-17.5 Gr%
Hematokrit 27 40-50 %
Trombosit 415 150-400 mm^3
6
EKG : 29/11/2021
Kesan : sinus takikardi
5. RESUME
Pasien datang ke IGD RSUD Waled dengan keluhan perut membesar.
Perutnya dikatakan membesar secara perlahan pada seluruh bagian perut sejak
3 bulan sebelum masuk rumah sakit. Perutnya dirasakan semakin hari semakin
membesar dan bertambah tegang, keluhan perut membesar disertai dengan
sesak nafas dirasakan terus menerus, lemas dan sulit tidur. Pasien juga
mengeluh nyeri pada ulu hati sejak 1 bulan namun memberat sejak 3 hari
sebelum masuk rumah sakit. Nyeri ulu hati dikatakan seperti ditusuk-tusuk
8
7. DIAGNOSIS
Sirosis hepatis
9
8. PENATALAKSANAAN
Tatalaksana IGD :
• O2 4 LPM dengan NK
• Spironolacton 100 mg
9. PROGNOSIS
- Ad vitam : Ad Malam
- Ad functionam : Ad Malam
- Ad Sanationam : Ad Malam
10
Tanggal
SOA Tatalaksana
Ruang
30/11/2021 S : lemah (+), nyeri perut (+), sesak nafas (+), Terapi lanjut
Seruni perut membesar USG
O: abdomen
TD : 90/70 SGOT,
N : 88 SGPT,
R : 25 UR, CR
S : 36,5
Spo2 : 98% on NK
A:
Sirosis hepatis
Laboratorium :
KIMIA KLINIK
IMUNOSEROLOGI
KIMIA KLINIK
Tanggal
SOA Tatalaksana
Ruang
Seruni keluarga
00.30 RJP
↓
Respon (-)
↓
RJP
↓
Respon (-) → epinefrin
↓
RJP
↓
Respon (-)
Midriasis maksimal
A. Karotis (-)
EKG Asistol →
meninggal
01.20 WIB
PENDAHULUAN
16
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. DEFINISI
Sirosis hati adalah penyakit hati menahun yang difus ditandai dengan
adanya pembentukan jaringan ikat disertai nodul. Biasanya dimulai dengan
adanya proses peradangan nekrosis sel hati yang luas, pembentukan jaringan
ikat dan usaha regenerasi nodul. Distorsi arsitektur hati akan menimbulkan
perubahan sirkulasi mikro dan makro menjadi tidak teratur akibat
penambahan jaringan ikat dan nodul tersebut.
B. EPIDEMIOLOGI
Sirosis Hepatis (SH) merupakan penyebab kematian terbesar
ketiga pada penderita yang berusia 45-46 tahun (setelah penyakit
kardiovaskular dan kanker. Diseluruh dunia SH menempati urutan ketujuh
penyebab kematian. Penderita SH lebih banyak laki-laki, jika
dibandingkan dengan wanita rasionya sekitar 1,6: 1. Umur rata-rata
penderitanya terbanyak golongan umur 30-59 tahun dengan puncaknya
sekitar umur 40 - 49 tahun. Insidens SH di Amerika diperkirakan 360 per-
100.000 penduduk.Penyebab SH sebagaian besar adalah penyakit hati
alkoholik dan non alkoholik steatohepatitis serta hepatitis C. Di Indonesia
data prevalensi penderita SH secara keseluruhan belum ada. Di daerah
Asia Tenggara, penyebab utama SH adalah hepatitis B (HBV) dan C
(HCV). Angka kejadian SH di Indonesia akibat hepatitis B berkisar antara
21,2-46,9% dan hepatitis C berkisar 38,7 73,9%.
C. ETIOLOGI
1. Sirosis yang diakibatkan penyakit genetik
17
18
D. MANIFESTASI KLINIS
Penyakit ini mencakup gejala ikterus dan febris yang intermiten.
