Anda di halaman 1dari 5

BAB IV

PEMBAHASAN

Pada pembahasan ini penulis akan menjelaskan tentang kesenjangan yang


terjadi antara praktek dan teori yang dilakukan di Puskesmas Sidomulyo dengan teori
yang ada. Di sini penulis akan menjelaskan kesenjangan tersebut menurut langkah-
langkah dalam manajemen kebidanan menurut Varney yang meliputi tujuh langkah.
Pembahasan ini dimaksudkan agar dapat diambil suatu kesempatan dan pemecahan
masalah dari kesenjangan-kesenjangan yang terjadi sehingga dapat digunakan sebagai
tindak lanjut dalam penerapan asuhan kebidanan yang meliputi :

1. Pengkajian
Data subyektif adalah data yang didapat dari klien sebagai suatu pendapat terhadap
suatu situasi data kejadian (Nursalam, 2004). Keluhan utama dikaji untuk mengetahui
tanda dan gejala yang berhubungan dengan Abortus inkomplit dan untuk keperluan
penegakan diagnosa dari Abortus inkomplit. Adapun keluhan yang berhubungan
dengan Abortus inkomplit yaitu : perdarahan, nyeri perut bagian bawah, keluar
sebagian hasil konsepsi dari jalan lahir (Saifuddin, 2005). Data obyektif adalah data
yang dapat diobservasi dan diukur (Ambarwati, 2008). Keadaan umum untuk
mengetahui keadaan umum pasien apakah baik / cemas atau cukup / jelek
(Ambarwati, 2008). Pada kasus ibu hamil dengan abortus inkomplit didapatkan data
subjektif ibu mengatakan cemas dan perut bagian bawah terasa nyeri, mengeluarkan
darah sedikit-sedikit dan kemudian mengeluarkan darah banyak bergumpal dari jalan
lahir. Data objektif didapatkan data KU lemah, kesadaran composmentis, TD : 100/60
mmHg, N : 88 x/menit, R : 20 x/menit, S : 36,5 C tinggi badan : 150 cm, BB sebelum
hamil : 47 kg, BB sekarang : 52 kg dan LLA : 24 cm. Pada langkah ini penulis tidak
menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan praktek.

2. Interpretasi Data
Pada langkah kedua ini data dasar yang telah dikumpulkan diinterpretasikan sehingga
ditemukan masalah utama dan masalah penyerta. Setelah itu bidan merumuskan ke
dalam suatu pernyataan yang mencakup kondisi, masalah penyebab dan prediksi
terhadap kondisi tersebut (Varney, 2004). Masalah pada pasien adalah perasaan cemas
karena ada rasa nyeri pada perut bagian bawah dan perdarahan banyak dan kebutuhan
pada pasien adalah dorongan moral dan memberikan informasi tentang Abortus
inkomplit (Taber, 2003). Pada kasus ibu hamil dengan abortus inkomplit didapatkan
diagnosa kebidanan Ny. M GIIP1001 umur 27 tahun, hamil dengan abortus inkomplit.
Masalah ibu merasa cemas dengan perdarahan yang dialaminya dan adanya rasa nyeri
pada perut bagian bawah dan kebutuhan yang diberikan adalah memberi dorongan
moral kepada ibu serta memberi informasi tentang abortus inkomplit. Pada langkah
ini tidak ditemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan
praktek. Diagnosa Potensial Pada abortus inkomplit adalah terjadinya perdarahan
terus menerus yang dapat menyebabkan syok, kekurangan darah, dapat menyebabkan
infeksi, dan abortus komplit (Wiknjosastro, 2005). Pada kasus Ny. M hamil dengan
abortus inkomplit diagnosa potensial tidak muncul dikarenakan adanya penanganan
yang tepat dan cepat dari tenaga kesehatan. Pada langkah ini penulis tidak
menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan.

3. Antisipasi
Mengumpulkan dan mengevaluasi data dimana yang menunjukkan situasi yang
memerlukan tindakan segera. Menurut Saifuddin (2005), meliputi : penanganan
perdarahan, penanganan syok, dilakukan curettagedan penanganan infeksi pasang
infus, beri cairan kistoloid isotonik dengan kecepatan 30-40 tetes per menit, beri
antibiotika. Pada kasus ibu hamil Ny. M dengan abortus inkomplit antisipasi yang
diberikan berupa observasi KU ibu dan TTV ibu, pasang infuse dan bila perlu
pemberian darah transfusi, kolaborasi dengan dokter obsgyn dengan advis puasakan
pasien sampai selesai curettage, siapkan tindakan curettage, siapkan O2, serta
kolaborasi dengan tim medis laboratorium untuk pemeriksaan darah lengkap. Pada
langkah ini penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang
ada dilahan praktek.

5. Perencanaan
Asuhan kebidanan yang direncanakan pada pasien menurut Saifuddin (2005), yaitu :
jika perdarahan tidak banyak dan kehamilan kurang dari 16 minggu evakuasi dapat
dilakukan secara digital atau dengan cunam ovum, beri ergometrin 0,2 mg IM atau
misoprostol 400 mcg per oral dan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan IV,
observasi keadaan umum dan tanda-tanda vital, catat kondisi pasien dan buat laporan
tindakan, beritahu kepada pasien dan keluarga bahwa tindakan telah selesai dilakukan
tetapi pasien masih memerlukan perawatan. Sedangkan pada kasus ibu hamil Ny. M
dengan abortus inkomplit perencanaan yang dibuat adalah observasi perdarahan
pervaginam dan kontraksi uterus setiap 2 jam, observasi tanda-tanda infeksi, anjurkan
ibu untuk berdoa, hadirkan orang yang dianggap penting bagi ibu, lakukan
pencukuran rambut kemaluan ibu, berikan penjelasan pada ibu dan keluarga tentang
hasil pemeriksaan dan keadaan ibu, siapkan peralatan kuret, anjurkan ibu untuk tetap
menjaga kebersihan genetalian, lakukan perawatan pre curet dan anjurkan ibu untuk
berpuasa, anjurkan ibu untuk tetap istirahat di tempat tidur, kolaborasi dengan dokter
SpOG dalam pemberian terapi infuse RL 20 tetes/ menit, Penicilin 1 juta UI +
cephalosporin 5 mg (3 x 1) sehari dan kolaborasi dengan dokter SpOG untuk tindakan
anestesi/ kuretase. Pada langkah ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara
teori dan kasus yang ada dilahan yaitu pada teori diberikan terapi ergometrin 0,2 mg
IM atau misoprostol 400 mcg per oral dan infus oksitosin 20 unit dalam 500 ml cairan
IV sedangkan pada kasus diberikan terapi infuse RL 20 tetes/ menit.

