Anda di halaman 1dari 68

KATA PENGANTAR

Puji Syukur penulis ucapkan kehadirat Allah SWT karena berkat rahmat dan
karuniaNYA jualah penulis dapat menyelesaikan makalah sederhana tentang Asuhan
Kegawatdaruratan Pada Kehamilan Trimester II Dan III (Solusio Placenta Dan Placenta
Previa) ini pada waktunya. Adapun makalah ini dibuat sebagai salah satu tugas dari mata
kuliah Kegawatdaruratan Maternal dan Neonatal.

Penulis berharap dengan adanya makalah ini dapat menjadi salah satu sumber
literature atau sumber pengetahuan tentang Kegawatdaruratan Pada Kehamilan Trimester II
Dan III (Solusio Placenta Dan Placenta Previa).

Penulis menyadari bahwa makalah ini sangat jauh dari sempurna dan masih banyak
kekurangan disana-sini, untuk itu penulis mengharapkan kritik dan saran membangun dari
pembaca untuk perbaikan kearah yang lebih baik dari makalah ini, semoga ini bermanfaat
bagi kita semua, Aamiin.

Padang, Agustus 2019

Penulis
DAFTAR ISI

JUDUL…………………………………………………………………………………………i

KATA PENGANTAR…………………………………………………………………………ii

DAFTAR ISI…………………………………………………………………………………..iii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Masalah…………………………………………………………………1
B. Rumusan
Masalah………………………………………………………………………..1
C. Tujuan
Pembahasan………………………………………………………………………2

BAB II PEMBAHASAN

A. Pengenalan
Komputer……………………………………………………………………3
B. Pengertian
Komputer…………………………………………………………………….4
C. Sejarah Komputer dan
Perkembangannya……………………………………………….5

BAB III PENUTUP

A. Kesimpulan……………………………………………………………………………...
10
B. Saran…………………………………………………………………………………….
10

DAFTAR
PUSTAKA…………………………………………………………………………..11
BAB I
PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Angka kematian ibu berkaitan erat dengan tingginya kasus kehamilan resiko tinggi,
yaitu yang menyebabkan terjadinya bahaya dan komplikasi besar yang dapat mengancam
keselamatan ibu dan janin yang dikandungnya selama masa kehamilan, melahirkan maupun
pada masa nifas (Hadijanto, 2008).
Adapun penyebab dari tingginya angka kematian ibu di dunia dapat dikelompokan
menjadi dua yaitu penyebab langsung dan penyebab tidak langsung. Penyebab langsung
meliputi perdarahan (11%), partus lama (9%), dan penyebab lainnya (15%). Sedangkan
penyebab tidak langsung diantaranya: faktor pendidikan rendah, sosial, ekonomi rendah,
sistem pelayanan kesehatan yang kurang memadai dan lain-lain (Manuaba, 2008).
Menurut Survey Demografi Kesehatan Indonesia (SDKI) tahun 2012 menyatakan
bahwa angka kematian ibu di Indonesia mencapai 359/100.000 kelahiran hidup (Depkes RI,
2012). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah perdarahan sebesar 27%,
eklamsia sebesar 23%, infeksi sebesar 11%, partus lama macet sebesar 5%, emboli obstetrik
sebesar 5%, komplikasi saat nifas sebesar 8%, dan lain lain sebesar 11% (Depkes RI, 2007).
Penyebab langsung kematian ibu oleh karena perdarahan sampai saat ini masih
memegang peran penting sebagai penyebab utama kematian maternal, sekalipun dinegara
maju, terutama pada kelompok sosial ekonomi lemah. Perdarahan dapat terjadi sebelum
persalinan (antepartum bleeding) seperti abortus, plasenta previa, dan solusio plasenta, dan
inversi uterus (Hadijanto, 2008).
Plasenta previa adalah plasenta yang implantasi atau letaknya tidak normal, tumbuh
pada segmen bawah rahim, pada zona dilatasi, sehingga menghubungkan atau menutupi
seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum. Plasenta yang normal terletak atau
berimplantasi lebih dari 2 cm dari ostium uteri internum. Sejalan dengan bertambah
membesarnya rahim dan meluasnya segmen bawah rahim kearah proksimal memungkinkan
plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah mengikuti perluasan
segmen bawah rahim setelah plasenta tersebut bermigrasi (Wardana GA, Karkata MK, 2007).
Penyebab plasenta previa di Indonesia masih sangat tinggi karena di sebabkan oleh
banyak melahirkan anak menurut Wardana dan Karkata (2002). Paritas terhadap kejadian
plasenta previa lebih besar karena dipengaruhi oleh umur, paritas, riwayat abortus, dan
riwayat seksio saesarea, plasenta previa pada ibu yang berumur 35 tahun 2 kali lebih besar,
multivaritas beresiko sebesar 1,3 kali, sedangkan riwayat abortus resiko plasenta previa
sebesar 4 kali dan pada riwayat seksio saesarea tidak ditemukan faktor resiko terjadinya
plasenta previa (Sari, 2008).
Solusio plasenta atau disebut juga abruptio placenta atau ablasio placentaadalah
separasi prematur plasenta dengan implantasi normalnya di uterus (korpusuteri) dalam masa
kehamilan lebih dari 20 minggu dan sebelum janin lahir. Dalam plasenta terdapat banyak
pembuluh darah yang memungkinkan pengantaran zat nutrisi dari ibu ke janin, jika plasenta
ini terlepas dari implantasi normalnya dalam masa kehamilan maka akan mengakibatkan
perdarahan yang hebat. Hebatnya perdarahan tergantung pada luasnya area plasenta yang
terlepas.
Frekuensi solusio plasenta adalah sekitar 1 dari 200 pelahiran. Intensitas solusio plasenta
sering bervariasi tergantung pada seberapa cepat wanita mendapat pertolongan. Angka
kematian perinatal sebesar 25 %. Perdarahan pada solusio plasenta sebenarnya lebih
berbahaya daripada plasenta previa oleh karena pada kejadian tertentu perdarahan yang
tampak keluar melalui vagina hampir tidak ada atau tidak sebanding dengan perdarahan yang
berlangsung internal yang sangat banyak. Pemandangan yang menipu inilah sebenarnya yang
membuat solusio plasenta lebih berbahaya karena dalam keadaan yang demikian seringkali
perkiraan jumlah darah yang telah keluar sukar diperhitungkan, padahal janin telah mati dan
ibu berada dalam keadaan syok
Penyebab solusio plasenta tidak diketahui dengan pasti, tetapi pada kasus-kasus
berat didapatkan korelasi dengan penyakit hipertensi vaskuler menahun, dan 15,5% disertai
pula oleh preeklamsia. Faktor lain yang diduga turut berperan sebagai penyebab terjadinya
solusio plasenta adalah tingginya tingkat paritas dan makin bertambahnya usia ibu.

B. Rumusan Masalah

Rumusan masalah dalam makalah kami adalah


C. Tujuan

1. Tujuan Umum
2.Tujuan Khusus
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA

2.1 PLACENTA PREVIA


2.1.1 Definisi Plasenta Previa
Plasenta previa berasal dari kata prae yang berarti depan dan vias yang
berarti jalan, jadi artinya di depan jalan lahir atau menutupi jalan lahir (Marta adi
soebrata, 2008). Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada
segmen bawah uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan
lahir. Jurnal kesehatan Poltekkes Surakarta. Agustus (2015).
Sejalan dengan bertambah membesarnya segmen bawah rahim ke arah proksimal
memungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim ikut berpindah
mengikuti perluasan segmen bawah rahim seolah plasenta tersebut bermigrasi. Ostium
uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala satu bisa
mengubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta (Ari, 2009).

2.1.2 Klasifikasi Plasenta Previa


1. Plasenta previa totalis : Seluruh ostium internum tertutup oleh plasenta.
2. Plasenta previa parsialis : Hanya sebagian dari ostium yang tertutup oleh
plasenta.
3. Plasenta previa marginalis : Hanya pada pinggir ostium internum yang
terdapat jaringan plasenta.
4. Plasenta letak rendah : Plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah
rahim demikian rupa sehingga tepi bawahnya berada pada jarak lebih
kurang dari 2cm dari ostium uteri internum. Jarak yang lebih dari 2 cm
dianggap sebagai plasenta letak normal.

Menurut De Snoo, plasenta previa dibagi berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm :


1. Plasenta pervia sentralis (totalis) : Bila pada pembukaan 4-5 cm teraba
plasenta menutupi seluruh ostium uteri internum.
2. Plasenta previa lateralis : Bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian
pembukaan ditutupi oleh plasenta.
3. Plasenta previa lateralis dibagi menjadi 3, yaitu :
a. Plasenta lateralis posterior bila sebagian menutupi ostium bagian
belakang.
b. Plasenta previa leteralis anterior bila menutupi ostium bagian
depan.
c. Plasenta previa marginalis bila sebagian kecil atau hanya pinggir
ostium yang ditutupi plasenta (Norma, dkk., 2013).

2.1.3 Etiologi Plasenta Previa


Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim dapat
disebabkan oleh endometrium di fundus uteri belum siap menerima implamantasi,
endometrium yang tipis sehingga diperluaskan plasenta untutk mampu memberikan
nutrisi pada janin dan vili korealis pada chorion leave yang persisten.
Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta previa
menigkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas aborsi,
kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas.
Menurut Sofian (2012), penyebab plasenta previa yaitu:
1. Endometrium yang inferior.
2. Chorion leave yang persesiten
3. Korpus luteum yang bereksi lambat.
Strassman mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang
pada desidua yang meyebabkan artofi dan peradangan, sedangkan Brown menekankan
bahwa faktor terpenting ialah vili korealis persisten pada desidua kapsularis. Etiologi
plasenta previa belum diketahui pasti namun menigkat pada grande muli para,
primigravida tua, bekas secio sesarea, bekas operasi dan leioma uteri. (Norma, dkk.,
2013).

2.1.4 Faktor Resiko Plasenta Previa


Menurut Mochtar yang dikutip pada buku Norma (2013), ada beberapa faktor
resiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya :
1. Usia >35 tahun atau <20 tahun.
2. Paritas.
3. Riwayat pembedahan rahim.
4. Jarak persalinan yang dekat <2tahun.
5. Hipoplasia endometrium.
6. Korpus luteum bereaksi lambat.

Menurut Sheiner yang dikutip pada buku Norma (2013), faktor resiko lainnya
yang berhubungan dengan plasenta previa yaitu:
1. Terdapat jaringan perut.
2. Riwayat plasenta previa sebelumnya.
3. Tumor-tumor rahim seperti mioma uteri.
4. Kehamilan ganda.
5. Merokok.

2.1.5 Patofisiologi Plasenta Previa


Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah uterus akan lebih melebar
lagi, dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada segmen bawah uterus,
pelebaran segmen bawah uterus dan pembukaan serviks tidak dapat diikuti oleh plasenta
yang melekat di situ tanpa terlepasnya sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat
itu mulailah terjadi perdarahan.
Sumber perdarahannya ialah sinus uterus yang terobek karena terlepasnya plasenta
dari dinding uterus, atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta. Perdarahan
tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen bawah uterus
untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, tidak sebagaimana serabut otot uterus
menghentikan perdarahan pada kala III dengan plasenta yang letaknya normal. Makin
rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi. Oleh karena itu, perdarahan pada
plasenta previa totalis akan terjadi lebih dini dari pada plasenta letak rendah yang
mungkin baru berdarah setelah persalinan mulai (Sumapraja S, 2009).

2.1.6 Gambaran Kinik Plasenta Previa


Tanda dan gejala plasenta previa menurut Sarwono Prawihardjo (2009) yaitu,
Ciri yang menonjol pada plasenta previa adalah perdarahan uterus keluar melalui vagina
tanpa rasa nyeri. Perdarahan biasanya baru terjadi akhir trimester kedua ke atas.
Perdarahan pertama berlangsung tidak banyak dan berhenti sendiri. Perdarahan kembali
terjadi tanpa suatu sebab yang jelas setelah beberapa waktu kemudian jadi berulang.
Pada setiap pengulangan terjadi perdarahan yang lebih banyak bahkan seperti mengalir.
Pada plasenta letak rendah perdarahan baru terjadi pada waktu mulai persalinan,
perdarahan bisa sedikit sampai banyak mirip pada solusio plasenta. Perdarahan
diperhebat berhubung segmen bawah rahim tidak mampu berkontraksi sekuat segmen
atas rahim. Dengan demikian, perdarahan bisa berlangsung sampai pasca persalinan.
Perdarahan bisa juga bertambah disebabkan serviks dan segmen bawah rahim pada
plasenta previa lebih rapuh dan mudah mengalami robekan. Robekan lebih mudah
terjadi pada upaya pengeluaran plasenta dengan tangan misalnya pada retensio plasenta,
sebagai komplikasi plasenta akreta.
Berhubung plasenta terletak pada bagian bawah, pada palpasi abdomen sering
ditemui bagian bawah janin masih tinggi diatas simfisis dengan letak janin tidak dalam
letak memanjang. Palpasi abdomen tidak membuat ibu hamil merasa nyeri dan perut
tidak tegang. Pada ibu, tergantung keadaan umum dan jumlah darah yang hilang,
perdarahan yang sedikit demi sedikit atau dalam jumlah banyak dengan waktu yang
singkat, dapat menimbulkan anemia sampai syok. Pada janin turunnya bagian terbawah
janin ke dalam Pintu Atas Panggul (PAP) akan terhalang, tidak jarang terjadi kelainan
letak janin dalam rahim, dan dapat menimbulkan asfiksia sampai kematian janin dalam
rahim.