Pembesaran hati. Pada awal perjalanan sirosis hati cenderung
membesar dan sel-selnya dipenuhi oleh lemak. Hati tersebut menjadi keras
dan memiliki tepi tajam yang dapat diketahui melalui palpasi. Nyeri abdomen
dapat terjadi sebagai akibat dari pembesaran hati yang cepat dan baru saja
terjadi sehingga mengakibatkan regangan pada selubung fibrosa hati (kapsula
Glissoni). Pada perjalanan penyakit yang lebih lanjut, ukuran hati akan
berkurang setelah jaringan parut menyebabkan pengerutan jaringan hati.
Apabila dapat dipalpasi, permukaan hati akan teraba benjol-benjol (noduler).
Obstruksi Portal dan Asites. Manifestasi lanjut sebagian disebabkan oleh
kegagalan fungsi hati yang kronis dan sebagian lagi oleh obstruksi sirkulasi portal.
Semua darah dari organ-organ digestif praktis akan berkumpul dalam vena portal dan
dibawa ke hati. Karena hati yang sirotik tidak memungkinkan pelintasan darah yang
bebas, maka aliran darah tersebut akan kembali ke dalam limpa dan traktus
gastrointestinal dengan konsekuensi bahwa organ-organ ini menjadi tempat kongesti
pasif yang kronis; dengan kata lain, kedua organ tersebut akan dipenuhi oleh darah
dan dengan demikian tidak dapat bekerja dengan baik. Pasien dengan keadaan
semacam ini cenderung menderita dispepsia kronis atau diare. Berat badan pasien
secara berangsur-angsur mengalami penurunan.
Cairan yang kaya protein dan menumpuk di rongga peritoneal akan
menyebabkan asites. Hal ini ditunjukkan melalui perfusi akan adanya shifting
dullness atau gelombang cairan. Splenomegali juga terjadi. Jaring-jaring
telangiektasis, atau dilatasi arteri superfisial menyebabkan jaring berwarna biru
kemerahan, yang sering dapat dilihat melalui inspeksi terhadap wajah dan
keseluruhan tubuh.
Varises Gastrointestinal. Obstruksi aliran darah lewat hati yang terjadi akibat
20
umum pasien, kemampuan kognitif, orientasi terhadap waktu serta tempat, dan pola
bicara.
E. PATOFISIOLOGI
22
23
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan Laboratorium
a. Pada Darah dijumpai HB rendah, anemia normokrom normositer,
hipokrom mikrositer / hipokrom makrositer, anemia dapat dari akibat
hipersplemisme dengan leukopenia dan trombositopenia, kolesterol
darah yang selalu rendah mempunyai prognosis yang kurang baik.
b. Kenaikan kadar enzim transaminase - SGOT, SGPT bukan merupakan
petunjuk berat ringannya kerusakan parenkim hati, kenaikan kadar ini
timbul dalam serum akibat kebocoran dari sel yang rusak, pemeriksaan
bilirubin, transaminase dan gamma GT tidak meningkat pada sirosis
inaktif.
c. Albumin akan merendah karena kemampuan sel hati yang berkurang,
dan juga globulin yang naik merupakan cerminan daya tahan sel hati
yang kurang dan menghadapi stress.
d. Pemeriksaan CHE (kolinesterase). Ini penting karena bila kadar CHE
turun, kemampuan sel hati turun, tapi bila CHE normal / tambah turun
akan menunjukan prognasis jelek.
e. Kadar elektrolit penting dalam penggunaan diuretic dan pembatasan
garam dalam diet, bila ensefalopati, kadar Na turun dari 4 meg/L
menunjukan kemungkinan telah terjadi sindrom hepatorenal.
f. Pemanjangan masa protrombin merupakan petunjuk adanya penurunan
fungsi hati. Pemberian vit K baik untuk menilai kemungkinan
perdarahan baik dari varises esophagus, gusi maupun epistaksis.
g. Peningggian kadar gula darah. Hati tidak mampu membentuk
glikogen, bila terus meninggi prognosis jelek.
h. Pemeriksaan marker serologi seperti virus, HbsAg/HbsAb, HbcAg/
HbcAb, HBV DNA, HCV RNA., untuk menentukan etiologi sirosis
hati dan pemeriksaan AFP (alfa feto protein) penting dalam
menentukan apakah telah terjadi transpormasi kearah keganasan.
