I.
:
:
:
:
PENGKAJIAN
A. Data Subjektif
1. Biodata
Nama Bayi
Umur
Jenis Kelamin
Anak Ke
: anc
: BBL 1 jam yang lalu
: Perempuan
:1
: Ny. G
: 26 tahun
: Batak/Indonesia
: SMA
: IRT
: Kristen
: Jl.Ciliwung no 1 Bengkulu
Nama Ayah
Umur
Suku/bangsa
Pendidikan
Pekerjaan
Agama
Alamat
: Tn.B
: 29 tahun
: Batak/Indonesia
: SMA
: PNS
: Kristen
: Jl.Ciliwung no 1 Bengkulu
2. Keluhan Utama
Ibu mengatakan saat anaknya lahir,bernafas dengan megap,warna kulitnya kebirubiruan dan ekstremitas terkulai
3. Riwayat Kesehatan
a.Penyakit Menular
Ibu
mengatakan
didalam
keluarga
tidak
ada
yang
menderita
penyakit
TBC,Hepatitis,PMS
b.Penyakit Keturunan
Ibu mengatakan bahwa keluarganya tidak ada menderita penyakit DM,Asma dan
jantung
4. Riwayat Kehamilan
-Peritas Gravida
- Umur Kehamilan
- Periksa ANC
- Frekuensi ANC
- Penyakit Ibu Selama hamil
: G1 P0 A0
: 39 Minggu
: ke Bidan
: 6x selama hamil
: ada Diametes melitus
5. Riwayat Persalinan
- Jenis Persalinan
- Atas Indikasi
: Diabetes Melitus
- Partus di
- Ditolong oleh
- Kala 1
: Dokter
:18 jam : Kala II : 2,5 Jam : Kala III: 20
Menit Kala IV:2 Jam
B. Data Objektif
1. Pemeriksaan Umum
Keadaan Umum
Kesadaran
Tanda-tanda vital
Antropometri
Bayi : Lemah
: Compos Mentis
:
RR : 28 x/menit
Pols : 98 x/menit
Temp : 36,5 0C
BB : 3200 gr
PB : 43 cm
LILA
: 14 cm
LK/ LD : 32 cm / 32 cm
2. Pemeriksaan Fisik
1. Kepala
-Bentuk
-UUB
-UUK
-Sutura
-Caput Succedenum
-Chepal hematoma
-Benjolan abnormal
-An ensepali
: Normal
: ada
: ada
: ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
: tidak ada
2. Mata
-Bentuk ki/ka
-Sekret
-Strabismus
-Conjungtiva
-Sklera
: simetris
: tidak ada
: tidak ada
: an anemis
: an ikterik
3. Mulut ( gigi,gusi,lidah)
-Bibir
-Palatoskilis
: bentuk normal
: tidak ada
-Labioskilis
-Palata labioskilis
-Gigi
-Lidah
: tidak ada
: tidak ada
: belum tumbuh
: normal, warna merah jambu
4. Hidung
-Bentuk
-Atresia coana
-Pernapasan caping hidung
-Sekret puruten
: simetris / normal
: tidak ada
:ada
: tidak ada
5. Telinga
-Bentuk
-Sekret
: simetris ki/ka
: tidak ada
6. Leher
-Benjolan abnormal
: tidak ada
: normal
: megap-megap
: Bradi cardia
: Abdomen normal
: tidak ada perdarahan (1 vena-2
Atresia)
8. Genetalia
-Labia Mayora
-Pengeluaran
9. Anus
-Atresia ani
10. Punggung
: tidak ada
-Bentuk
: normal
-Spina Bipida
: tidak ada
11. Ekstremitas
-Atas
: Simetris
Tonus otot : Lemah
Kelainan abnormal: tidak ada
Hari/tanggal/ja
m
Tujuan &
Jumat
januari 09
09.00 WIB
Tujuan:
1.Bungkus
-Pernapasan
30-60x/menit
-tidak
ada
pernapasan
cuping hidung
2.Dengan
memasukkan
2.Masukka
bayi
kedalam
n bayi ke
incubator maka
incubator
akan mencegah
hipotermi
sehingga
tidak
3.Bersihkan asfiksia
berlanjut
jalan nafas
dengan
hisap lendir 3.Diharapkan
dengan
dilakukannya
pembersihan
jalan nafas maka
bayi
dapat
bernafas dengan
spontan
dan
/26
kriteria
INTERVENS
I
RASIONAL
1.Dengan
membungkus
-Agar
bayi bayi
bayi dengan kain
tetap hangat
dengan
dan
-Agar bayi bias kain hangat hangat
kering
akan
bernafas
dan kering
mencegah
normal
hipotermi
sehingga
Kriteria:
asfiksia
tidak
