STATUS PASIEN
UNIVERSITAS
ISLAM
INDONESIA
FAKULTAS
KEDOKTERAN
Nama Dokter Muda
NIM
Tanggal Ujian
Rumah sakit
Gelombang Periode
Tanda Tangan
A. IDENTITAS
Nama
: Tn. S
Jenis Kelamin
: Laki-laki
Umur
: 69 tahun
Alamat
Agama
: Islam
Mondok di bangsal
: Terate
Pekerjaan
: Petani
Tanggal masuk
: 20 Juni 2014
Nomer CM
: 870280
B. ANAMNESIS
Diberikan oleh
: Pasien sendiri
Tempat/Tanggal/pukul
1.
Keluhan Utama
2.
Mual (-), muntah (-), nyeri perut (-), nyeri pinggang (-),
demam (-), nyeri kepala (-), mudah haus (-) minum seperti biasa
saja, cenderung lebih banyak air putih. Nafsu makan biasa saja, 2-3
x sehari. Kalau malam sering terbangun untuk BAK tapi kadang sulit
BAK.
sekali. Pada keluhan sulit BAK terakhir ini pasien dirujuk oleh dokter
puskesmas karena kateter sulit dipasang saat di puskesmas. Pasien
juga menderita batuk berdahak tapi tidak pernah pengobatan jangka
panjang, biasanya hanya berobat ke mantri kemudian sembuh dan
kambuh lagi.
3.
sebelumnya disangkal.
Riwayat operasi
4.
5.
Anamnesis Sistem
a. Sistem Cerebrospinal :
Nyeri kepala (-), demam (-)
b. Sistem Cardiovaskular :
Riwayat
Sesak napas (-), batuk (+) berdahak hijau tidak disertai darah.
d. Sistem Gastrointestinal :
Nyeri perut (-), nyeri pinggang (-), mual (-), muntah (-), BAB
lancar, terakhir kali kemarin.
e. Sistem Urogenitale
BAK sulit, merasa lebih baik jika dipasang kateter, saat ini
terpasang kateter jadi lebih nyaman.
f. Sistem Integumentum :
Ruam (-), gatal-gatal (-).
g. Sistem Musculoskeletal:
Nyeri sendi (-), pegal-pegal (-), bengkak di tangan dan kaki (-).
6.
Resume Anamnesis :
Seorang laki-laki, 69 tahun datang dengan keluhan sulit BAK
sejak 1 hari SMRS, kambuh-kambuhan, BAK lebih lancar dan
merasa lebih baik jika dipasang kateter.
disangkal.
C. PEMERIKSAAN FISIK
Status Generalis
a. Kondisi Umum
Riwayat asma/sesak
: cukup
b. Kesadaran
: compos mentis
c. Status Gizi
: cukup
d. Tanda vital
a. Tekanan darah
: 150/100 mmHg
b. Nadi
: 90 kali/menit
c. Respirasi
: 19 kali/menit
d. Suhu
: 36,7 C
e. Warna Kulit
: sawo matang
f. Cephal
Abdomen
Urogenitale
Ureum/kreatinin, GDS,
HASIL EKG
Kesan:
Terdapat
E. DIAGNOSIS BANDING
1. BPH (Benign Prostate Hiperplasia)
2. Sistitis
3. Batu uretra
4. Karsinoma prostat
F. DIAGNOSIS KERJA
BPH (Benign Prostate Hiperplasia) dengan Hipertensi Esensial grade
2 JNC VII.
10
penyulit
lain
akibat
obstruksi
saluran
kemih
bawah.
of
the
Prostate),
dan
tindakan
invasif
minimal
H. PROGNOSIS
Ad Vitam
: bonam
Ad Sanam
: bonam
Ad Functionam
: bonam
11
BAB II
LAPORAN ANESTESI
I.
II.
III.
TEKNIS ANESTESI
a. Regio
: Spinal
b. Tindakan
: Regional anestesi subaraknoid blok
c. Intravena
: Intermiten
d. Inhalasi
: Airway nasal
e. Induksi
: Oksigen 3 L/menit
f. Agen
: Bupivakain 4 mL/20 mg
g. Jarum No. : 25
OBAT-OBATAN
a. Premedikasi : b. Medikasi IV : Inj. Ondansentron 2 mL/4 mg;
Inj. Ketorolac 3% 1 mL/30 mg;
Inj. Asam tranexamat 5 mL/500 mg.
c. Maintenance : Cairan masuk Ringer Lactate 1000 mL
Cairan keluar urin 400 mL
EVALUASI POST OPERASI
Terlampir
12
BAB III
TINJAUAN PUSTAKA
Teknik
anestesi
secara
garis
besar
dibagi
menjadi
dua
DEFINISI
Anestesi spinal adalah salah satu metode anestesi yang diinduksi
13
sering timbul, salah satu komplikasi yang dapat timbul adalah postdural
puncture headache (PDPH). Dimana menurut berbagai peneliti, insidensi
terjadinya Post Dural Puncture Headache berkisar antara 0% - 46%.2,3
II.