2.1.7 Diagnosis Plasenta Previa


Untuk menegakan diagnosia pasti kejadian plasenta previa. Hal- hal yang harus
dilakukan menurut Ai yeyeh,dkk. 2010:
1. Anamnesa
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan >22 minggu berlangsung tanpa nyeri,
tanpa alasan terutama pada multigravida. Perdarahan cenderung berulang pada
volume yang lebih banyak dari sebelumnya, perdarahan menimbulkan penyulit
pada ibu maupun janin dalam rahim.
2. Inspeksi
Dapat dilihat pada perdarahan yang keluar pervaginam, banyak, sedikit atau
darah beku (stolsel). Bila terjadi perdarahan banyak maka ibu terlihat pucat
atau anemis.
3. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah, nadi dan pernafasan dalam batas normal. Bila tekanan darah,
nadi dan pernapasan meningkat maka daerah akral menjadi dingin atau tampak
anemis.
4. Pemeriksaan Khusus Kebidanan
a. Palpasi Abdomen
Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia
kehamilan, bagian terendah janin masih tinggi karena plasenta berada
pada segmen bawah rahim. Bila cukup pengalaman bisa dirasakan
suatu bantalan pada segmen bawah rahim (SBR) terutama pada ibu
yang kurus.
b. Denyut Jantung Janin
Denyut jantung janin bervarisi dari normal menjadi asfiksia dan kemudian kematian
dalam rahim.
3. Pemeriksaan Inspekulo
Dengan memakai spekulum secara hati-hati dan dilihat asal perdarahan apakah dari
segmen bawah rahim atau kelainan serviks, vagina dan varises pecah.
4. Pemeriksan penunjang
a) Sitografi
Mula-mula kandung kemih dikosongkan lalu masukan 40 cc larutan NaCl 12,5%
kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul (PAP), bila jarak kepala janin dan kandung
kemih 1cm, kemungkinan terdapat plasenta previa.

2.8 Komplikasi plasenta previa


Ada beberapa komplikasi utama yang bisa terjadi pada ibu hamil yang menderita plasenta
previa menurut Saifuddin AB (2008), yakni :
1. pada ibu
1. Anemia
Oleh karena pembekuan segmen rahim terjadi secara ritmik, maka pelepasan plasenta dari
tempat melekatnya diuterus dapat berulang dan semakin banak, dan perdarahan yang terjadi
itu tidak dapat dicegah sehingga penderita menjadi anemia bahkan syok.
2. Perdarahan
Serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh dan kaya pembuluh darah sangat potensial
untuk robek disertai oleh perdarahan yang banyak. Oleh karena itu, harus sangat berhati-hati
pada semua tindakan manual di tempat ini biasanya pada waktu mengeluarkan anak melalui
insisi pada segmen bawah rahim ataupun waktu mengeluarkan plasenta dengan tangan pada
retensio plasenta.
Apabila oleh salah satu sebab terjadi perdarahan banyak yang tidak terkendali dengan
cara-cara yang lebih sederhana seperti penjahitan segmen bawah rahim, ligasi arteria uterina,
ligasi arteria ovarika, pemasangan tampon, atau ligasi arteria hipogastrika, maka pada keadaan
yang sangat gawat seperti ini jalan keluarnya adalah melakukan histerektomi total. Morbiditas
dari semua tidakan tentu merupakan komplikasi tidak langsung dari plasenta previa.

b. Komplikasi pada janin


1) Kelainan letak
Pada plasenta previa lebih sering terjadi kelainan letak janin. Hal ini memaksa lebih
sering diambil tidakan opersi dengan segala konsekuensinya.
2. Kelahiran prematur dengan gawat janin.
Kelahiran prematur dan gawat janin sering tidak terhindarkan sebagian ooleh karena
tindakan terminasi kehamilan yang terpaksa dilakukan dalam kehamilan belum aterm. Pada
kehamilan >37 minggu dapat dilakukan amniosentesis untuk mengetahui kematangan paru
, janin dan pemberian kortikosteroid untuk mempercepat pematangan paru janin
sebagai upaya antisipasi.

2.9 Penatalaksanaan
1. Terapi ekspektatif (pasif)
Tujuan ekspektatif ialah supaya janin tidak terlahir prematur, penderita dirawat tanpa
melakukan pemeriksaan dalam melalui kanalis servisis. Upaya diagnosis dilakukan secara non
invasif. Pemantauan klinis dilakukan secara ketat dan baik (Prawirohardjo, 2006).
Syarat-syarat terapi ekspektatif :
a. Perdarahan sedikit kadar Hb > 8 gr%, dengan keaddan umum baik.
b. Usia kehamilan < 37 minggu.
c. Janin Hidup
d. Belum inpartu.
Tindakan :
1. Tirah baring mobilisasi bertahap
2. Steroid pada kehamilan <32 minggu :
 12 mg/24 jam IV/IM : 2 X
 6 mg/12 jam IV/IM :4X
3. Melakukan USG

2. Terapi aktif
Kriteria :
a. Perdarahan banyak, KU jelek dan syok
b. Inpartu
c. Usia kehamilan > 37 minggu atau taksiran berat janin > 2500 gr.
d. Janin mati.
Tindakan :
a. Perbaiki KU : infus, atasi syok dan transfusi darah.
b. Bila KU jelek setelah syok teratasi segera seksio sesar, sedangakan bila KU baik PDMO.
Penatalaksanaan untuk kasus plasenta previa totalis dengan usia kehamilan 38 minggu,
harus di Seksio sesarea, karena letak plasenta yang menutupi jalan lahir secara menyeluruh
yang mengakibatkan kepala tidak bisa turun ke rongga panggul.
Prinsip utama dalam melakukan seksio sesarea adalah untuk menyelamatkan ibu,
sehingga walaupun janin meninggal atau tak punya harapan untuk hidup, tindakan ini tetap
dilakukan (Prawirohardjo, 2006).
Tujuan seksio sesarea antara lain:
(a) Melahirkan janin dengan segera sehingga uterus dapat segera berkontraksi dan
menghentikan perdarahan.
(b) Menghindari kemungkinan terjadinya robekan pada cervik uteri, jika janin dilahirkan
pervaginam. Tempat implantasi plasenta previa terdapat banyak vaskularisasi sehingga
cerviks uteri dan segmen bawah rahim menjadi tipis dan mudah robek. Selain itu, bekas
tempat implantasi plasenta sering menjadi sumber perdarahan karena adanya perbedaan
vaskularisasi dan susunan serabut otot dengan korpus uteri.

2.10 Tindakan Segera Bidan


1. Jika klien terdeteksi dengan plasenta previa, segera lakukan kolaborasi dengan dokter
spesial obgyn untuk dilakukan tindakan.
Dasarnya : Segera melakukan rujukan/kolaborasi dengan dokter untuk penanganan kasus ini
agar dapat dilakukan secsio sesarea ataupun dilakukan terminasi.
2. Pemberian cairan Intravena
Dasarnya : Dilakukan apabila ibu tampak lelah dan kekurangan cairan.
3. Mengatasi syok dan perdarahan pada ibu.
Dasarnya : Segera mengatasi syok dan perdarahan pada ibu agar tidak terjadi perdarahan yang
semakin banyak.
4. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan donor darah.
Dasarnya : Karena mengalami perdarahan yang banyak maka ibu dengan plasenta previa
membutuhkan pendonor darah untuk mengganti darah yang telah banyak dikeluarkan.
5. Persiapan untuk melakukan rujukan .
Persiapan yang harus diperhatikan dalam melakukan rujukan disingkat “BAKSOKUDA” yang
diartikan sebagi berikut :
1. B (Bidan) : Pastikan ibu/ bayi/ klien didampingi oleh tenaga kesehatan yang kompeten
dan memiliki kemampuan untuk melaksanakan kegawatdaruratan.
2. A (Alat) : Bawa perlengkapan dan bahan-bahan yang diperlukan seperti spuit, infus set,
tensimeter dan stetoskop.
3. K (keluarga) : Beritahu keluarga tentang kondisi terakhir ibu (klien) dan alasan mengapa
ia dirujuk. Suami dan anggota keluarga yang lain harus menerima ibu (klien) ke tempat
rujukan.
4. S (Surat) : Beri sura ke tempat rujukan yang berisi identifikasi ibu (klien), alasan
rujukan, uraian hasil rujuka, asuhan atau obat-obat yang telah diterima ibu.
5. O (Obat) : Bawa obat-obat esensial yang diperlukan selama perjalanan merujuk.
6. K (Kendaraan) : Siapkan kendaraan yang cukup baik untuk memungkinkan ibu (klien)
dalam kondisi yang nyaman dan dapat mencapai tempat rujukan dalam waktu cepat.
7. U (Uang) : Ingatkan keluarga untuk membawa uang dalam jumlah yang cukup untuk
membeli obat dan bahan kesehatan yang diperlukan di tempar rujukan.
8. DA (Darah) : Siapkan darah untuk sewaktu-waktu membutuhkan transfusi darah apabila
terjadi perdarahan.
SOAP
Data Subjektif
1. Ibu mengatakan bernama Ny. Y umur 35 tahun
2. Ibu mengatakan ini kehamilan kedua dan belum pernah keguguran.
3. Ibu mengatakan hari pertama haid terakhir tanggal 7 Oktober 2014
4. Ibu mengatakan mengeluarkan darah dari jalan lahir berwarna merah segar, encer dan tidak
disertai rasa nyeri pada pukul 17.00 WIB.

Data Objektif
1. Keadaan umum : baik
2. TTV : TD : 100/70 mmHg N : 86 x/menit
R : 24 x/menit S : 36,8 C
3. Ekstremitas : terpasang infus RL 20 tetes/menit di tangan kiri
4. Leopold I : TFU pertengahan processus xyphoideus
dan pusat, fundus teraba bulat lunak dan tidak
melenting ( bokong ).
Leopold II : kanan teraba keras memanjang seperti papan
(punggung). Kiri teraba bagian - bagian kecil janin
(ekstremitas).
Leopold III : teraba bulat, keras, melenting (kepala janin)
Leopoid IV : bagian terendah janin belum masuk PAP ( konvergen )
5. TFU Mc Donald: 30 cm
6. TBJ :
(30-12) x 155 : 2790 gram
7. Auskultasi
DJJ
Punctum Maksimum : kanan bawah pusat
Frekuensi : 144 x/menit
Teratur/ tidak : teratur
8. PPV : ada, berwarna merah segar, encer penuh ±50cc
9. Pemeriksaan Penunjang
- Laboratorium : Hb : 8,9 gr/dl
- USG
Tampak janin tunggal intra uteri, preskep, memanjang, DJJ +, plasenta insersi di segmen
bawah rahim menutupi OUI. Air ketuban kesan banyak. Tidak tampak jelas kelainan, kesan
saat ini janin dalam keadaan baik.

Analisa
Diagnosa : Ny. Y G2P1A0 dengan plasenta previa totalis , janin tunggal hidup, presentasi
kepala.

Penatalaksanaan
A. Tindakan Segera
Kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi
- Infus RL 20 tpm
- Sulfas Ferosus 60 mg 2x1
- Antibiotik Ampicilin 1gr/ 8 jam (skin test dulu)

B. Rencana Tindakan
Tanggal : Pukul :
1. Observasi keadaan umum dan tanda – tanda vital tiap 4 jam
2. Observasi DJJ, banyaknya perdarahan, dan pantau bila sewaktu-waktu ada
his tiap 2 jam
3. Kolaborasi dengan dokter obsgyn untuk pemberian terapi
- Sulfas ferosus 60 mg 2x1 kapsul
- Asam Mefenamat 500 mg 3x1 tablet
- Ampicilin 1gr / 8 jam ( skin test dulu ) via IV
- Dexamethazone 5 mg/ 12 jam via IV
- Asam tranexamat 500 mg / 8 jam via IV
4. Berikan informasi kepada ibu dan keluarga tentang keadaan yang dialami ibu
5. Anjurkan ibu untuk bedrest total, bila BAB atau BAK anjurkan ibu memakai pispot
6. Anjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan mengganti pembalut bila sudah
penuh dan cebok dari arah depan ke belakang lalu dikeringkan dengan handuk bersih.
7. Menganjurkan pada keluarga agar selalu mendampingi ibu.