-kulit bayi tidak
berlanjut
pucat lagi atau
tidak
Para
f
5.Observasi
TTV
4.Dengan
dibersihkannya
badan bayi dari
lendir-lendir
maupun
cairan
ketuban
akan
mengurangi
terjadinya
evaporasi
sehingga dapat
mencegah
hipotermi
Dengan
dipotongnya tali
pusat
segera
maka
dapat
memutuskan
hubungan antara
ibu dan bayi
5.Dengan
dilakukannya
observasi
TTV
maka
dapat
Tujuan:
-Agar ibu tidak
cemas lagi
-Agar ibu
mengetahui
keadaan
bayinya
1.Jelaskan
tentang
Keadaan
bayinya
Kriteria
-Ibu tampak
tenang
2.Berikan
Support
mental
dengan
segera
mengetahui
keadaan
bayi
tersebut
1.Diharapkan
dalam
memberikan
penjelasan
kepada
ibu
tentang keadaan
bayinya
maka
ibu dapat tahu
sehingga
kecemasan ibu
dapat berkurang
2.Diharapkan
dengan diberinya
support mental
kepada ibu maka
ibu akan lebih
tenang dan tegar
VI. IMPLEMENTASI
No
Hari/Tgl/Jam
Implementasi
Respon
Paraf
Dx
Jumat/
1. Membersihkan badan bayi
26 januari 09 dari lendir-lendir dan cairan
09;00
ketuban
dengan
menggunakan
kain
yang
bersih dan kering sambil
memberikan
rangsangan
taktilndan segera potong tali
pusat bayi dengan cara:
-Ambil klem pertama jepit tali
pusat dengan jarak 5cm
diatas umbilicus
1.Pembersihan
badan dan
pemotongan tali
pusat sudah
dilakukan
Pernapasan bayi
normal
yaitu
40x/menit
-Nadi Bayi normal
yaitu 110x/menit
-Suhu tubuh bayi
normal yaitu 36,5 c
5.
1.Memberikan penjelasan
1.Ibu mengerti
dengan penjelasan
yang diberikan oleh
Bidan dan ibu mulai
tampak tenang
VII. EVALUASI
No Hari/Tgl/Jam
Evaluasi
Dx Jumat/ S : - Ibu mengatakan kulit anaknya berwarna
26 januari 09 kemerah-merahan
10;00 WIB - Ibu mengatakan anaknya bias bernafas
: Baik
Kesadaran :compos mentis
Tanda-tanda vital
-Pols :40x/menit
-RR :110X/Menit
-Temps: 36,5 c
A : Tujuan tercapai
P : Intervensi dihentikan
Paraf
B.
Etiologi
Faktor Ibu
a. Hipoksia ibu, ini terjadi karena hipoventilasi akibat pemberian obat analgetik
atau anestesi dalam.
b. Gangguan aliran darah uterus, mengurangnya aliran darah pada uterus akan
menyebabkan berkurangnya pengaliran O2 ke placenta dan demikian pula ke janin.
Hal ini sering ditemukan pada keadaan :
1)
Gangguan kontraksi uterus : hipertoni, hipotoni, atau tetani uterus karena obat
2)
3)
2.
Faktor neonatus
Depresi pusat pernafasan pada BBL dapat terjadi karena pemakaian obat
anestesia yang berlebihan pada ibu.
5.
Faktor antepartum
Umur ibu > 35 tahun, kehamilan kurang bulan, kehamilan ganda, dismatur, riwayat
IUFD infeksi pada ibu, kecanduan obat pada ibu, cacat bawaan, ibu dengan DM,
anemia, perdarahan trimester II / III, oligohidramnion.
6.
Sectio Caesaria, persalinan kurang bulan, pemakaian anestesi umum, KPD > 24
jam.
C. Patofisiologi Asfiksia
Dalam kehidupan intrauterin paru-paru tidak berperan dalam
pertukaran gas. Dalam keadaan hamil, alveoli janin berisi cairan yang dibentuk
dalam paru-paru. Pada saat kelahiran diperlukan tekanan yang besar untuk
mengeluarkan cairan tersebut sehingga paru-paru dapat berkembang untuk
pertama kalinya. Pernafasan pertama memerlukan tekanan 2-3 kali lebih tinggi
daripada pernafasan selanjutnya.