INDIKASI
a. Bedah ekstremitas bawah
b. Bedah panggul
c. Tindakan sekitar rektum perineum
d. Bedah obstetrik-ginekologi
e. Bedah urologi
f. Bedah abdomen bawah
g. Pada bedah abdomen atas dan bawah pediatrik biasanya
dikombinasikan dengan anesthesia umum ringan.4
14
III.
KONTRA INDIKASI
a. Absolut
Pasien menolak
Infeksi pada tempat suntikan
Hipovolemia berat,
Syok
Koagulapatia atau mendapat terapi koagulan
Kurang pengalaman tanpa didampingi konsulen anestesi. 4
b. Relatif
Infeksi sistemik
Infeksi sekitar tempat suntikan
Kelainan psikis
Bedah lama
Penyakit jantung
Hipovolemia ringan
Nyeri punggung kronik4
IV.
TAHAPAN TINDAKAN
a. Persiapan
Pasien
Pada dasarnya persiapan untuk anestesi spinal seperti
persiapan pada anastesi umum. Daerah sekitar tempat
tusukan diteliti apakah akan menimbulkan kesulitan, misalnya
ada kelainan anatomis tulang punggung atau pasien gemuk
sekali sehingga tak teraba tonjolan prosesus spinosus.5
Informed consent
Tidak boleh memaksa pasien untuk menyetujui anestesi
spinal.
Pemeriksaan fisik
Tidak dijumpai kelainan spesifik seperti kelainan tulang
punggung.
15
b. Peralatan
cutting
16
Jika menggunakan
17
sampai
akhirnya
menembus
duramater-
Keberhasilan
anestesi
diuji dengan
tes
sensorik
pada
pungsi
ditutup
dengan
kasa
dan
plester,
dengan
berat
jenis
sama
dengan
cairan
18
V.
1.003-1.008.
VI.
BUPIVAKAIN
Obat anestetik lokal yang sering digunakan adalah prokain,
19
atas.
tempat penyuntikan. 6
Bupivakain adalah obat anestetik lokal yang termasuk dalam
golongan amino amida. Bupivakain di indikasi pada penggunaan anestesi
lokal termasuk anestesi infiltrasi, blok serabut saraf, anestesi epidura dan
anestesi intratekal.
untuk
analgesi
epidural.
Kontraindikasi
untuk
pemberian
VII.
KOMPLIKASI6
a. Komplikasi tindakan
20
Gangguan pendengaran
Nyeri punggung
c. Komplikasi intraoperatif
Komplikasi kardiovaskular
Insiden terjadi hipotensi akibat anestesi spinal adalah
10-40%.
21
dikehendaki.
Terdapat kemungkinan
seterusnya
menyebabkan
terjadi
iskemik
yang
cepat
sangat
penting
dalam
22
Komplikasi respirasi
Analisa gas darah cukup memuaskan pada blok spinal
tinggi, bila fungsi paru-paru normal.
Komplikasi gastrointestinal
Nausea dan muntah karena hipotensi, hipoksia, tonus
parasimpatis berlebihan, pemakaian obat narkotik, refleks
karena traksi pada traktus gastrointestinal serta komplikasi
delayed, pusing kepala pasca pungsi lumbal merupakan nyeri
kepala dengan ciri khas terasa lebih berat pada perubahan
posisi dari tidur ke posisi tegak. Mulai terasa pada 24-48 jam
pasca pungsi lumbal dengan kekerapan yang bervariasi.
Pada orang tua lebih jarang dan pada kehamilan meningkat. 5
Nyeri kepala
Komplikasi yang paling sering dikeluhkan oleh pasien
adalah nyeri kepala.
23
Terapi
analgetik,
dan
suport
yang
kencang
pada
abdomen.
Jika terapi
Nyeri punggung
Komplikasi yang kedua paling sering adalah nyeri
punggung akibat dari tusukan jarum yang menyebabkan
trauma pada periosteal atau ruptur dari struktur ligament
dengan atau tanpa hematoma intraligamentous.
Nyeri
Komplikasi neurologik
Insidensi defisit neurologi berat dari anestesi spinal
adalah rendah.
24
25
Infeksi dari
26
Kerusakan
27
BAB IV
KESIMPULAN
Ada pula
menjalani
pembedahan,
diharapkan
bisa
28
menurunkan
atau
DAFTAR PUSTAKA
1. Nishida, T. & Smith, M.P., 2007.
Anesthesiology. EGC:
Jakarta.
3. Kleinman, W. & Mikhail, M.S., 2006.
Management,
Spinal,
Epidural,
&
Blocks
in
Clinical
2001.
29