Implementasi / Pelaksanaan
Tanggal : pukul :
1. Pukul 20.25 WIB mengobservasi keadaan umum dan tanda – tanda vital tiap 4 jam
2. Pukul 20.28 WIB mengobservasi DJJ, banyaknya perdarahan, dan pantau bila
sewaktu-waktu ada his tiap 2 jam
3. Pukul 20.30 WIB melakukan kolaborasi dengan dokter obgyn untuk pemberian terapi
- Sulfas ferosus 60 mg 2x1 kapsul
- Asam Mefenamat 500 mg 3x1 tablet
- Ampicilin 1gr / 8 jam ( skin test dulu ) via IV
- Dexamethazone 5 mg/ 12 jam via IV
- Asam tranexamat 500 mg / 8 jam via IV.
4. Pukul 20.40 WIB memberitahu ibu tentang keadaan yang dialaminya bahwa ibu mengalami
plasenta previa totalis yaitu plasenta yang letaknya tidak normal sampai menutupi seluruh
jalan lahir sehingga ibu tidak dapat melahirkan secara normal melainkan harus dengan SC bila
umur kehamilan sudah cukup bulan. Saat ini ibu dan janin yang dikandungnya dalam keadaan
baik.
5. Pukul 20.44 WIB menganjurkan ibu untuk bedrest total, bila ingin BAB atau BAK dengan
menggunakan pispot.
6. Pukul 20.45 menganjurkan ibu untuk menjaga personal hygiene dengan
mengganti pembalut bila penuh dan cebok dari arah depan ke belakang lalu dikeringkan
dengan handuk bersih.
7. Pukul 20.48 WIB menganjurkan pada keluarga agar selalu mendampingi
ibu.
Evaluasi
Tanggal : pukul : 21.00 WIB
1. Sudah dilakukan pemantauan keadaan umum ibu dan tanda-tanda vital,
hasilnya :
- Keadaan umum : baik
- TTV TD : 100/70 mmHg
N : 84 x/menit
R : 23 x/menit
S : 37 0C
2. Sudah dilakukan pemantauan Djj, perdarahan, dan his. Hasilnya :
- Djj : 148 x/menit
- Perdarahan : darah berwarna merah segar, encer ± 10cc
- His : tidak ada
3. Sudah dilakukan pemberian terapi sesuai advis dokter :
a. Sudah dilakukan skin test, setelah di observasi tidak ada tanda- tanda
kemerahan / alergi disekitar kulit yang disuntik.
b. Sudah dilakukan pemberian terapi injeksi via IV pada pukul 20.30 WIB
- Ampicilin 1gr
- Dexamethazone 5 mg
- Asam tranexamat 500 mg
c. Sudah dilakukan pemberian terapi oral dan ibu sudah meminumnya pada
pukul 20.45 WIB
- Sulfas ferosus 60 mg 2x1 kapsul
- Asam Mefenamat 500 mg 3x1 tablet
4. Ibu sudah mengerti tentang keadaan yang dialaminya saat ini dan ibu
merasa lega setelah mengetahui bahwa ibu dan janin dalam kandungannya dalam keadaan
baik.
5. Ibu bersedia untuk bedrest total dan ibu bersedia untuk BAK dan BAB
menggunakan pispot
6. Ibu bersedia untuk selalu menjaga personal hygiene yaitu dengan
mengganti pembalut bila penuh dan cebok dari arah depan ke belakang lalu dikeringkan
dengan handuk bersih.
7. Keluarga bersedia untuk selalu mendampingi ibu, dan sekarang ibu merasa
lebih nyaman.
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Plasenta previa, perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Dasar diagnosis gangguan ini meliputi adanya
perdarahan tanpa rasa sakit ; keadaan umum setelah perdarahan tergantung pada keadaan
umum sebelumnya, jumlah, kecepatan, dan lamanya perdarahan serta menimbulkan gejala
klinis pada ibu dan janin; perut ibu lemas sehingga mudah meraba bagian terendah; terdapat
kelainan letak atau bagian terendah belum masuk PAP.
Gejala klinis ibu bergantung pada keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, yang
bersifat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah besar dalam waktu singkat; terjadi gejala
kardiovaskuler dalam bentuk frekuensi nadi meningkat dan tekanan darah menurun, anemia
disertai ujung jari dingin, perdarahan banyak dapat menimbulkan syok sampai kematian.

3.2 Saran
Ciri khas plasenta previa adalah perdarahan yang tidak disertai rasa sakit. Oleh karena
itu tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam untuk menegakkan diagnosis, kecuali dilakukan
di kamar operasi menjelang tindakan. Karena akan merusak keseimbangan bekuan darah dan
akan menimbulkan perdarahan baru. Dalam skema menghadapi plasenta previa dapat
dilakukan tindakan oleh bidan yang menghadapinya dengan cara berikut :
a. Pasang infus dengan cairan pengganti ( NaCl, Ringer Laktat, Glukosa).
b. Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat perdarahan tambah banyak.
c. Segera lakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang cukup untuk tindakan
operasi dan sebagainya.

DAFTAR PUSTAKA

Endjun JJ.2001. Plasenta Previa Jakarta:Kuliah FK UPN Veteran/RSPAD


Gatot Soebroto,
Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC
Norma, Nita, dkk, 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus.
Yogyakarta : Nuha Medika
Makalah Plasenta Previa

Kamis, 26 Mei 2016

Makalah Plasents Previa

MAKALAH
ASUHAN KEBIDANAN IV

KEHAMILAN DENGAN PLASENTA PREVIA

OLEH :
KELOMPOK

1. VIRA INDRIANI (14211614)


2. SELVIA MARDAYANI (14211629)

Dosen Pembimbing :
DEVI SYARIEF, S.SiT M.Keb
STIKes MERCUBAKTIJAYA PADANG
TAHUN AJARAN 2015/2016
KATA PENGANTAR

Rasa syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang MahaEsa, karena atas rahmat-
NYA makalah yang berjudul “Kehamilan Dengan Plasenta Previa” dapat diselesaikan tepat
pada waktunya.

Makalah ini disusun sebagai salah satu tugas dari mata kuliah ASKEB IV. Selama
penyusunan makalah ini penulis telah banyak mendapat bantuan dari berbagai pihak
dalambentuk informasi, motivasi serta dorongan moral dan spiritual, sehingga makalah ini
tersusun dan dapat diselesaikan sesuai dengan rencana.

Disampingitu, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari sempurna dan sudah
tentu masih ada kesalahan-kesalahan yang luput dari pengamatan penulis. Oleh karena itu,
kritik dan saran yang konstruktif dari pembaca untuk perbaikan dan penyempurnaan
seperlunya sangat penulis harapkan.

Pada akhirnya penulis berharap semoga makalah ini bermanfaat bagi pembaca dan
jika ada kesalahan dan kekurangan mohon dimaklumi.
Padang, Maret 2016

Penulis

DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.................................................................................................

DAFTAR ISI...............................................................................................................

BAB I PENDAHULUAN.............................................................................................

1.1 Latar Belakang................................................................................................


1.2 Tujuan Penulisan............................................................................................
1.3 Manfaat Penulisan
BAB II PEMBAHASAN...................................................................................................

2.1 DefinisiPlasenta Previa...................................................................................

2.2 Klasifikasi Plasenta Previa..............................................................................

2.3Etiologi Plasenta Previa....................................................................................

2.4 Faktor Resiko Plasenta Previa.........................................................................

2.5 Patofisiologi Plasenta Previa...........................................................................


2.6 Diagnosa Plasenta Previa................................................................................

2.7 Kompikasi Plasenta Previa..............................................................................

2.8 Penanganan Plasenta Previa............................................................................

ManajemenAsuhanKebidanan Varney PadaKasus Plasenta Previa...............................

BAB III PENUTUP.........................................................................................................

3.1 Kesimpulan.......................................................................................................

3.2 Saran...................................................................................................................

DAFTAR PUSTAKA..........................................................................................................

BAB I

PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Angka kematian ibu (AKI) merupakan salah satu indikatorpenilaian status kesehatan.
Organisasi kesehatan dunia (WHO) memperkirakan diseluruh dunia lebih dari 585.000 ibu
meninggal setiap tahun saat hamil atau bersalin, artinya setiap menit ada satu perempuan
yang meninggal. Di indonesia menurut survey demografi kesehatan indonesia (SDKI) tahun
2009, angka kematian ibu (AKI) 390 per 100.000 kelahiran hidup. Angka kematian ibu di
sumatera barat 228 per 100.000 kelahiran hidup.

Menurut kementrian kesehatan RI tahun 2010, tiga faktor utama kesehatan ibu
melahirkan adalah perdarahan 28%, eklampsia 24%, infeksi 11%. Padasebuah laporan oleh
chikaki, dkk disebutkan perdarahan obstetrik yang sampai menyebabkan kematian maternal
terdiri atas solusio plasenta 19%, koagulopati 14%, robekan jalan lahir termasuk ruptur uteri
16%, plasenta previa 7% dan plasenta akreta atau inkreta dan perkreta 6% dan atonia uteri.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2009)

Kasus perdarahan sebagai penyebab utama kematian ibu dapat terjadi pada masa
kehamilan, persalinan dan masa nifas. Salah satu penyebab perdarahan tersebut adalah
plasenta previa yaitu plasenta yang berimplementasi pada segmen bawah rahim (SBR)
sedemikian rupa sehingga menutupi seluruh atau sebagian dari ostium uteri internum (OUI).
Pada beberaparumah sakit umum pemerintah angka kejadian plasenta previa berkisar 1,7%
sampai 2,9%, sedangkan di negara maju kejadiannya lebih rendah yaitu <1%.
(Prawirohardjo, Sarwono. 2008).

Penyebab terjadinya plasenta previa secara pasti sulit ditentukan namun ada
beberapa faktor yang meningkatkan terjadinya plasenta previa seperti jarak kehamilan,
paritas tinggi dan usia diatas 35 tahun (Prawirohardjo, Sarwono. 2008). Menurut hasul
penelitian wardana (2007), plasenta terjadi 1,3 lebih sering pada ibu yang sudah beberapa
kali melahirkan (multipara) dari pada ibu yang baru pertama kali melahirkan (primipara).
Semakin tua umur ibu maka kemungkinan untuk mendapatkan plasenta previa lebih besar.
Pada ibu yang melahirkan dalam usia40 tahun berisiko 2,6 kali untuk terjadinya plasenta
previa (Santoso. 2006). Plasenta previa juga sering terjadi pada kehamilan ganda dari pada
kehamilan tunggal.
1.2 Tinjauan Penulisan
1.2.1 Tujuan Umum

Mahasiswa mampu memberikan dan melaksanakan asuhan kebidanan pada


persalinan patologis dengan plasenta previa melalui pendekatan pola pikir manajemen
asuhan kebidanan secara komprehensif dan mendokumentasikannya dalam bentuk soap.

1.2.2 Tujuan Khusus

a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian data subjektif dan objektif pada persalinan
dengan plasenta previa.
b. Masiswa mampu menegakkan diagnosa, masalah, sertamenentukan kebutuhan pasien
berdasarkan data-data yang telah dikumpulkan
c. Mahasiswa mampu mengidentifikasi diagnosa dan masalah potensial yang mungkin akan
terjadi
d. Mahasiswa mampu mengidentifikasi kebutuhan tindakan segera
e. Mahasiswa mampu merencanakan asuhan sesuai dengan diagnosa, masalah dan
kebutuhan klien
f. Mahasiswa mampu melaksanakan asuhan yang telah direncanakan baik secara mandiri,
kolaborasi, rujukan
g. Mahasiswa mampu menevaluasi hasil asuhan yang telah dilakukan
h. Mahasiswa mampu mendokumentasikan asuhan yang dilakukan dalam bentuk soap

1.3 Manfaat Penulisan

1.3.1 Bagi Penulis

Dapat meningkatkan pengetahuan atau keterampilan dan dapat mengaplikasikan


ilmu dalam penerapan manajemen asuhan kebidanan dengan pendikumentasian soap untu
asuhan persalinan dengan plasenta previa.

1.3.2 Bagi Institusi Pendidikan


Sebagai bahan masukan bagi institusi, khususnya di STIkes Mercubaktijaya Padang
dalam meningkatkan wawasan mahasiswa mengenai asuhan kebidanan pada ibu bersalin
dengan plasenta previa.

BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

2.1 Pengertian Plasenta Previa

Plasenta previa adalah keadaan dimana plasenta berimplantasi pada tempat


abnormal yaitu pada segmen bawah rahim (SBR) sehingga menutupi sebagian atau seluruh
permukaan jalan lahir (Ostium uteri Internum) dan oleh karenanya bagianterendah sering
kali terkendala memasuki pintu atas panggu (PAP) atau menimbulkan kelainan janin dalam
lahir. Pada keadaan normal plasenta umumnya terletak di corpus uteri bagian depan atau
belakang agak ke arah fundus uteri. (Prawirohardjo, 2008)

Sejalan dengan bertambah besarnya segmen bawah rahim (SBR) ke arah


proksimalme mungkinkan plasenta yang berimplantasi pada segmen bawah rahim (SBR) ikut
berpindah mengikuti perluasan segmen bawah rahim (SBR) seolah plasenta tersebut
berimigrasi. Ostium Uteri yang secara dinamik mendatar dan meluas dalam persalinan kala
Ibisa mengubah luas permukaan serviks yang tertutup oleh plasenta. (Prawirohardjo, 2009)

2.2 Klasifikasi Plasenta Previa

Belum ada kata sepakat diantara para ahli, terutama mengenai beberapa
pembukaan jalan lahir. Oleh karena pembagian tidak didasarkan pada keadaan
anatomi,melainkan pada keadaan fisiologi yang dapat berubah-ubah, maka klasifikasi akan
berubah setiap waktu. Misalnya pada pembukaan yang masih kecil, seluruh permukaan
ditutupi oleh jaringan plasenta (plasenta previa totalis), namun pada pembukaan yang lebih
besar, keadaan ini akan menjadi plasenta previa lateralis.
Menurut Patrick (2009), plasenta previa dibagi menjadi beberapa jenis :

a. Plasenta previa totalis


Plasenta previa totalis yaitu ostium uteri internum tertutup seluruhnya oleh plasenta.
b. Plasenta previa parsialis
Plasenta previa parsialis yaitu ostium uteru internum tertutup sebagian oleh plasenta.
c. Plasenta previa marginalis
Plasenta previa marginalis yaitu pinggir bawah plasenta sampai pada pinggir ostium uteri
internum

d. Plasenta previa letak rendah


Plasenta previa letak rendah yaitu terjadi jika plasenta tertanam di segmen bawah uterus.

Menurut De Snoo, plasenta previa dibagi berdasarkan pada pembukaan 4-5 cm :

a. Plasenta previa sentralis (totalis) bila pada pembukaan 4-5 cm terapa plasenta menutupi
seluruh ostium uteri internum
b. Plasenta previa lateralis bila pada pembukaan 4-5 cm sebagian pembukaan ditutupi oleh
plasenta. Plasenta previa lateralis dibagi menjadi 2, yaitu :
1) Plasenta lateralis posterior bila sebagian menutupi ostium bagian belakang
2) Plasenta previa lateralis anterior bila menutupi ostium bagian depan
3) Plasenta previa marginalis bila sebagian kecil atau hanya pinggir ostium yang ditutupi
plasenta

Menurut Brown, klasifikasi plasenta previa dibagi menjadi :

a. Tingkat I : Lateral Plasenta Previa pinggir bawah plasenta berinserasi sampai ke segmen
bawah rahim, namun tidak sampai ke pinggir pembukaan.
b. Tingkat II : Marginal Plasenta Previa plasenta mencapai pinggir pembukaan (ostium)
c. Tingkat III : complete plasenta previa plasenta menutupi ostium waktu tertutup, dan tidak
menutupi bila pembukaan hampir lengkap.
d. Tingkat IV : central plasenta previa plasenta menutupi seluruhnya pada pembukaan
hampir lengkap.
Dari semua klasifikasi plasenta previa, frekuensi plasenta previa totalis sebesar 20-
45%, plasenta previa parsialis 30%, plasenta previa marginalis 25-50%.

2.3 Etiologi Plasenta Previa

Etiologi plasenta previa belum diketahui secara pasti. Frekuensi plasenta previa
meningkat pada grande multipara, primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas aborsi,
kelainan janin, dan leioma uteri. Penyebab secara pasti belum diketahui dengan jelas.
Menurut beberapa ahli penyebab plasenta previa yaitu :

a. Plasenta previa merupakan implementasi di segmen bawah rahim dapat disebabkan oleh
endometrium di fundus uteri belum siap menerima implanmtasi, endometrium yang tipis
sehingga diberpulakan perluasan plasenta untuk mampu memberikan nutrisi pada janin dan
vili korealis pada chorion leave yang persisten.
b. Etiologi plasenta previa belum diketahui pasti namun meningkat pada grande multi para,
primigravida tua, bekas secsio sesarea, bekas operasi dan leiomioma uteri. (norma, dkk.
2013)

Menurut Sofian (2012), penyebab plasenta previa yaitu :

a. Endometrium yang inferior


b. Chorion leave yang persesiten
c. Korpus luteum yang bereaksi lambat
Strassman mengatakan bahwa faktor terpenting adalah vaskularisasi yang kurang
pada desidua yang menyebabkan atrofi dan peradangan, sedangkan Brown menekankan
bahwa faktor terpenting ialah vili korealis persisten pada desidua kapsularis.

2.4 Faktor Resiko Plasenta Previa

Menurut Mochtar yang dikutup pada buku Norma (2013), ada beberapa faktor
resiko yang berhubungan dengan plasenta previa, diantaranya :

1. Usia >35 tahun atau <20 tahun


2. Paritas
3. Riwayat pembedahan rahim
4. Jarak persalinan yang dekat < 2 tahun
5. Hipoplasia endometrium
6. Korpus luteum bereaksi lambat
Menurut Sheiner yang dikutip pada buku Norma (2013), faktor resiko lainnya yang
berhubungan dengan plasenta previa yaitu:

a. Terdapat jaringan parut


b. Riwayat plasenta previa sebelumnya
c. Tumor-tumor rahim seperti mioma uteri
d. Kehamilan ganda
e. Merokok
2.5 Patofisiologi Plasenta Previa

Perdarahan antepartum disebabkan oleh plasenta previa umumnya terjadi pada


trimester ketiga karena pada saat itu segmen bawah rahim lebih mengalami perubahan
karena berkaitan dengan semakin tuanya kehamilan.

Menurut manuaba 2008, implementasi plasenta disegmen bawah rahim disebabkan:

a. Endomentriumdi fundus uteri belum siap menerima implantasi


b. Endometrium yang tipis sehingga diperlukan perluasan plasenta untuk mampu
memberikan nutrisi ke janin.
c. Vili korealis pada korion leave (korion yang gundul yang persisten.

Menurut Davood 2008 sebuah penyebab utama pada perdarahan trimester tiga
yaitu plasenta previa yang memiliki tanda khas dengan perdarahan tanpa rasa sakit.
perdarahan diperkirakan terjadi dalam hubungan dengan perkembangan segmen bawah
rahim (SBR) pada trimester tiga. Dengan bertambah tuanya kehamilan, segmen bawah
rahim (SBR) lebih melebar lagi dan serviks mulai membuka. Apabila plasenta tumbuh pada
segmen bawah rahim (SBR), pelebaran segmen bawah rahim (SBR) dan pembukaan serviks
tidak dapat diikuti oleh plasenta yang melekat disitu tanpa diikuti tanpa terlepasnya
sebagian plasenta dari dinding uterus. Pada saat itu mulailah terjadi perdarahan. Darahnya
bewarna merah segar,berlainan dengan darah yang disebabkanoleh solusio plasenta yang
bewarna kehitam-hitaman. Sumber perdarahannya ialah sinus uteri yang robek karena
terlepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari plasenta.
Perdarahannya tidak dapat dihindarkan karena ketidakmampuan serabut otot segmen
bawah rahim (SBR) untuk berkontraksi menghentikan perdarahan itu, sebagaimana serabut
otot uterus menghentikan perdarahan pada kala tiga dengan plasenta yang letanya normal.
Makin rendah letak plasenta, makin dini perdarahan terjadi.

2.6 Diagnosa Plasenta Previa

Untuk menegakkan diagnosa pasti kejadian plasenta previa. Hal-hal yang harus
dilakukan menurut ai yeyeh, dkk. 2010 :

1. Anamnesa
Perdarahan jalan lahir pada kehamilan >22 minggu berlangsung tanpa nyeri, tanpa
alasan terutama pada mutigravida. Perdarahan cenderung berulang apada volume yang
lebih banyak dari sebelumnya, perdarahan menimbulkan penyulit pada ibu maupun janin
dalam rahim.

2. Inspeksi
Dapat dilihat pada perdarahan yang keluar pervaginam, banyak, sedikit atau darah
beku (stolsel). Bila terjadi perdarahan banyak maka ibu terlihat pucar atau anemis.
3. Pemeriksaan Fisik
Tekanan darah, nadi dan pernapasan dalam batas normal. Bila tekanan darah, nadi
dan pernapasan meningkat maka daerah akral menjadi dingin atau tampak anemis.

4. Pemeriksaan khusus Kebidanan


a. Palpasi abdomen
Janin belum cukup bulan, tinggi fundus uteri sesuai dengan usia kehamilan, bagian terendah
janin masih tinggi karena plasenta berada pada segmen bawah rahim. Bila cukup
pengalaman bisa dirasakan suatu bantalan pada segmen bawah rahim (SBR) terutama pada
ibu yang kurus.

b. Denyut Jantung janin


Denyut jantung janin bervariasi dari normal menjadi asfiksia dan kemudian kematian dalam
rahim.

c. Pemeriksaan Inspekulo
Dengan memakai spekulum secara hati-hati dan dilihat asal perdarahan apak dari segmen
bawah rahim atau kelainan serviks, vagina da varises pecah.

d. Pemeriksaan Penunjang
1) Sitografi
Mula-mula kandung kemih dikosongkan lalu masukkan 40 cc larutan NaCl 12,5%, kepala
janin ditekan ke arah pintu atas panggul (PAP), bila jarak kepala janin dan kandung kemih 1
cm, kemungkinan terdapat plasenta previa.

2.7 Komplikasi Plasenta Previa

Ada beberapa komplikasi yang bila terjadi pada ibu hamil dengan plasenta previa
menurut manuaba 2008, yaitu :

1. Komplikasi pada ibu


a. Dapat terjadi anemi bahkan syok
b. Dapat terjadi robekan pada serviks dan segmen bawah rahim yang rapuh
c. Infeksi pada perdarahan yang banyak

2. Komplikasi pada janin


a. Kelainan letak janin
b. Prematuritas, morbiditas dan mortalitas yang tinggi
c. Asfiksia intauterine sampai dengan kematian

2.8 Penanganan Plasenta Previa

Menurut Prof. DR. Dr. Sarwono Prawirohardjo. SpOG.2009. jakarta :

1. Perdarahan dalam trimester dua atau trimester tiga harus dirawat di rumah sakit. Pasien
diminta baring dan dikalukan pemeriksaan darah lengkap termasuk golongan darah dan
faktor Rh.pada kehamilan 24 minggu sampai 34 minggu diberikan steroid dalam perawatan
antenatal untuk perawatan paru janin.
2. Jika perdarahan terjadi pada trimester dua perlu diwanti-wanti karena perdarahan
ulangan biasanya lebih banyak. Jika ada gejala hipovelemik seperti hipotensi, pasien
tersebut mungkin mengalami perdarahan yang cukup berat, lenih berat dari pada
penampakannya secara klinis. Transfusi darah yang banyak perlu segera diberikan.
3. Pada kondisi yang terlihat stabil di dalam rawatan di luar rumah sakit, hubungan suami
istri dan tumah tangga dihindari kecuali setelah pemeriksaan ultrasonografi ulangan
dianjurkan minimal setelah 4 minggu, memperlihatkan ada migrasi plasenta menjauhi ostiun
uteri internum (OUI)
4. Perdarahan dalam trimester tiga perlu pengawasan lebih ketat dengan istirahat baring
yang lebih lama dalam rumah sakit dan dalam keadaan yang cukup serius untuk
merawatnya sampai melahirkan.
5. Pada pasien dengan riwayat secsio sesaria perlu diteliti dengan ultrasonografi, color
doppler atau MRI untuk melihatkemungkinan adanya plasenta akreta, inkreta atau perkreta.
6. Secsio sesaria juga dilakukan apabilaada perdarahan banyak yang menghawatirkan
Semua pasien dengan perdarahan pervaginam pada trimester tiga dirawat di rumah
sakit tanpa periksa dalam. Bila pasien dalam keadaan syok karena perdarahan yang banyak,
harus segera perbaiki keadaan umumnya dengan pemberian infus atau transfusi darah.

Selanjutnya penanganan plasenta previa bergantung pada keadaan umum pasien,


kadar Hb, jumlah perdarahan, umur kehamilan, taksiran janin, jenis plasenta previa dan
paritas.

Konsep Dasar Manajemen Kebidanan

Langkah I : Pengumpulan Data Dasar (pengkajian)

Pengkajian adalah pendekatan seismatis untuk mengumpulkan data dan


mengelompokkan data serta menganalisa data sehingga dapat diketahui masalah dan
keadaan klien. Pada langkah pertama ini dikumpulkan semua informasi yang akurat dan
semua sumber yang berkaitan dengan klien.

Data-data yang dikumpulkan meliputi:

Data Subjektif

a. Biodata (istri dan suami)


Yang perlu dikaji yaitu : Nama, umur, agama, suku, pendidikan, pekerjaan dan alamat.
Maksud pertanyaan ini adalah untuk mengidentifikasi pasien.

Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, pada biodata istri perli diperhatikan usia ibu.
Prevalensi plasenta previa meningkat 3 kali pada umur ibu >35 tahun.

b. Keluhan Utama
Keluhan utama merupakan alasan utama klien datang ke rumah sakit dan apa saja yang
dirasakan klien.
Dasarnya : Keluhan pada plasenta previa yaitu perdarahan yang terjadi bisa sedikit atau
banyak. Perdarahan bewarna merah segar tanpa alasan dan tanpa rasa sakit.
c. Riwayat Menstruasi
Pada riwayat menstruasi yang perlu ditanyakan atau diketahui yaitu menarche (untuk
mengetahui usia pertama haid. Usia menarche dipengaruhi oleh keturunan, keadaan gizi,
bangsa, lingkungan, iklim dan keadaan umum), siklus (untuk mengetahui klien mempunyai
siklus normal atau tidak), lamanya (jika lama haid ≥15 hari berarti abnormal dan
kemungkinan adanya gangguan yang mempengaruhinya), banyaknya(untuk mengetahui
apakah ada gejala kelainan banyaknya darah haid), nyeri haid (untuk mengetahui apakah
klien menderita nyeri setiap haid)

d. Riwayat Obstetrik yang lalu


komplik
tangg usia jenis tempat bayi nifas
n asi penolo
al kehamil persalin persalin
o ib bay ng pb/bb keada loch lakta
lahir an an an
u i /jk an ea si
Dasarnya : Pada riwayat obstetri yang lalu perlu dikaji pada kasus plasenta previa yaitu
riwayat operasi rahim atau memiliki kelainan rahim, riwayat kehamilan kembar dan riwayat
plasenta previa sebelumnya.

e. Riwayat kehamilan sekarang


Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa terjadi perdarahan bewarna merah segar pada
TM III, perdarahan sedikit dan sesekali mungkin terjadi pada TM I dan TM II.perdarahan
biasanya tidak disertasi rasa sakit walaupun kram rahim pada beberapa wanita. Sebagian
wanita tidak mengalami perdarahan sama sekali.
f. Riwayat kesehatan
Dasarnya : Pada kasus plasenta previa, salah satu faktor penyebab terjadinya plasenta
previa yaitu riwayat pembedahan rahim

g. Riwayat kesehatan keluarga


Kemungkinan ada anggota keluarga yang menderita penyakit turunan, penyakit menular,
riwayat kehamilan kembar atau riwayat kehamilan postterm

Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, salah satu faktor yang dapat menyebabkan
terjadinya plasenta previa yaitu kehamilan kembar.

h. Riwayat seksualitas
Untuk mengetahui apakah ibu mengalami masalah selama berhubungan atau tidak

Dasarnya : Pada kasus plaenta previa, berhubungan seks dapat memicu perdarahan yang
dapat membahayakan jiwa ibu dan janinya. Jangankan berhubungan seks, tidak
berhubungan pun perdarahan bisa mungkin terjadi. Itulah mengapa jika ada gangguan
plasenta previa hubungan seks dilarang dilakukan sampai dokter mengizinkan setelah
sebelumnya melakukan pemeriksaan menyeluruh

i. Riwayat psikologi
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, secara psikologis klien mengalami
kekhawatiran serta kecemasan tentang kelangsungan bayi di dalam kandungannya saat
harus menjalani bedrest
Data Objektif

Dapat dikumpulkan melalui pemeriksaan umum dan pemeriksaan khusus :

a. Pemeriksaan umum
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, dapat dijumpai tekanan darah turun, nadi dan
pernapasan meningkat, dan daerah ujung menjadi dingin, serta tampak anemis.
b. Pemeriksaan khusus
Secara inspeksi

1) Secara inspeksi yaitu pemeriksaan pandang yang dimulai dari kepala sampai kaki. Yang
dinilai pada inspeksi yaitu kemungkinan bentuk tubuh yang normal, kebersihan kulit rambut,
muka, konjungtiva, sklera, hidung, telinga, mulut, leher, payudara, abdomen, genitalia dan
ekstremitas.
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, yang perlu dikaji pada pemeriksaan inspeksi
yaitu :

a. Mata :conjungtiva terlihat pucat dan anemis hal ini disebabkan oleh perdarahan yang
banyak
b. Genitalia : perdarahan pervagianam yang keluar banyak, sedikit, darah beku dan
sebagainya
2) Secara palpasi
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, hasil pemeriksaan palpasi abdomen yang
didapat yaitu :

a. Janin sering belum cukup bulan, jadi fundus uteri masih rendah
b. Sering dijumpai kesalahan letak janin
c. Bila cukup pengalaman (ahli), dapat dirasakan suatu bantalanpada segmen bawah rahim,
terutama pada ibu yang kurus
d. Bagian terbawah janin belum turun, apabila letak kepala, biasanya kepala masih goyang
atau terapung (floating) atau di atas pintu atas panggul
3) Secara auskultasi
Secara auskultasi, kemungkinan dapat terdengar bunyi jantung janin, frekuensinya teratur
atau tidak.

Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, denyut jantung janin dapat bervariasi dari
normal sampai asfiksia dan kematian dalam rahim

4) Pemeriksaan inspekulo
Dasarnya : Pada klien dengan plasenta previa, pemeriksaan inspekulo dilakukan untuk
memastikan apakah perdarahan berasal dari segmen bawah rahim atau kelainan serviks,
vagina dan varises pecah

5) Pemeriksaan dalam
Dasarnya : Pada kasus plasenta previa, pemeriksaan dalam adalah senjata yang paling
ampuh di bidang obstetrik untuk mendiagnosa plasenta previa. Walaupun ampuh, namun
harus berhati-hati karena bahaya yang besar

Pemeriksaan dalam dilakukan hanya di atas meja operasi dan siap untuk mengambil
tindakan. Hasil pemeriksaan dalam teraba plasenta di sekitar ostium uteri internum

c. Pemeriksaan radio-isotop
1) Plasentografi jaringan lunak yaitu membuat foto dengan sinar rontgen lemah untuk
mencoba melokalisir plasenta. Hasil foto dibaca oleh ahli radiologi yang berpengalaman.
2) Sitografi yaitu mula-mula kandung kemih dikosongkan, lalu masukkan 40 cc larutan NaCl
12,5%, kepala janin ditekan ke arah pintu atas panggul, lalu dibuat foto. Bila jarak kepala
dan kandung kemih berselisih 1 cm, makaterdapat kemungkinan plasenta previa.
3) Plasentografi Indirek yaitu membuat foto seri lateral dan anteroposterior yaitu ibu dalam
posisi berdiri atau duduk setengah berdiri. Lalu foto dibaca oleh ahli radiologi
berpengalaman dengan cara menghitung jarak antara kepala-simpisis dan kepala-
promontorium.
4) Arteriografi yaitu dengan memasukkan zat kontras ke dalam arteri femoralis. Karena
plasenta sangat kaya akan pembuluh darah, maka ia akan banyak menyerap zat kontras, ini
akan jelas terlihat pada foto dan juga lokasinya.
5) Amniografi dengan memasukkan zat kontras ke dalam rongga amnion, lalu bibuat foto
dan dilihat dimana terdapat daerah kososng (diluar janin) dalam rongga rahim
6) Radioisotop yaitu dengan menyuntikkan zat radio aktif, biasanya RISA (radioiodinated
serum albumin) secara intravena, lalu diikuti dengan detektor GMC

d. Pemeriksaan penunjang
1) Ultrasonografi (USG) :
Dasarnya : Pemeriksaan dilakukan untuk penentuan lokasi plasenta dan tidak menimbulkan
bahaya radiasi pada janin
2) Kardiokotografi (KTG) : dilakukan pada kehamilan >28 minggu
3) Labolatorium : darah perifer lengkap. Bila akan dilakukan operasi, perlu diperiksa
faktor pembekuan darah, waktu perdarahan dan gula darah.

Langkah II : Intepretasi data

A. Diagnosa kehamilan
Ibu G...P...A...H... usia kehamilan....minggu, janin hidup/mati, tunggal/ganda,
intrauterin/ekstrauterin, presentasi kepala/sungsang/lintang, KU ibu dan janin dengan
plasenta previa totalis.

Dasar :

a) Ibu mengatakan ini kehamilan yang ke....


b) Usia kehamilan ditentukan dari pernyataan ibu kapan HPHT nya....
c) Janin hidup/mati didapatkan dengan mendengarkan DJJ ....
d) Pada pemeriksaan palpasi teraba 1 bagian besar janin dan DJJ terdengar pada satu sisi
saja....
e) Intrauterin apabila pemeriksaan palpasi ibu tidak merasa nyeri, eksrauterin apabila saat
palpasi ibu merasakan nyeri.
f) Didapatkan saat melakukan palpasi leopold apakah presentasi janin ibu...
g) KU ibu didapatkan dengan memeriksa Tanda- tanda vital...
TD : .... mmHg P :... x/menit
N : ... x/menit S :... x/menit
DJJ : ... x/menit
B. Masalah
Kemungkinan masalah yang timbul pada klien dengan plasenta previa adalah kecemasan
karena ibu merasa cemas dengan kondisi yang ibu alami dan cemas dengan keadaan
janinnya.
C. Kebutuhan
Kebutuhan yang diperlukan pada klien dengan plasenta previa yaitu dukungan psikologis,
hidrasi, pengosongan kandung kemih, defiksasi dan rasa nyaman

Langkah III : Diagnosa atau dan masalah potensial kemungkinan diagnosa potensial

A. Pada ibu
1) Anemi
Dasarnya : karena pada kasus plasenta previa ibu biasanya mengalami perdarahan sehingga
menimbulkan anemia.
2) Perdarahan hingga syok hipovolemik
Dasarnya : karena perdarahan yang terjadi terus-menerus dan jumlah yg cukup banyak
dapat menyebabkan syok pada klien ini.
3) Inersia primer
4) Prolaps tali pusat
Dasarnya : Karena plasenta berimplantasi disegmen bawah rahim/tidak pada tempat
seharusnya sehingga kadang dapat memicu terjadinya prolaps tali pusat.
5) Plasenta melekat
Dasarnya : karena implantasi plasenta tidak pada tempatnya sehingga harus dikeluarkan
manual dan kalau perlu dibersihkan dengan korekan
6) Robekan jalan lahir karena tindakan
Dasarnya : Dapat terjadi karena melakukan tindakan untuk menangani ibu dengan plasenta
previa menggunakan tindakan medis yang dapat membuat robekan jalan lahir.

B. Pada janin
1) Kelainan letak janin
Dasarnya : Karena tempat tertanamnya plasenta yang tidak sesuai sehingga letak janin pun
menjadi terganggu.
2) Bayi prematur atau lahir mati
Dasarnya : Apabila terjadi perdarahan yang sangat hebat dan janin harus segera dilahirkan
dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan.

Langkah IV: Tindakan Segera

a. Jika klien terdeteksi dengan plasenta previa, segera lakukan kolaborasi dengan dokter
spesial obgyn untuk dilakukan tindakan.
Dasarnya : Segera melakukan rujukan/kolaborasi dengan dokter untuk penanganan kasus ini
agar dapat dilakukan secsio sesarea ataupun dilakukan terminasi.
b. Pemberian cairan Intravena
Dasarnya : Dilakukan apabila ibu tampak lelah dan kekurangan cairan.
c. Mengatasi syok dan perdarahan pada ibu.
Dasarnya : Segera mengatasi syok dan perdarahan pada ibu agar tidak terjadi perdarahan
yang semakin banyak.

Langkah V : Intervensi

a. Beritahu ibu hasil pemeriksaan


Dasarnya : Agar ibu tau dengan kondisinya dan tau apa yang akan ia lakukan selanjutnya.
b. Beri dukungan psikologis pada ibu
Dasarnya : Agar ibu tidak drop dan menjadi stress dengan kondisinya dan tidak berpengaruh
kepada janinnya.
c. Anjurkan ibu istirahat bedrest (tirah baring)
Dasarnya : Untuk memperbaiki keadaan ibu agar perdarahanpun tidak bertambah banyak.
d. Penuhi kebutuhan hidrasi dan nutrisi ibu
Dasarnya : Agar cairan ibu terpenuhi dan untuk memperbaiki kondisi ibu.
e. Penuhi kebutuhan personal hygien ibu
f. Atur cairan infus dan drip adona 1ampul
g. Lakukan observasi TTV, perdarahan dan DJJ
Dasarnya : Untuk memantau keadaan umum ibu, apakah perdarahan yang terjadi
bertambah banyak atau tidak, dan untuk memantau keadaan janin ibu.
h. Berikan terapi sesuai anjuran dokter spesialis obgyn
i. Anjurkan keluarga untuk menyiapkan donor darah
Dasarnya : Karena mengalami perdarahan yang banyak maka ibu dengan plasenta previa
membutuhkan pendonor darah untuk mengganti darah yang telah banyak dikeluarkan.