Pada saat proses persalinan, kontraksi uterus dapat
mempercepat pengeluaran cairan, sebagian cairan paru masuk rongga perivaskuler
dan diabsorbsi ke dalam aliran darah dan limfe paru-paru. Pada saat bayi bernafas
alveoli akan mengembang sehingga cairan paru-paru akan berganti dengan udara.
Masalah pengeluaran cairan paru terjadi pada bayi yang paruparunya tidak berkembang dengan baik saat pernafasan pertama. Ini dapat dilihat
pada bayi lahir dengan apnea. Bayi yang tidak pernah bernafas dapat diasumsi
bahwa pangembangan alveoli tidak terjadi dan tetap terisi cairan. Melakukan
pernafasan buatan pada bayi seperti ini diperlukan tekanan tambahan.
Frekwe
nsi
jantung
Tidak ada
Usaha
bernafa
s
Tidak ada
Menangis kuat
Tonus
otot
Lumpuh
Extremitas fleksi
sedikit
Gerakan pasif
Reflek
Tidak ada
Gerak sedikit
Menangis
Warna
Biru /
pucat
Tubuh kemerahan,
extremitas biru
Tubuh ekstremitas
kemerahan
2 Tingkatan asfiksia
a. Asfiksia ringan / bayi normal : nilai apgar score 7-9
b.Asfiksia sedang : nilai apgar score 4-6
c. Asfiksia berat : nilai apgar 0-9
D. Komplikasi Asfikasi
1.Asidosis respiratorik
Bila berlanjut dan tubuh bayi akan terjadi proses metabolisme anaerobik berupa
glikolisis glikogen tubuh, sehingga sumber glikogen tubuh, jantung dan hati akan
berkurang, asam organik yang terjadi akibat metabolisme ini akan menimbulkan
asidosis metabolik
2.Hilangnya sumber glikogen dalam jantung akan mempengaruhi fungsi jantung.
3.Terjadinya asidosis metabolik akan mengakibatkan menurunnya sel jaringan
termasuk otot jantung sehingga menimbulkan kelemahan jantung.
E.
Penatalaksanaan
2
Apena sekunder : napas megap-megap yang dalam, denyut jantung menurun,
bayi terlihat lemas (flacid) napas makin lama makin lemah, tidak berespon terhadap
rangsang.
Tanda penilaian :
1
Pernafasan
Denyut jantung
Warna kulit
Apgar score
Score apgar tidak dipakai untuk menentukan kapan harus dimulai resusitasi
tetapi merupakan cara yang efektif untuk menilai kondisi bayi. Penilaian harus
segera dilaksanakan setelah lahir tidak usah menunggu penilaian score apgar menit
pertama.
Tindakan resusitasi bayi : A B C resusitasi
1.
a.
b.
c.
Breathing
a.
b.
Sungkup ~ Balon
Pipa ET ~ Balon
3.
Circulation / Cardiac
Bila heart rate 60 kali / menit atau 80 kali / menit dan tak ada
perbaikan, kompresi dada harus dilakukan. Asisten mengecek nadi perifer bayi
(femoralis, brakhialis, karotis, atau radialis) dan kapillary refill untuk mengkaji
efektifitas kompresi. Tujuan kompresi dada adalah untuk bayi dengan sirkulasi yang
rendah atau tak ada, kompresi dada dianjurkan 120 kali / menit atau 2 kali / detik.
Selalu diiringi pernafasan.
Obat-obatan yang dipakai
a.
b.
c.
Volume ekspander
d.
e.
f.
Aqua steril, 30 ml
g.
Nacl biasa, 30 ml
F.
Asuhan Keperawatan
Pengkajian
Identitas orang tua
Tanggaljam..
2)
3)
4)
7)
8)
9)
10) Frekuensi nafas < 30 kali/menit, atau apena (henti napas > 20 detik)
11) Jantung : denyut jantung < 100 kali/menit
12) Paru-paru
13) Abdomen
.Diagnosa keperawatan
1)
2)
3)
4)
Rencana Keperawatan
N
o
Dianogsa
Keperawatan
Tujuan
Intervensi
1.