6. Pelaksanaan
Pada langkah ini rencana asuhan menyeluruh seperti yang diuraikan pada langkah
kelima, dilaksanakan secara efisien dan aman. Penatalaksanaan ini bisa dilakukan
seluruhnya oleh bidan atau sebagian oleh klien atau tenaga kesehatan lainnya.
Walaupun bidan tidak melakukannya sendiri tetapi dia tetap memikul tanggung jawab
untuk mengarahkan penatalaksanaannya (misalnya memastikan langkah-langkah
tersebut benar terlaksana) (Varney, 2004). Pada kasus ibu hamil Ny. M dengan
abortus inkomplit pelaksanaan dilakukan sesuai dengan rencana asuhan yang telah
dibuat. Pada langkah ini penulis menemukan adanya kesenjangan antara teori dan
kasus yang ada dilahan yaitu pada teori menurut Saifuddin (2005) diberikan terapi
ergometrin 0,2 mg IM atau misoprostol 400 mcg per oral dan infus oksitosin 20 unit
dalam 500 ml cairan IV sedangkan pada kasus diberikan terapi infuse RL 20 tetes/
menit.

7. Evaluasi
Evaluasi merupakan langkah terakhir dalam manajemen kebidanan untuk kegiatannya
dilakukan terus-menerus dengan melibatkan pasien, bidan, dokter, dan keluarga. Pada
langkah ini dilakukan evaluasi keefektifan dari asuhan yang telah diberikan yaitu
meliputi pemenuhan kebutuhan. Hal tersebut dapat membantu untuk mengetahui
terpenuhinya bantuan sesuai dengan kebutuhan sebagaimana telah diidentifikasikan di

dalam diagnosa dari masalah. Tujuan evaluasi adalah adanya kemajuan pada pasien
setelah dilakukan tindakan (Hyre, 2003). Evaluasi yang diharapkan pada abortus
inkomplit adalah keadaan umum baik, tidak terjadi anemi, tidak terjadi komplikasi
diantaranya perforasi uterus, syok, infeksi, perdarahan, cidera intra abdomen (Varney,
2007). Pada kasus ibu hamil Ny. M dengan abortus inkomplit evaluasi yang
didapatkan setelah dilakukan asuhan kebidanan selama 3 hari adalah keadaan umum :
baik, kesadaran : Composmentis, Vital Sign : TD : 100/70 mmHg, R : 20 x/menit, N :
80 x/menit, S : 36,7 C, pengeluaran pervaginam berupa flek-flek berwarna merah
kecoklatan, tidak ada tanda-tanda infeksi, ibu mengerti dan bersedia melakukan
perawatan post curettage, ibu bersedia melanjutkan therapy minum obat oral sesuai
advis dokter : Claneksi 500 mg : 3 x 1 tablet, Asam mefenamat 500 mg : 3 x 1 tablet,
Ibu mengerti dan bersedia melakukan perawatan personal hygiene. Pada langkah ini
penulis tidak menemukan adanya kesenjangan antara teori dan kasus yang ada dilahan
praktek.
BAB IV
PENUTUP

A. Kesimpulan

Abortus inkomplit ( keguguran bersisa ) artinya pengeluaran sebagian dari


hasil konsepsi pada kehamilan sebelum 20 minggu dengan masih ada sisa yang
tertinggal dalam uterus.

Dalam menerapkan asuhan kebidanan pada Ny “M” dengan abortus


inkomplit diperlukan pendekatan terhadap klien agar diperoleh hasil pengkajian
yang akurat.

Dari pengkajian dilakukan didapatkan gejala-gejala / keluhan yang mencul


pada abortus inkomplit yaitu perdarahan yang mula-mula sedikit kemudian
banyak bergumpal berwarna merah kehitaman, nyeri pada perut bagian bawah.
Pada pemeriksaan dalam teraba ada sisa jaringan dikanalis servikalis dan ada
pembukaan 3 cm.

Penanganan asuhan kebidanan yang diberikan pada pasien dengan kasus


abortus inkomplit sangat perlu diperhatikan adanya komplikasi sepsis dan
perforasi uterus.

B. Saran
1. Ibu hamil sebaiknya melakukan ANC secara teratur segera setelah terlambat
haid pada tenaga kesehatan serta menyarankan ibu untuk tidak hamil lagi
dengan pertimbangan usia.
2. Setiap ibu hamil dan keluarga khususnya bidan harus mengetahui tanda-tanda
bahaya dalam kehamilan. 
3. Bidan harus memberikan asuhan sesuai dengan kewenangannya untuk itu
manajemen kebidanan perlu dikembangkan karena merupakan alat yang
mendasar bagi bidan untuk memecahkan masalah klien dalam berbagai kasus.

Anda mungkin juga menyukai