Langkah VI : Implementasi

a. Memberitahu ibu hasil pemeriksaan


b. Memberi dukungan psikologis pada ibu
c. Menganjurkan ibu istirahat bedrest (tirah baring)
d. Memenuhi kebutuhan cairan dan nutrisi ibu
e. Memenuhi kebutuhan personal hygien ibu
f. Mengatur cairan infus dan drip adona 1 ampul
g. Melakukan observasi TTV, perdarahan dan DJJ
h. Memberikan terapi sesuai anjuran dokter spesialis obgyn
i. Menganjurkan keluarga untuk menyiapkan donor darah

Langkah VII : Evaluasi

Evaluasi adalah hal terakhir yang dilakukan dari proses asuhan kebidanan dengan plasenta
previa. Kemungkinan hasil evaluasi yang ditemukan :

a. Ibu telah diberitahu mengenai hasil pemeriksaan.


b. Ibu mulai menerima keadaannya dan mulai termotivasi setelah diberikan dukungan
psikologis.
c. Ibu mau dianjurkan untuk beristirahat bedrest.
d. Cairan dan nutrisi ibu terpenuhi dengan memberikan ibu minum dan makan.
e. Cairan infus telah terpasang pada ibu untuk memenuhi cairan tubuh ibu.
f. Keluarga telah menyiapkan donor darah apabila ibu terjadi hal yang membutuhkan donor
darah segera.
BAB III

PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Plasenta previa, perdarahan yang terjadi pada implantasi plasenta, yang menutupi
sebagian atau seluruh ostium uteri internum. Dasar diagnosis gangguan ini meliputi adanya
perdarahan tanpa rasa sakit ; keadaan umum setelah perdarahan tergantung pada keadaan
umum sebelumnya, jumlah, kecepatan, dan lamanya perdarahan serta menimbulkan gejala
klinis pada ibu dan janin; perut ibu lemas sehingga mudah meraba bagian terendah;
terdapat kelainan letak atau bagian terendah belum masuk PAP.

Gejalaklinis ibubergantung pada keadaan umum dan jumlah darah yang hilang, yang
bersifat sedikit demi sedikit atau dalam jumlah besar dalam waktu singkat; terjadi gejala
kardiovaskuler dalam bentuk frekuensi nadi meningkat dan tekanan darah menurun,
anemia disertai ujung jari dingin, perdarahan banyak dapat menimbulkan syok sampai
kematian.

3.2 Saran

Ciri khas plasenta previa adalah perdarahan yang tidak disertai rasa sakit. Oleh
karena itu tidak boleh dilakukan pemeriksaan dalam untuk menegakkan diagnosis, kecuali
dilakukan di kamar operasi menjelang tindakan. Karena akan merusak keseimbangan
bekuan darah dan akan menimbulkan perdarahan baru. Dalam skema menghadapi plasenta
previa dapat dilakukan tindakan oleh bidan yang menghadapinya dengan cara berikut :

a. Pasang infus dengan cairan pengganti ( NaCl, Ringer Laktat, Glukosa).


b. Jangan melakukan pemeriksaan dalam karena akan berakibat perdarahan tambah banyak.
c. Segera lakukan tindakan rujukan ke rumah sakit dengan fasilitas yang cukup untuk
tindakan operasi dan sebagainya.
DAFTAR PUSTAKA

Sofiian, A, 2011. Sipnosis Obstetri, Edisi 3, Jilid 1. Jakarta : EGC

Rukiyah, Ai Yeyeh, dkk. 2010. Asuhan Kebidanan 4 Patologi. Jakarta : Trans Info Media

Manuaba, Ida Bagus Gde, dkk. 2007. Buku Pengantar Obtetri. Jakarta : EGC

Norma, Nita, dkk, 2013. Asuhan Kebidanan Patologi Teori dan Tinjauan Kasus. Yogyakarta :
Nuha Medika

Winkjosastro, Hanifa, dkk. 2011. Ilmu kebidanan. Jakarta : Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Prawirohardjo

Ayah Bunda, 2012, Plasenta Previa Dalam Kehamilan diakses pada tanggal 12 november
2013,
http://ayahbunda.co.id/Artikel/Gizi+dan+Kesehatan/placenta.previa.pada.kehamilan/001/0
01/642/1/4

Antar Sumbar, 2013, Kematian Ibu dan Bayi Sumbar Jauh dari Target MDGsdiakses pada
tanggal 15 November
2013,http://www.antarasumbar.com/berita/pariaman/d/6/291693/kematian-ibu-dan-bayi-
sumbar-jauh-dari-target-mdgs.html

Diposting oleh Unknown di 02.27

Kirimkan Ini lewat EmailBlogThis!Berbagi ke TwitterBerbagi ke FacebookBagikan ke Pinterest


Tidak ada komentar:

Posting Komentar
Beranda

Langganan: Posting Komentar (Atom)

Arsip Blog

 ▼ 2016 (1)
o ▼ Mei (1)
 Makalah Plasents Previa

Tema Jendela Gambar. Diberdayakan oleh Blogger.