Setelah
b.d hipoventilasi.
tindakan keperawatan
Batasan karakteristik
:
selamaX
jam,
1.
diharapkan pola napas
bayi
Bernapas
menggunakan
otot
napas tambahan.
Dispnea
Napas pendek
Frekwensi napas < 25
kali / menit atau > 60
kali / menit
dilakukan
24
efektif
(3140) :
Buka jalan napas
dengan
2.
kriteria :
Posisikan
bayi
memaksimalkan
Ventilasi (0403) :
untuk
ventilasi
dan
mengurangi dispnea
Status Respirasi :
3.
Pernapasan
pasien
30-60X/menit.
4.
Pengembangan dada
simetris.
Irama
bayi
perlunya
5.
pernapasan
6.
teratur
mudah
3.
tidak ada suara napas
4.
tambahan
pada
pernapasan:
bradipnea,
takipnea,
6.
penurunan
dan
ketidakadanya
ventilasi
dan
bunyi napas.
2.
Setelah
lingkungan dingin.
tindakan keperawatan
Batasan karakteristik
:
selamaX
dilakukan
24
jam
Pucat
Kulit dingin
Suhu tubuh di bawah
rentang normal
Menggigil
Termoregulasi
Neonatus (0801) :
Suhu axila 36-37 C
RR : 30-60 X/menit
Warna kulit merah
Pengobatan Hipotermi
(3800) :
Pindahkan bayi dari lingkungan
yang dingin ke tempat yang
hangat (di dalam incubator atau
di bawah lampu sorot)
Bila
pakaian
basah
segera
ganti
bayi
dengan
yang
Kuku sianosis
Pengisian
muda
kapiler
lambat
Monitor
gejala
fatigue,
respirasi
hipotermi
lemah,
apatis,
Tidak menggigil
Monitor intake/output
1.
2.
Resiko infeksi
Setelah
Faktor Resiko :
tindakan keperawatan
1.
selamaX 24 jam bayi
Prosedur invasif
Ketidak adanya perawatan imun buatan
3.
Malnutrisi
diharapkan
dilakukan
terhin-dar
box
incubator
5.
6.
Integritas nukosa
Cuci
tangan
sesudah
baik
sebelum
mela-kukan
dan
tindakan
keperawatan
8.
Pertahankan
lingkungan
dan
dressing
ketentuan
10. Tingkatkan intake nutrisi
sesuai
Monitor
tanda
dan
gejala
Batasi pengunjung
3.
4.
Pertahankan
teknik
aseptik
6.
7.
terhadap
kemerahan,
9.
Berikan
antibiotik
sesuai
program
4.
Setelah
tindakan keperawatan
neurologik
selama X 24 jam
Batasan karakteristik
:
dilakukan
ketepatan
insersi
NGT / OGT
Tidak mampu dalam
menghisap, menelan
dan bernafas
distensi abdomen
memulai atau
Cek residu 4-6 jam sebelum
menunjang penghisapan
pemberian enteral
efektif
DAFTAR PUSTAKA
IOWA Outcomes Project. Nursing Outcomes Clasification (NOC), edisi 2, 2000.
Mosby.
IOWA Outcomes Project. Nursing Interventions Clasification (NIC), edisi 2, 2000.
Mosby.
Ralph dan Rosenberg. 2003. Nursing Diagnosis: Definition and Clasification
2005-2006. Philadelphila, USA.
BAB I
PENDAHULUAN
1.1.
Latar Belakang
Pada tanggal 12 Oktober 2000, pemerintah telah mencanangkan Gerakan Nasional
Kehamilan yang aman atau Making Pregnancy Safer (MPS) sebagai strategi Pembangunan
Masyarakat menuju Indonesia Sehat 2010, sebagai bagian dari program Safe Motherhood yang
bertujuan melindungi hak reproduksi dan hak asasi manusia dengan cara mengurangi beban
kesakitan, kecacatan dan kematian yang berhubungan dengan kehamilan dan persalinan (Depkes
2001).
Menurut World Health Organization (WHO), setiap tahunnya 120 juta bayi lahir di dunia,
secara global 4 juta (33 per seribu) bayi lahir mati (Stillbirth) dan 4 juta (33 per seribu) lainnya
meninggal dalam usia 30 hari (neonatal). Kira-kira 3,6 juta (3%) dari 120 juta bayi lahir
mengalami Asfiksia Neonatorum, hampir 1 juta (27,78%) bayi ini meninggal. Sebanyak 98% dari
kematian bayi terjadi di Negara-negara yang sedang berkembang (Kosim, MS.2005).