24
G. PENATALAKSANAAN MEDIS
Pengobatan sirosis hati pada prinsipnya berupa :
1. Simtomatis
2. Supportif, yaitu :
a. Istirahat yang cukup
b. Pengaturan makanan yang cukup dan seimbang, misalnya : cukup kalori,
protein 1gr/kgBB/hari dan vitamin
c. Pengobatan berdasarkan etiologi
Misalnya pada sirosis hati akibat infeksi virus C dapat dicoba dengan
interferon. Sekarang telah dikembangkan perubahan strategi terapi
bagian pasien dengan hepatitis C kronik yang belum pernah
mendapatkan pengobatan IFN seperti :
a) kombinasi IFN dengan ribavirin
Terapi kombinasi IFN dan Ribavirin terdiri dari IFN 3 juta unit
3 x seminggu dan RIB 1000-2000 mg perhari tergantung berat
badan (1000mg untuk berat badan kurang dari 75kg) yang
diberikan untuk jangka waktu 24-48 minggu.
b) terapi induksi IFN,
Terapi induksi Interferon yaitu interferon diberikan dengan
dosis yang lebih tinggi dari 3 juta unit setiap hari untuk 2-4
minggu yang dilanjutkan dengan 3 juta unit 3 x seminggu
selama 48 minggu dengan atau tanpa kombinasi dengan RIB.
c) terapi dosis IFN tiap hari
Terapi dosis interferon setiap hari. Dasar pemberian IFN
25
dengan dosis 3 juta atau 5 juta unit tiap hari sampai HCV-RNA
negatif di serum dan jaringan hati.
3. Pengobatan yang spesifik dari sirosishati akan diberikan jika telah terjadi
komplikasi seperti
1. Asites
Dapat dikendalikan dengan terapi konservatif yang terdiri atas :
- istirahat
- Diet rendah garam : untuk asites ringan dicoba dulu dengan istirahat
dan diet rendah garam dan penderita dapat berobat jalan dan apabila
gagal maka penderita harus dirawat.
- Diuretik
Pemberian diuretic hanya bagi penderita yang telah menjalani diet
rendah garam dan pembatasan cairan namun penurunan berat
badannya kurang dari 1 kg setelah 4 hari. Mengingat salah satu
komplikasi akibat pemberian diuretic adalah hipokalemia dan hal ini
dapat mencetuskan encepalophaty hepatic, maka pilihan utama
diuretic adalah spironolacton, dan dimulai dengan dosis rendah, serta
dapat dinaikkan dosisnya bertahap tiap 3-4 hari, apabila dengan dosis
maksimal diuresinya belum tercapai maka dapat kita kombinasikan
dengan furosemid.
Terapi lain :
Sebagian kecil penderita asites tidak berhasil dengan pengobatan
konservatif. Pada keadaan demikian pilihan kita adalah parasintesis.
Mengenai parasintesis cairan asites dapat dilakukan 5 10 liter / hari,
dengan catatan harus dilakukan infuse albumin sebanyak 6 – 8 gr/l
cairan asites yang dikeluarkan. Ternyata parasintesa dapat
menurunkan masa opname pasien. Prosedur ini tidak dianjurkan pada
Child’s, Protrombin < 40%, serum bilirubin > dari 10 mg/dl,
26
trombosit < 40.000/mm3, creatinin > 3 mg/dl dan natrium urin < 10
mmol/24 jam.
3. Hepatorenal syndrome
Sindroma ini dicegah dengan menghindari pemberian Diuretik
yang berlebihan, pengenalan secara dini setiap penyakit seperti gangguan
27
5. Ensefalopati Hepatik
Prinsip penanganan ada 3 sasaran :
1. mengenali dan mengobati faktor pencetus
2. intervensi untuk menurunkan produksi dan absorpsi amoniak serta
toxin-toxin yang berasal dari usus dengan jalan :
28
29