HALAMAN PERSETUJUAN
FAKTOR
-
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENGAN
KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
NASKAH PUBLIKASI
Disusun Oleh:
Styan Wahyu Diana
1710104425
Telah Memenuhi Pesyaratan dan Disetujui untuk
Dipublikasi
kan
Program Studi
Kebidanan Program Sarjana Terapan
Fakultas Ilmu Kesehatan
di Universitas „Aisyiyah
Yogyakarta
Oleh:
Pembimbing
: Fathiyatur Rohmah, S.ST.,
M.Kes.
Tanggal
: 28
Agustus 2018
Tanda Tangan
:
FAKTOR
-
FAKTOR YANG BERHUBUNGAN DENG
AN
KEJADIAN PLASENTA PREVIA DI RSUD
PANEMBAHAN SENOPATI BANTUL
Styan Wahyu Diana, Fathiyatur Rohmah
Universitas „Aisyiyah Yogyakarta
E
-
mail:
styanwdiana@gmail.com
Abstrak:
Angka Kematian Ibu menjadi indikator
dalam menentukan derajat kesehatan
perempuan. Angka Kematian Ibu di Daerah Istimewa Yogyakarta meningkat pada
tahun
2016
dari 29 orang menjadi 39 orang dimana kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Bantul.
Salah
satu penyebab utama kematian pada ibu adalah p
erdar
a
han yang diantaranya disebabkan oleh
plasenta previa. Beberapa faktor yang meningkatkan risiko terjadinya plasenta
previa yaitu
usia ibu, paritas, dan riwayat sectio caesaria
.
Untuk mengetahui
faktor
-
faktor yang
berhubungan dengan kejadian plasenta p
revia di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Penelitian kuantitatif dengan metode
observasi analitik. Rancangan yang digunakan adalah
case control
menggunakan pendekatan retrospektif. Teknik pengambilan sampel secara
Purposive Sampling
. Responden pada penelit
ian ini berjumlah 78 responden. Analisa data
menggunakan uji statistik
Chi Square
.
Berdasarkan hasil uji
chi square
didapatkan hasil
usia
(
p
= 0,040), paritas (
p
= 0,002),dan riwayat
Sectio Caesarea
(
p
= 0,001)
.
Terdapat hubungan
yang signifikan antara usia
,
paritas, dan riwayat
Sectio Caesarea
dengan kejadian plasenta
previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul
.
Kata Kunci
:
Ibu
Hamil
,
Plasenta Previa
Abstract:
Maternal Mortality is an indicator in determining women's h
ealth status. Maternal
Mortality Rate in Yogyakarta Special Region increased in 2016 from 29 people to 39
people
where the most cases occurred in Bantul Regency. One of the main causes of death
in mothers
is bleeding which is caused by
Placenta Previa
. Sev
eral factors that increase the risk of
Placenta Previa
are maternal age, parity, and
Sectio Caesaria
history.
T
he objective of the
research was to determine the factors associated with the
Placenta Previa
case in Panembahan
Senopati Hospital Bantul. The me
thod of the research was Quantitative research with
analytical observation methods. The design was case control by retrospective
approach.
Purposive Sampling technique was used to determine the sample of the research. It
was
obtained 78 respondents as the
samples of the research. The data were analyzed by
Chi
Square
statistical test. Based on the chi square test results it was obtained the p value of
age (p
= 0.040), parity (p = 0.002), and history of caesarean section (p = 0.001). There
wa
sa
significant r
elationship between age, parity, and history of caesarean section with the Placenta
Previa case in Panembahan Senopati Hospital Bantul
.
Keywords
:
Mother P
regnant
,
Placenta Previa
PENDAHULUAN
Salah sat
u indikator untuk melihat derajat kesehatan perempuan adalah melalui Angka
Kematian Ibu (AKI). Angka kematian Ibu menggambarkan jumlah perempuan yang
meninggal dari suatu penyebab kematian terkait dengan kehamilan, persalinan, dan
dalam
masa nifas tanpa me
mperhitungkan lama kehamilan (WHO, 2015)
Angka Kematian Ibu di seluruh dunia pada tahun 2015 mencapai 303.000 jiwa
dimana
terdapat 830 kematian akibat kehamilan dan persalinan setiap harinya. Sekitar 99%
angka
kematian ibu terjadi di negara berkemb
ang sedangkan angka kematian ibu di negara maju
sebesar 1% (WHO, 2015). Penyebab langsung kematian ibu di Indonesia adalah
perdarahan
40
-
60%, preeklamsi dan eklamsi 20
-
30% dan infeksi 20
-
30% (SDKI, 2012).
Penyebab kematian didominasi oleh kasus komp
likasi obstetrik, seperti kasus berat
pendarahan postpartum (atonia uteri, sisa plasenta dan robekan jalan lahir),
perdarahan
antepartum (karena plasenta previa atau karena solusio plasenta) (Manuaba,2007).
Kematian ibu yang disebabkan oleh perdarah
an khususnya akibat plasenta previa
menurut WHO dilaporkan berkisar 15
-
20% kematian ibu dan insidennya adalah 0,8
-
1 ,2%
untuk setiap kelahiran. Di Negara
-
negara berkembang berkisar antara 1
-
2,4% dan di negara
maju lebih rendah yaitu kurang dari 1 %. Angk
a kejadian pada beberapa rumah sakit umum
pemerintah di Indonesia dilaporkan bahwa insidennya berkisar antara 1,7% sampai
dengan
2,9% (Saifuddin, 2008).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
rahim
sehingga m
enutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum (Nugroho, 2012). Plasenta
previa merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum. Perdarahan
antepartum adalah
perdarahan pervaginam yang terjadi pada kehamilan diatas 28 minggu (Manuaba,
2014).
Plase
nta previa dapat menimbulkan berbagai komplikasi pada ibu maupun bayi. Pada ibu
dapat terjadi perdarahan hingga syok akibat perdarahan. Anemia karena perdarahan
plasenta,
dan endometritis pascapersalinan. Pada janin komplikasi yang terjadi adalah
prematuri
tas dan
komplikasi
seperti asfiksia berat (Sujiya
ti
ni
, dkk, 2009)
Penyebab plasenta previa secara pasti sulit ditentukan, tetapi ada beberapa faktor
yang
meningkatkan risiko terjadinya plasenta previa yaitu usia ibu, paritas, riwayat operasi
sectio
caesaria, mioma uteri, polip endometrium, dan ibu perokok (Sukarni, 2014).
Usia ibu kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun, mempunyai resiko yang tinggi
untuk hamil. Pada ibu usia kurang dari 20 tahun memiliki resiko lebih tinggi
mengalami
pe
rdarahan karena plasenta previa, hal ini disebabkan alat reproduksi yang belum
matang atau
sempurna. Sedangkan pada usia lebih dari 35 tahun fungsi ovarium sudah mulai
menurun hal
tersebut dapat berdampak pada sel
-
sel endometrium menjadi tipis apabila terj
adi implantasi
plasenta, maka plasenta akan selalu mengadakan perluasan sehingga
menyebabkan terjadinya
plasenta previa (Manuaba, 2010).
Plasenta previa lebih sering terjadi pada multipara karena jaringan parut uterus
akibat
kehamilan berulang menya
babkan tidak adekuatnya persediaan darah ke plasenta sehingga
plasenta menjadi tipis dan mencakup daerah uterus yang lebih luas. Paritas tinggi
berperan
pada proses peradangan dan kejadian atrofi di endometrium dan dapat
menyebabkan
terjadinya plasenta pre
via (Prawiroharjo, 2009).
Riwayat sectio caesaria berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi
pada
endometrium yang dapat beresiko terjadina plasenta previa. Riwayat sectio caesaria
berperan
menaikkan 2 sampai 3 kali terhadap kejadian plase
nta previa (Asih & Idawati, 2016).
Pada tahun 2016 angka kematian ibu di Daerah Istimewa Yogyakarta mengalami
kenaikan dari 29 menjadi 39 kasus. Kasus terbanyak terjadi di Kabupaten Bantul
dimana
angka kematian ibu pada tahun 2016 yaitu sebesar 97,5
/100.000 kelahiran hidup dengan
jumlah kasus sebanyak 12 kasus (Profil Kesehatan DIY, 2016).
Berdasarkan hasil Audit Maternal Perinatal (AMP) menyimpulkan bahwa penyebab
kematian ibu tahun 2016 disebabkan perdarahan yaitu sebesar 17% dimana 9%
diant
aranya
disebabkan karena plasenta previa (Profil Kesehatan Kabupaten Bantul, 2016).
SDGs (Sustainable Development Goals) merupakan program pembangunan
berkelanjutan
yang dimulai tahun 2016
-
20
30 dimana pada goal ke tiga menjamin kehidupan yang sehat dan
meningkatkan kesejahteraan seluruh penduduk semua usia. Targer pada goal tiga
diantaranya
yaitu mengurangi resiko anggka kematian ibu hingga kurang dari 70 per 100.000
kelahiran
hidup dan mengak
hiri kematian bayi baru lahir dan balita dengan menurunkan angka
kematian neonatal hingga 12 per 1.000 kelahiran hidup (Bappenas, 2017)
.
Berdasarkan hasil studi pendahuluan di RSUD Panembahan Senopati Bantul pada
tanggal
15 Desember 2017 didapatkan
adanya kenaikan kejadian plasenta previa pada tahun 2016
sebanyak 32 kejadian meningkat pada tahun 2017 menjadi 44 kejadian
. Sehingga
perlu
adanya upaya promosi kesehatan agar ibu
merencanakan kehamilannya
dengan
mempertimbangkan usia (20
-
35 tahun), jumlah
anak dan jarak kelahiran untuk mencegah
terjadinya plasenta previa. Keputusan persalinan dengan
Sectio Caesarea
harus dengan
indikasi
.
METODE PENELITIAN
Penelitian ini menggunakan desain penelitian observasi analitik, dengan desain case
control. C
ase control adalah penelitian yang dilakukan dengan cara membandingkan dua
kelompok yaitu kelompok kasus dan kelompok kontrol (Notoadmodjo,2012).
Untuk
menganalisis faktor
-
faktor yang berhubungan dengan kejadian plasenta previa.
Pendekatan yang dila
kukan dalam penelitian ini menggunakan pendekatan waktu secara
retrospektif
.
HASIL
DAN PEMBAHASAN
HASIL
Karateristik Responden
Tabel 4.
1
Distribusi Frekuensi Responden Menurut Karakteristik di RSUD
Panembaha
n Senopati Bantul
No.
Karakteristik
Kasus
(Plasenta Previa)
Kontrol
(Tidak Plasenta
Previa)
Jumlah
F
%
F
%
F
%
1
Pendidikan
-
SD
3
3,8
2
2,6
5
6,4
-
SMP
9
11,5
10
12,8
19
24,4
-
SMA
21
26,9
24
30,8
45
57,7
-
PT
6
7,7
3
3,8
9
11,7
-
Total
39
50
39
50
78
100
2
Pekerjaan
-
Bekerja
15
19,2
15
19,2
30
38,5
-
Tidak bekerja
24
30,8
24
30,8
48
61,5
-
Total
39
50
39
50
78
100
Sumber : Rekam Medik 2017
Berdasarkan tabel 4.1 dapat diketahui distribusi karakteristik responden meliputi:
pendidi
kan dan pekerjaan. Berdasarkan karakteristik pendidikan ibu sebagian besar adalah
pendidikan SMA pada kelompok kasus sebanyak 21 responden (26,9%) dan pada
kelompok
kontrol sebanyak 24 responden (30,8%). Berdasarkan karakterustik pekerjaan
sebagian besar
i
bu tidak bekerja pada kelompok kasus sebanyak 24 responden (30,8%) dan pada
kelompok
kontrol sebanyak 24 responden (30,8%).
Analisis Univariat
Tabel 4.
2
Distribusi Frekuensi Faktor
-
Faktor yang Berhubungan dengan
Kejadian Plase
nta Previa di RSUD
Panembahan Senopati
Bantul Tahun 2017
No.
Faktor
Kasus
(Plasenta
Previa)
Kontrol
(Tidak Plasenta
Previa)
F
%
F
%
1.
Usia
Tidak Beresiko
17
21,8
26
33,3
Beresiko
22
28,2
13
16,7
2.
Paritas
Primigravida
2
2,6
13
16,7
Multigravida
37
47,4
26
33,3
3.
Riwayat SC
Tidak ada
27
34,6
38
48,7
Ada
12
15,4
1
1,3
Sumber : Rekam Medik 2017
Berdasarkan tabel 4.2 menunjukkan bahwa distribusi faktor
-
faktor yang berhubungan
dengan kejadian plasenta previa terbanyak be
rdasarkan usia adalah usia beresiko (<20 dan
>35 tahun) pada kelompok kasus sebanyak 22 responden (28,2%) dan usia tidak
beresiko (20
-
35 tahun) pada kelompok kontrol sebanyak 26 responden (33,6%). Berdasarkan
paritas
terbanyak adalah pada paritas multigrav
ida yaitu pada kelompok kasus sebanyak 37
responden (47,4%) dan pada kelompok kontrol sebanyak 26 responden (33,3%). Ibu
yang
tidak memiliki riwayat
Sectio Caesarea
pada kelompok kontrol lebih besar daripada
kelompok kontrol yaitu sebanyak 38 responden (48
,7%) dan ibu yang memiliki riwayat
Sectio
Caesarea
pada kelompok kasus lebih besar daripada kelompok kontrol yaitu sebanyak 12
responden (15,4%).
Analisis Bivariat
Tabel 4.
3
Hubungan Usia dengan K
ejadian Plasenta Previa di RSUD
Panembahan Senopati Bantul
Usia
Kasus
(Plasenta
Previa)
Kontrol
(Tidak Plasenta
Previa
Jumlah
P
F
%
F
%
F
%
Tidak Beresiko
17
21,8
26
33,3
43
55,1
0,040
Beresiko
22
28,2
13
16,7
35
44,9
Total
39
50
39
50
78
100
Sumber: Rekam Medik, 2017
B
erdasarkan tabel 4.3 dapat diketahui hubungan usia ibu hamil dengan kejadian
plasenta
previa dengan menggunakan uji statistik
chi square
diperoleh hasil
p
value
sebesar
0,040 <
0,05
sehingga dapat disimpulkan
bahwa
ada hubungan antara
usia dengan kejadian
plasenta
previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
Tabel 4.
4
Hubungan Paritas dengan Kejadian Plasenta Previa di RSUD
Panembahan Senopati Bantul
Paritas
Kasus
(Plasenta
Previa)
Kontrol
(Tidak Plasenta
Previa)
Jumlah
P
F
%
F
%
F
%
Primigravida
2
2,6
13
16,7
15
19,2
0,002
Multigravida
37
47,4
26
33,3
63
80,8
Total
39
50
39
50
78
100
Sumber: Rekam Medik, 2017
Berdasarkan tabel 4.4 dapat diketahui hubungan paritas ibu hamil dengan kejadian
plasenta previa dengan m
enggunakan uji statistik
chi square
diperoleh hasil
p
value
sebesar
0,002 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara
paritas dengan kejadian
plasenta previa di R
SUD Panembahan Senopati Bantul.
Tabel 4.
5
Hubungan Riwayat
Sectio Caesarea
dengan Kejadian Plasenta
Previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Riwayat SC
Kasus
(Plasenta
Previa)
Kontrol
(Tidak Plasenta
Previa)
Jumlah
P
F
%
F
%
F
%
Tidak ada
27
34,6
38
48,7
65
83,3
0,001
Ada
12
15,4
1
1,3
13
1
6,7
Total
39
50
39
50
78
100
Sumber: Rekam Medik, 2017
Berdasarkan tabel 4.5 dapat diketahui hubungan riwayat
Sectio Caesarea
ibu hamil
dengan kejadian plasenta previa dengan menggunakan uji statistik
chi square
diperoleh hasil
p
value
sebesar
0
,001 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa
ada hubungan antara
riwayat
Sectio Caesarea
dengan kejadian plasenta previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul.
PEMBAHASAN
1.
Kejadian Plasenta Previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul
Hasil analisis univa
riat diketahui bahwa ibu hamil yang mengalami plasenta previa
adalah sebanyak 39 responden (50%) dan 39 responden tidak mengalami plasenta
previa
(50%).
Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
rahim sehingga m
enutupi sebagian atau seluruh ostium uteri internum (Nugr
oho, 2012).
Menurut Manuaba (2014) plasenta previa merupakan salah satu penyebab
perdarahan
antepartum. Perdarahan antepartum adalah perdarahan pervaginam yang terjadi pa
da
kehamilan diatas 28
minggu.
Berdasarkan pengertian tersebut maka dapat disimpulkan bahwa plasenta previa
merupakan salah satu penyebab perdarahan antepartum dimana letak plasenta
berada
pada bawah segmen rahim sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh ostium
uter
i
internum dan biasanya terjadi pada u
sia kehamilan diatas 28 minggu.
Menurut Anita (2017) dalam jurnal yang berjudul “Hubungan Paritas dan Riwayat
Sectio Caesarea
dengan Kejadian Plasenta Previa di RSUD Arifin Achmad Pekanbaru”
menyatakan bahwa pl
asenta previa memiliki beberapa faktor resiko yaitu meliputi usia,
paritas, riwayat
Sectio Caesarea
, dan riwayat abortus.
2.
Hubungan Usia dengan Kejadian Plasenta Previa di RSUD Panembahan Senopati
Bantul
Berdasarkan tabel 4.2 dapat diketahui bahwa da
ri 39 responden yang mengalami
plasenta previa terdapat sebanyak 22 responden (28,2%) pada usia beresiko dan
sebanyak
17 responden (21,8%) pada usia tidak beresiko.
Kemudian setelah dilakukan uji statistik chi square pada tabel 4.3 dapat diketahui
hubungan usia ibu hamil dengan kejadian plasenta previa diperoleh hasil p value
sebesar
0,040 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara usia dengan
kejadian plasenta previa di R
SUD Panembahan Senopati Bantul.
Hal ini sesuai dengan
teori Manuaba (2014) bahwa usia ibu yang terlalu muda yaitu
di bawah 20 tahun dan usia ibu di atas 35 tahun merupakan faktor risiko plasenta
previa,
hal ini dikarenakan pada usia di bawah 20 tahun endometrium masih belum
sempurna
untuk tempat berkembangny
a plasenta dan pada usia di atas 30 tahun endometrium sudah
mulai menurun dan kurang subur.
Selain itu penelitian sebelumnya juga mengungkapkan bahwa frekuensi plasenta
previa 10 kali lebih sering terjadi pada ibu hamil dengan usia di bawah 20 tahun
dan di
atas 35 tahun (Lestari & Misbah, 2014).
Berdasarkan hal tersebut maka sebaiknya ibu mengatur usia kehamilannya agar
mengurangi terjadinya plasenta previa dimana usia kehamilan yang tidak beresiko
pada
usia antara 20
-
35 tahun. Selain itu, ibu
juga harus rutin melakukan ANC agar jika terjadi
komplikasi kehamilan dapat segera diketahui dan segera ditangani.
3.
Hubungan Paritas dengan Kejadian Plasenta Previa di RSUD Panembahan
Senopati
Bantul
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 dapat
diketahui bahwa dari 39 responden
yang mengalami plasenta previa terdapat sebanyak 37 responden (47,4%) pada
paritas
multigravida atau beresiko dan sebanyak 2 responden (2,6%) pada paritas
primigravida
atau tidak beresiko.
Setelah dilakukan uji s
tatistik chi square pada tabel 4.4 dapat diketahui hubungan
paritas ibu hamil dengan kejadian plasenta previa diperoleh hasil p value sebesar
0,002 <
0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada hubungan antara paritas dengan
kejadian
plasenta previa di R
SUD
Panembahan Senopati Bantul.
Hal ini sejalan dengan penelitian Anita (2017) bahwa paritas berpengaruh terhadap
terjadinya plasenta previa yang disebabkan jaringan parut pada uterus akibat
kahamilan
berulang, dimana dapat menyebabkan cakupan nutrisi k
e plasenta tidak adekuat sehingga
plasenta menjadi lebih tipis dan memperluas permukaannya sehingga
menutupi
permukaan jalan lahir.
Pada penelitian dengan judul “Hubungan Paritas dengan Kejadian Plasenta Previa”
yang dilakukan oleh Fitria (2014) ibu
multigravida memiliki resiko 5,25 kali lebih besar
untuk mengalami plasenta previa di
bandingkan dengan primigravida.
Hal tersebut menunjukkan bahwa ibu multigravida lebih beresiko mengalami
plasenta previa, untuk itu ibu harus merencanakan jumlah k
ehamilannya dan mengatur
jarak kehamilannya agar mengurangi resiko terjadinya plasenta previa.
4.
Hubungan Riwayat
Sectio Caesarea
dengan Kejadian Plasenta Previa di RSUD
Panembahan Senopati Bantul
Berdasarkan hasil penelitian pada tabel 4.2 dapat dike
tahui bahwa dari 39 responden
yang mengalami plasenta previa terdapat sebanyak 27 responden (34,6%) yang
tidak
memiliki riwayat
Sectio Caesarea
atau tidak beresiko dan sebanyak 12 responden
(15,4%) yang memiliki riwayat
Sectio Caesarea
atau beresiko.
Setelah dilakukan uji statistik chi square hasil penelitian pada tabel 4.5 dapat
diketahui hubungan riwayat
Sectio Caesarea
dengan kejadian plasenta previa diperoleh
hasil p value sebesar 0,001 < 0,05 sehingga dapat disimpulkan bahwa ada
hubungan
antar
a riwayat
Sectio Caesarea
dengan kejadian plasenta previa di RSUD
Panembahan
Senopati Bantul.
Riwayat pembedahan rahim termasuk sectio caesaria merupakan faktor resiko
terjadinya plasenta previa. Ibu yang telah mengalami pembedahan mempunyai parut
d
alam uterus. Kejadian plasenta previa meningkat pada ibu yang memiliki riwayat
sectio
caesaria yang disebabkan karena endometrium yang cacat akibat bek
as luka sayatan
(Mochtar, 2012).
Hal ini sejalan dengan penelitian Asih & Idawati (2016) dimana ri
wayat sectio
caesaria berperan dalam proses peradangan dan kejadian atrofi pada endometrium
yang
dapat beresiko terjadina plasenta previa. Riwayat sectio caesaria berperan
menaikkan 2
sampai 3 kali ter
hadap kejadian plasenta previa.
Seiring perkemba
ngan zaman banyak ibu yang menginginkan persalinan dengan
Sectio Caesarea
disebabkan oleh anggapan mereka bahwa persalinan dengan
Sectio
Caesarea
mengurangi rasa sakit.
Sebaiknya ibu tidak melakukan persalinan
Sectio
Caesarea
jika tanpa adanya penyulit per
salinan.
SIMPULAN DAN SARAN
Simpulan
Karakteristik responden pada faktor
-
faktor yang berhubungan dengan kejadian plasenta
previa di RSUD Panembahan Senopati Bantul sebagian besar pada usia beresiko
(<20 dan
>35 tahun) pada kelompok kasus sebanyak 2
2 responden (28,2%) dan usia tidak beresiko (20
-
35 tahun) pada kelompok kontrol sebanyak 26 responden (33,6%), paritas
multigravida pada
kelompok kasus sebanyak 37 responden (47,4%) dan pada kelompok kontrol
sebanyak 26
responden (33,3%). Mayoritas ibu ha
mil tidak memiliki riwayat
Sectio Caesarea
yaitu pada
kelompok kasus sebanyak 27 responden (34,6%) dan pada kelompok kontrol
sebanyak 38
responden (48,7%).
Terdapat hubungan yang signifikan antara usia (p= 0,040), paritas (p=
0,002),dan riwayat
Sectio Caesarea
(p= 0,001) dengan kejadian plasenta previa di RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
Saran
Sebagai bidan sebaiknya meningkatkan upaya promosi kesehatan untuk menambah
pengetahuan pada ibu sehingga ibu akan lebih memperhatikan kehamilannya dan
dapat
m
endeteksi fakt
or terjadinya plasenta previa.
Hasil penelitian ini agar dapat dijadikan bahan
masukan dan referensi guna meningkatkan pelayanan khususnya pada ibu hamil
di RSUD
Panembahan Senopati Bantul.
Untuk merencanakan kehamilannya ibu sebaiknya
memp
ertimbangkan usia (20
-
35 tahun), jumlah anak dan jarak kelahiran untuk mencegah
terjadinya plasenta previa. Keputusan persalinan dengan
Sectio Caesarea
harus dengan
indikasi
.
DAFTAR PUSTAKA
Anita, Wan. 2017
. Hubungan Paritas dan Riwayat
Sectio Caesarea
de
ngan Kejadian Plassenta
Previa di RSUD Arifin Achmad Pekan Baru.
Journal Endurance
. 2 (1). 68
-
73, dalam
https://www.researchgate.net/publication/314247170_HUBUNGAN_PARITAS_DAN
_R
IWAYAT_SECTIO_CESAREA_DENGAN_KEJADIAN_PLACENTA_PREVIA_DI_R
SUD_ARIFIN_ACHMAD_PEKANBARU
diakses tanggal 20 Oktober 2017.
Asih, Yusari dan Idawati. 2016
.
Riwayat Kuretase dan Seksio Caesaria pada Pasien dengan
Plasenta Previa di Rumah Sakit Provinsi Lampung,
Jurnal K
eperawatan
. 12 (2). 179
-
184, dalam
https://ejurnal.poltekkes
-
tjk.ac.id/index.php/JKEP/article/view/596
diakses
tanggal 20 Oktober 2017
Bappenas. 2017.
Sustainable Development Goals (SDGs) Indonesia Pilar Pembanganan
Sosial
. Jakarta : Bappenas.
Depkes, RI. 2016
.
Profil Kesehatan Indonesia 2016
. Jakarta : Depkes RI
.
Dinkes Kabupaten Bantul. 2016
.
Profil Kesehatan Kabupaten Bantul
. Yogyakarta: Dinkes
Kabupaten Bantul.
Fitria, Lia. 2014
.
Hubungan Paritas dengan Kejadian Plasenta Previa
.
Jurnal Kebidanan
Oksitosin
.
1
(2).
67
-
73,
dalam
www.ejournal.akbidibrahimy.ac.id/index.php/oksitosin/article/view/93/55
diakse
s
tanggal 21 November 2017.
Lestari, I
ndriyayi M. dan Misbah, Nurul. 2014
. Hubungan antara Paritas dan Umur Ibu
dengan Kejadian Plasenta Previa,
Jurnal Obstetrika Scientia
. 2 (2). 127
-
143, dalam
https://ejurnal.latansamashiro.ac.id/index.php/OBS/article/view/127/122
diakses tang
gal
22 Desember 2017.
Manuaba, Ida Bagus Gde.
2007.
Pengantar Kuliah Obstetri
. Jakarta
: EGC
Manuaba, Ida Bagus Gde
. 2014
.
Ilmu Kebidanan dan, Penyakit Kandungan, dan KB
. Jakarta :
EGC.
Mochtar, R. 2012.
Sinopsis Obstetri, Obstetri Fisiologi, Obstetri Patol
ogi
. Jakarta: EGC.
Notoadmodjo, S. 2012
.
Metodologi Penelitian Kesehatan
. Jakarta: Rineka Cipta.
Nugroho, Taufan. 2012
.
Obstetri dan Gynekologi
. Yogyakarta : Nuha Medika.
Prawiroharjo, S. 2009
.
Ilmu kebidanan
. Jakarta: PT. Bina Pustaka Sarwono Prawiroharjo
.
Saifuddin, Abdul Bari. 2008
.
Ilmu Kandungan
. Jakarta: Yayasan Bina Pustaka Sarwono
Su
jiyat
i
ni, Mufdlilah dan Hidayat. 2009
.
Asuhan Patologi Kebidanan
. Yogyakarta: Nuha
Medika.
Sukarni, Icesmi. 2014
.
Kehamilan, Persalinan, Nifas dan Neonatus Resiko Tinggi
.
Yogyakarta: Nuha Medika.
WHO. 2015.
Maternal Mortality Global Health Observatory (GHO)
dalam
http://www.who.int/gho/
maternal_health/mortality/maternal/en/
,
diakses
tanggal
06
November 2017
ASKEP PLASENTA PREVIA
BAB I PENDAHULUAN A.