Menurut Sujudi (2003) berdasarkan hasi Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI)
2002-2003 menunjukkan Angka Kematian Bayi (AKB) 35 bayi per 1000 kelahiran hidup dan
Angka Kematian Neonatal 20 per 1000 kelahiran hidup (Kompas, 2003), sedangkan hasil SDKI
tahun 2007 AKB di Indonesia 35 per 1.000 kelahiran hidup yaitu hampir 5 kali lipat
dibandingkan dengan AKB di Malaysia.
Angka Kematian Bayi (AKB) hingga kini masih tinggi, yaitu 37 per 1.000 kelahiran
hidup (WHO, 2005), beberapa diantara penyebabnya adalah Asfiksia Neonatorum dan
Hipotermi. Berdasarkan data yang diperoleh Angka Kematian Bayi (AKB) secara Nasional tahun
2004 sebesar 11,7 per 1.000 kelahiran, sedangkan tahun 2005 meningkat 35 dari 1.000 kelahiran
hidup. Di Indonesia, dari seluruh kematian bayi 47% meninggal pada masa neonatal. Penyebab
kematian bayi di Indonesia antara lain Bayi Berat Lahir Rendah ( BBLR) (29%), Asfiksia
Neonatorum (27%), trauma lahir, Tetanus Neonatorum, infeksi lain dan kelainan kongenital
(44%) (Depkes RI, 2005). Menurut RISKESDAS 2007, penyebab kematian neonatal 0-6 hari
adalah gangguan pernafasan (37%), prematuritas (34%), sepsis (12%), hipotermi (7%), ikterus
(6%), dan kelainan congenital (1%) (Http://pwskia.wordpress.com)
Di Indonesia, setiap tahun ada 4.608.000 bayi lahir hidup. Dari jumlah itu sebanyak
100.454 (21,80 per seribu) meninggal sebelum berusia sebulan (neonatal). Itu berarti 275
neonatal meninggal setiap hari atau sekitar 184 neonatal dini meninggal setiap hari, atau setiap
satu jam ada 8 bayi neonatal dini yang meninggal (Komalasari, K.2003).
Meskipun telah terjadi penurunan kematian bayi dan anak yang signifikan, namun
kematian Bayi Baru Lahir (BBL) masih tinggi hal ini mungkin erat kaitannya dengan komplikasi
obstetric dan kasus kesehatan ibu yang rendah selama kehamilan dan persalinan, penyebab
kematian neonatal yang utama adalah Hipotermi sebanyak (7%) dan
Asfiksia Neonatorum
Dinas Kesehatan Kalsel terjadi turun naik kasus AKB antara tahun 2006 hingga 2009. Pada
tahun 2006 tercatat sebanyak 421 kasus, tahun 2007 naik menjadi 519 kasus, tahun 2008 turun
menjadi 508 kasus dan tahun 2009 naik lagi menjadi 521 kasus.
Bedasarkan data yang diperoleh dari Badan Pusat Statistik (BPS) Kabupaten Banjar,
Tahun 2008 di Rumah Sakit Umum Daerah Ratu Zalecha Martapura, BBL berjumlah 873 bayi,
dengan 37 kematian yaitu pada bulan Januari ada 2 kelahiran mati, Februari 3, Maret 3, April 2,
Mei 3, Juni 2, Juli 5, Agustus 2, September 3, Oktober 4, November 4, dan Desember 3. Bayi
yang meninggal dengan Asfiksia Neonatorum sebanyak 14 bayi dan 3 bayi dengan komplikasi
Hipotermi ( BPS Kab. Banjar, 2009 ).
Penyebab Asfiksia pada bayi antara lain karena faktor pada bayi maupun faktor pada ibu.
Jika Asfiksia pada bayi tidak segera ditangani maka dapat mengakibatkan kerusakan otak bahkan
kematian pada bayi, sedangkan akibat Asfiksia pada masa yang akan datang dapat berdampak
kecerdasannya berkurang. Bayi baru lahir sering mengalami Hipotermi karena ketidak
mampuannya mempertahankan suhu tubuh, lemak subkutan yang belum sempurna, permukaan
tubuh yang luas dibandingkan masa tubuh, dan suhu lingkungan yang dingin. Bayi yang
kehilangan panas (Hpotermi) beresiko tinggi untuk jatuh sakit atau meninggal. Jika bayi dalam
keadaan basah dan tidak diselimuti, bayi akan segera mengalami Hipotermi meskipun berada
dalam ruangan yang relative hangat
Berdasarkan data-data tersebut diatas, AKB yang disebabkan oleh Asfiksia Neonatorum
dan Hipotermi di RSUD Ratu Zalecha cukup tinggi, maka penulis tertarik ingin menulis Asuhan
Kebidanan Pada By. Ny. M JK Laki-Laki Usia 0 Hari Aterm Sesuai Masa Kehamilan Dengan
Asfiksia Berat dan Hipotermi Sedang di Ruang Perinatologi RSUD Ratu Zalecha Martapura
sebagai Studi Kasus penulis guna memenuhi tugas akhir.
1.2.
Rumusan Masalah
Berdasarkan permasalahan pada latar belakang dan kanyataan yang ada maka penulis dapat
merumuskan masalah yaitu Bagaimana memberikan Asuhan Kebidanan pada By. Ny.M
dengan Asfiksia Berat dan Hipotermi Sedang?
1.3.
1.3.1
1.3.2
a)
b)
c)
d)
e)
f)
g)
Tujuan
Tujuan Umum
Mendapatkan pengetahuan serta permahaman dan menerapkan asuhan kebidanan pada bayi baru
lahir dengan Asfiksia dan Hipotermi.
Tujuan Khusus
Tujuan khusus dalam pelaksanaan Asuhan Kebidanan pada By. Ny. M adalah sebagai berikut :
Melaksanakan pengkajian terhadap keadaan By. Ny. M
Mengidentifikasi masalah By. Ny. M dengan melakukan diagnosa
Mengantisipasi masalah potensial yang terjadi pada By. Ny. M
Mengidentifikasi kebutuhan segera yang diperlukan By. Ny. M
Merumuskan rencana Asuhan Komprehensif pada By. Ny. M
Melaksanakan rencana Asuhan Kebidanan By. Ny. M
Melaksanakan evaluasi terhadap Asuhan Kebidanan yang telah dilaksanakan kepada By. Ny.
M
1.4.
1.4.1
Manfaat Penelitian
Manfaat Teoritis
Dapat digunakan sebagai bahan acuan didalam melaksanakan Asuhan Kebidanan
1.4.2 Manfaat Praktis
1.4.2.1 Bagi Lahan Praktik
Sebagai bahan masukan bagi tenaga kesehatan agar lebih meningkatkan keterampilan dalam
memberikan Asuhan Kebidanan khususnya pada kasus Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi
1.4.2.2
Sedang.
Bagi Institusi
Memberikan tambahan sumber kepustakaan dan pengetahuan di bidang kebidanan khususnya
1.4.2.3
masalah yang terjadi pada neonatus dengan Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi Sedang.
Bagi Penulis
Mendapatkan pengalaman nyata serta dapat menerapkan apa yang telah didapat dalam
Metode Penulisan
Metode
Dalam penyusunan karya tulis ini penulis menggunakan metode deskripsi dalam bentuk studi
kasus, yaitu metode yang mempunyai tujuan utama untuk membuat
1.5.2 Tekhnik Pengumpulan Data
Tekhnik yang digunakan dalam pengumpulan data pada By. Ny. M dengan Asfiksia Berat dan
Hipotermi Sedang adalah :
a. Wawancara
Metode pengumpulan data dengan cara mewawancarai Ibu/keluarga pasien yang diteliti
(Hidayat. 2007)
b. Observasi
Merupakan cara pengumpulan data dengan mengadakan pengamatan secara langsung kepada
pasien penelitian untuk mencari perubahan atau hal-hal yang akan diteliti (Hidayat, 2007).
c. Pemeriksaan Fisik
Pengumpula data dengan cara melakukan pemeriksaan fisik pada klien secara langsung meliputi
inspeksi, palpasi, perkusi, dan auskultasi, atau mendapatkan data obyektif (Nursalam, 2001).
d. Study Kepustakaan
Yaitu mengumpulkan data dengan jalan mengambil literature dari buku-buku serta makalahmakalah yang ada (Budiyanto, 2005).
e. Study Dokumentasi
Merupakan metode pengumpulan data dengan cara mengambil data yang berasal dari dokumen
asli (Hidayat, 2005).
1.6.
1.6.1
1.6.2
1.7.