Latar Belakang Perdarahan pada kehamilan harus dianggap sebagai kelainan yang berbahaya
. Perdarahan pada kehamilan muda disebut sebagai abortus sedangkan perdarahan pada
kehamilan tua disebut perdarahan anterpartum. Batas teoritis antara kehamilan muda dengan
kehamilan tua adalah 22 minggu mengingat kemungkinan hidup janin diluar uterus .
Perdarahan anterpartum biasanya berbatas pada perdarahan jalan lahir setelah kehamilan 22
minggu tapi tidak jarang terjadi pula pada usia kandungan kurang dari 22 minggu dengan
patologis yang sama. Perdarahan saat kehamilan setelah 22 minggu biasanya lebih berbahaya
dan lebih banyak daripada kehamilan sebelum 22 minggu . Oleh karena itu perlu penanganan
yang cukup berbeda . Perdarahan antepartum yang berbahaya umumnya bersumber pada
kelainan plasenta, sedangkan perdarahan yang tidak bersumber pada kelainan plasenta
umpamanya kelainan serviks biasanya tidak seberapa berbahaya. Pada setiap perdarahan
anterpartum pertama-tama harus selalu dipikirkan bahwa hal itu bersumber pada kelainan
plasenta. Perdarahan anterpartum yang bersumber dari kelainan plasenta yang secara klinis
biasanya tidak terlampau sukar untuk menentukannya ialah plasenta previa dan solusio
plasenta serta perdarahan yang belum jelas sumbernya . Perdarahan anterpartum terjadi kira-
kira 3 % dari semua persalinan yang terbagi atas plasenta previa , solusio plasenta dan
perdarahan yang belum jelas penyebabnya
.
Pada umumnya penderita mengalami perdarahan pada triwulan tiga atau setelah usia
kehamilan , namun beberapa penderita mengalami perdarahan sedikit-sedikit kemungkinan

tidak akan tergesa-gesa datang untuk mendapatkan pertolongan karena disangka sebagai
tanda permulaan persalinan biasa. Baru setelah perdarahan yang berlangsung banyak ,
mereka datang untuk mendapatkan pertolongan. Setiap perdarahan pada kehamilan lebih dari
22 minggu yang lebih banyak pada permulaan persalinan biasanya harus lebih dianggap
sebagai perdarahan anterpartum apapun penyebabnya , penderita harus segera dibawah ke
rumah sakit yang memiliki fasilitas untuk transfusi darah dan operasi . Perdarahan
anterpartum diharapkan penanganan yang adekuat dan cepat dari segi medisnya maupun dari
aspek keperawatannya yang sangat membantu dalam penyelamatan ibu dan janinnya. B.

Tujuan 1.

Tujuan Umum Mampu menerapkan asuhan keperawatan klien dengan plasenta previa 2.

Tujuan Khusus a.

Dapat melakukan pengkajian secara langsung pada klien plasenta previa. b.

Dapat merumuskan masalah dan membuat diagnosa keperawatan pada klien plasenta previa.
c.

Dapat membuat perencanaan pada klien plasenta previa. d.


Mampu melaksanakan tindakan keperawatan dan mampu mengevaluasi tindakan yang telah
dilakukan pada klien plasenta previa. BAB II LANDASAN TEORI A.

Konsep Dasar Penyakit 1.

Definisi Plasenta previa adalah plasenta yang letaknya abnormal yaitu pada segmen bawah
uterus sehingga dapat menutupi sebagian atau seluruh pembukaan jalan lahir.

Menurut Prawiroharjo, plasenta previa adalah plasenta yang ada didepan jalan lahir (prae = di
depan ; vias = jalan). Jadi yang dimaksud plasenta previa ialah plasenta yang implantasinya
tidak normal, rendah sekali hingga menutupi seluruh atau sebagian ostium internum. Menurut
Cunningham, plasenta previa merupakan implantasi plasenta di bagian bawah sehingga
menutupi ostium uteri internum, serta menimbulkan perdarahan saat pembentukan segmen
bawah rahim. 2.

Etiologi Plasenta bertumbuh pada segmen bawah uterus tidak selalu jelas dapat diterangkan .
bahwasanya vaskularisasi yang berkurang atau perubahan atropi pada desidua akibat
persalinan yang lampau dapat menyebabkan plasenta previa , tidaklah selalu benar . Memang
dapat dimengerti bahwa apabila aliran darah ke plasenta tidak cukup seperti pada kehamilan
kembar maka plasenta yang letaknya normal sekalipun akan memperluaskan permukaannya
sehingga mendekati atau menutupi sama sekali pembukaan jalan lahir .Frekuensi plasenta
previa pada primigravida yang berumur lebih 35 tahun kira-kira 10 kali lebih sering
dibandingkan dengan primigravida yang berumur kurang dari 25 tahun . Pada
grandemultipara yang berumur lebih dari 30 tahun kira-kira 4 kali lebih sering dari
grandemultipara yang berumur kurang dari 25 tahun. 3.

Patofisiologi Perdarahan anter partum akibat plasenta previa terjadi sejak kehamilan 20
minggu saat sekmen uterus telah terbentuk dan mulai melebar dan menipis. Umumnya terjadi
pada t r i m e s t e r k e t i g a k a r e n a s e g m e n b a w a h u t e r u s l e b i h b a n ya k
mengalami perubahan. P e l e b a r a n s e k m e n b a w a h u t e r u s d a n
p e m b u k a a n s e r v i k m e n y a b a b k a n s i n u s u t e r u s robek karena
lepasnya plasenta dari dinding uterus atau karena robekan sinus marginalis dari

Anda mungkin juga menyukai