Meliputi konsep dasar Bayi Baru Lahir (BBL), tafsiran maturitas neonatus, konsep dasar Asfiksia
Neonatorum, konsep dasar Hipotermi, dan konsep manajemen asuhan kebidanan pada bayi
dengan Asfiksia Neonatorum dan Hipotermi.
Bab 3 : TINJAUAN KASUS
Dalam tinjauan kasus ini meliputi pengkajian, identifikasi masalah dan diagnosa, antisipasi
diagnosa masalah potensial, identifikasi kebutuhan segera, rencana tindakan, pelaksanaan dan
evaluasi.
Bab 4 : PEMBAHASAN
Bab 5 : PENUTUP
DAFTAR PUSTAKA
1.
Faktor
ibu
a. Hipoksia ibu, hal mi akan menimbulkan hipoksia jari in, hipoksia ibu dapat terjadi karena
hipoventilasi
akibat
pemberian
obat
analgesic
atau
anastesi
dalam.
b. Gangguan aliran darah uterus, berkurangnya aliran darah pada uterus akan menyebabkan
berkurangnya
pengaliran
02
ke
placenta
dan
ke
jari
in.
2.
Faktor
placenta
Solusio
placenta
dan
perdarahan
placenta
3.
Faktor
fetus
Tali pusat menumbang, lilitan tali pusat, kompresi tali pusat antara jari in dan jalan lahir.
4.
Faktorneonatus
a. Pemakaian obat anastesi / analgetika yang berlebihan pada ibu secara langsung dapat
menimbulkan
depresi
pusat
pernafasan
jari
in
b. Trauma yang terjadi pada persalinan misalnya : perdarahan intra kranial
c. Kelainan congenital misalnya : hernia, diagfragmatika, atresia saluran pernafasan hipoplasia
pam,
(Hanifa
Wiknjosastro
1999)
Gejala
dan
tanda
asfiksia
neonatorum
a. Tidak bernafas atau nafas megap-megap diikiuti dengan bayi lahir tidak menangis spontan dan
bernafas
lamba;.
(kflrang
dan
30
x
per
menit)
b.
Pernafasan
tidak
teratur,
dengkuran
/
retraksi
(pelekukan
dada)
c.
Tangisan
lemah
atau
merintih
d.
Warna
kulit
biru
atau
pucat
e.
Tonus
otot
lemas
atau
ekstremitas
terkulai
f. Denyut jari tung tidak ada atau lambat (bradikardi) kurang dan 100 x/menit
(Gulardi
Wiknjosastro
2007)
Tindakan
pasca
asfiksia
neonatorum
Tindakan yang dikerjakan pada bayi yang lazim disebut resusitasi BB. Sebelum resusitasi
dikerjakan
perlu
di
perhatikan
bahwa:
1.
Faktor
waktu
sangat
penting
2. Kerusakan yang timbul pada bayi akibat anaksia/hipoksia antenatal tidak diperbaiki, tetapi
kerusakan yang akan terjadi karena bisa anaksia/hipoksia pasca natal harus di cegah dan di atasi.
3. Riwayat kehamilan dan pertus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor
terjadinya
depresi
pernafasan
BBL.
4. Penilaian BBL perlu dikenal baik agar resusitasi yang lakukan secara adekuat. (Hany, Oxorn :
1996)
Prinsip
dasar
resusitasi
yang
perlu
di
ingat
a. Memberikan lingkungan yang baik pada bayi dan mengusahakan saluran pernafasan tetap
bebas
serta
merangsang
timbulnya
pernafasan
b. Memberi bantuan pernafasan secara efektifpada bayi yang menunjukan usaha pernafasan
lemah.
c. Riwayat kehamilan dan partus akan memberikan keterangan yang jelas tentang faktor
penyebab
terjadinya
depresi
pernafasan
pada
BBL
d. Penilaian BBL perlu dikenal baik agar resusitasi yang dilakukan dapat di pilih dan di tentukan
secara
adekuat.
(Gulardi
Wiknjosastro
2007)
Penatalaksanaan
1.
Langkah
a. Mencegah kehilangan panas, termasuk menyiapkan tempat yang kering dan
melakukan
b. Memposisikan bayi dengan baik, (kepala bayi setengah tengadah/sedikit
mengganjal
bahu
bayi
dengan
c. Bersihkan jalan nafas dengan alat penghisap yang tersedia Bersihkan jalan
ketentuan
sebagai
Asfiksia
awal
hangat untuk
pertolongan.
ekstensi atau
kain)
nafas dengan
berikut
1) Bila air ketuban jernih (tidak bercampur mekonium), hisap lendir pada mulut baru pada
hidung.
2) Bila air ketuban bercampur dengan mekonium, mulai mengisap lendir setelah kepala lahir
(berhenti seberi tar untuk menghisap lendir di mulut dan hidung). Bila bayi menangis, nafas
teratur, lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi mengalami depresi, tidak menangis,
lakukan upaya maksimal untuk membersihkan jalan nafas dengan jalan membuka mulut lebarlebar
dan
menghisap
lendir
lebih
dalam
secara
hati-hati.
3) Menilai bayi dengan melihat usaha nafas, denyut jari tung dan warna kulit kemerahan,
lakukan asuhan bayi barn lahir normal. Bila bayi tidak menangis atau megap-megap, warna kulit
biru atau pucat denyut jari tung kurang dan 100 xlme4it, lanjutkan langkah resusitasi.
2.
Langkah
resusitasi
a. Sebelumnya periksa dan lakukan bahwa alat resusitasi (baton resusitasi dan sungkup muka)
telah tersedia dan berfungsi baik (lakukan test untuk baton dan sungkup muka)
b. Cuci tangan dan gunakan sarung tangan sebelum memegang atau memeriksa bayi
c. Selimuti bayi dengan kain yang kering dan hangat kecuali muka dan dada bagian atas,
kemudian
letakkan
pada
alas
dan
lingkungan
yang
hangat.
d. Periksa ulang posisi bayi dan pastikan kepala berada dalam posisi tengadah
e. Letakkan sungkup melingkupi dagu, hidung dan mulut sehingga terbentuk semacam tautan
sungkup
dan
wajah.
f. Tentukan balon resusitasi dengan dua jari atau dengan semua jari tangan (tergantung pada
ukuran
balon
resusitasi)
g. Lakukan pengujian pertautan dengan melakukan ventilasi sebanyak dua kali dan periksa
gerakan
dinding
dada
h. Bila pertautan baik ( tidak bocor) dan dinding dada mengembang maka lakukan ventilasi
dengan menggunakan oksigen (bila tidak ada atau tersedia oksigen guna udara ruangan)
i. Perhatikan kecepatai ventilasi sekitar 40 kali per 60 detik, dengan tekanan yang tepat sambil
melihat
gerakan
dada
(naik
turun)
selama
ventilasi.
j. Bila dinding dada tidak naik-turun dengan baik berarti ventilasi berjalan secara adekuat.
k. Bila dinding dada tidak naik, periksa ulang dan betulkan posisi bayi atau terjadi kebocoran
lekatan
atau
tekanan
ventilasi
kurang
l. Lakukan ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik kemudian lakukan penilaian segera tentang
upaya
bernafas
spontan
dan
warna
kulit:
1) Bila frekwensi nafas normal (30-60 x/menit), hentikan ventilasi, lakukan kontak kulit ibubayi, lakukan asuhan normal bayi barn lahir (menjaga bayi tetap hangat, mulai memberikan ASI
dm1
dan
mencegah
infeksi
dan
imunisasi)
2) Bila bayi belum bernafas spontan ulangi lagi ventilasi selama 2 x 30 detik atau 60 detik
kemudian
lakukan
penilaian
ulang.
3) Bila frekwensi nafas menjadi normal (30-60 x/menit) hentikan ventilasi lakukan kontak kulit
it
lakukan
asuhan
normal
bayi
barn
lahir.
4) Bila bayi bernafas, tetapi terlihat retraksi dinding dada, lakukan ventilasi dengan
menggunakan
oksigen
(bila
tersedia)
5) Bila bayi tidak bernafas, megap-megap, teruskan bantuan pernafasan dengan ventilasi.
6) Lakukan penilaian setiap 30 detik dengan menilai usaha bernafas denyut jari tung dan warna
kulit
7) Jika bayi tidak bernafas secara teratur setelah ventilasi 2-3 menit, rujuk ke fasilitas pelayanan
perawatan
bayi
resiko
tinggi.
8) Jika tidak ada nafas sama sekali dan tidak ada perbaikan frekwensi denyut jari tung bayi
setelah ventilasi selama 20 menit, hentikan ventilasi, bayi dinyatakan meninggal (jelaskan
kepada keluarga bahwa upaya pertolongan gagal) dan beri dukungan emosional pada keluarga.
(Rachimhadi et al :1997)